Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
bimbingan dan berkat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Besar ini
hingga selesai. Tugas Besar ini merupakan salah satu syarat agar bisa mengikuti KP, pada
mata kuliah Irigasi bangunan air 2. Tugas Besar ini membahas tentang “Perencanaan
Bendung”.
Selesainya penulisan Tugas Besar ini adalah berkat dukungan dan sumbangan
pemikiran serta dorongan moril dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
Penulis menyadari bahwa penyusunan Tugas Besar ini belumlah sempurna, oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis sangat mengharapkan sumbangan pikiran, kritik
serta saran demi penyempurnaan Tugas Besar ini. Untuk semuanya itu penulis
mengucapkan terima kasih dan berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Akhir harapan penulis, semoga Tugas Besar ini bisa bermanfaat bagi kita semua
di masa depan untuk menjadi pedoman dan bekal di dunia kerja nanti.
Bandung,....Mei 2019
Penulis
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI .........................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL....................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................................vi
BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................................I-1
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................................I-1
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN..........................................................................................I-2
1.3 LINGKUP PEKERJAAN............................................................................................I-2
BAB V.PENUTUP................................................................................................................V-..
5.1 KESIMPULAN...........................................................................................................V-..
5.2 SARAN ................................................................................................................V-.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Air adalah sumber kehidupan bagi setiap mahkluk hidup dimuka bumi ini,
khususnya bagi kita manusia, air merupakan kebutuhan pokok yang tidak bisa dipisahkan
dari kehidupan kita. Air memiliki banyak manfaat bagi manusia, seperti jika kita hendak
mandi, mencuci pakaian, memasak dan sebagainya kita menggunakan air.
Pemberian air irigasi dari hulu (upstream) sampai dengan hilir (downstream)
memerlukan sarana dan prasarana irigasi yang memadai. Sarana dan prasarana tersebut
dapat berupa: bendungan, bendung, saluran primer dan sekunder, box bagi, bangunan-
bangunan ukur, saluran sekunder dan tersier, serta saluran tingkat usaha tani (TUT).
Dalam rangka menciptakan ketahanan pangan nasional, maka salah satu upaya
yang perlu dilakukan adalah memenuhi ketersediaan pangan melalui sistem pertanian
yang baik. Sebagai sumber kehidupan dan salah satu sarana yang memungkinkan
tumbuhnya suatu tanaman, maka air menjadi salah satu faktor yang sangat dibutuhkan
untuk mencapai hasil pertanian yang baik. Oleh karena itu, setiap sumber daya air yang
ada perlu dijaga agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dan dikelola secara
seksama agar mencapai tingkat efisiensi pemanfaatan air yang maksimal dalam
Maksud pembuatan makalah ini adalah agar penulis dapat mengetahui dengan
jelas bagaimana langkah-langkah merencanakan pembangunan suatu “Bangunan Irigasi”
sebagaimana yang telah ditetapkan oleh “KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
PENGAIRAN” Nomor : 185/KPTS/A/1986, “TENTANG STANDAR PERENCANAAN
IRIGASI”. Juga agar penulis mampu mengoperasikan beberapa software pendukung yang
pastinya dipakai dalam perencanaan bangunan irigasi tersebut, misalnya AutoCAD dan
juga Microsoft Office Excel.
Tujuannya agar penulis memiliki pegangan dan juga pengalaman ketika penulis
tidak ingin melanjutkan studi S2 dan ingin melanjutkan ke dunia kerja dalam bidang
irigasi, maka makalah ini bisa digunakan sebagai referensi kerja.
1.3 PERMASALAHAN
LANDASAN TEORI
2.1 UMUM
Pemilihan lokasi bendung dari aspek topografis ditinjau dari dua komponen
pertimbangan, yaitu pertimbangan elevasi dan pertimbangan bentuk regime sungai
(bagian lurus, tidak curam dll).
a. Elevasi target daerah/lahan pertanian yang akan diairi, yang akan mempengaruhi
tinggi bendung/mercu.
b. Elevasi dasar sungai, dipilih lokasi yang memerlukan tinggi bendung paling
rendah namun masih sesuai dengan kebutuhan elevasi mercu minimal.
c. Elevasi topografis dikanan dan kiri bagian hulu bendung, untuk menentukan
ketersediaan tanggul penutup alamiah (misalnya terdapat bukit dikanan kiri
bagian hulu bendung) untuk keperluan tanggul pengaman banjir rancangan
sehingga biaya pembangunan dapat efisien.
Pemilihan lokasi bendung dari aspek hidrologis ditinjau dari dua komponen
pertimbangan pertimbangan yaitu, pertimbangan potensi inflow dan debit banjir.
Sesuai dengan fungsinya sebagai penuntun dan pengarah aliran agar aliran
tersebut senantiasa dalam kondisi hidrolis yang baik, maka kecepatan masuknya
aliran air direncanakan tidak melebihi 4 m/det dan lebar salurannya makin
mengecil kearah hilir, apabila kecepatan tersebut melebihi 4 m/det aliran akan
bersifat heliosiodal dan kapasitas pengalirannya akan menurun. Disamping itu
aliran helisiodal tersebut akan mengakibatkan peningkatan beban hidro dinamis
pada bangunan pelimpah.
Kedalaman dasar saluran pengarah aliran biasanya diambil lebih besar dari
1/5 tinggi rencana limpasan diatas mercu ambang pelimpah lihat gambar 2.1
(sumber : https://www.google.co.id/search)
Gambar 2.1. : Saluran pengarah aliran dan ambang pengatur debit pada
sebuah bangunan pelimpah.
Sesuai dengan fungsinya sebagai pengatur kapasitas aliran (debit) air yang
melintasi bangunan pelimpah maka bentuk dan sisitim kerja saluran pengatur
aliran ini harns disesuaikan dengan ketelitian pengaturan yang disyaratkan untuk
bagian ini, bentuk serta dimensinya diperoleh dari perhitungan-perhitungan
hidrolika yang didasarkan pada rumus-rumus empiris dan untuk selanjutnya
akan diberikan beberapa contoh tipe saluran pengatur aliran.
Guna memperoleh lebar ambang, lihat gambar 2.2. dapat digunakan rumus sebagai
berikut :
(sumber : https://www.google.co.id/search)
Untuk ambang berbentuk persegi empat dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
ho = D/3...................................................................................................................(2.1)
Q 3
b= 2 .........................................................................................................(2.2)
1,704 C D
dan,
Dimana :
Dimensi saluran pengatur tipe bendung pelimpah dapat diperoleh dari rumus
hidrolika sebagai berikut.
Rumus debit :
Q = C.L. H 3 /2...................................................................................................(2.5)
C = Koefisien limpahan
Koefisien limpahan pada bendung tersebut biasanya berkisar antara 2,0 s/d 2,1
dan angka ini dipengaruhi oleh berbagai faktor.
(sumber : https://www.google.co.id/search)
L = L – 2(N.Kp + ka)H...................................................................................(2.6)
Rumus debit
Qx= q.x ..........................................................................................................(2.7)
V =a.xn........................................................................................................(2.8)
n+1
Y = hv ...................................................................................................(2.9)
n
Dimana :
Qx = Debit pada titik x (m 3/det)
q = Debit per unit, lebar yang melintasi bendung pengatur (m 3/det)
x = Jarak antara tepi udik bendung dengan suatu titik pada mercu
bendung.
v = Kecepatan rata-rata aliran air didalam saluran samping pada suatu
titik tertentu
a = Koefisien yang berhubungan dengan kecepatan aliran air didalam
saluran samping
n = Exponen untuk kecepatan aliran air didalam saluran samping
(antara 0,4 s/d 0,8)
(sumber : https://www.google.co.id/search)
Pemilihan kombinasi yang sesuai dengan angka koefisien dan n pada rumus (2.8)
supaya dicari dalam kombinasi sedemikian rupa sehingga disuatu pihak biaya
konstruksi saluran samping ekonomis, sedangkan dilain pihak agar mempunyai
bentuk hidrolis yang menguntungkan. Angka “n” yang paling menguntungkan
tersebut dapat diperoleh dengan beberapa metode.
Saluran Peluncur
(sumber : https://www.google.co.id/search)
2−2
v 22 v 21 n
he = + + v xΔ̂........................................................................
2g 2g ❑
(2.11)
̂
he = d 1 + Δ1 ̂̂ 1√ sin θ-d 2.....................................................................(2.12)
dan,
he = d 1 + Δ ̂ 1 tan θ -d 2..................................................................
(2.13)
Dimana :
he = Perbedaan elevasi permukaan air pada bidang I dan bidang 2
V1 = Kecepatan aliran air pada bidang (1) (m/det)
V2 = Kecepatan aliran air pada bidang (2) (m/det)
d1 = Kedalaman air pada bidang I (m)
d2 = Kedalaman air pada bidang 2 (m)
A11 = Panjang lereng dasar diantara bidang (1) dan bidang (2) (m)
A1 = Jarak horizontal antara kedua bidang tersebut
θ = Sudut lereng dasar saluran.
V 1+V 2
V= .............................................................................................
2
(2.14)
V 22 V2
+ d 2 1 −d 1
Δ̂ = 2g 2g .....................................................................................(2.16)
So−s
dimana :
Δ1 = Jarak horizontal antara bidang 1 dan bidang 2 (m)
hL = Kehilangan tinggi tekanan (m)
m/AL = Kehilangan tinggi tekanan per-unit jarak horizontal (m)
V1V2 = Kecepatan-kecepatan aliran berturut-turut pada bidang 1 dan 2
So = Kemiringan dasar saluran peluncur.
V 1+V 2
V= ; V2 = V1 + 0.25 V2.............................................................(2.17)
2
Dengan cara seperti tersebut diatas, maka akan didapatkan kecepatan aliran
pada suatu bidang tersebut dapat dihitung sesuai dengan bentuk penampang
saluran.
dimana :
O = Sudut pelebaran
F = Angka froude
V = Kecepatan aliran air (m/det)
d = Kedalaman aliran air (m)
g = Gravitasi (m/det2)
Peredam Energi
Ada banyak tipe mercu untuk bendung pelimpah, namun pada umumnya yang
paling sering digunakan di Indonesia ada dua jenis mercu yaitu mercu bulat dan mercu
ogee.
Bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisien debit yang jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan koefisien bendung ambang lebar. Bendung akan memberikan
banyak keuntungan bagi sungai, karena bangunan ini akan mengurangi tinggi muka air
hulu selama banjir. Harga koefisien debit menjadi lebih tinggi, karena lengkung
streamline dan tekanan negatif pada mercu
Tekanan pada mercu adalah fungsi perbandingan antara H1 dan r (H1/ r ). Untuk
bendung dengan dua jari – jari ( R2 ), jari – jari hilir akan digunakan untuk menemukan
harga koefisien debit. Untuk menghindari bahaya kavitasi lokal, tekanan minimum pada
mercu bendung harus dibatasi sampai dengan -4 m tekanan air, jika bangunan tersebut
dari beton. Untuk konstruksi pasangan batu, tekanan sub atmosfer sebaiknya dibatasi
sampai dengan -1 m tekanan air. Persamaan energi dan debit untuk bendung ambang
pendek dengan pengontrol segi empat adalah sebagai berikut :
Dimana :
Q = Debit (m 3/det)
Cd = Koefisien debit ( Cd = C0 C1 C2 )
C0 = Fungsi H1/ r
C1 = Fungsi p/ H1
Mercu Ogee berbentuk tirai luapan bawah dari bendung ambang tajam ( aerasi ).
Oleh kerena itu, mercu tidak akan memberikan tekanan sub atmosfer pada permukaan
mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada debit rencana. Untuk debit yang lebih
rendah, air akan memberikan tekanan ke bawah pada mercu.
Untuk merencanakan mercu Ogee bagian hilir, U.S Army Corps of Engineers
mengembangkan persamaan sebagai berikut :
Y
hd
= 1k [ hdx ¿ ......................................................................................................(2.21)
n
Dimana :
k dan n = Parameter
C d 2/3 2 . g . b . H 1.5
Q=
3 √ 1 ................................................................................(2.22)
Dimana :
Q = Debit ( m3/ dt )
C0 = Konstanta ( = 1,30 )
C1 = Fungsi H1 / hd )
Mercu bendung merupakan struktur utama yang berfungsi untuk membendung laju
aliran sungai dan menaikkan tinggi muka air sungai dari elevasi awal. Bagian ini biasanya
terbuat dari urugan tanah, pasangan batu kali, dan bronjong atau beton. Tubuh bendung
umumnya dibuat melintang pada aliran sungai.
Tinggi mercu bendung p, yaitu ketinggian antara elevasi lantai udik atau dasar
sungai di udik bendung dan elevasi mercu. Dalam menentukan tinggi mercu bendung
maka harus dipertimbangkan terhadap :
Lebar Bendung
Lebar bendung adalah jarak antara dua tembok pangkal bendung (abutment),
termasuk lebar bangunan pembilas dan pilar-pilarnya. Ini disebut lebar mercu bruto.
Biasanya lebar bendung (B) < 6/5 lebar normal (Bn). Dalam penentuan panjang mercu
bendung, maka harus diperhitungkan terhadap :
Lebar efektif bendung adalah lebar bendung yang bermanfaat untuk melewatkan
debit. Untuk menetapkan besarnya lebar efektif bendung, pelu diketahui mengenai
eksploitasi bendung, karena pengaliran air di atas pintu lebih sukar dari pada pengairan
air di atas mercu bendung, maka kemampuan pintu pembilas untuk pengaliran air
dianggap hanya 80%.
dimana:
Bangunan intake adalah suatu bangunan yang berfungsi sebagai penyadap atau
penangkap air baku yang berasal dari sumbernya atau badan air seperti sungai,situ,danau
dan kolam sesuai dengan debit yang di perlukan untuk pengolahan. Bangunan intake
harus disesuaikan menurut konstruksi bangunan air, dan pada umumnya memiliki
konstuksi beton bertulang (reinforced concrete) agar memiliki ketahanan yang baik
terhadap kemungkinan hanyut oleh arus sungai.
Secara umum terdapat bebebrapa fungsi dari bangunan intake, diantanranya:
a. Mengumpulkan air dari sumber untuk menjaga kuantitas debit air yang di butuhkan
oleh instalasai.
Bangunan pengambilan adalah sebuah bangunan yang berupa pintu air. Air irigasi
dibelokan dari sungai melalui bangunan tersebut. Pertimbangan yang digunakan dalam
merencanakan adalah debit rencana dan pengelakan sedimen.
v2 ≥ 32 ( )h d 1/3 d.......................................................................................................(2.23)
di mana :
v ≈ 10 d0.5....................................................................................................................(2.24)
Dengan kecepatan masuk sebesar 1,0 – 2,0 m/dtk yang merupakan besaran
perencanaan normal, dapat diharapkan bahwa butir-butir berdiameter 0,01 sampai 0,04 m
dapat masuk.
Q = µ b a √ 2 gz .............................................................................................................
(2.25)
Dimana :
Q = Debit (m3/dtk)
Bila pintu pengambilan dipasangi pintu radial, maka µ = 0,80 jika ujung pintu
bawah tenggelam 20 cm di bawah muka air hulu dan kehilangan energi sekitar 10 cm.
Untuk yang tidak tenggelam, dapat dipakai rumus-rumus dan grafikgrafik yang diberikan
pada pasal 4.4. Elevasi mercu bendung direncana 0,10 di atas elevasi pengambilan yang
dibutuhkan untuk mencegah kehilangan air pada bendung akibat gelombang.
Harga-harga itu hanya dipakai untuk pengambilan yang digabung dengan pembilas
terbuka; jika direncana pembilas bawah, maka kriteria ini tergantung pada ukuran saluran
pembilas bawah. Dalam hal ini umumnya ambang pengambilan direncanakan 0 < p < 20
cm di atau ujung penutup saluran pembilas bawah. Bila pengambilan mempunyai bukaan
lebih dari satu, maka pilar sebaiknya dimundurkan untuk menciptakan kondisi aliran
masuk yang lebih mulus (lihat gambar 2.8)
Pengambilan hendaknya selalu dilengkapi dengan sponeng skot balok di kedua sisi
pintu, agar pintu itu dapat dikeringkan untuk keperluankeperluan pemeliharaan dan
perbaikan. Guna mencegah masuknya benda-benda hanyut, puncak bukaan direncanakan
di bawah muka air hulu. Jika bukaan berada di atas muka air, maka harus dipakai kisi-kisi
penyaring. Kisi-kisi penyaring direncana dengan rumus berikut:
V2
Hf = c ..................................................................................................................
2g
(2.26)
s 4 /3
di mana: c = β ( ¿ sin δ
b
di mana:
Gambar 2.9 Bentuk – Bentuk Jeruji Kisi – Kisi Penyaring dan Harga – Harga
Pengalaman yang diperoleh dari banyak bendung dan pembilas yang sudah
dibangun, telah menghasilkan beberapa pedoman menentukan lebar pembilas:
a. lebar pembilas ditambah tebal pilar pembagi sebaiknya sama dengan 1/6 – 1/10
dari lebar bersih bendung (jarak antara pangkalpangkalnya), untuk sungai sungai
yang lebarnya kurang dari 100 m.
b. lebar pembilas sebaiknya diambil 60% dari lebar total pengambilan termasuk pilar-
pilarnya. Juga untuk panjang dinding pemisah, dapat diberikan harga empiris.
Pintu pada pembilas dapat direncana dengan bagian depan terbuka atau tertutup. Pintu
dengan bagian depan terbuka memiliki keuntungan-keuntungan berikut:
a. ikut mengatur kapasitas debit bendung, karena air dapat mengalir melalui
pintu-pintu yang tertutup selama banjir.
b. pembuangan benda-benda terapung lebih mudah, khususnya bila pintu dibuat
dalam dua bagian dan bagian atas dapat diturunkan.
Kelemahan-kelemahannya:
a. sedimen akan terangkut ke pembilas selama banjir; hal ini bisa menimbulkan
masalah, apalagi kalau sungai mengangkut banyak bongkah. Bongkah-bongkah
ini dapat menumpuk di depan pembilas dan sulit disingkirkan.
b. benda-benda hanyut bisa merusakkan pintu.
c. karena debit di sungai lebih besar daripada debit di pengambilan, maka air
akan mengalir melalui pintu pembilas; dengan demikian kecepatan menjadi
lebih tinggi dan membawa lebih banyak sedimen.
Bagian atas pemisah berada di atas muka air selama pembilasan berlangsung.
Untuk menemukan elevasi ini, eksploitasi pembilas tersebut harus dipelajari.
Selama eksploitasi biasa dengan pintu pengambilan terbuka, pintu pembilas secara
berganti-ganti akan dibuka dan ditutup untuk mencegah penyumbatan.
Pada waktu mulai banjir pintu pengambilan akan ditutup (tinggi muka air sekitar
0,50 m sampai 1,0 m di atas mercu dan terus bertambah), pintu pembilas akan
dibiarkan tetap tertutup. Pada saat muka air surut kembali menjadi 0,50 sampai 1,0
m di atas mercu dan terus menurun, pintu pengambilan tetap tertutup dan pintu
pembilas dibuka untuk menggelontor sedimen.
Karena tidak ada air yang boleh mengalir di atas dinding pemisah selama
pembilasan (sebab aliran ini akan mengganggu), maka elevasi dinding tersebut
sebaiknya diambil 0,50 atau 1,0 m di atas tinggi mercu. Jika pembilasan harus
didasarkan pada debit tertentu di sungai yang masih cukup untuk itu muka dinding
pemisah, dapat ditentukan dari Gambar 5.6. Biasanya lantai pembilas pada pada
kedalaman rata-rata sungai. Namun demikian, jika hal ini berarti terlalu dekat
Dinding Pemisah
Peredam Energi yaitu bagian dari bangunan pengelak yang berfungsi untuk
meredam tenaga aliran air pada saat melewati pembendungan (misalnya : kolam olak).
Kolam olak adalah suatu bangunan berupa olak dihilir bendung yang berfungsi
untuk meredam energi yang timbul dalam aliran air superkritis yang melewati pelimpah.
1. Tinggi bendung
2. Keadaan geoteknik tanah
3. Jenis angkutan sedimen yang terbawa aliran sungai
4. Keadaan aliran yang terjadi di bangunan peredam energi seperti aliran tidak
sempurna/tenggelam, loncatan air lebih rendah atau lebih tinggi.
Jika kedalaman konjuksi hilir dari loncat air terlalu tinggi dibanding kedalaman
air normal hilir , atau kalau diperkirakan akan menjadi kerusakan pada lantai kolam
yang panjang akibat batu – batu besar yang terangkut lewat atas bendung, maka
dapat dipakai peredam energi yang relatif pendek tapi dalam. Dapat dihitung dengan
rumus:
q2
hc =
√
3
g
.............................................................................................................
(2.27)
Dimana :
Kolam Vlughter
Tekanan Air
a) Gaya tekan air, terbagi atas gaya hidrostatik yaitu fungsi kedalaman [f(h)]
dibawah permukaan air dan gaya hidrodinamik.
b) Gaya tekan ke atas, yaitu tekanan air dari dalam yang menyebabkan
berkurangnya berat efektif bangunan.
Dihitung dengan persamaan (berlaku bendung diatas batuan) berikut :
1
Wu = c w [ h2 + (h1 - h2)]A.....................................................................(2.28)
2
Dimana :
C = proporsi luas pada tekanan hidrostatik bekerja
w = berat jenis air
h2 = kedalaman air hilir
= proporsi tekanan (lihat tabel)
h1 = kedalaman air hulu
A = luas dasar Wu
Wu = gaya tekan keatas.
Tekanan Lumpur
❑s .h 2 1−sin❑
Ps =
2
( 1+sin❑ )..................................................................................(2.29)
G−1
s = s’ G ...................................................................................................
(2.30)
dan untuk sudut gesek 30o digunakan :
Ps = 1,67 . h2....................................................................................................(2.31)
Gaya Gempa
a. Gaya gempa diberikan pada parameter bangunan berdasarkan peta daerah
gempa di Indonesia.
b. Harga percepatan (a), faktor minimum yang dipertimbangkan adalah (0,1 x
percepatan gravitasi).
c. Sebagai gaya horizontal nilai faktor tersebut dikalikan dengan massa
bangunan.
Koefisien gempa dapat dihitung menggunakan rumus berikut :
ad = n (ac x z)m................................................................................................(2.32)
ad
E= .............................................................................................................(2.33)
g
dimana :
ad = percepatan gempa rencana, cm/dtk2
n, m = koefisien untuk jenis tanah
ac = percepatan kejut dasar, cm/dtk2
E = koefisien gempa
G = percepatan gravitasi, cm/dtk2 (980)
Z = faktor yang bergantung kepada letak geografis (Koefisien Zona)
Berat sendiri
P =
∑ (w) +
∑ ( w)e ........................................................................................
A I
(2.34)
BAB III
Data - data :
87
Rumus Bazim = γ
( 1+
√R )
Rumus Chezy = Vᶟ = C × √ R × I
= A = b × d 3+ d 23
2
= P = b+ √ 2 × d3
= Q = A ×V 3
A
= R =
P
Kriteria perencanaan bangunan ini merupakan bagian dari standar perencanaan
irigasi dari Direktorat Jendral Sumber daya air Standar kriteria perencanaan terdiri dari
buku - buku berikut :
KP - 04 Bangunan
Q Tinggi Jagaan
( m³ / dtk ) (m)
< 0, 5 0,4
0,5 - 1,5 0,5
1,5 - 5,0 0,6
5,0 - 1,0 0,75
1,0 - 15,0 0,85
< 15,0 1
(Sumber KP 03-hal 26)
B = ( 6 / 5 ) . Bn
= (6 / 5 ) . 60 m
= 72 m
= 1 /10 . 72
= 7.2 ≈ 7
N = 7 ≈ 1 buah
3.4.3 Lebar Pintu Pembilas
Dengan adanya pilar - pilar pintu pembilas maka air tidak seluruhnya mengalir
dari sebelah udiknya. Lebar yang bermanfaat untuk mengalirkan debit adalah dimensi
lebar efektif bendung yang akan dirancang. Lebar efektif bendung adalah lebar bendung
yang bermanfaat untuk melewatkan debit pada saat banjir pintu pembilas ditutup, ujung
atas pintu bilas tidak boleh lebih tinggi dari mercu bendung, sehingga air bisa lewat
diantaranya. Kemampuan pintu bilas untuk mengalirkan air dianggap hanya 80% saja,
maka disimpulkan besar lebar efektif bendung :
t = 1m
Kemampuan pintu bilas untuk mengalirkan air dianggap hanya 80% saja, maka
disimpulkan besar lebar efektif bendung :
Direncanakan 1 pintu pembilas dan 1 pilar:
Rumus : B eff = B - ∑t – 0,20 .∑b₁
= 72 -5 - 0,20 x ( 1.25 x 1 )
= 64.6 m
2
Q = C × Beff × He 3
3
He 2 = Qd C = C1 × C2 × C3
C× Beff
2
Qd
He = ( C × Beff )
3
dimana :
Qd = debit banjir rencana (m3/dt)
Beff = lebar efektif bendung (m)
He = tinggi total air di atas bendung (m)
C = koefisien pelimpasan (discharge coefficient)
C1 = dipengaruhi sisi depan bendung
P 3
= =¿ 1,666
He 1,8
hd+ d 3 2,85+1,9474
= = 2,665 (x >1,8)
He 1,8
hd 2,85
= = 0,618 ( x < 0,8 )
He 1,8
2 2
Qd 38,2
He’ = ( C × Beff ) (
3
=
2,135 ×7,33 ) = 1,812 m ( He ≠ He’ )
3
(hd + C C Kesalaha
He hd p/He d3 )/He (hd)/He C1 2 3 C He' n
.... .... .... .... .... .... .... .... .... .... ....
Qd
vo=
A
'vo2
hv o =
2g
A=Lef × do
H=he−hvo
do=H + p
Keterangan :
hv0 = tinggi kecepatan di hulu sungai (m)
Maka didapat :
hv0 = hv’ = 0,083 m
H = 1,597 m
do = 4,077 m
A = 29,884 m²
Vo = 1,278 m/det
1
5,212
= ( )
9,81
3
= 1,40 m
B. Menentukan harga Ec
q
Vc =
dc
5,21
=
1,40
= 3,72 m/det
Maka didapat :
V1 = 1,168 m/det
d1 = 3,982 m
hv1 = 0,070 m
E1 = 4,052 m
Dimana :
d1 = tinggi air terendah pada kolam olakan (m)
v1 = kecepatan aliran pada punggung bendung (m/det)
hv1 = tinggi kecepatan (m)
E1 = tinggi energi (m)
P/H Kemiringan
<4,00 1:1
0,40-1,00 3:1
1,00-1,50 3:2
>1,50 Vertikal
Harga – harga k dan n adalah parameter yang ditetapkan dalam Tabel di bawah.
X 1.836 = 3,474 y
Y = X 1,836 / 3,474 y
Y = 0,288 X 1,836
Kemiringan 3 : 1
Dx / Dy = Dy / Dx = 3
= tag Φ = 3 / 1
3 = 0,528497 X 1,836
X 1,836 = 3 / 0,528497
Xͼ = 5,676475 M
Y = X 1,836
Y = 0,288 . ( 5,676 )1,836
yͼ = 6,979 M
Diperoleh koordinat titik singgung Xͼ,Yͼ = (5,676 ; 6,979) m jadi perpotongan garis
lengkung dan garis lurus terletak pada jarak :
y = 5,676 m dari puncak spillway