Anda di halaman 1dari 78

LAPORAN TUGAS KELOMPOK

TEKNIK IRIGASI LANJUT

TEMA:
PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI
METODE PASTEN

Dosen Pengajar :
Dr. Eng. DONNY HARISUSENO, ST. MT.

Disusun oleh :

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK PENGAIRAN


MANAJEMEN SUMBER DAYA AIR

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, karena atas karunia dan kasih-NYA

yang besar maka tugas mata kuliah Teknik Irigasi Lanjut ini dapat terselesaikan dengan

baik. Makalah ini bertemakan Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi dengan Metode

Pasten.

Menyadari kekurangan dan kelemahan yang terkandung di dalam makalah ini,

maka kami sebagai penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan

masukan bagi studi, khususnya pada mata kuliah Teknik Irigasi Lanjut.

Atas segala bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak yang telah membantu

terselesaikannya makalah ini, kami mengucapkan banyak terima kasih.

Malang, Januari 2017

Penyusun

Page | 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah......................................................................................................1
1.3 Lingkup Pembahasan....................................................................................................1
1.4 Tujuan...........................................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................3
2.1 Rencana Tata Tanam Global (RTTG)...........................................................................3
2.2 Debit Andalan...............................................................................................................4
2.3 Kebutuhan Air Irigasi....................................................................................................5
2.4 Faktor Palawija Relatif dan Luas Palawija Relatif.......................................................6
2.5 Metode Pasten...............................................................................................................9
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................................12
3.1 Daerah Studi...............................................................................................................12
3.2 Kebutuhan Data..........................................................................................................15
3.3 Tahap-Tahap Penyelesaian..........................................................................................15
3.4 Diagram (Flow Chart) Penyelesaian Tugas................................................................15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................17
4.1 Analisa Debit...............................................................................................................17
4.2 Efisiensi Irigasi...........................................................................................................17
4.3 Kebutuhan Air Irigasi..................................................................................................17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................................71
5.1 Kesimpulan.................................................................................................................71
5.2 Saran...........................................................................................................................71
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................72

Page | 2
Page | 3
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Besarnya Keandalan untuk Berbagai Kegunaan...................................................5
Tabel 2.2. Faktor Konversi untuk FPR...................................................................................7
Tabel 2.3. Kriteria FPR..........................................................................................................8
Tabel 2.4. Nilai Pasten......................................................................................................10Y
Tabel 3.1. Luas Baku sawah pada Daerah Irigasi Karanganyar...........................................12
Tabel 3.2. Data debit 10 Harian DI. Karanganyar 1

Tabel 4.1. Luas Tanam berdasarkan RTTG per 10 Hari dari Bulan Januari sampai dengan
Desember tahun 2015........................................................................................18
Tabel 4.2. Perhitungan Pembagian air Metode Pasten periode 10 hari................................56
Tabel 4.3. Perhitungan Pembagian air Metode Pasten MT. I, MT. II dan MT. III...............68
Tabel 4.4. Evaluasi Pembagi Air Antara Metode SCH, SRI dan Pasten..............................70

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Skema Perhitungan Angka Pasten...............................................................11Y

Page | 4
Gambar 3.1. Lokasi studi daerah irigasi Karanganyar.........................................................13
Gambar 3.2. DAM Karanganyar..........................................................................................13
Gambar 3.3. Saluran Primer Karanganyar...........................................................................13
Gambar 3.4. Saluran Sekunder Karanganyar.......................................................................14
Gambar 3.5. Saluran Tersier Karanganyar...........................................................................14
Gambar 3.6. Diagram alir penyelesaian tugas.....................................................................16

Page | 5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ketersediaan sumberdaya air yang semakin terbatas dan kompetitif tidak hanya
akan berpengaruh negatif terhadap kehidupan sosial ekonomi maupun antar pengguna
dalam suatu sektor. Tingkat kebutuhan air di luar sektor pertanian yang dominan adalah
untuk memenuhi konsumsi rumah tangga dan industri yang cenderung meningkat sejalan
dengan kemajuan ekonomi.
Pengelolaaan irigasi atau pemberian air yang baik sangat erat kaitannya dengan
peningkatan hasil produktifitas daerah irigasi. Dalam pelaksanaan pengoperasian jaringan
irigasi hendaknya selalu diperhatikan tentang ketersediaan air, kebutuhan air, dan
bagaimana cara membagi air yang ada tersebut sejauh mungkin adil dan merata agar semua
tanaman dapat tumbuh dengan baik, konsep tersebut dinamakan alokasi air irigasi.
Operasi jaringan irigasi adalah kegiatan pendayagunaan/pengaturan jaringan irigasi
mulai dari bangunan utama, jaringan primer, sekunder dan tersier sampai ke lahan usaha
tani, sehingga :
air yang tersedia dapat dipergunakan atau dimanfaatkan secara efektif dan efisien,
air yang tersedia dibagi secara adil dan merata,
air yang diberikan ke petak-petak tersier secara tepat waktu dan jumlah (sesuai dengan
kebutuhan air pada berbagai tahap pertumbuhan tanaman), serta cara (sesuai dengan
ketersediaan air irigasi),
akibat negatif yang mungkin ditimbulkan oleh kelebihan air dapat dihindari.
Kekurangan air didalam saluran irigasi, ketidaksesuaian debit air yang tersedia
dengan kebutuhan air yang diperlukan di lapangan, dan dengan memperhatikan banyaknya
kehilangan air yang disebabkan oleh kerusakan pada alat ukur debit, rembesan di saluran,
pengambilan liar pada saluran irigasi, dan sistem pembagian air yang kurang baik
memberikan dampak yang sangat merugikan bagi petani yang pada akhirnya menyebabkan
menurunnya nilai produktifitas hasil pertanian.

1.2. Identifikasi Masalah

Daerah Irigasi Karanganyar terletak di wilayah Kabupaten Malang, dengan luas


baku sawah 436 ha sehingga menjadi kewenangan Pemerintah Pusat. Pelaksanaan operasi
dan pemeliharaan jaringan irigasi Karanganyar dilakukan secara partisipatif dengan

Page | 1
Pemerintah Daerah Kabupaten Malang. Salah satu hal yang menjadi permasalahan dalam
operasi jaringan irigasi Karanganyar adalah seringkali terjadinya kekurangan air khususnya
pada petak tersier di daerah hilir pada musim kemarau. Diduga hal ini disebabkan karena :
1. Banyaknya penyadapan air secara liar di bagian hulu.
2. Debit air yang menurun pada musim kemarau.
3. Penerapan tata tanam yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Tanam Global (RTTG)
yang telah disusun oleh Dinas Pengairan Kabupaten Malang.
4. Pembagian air irigasi yang kurang efektif (tidak tepat waktu dan jumlah).

1.3. Lingkup Pembahasan


Dalam kajian ini ditetapkan lingkup pembahasan adalah pembagian air irigasi dari
intake hingga pintu sadap tersier pada Daerah Irigasi Karanganyar Kabupaten Malang,
dengan menggunakan Metode Pasten.

1.4. Tujuan

Kajian ini bertujuan untuk mengetahui besaran debit air irigasi yang dibutuhkan
beserta mekanisme pembagiannya di setiap petak tersier pada Daerah Irigasi Karanganyar
Kabupaten Malang, dengan menggunakan Metode Pasten.

Page | 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.4. 2.1 Rencana Tata Tanam Global (RTTG)


Rencana Tata Tanam Global merupakan rencana tata tanam yang dibuat untuk
Daerah Irigasi (DI) yang menunjukkan rencana tata tanam secara keseluruhan yang
menyangkut luas areal dengan pola tanam, jadwal pengolahan tanah serta penanamannya
dalam waktu satu tahun dengan mempertimbangkan alokasi air yang tersedia. Rencana
Tata tanam Global ini merupakan hasil keputusan Panitia Irigasi di daerah kabupaten
berdasarkan perhitungan teknis instansi Dinas Pengairan dan instansi terkait yang telah
ditandatangani oleh Bupati.

Pemberian air irigasi untuk memenuhi kebutuhan di lahan pertanian yang dapat
dialirkan dari bangunan utama (intake) berdasarkan permintaan diperlukan suatu pola
tanam. Penetapan Pola Tata Tanam yang tepat dan sesuai dengan kondisi daerah yang
bersangkutan sangat mempengaruhi usaha peningkatan hasil produksi.

Pola Tata Tanam mempunyai arti yaitu susunan rencana penanaman berbagai jenis
tanaman selama satu tahun dimana di Indonesia umumnya dikelompokkan dalam 3 (tiga)
jenis tanaman yaitu Padi, Palawija dan Tebu (Anonim, 1997:IV-12). Ketersediaan debit
pada daerah irigasi yang bersangkutan sangat mempengaruhi untuk mendapatkan luas
tanam yang seluas-luasnya, selain itu kebiasaan petani terhadap jenis tanaman yang akan
dibudidayakan dan jadwal tanamnya di suatu jaringan irigasi mempengaruhi perencanaan
dan persiapan pola tanam serta jadwal tanam. Pola Tata Tanam menyangkut beberapa hal-
hal sebagai berikut (Anonim, 1999:4):
Pengaturan jenis dan luas tanaman;
Pengaturan waktu tanam dan pengeringan;
Pengaturan lokasi tanaman;
Pengaturan kebutuhan air.
Tujuan dari ditetapkannya Pola Tata Tanam adalah:
1. Menghindari ketidakseragaman tanaman;
2. Dengan jadwal tanam yang telah ditentukan akan memudahkan dalam proses
penanaman dan pengelolaan air irigasi;
3. Menjaga tingkat kesuburan lahan;
4. Peningkatan efisiensi irigasi dan hasil produksi pertanian;

Page | 3
5. Penggunaan air seefektif dan seefisien mungkin.

1.5. 2.2 Debit Andalan


Debit andalan adalah debit minimum sungai untuk kemungkinan terpenuhi yang
dapat menjamin kelangsungan pemberian air untuk keperluan irigasi. Ada beberapa cara
dalam menentukan debit andalan yang mana masing-masing cara mempunyai ciri khas
sendiri-sendiri. Pemilihan metode yang sesuai umumnya didasarkan atas pertimbangan
data yang tersedia, jenis kepentingan dan pengalaman. Metode tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Metode Qrerata minimum
Metode ini berdasarkan pada pada debit rata-rata bulanan yang minimum dari tiap-tiap
tahun data yang tersedia. Metode ini biasanya digunakan untuk :

Fluktuasi debit maksimum atau minimum tidak terlalu besar per tahunnya.
Kebutuhan relatif konstan sepanjang tahun.
2. Metode karakteristik aliran (flow Characteristic)
Metode ini memakai data yang didapat berdasarkan karakteristik alirannya. Metode ini
pada umumnya dipakai untuk :

Fluktuasi debit maksimum atau minimum terlalu besar per tahunnya.


Kebutuhan relatif tidak konstan sepanjang tahun.
Data yang tersedia cukup panjang.
3. Metode bulan dasar (Basic Month)
Metode ini seperti pada metode karakteristik aliran tetapi hanya dipilih bulan tertentu
sebagai dasar perencanaan.

4. Metode tahun dasar (Basic Year)


Metode ini menentukan suatu tahun tertentu sebagai dasar perencanaan.

Perhitungan debit andalan dilakukan dengan metode tahun dasar (Basic Year), yaitu
mengambil satu pola debit dari tahun tertentu. Peluang kejadiannya dihitung dengan
persamaan Weibull (Subarkah, 1980 : 111) :

(2-1)

dengan :
P = probabilitas (%)

Page | 4
m = nomor urut data debit
n = banyaknya data debit
Tahun dasar yang dipakai adalah tahun yang data debitnya mempunyai keandalan 80%
(Q80), artinya resiko yang akan dihadapi yaitu adanya debit-debit lebih kecil dari debit
andalan sebesar 20% banyaknya pengamatan (Soemarto, 1986:214).

Prosedur perhitungan debit andalan adalah sebagai berikut :

1. Menghitung total debit dalam satu tahun untuk tiap tahun data yang diketahui.
2. Merangking data mulai dari yang besar hingga kecil.
Menghitung probabilitas untuk masing-masing data dengan menggunakan persamaan
Weibull (2-1) di atas.
Tabel 2.1. Besarnya Keandalan untuk Berbagai Kegunaan
No Keguanaan Keandalan
1 Penyediaan air minum 99%
2 Penyediaan air industri (95% - 98%)
3 Penyediaan air irigasi untuk :
Daerah beriklim lembab (70% - 85%)
Daerah beriklim terang (80% - 95%)
4 Pusat Listrik tenaga air (80% - 90%)
Sumber : Soemarto, 1987 : 214

1.6. 2.3 Kebutuhan Air Irigasi


Irigasi adalah penambahan kekurangan kadar air tanah secara buatan, yaitu dengan
memberikan air yang perlu untuk pertumbuhan tanaman ke tanah yang diolah dan
mendistribusinya secara sistematis. Pemberian irigasi yang berlebihan pada tanah tanah
yang diolah dapat merusak tanaman (Sosrodarsono, 1976 : 216).

Besarnya kebutuhan air irigasi harus disesuaikan dengan besarnya masukan (inflow).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kebutuhan air di bangunan
pengambilan air irigasi adalah:

1. Luas daerah irigasi


2. Pola tata tanam yang direncanakan
3. Evapotranspirasi potensial
4. Koefisien tanaman
5. Teknik pengolahan lahan
6. Perkolasi

Page | 5
7. Curah hujan efektif
8. Efisiensi irigasi
Kebutuhan air irigasi pada setiap bangunan sadap dan bangunan utama untuk
masing-masing petak tersier dan saluran berdasarkan persamaan sebagai berikut (Anonim
dalam Sumiadi : 17) :

(2-2)

(2-3)
dengan :
TOR = (Tersierry Offtake Requirement) kebutuhan air irigasi petak tersier (lt/dt)
DR = (Diversion Requirement) kebutuhan air irigasi bangunan utama (lt/dt)
A = luas layanan petak tersier (ha)
ntrs = efisiensi saluran tersier (%)
nsal = efisiensi saluran sekunder dan primer (%)
NFR = kebutuhan bersih air irigasi di sawah (lt/dt)

1.7. 2.4 Faktor Palawija Relatif dan Luas Palawija Relatif


Luas palawija relatif merupakan hasil kali luas tanaman suatu jenis tanaman dengan
suatu nilai perbandingan antara kebutuhan air tanaman tersebut terhadap kebutuhan air
oleh palawija. Nilai perbandingan ini dinyatakan sebagai koefisien tanaman terhadap luas
palawija relatif. Luas palawija relatif dapat dihitung berdasarkan persamaan (Anonim
dalam Haliem, 2003:12)

(2-4)

(2-5)
dengan :
LPRi = luas palawija relatif jenis tanaman i (ha.pol)
Ai = luas jenis tanaman i (ha)
Ci = koefisien jenis tanaman i, merupakan perbandingan kebutuhan air
terhadap palawija

Page | 6
TORi = kebutuhan air di bangunan sadap tersier untuk jenis tanaman ke i (l/dt)
TORpalawija = total kebutuhan air di bangunan sadap tersier (l/dt)

Tabel 2.2. Faktor Konversi untuk FPR


Tanaman Kebutuhan (x palawija)
Palawija
a. Yang perlu banyak air 1
b. Yang perlu sedikit air 0,5
Padi Rendeng
a. Penyiapan lahan 4,5
b. Pertumbuhan 4
c. Pemasakan 2,5
Padi Gadu Tak Ijin untuk taraf apapun 1
Tebu
a. Penyiapan lahan 3
b. Muda 2
c. Tua 0,5
Tembakau / Rosela 1
Bero 0
Sumber : DPU Dinas Tingkat I Jawa Timur, 1977

Faktor Palawija Relatif merupakan debit air yang dibutuhkan di bangunan sadap
tersier oleh tanaman palawija seluas satu hektar dengan persamaan sebagai berikut
(Anonim dalam Sriwidjajanto, 2002 : 13) :

(2-6)

dengan :
FPRtersier = FPR tingkat tersier (lt/dt/ha.pol)
DR = kebutuhan air irigasi di bangunan utama
TORi = kebutuhan air di bangunan sadap tersier untuk jenis tanaman ke i (lt/dt)
nsaluran = efisiensi saluran ke j (%)

Page | 7
Tabel 2.3. Kriteria FPR
FPR (lt/dt/ha pol)
Jenis Air Air
Tanah Kurang Air Cukup Memadai
Alluvial 0,18 0,18 - 0,36 0,36
Latosol 0,12 0,12 - 0,23 0,23
Grumosol 0.06 0,06 - 0,12 0,12
Giliran ya mungkin tidak
Sumber : DPU Dinas Tingkat I Jawa Timur, 1977
Perhitungan Kebutuhan Air petak Tersier
Besarnya kebutuhan air pada petak tersier dihitung berdasarkan persamaan sebagai
berikut (Anonim dalam Haliem, 2003 : 13).

(2-7)
dengan :
Qtrs = debit air di pintu tersier (l/dt)
FPR = faktor palawija relatif di pintu tersier (lt/dt/ha.pol)
LPRtsr = luas palawija relatif di petak tersier (ha.pol)
Perhitungan Kebutuhan Air Total (intake) Pada Saluran Primer
Besarnya kebutuhan air total (intake) pada saluran primer dihitung berdasarkan
persamaan sebagai berikut (Anonim dalam Haliem, 2003 : 14)

(2-8)
Dengan :
Qpmr = debit air pada intake saluran (lt/dt)
FPR = faktor palawija relatif yang diperhitungkan pada pintu sadap tersier (lt/dt)
LPR = luas palawija relatif total satu daerah irigasi (ha.pol)
EI = efisiensi irigasi (%)

Page | 8
1.8. 2.5 Metode Pasten
Metode pasten adalah suatu cara pembagian air untuk irigasi terhadap total luas areal
palawija relatif. Secara matematis, metode ini dapat dihitung dengan rumus :

Pasten = Q / LPRG.P

Dimana :
Pasten = besarnya satuan pemberian air untuk palawija.
Q = debit yang tersedia di bendung
LPRG.P = luas areal palawija relatif gabungan di pintu pengambilan bendung.
Luas tanaman yang ditanam di dalam petak tersier dinyatakan dalam luas areal
palawija relatif (LPR), yaitu dengan mengalikan areal tanam dengan faktor konversi,
sesuai dengan tingkat pertumbuhannya.

LPR = A x FT
Dimana :
LPR = Luas areal palawija relatif
A = Luas areal realisasi tanam
FT = Faktor tanaman, yang merupakan perbandingan kebutuhan air terhadap
palawija.
Kehilangan air dalam jaringan irigasi dinyatakan dalam tambahan hektar palawija.
Dengan demikian untuk mengetahui total areal palawija relatif gabungan di tersier
(LPRG.T), di Sekunder (LPRG.S) dan di pintu bendung dapat dihitung dengan rumus :

Tersier = LPRG.T = LPR x FK.T


Sekunder = LPRG.S = Total RPLG.T x FK.S
Primer = LPRG.P = Total LPRG.S x FK.I, atau
LPRG.P = A x FT x FK.T x FK.S x FK.I
Dimana :
FK.T = Faktor kehilangan air di jaringan tersier
FK.S = Faktor kehilangan air di jaringan sekunder
FK.I = Faktor kehilangan air di jaringan Induk
Perbandingan antara jumlah air yang tersedia dengan kebutuhan dan kehilangan air,
menghasilkan jumlah air yang tersedia tiap hektar palawija disawah. Harga ini yang
dinamakan Pasten.

Page | 9
Q
Pasten = A x FT x FK . T x FK . S x FK . I

Pemberian air pada tiap pintu pengambilan, dapat dihitung dengan mengkalikan luas
palawija relatif gabungan di pintu pengambilan (intake) dengan nilai pasten.

Q = LPRG x Pasten

Dimana :
Q = debit di pintu pengambilan (m3/detik)
LPRG = luas palawija relative gross pada tiap pintu pengambilan (ha.pol)
Pasten = besarnya satuan pemberian air untuk palawija
Tabel 2.4. Nilai Pasten
Pasten (lt/dt/ha.pal) Keterangan
< 0,10 sangat kekurangan air
0,10 - 0,15 kurang air
0,15 - 0,20 masih cukup
0,20 - 0,25 memadai
> 0,25 sangat memadai
Sumber: Modul metode menghitung pemberian air
irigasi dalam perencanaan pola tanam

Page | 10
Gambar 2.1. Skema Perhitungan Angka Pasten

Page | 11
BAB III
METODE PENELITIAN

1.9. 3.1 Daerah Studi


Secara administrasi Daerah Irigasi Karanganyar terletak di wilayah Kabupaten
Malang, meliputi kecamatan Pocokusumo dan Tumpang. Daerah Irigasi Karanganyar
memiliki luas baku sawah 436 ha sehingga menjadi kewenangan pemerintah Pusat. Namun
dalam pelaksanaan operasi dan pemeliharaannya dilakukan secara partisipatif dengan
Pemerintah Daerah Kabupaten Malang.

Debit aktual D.I Karanganyar pada tahun 2015 berkisar pada debit terendah 400
l/det dan debit tertinggi 577 l/det. Permasalahan dalam operasi jaringan irigasi
Karanganyar adalah seringkali terjadinya kekurangan air khususnya pada petak tersier di
daerah hilir pada musim kemarau. Diduga hal ini disebabkan karena :
1. Banyaknya penyadapan air secara liar di bagian hulu.
2. Debit air yang menurun pada musim kemarau.
3. Penerapan tata tanam yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Tanam Global (RTTG) /
Rencana Tata Tanam Detail (RTTD) yang telah disusun oleh Dinas Pengairan
Kabupaten Malang.
4. Pembagian air irigasi yang kurang efektif (tidak tepat waktu dan jumlah).
. Adapun rincian luas baku sawah di Daerah Irigasi Karanganyar adalah sebagai
berikut:

Tabel 3.1. Luas Baku sawah pada Daerah Irigasi Karanganyar

Sumber : UPTD Sumber Daya Air dan Irigasi Tumpang Kabupaten Malang

Page | 12
Gambar 3.1. Skema studi daerah irigasi Karanganyar

Gambar 3.2. DAM Karanganyar

Gambar 3.3. Saluran Primer Karanganyar

Page | 13
Gambar 3.4. Saluran Sekunder Karanganyar

Gambar 3.5. Saluran Tersier Karanganyar

1.10. 3.2 Kebutuhan Data


Data debit diperoleh dari dam Karanganyar, dengan data 1 tahun ( 2015) seperti pada
tabel 3.2.

Page | 14
Tabel 3.2. Data debit 10 Harian DI. Karanganyar

Sumber : UPTD Sumber Daya Air dan Irigasi Tumpang Kabupaten Malang

1.11. 3.3 Tahap-Tahap Penyelesaian


Untuk menyelesaikan penyusunan laporan tugas ini dibuat tahapan-tahapan sebagai
berikut:
1. Pengolahan data debit intake
Pengolahan data debit D.I. Karanganyar digunakan untuk mengetahui debit kejadian
yang dipenuhi atau dilampaui dari debit rata-rata sumber air pada pencatatan debit tiap
10 harian untuk masing-masing tanam. Digunakan metode tahun dasar (Basic Year)
yaitu mengambil satu pola debit dari tahun tertentu yang peluang kejadiannya dihitung
dengan menggunakan rumus Weibull.
2. Perhitungan pembagian air tanaman dengan menggunakan metode Pasten
3. Mengetahui hasil perhitungan dari metode pasten apakah memadai atau tidak
berdasarkan tabel 2.4.
4. Selesai.

1.12. 3.4 Diagram (Flow Chart) Penyelesaian Tugas


Untuk mempermudah menyelesaikan pekerjaan tugas ini secara sistematis, maka
perlu dibuat flow chart alur penyelesaian penyusunan tugas, adapun flow chart alur
penyelesaian pekerjaan ini adalah sebagai berikut:

Page | 15
Gambar 3.6. Diagram alir penyelesaian tugas

Page | 16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1.13. 4.1 Analisa Debit


Air yang tersedia diartikan sebagai air yang bisa dimanfaatkan untuk keperluan
bercocok tanam di areal irigasi Karanganyar. Dalam studi ini kami mengambil debit yang
tersedia yaitu debit andalan yang berasal dari data debit D.I. tahun 2015, diambil rerata
tahunan sebesar 0,484 m3/dt = 484 lt/dt.

1.14. 4.2 Efisiensi Irigasi


Efisiensi irigasi merupakan perbandingan antara debit air sampai di lahan pertanian
dengan debit yang keluar dari pintu pengambilan. Sebelum sampai di petak sawah, air
harus dialirkan dari sumbernya melalui saluran-saluran induk, sekunder, dan tersier. Di
dalam sistem saluran terjadi kehilangan-kehilangan debit yang disebabkan hal-hal seperti
evaporasi, perkolasi, kebocoran saluran juga memperhitungkan curah hujan efektif,
evapotranspirasi dan kebutuhan air di luar irigasi seperti untuk air industri, perikanan, dan
lain-lain sehingga mengakibatkan jumlah air sampai ke petak sawah menjadi berkurang
(lebih kecil) dari jumlah yang diambil dari pintu pengambilan. Besarnya efisiensi irigasi di
Daerah Irigasi Karanganyar diambil :
Saluran tersier 70 % (100/70 1,43)
Saluran sekunder 80 % (100/80 1,25)

1.15. 4.3 Kebutuhan Air Irigasi


Dalam perhitungan kebutuhan air irigasi dalam studi ini menggunakan metode
pasten. Nilai Pasten dihitung untuk menjadi koefisien yang menentukan jumlah pemberian
pada tiap-tiap petak tersier. Besarnya nilai Pasten dapat dihitung dengan rumus :

dengan :
Q = Debit di pintu saluran (1t/dtk)
LPRG. P = Luas Palawija Relatif di pintu pengambilan (ha)
Pasten = nilai Pasten (lt/dt/ha)

Page | 17
Tabel 4.1. Luas Tanam berdasarkan RTTG per 10 Hari dari Bulan Januari sampai dengan Desember tahun 2015

Page | 18
Page | 19
Page | 20
Page | 21
Page | 22
Page | 23
Page | 24
Page | 25
Page | 26
Page | 27
Page | 28
Page | 29
Page | 30
Page | 31
Page | 32
Page | 33
Page | 34
Page | 35
Page | 36
Page | 37
Page | 38
Page | 39
Page | 40
Page | 41
Page | 42
Page | 43
Page | 44
Page | 45
Page | 46
Page | 47
Page | 48
Page | 49
Page | 50
Page | 51
Page | 52
Page | 53
Contoh perhitungan metode Pasten pada periode 10 hari Bulan Januari dengan Qintake
adalah sebagai berikut :
Berdasarkan tabel 2.1 diperoleh :
Padi :
- Pengelolaan dan persemaian = 4,5
- Pertumbuhan = 4
- Pemasakan = 2,5
Tebu :
- Pengelolaan dan persemaian = 3
- Tebu muda = 1,5
- Tebu tua = 0,5
Palawija :
- Yang perlu banyak air = 1
- Yang perlu sedikit air = 0,5

Petak T.Ka.1b.Kr
Luas Petak Tersier = 122 ha
Luas Tanam :
Padi :
- Pengelolaan dan persemaian = 1 ha
- Pertumbuhan = 20 ha
- Pemasakan = 22 ha
Tebu Muda = 4 ha
Palawija = 75 ha
LPR = (1 x 4,5) + (20 x 4) + (22 x 2,5) + (4 x 1,5) + (75 x 1)
= 230 ha.pal
Qintake = 508 ltr/det
Total LPR = 2,50 + 16 + 230 + 87 + 66,5 + 109 + 108
+ 5 + 2,5 + 5 + 114,5 + 195,5
= 1345 ha.pal
Kehilangan air :
Pada petak tersier (70 % 100/70 = 1,43)
Pembagian air x 1,43 = 230 x 1,43
= 328,57 lt/dt
Pada saluran sekunder (80 % 100/80 = 1,25)
Saluran sekunder x 1,25 = 1345 x 1,25
= 1661,25 lt/dt

Page | 54
Pasten = = 0,30 ltr/det/ha
Karena nilai Pasten berada antara 0,25 0,5 ltr/det.ha.pal, maka ketersediaan air
untuk Jaringan Irigasi Karanganyar pada bulan Januari adalah memadai.
Besarnya pembagian air di petak tersier = 0,30 x 328,57 = 99,28 liter/dtk
Besarnya pembagian air di Sal. Sekunder = 0,30 x 1681,25 = 508 liter/dtk
Selanjutnya untuk perhitungan metode Pasten dengan debit intake dapat dilihat pada
tabel 4.2, 4.3 dan 4.4.

Page | 55
Tabel 4.2. Perhitungan Pembagian air Metode Pasten periode 10 hari
Bulan Januari :

Bulan Februari :

Page | 56
Bulan Maret :

Page | 57
Bulan April :

Page | 58
Bulan Mei :

Page | 59
Bulan Juni :

Page | 60
Bulan Juli :

Page | 61
Bulan Agustus :

Page | 62
Bulan September :

Page | 63
Bulan Oktober :

Page | 64
Bulan November :

Page | 65
Bulan Desember :

Page | 66
Sumber: hasil perhitungan
Dari tabel 4.2 nilai Pasten berada antara < 0,5 ltr/det.ha.pal, maka ketersediaan air untuk
Jaringan Irigasi Karanganyar pada Musim Tanam adalah air memadai.

Page | 67
Tabel 4.3. Perhitungan Pembagian air Metode Pasten MT. I, MT. II dan MT. III

Page | 68
Sumber : hasil perhitungan

Page | 69
Tabel 4.4. Evaluasi Pembagi Air Antara Metode SCH, SRI dan Pasten

Sumber : hasil perhitungan

Page | 70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

1.16. 5.1 Kesimpulan


Pada studi tentang pemberian air metode pasten pada Daerah Irigasi Karanganyar
menunjukkan hasil sebagai berikut :
1. Musim Hujan (MH), angka pasten 0,32 ini menunjukan DI. Karanganyar mengalami
air cukup atau memadai.
2. Musim Kemarau 1 (MK.1), angka pasten 0,30 ini menunjukan DI. Karanganyar
mengalami air cukup atau memadai.
3. Musim Kemarau 2 (MK.2), angka pasten 0,33 ini menunjukan DI. Karanganyar
mengalami air cukup atau memadai.

1.17. 5.2 Saran


Dari hasil studi tentang pemberian air metode pasten di Daerah Irigasi Karanganyar
maka disarankan sebagai berikut :
1. Debit air bisa dimanfaatkan untuk perikanan diluar dari pertanian.
2. Kepada petani setempat perlu menjaga kondisi seluruh bangunan air yang terdapat
pada Jaringan Irigasi Karanganyar agar meminimalisir rembesan akibat kerusakan
bangunan, agar tingkat kehilangan air kecil.

Page | 71
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1986. Kriteria Perencanaan Irigasi -01.


Anonim, 1997. Pedoman Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Direktorat Jenderal
Pengairan : Departemen Pekerjaan Umum.
Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Kabupaten Malang, 2014. Laporan Rencana Tata Tanam
Global (RTTG) Tahun 2005-2015 Daerah Irigasi Karanganyar : tidak diterbitkan
Haliem, W. 2003. Kajian Luas Palawija Relatif Daerah Irigasi Induk Saluran Molek.
Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang : Universitas Brawijaya.
Soewarno, C, 1995. Hidrologi Aplikasi Metode Statistik Jilid 1. Nova Bandung
Taylor Donald dan Wickham Thomas. 1976. Irrigation Policy and The Management of
Irrigation Systems in Southeast Asia. Bangkok : The Agricultural Development
Council, Inc.
Soemarto, C.D. 1999. Hidrologi Teknik. Surabaya : Usaha Nasional.
Sosrodarsono, Suyono dan Takeda, Kensaku. 1976. Hidrologi Untuk Pengairan. Jakarta :
PT Pradnya Paramita.
Subarkah, Iman. 1980. Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air. Bandung : Idea
Dharma.
Suhardjono, 1994. Kebutuhan Air Tanaman. ITN Malang
Sumiadi. 2004. Bahan Kuliah irigasi Dasar. Malang : Jurusan Pengairan Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya.

Page | 72

Anda mungkin juga menyukai