Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

OLEH:

Nama : Bernadeta Barek


NIM : 022200012
Kelas : Teknik Sipil IVA

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA NIPA
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dihaturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas Makalah Irigasi dan Bangunan Air yang berjudul
“TEKNIK IRIGASI” ini tepat pada waktunya.

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi nilai tugas serta menamba
wawasan tentang teknik irigasi bagi para pembaca juga bagi penulis.

Dan terima kasih untuk dosen pembimbing mata kuliah Teknik Irigasi dan Bangunan Air,
teman-teman serta keluarga yang sudah mendukung saya dalam menyelesaikan tugas makalah
ini.

Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masi banyak kekurangan dalam
penyusunanan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu
saya sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Maumere 09 Februari 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………… iii

BAB I. PENDAHULUAN……………………………………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………. 1

1.1. Rumusan Masalah…………………………………………………………………… 1

1.2. Tujuan Praktikum…………………………………………………………………… 2

BAB II. PEMBAHASAN……………………………………………………………………… 3

2.1 Pengertian Irigasi…………………………………………………………………… 3


2.2 Kualitas Air Irigasi…………………………………………………………………. 5
2.3 Sistem Irigasi Klasifikasi Jaringan Irigas…………………………………………….6
2.4 Cara Pemberian Air Irigasi…………………………………………………………. 8
2.5 Saluran Irigasi……………………………………………………………………….11
2.6 Jenis-Jenis Bangunan Irigasi………………………………………………………...11

BAB III. PENUTUP………………………………………………………………………….. 15

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………... 15
3.2 Saran………………………………………………………………………………. 15

DAFTAR PUSTAK………………………………………………………………………….. 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang
jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, irigasi
tambak dan irigasi rawa. Semua proses kehidupan dan kejadian di dalam tanah yang
merupakan tempat media pertumbuhan tanaman hanya dapat terjadi apabila ada air, baik
bertindak sebagai pelaku (subjek) atau air sebagai media (objek).
Irigasi berarti mengalirkan air secara buatan dari sumber air yang tersedia kepada
sebidang lahan untuk memenuhi kebutuhan tanaman. dengan demikian tujuan irigasi adalah
mengalirkan air secara teratur sesuai kebutuhan tanaman pada saat persediaan lengas tanah
tidak mencukupi untuk mendukung pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh
secara normal. Pemberian air irigasi yang efisien selain dipengaruhi oleh tatacara aplikasi,
Juga ditentukan oleh kebutuhan air guna mencapai kondisi air tersedia yang dibutuhkan
tanaman.
Sejak jaman dahulu sampai sekarang bahkan sampai mendatang kebutuhan makhluk
hidup yang paling utama adalah air. Air oleh manusia digunakan untuk keperluan sehari-
hari seperti untuk memasak dan minum, mencuci, pembersihan, pengairan dan irigasi,
industry, sarana transportasi dan lain-lain. Oleh karena itu perlu pengelolaan sumber daya
air yang baik agar tidak membawa dampak yang merugikan bagi kepentingan makhluk
hidup lainnya.
Pembangunan saluran irigasi sangat diperlukan untuk menunjang penyediaan bahan
pangan, sehingga ketersediaan air di daerah irigasi akan terpenuhi walaupun daerah irigasi
tersebut berada jauh dari sumber air permukaan (sungai). Hal ini tidak terlepas dari usaha
teknik irigasi yaitu memberikan air dengan kondisi tepat mutu, tepat runag dan tepat waktu
dengan cara yang efektif dan ekonomis.
Arti dari Teknik Irigasi itu sendiri adalah suatu cabang dari pengetahuan Teknik Sipil
yang khusus mempelajari tentang pengairan atau teknik penguasaan air. Dalam arti umum
pengairan adalah suatu usaha untuk mengatur air yang mencakup bidang irigasi, drainasi,
reklamasi, pengaturan banjir dan pengendalian banjir.

Sedangkan dalam arti khusus pengairan adalah suatu usaha untuk mengatur dan
memanfatkan air yang tersedia baik di sungai ataupun di sumber lain, dengan menggunakan
jaringan-jaringan irigasi untuk kepentingan pengairan pertanian.
Yang secara terperinci akan dibahas pada bab 2 pada makalah ini.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah :
A. Apa yang diketahui tentang irigasi ?
B. Bagaiman kualitas air irigasi yang dapat memenuhi kebutuhan manusi ?

1
C. Apa saja tipe irigsi berdasarkan perkembangan Sistem Irigasi dan apa saja klasifikasi
dari jaringan irigas ?
D. Bagaimana cara pemberian air irigasi ?
1.3. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat dibuatnya makalah ini adalah:
E. Agar dapat mengetahui apa itu irigasi
F. Agar dapat mengetahui bagaiman kualitas air irigasi yang dapat memenuhi kebutuhan
manusi
G. Untuk mengetahui apa saja tipe irigsi berdasarkan perkembangan Sistem Irigasi dan apa
saja klasifikasi dari jaringan irigas
H. Untuk mengetahui bagaimana cara pemberian air irigasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Irigasi


Irigasi atau pengairan merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan
pertanian. Dalam dunia modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan
manusia. Pada zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena tempat yang dekat
dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan dengan mengalirkan air
tersebut ke lahan pertanian. Namun, irigasi juga biasa dilakukan dengan membawa air
dengan menggunakan wadah kemudian menuangkan pada tanaman satu per satu. Untuk
irigasi dengan model seperti ini di Indonesia biasa disebut menyiram. Sebagaimana telah
diungkapkan, dalam dunia modern ini sudah banyak cara yang dapat dilakukan untuk
melakukan irigasi dan ini sudah berlangsung sejak Mesir Kuno.
Menurut Erman Mawardi dalam bukunya “Desain Hidraulik Bangunan Irigasi”
dijelaskan bahwa irigasi adalah usaha untuk memperoleh air yang menggunakan bangunan
dan saluran buatan untuk keperluan penunjang produksi pertanian. Kata Irigasi berasal dari
kata irrigate dalam bahasa Belanda dan irrigation dalam bahasa Inggris. Menurut Abdullah
Angoedi dalam sejarah Irigasi di Indonesia disebutkan bahwa dalam laporan Pemerintahan
Belanda Irigasi didefinisikan sebagai berikut : “secara teknis menyalurkan air melalui
saluran-saluran pembawa ke tanah pertanian dan setelah air tersebut diambil manfaat
sebesar-besarnya menyalurkan ke saluran-saluran pembuangan terus ke sungai”.
A. Sejarah irigasi di Indonesia
1. Irigasi Mesir Kuno dan Tradisional Nusantara
Sejak Mesir Kuno telah dikenal dengan memanfaatkan Sungai Nil. Di
Indonesia, irigasi tradisional telah juga berlangsung sejak nenek moyang kita. Hal
ini dapat dilihat juga cara bercocok tanam pada masa kerajaan-kerajaan yang ada di
Indonesia. Dengan membendung kali secara bergantian untuk dialirkan ke sawah.
Cara lain adalah mencari sumber air pegunungan dan dialirkan dengan bambu yang
bersambung. Ada juga dengan membawa dengan ember yang terbuat dari daun
pinang atau menimba dari kali yang dilemparkan ke sawah dengan ember daun
pinang juga.

2. Sistem Irigasi Zaman Hindia Belanda


Sistem irigasi adalah salah satu upaya Belanda dalam melaksanakan Tanam
Paksa (Cultuurstelsel) pada tahun 1830. Pemerintah Hindia Belanda dalam Tanam
Paksa tersebut mengupayakan agar semua lahan yang dicetak untuk persawahan
maupun perkebunan harus menghasilkan panen yang optimal dalam mengeksplotasi
tanah jajahannya.
Sistem irigasi yang dulu telah mengenal saluran primer, sekunder, ataupun
tersier. Tetapi sumber air belum memakai sistem Waduk Serbaguna seperti TVA di
Amerika Serikat. Air dalam irigasi lama disalurkan dari sumber kali yang disusun

3
dalam sistem irigasi terpadu, untuk memenuhi pengairan persawahan, di mana para
petani diharuskan membayar uang iuran sewa pemakaian air untuk sawahnya.

3. Waduk Jatiluhur 1955 di Jawa Barat dan Pengalaman TVA 1933 di Amerika
Serikat
Tennessee Valley Authority (TVA) yang diprakasai oleh Presiden AS Franklin
D. Roosevelt pada tahun 1933 merupakan salah satu Waduk Serba Guna yang
pertama dibangun di dunia. Resesi ekonomi (inflasi) tahun 1930 melanda seluruh
dunia, sehingga TVA adalah salah satu model dalam membangun kembali ekonomi
Amerika Serikat.
Isu TVA adalah mengenai: produksi tenaga listrik, navigasi, pengendalian
banjir, pencegahan malaria, reboisasi, dan kontrol erosi, sehingga di kemudian hari,
Proyek TVA menjadi salah satu model dalam menangani hal yang mirip. Oleh
sebab itu, Proyek Waduk Jatiluhur merupakan tiruan yang hampir mirip dengan
TVA di AS tersebut.
Waduk Jatiluhur terletak di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta (±9 km
dari pusat Kota Purwakarta). Bendungan itu dinamakan oleh pemerintah Waduk Ir.
H. Juanda, dengan panorama danau yang luasnya 8.300 ha. Bendungan ini mulai
dibangun sejak tahun 1957 oleh kontraktor asal Prancis, dengan potensi air yang
tersedia sebesar 12,9 miliar m3/tahun dan merupakan waduk serbaguna pertama di
Indonesia.

B. Jenis irigasi
1. Irigasi Permukaan
Irigasi Permukaan adalah pengaliran air di atas permukaan dengan ketinggian
air sekitar 10 – 15 cm di atas permukaan tanah. Irigasi permukaan merupakan
sistem irigasi yang menyadap air langsung di sungai melalui bangunan bendung
maupun melalui bangunan pengambilan bebas (free intake) kemudian air irigasi
dialirkan secara gravitasi melalui saluran sampai ke lahan pertanian. Di sini dikenal
saluran primer, sekunder, dan tersier. Pengaturan air ini dilakukan dengan pintu air.
Prosesnya adalah gravitasi, tanah yang tinggi akan mendapat air lebih dulu.
2. Irigasi Lokal
Sistem ini air disalurkan dengan cara pemipaan. Di sini juga berlaku gravitasi,
di mana lahan yang tinggi mendapat air lebih dahulu. Namun air yang disebar
hanya terbatas sekali atau secara lokal.

3. Irigasi dengan Penyemprotan


Penyemprotan biasanya dipakai penyemprot air atau sprinkle. Air yang
disemprot akan seperti kabut, sehingga tanaman mendapat air dari atas, daun akan
basah lebih dahulu, kemudian menetes ke akar.

4
4. Irigasi Tradisional dengan Ember
Di sini diperlukan tenaga kerja secara perorangan yang banyak sekali. Di
samping itu juga pemborosan tenaga kerja yang harus menenteng ember.

5. Irigasi Pompa Air


Air diambil dari sumur dalam dan dinaikkan melalui pompa air, kemudian
dialirkan dengan berbagai cara, misalnya dengan pipa atau saluran. Pada musim
kemarau irigasi ini dapat terus mengairi sawah.

6. Irigasi Tanah Kering dengan Terasisasi


Di Afrika yang kering dipakai sistem ini, terasisasi dipakai untuk penyaluran
air.

2.2 Kualitas Air Irigasi


Tidak semua air cocok untuk dipergunakan bagi kebutuhan air irigasi. Air yang dapat
dinyatakan kurang baik untuk air irigasi biasanya mengandung :

a) bahan kimia yang beracun bagi tumbuhan atau orang yang makan tanaman itu,
b) bahan kimia yang bereaksi dengan tanah yang kurang baik,
c) tingkat keasaman air (Ph),
d) tingkat kegaraman air,
e) bakteri yang membahayakan orang atau binatang yang makan tanaman yang diairi
dengan air tersebut.

Sebenarnya yang menentukan besarnya bahaya adalah konsentrasi senyawa dalam


larutan tanah. Dengan demikian, kriteria yang didasarkan pada kegaraman air irigasi
hanyalah merupakan suatu pendekatan saja. Pada awal pemakaian air yang kurang baik
dalam jaringan irigasi, bahaya tersebut tidak akan terlihat. Namun dengan bergulirnya
waktu, konsentrasi garam di dalam tanah akan meningkat.
Sejumlah unsur dapat merupakan racun bagi tanaman atau binatang. Misalnya
kandungan boron sangat penting untuk pertumbuhan tanaman, namun konsentrasi lebih
dari 0,05 mg/liter akan dapat menggangu sitrus, kacang-kacangan dan buah musiman.
Untuk kandungan boron yang lebih dari 4 mg/liter, semua tanaman dianggap akan
mendapatkan gangguan. Boron terkandung dalam sabun sehingga dapat merupakan faktor
yang kritis dalam penggunaan limah bagi irigasi.
Selenium, walaupun dalam konsentrasi rendah, sangat beracun bagi ternak dan harus
dihindari. Garam-garam yang berupa kalsium, magnesium dan potassium dapat juga
berbahaya bagi air irigasi. Dalam jumlah yang berlebihan, garam-garam ini akan
mengurangi kegiatan osmotik tanaman, mencegah penyerapan zat giri dari tanah. Di
samping itu, garam-garam ini dapat mempunyai pengarnh kimiawi tidak langsung terhadap

5
metabolisme tanaman dan mengurangi kelulusan air dari tanah yang bersangkutan dan
mencegah drainasi atau aerasi yang cukup.
Konsentrasi kritis di dalam air irigasi tergantung dari berbagai faktor, namun jumlah
yang melebihi 700 mg/liter akan berbahaya bagi beberapa jenis tanaman dan konsentrasi
yang melebihi 2000 mg/liter akan berbahaya bagi hampir seluruh tanaman.

2.3 Sistem Irigasi dan Klasifikasi Jaringan Irigas


Dalam perkembangannya, irigasi dibagi menjadi 3 tipe, yaitu :

a) Irigasi Sistem Gravitasi


Irigasi gravitasi merupakan sistem irigasi yang telah lama. dikenal dan diterapkan
dalam kegiatan usashatani. Dalam sistem irigasi ini, sumber air diambil dari air yang
ada di permukaan burni yaitu dari sungai, waduk dah danau di dataran tinggi.
Pengaturan dan pembagian air irigasi menuju ke petak-petak yang membutuhkan,
dilakukan secara gravitatif.

b) Irigasi Sistem Pompa


Sistem irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan, apabila pengambilan secara
gravitatif ternyata tidak layak dari segi ekonomi mauupn teknik. Cara ini membutuhkan
modal kecil, namun memerlukan biaya ekspoitasi yang besar.
Sumber air yang dapat dipompa untuk keperluan irigasi dapat diambil dari
sungai.

c) Irigasi Pasang-surut
Yang dimaksud dengan sistem irigasi pasang-surut adalah suatu tipe irigasi yang
memanfaatkan pengempangan air sungai akibat peristiwa pasang-surut air laut. Areal
yang direncanakan untuk tipe irigasi ini adalah areal yang mendapat pengaruh langsung
dari peristiwa pasang-surut air laut. Untuk daerah Kalimantan misalnya, daerah ini bisa
mencapai panjang 30 - 50 km memanjang pantai dan 10 - 15 km masuk ke darat. Air
genangan yang berupa air tawar dari sungai akan menekan dan mencuci kandungan
tanah sulfat masam dan akan dibuang pada saat air laut surut.
Adapun klasifikasi jaringa irigasi bila ditinjau dari cara pengaturan, cara
pengukuran aliran air dan fasilitasnya, dibedakan atas tiga tingkatan, yaitu :
a. Jaringan Irigasi Sederhana
Di dalam jaringan irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atau diatur
sehingga air lebih akan mengalir ke saluran pembuang. Persediaan air biasanya
berlimpah dan kemiringan berkisar antara sedang dan curam. Oleh karena itu
hampir-hampir tidak diperlukan teknik yang sulit untuk pembagian air (lihat
gambar 2.1.). Jarihgan irigasi ini walaupun mudah diorganisir namun memiliki
kelemahan-kelemahan serius yakni :

6
1. Ada pemborosan air dan karena pada umumnya jaringan ini terletak di daerah
yang tinggi, air yang terbuang tidak selalu dapat mencapai daerah rendah yang
subur.
2. Terdapat banyak pengendapan yang memerlukan lebih banyak biaya dari
penduduk karena tiap desa membuat jaringan dan pengambilan sendiri-sendiri.
3. Karena bangunan penangkap air bukan bangunan tetap/permanen, maka
umumya pendek.

b. Jaringan Irigasi Semi Teknis


Pada jaringan irigasi semi teknis, bangunan bendungnya terletak di sungai lengkap
dengan pintu pengambilan tanpa bangunan pengukur di bagian hilirnya. Beberapa
bangunan permanen biasanya juga sudah dibangun di jaringan saluran. Sistim
pembagian air biasanya serupa dengan jaringan sederhana (lihat gambar 2.2.).
Bangunan pengambilan dipakai untuk melayani/mengairi daerah yang lebih luas
dari pada daerah layanan jaringan sederhana.

c. Jaringan Irigasi Teknis


Salah satu prinsip pada jaringan irigasi teknis adalah pemisahan antara saluran
irigasi/pembawa dan saluran pembuang/pematus. Ini berarti bahwa baik saluran
pembawa maupun saluran pembuang bekerja sesuai dengan fungsinya masing-
masing. Saluran pembawa mengalirkan air irigasi ke sawah-sawah dan saluran
pembuang mengalirkan kelebihan air dari sawah-sawah ke saluran pembuang.
(Lihat gambar 2.3).
Petak tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi teknis. Sebuah
petak tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhan yang umumnya
berkisar antara 50 - 100 ha kadang-kadang sampai 150 ha.
Jaringan saluran tersier dan kuarter mengalirkan air ke sawah. Kelebihan air
ditampung didalam suatu jaringan saluran pembuang tersier dan kuarter dan
selanjutnya dialirkan ke jaringan pembuang sekunder dan kuarter.
Jaringan irigasi teknis yang didasarkan pada prinsip-prinsi di atas adalah cara
pembagian air yang paling efisien dengan mempertimbangkan waktu-waktu
merosotnya persediaan air serta kebutuhan petani. Jaringan irigasi teknis
memungkinkan dilakukannya pengukuran aliran, pembagian air irigasi dan
pembuangan air lebih secara efisien. Jika petak tersier hanya memperoleh air apda
satu tempat saja dari jaringan utama, hal ini akan memerlukan jumlah bangunan
yang lebih sedikit di saluran primer, ekspoitasi yang lebih baik dan pemeliharaan
yang lebihmurah. Kesalahan dalam pengelolaan air di petak-petak tersier juga tidak
akan mempengaruhi pembagian air di jaringan utama.
Secara singkat, klasifikasi jaringan irigasi dapat dilihat pada tabeI 3.1. berikut
ini.

7
Tabel 3.1.
Klasifikasi J aringan Irigasi

Klasifikasi Jaringan
Teknis Semi Teknis Sederhana
1. Bangunan utama Bangunan Bangunan permanen Bangunan sementara
permanen atau semi permanen
2. Kemampuan bangunan
dalam mengukur dan Baik Sedang Jelek
mengatur debit
3. Jaringan saluran Saluran irigasi Saluran irigasi dan Saluran irigasi dan
dan pembuang pembuang tidak pembuang jadi satu
terpisah sepenuhnya terpisah
4. Petak tersier Dikembangkan Belum dikembangkan Belum ada jaringan
sepenuhnya atau densitas ba- terpisah yang di
ngunan tersier jarang kembangkan
5. Tersierefisiensi secara
keseluruhan 50 – 60 % 40 – 50 % < 40 %
6. Ukuran Tak ada batasan Sampai 2000 ha < 500 ha

2.4 Cara Pemberian Air Irigas


Untuk mengalirkan dan membagi air irigasi, dikenal 4 cara utama, yaitu :

a) Pemberian air irigasi lewat permukaan tanah, yaitu pemberian air irigasi melalui
permukaan tanah.
b) Pemberian air irigasi melalui bawah permukaan tanah, yaitu pemberian air irigasi yang
menggunakan pipa dengan sambungan terbuka atau berlubang-lubang, yang ditanam
30 - 100 em di bawah permukaan tanah.
c) Pemberian air irigasi dengan pancaran,. yaitu cara pemberian air iriga.si dalam bentuk
pancaran dari suatu pipa berlubang yang tetap atau berputar pada sumbu vertikal.
Air dialirkan ke dalam pipa dan areal diairi dengan cara panearan seperti pemancaran
pada waktu hujan. Alat pancar ini kadang-kadang diletakkan di atas kereta dan dapat
dipindah-pindahkan sehingga dapat memberikan penyiraman yang merata. Pemberian
air dengan cara pancaran untuk keperluan irigasi semacam ini, belum lazim digunakan
di Indonesia.
d) Pemberian air dengan cara tetesan, yaitu pemberian air melalui pipa, di mana pada
tempat-tempat tertentu diberi perlengkapan untuk jalan keluarnya air aga menetes pada
tanah. Cara pemberian air irigasi semacam ini pun belum lazim di Indonesia.

Cara pemberian air irigasi ini tergantung pada kondisi tanah, keadaan topografi,
ketersediaan air, jenis tanaman, iklim, kebiasaan petani dan pertimbangan lain.

Cara pemberian air irigasi yang termasuk dalam eara pemberian air lewat permukaan,
dapat disebut antara lain :

8
a. Wild flooding : air digenangkan pada suatu daerah yang luas pada waktu banjir cukup
tinggi sehingga daerah akan cukup sempurna dalam pembasahannya; cara ini hanya
cocok apabila cadangan dan ketersediaan air cukup banyak.
b. Free flooding : daerah yang akan diairi dibagi dalam beberapa bagian/petak; air
dialirkan dari bagian yang tinggi ke bagian yang rendah.
c. Check flooding : air dari tempat pengambilan (sumber air) dimasukkan ke dalam
selokan, untuk kemudian dialirkan pada petak-petak yang kecil; keuntungan dari sistem
ini adalah bahwa air tidak dialirkan pada daerah yang sudah diairi.
d. Border strip method : daerah pengairan dibagi-bagi dalam luas yang kecil dengan
galengan berukuran l0 x 100 m2 sampai 20 x 300 m2; air dialirkan ke dalam tiap petak
melalui pintu-pintu.
e. Zig-zig method : daerah pengairan dibagi dalam sejumlah petak berbentuk jajaran atau
persegi panjang; tiap petak dibagi lagi dengan bantuan galengan dan air akan mengalir
melingkar sebelum mencapai lubang pengeluaran. Cara ini menjadi dasar dari
pengenalan perkembangan teknik dan peralatan irigasi.
f. Bazin method : cara ini biasa digunakan di perkebunan buah-buahan. Tiap bazin
dibangun mengelilingi tiap pohon dan air dimasukkan ke dalarnnya melalui selokan
lapangan seperti pada chek flooding.
g. Furrow method : cara ini digunakan pada perkebunan bawang dan kentang serta buah-
buahan lainnya. Tumbuhan tersebut ditanam pada tanah gundukan yang paralel dan
diairi melalui lembah di antara gundukan.

9
10
2.5 Saluran Irigasi
Saluran irigasi teknis dibangun ditunjukkan dengan adanya sekat sebagai saluran
tempat mengalirnya air. Untuk mengatur volume dan kecepatan air, saluran harus dibagi-
bagi. Saluran irigasi terbagi atas 3 jenis yaitu :
a. Saluran Primer
Saluran primer adalah saluran yang membawa air dari jaringan utama ke saluran
sekunder dan ke petak-petak tersier yang akan diairi. Petak tersier adalah kumpulan
petak-petak kuarter, tiap petak kuarter memiliki memiliki luas kurang lebih 8 s.d. 15
ha. Sedangkan petak tersier memiliki luas antara 50 s.d. 150 ha.
b. Saluran Sekunder
Saluran sekunder adalah saluran yang membawa air dari saluran primer ke petak-
petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut.
c. Saluran Tersier
Saluran tersier adalah saluran yang membawa air dari bangunan sadap tersier dari
jaringan utama ke dalam petak tersier saluran kuarter. Saluran kuarter membawa air
dari boks bagi kuarter melalui bangunan sadap tersier atau parit sawah ke petak-petak
sawah. (Herliyani at al, 2012)

Lahan sawah dengan irigasi teknis yaitu jaringan irigasi dimana saluran pemberi
terpisah dari saluran pembuang agar penyediaan dan pembagian air ke dalam lahan sawah
tersebut dapat sepenuhnya diatur dan diukur dengan mudah. Biasanya lahan sawah irigasi
teknis mempunyai jaringan irigasi yang terdiri dari saluran primer, sekunder dan tersier
serta bangunannya dibangun dan dipelihara oleh pemerintah. Ciri-ciri irigasi teknis: Air
dapat diatur dan diukur sampai dengan saluran tersier serta bangunan permanennya. Lahan
sawah yang memperoleh pengairan dari sistem irigasi, baik yang bangunan penyadap dan
jaringan-jaringannya diatur dan dikuasai dinas pengairan PU maupun dikelola sendiri oleh
masyarakat.

2.6 Jenis-Jenis Bangunan Irigasi


A. Bangunan Utama
Bangunan utama dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air untuk
dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang dilayani. Berdasarkan sumber airnya,
bangunan utama dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, (1) bendung, (2)
pengambilan bebas, (3) pengambilan dari waduk, dan (4) stasiun pompa.
1. Bendung
Bendung adalah adalah bangunan air dengan kelengkapannya yang dibangun
melintang sungai atau sudetan yang sengaja dibuat dengan maksud untuk
meninggikan elevasi muka air sungai. Terdapat beberapa jenis bendung,
diantaranya adalah bendung tetap (weir), bendung gerak (barrage) dan bendung
karet (inflamble weir). Pada bangunan bendung biasanya dilengkapi dengan

11
bangunan pengelak, peredam energi, bangunan pengambilan, bangunan pembilas ,
kantong lumpur dan tanggul banjir.
2. Pengambilan Bebas
Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat di tepi sungai yang
mengalirkan air sungai ke dalam jaringan irigasi, tanpa mengatur tinggi muka air
di sungai. Dalam keadaan demikian, jelas bahwa muka air di sungai harus lebih
tinggi dari daerah yang diairi dan jumlah air yang dibelokkan harus dapat dijamin
cukup.
3. Pengambilan Dari Waduk
Waduk (reservoir) digunakan untuk menampung air irigasi pada waktu terjadi
surplus air di sungai agar dapat dipakai sewaktuwaktu terjadi kekurangan air. Jadi,
fungsi utama waduk adalah untuk mengatur aliran sungai.
4. Stasiun Pompa
lrigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan apabila pengambilan secara
gravitasi tenyata tidak layak dilihat dari segi teknis maupun ekonomis.

B. Bangunan Pembawa
Bangunan pernbawa mempunyai fungsi mernbawa / mengalirkan air dari surnbemya
menuju petak irigasi. Bangunan pernbawa meliputi saluran primer, saluran sekunder,
saluran tersier dan saluran kwarter. Termasuk dalam bangunan pernbawa adalah
talang, gorong gorong, siphon, tedunan dan got miring. Saluran primer biasanya
dinamakan sesuai dengan daerah irigasi yang dilayaninya. Sedangkan saluran
sekunder sering dinamakan sesuai dengan nama desa yang terletak pada petak
sekunder tersebut.
1. Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran sekunder dan
ke Petak petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah pada
bangunan bagi yang terakhir.
2. Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran
primer menuju petakpetak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut.
batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan sadap terakhir.
3. Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran sekunder
menuju petak petak kuarter yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. batas
akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks tersier terkahir,
4. Saluran kuarter mernbawa air dari bangunan yang menyadap dari boks tersier
menuju petak petak sawah yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas
akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks kuarter terkahir.

C. Bangunan Bagi Sadap


Bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran primer, sekunder
dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang dibawa oleh saluran yang

12
bersangkutan. Bangunan bagi pada saluransaluran besar pada umumnya mempunyai 3
(tiga) bagian utama, yaitu :
a. Alat pembendung, bermaksud untuk mengatur elevasi muka air sesuai dengan
tinggi pelayanan yang direncanakan
b. Perlengkapan jalan air melintasi tanggul, jalan atau bangunan lain menuju saluran
cabang. Konstruksinya dapat berupa saluran terbuka ataupun goronggorong.
Bangunan ini dilengkapi dengan pintu pengatur agar debit yang masuk
salurandapat diatur.
c. Bangunan ukur debit, yaitu suatu bangunan yang dimaksudkan untuk mengukur
besarnya debit yang mengalir.

D. Bangunan Bangunan Pengukur dan Pengatur


Aliran akan diukur di hulu (udik) saluran primer, di cabang saluran jaringan primer
dan di bangunan sadap sekunder maupun tersier. Bangunan ukur dapat dibedakan
menjadi bangunan ukur aliran atas bebas (free overflow) dan bangunan ukur aliran
bawah (underflow). Beberapa dari bangunan pengukur dapat juga dipakai untuk
mengatur aliran air.

E. Bangunan Lindung
Diperlukan untuk melindungi saluran baik dari dalam maupun dari luar.Dari luar
bangunan itu memberikan perlindungan terhadap limpasan air buangan yang
berlebihan dan dari dalam terhadap aliran saluran yang berlebihan akibat kesalahan
eksploitasi atau akibat masuknya air dari luar saluran. Beberapa bangunan yang
termasuk bangunan lindung adalah Bangunan Pembuang Silang, Pelimpah (Spillway),
Bangunan Penggelontor Sedimen (Sediment Excluder), Bangunan Penguras
(Wasteway), Saluran Pembuang Samping dan Saluran Gendong.

F. Bangunan Drainase
Bangunan drainase dimaksudkan untuk membuang kelebihan air di petak sawah
maupun saluran. Kelebihan air di petak sawah dibuang melalui saluran pernbuang,
sedangkan kelebihan air disaluran dibuang melalui bengunan pelimpah. Terdapat
beberapa jenis saluran pembuang, yaitu saluran pembuang kuerter, saluran pernbuang
tersier, saluran pernbuang sekunder dan saluran pernbuang primer. Jaringan pembuang
tersier dimaksudkan untuk mengeringkan sawah, mernbuang kelebihan air hujan dan
mernbuang kelebihan air irigasi

G. Bangunan Pelengkap
Sebagaimana namanya, bangunan pelengkap berfungsi sebagai pelengkap bangunan
bangunan irigasi yang telah disebutkan sebelumnya. Bangunan pelengkap berfungsi
sebagai untuk memperlancar para petugas dalam eksploitasi dan pemeliharaan.

13
Bangunan pelengkap dapat juga dimanfaatkan untuk pelayanan umum. Jenis jenis
bangunan pelengkap antara lain jalan inspeksi, tanggul, jernbatan penyebrangan,
tangga mandi manusia, sarana mandi hewan, serta bangunan lainnya

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian-uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa Air oleh manusia
digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti untuk memasak dan minum, mencuci,
pembersihan, irigasi, industri, sarana transportasi dan lain-lain.
Salah satu usaha dari pemerintah untuk meningkatkan hasil-hasil pertanian adalah
pemanfaatan air untuk irigasi guna peningkatan produksi pangan.
Pada umumnya bentuk saluran irigasi (saluran primer, sekunder, tersier dan kuarter)
adalah saluran terbuka (open channel) berbentuk trapesium tanpa lapisan pelindung
(lining).
Dalam merencanakan saluran irigasi, yaitu dalam menentukan dimensi saluran,
kemiringan dasar saluran, kecepatan aliran, serta menghitung debit aliran pada saluran,
dilakukan dengan pendekatan pendekatan. Saluran irigasi ada 6 diantaranya: Irigasi
Permukaan, Irigasi Lokal, Irigasi dengan Penyemprotan, Irigasi Tradisional dengan Ember,
Irigasi Pompa Air dan Irigasi Tanah Kering dengan Terasisasi.
Dalam perkembangannya, irigasi dibagi menjadi 3 tipe, yaitu :
a) Irigasi Sistem Gravitasi
b) Irigasi Sistem Pompa
c) Irigasi Pasang-surut

3.2 Saran
Karena sejak jaman dahulu sampai sekarang bahkan sampai mendatang kebutuhan
makhluk hidup yang paling utama adalah air. Air oleh manusia digunakan untuk keperluan
sehari-hari seperti untuk memasak dan minum, mencuci, pembersihan, pengairan dan
irigasi, industry, sarana transportasi dan lain-lain. Oleh karena itu anak muda sekang perlu
belajar system irigasi agar bisa mengelola sumber daya air yang baik agar tidak membawa
dampak yang merugikan bagi kepentingan makhluk hidup lainnya. Dan tau bagaimana cara
membuat saluran irigasi karena salah satu usaha dari pemerintah untuk meningkatkan hasil-
hasil pertanian adalah pemanfaatan air untuk irigasi guna peningkatan produksi pangan.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.polimdo.ac.id/465/1/Calvin%20Manalu%20Full.pdf

https://id.scribd.com/document/328233769/Makalah-Irigasi

https://www.academia.edu/28662867/Makalah_Irigasi_Kelompok

https://www.ilmutekniksipil.com/bangunan-air/teknik-
irigasi#:~:text=Ilmu%20Pengairan%20atau%20Teknik%20Irigasi,pengairan%20atau%20teknik
%20penguasaan%20air.&text=Saluran%2Dsaluran%20dan%20bangunan%2Dbangunan%20pele
ngkap%20untuk%20mengalirkan%20dan,membagikan%20air%20ke%20lahan%20pertanian.

https://id.wikipedia.org/wiki/Irigasi

https://ebooktekniksipil.wordpress.com/air/irigasi-dan-bangunan-air/irigasi-dan-bangunan-air/

16

Anda mungkin juga menyukai