Anda di halaman 1dari 57

57

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Analisa hidrologi


Dalam perencanaan drainase berhubungan erat dengan besarnya limpasan
(run off) akibat hujan. Untuk menghitung besarnya limpasan (run off) dibutuhkan
analisa hidrologi yang dimulai dari pemprosesan data curah hujan hingga
perhitungan debit banjir rancangan.

4.1.1 Pengumpulan Data Curah Hujan 3 Stasiun


Analisa Curah hujan harian maksimum tahunan didapatkan dari data curah
hujan tertinggi dalam satu tahun pada masing-masing stasiun hujan. Kemudian
didapat data curah hujan maksimum dari stasiun Ciliwung, Kedungkandang dan
Sukun seperti pada tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1 Data Curah Hujan Maksimum Tahunan 3 stasiun

Curah Hujan Maksimum Tahunan (mm)


Tahun Stasiun Hujan
Ciliwung Kedungkandang Sukun
2005 104 67 176
2006 104 75 130
2007 118 60 152
2008 90 82 130
2009 84 85 108
2010 110 125 178
2011 85 82 101
2012 97 87 125
2013 85 102 101
2014 100 144.5 134
58

4.1.2 Uji Konsistensi

Uji konsistensi data curah hujan diperlukan untuk menentukan apakah data
hujan telah konsisten dan melakukan koreksi jika terjadi inkonsistensi. Dalam
pembuatan kurva massa ganda, data yang dibuat adalah data yang mendekati
linear sehingga data yang digunakan adalah data kumulatif.

a. Stasiun Ciliwung
Tabel 4.2 menunjukkan uji konsisensi Sta Ciliwung terhadap Sta
Kedungkandang dan Sta Sukun.

Tabel 4.2 Sta Ciliwung Terhadap Kedungkandang dan Sukun

Rata-
Stasiun Curah Hujan rata Sumbu X Sumbu Y
Tahun B&C
Ciliwung Kedungkandang Sukun Komulatif Komulatif
(A) mm (B) mm (C) mm B&C A
2014 100 145 134 139.5 139.5 100
2013 85 102 101 101.5 241 185
2012 97 87 125 106 347 282
2011 85 82 101 91.5 438.5 367
2010 110 125 178 151.5 590 477
2009 84 85 108 96.5 686.5 561
2008 90 82 130 106 792.5 651
2007 118 60 152 106 898.5 769
2006 104 75 130 102.5 1001 873
2005 104 67 176 121.5 1122.5 977

Dari data kumulatif stasiun Ciliwung dan data kumulatif rata-rata


stasiun Kedungkandang dan Sukun dibuat grafik dengan nilai absis (x) adalah
kumulatif rata-rata stasiun Kedungkandang dan Sukun dan nilai ordinat (y) adalah
kumulatif stasiun Ciliwung.
59

1200

1000 R² = 0,998 2005


2006
800 2007
600 2008
2009
2010
400 2011
2012
200 2013
2014
0
0 200 400 600 800 1000 1200

Grafik 4.1 Uji Konsistensi Sta Ciliwung terhadap Sta Kedungkandang dan
Sukun

Berdasarkan hasil uji konsistensi pada grafik 4.1 tidak terdapat


kemiringan. Maka data hujan pada Sta Ciliwung terhadap Sta Kedungkandang dan
Sukun dianggap konsisten dan tidak perlu dikoreksi.

b. Stasiun Kedungkandang
Tabel 4.3 menunjukkan hasil uji konsistensi Sta Kedungkandang
terhadap Sta Ciliwung dan Sukun.

Tabel 4.3 Sta Kedungkandang Terhadap Ciliwung dan Sukun

Stasiun Curah Hujan Rata-rata Sumbu X Sumbu Y


Tahun Ciliwung Kedungkandang Sukun A&C Kumulatif Kumulatif
(A) mm (B) mm (C) mm A&C B
2014 100 145 134 117 117 145
2013 85 102 101 93 210 247
2012 97 87 125 111 321 334
2011 85 82 101 93 414 416
2010 110 125 178 144 558 541
2009 84 85 108 96 654 626
2008 90 82 130 110 764 708
2007 118 60 152 135 899 768
2006 104 75 130 117 1016 843
2005 104 67 176 140 1156 910
60

Dari data kumulatif stasiun Kedungkandang dan data kumulatif rata-


rata stasiun Ciliwung dan Sukun dibuat grafik dengan nilai absis (x) adalah
kumulatif rata-rata stasiun Ciliwung dan Sukun dan nilai ordinat (y) adalah
kumulatif stasiun Kedungkandang

1200

1000
R² = 0,9863
2005
2006
800 2007
2008
600 2009
2010
400 2011
2012
2013
200
2014
0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
.
Grafik 4.2 Uji Konsistensi Sta Kedungkandang terhadap Sta Ciliwung dan
Sukun

Dari grafik uji konsistensi curah hujan dikoreksi berdasarkan gambar 4.2
terjadi perubahan kemiringan kurva . Tahun 2008 – 2014 dianggap konsisten dan
pada tahun 2007 – 2005 dianggap tidak konsisten. Maka data hujan ini harus
dikoreksi.

m1 = 2008 – 2014 0.8650

m2 = 2007 – 2005 0.5501

Maka, angka koreksi :


m 0.8650
= = 1,5723
m 0.5501

Selanjutnya dilakukan koreksi terhadap stasiun Kedungkandang dari


tahun 2007 – 2005 dengan cara mengalikan data yang ada dengan angka koreksi.
Sehingga diperoleh data sebagai berikut :
61

Tabel 4.4 Sta Kedungkandang koreksi

Kd.kandang
Tahun Kd.kandang koreksi
2005 67 105.3503093
2006 75 117.9294507
2007 60 94.34356053

Tabel 4.5 Sta Kedungkandang setelah dikoreksi

Stasiun Curah Hujan Rata-rata Sumbu X Sumbu Y


Tahun Ciliwung Kedungkandang Sukun A&C Komulatif Komulatif
(A) mm (B) mm (C) mm A&C B
2014 100 145 134 117 117 145
2013 85 102 101 93 210 247
2012 97 87 125 111 321 334
2011 85 82 101 93 414 416
2010 110 125 178 144 558 541
2009 84 85 108 96 654 626
2008 90 82 130 110 764 708
2007 118 105.3503093 152 135 899 813.3503093
2006 104 117.9294507 130 117 1016 931.2797599
2005 104 105.3503093 176 140 1156 1036.630069

1200

R² = 0,9992 2005
1000
2006
800 2007
2008
600 2009
2010
400 2011
2012
2013
200
2014

0
0 200 400 600 800 1000 1200 1400

Grafik 4.3 Uji Konsistensi Sta Kedungkandang terhadap Sta Ciliwung dan
Sukun setelah dikoreksi
62

Dari grafik 4.3 terlihat tidak terjadi perubahan kemiringan kurva


dibandingkan sebelum dikoreksi. Sehingga data curah hujan yang berada di
stasiun Kedungkandang sudah konsisten terhadap stasiun Ciliwung dan Sukun

c. Stasiun Sukun
Tabel 4.6 menunjukkan hasil uji konsistensi Sta Sukun terhadap Sta
Ciliwung dan Kedungkandang.

Tabel 4.6 Sta Sukun terhadap Ciliwung dan Kedungkandang

Rata-
Stasiun Curah Hujan rata Sumbu X Sumbu Y
Tahun Ciliwung Kedungkandang Sukun A&B Komulatif Komulatif
(C)
(A) mm (B) mm mm A&B C
2014 100 145 134 122.5 122.5 134
2013 85 102 101 93.5 216 235
2012 97 87 125 92 308 360
2011 85 82 101 83.5 391.5 461
2010 110 125 178 117.5 509 639
2009 84 85 108 84.5 593.5 747
2008 90 82 130 86 679.5 877
2007 118 60 152 89 768.5 1029
2006 104 75 130 89.5 858 1159
2005 104 67 176 85.5 943.5 1335

Dari data kumulatif stasiun Sukun dan data kumulatif rata-rata stasiun
Ciliwung dan Kedungkandang dibuat grafik dengan nilai absis (x) adalah
kumulatif rata-rata stasiun Ciliwung dan Kedungkandang dan nilai ordinat (y)
adalah kumulatif stasiun Sukun.
63

1600
1400
R² = 0,9956 2005
1200 2006
1000 2007
2008
800
2009
600 2010
2011
400 2012
200 2013
2014
0
0 200 400 600 800 1000

Grafik 4.4 Uji Konsistensi Sta Sukun terhadap Sta Ciliwung dan
Kedungkandang
Berdasarkan hasil uji konsistensi pada grafik 4.4 tidak terdapat
kemiringan. Maka data hujan pada Sta Sukun terhadap Sta Ciliwung dan
Kedungkandang dianggap konsisten dan tidak perlu dikoreksi.

4.1.3 Curah Hujan Rencana


Perhitungan ini digunakan kala ulang 20 tahun atau asumsi bahwa untuk
setiap tahunnya mungkin 1/20 terjadi hujan yang besarnya sama atau lebih dari
yang direncanakan. Perhitungan curah hujan rencana ini didahului dengan
perhitungan Cs dan Ck untuk kemudian menentukan metode yang cocok
digunakan untuk kajian ini.
64

Tabel 4.7 Tabel Perhitungan Cs dan Ck


Rata -
Tahun Sta A Sta B Sta C rata X X ( X  X )3 ( X  X )4 S
2014 100 145 134 126.333 15 3184.524 46851.765
2013 85 102 101 96.000 -16 -3811.770 59543.668
2012 97 87 125 103.000 -9 -640.727 5523.712
2011 85 82 101 89.333 -22 -11071.181 246750.815
2010 110 125 178 137.667 26 17668.770 460194.855
17.31934
2009 84 85 108 92.333 -19 -7175.286 138394.546
2008 90 82 130 100.667 -11 -1314.493 14399.393
2007 118 105 152 125.117 13 2458.062 33173.427
2006 104 118 130 117.310 6 184.105 1047.339
2005 104 105 176 128.450 17 4766.315 80212.794
Rata-
rata 111.621 Total : 4248.3 1086092.3

Tabel 4.8 Persyaratan Pemilihan Distribusi Frekuensi

Distribusi frekuensi Syarat distribusi

Distribusi Normal Cs = 0 dan Ck = 3

Distribusi Log Normal Cs ≈ 3 Cv + Cv3 ≈ 1,2497

Distribusi Gumbel Cs ≤ 1,14 dan Ck ≤ 5,402

Distribusi Log Pearson III Cs ≠ 0

Koefisisen kepencengan / skewness (Cs)


∑( )
Cs = ( )( ).

.
= ( )( ) .

= 0.114

Koefisien kepuncakan / kepuncakan (Ck)


∑( )
Ck = ( )( )( ).
65

.
= ( )( )( ). .

= 2.40

Maka, sesuai dengan persyaratan pemilihan distribusi frekuensi diatas


metode distribusi yang digunakan adalah metode gumbel atau log pearson.
Selanjutnya adalah perhitungan distribusi gumbel.

Tabel 4.9 Perhitungan Distribusi Gumbel Tipe 1


TR
P ( X  X )2
m x (Tahun) X X
1 137.667 9.09% 11.0 26 678.377
2 128.450 18.18% 5.5 17 283.219
3 126.333 27.27% 3.7 15 216.453
4 125.117 36.36% 2.8 13 182.136
5 117.310 45.45% 2.2 6 32.363
6 103.000 54.55% 1.8 -9 74.322
7 100.667 63.64% 1.6 -11 119.997
8 96.000 72.73% 1.4 -16 244.016
9 92.333 81.82% 1.2 -19 372.014
10 89.333 90.91% 1.1 -22 496.740
Jumlah 1116 2699.64
Rata -
rata 112 S 17.32

Dengan keterangan sebagai berikut :

P = peluang

= = = 9.09 %

S = standart deviasi

∑( ̅) .
= = = 17.32

Tr = kala ulang hujan

=
66

N = 10

Yn = 0.4952
Didapat dari tabel Yn dan Sn
Sn = 0.9496

Tabel 4.10 Nilai Yn

n Yn n Yn n Yn n Yn
10 0.4952 34 0.5396 58 0.5515 82 0.5572
11 0.4996 35 0.5402 59 0.5518 83 0.5574
12 0.5035 36 0.541 60 0.5512 84 0.5576
13 0.507 37 0.5418 61 0.5524 85 0.5578
14 0.51 38 0.5424 62 0.5527 86 0.558
15 0.5128 39 0.543 63 0.553 87 0.5581
16 0.5157 40 0.5436 64 0.5533 88 0.5583
17 0.5181 41 0.5442 65 0.5535 89 0.5585
18 0.5202 42 0.5448 66 0.5538 90 0.5586
19 0.522 43 0.5453 67 0.554 91 0.5587
20 0.5236 44 0.5458 68 0.5543 92 0.5589
21 0.5252 45 0.5463 69 0.5545 93 0.5591
22 0.5268 46 0.5468 70 0.5548 94 0.5592
23 0.5283 47 0.5473 71 0.555 95 0.5593
24 0.5296 48 0.5477 72 0.5552 96 0.5595
25 0.5309 49 0.5481 73 0.5555 97 0.5596
26 0.532 50 0.5485 74 0.5557 98 0.5598
27 0.5332 51 0.5489 75 0.5559 99 0.5599
28 0.5343 52 0.5493 76 0.5561 100 0.56
29 0.5353 53 0.5497 77 0.5563
30 0.5362 54 0.5501 78 0.5565
31 0.5371 55 0.5504 79 0.5567
32 0.538 56 0.5508 80 0.5569
33 0.5388 57 0.5511 81 0.557
67

Tabel 4.11 Nilai Sn

Sn
n n Sn n Sn n Sn
10 0.9496 33 1.1226 56 1.1696 79 1.193
11 0.9676 34 1.1255 57 1.1708 80 1.1938
12 0.9833 35 1.1285 58 1.1721 81 1.1945
13 0.9971 36 1.1313 59 1.1734 82 1.1953
14 1.0095 37 1.339 60 1.1747 83 1.1959
15 1.0206 38 1.1363 61 1.1759 84 1.1967
16 1.0316 39 1.1388 62 1.177 85 1.1973
17 1.0411 40 1.1413 63 1.1782 86 1.198
18 1.0493 41 1.1436 64 1.1793 87 1.1987
19 1.0565 42 1.1458 65 1.1803 88 1.1994
20 1.0628 43 1.148 66 1.1814 89 1.2001
21 1.0696 44 1.1499 67 1.1824 90 1.2013
22 1.0754 45 1.1519 68 1.1834 91 1.202
23 1.0811 46 1.1538 69 1.1844 92 1.2026
24 1.0864 47 1.1557 70 1.1854 93 1.2032
25 1.0915 48 1.1574 71 1.1863 94 1.2038
26 1.0961 49 1.159 72 1.1873 95 1.2044
27 1.1004 50 1.1607 73 1.1881 96 1.2049
28 1.1047 51 1.1623 74 1.189 97 1.2055
29 1.1086 52 1.1638 75 1.1898 98 1.206
30 1.1124 53 1.1658 76 1.1906 99 1.2065
31 1.1159 54 1.1667 77 1.1915 100
32 1.1193 55 1.1681 78 1.923

Maka nilai :

𝑆
d = 𝑑 + (𝑌𝑡 − 𝑌𝑛)
𝑆𝑛
.
= 112 + (𝑌𝑡 − 0.4952)
.

= 92.87 + 18.239 𝑌𝑡

Curah hujan rancangan dengan kala ulang 20 tahun adalah sebagai berikut :

Tr = 20 tahun
68

= −𝑙𝑛

= 2.970

Drancangan = 92.887 + ( Yt x Tr )

= 92.887 + (18.239x 2.970)

= 147.059 mm/jam

4.1.4 Uji Kesesuaian Distribusi


a. Uji Smirnov – Kolmogorov
Pengujian dilakukan dengan membandingkan probabilitas tiap data, antara
sebaran empiris & sebaran teoritis ke arah horisontal. Hasil pengujian dinyatakan
dalam , kemudian dibandingkan antara maks dan cr dengan tingkat keyakinan
10% (α = 10%), distribusi frekuensi yang dipilih dapat diterima apabila maks 
cr. Berikut ini adalah contoh perhitungan uji Smirnov – Kolmogorov:

Tabel 4.12 Uji Smirnov – Kolmogorov

X empiris P empiris Yt teoritis TR teoritis P teoritis |ΔP|


138 0.09 2.455 12.1542 0.08228 0.863%
128 0.18 1.950 7.5390 0.13264 4.917%
126 0.27 1.834 6.7705 0.14770 12.503%
125 0.36 1.767 6.3677 0.15704 20.659%
117 0.45 1.339 4.3371 0.23057 22.398%
103 0.55 0.554 2.2887 0.43693 10.853%
101 0.64 0.427 2.0860 0.47938 15.699%
96 0.73 0.171 1.7556 0.56959 15.768%
92 0.82 -0.030 1.5546 0.64325 17.493%
89 0.91 -0.195 1.4219 0.70329 20.580%
max 22%

e = 2.718
n = 10
 0.05
Do = 0.41
69

Persamaan yang digunakan adalah :


∆ max = |𝑃 − 𝑃 |

Nilai x empiris didapatkan dari mengurutkan data distribusi gumbel dari


nilai terbesar ke nilai yang terkecil. Sedangkan nilai P empiris didapatkan dari
nilai peluang dari distribusi gumbel.

X empiris = 138

P empiris = 0.09

.
Yt teoritis =
.

= 2.455

TR teoritis =

= . .
.

= 12.1542

PT teoritis =

= 0.08228

∆𝑃 max = 𝑃 −𝑃

∆𝑃 max = |0.09 − 0.08228|

= 0.863 %

Selanjutnya adalah mengambil nilai yang maksimal dari uji ini. Kemudian
akan dibandingkan dengan nilai D0 yang diambil dari tabel.
70

Tabel 4.13 D0 Uji Smirnov Kolmogorov


N
0.20 0.10 0.05 0.01
5 0.45 0.51 0.56 0.67
10 0.32 0.37 0.41 0.49
15 0.27 0.3 0.34 0.4
20 0.23 0.26 0.29 0.36
25 0.21 0.24 0.27 0.32
30 0.19 0.22 0.24 0.29
35 0.18 0.2 0.23 0.27
40 0.17 0.19 0.21 0.25
45 0.16 0.18 0.2 0.24
50 0.15 0.17 0.19 0.23

N > 50

Dari perhitungan diatas didapat nilai Δmaks = 0,22 , selanjutnya dengan


menggunakan tingkat keyakinan 10% (α = 10%) didaptkan dari tabel Δcr = 0,41 ,
maka Δmaks< Δcr = 0,104 < 0,41 … Ok! (Distribusi frekuensi dapat diterima).

b. Uji Chi Square

Tabel 4.14 Perhitungan Chi square

TR empiris X empiris Yt empiris X teoritis X2hit


11.00 138 2.351 135.759 0.027
5.50 128 1.606 122.180 0.322
3.67 126 1.144 113.757 1.390
2.75 125 0.794 107.371 2.933
2.20 117 0.501 102.018 2.292
1.83 103 0.238 97.222 0.343
1.57 101 -0.012 92.677 0.689
1.38 96 -0.262 88.112 0.706
1.22 92 -0.533 83.158 1.012
1.1 89 -0.875 76.936 1.998
Jumlah 11.71226
71

∑ d
X hit =
d

∑(135.759 − 138)
=
138

= 0.027

Selanjutnya nilai X hit dijumlahkan untuk dibandingkan dengan nilai x2 tabel.


72

Tabel 4.15 Derajat Kepercayaan

µderajat kepercayaan
dk t0,995 t0,99 t0,975 t0,95 t0,05 t0,025 t0,01 t0,005
5 0,412 0,554 0,831 1,145 11,070 12,832 15,086 16,750
6 0,676 0,872 1,237 1,635 12,592 14,449 16,812 18,548
2,167
7 0,989 1,239 1,690 14,067 16,013 18,475 20,278
8 1,344 1,646 2,180 2,733 15,507 17,535 20,090 21,955
9 1,735 2,088 2,700 3,325 16,919 19,023 21,666 23,589
10 2,156 2,558 3,247 3,940 18,307 20,483 23,209 25,188
11 2,603 3,053 3,816 4,575 19,675 21,920 24,725 26,757
12 3,074 3,571 4,404 5,226 21,026 23,337 26,217 28,300
13 3,565 4,107 5,009 5,892 22,362 24,736 27,688 29,819
14 4,075 4,660 5,629 6,571 23,685 26,119 29,141 31,319
15 4,601 5,229 6,262 7,261 24,996 27,488 30,578 32,801
16 5,142 5,812 6,908 7,962 26,296 28,845 32,000 34,267
17 5,697 6,408 7,564 8,672 27,587 30,191 33,409 35,718
18 6,265 7,015 8,231 9,390 28,869 31,526 34,805 37,156
19 6,884 7,633 8,907 10,117 30,144 32,852 36,191 38,582
20 7,434 8,260 9,591 10,851 31,410 34,170 37,566 39,997
21 8,034 8,897 10,283 11,591 32,671 35,479 38,993 41,401
22 8,643 9,542 10,982 12,338 33,924 36,781 40,289 42,796
23 9,260 10,196 11,689 13,091 36,172 38,076 41,638 44,181
24 9,886 10,856 12,401 13,848 36,415 39,364 42,980 45,558
25 10,520 11,524 13,120 14,611 37,652 40,646 44,314 46,928
26 11,160 12,198 13,844 14,379 38,885 41,923 45,642 48,290
27 11,808 12,879 14,573 16,151 40,113 43,194 46,963 49,645
28 12,461 13,565 15,308 16,928 41,337 44,461 48,278 50,994
29 13,121 14,256 16,047 17,708 42,557 45,722 49,588 52,336
30 13,787 14,953 16,791 18,493 43,773 46,979 50,892 53,672

X2 hitungan = 11.712258
df = n - jumlah variabel -1
df = 7
 
X2 tabel = 14,067
73

x2 tabel<x2 hitungan sesuai!

X2 hitungan < X2 tabel. 11.7123 < 14.067

Dari hasil perhitungan di atas didapatkan nilai x2 hitungan sebesar 11712


yang kurang dari nilai x2 pada tabel uji Chi kuadrat yang besarnya adalah 14,067.
Maka dari pengujian kecocokan distribusi Gumbel dapat diterima.

4.2 Saluran Drainase Untuk Jalan

Perhitungan saluran drainase dalam kajian ini dibagi menjadi dua


alternatif. Asumsi yang pertama adalah perhitungan hanya memperhitungkan
limpasan yang berasal dari jalan. Dan asumsi yang kedua dimaksud dalam hal ini
adalah untuk mendapatkan debit banjir rancangan sepanjang Jalan Bondowoso –
Jalan Raya Tidar maka limpasan dari perumahan juga ikut diperhitungkan, selain
yang berasal dari jalan.

4.2.1 Waktu Konsentrasi


Jumlah dari waktu air yang mengalir di area limpasan (to) dengan waktu
air mengalir di saluran (tc) merupakan nilai dari waktu konsentrasi. Sedangkan
waktu disaluran (td) merupakan waktu yang diperlukan air mengalir di sepanjang
saluran yang dan dipengaruhi oleh kemiringan dasar saluran serta panjang saluran.
Berikut ini adalah perhitungan waktu konsentrasi pada saluran kanan daerah
kajian. Perhitungan waktu konsentrasi pada dapat dilihat pada tabel berikut ini.
74

Tabel 4.16 Perhitungan tc

Contoh Perhitungan:

Gambar 4.1 Saluran 0 – 1


75

Perhitungan waktu konsentrasi saluran nomor 0 – 1a

t0 air limpasan jalan menuju saluran

.
t0 = 𝑥 3.28 𝑥 𝐿 𝑥

. .
= 𝑥 3.28 𝑥 4.5 𝑥
√ .

= 1,432 menit

td = (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)

,
=
( . )

.
=
( . )

= 1,6836 menit

tc = to + td

= 1,432 + 1,6836

= 3,118 menit = 0,052 jam

4.2.2 Intensitas Hujan


Data yang tersedia adalah data curah hujan maksimum harian, sehingga
intensitas hujan rencana dihitung dengan rumus Mononobe yaitu :

/
I=
76

Tabel 4.17 Perhitungan I

tc (menit) tc (jam) I (mm/jam) I (m/dt)

3.118 0.052 366.1138472 0.0001017

Perhitungan R24 merupakan hasil dari perhitungan curah hujan rencana


dengan kala ulang 20 tahun. Perhitungan intensitas curah hujan menggunakan
rumus Mononobe pada daerah rencana dapat dilihat pada tabel berikut ini.

R24 = 147.0593

/
I=

. /
I=
.

I = 366,1138 mm jam = 0,0001017 m/dt

4.2.3 Luas Daerah Pengaliran (Catchment Area)


Daerah pengaliran (catchment area) adalah daerah tempat hujan mengalir
menuju saluran. Daerah pengaliran ini ditentukan berdasarkan ½ luas jalan. Air
dari blok rumah diabaikan karena diasumsikan masuk ke dalam saluran drainase
samping yang berada di sisi – sisi jalan. Jadi, hanya air yang berasal dari jalan saja
yang kemudian diperhitungkan. Perhitungan luas jalan dihitung menggunakan
autocad.
77

Catchment area 0 – 1a

Gambar 4.2 Catchment area Saluran 0 – 1a

Tabel 4.18 Perhitungan A

Saluran
Sumber air hujan Jenis Saluran A (m2)
Awal Akhir
0 1a Jalan Gorong - gorong 660.935

4.2.4 Debit Banjir Rancangan


Debit air hujan dihitung dengan metode rasional dimana luas daerah
pengaliran (A) dan koefisien pengaliran (c) untuk jalan raya. Perhitungan ini
dikhususkan hanya menerima limpasan yang berasal dari jalan. Perhitungan debit
air hujan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Contoh Perhitungan :

Perhitungan debit air hujan pada saluran nomor 0 – 1a


78

Tabel 4.19 Perhitungan Debit Banjir Rancangan Dari Jalan

Contoh Perhitungan :

Perhitungan debit air hujan pada saluran nomor 0 – 1a

Qtotal =CxIxA

= 0.8 x 0.0001017 x 660.935

= 0.054 m3/detik
79

4.2.5 Debit Saluran Drainase Eksisting


Debit saluran eksisting dihitung berdasarkan data primer di lapangan. Data
primer yang diperoleh dengan observasi langsung terhadap saluran drainase yang
dikaji. Adapun yang diobservasi meliputi panjang saluran, dimensi saluran,
bentuk penampang, dan jenis tata guna lahan. Perhitungan debit saluran meliputi
angka kekasaran manning, kemiringan dasar saluran, luas penampang saluran,
keliling basah saluran, jari – jari hidrolik, dan kecepatan aliran.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui daya tampung saluran drainase yang
ada saat ini.

Tabel 4.20 Perhitungan Debit

Keterangan :

A = Luas penampang basah

=bxy

= 2.5 x 2.5

= 6.25
80

P = keliling basah

= 2b + y

= 2(2,5) + 2,5

= 7,5

R = jari – jari hidrolika

= A/ P

= 0,8333

S = kemiringan saluran

= 0,0000228

n = nilai koefisien kekasaran manning

= 0,010 (Chow,1985)

V = kecepatan aliran

/ /
= 𝑥𝑅 𝑥𝑆

/ /
= 𝑥 0.8333 𝑥 0.0000228
.

= 0,422844

Q=VxA

= 0,422844 x 6,25

= 2,64 m3/detik
81

4.2.6 Kondisi Eksisiting

Gambar 4.3 Peta Situasi Jalan Bondowoso – Jalan Raya Tidar

Jalan Bondowoso – Jalan Raya Tidar adalah salah satu jalan yang sering
mengalami banjir di Kota Malang. Kondisi jalan yang berada di kawasan ini
masih terlihat cukup baik, dan dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 4.4 Jalan Bondowoso Kota Malang


Sumber : Dokumentasi pribadi
82

Gambar 4.5 Cross Section


Sumber : Data Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Pengawasan Bangunan
Kota Malang

Jalan Bondowoso – Jalan Raya Tidar yang membentang sepanjang 1,4 km


ini tentunya juga memiliki sistem drainase seperti yang tampak pada gambar di
bawah ini. Sistem drainase jalan yang dimaksud adalah box culvert yang berada di
Jalan Bondowoso – Jalan Raya Tidar. Box culvert ini memiliki dimensi 2,5 x 2,5
m yang membentang sepanjang 1,4 km. Box culvert ini berfungsi sebagai saluran
drainase yang mengalirkan air yang berada di jalan. Namun seperti terlihat pada
gambar saluran ini tidak dapat berfungsi dengan baik karena air yang berada di
dalam saluran ini tidak mengalir.

Gambar 4.6 Box culvert Jalan Bondowoso


83

Gambar 4.7 Kondisi inlet Jalan Tidar Sakti


Inlet merupakan salah satu bangunan pelengkap pada saluran drainase.
Kondisi inlet yang baik tentunya juga akan menunjang kinerja saluran drainase itu
sendiri. Seperti terlihat pada gambar inlet tersebut hampir keseluruhan lubang –
lubangnya tertutup oleh sampah. Baik itu sampah – sampah plastik, daun, maupun
lumpur. Hal ini tentunya sangat disayangkan dan diperlukan adanya tindakan
untuk membuat inlet ini kembali berfungsi dengan baik.

Berdasarkan hasil wawancara dengan warga sekitar banjir yang sering


terjadi di kawasan ini kedalamannya bervariatif, mulai dari 20 cm sampai 30 cm.
wawancara dilakukan secara acak dengan 3 koresponden yang berada di lokasi
Jalan Bondowoso – Jalan raya Tidar. Wawancara ini dilakukan pada tanggal 25
Juni 2016.
84

Gambar 4. 8 Hasil Wawancara Dengan Koresponden di Jalan Bondowoso –


Jalan Raya Tidar
Sumber : Dokumentasi Pribadi
85

Tabel 4.21 Hasil Survei Lapangan


86

Tabel 4.22 Hasil Survei Lapangan


87

Gambar 4.9 Hasil Survei Inlet


Sumber : Dokumentasi Pribadi

4.2.7 Evaluasi Debit Saluran Drainase Rancangan dengan Debit Eksisting


Evaluasi dilakukan untuk membandingkan debit eksisting dengan debit
rencana. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah debit yang masuk ke saluran
drainase masih mampu ditampung oleh drainase eksisting atau tidak. Berikut ini
disajikan hasil perbandingan debit eksisting dengan debit rencana.
88

Tabel 4.23 Perhitungan Debit Eksisting

Apabila debit eksisting < debit rencana maka saluran drainase dianggap tidak mampu menampung aliran air yang masuk ke
dalamnya. Sedangkan apabila debit eksisting > debit rencana maka saluran masih mampu menampung aliran yang ada. pada kajian
ini saluran dianggap masih mampu debit air yang ada. kesimpulan yang dapat diambil dari evaluasi ini adalah gorong – gorong yang
berdimensi 2,5 x 2,5 m yang berada di Jalan Bondowoso – Jalan Raya Tidar masih mampu menampung debit air hujan yang ada
dengan kala ulang 20 tahun.
89

4.2.7 Kontrol Kecepatan Aliran Saluran Eksisting


Kontrol kecepatan aliran digunakan untuk mengetahui apakah aliran di
saluran drainase dapat menyalurkan air tanpa menyebabkan adanya endapan serta
menghindari erosi pada dinding saluran atau tidak. Berikut ini disajikan hasil
kontrol kecepatan aliran.

Tabel 4.24 Perhitungan Debit

Apabila V saluran < V ijin maka saluran dapat menyalurkan air dengan
kecepatan yang memenuhi syarat sehingga tidak meninggalkan endapan dan erosi
pada dinding saluran.

4.2.8 Kontrol Kondisi Aliran Saluran Eksisting

Kondisi aliran dinyatakan dalam bilangan Froud (Fr). Hasil bilangan


Froud adalah sebagai berikut:

 Fr = 1 maka aliran bersifat kritis.


 Fr < 1 maka aliran bersifat subkritis
 Fr > 1 maka aliran bersifat superkritis
Pada umumnya dalam perencanaan saluran drainase, kondisi aliran yang
digunakan adalah aliran subkritis (Fr < 1). Berikut ini adalah perhitungan bilangan
Froud serta sifat aliran.

Tabel 4.25 Kontrol Kondisi Aliran


90

Contoh Perhitungan:
Perhitungan kondisi aliran pada saluran 0 - 1a

Fr =
√ .
,
=
√ . ,
= 0,085
Dimana :
g = bilangan gravitasi = 9.8
h = kedalaman efektif saluran
Dari perhitungan didapat Fr = 0,085< 1. Maka sifat aliran pada saluran
drainase ini adalah Subkritis.

4.3 Saluran Drainase Untuk Perumahan


Saluran drainase untuk perumahan yang dimaksud dalam hal ini adalah
saluran drainase yang berada di samping Jalan Bondowoso – Jalan Raya Tidar
Kota Malang. Saluran drainase ini diasumsikan menerima limpasan air yang
berasal dari perumahan dan jalan.

4.3.1 Waktu Konsentrasi


Jumlah dari waktu air yang mengalir di area limpasan (to) dengan waktu
air mengalir di saluran (tc) merupakan nilai dari waktu konsentrasi. Sedangkan
waktu disaluran (td) merupakan waktu yang diperlukan air mengalir di sepanjang
saluran yang dan dipengaruhi oleh kemiringan dasar saluran serta panjang saluran.
Berikut ini adalah perhitungan waktu konsentrasi pada saluran samping daerah
kajian. Perhitungan waktu konsentrasi pada dapat dilihat pada tabel berikut ini.
91

Tabel 4.26 Perhitungan tc Untuk Perumahan

Contoh Perhitungan:

Gambar 4.10 Saluran 0 – 1


92

Perhitungan waktu konsentrasi saluran nomor 0 – 1a

- tc untuk jalan

t0 air limpasan jalan menuju saluran

.
t0 = 𝑥 3.28 𝑥 𝐿 𝑥

. .
= 𝑥 3.28 𝑥 4.5 𝑥
√ .

= 1,432 menit

td = (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)

,
=
( . )

.
=
( . )

= 1,6836 menit

tc = to + td

= 1,432 + 1,6836

= 3,118 menit = 0,052 jam

- tc untuk perumahan

0.87 𝑥 𝐿 .
𝑡𝑐 = ( )
𝐻
0.87 𝑥 (221.270) .
𝑡𝑐 = ( )
0.287
= 0,268 menit

= 0,004 jam
93

4.3.2 Intensitas Hujan


Data yang tersedia adalah data curah hujan maksimum harian, sehingga
intensitas hujan rencana dihitung dengan rumus Mononobe yaitu :

/
I=

Tabel 4.27 Perhitungan I

tc (menit) tc (jam) I (mm/jam) I (m/dt)

0,268 0,004 1877,784428 0,0005216


3,117 0,052 366,1562563 0,0001017

Perhitungan R24 merupakan hasil dari perhitungan curah hujan rencana


dengan kala ulang 20 tahun. Perhitungan intensitas curah hujan menggunakan
rumus Mononobe pada daerah rencana dapat dilihat pada tabel berikut ini.

R24 = 147.0593

/
I=

. /
I=
.

I = 366,1138 mm jam = 0,0001017 m/dt untuk jalan

/
I=

. /
I=
.

I = 1877,7844 mm jam = 0,0005216 m/dt untuk perumahan


94

4.3.3 Luas Daerah Pengaliran (Catchment Area)


Daerah pengaliran (catchment area) adalah daerah tempat hujan mengalir
menuju saluran. Daerah pengaliran ini ditentukan berdasarkan ½ luas per blok
rumah. Perhitungan luas blok rumah menggunakan asumsi luasan dari Google
Earth.

Catchent area 0 – 1a

Gambar 4.11 Catchment Area Perumahan Saluran 0 – 1a

Tabel 4.28 Perhitungan A perumahan

4.3.4 Debit Banjir Rancangan


Debit air hujan dihitung dengan metode rasional dimana luas daerah
pengaliran (A) dan koefisien pengaliran (c) untuk jalan raya. Perhitungan ini
dikhususkan hanya menerima limpasan yang berasal dari jalan. dan yang kedua
adalah perhitungan debit banjir yang menggunakan asumsi ikut menghitung
limpasan air dari perumahan. Perhitungan debit air hujan dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
95

Contoh Perhitungan :

Perhitungan debit air hujan pada saluran nomor 0 – 1a

Tabel 4.29 Perhitungan Debit Banjir Rancangan

Contoh Perhitungan :

Perhitungan debit air hujan pada saluran nomor 0 – 1a untuk jalan

Qtotal =CxIxA

= 0,8 x 0,0001017 x 660,935

= 0,054 m3/detik
96

Perhitungan debit air hujan pada saluran nomor 0 – 1a untuk perumahan

Q =CxIxA

= 0,5 x 0,0005216 x 5877,501

= 1,533 m3/detik

Qtotal = Qjalan + Qperumahan

= 0,054 + 1,533

= 1,551 m3/detik

4.3.5 Debit Saluran Drainase Samping


Debit saluran eksisting dihitung berdasarkan data primer di lapangan. Data
primer yang diperoleh dengan observasi langsung terhadap saluran drainase
samping yang dikaji. Adapun yang diobservasi meliputi panjang saluran, dimensi
saluran, bentuk penampang, dan jenis tata guna lahan. Perhitungan debit saluran
meliputi angka kekasaran manning, kemiringan dasar saluran, luas penampang
saluran, keliling basah saluran, jari – jari hidrolik, dan kecepatan aliran.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui daya tampung saluran drainase
samping yang ada saat ini.

Tabel 4.30 Perhitungan Debit Saluran Samping


97

Keterangan :

A = Luas penampang basah

=bxy

= 0,6 x 0,77

= 0,462

P = keliling basah

= b + 2y

= 0,6 + 2(0,77)

= 2,14

R = jari – jari hidrolika

= A/ P

= 0,216

S = kemiringan saluran

= 0,003

n = nilai koefisien kekasaran manning

= 0,013 (Chow,1985)

V = kecepatan aliran
98

/ /
= 𝑥𝑅 𝑥𝑆

/
= 𝑥 0,216 𝑥 0,003
.

= 1,51624

Q=VxA

= 1,51624 x 0,462

= 0,700505 m3/detik

4.3.6 Kondisi Eksisiting

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa Jalan Bondowoso – Jalan


Raya Tidar adalah salah satu jalan yang sering mengalami banjir di Kota Malang.
Jalan Bondowoso – Jalan Raya Tidar yang membentang sepanjang 1,4 km ini
tentunya juga memiliki sistem drainase seperti yang tampak pada gambar di
bawah ini. Saluran drainase ini berfungsi untuk menampung aliran air dari rumah
– rumah yang berada di sekitar kawasan tersebut. Dimensi saluran samping ini
bervariasi, mulai dari 30 x 35 cm dan 60 x 77 cm. Setelah dilakukan survei
lapangan maka didapati bahwa saluran drainase yang berada di samping jalan ini
terdapat beberapa bagian yang bermasalah. Seperti terdapat endapan dan
tertumpuk sampah – sampah plastik. Juga terdapat beberapa bagian yang tidak
teraliri oleh air. Dimensi saluran drainase yang tampak pada gambar adalah 60 cm
x 77 cm. sedangkan tinggi endapan yang berada di saluran ini setinggi 68 cm.
99

Gambar 4.12 Saluran Drainase Eksisting


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar 4.13 Saluran drainase eksisting


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Berikut ini adalah skema arah aliran yang berada di Jalan Bondowoso –
Jalan Raya Tidar. Dapat dilihat bahwa aliran berasal dari Jalan Gede yang berada
di awal proyek menuju k arah Jalan Raya Tidar dan berakhir di Kali Metro untuk
aliran yang berada didalam saluran box culvert. Aliran yang berada di dalam box
culvert diasumsikan hanya menerima dari jalan kemudian masuk melalui inlet
menuju ke saluran pengarah untuk kemudian selanjutnya dialirkan ke manhole.
Dari manhole ini aliran dibawa melalui box culvert dan dibuang ke Kali Metro.
100

Sedangkan untuk arah aliran yang berada di saluran samping arah alirannya
bervariatif, tergantung pada elevasi eksisting. Hasil arah aliran saluran samping
didapatkan dari hasil survey lapangan. Untuk Jalan Retawu sampai Jalan Jombang
aliran mengarah ke arah barat Jalan Gede. Untuk kawasan Jalan Meratus arah
aliran menuju ke sungai yang berada di sebelah barat Jalan Galunggung. Dan yang
terakhir aliran air yang berada di sebelah barat sungai yang berada di Jalan Tidar
Sakti dialirkan menuju ke arah barat yaitu menuju Kali Metro.

Gambar 4.14 Skema Arah Aliran


Sumber : Google Maps
101

4.3.7 Evaluasi Debit Saluran Drainase Rancangan dengan Debit Saluran


Samping
Untuk alternatif kedua maka dibuat perhitungan evaluasi antara debit
saluran drainase rancangan dengan debit saluran samping yang menggunakan
asumsi mengalirkan air yang berasal dari perumahan dan jalan. Dengan
menggunakan metode perhitungan yang sama, namun dengan dimensi saluran
samping 60 cm x 77 cm. Maka diperoleh hasil evaluasi sebagai berikut :
102

Tabel 4.31 Perhitungan Debit Saluran Samping

Apabila debit eksisting < debit rencana maka saluran drainase dianggap tidak mampu menampung aliran air yang masuk ke
dalamnya. Sedangkan apabila debit eksisting > debit rencana maka saluran masih mampu menampung aliran yang ada. Dan pada
kajian ini saluran sudah tidak mampu debit air yang ada. Kesimpulan yang dapat diambil dari evaluasi ini adalah saluran samping
yang berdimensi 60 x 77 cm yang berada di Jalan Bondowoso – Jalan Raya Tidar tidak mampu menampung debit air hujan apabila
berasal dari perumahan dan jalan yang ada dengan kala ulang 20 tahun. Maka harus ditemukan alternatif solusi untuk mengatasi
permasalahan ini sebagai tindak lanjut untuk menyelesaikan permasalahan genangan yang berada di kawasan tersebut.
103

4.3.8 Kontrol Kecepatan Aliran Saluran Eksisting


Kontrol kecepatan aliran digunakan untuk mengetahui apakah aliran di
saluran drainase samping dapat menyalurkan air tanpa menyebabkan adanya
endapan serta menghindari erosi pada dinding saluran atau tidak. Berikut ini
disajikan hasil kontrol kecepatan aliran.

Tabel 4.32 Perhitungan Debit

Apabila Vsaluran < V ijin maka saluran dapat menyalurkan air dengan
kecepatan yang memenuhi syarat sehingga tidak meninggalkan endapan dan erosi
pada dinding saluran.

4.3.9 Kontrol Kondisi Aliran Saluran Eksisting

Kondisi aliran dinyatakan dalam bilangan Froud (Fr). Hasil bilangan


Froud adalah sebagai berikut:

 Fr = 1 maka aliran bersifat kritis.


 Fr < 1 maka aliran bersifat subkritis
 Fr > 1 maka aliran bersifat superkritis
Pada umumnya dalam perencanaan saluran drainase, kondisi aliran yang
digunakan adalah aliran subkritis (Fr < 1). Berikut ini adalah perhitungan bilangan
Froud serta sifat aliran.
104

Tabel 4.33 Kontrol Kondisi Aliran

Contoh Perhitungan:
Perhitungan kondisi aliran pada saluran 0 - 1a

Fr =
√ .
,
=
√ . ,
= 0,552
Dimana :
g = bilangan gravitasi = 9.8
h = kedalaman efektif saluran
Dari perhitungan didapat Fr = 0,522 < 1. Maka sifat aliran pada saluran
drainase ini adalah Subkritis.

4.4 Evaluasi Bangunan Pelengkap Saluran Drainase

Setelah dilakukan perhitungan debit, kecepatan, dan bilangan Froude


eksisiting dan perhitungan dibandingkan dengan perhitungan perencanaan
didapatkan hasil bahwa kondisi eksisting masih memenuhi. Jadi dapat diambil
kesimpulan bahwa penyebab genangan bukan dari tidak berfungsinya box culvert
yang ada di lokasi. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi terhadap bangunan
pelengkap saluran drainase yang berupa inlet. Evaluasi ini didasarkan pada asumsi
pertama bahwa limpasan yang diperhitungkan dalam kajian hanya berasal dari
jalan.
Dalam sistem drainase selain saluran juga direncanakan bangunan
pelengkap yang mendukung sistem drainase tersebut. Bangunan pelengkap pada
105

perencanaan ini adalah inlet. Inlet sangat diperlukan dalam suatu sistem drainase.
Khususnya drainase tertutup. Hal ini akan mempermudah aliran untuk masuk ke
dalam saluran. Perubahan tata guna lahan yang banyak terjadi di kota – kota besar
membuat lahan yang berfungsi sebagai resapan kemudian banyak berubah
menjadi lahan pemukiman.
Inlet pada perencanaan ini didesain berdasarkan Pedoman Perencanaan
Sistem Drainase Jalan Tahun 2006. Inlet yang dimaksud dalam kajian ini adalah
jenis gutter inlet. Untuk mengalirkan air yang berada di badan jalan maka
direncanakan saluran baru yang berada di pinggir jalan. Saluran ini hanya
memperhitungkan limpasan yang berasal dari jalan. Untuk kemudian air yang
berada di dalam saluran drainase pengarah ini dialirkan ke dalam manhole dan
diteruskan ke box culvert menuju kali metro.

Gambar 4.15 Hasil Survei Inlet


Sumber : Dokumentasi Pribadi
106

Gambar 4.16 Hasil Survei Inlet


Sumber : Dokumentasi Pribadi
107

Tabel 4.34 Perhitungan Debit Saluran Pengarah

Saluran drainase ini dibuat untuk manhole 0 + 000 sampai 0 + 050

Contoh perhitungan :

Jenis material yang akan digunakan untuk saluran drainase adalah beton

n = Nilai koefisien kekasaran Manning

b = 0,4 m
Direncanakan
h = 0,2
108

Kemiringan = 0.004

Luas = bxh

= 0,4 x 0,2

= 0,08

Keliling basah = 2b + h

= 2(0,4) + 0,2

= 0,8 m

Jari – jari hidrolis = A/P

= 0,08 / 0,8

= 0,100

/ /
V = 𝑥𝑅 𝑥𝑆 𝑥𝐴

= .
𝑥 0.100 /
𝑥 0.004 /
𝑥 0.08

= 1,0481

Debit = V x A

= 1,0481 x 0.08

= 0.0835 m3/dt

Debit yang ada selanjutnya dibagi per 50 meter dengan tujuan akan
disalurkan ke tiap – tiap manhole yang ada dengan jarak per 50 meter. Didapatkan
hasil yaitu 0,04553 m3/dt untuk panjang 50 m.

Debit ini yang nantinya akan digunakan untuk melakukan perencanaan


gutter inlet.
109

Tabel 4.35 Interpolasi Dimensi Inlet


Sumber : Pedoman Perencanaan Drainase Tahun 2006

Pada kemiringan (m3/detik) Tempat rendah (m3/detik)


Ukuran (mm) Lubang
pemasukan

(Lebar x Panjang)
1000 x 375 0.05 0.01
1000 x 750 0.10 0.20
1000 x 1000 0.13 0.26
1000 x 1500 0.20 0.40
1000 x 2000 0.26 0.52
1000 x 2500 0.31 0.62

Dengan debit 0.04553 m3 akan didapatkan dimensi inlet sebesar 1000 x 300 m.

Panjang = 1 m

L = 0.30 m

Luas = 0.3 m3/dt

Ukuran lubang inlet yang direncanakan:

3 x 25 cm

Luas = 0,0075 m2

Untuk jarak / 122 meter = 0.3 ÷ 0.0075 = 40 buah

Untuk jarak / 50 meter = 40 ÷ (25/5)

= 8 buah
110

Gambar 4.17 Peletakan Inlet

Penyesuaian dengan inlet yang ada di pasaran yaitu 20 cm x 1 m, maka:

P=1m
L = 0,3 m
Luas = 0.3 m3/dt
Ukuran lubang inlet = 0,2 x 1
= 0,2 m2
Untuk jarak / 122 m = 0,3 ÷ 0.2 = 1,5 buah
Untuk jarak / 50 m = 1,5 ÷ (25÷5) = 1 buah

Maka berdasarkan hasil evaluasi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa


inlet yang direkomendasikan berdasarkan Perencanaan Drainase Jalan Tahun
2006 adalah untuk merencanakan inlet dengan dimensi 0,2 x 1 meter untuk jarak/5
meter.

Tabel 4.36 Desain Inlet Rekomendasi


111

4.5 Rencana Anggaran Biaya


Rencana anggaran biaya merupakan seluruh hasil penjumlahan antara
volume pekerjaan dengan analisa harga satuan yang telah dibuat dari setiap item
pekerjaan yang dihitung. Berikut ini adalah perhitungan volume pekerjaan saluran
drainase Jalan Bondowoso – Jalan Raya Tidar:

Tabel 4.37 Bill of Quantity

Contoh Perhitungan :
Pekerjaan Pembersihan lapangan
Lebar saluran = 0,4 meter
Panjang saluran = 1400 meter
Luas = 0,4 x 1400
= 560 m2
Dengan harga /m2 adalah Rp. 4.318,20 rupiah. Maka total dana yang harus
dikeluarkan untuk item pekerjaan pembersihan lapangan adalah Rp 2,418,192.00
rupiah. Untuk rincian perhitungan lainnya dapat dilihat di lampiran.
112

Dari RAB yang telah dihitung didapatkan nilai proyek saluran drainase
Jalan Bondowoso – Jalan Raya Tidar adalah sebesar Rp. 907.775.500,62 dengan
rinciannya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.38 Perhitungan RAB

4.6 Penjadwalan Pekerjaan


Setelah rencana anggaran biaya telah selesai dilaksanakan maka langkah
berikutnya adalah menghitung durasi pelaksanaan pekerjaaan, dimana waktu
pelaksanaan pekerjaan dihitung setiap item pekerjaan yang dilaksanakan. Berikut
adalah contoh perhitungan durasi pekerjaan pada salah satu item pekerjaan yaitu
pekerjaan pembersihan dan striping/kosrekan :

1. Mengidentifikasi sumber daya manusia yang dipergunakan dalam


pekerjaan tersebut, atau sesuai dengan AHSP yang digunakan, dimana
pembersihan dan striping/kosrekan terdiri dari pekerja dan mandor.
113

2. Data awal yang dibutuhkan dalam perhitungan durasi adalah koefisien


sesuai dengan AHSP yang digunakan :
a. Pekerja : 0,06
b. Mandor : 0,006
3. Menghitung produktifitas masing – masing sumber daya manusia,
dengan cara = :

a. Produktifitas pekerja : = 16,66


,

b. Produktifitas mandor : = 166,6


,

4. Menghitung kebutuhan yang digunakan, dimana rumusnya adalah

a. Kebutuhan pekerja : = 9333,3


,

b. Kebutuhan mandor : = 93333,3


,

5. Menghitung durasi pekerjaan yang digunakan sesuai dengan jumlah


pekerja karena pekerja adalah bagian terkecil dari sumber daya manusia
yang dibutuhkan, sebelum menentukan durasi kita mencoba untuk
memprediksi jumlah pekerja yang dibutuhkan, berikut adalah rumus

yang digunakan durasi = :

a. Durasi pekerjaan : = 4 hari


,

Setelah didapatkan durasi setiap pekerjaan maka dibuat logika hubungan


pekerjaan, dimana hal ini sangat berpengaruh pada metode pelaksanaan yang
dipakai. Perhitungan durasi total pekerjaan menggunakan Ms. Excel dengan hasil
adalah 24 hari kalender. Untuk melihat detail perhitungan durasi setiap item
pekerjaan dapat dilihat pada lampiran penjadwalan pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai