Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sungai Poso, sungai dengan keragaman hayati luar biasa. Sungai salah satu terpanjang di
Sulawesi. Dikutip dari wikipedia, Sungai Poso adalah sebuah sungai di Sulawesi Tengah, Indonesia,
sekitar 1600 km di timur laut ibu kota Jakarta. Sungai Poso memiliki panjang 100 km dan mengalir dari
Sungai Poso, sekitar 2 km sebelah barat dari kota Tentena, mengalir menuju Kota Poso dan bermuara
di Teluk Tomini
Sungai ini mengalir di wilayah tengah pulau Sulawesi yang beriklim hutan hujan tropis (kode: Af
menurut klasifikasi iklim Köppen-Geiger) Suhu rata-rata setahun sekitar 22 °C. Bulan terpanas adalah
Oktober, dengan suhu rata-rata 23 °C, and terdingin Januari, sekitar 20 °C Curah hujan rata-rata tahunan
adalah 2715 mm. Bulan dengan curah hujan tertinggi adalah Mei, dengan rata-rata 368 mm, dan yang
terendah September, rata-rata 66 mm

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik DAS Sungai Poso?
2. Bagaimana penampang memanjang dan melintang sungai Poso?
3. Bagaimana morfologi pada sungai Poso?
4. Bagaimana debit dari sungai Poso?
5. Apa saja bangunan air disepanjang sungai Poso dan pemanfataan apa yang
dilakukan dari sungai Poso?
6. Apa saja permasalahan yang ada disungai Poso dan bagaimana pemecahan
masalahnya?
7. Bagaimana kelembagaan pengelolaan pada sungai Poso?
8. Bagaimana kesehatan sungai Poso?

C. Maksud dan Tujuan


1. Mengetahui karakteristik DAS Poso
2. Mengetahui penampang memanjang dan melintang sungai Poso
3. Mengetahui morfologi sungai Poso
4. Mengetahui debit yang ada disungai Poso

1
5. Mengetahui bangunan air apa saja yang ada disungai Poso dan apa saja
pemanfataannya sebagai sungai.
6. Memikirkan bentuk penyelesaian pada permasalahan yang terjadi disungai Poso.
7. Mengetahui kelembagaan yang mengelola sungai Poso.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Karakteristik DAS POSO
Daerah aliran sungai (DAS) Poso secara geografis terletak di Kabupaten Poso Provinsi
Sulawesi Tengah yang memiliki luas DAS ± 1101,87 km2 dan panjang ± 68,70 km (Ishak,
2010). Pada alur sungai Poso terdapat jeram di Sulewana sepanjang 1 km dengan ketinggian
jatuh ± 470 m (Krismono, et al. 2011). Daerah aliran sungai Poso membentang dari wilayah
Tentena/sungai Poso (hulu) hingga wilayah Kayamana (hilir) yang merupakan daerah muara
yang berbatasan langsung dengan Teluk Tomini. Kondisi lingkungan sekitar DAS Poso berupa
permukiman yang banyak terkonsentrasi di daerah outlet sungai Poso (hulu), desa Sulewana,
desa Pandiri, dan daerah muara, disisi kanan dan kiri sungai sebagian besar ditumbuhi oleh
pepohonan dan ilalang dengan kontur tanah berupa tanah liat (lempung) hingga pasir. .
Secara geografis batas WS Parigi Poso membentang dari DAS Tompis di sebelah barat sampai
dengan DAS Kayunyole di sebelah timur dan dari Teluk Tomini disebelah utara sampai
perbatasan Provinsi Sulawesi Selatan di bagian selatan. WS Parigi Poso secara
geografis terletak pada posisi antara 119°54' - 121°31' Bujur Timur dan 0°05' -2°14' Lintang
Selatan dengan luas wilayah 862.982,95 ha atau 8.629,82 km2 .
Secara administrasi keseluruhan WS Parigi Poso ini terletak di 2 Provinsi yaitu Provinsi
Sulawesi Tengah (4 Kabupaten yaitu Kabupaten Poso, Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten
Tojo Una Una, dan Kabupaten Morowali) dan Sulawesi Selatan (1 Kabupaten yaitu Kabupaten
Luwu)

.
B. Letak dan Bentuk DAS Poso
Berikut ini adalah gambar atau foto yang memperlihatkan DAS POSO yang terletak di
Sulawesi.

3
Gambar 2.1 letak sungai Poso Sulawesi

Gambar 2.2 memanjang dari DAS POSO

4
Gambar 2.3 Sisi Melintang dari DAS POSO

C. Kondisi Geomorfologi Sungai Poso


Lanskap di sekitar sungai ini bervariasi. Di daerah hulu Sungai Poso yang curam, dan
di bagian tengah berupa cekungan dataran tinggi yang luas. Sedangkan di
daerah hilir terdapat dataran yang yang berawa-rawa. Secara geologis, Poso dan
kawasan sekitarnya memang cukup menarik karena tersusun oleh endapan batuan
sedimen yang tebalnya mencapai ribuan meter serta terpotong-potong oleh struktur
geologi yang rumit. Juga karena masih dipengaruhi oleh tekanan tektonik aktif, di
beberapa tempat muncul fenomena alam berupa keluarnya semburan lumpur dari dalam
bumi (mudvocano). Fenomena ini mudah dikenali dari penampakan di lapangan yang
jika diamati dari udara bentuknya berupa
kumpulan lumpur dan pasir berwarna abu-abu berbentuk sirkuler dengan diameter lebih
dari 50 m yang muncul di tengah-tengah hutan lebat.

Selain proses geomorfologi, kondisi permukaan DAS Poso juga dipengaruhi oleh
kondisi relief, topografi, dan kemiringan lahan. Wilayah Kabupaten Poso atau daerah
sungai Poso mempunyai topografi yang bervariasi antara 1.000 meter sampai dengan
2.000 meter diatas permukaan laut (dpl), dimana sebagian besar wilayahnya terdiri dari
pengunungan (dataran tiinggi) yang dilalui beberapa aliran sungai dan anak sungai yang
berasal dari bukit dan gunung yang ada disekitarnya.

5
Hampir Sebagian besar didominasi oleh kemiringan lahan diatas 30 %, terutama
ditemui didaerah bagian tengah wilayah Kabupaten ke arah barat dan timur .

Tabel 2.1 kemiringan lereng


 Jenis Tanah
Luas
Kelas Kemiringan Lahan (%) Persentase(%)
(Ha)

0 - 15 207,000 14,21

16 - 25 421,200 28,92

26 - 40 257, 900 17, 71

> 40 579,200 39,16

Jumlah 1,456,400 100,00


Kondisi tanah di DAS Poso sangat kompleks. Hal ini dipengaruhi oleh
kompleksnya batuan penyusun DAS Poso sebagai bahan induk tanah yang
berasal dari sumber yang berbeda dan adanya pengaruh iklim dan waktu
pembentukan yang berbeda. Tipe tanah yang terdapat di DAS Poso secara
umum antara lain :

1. Alluvial. Tanah alluvial termasuk tanah muda, belum mengalami


diferensiasi horison. Sifat tanah ini dipengaruhi langsung oleh bahan asalnya
yaitu aluvium. Material aluvium ini menampakkan morfologi berlapis-lapis
karena adanya
2. Litosol. Tanah berbatu-batu. Bahan pembentuknya berasal dari batuan keras
yang belum mengalami pelapukan secara sempurna. Jenis tanah ini juga
disebut tanah azonal. Tanaman yang dapat tumbuh di tanah litosol adalah
rumput ternak, palawija, dan tanaman keras
3. Podzolit, Tanah podzolik adalah tanah yang terbentuk di daerah yang
memiliki curah hujan tinggi dan suhu udara rendah. Di Indonesia
jenis tanah ini terdapat di daerah pegunungan. Umumnya, tanah ini berada
di daerah yang memiliki iklim basah dengan curah hujan lebih dari 2500 mm
per tahun. Di Indonesia, tanah ini tersebar di daerah-daerah dengan
topografi pegunungan, seperti Sumatera Utara dan Papua
Barat.Tanah podzolik memiliki karakteristik kesuburan sedang, bercirikan
warna merah atau kuning, memiliki tekstur yang lempung atau berpasir,
6
memiliki pH rendah, serta memiliki kandungan unsur aluminum dan besi
yang tinggi.Karakteristik tanah podzolik yang lain adalah sebagai
berikut.Daya simpan unsur hara sangat rendah karena sifat lempungnya
yang beraktivitas rendah.

D. Curah Hujan
Debit yang berlangsung selama ini di DAS Poso dikarenakan efektivitas hujan yang terjadi.
Berikut ini adalah curah hujan rata-rata pertahunnya;

Tabel 2.2 curah hujan diwilayah DAS Poso pertahun

7
Gambar 2.4 Peta Isoyet WS Poso

Dari data di atas curah Hujan di daerah Sungai Poso lumanyan Tinggi dengan rata-
rata sekitar 200-2500 mm/tahun
E.Permasalahan dan Solusi

1) Penyelamatan ekosistem DTA dan DAS


Secara alami, sungai akan mengalami pendangkalan walaupun memerlukan waktu yang
relatif lama. Pendangkalan sungai dapat dipercepat karena aktivitas manusia di kawasan DTA yang
menyebabkan tingginya laju sedimentasi dan erosi. DTA dan DAS yang mengalami kerusakan
menyebabkan fluktuasi debit air yang tinggi sehingga menimbulkan banjir pada musim hujan dan
berkurangnya debit air secara drastis di musim kemarau.

8
Penyelamatan ekosistem DTA dan DAS dapat dilakukan dengan cara :
a. Pengumpulan data mengenai degradasi lahan yang terjadi pada kawasan Sungai Poso.
Data yang dikumpulkan dari setiap lokasi DTA dan DAS meliputi letak, luas, status lahan
berdasarkan geografi dan administrasi pemerintahan, kondisi penutupan lahan, tipe
kemiringan lereng, tingkat erosi, manajemen konservasi (jika ada), dan produktivitas
lahan, khususnya pada kawasan budidaya pertanian di sekitar sungai. Kegiatan ini
memerlukan pendanaan untuk pengadaan tenaga-tenaga ahli atau peneliti serta peralatan
untuk menunjang observasi. Berdasarkan data maka dapat disusun laporan mengenai
analisis terhadap nilai-nilai parameter kerusakan lahan, di mana hasil analisis dapat
digunakan untuk penyusunan rencana program kegiatan pencegahan dan pengendalian
degradasi lahan di kawasan Sungai Poso.
b. Melakukan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) secara komprehensif pada
kawasan Sungai Poso. KLHS dilakukan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) provinsi dan kabupaten yang termasuk pada wilayah pengelolaan Sungai Poso,
serta terhadap kebijakan, rencana dan atau program yang secara potensial berdampak
negatif terhadap kondisi Sungai Poso. Berbeda dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (Amdal) yang menangani aspek hilir atau kegiatan, KLHS melakukan
kajian terhadap aspek hulu terkait dengan kebijakan, rencana, dan atau program. Oleh
karena itu KLHS sangat diperlukan karena mengkaji hal-hal yang terkait dengan upaya
penyelamatan sungai pada tataran kebijakan atau pada tataran yang paling dini. Hal-hal
yang berkaitan dengan peraturan dan pemberian izin pada usaha-usaha di DTA dapat
terdeteksi melalui KLHS sehingga dapat dilakukan upaya-upaya pencegahan. Usaha-
usaha di DTA yang sangat berpotensi mengancam kondisi sungai ialah perkebunan skala
besar, eksploitasi hutan, dan pertambangan. Selain itu, pendekatan KLHS yang lebih
bersifat partisipatif akan menumbuhkan rasa tanggung jawab berbagai pihak terhadap
penyelamatan sungai. KLHS memerlukan pendanaan untuk pengalokasian SDM berupa
tenaga ahli atau peneliti, proses pembahasan antar pemangku kepentingan, dan
pengadaan peralatan guna menunjang observasi. KLHS yang disusun selanjutnya
diimplementasikan pada kebijakan, rencana, dan atau program yang terkait dengan
kondisi Sungai Poso sehingga dapat digunakan sebagai instrumen penangkal paling awal
dalam perencanaan pengelolaan sungai. KLHS juga dapat menjadi acuan dalam
penyusunan rencana program kegiatan pencegahan dan pengendalian degradasi
ekosistem di kawasan Sungai Poso. Pembuatan kajian dapat dilakukan oleh
dinas/instansi terkait dengan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat, tokoh-tokoh agama,
lembaga pendidikan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, pemerintah kecamatan, dan
desa/kelurahan.
c. Melaksanakan strategi penanganan kawasan DTA yang meliputi penerapan Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK) secara tegas dan konsisten pada ke – 9
wilayah Sub DTA, melakukan percepatan dan peningkatan kapasitas rehabilitasi hutan
dan lahan di wilayah-wilayah Sub DTA yang telah mengalami degradasi lahan, dan
menerapkan sistem zonasi pada kawasan hutan lindung, terutama pada kawasan cagar
alam.

d. Penerapan usahatani konservasi pada kawasan-kawasan Sub DTA. Usahatani


konservasi pada hakikatnya merupakan pendekatan usahatani terpadu yang menekankan
pengembangan kombinasi teknik budidaya/usahatani lahan kering dengan teknik
konservasi tanah (vegetatif dan mekanik) secara efektif untuk menjamin pemanfaatan
lahan, air, dan vegetasi secara lestari dan menguntungkan (Nuraeni et al, 2013). Menurut
Sutrisna et al (2010), teknik konservasi tanah secara vegetatif dapat dilakukan dengan
cara menerapkan pola tanam secara bergilir, penggunaan mulsa sebagai penutup tanah,
penanaman pohon sebagai pagar hidup, dan penanaman rumput pada tepi teras atau
guludan untuk menahan erosi. Teknik konservasi tanah secara mekanik dapat dilakukan

9
dengan cara pembuatan teras pada lahan-lahan pertanian yang terletak pada bagian
lereng, pembuatan penampungan air hujan, dan pembuatan saluran drainase untuk
membuang kelebihan air dari lahan pertanian. Penerapan usahatani konservasi
membutuhkan kajian-kajian penelitian secara mendalam guna menghasilkan teknik
yang bersifat spesifik lokasi.

2) Pengendalian pencemaran, pemantauan, dan evaluasi kualitas air Sungai Poso


a. Pengendalian pencemaran air Sungai Poso
Kondisi kualitas air Sungai Poso telah mengalami penurunan akibat adanya
buangan limbah domestik, limbah pertanian, aktivitas budidaya perikanan yang
dilakukan di perairan sungai, dan sedimentasi sungai akibat erosi di daerah hulu.
Kualitas air sungai perlu diukur secara berkala melalui pengambilan sampel pada
bagian inlet (hulu), pertengahan sungai, tepian sungai, dan outlet (hilir), demikian
pula identifikasi terhadap biota air yang ada pada ekosistem Sungai Poso.
Tersedianya data akurat mengenai kualitas air sungai merupakan dasar bagi
penyusunan perencanaan pengelolaan dan pemulihan lingkungan ekosistem Sungai
Poso.
b. Pemantauan dan evaluasi kualitas air Sungai Poso
Pemantauan kualitas air sangat diperlukan mengingat kondisi perairan Sungai
Poso yang sudah mulai tercemar oleh buangan limbah domestik, pertanian, dan
industri. Pemantauan secara berkala perlu dilakukan untuk mendapatkan data yang
komprehensif, sehingga dampak yang mungkin ditimbulkan oleh adanya berbagai
aktivitas masyarakat dapat dikurangi melalui penerapan kebijakan yang
berwawasan lingkungan. Upaya-upaya pengendalian pencemaran, pemantauan,
dan evaluasi kualitas air sungai memerlukan pendanaan untuk alokasi tenaga ahli
dan peneliti serta peralatan penelitian. Hasil yang diharapkan ialah tersedianya data
akurat kualitas air dan daya tampung beban pencemaran air Sungai Poso dalam
rangka penyusunan rencana pengelolaan dan pemulihan lingkungan perairan
Sungai Poso.
Dengan diketahuinya kualitas air dan daya tampung beban pencemaran,
maka pemerintah daerah dapat mengeluarkan regulasi mengenai penetapan zona
yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan industri, lingkungan perumahan, dan
kegiatan pertanian. Adanya penetapan zona tersebut dapat memberikan dampak
positif terhadap kualitas air sungai, sehingga ekosistem sungai akan memiliki
kemampuan memulihkan diri dari pencemaran yang masuk ke badan perairan.

3) Pelestarian dan optimasi pemanfaatan sumberdaya ikan sidat


Berdasarkan hasil penelitian Krismono dan Putri (2012), langkah-langkah
pelestarian dan optimasi sumberdaya ikan sidat di perairan Sungai Poso dapat
ditempuh melalui beberapa cara, yaitu :
a. Menetapkan kawasan konservasi ikan sidat, baik kawasan untuk
perlindungan induk maupun anakannya. Oleh karena daerah ruaya ikan sidat di
Sungai Poso telah terganggu dengan adanya bendungan PLTA di daerah
Sulewana, maka alternatif lain yang dapat dilakukan ialah menetapkan kawasan
konservasi ikan sidat di Sungai Pandiri yang memiliki potensi ikan sidat yang
cukup besar.

10
b. Menyediakan “eel ladder” atau “fish way” yang akan berfungsi
sebagai lokasi ruaya ikan sidat, baik ruaya induk yang menuju laut maupun
anakan yang akan berruaya ke hulu menuju Sungai Poso. Rancangan “eel
ladder” atau “fish way” ini bersifat khusus, disesuaikan dengan sifat biologi
dan kemampuan renang ikan sidat.
c. Penebaran kembali (restocking) benih sidat di Sungai Poso.
Benih sidat dapat dihasilkan dari pembesaran di usaha pendederan, sedangkan
glass eel dapat diperoleh dari penangkapan di muara Sungai Poso. Upaya
restocking ditujukan untuk meningkatkan stok ikan sidat di Sungai Poso yang
ruayanya terganggu akibat pembendungan PLTA.
d. Pengaturan penangkapan, baik induk sidat yang ditangkap di
outlet Sungai Poso dengan waya masapi maupun penangkapan glass eel di
muara Sungai Poso. Alat tangkap waya masapi diusahakan tidak menutupi
seluruh badan air outlet Sungai Poso, sedangkan penangkapan glass eel di muara
Sungai Poso perlu dibatasi.
e. Pembentukan dan peningkatan kapasitas kelembagaan pengelola
yang melibatkan peran serta masyarakat untuk menjamin terlaksananya
konservasi sumberdaya ikan sidat.
4) Pengaturan pengelolaan terhadap pemanfaatan sumberdaya air Sungai Poso
Secara ekosistem, perairan sungai memiliki fungsi sebagai berikut :
a. Sebagai sumber plasma nutfah yang berpotensi menyumbang bahan genetik,
b. Sebagai tempat berlangsungnya siklus hidup berbagai jenis flora dan fauna yang
penting,
c. Sebagai sumber air yang dapat digunakan secara langsung oleh masyarakat
sekitarnya untuk aktivitas rumah tangga, industri, dan pertanian,
d. Sebagai tempat penyimpanan kelebihan air yang berasal dari air hujan, aliran
permukaan, sungai-sungai, atau dari sumber-sumber air bawah tanah,
e. Sebagai pemelihara iklim mikro, di mana keberadaan ekosistem sungai dapat
mempengaruhi kelembaban udara dan curah hujan daerah setempat,
f. Sebagai sarana transportasi untuk memindahkan hasil-hasil pertanian dari satu
tempat ke tempat lainnya,
g. Sebagai penghasil energi listrik melalui PLTA, dan
h. Sebagai sarana rekreasi dan obyek pariwisata.
Pengelolaan sungai harus dilaksanakan secara terencana, agar potensi sungai
dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin. Kegiatan-kegiatan pengelolaan sungai
diprioritaskan pada kawasan sungai yang memiliki potensi pemanfaatan tinggi,
juga pada kawasan yang telah mengalami degradasi secara serius. Di samping itu,
kegiatan pengelolaan sungai harus ditujukan bagi terciptanya kesejahteraan
masyarakat dengan memperhatikan pula aspek keseimbangan ekologinya.
Karenanya dibutuhkan penyusunan master plan tata guna air sungai bagi aktivitas
pemanfaatan air sungai untuk keperluan irigasi, air bersih, perikanan, PLTA, dan
keperluan-keperluan lainnya. Adanya master plan memungkinkan tertatanya
pemanfaatan sumberdaya air sungai sesuai kebutuhan sektoral.

11
5) Peningkatan peran dan partisipasi masyarakat dalam penyelamatan ekosistem Sungai
Poso

Masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan upaya


penyelamatan ekosistem Sungai Poso. Kearifan lokal, pengetahuan, dan keterampilan
yang dimiliki masyarakat setempat merupakan faktor-faktor yang dapat
dimanfaatkan dalam tindakan pengelolaan dan konservasi Sungai Poso. Upaya
penyelamatan ekosistem sungai perlu melibatkan partisipasi aktif dan peran serta
masyarakat, karena keikutsertaan masyarakat akan menumbuhkan dan memperkuat
rasa memiliki dan menghargai ekosistem Sungai Poso sebagai aset sumberdaya alam
yang perlu dilindungi. Hal ini akan berdampak pada pemanfaatan sumberdaya alam
Sungai Poso secara lestari oleh masyarakat, sehingga secara ekonomi masyarakat
tetap memperoleh pendapatan yang berkelanjutan.
Peningkatan peran dan partisipasi masyarakat dapat ditempuh dengan cara-cara berupa
:
a. Pembentukan kelompok-kelompok peduli lingkungan Sungai Poso untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian ekosistem
Sungai Poso.
b. Pengkajian nilai-nilai kearifan lokal masyarakat yang dapat dimanfaatkan dalam
upaya pelestarian ekosistem Sungai Poso.
c. Penerapan dan pengembangan pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan
(sustainable and environmental friendly agriculture), melalui pembentukan
kelompok-kelompok tani ramah lingkungan yang menerapkan praktik-praktik
pertanian konservasi untuk meminimalisir dampak negatif aktivitas pertanian
terhadap kelestarian ekosistem sungai.
d. Pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat secara terprogram dan
berkala mengenai keberadaan Sungai Poso dari aspek sumberdaya alam dan
lingkungan, sosial, dan ekonomi.

F. Bangunan Air
Banguna air yang ada di Sungai Poso yaitu PLTA(Pembangkit Listrik Tenaga Air).
PLTA Sulewana atau PLTA Poso adalah sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air yang terletak
di Sulewana, Poso, Sulawesi Tengah, Indonesia. PLTA ini mulai dibangun pada tahun 2003
dan memiliki tiga pembangkit listrik utama. PLTA Poso I memiliki kapasitas daya 60 mw,
PLTA Poso II memiliki kapasitas daya 180 mw, dan PLTA Poso III memiliki kapasitas daya
300 mw. Tiga pembangkit listrik PLTA ini menggunakan air dari Sungai Poso sebagai sumber
daya. Sungai Poso yang dijadikan sumber air PLTA Poso memiliki debit 125 m3/s. PLTA ini
dikelola oleh PT. Poso Energy, yang dipimpin oleh Achmad Kalla.

Daya listrik yang dihasilkan PLTA Sulewana baru terserap 48 mw dari 195 mw daya yang
terpasang. Dari jumlah tersebut baru sekitar 28 mw yang masuk ke Palu, sisanya menuju ke
Tentena, Poso dan Parigi.

12
Transmisi listrik dibangun sendiri oleh perusahaan Grup Kalla lainnya, PT Bukaka Teknik.
Listrik dialirkan ke jaringan transmisi Sulawesi Selatan lewat gardu induk di Kota Palopo,
sepanjang 208 km dengan tegangan 275 kV. Sementara untuk transmisi yang mengarah ke Kota
Palu dengan tegangan 115 kV sepanjang 32 km, dibangun oleh PLN.

PLTA Poso di bagi menjadi 3 yaitu :

a. PLTA Poso I

PLTA Poso I direncanakan akan mulai beroperasi pada tahun 2018. Sebelumnya, pembangunan
PLTA Poso I telah dilakukan secara bertahap. Tahap pertama adalah pembangunan mesin
pembangkit berkapasitas 2 X 30 mw bersama dengan sebuah bendungan di hulu sungai.
Bendungan tersebut dibangun sebagai sarana penyimpanan air, jika sewaktu-waktu terjadi
penurunan debit air di Sungai Poso.[5]

b. PLTA Poso II

PLTA Poso II telah beroperasi sejak tanggal 22 Desember 2012. PLTA Poso II menghasilkan
daya berkapasitas 3 X 65 mw. Daya listrik yang dihasilkan oleh PLTA Poso II dibatasi oleh
Excecutive Commited Energy (ECE) sesuai yang tercantum dalam perjanjian PPA (Power
Purchase Agreement) dengan PLN sebesar 845.2 GWH, meskipun sebenarnya PLTA Poso II
mampu menghasilkan daya yang lebih besar daripada angka itu.

c. PLTA Poso III

PLTA Poso III yang berkapasitas 4 X 100 mw direncanakan akan selesai pada tahun 2022.

G. Pemanfaatan Sungai Poso


Aliran sungai Poso melewati beberapa wilayah, yang dimana tiap wilayah tersebut
terdapat beberapa penduduk yang menempati, dan bagi para penduduk dapat
memanfaatkan aliran sungai Poso. Pemanfaatan sungai Poso adalah sebagai berikut:
1. PLTA(Pembangkit Listrik Tenaga Air) Poso
pemanfaatan air Sungai Poso untuk pembangkit listrik tenaga air yang dilaksanakan
oleh PT Poso Energy (PT Haji Kalla) di Desa Solewana, Kecamatan Pamona Utara,
Kabupaten Poso dengan kapasitas total 430 MW dengan Keputusan Gubernur Proinsi
2. perusahaan air minum dalam kemasan untuk memanfaatkan air dari mata air
3. Pemanfaatan untuk Air Baku dan Air Irigasi

H. Kelembagaan Pengelolaan Sungai Poso


Analisa aspek Kelembagaan Pengelola Sumber Daya Air Mengingat sumber daya air
merupakan suatu yang penting di wilayah sungai, maka pengelolaannya dilakukan
secara terpadu dalam satu kesatuan. Sistem pengelolaan ini dilakukan dengan
mengikutsertakan dan memperhatikan kepentingan semua pihak yang terkait termasuk

13
peran serta masyarakat. Pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan sumber daya air di
Sungai Poso antara lain adalah sebagai berikut :

1. Dinas PU Pengairan Propinsi Sulawesi Tengah

Berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Sulawesi Tengah tentang Dinas Pekerjaan


Umum Pengairan Propinsi Sulawesi Tengah, Dinas PU Pengairan Propinsi
Sulawesi Tengah bertugas membantu Gubernur melaksanakan tugas pemerintahan
dan pembangunan di bidang pekerjaan umum.

2. Balai Wilayah Sungai Sulawesi Tengah

Melaksanakan pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai yang meliputi


perencanaan, pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan dalam rangka
konservasi dan pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air
pada sungai.

3. Bapedda Kabupaten Poso

Bappeda membangun daerah berdasarkan penelitian bidang pembangunan dan


kemasyarakatan, penyusunan pola dasar daerah, penyusunan program
pembangunan tahunan, hingga perancangan anggaran pembangunan.

I. Kesehatan Sungai

Kesehatan sungai dapat ditinjau dari kualitas air dengan berkembangnya kota-kota
besar yang dilalui aliran sungai Brantas, mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan
air bersih dan air baku. Di samping itu, semakin tingginya konsentrasi penduduk
menimbulkan masalah antara lain timbulnya daerah kumuh di tepi sungai, menurunnya
kualitas air sungai dan bencana banjir akibat terganggunya aliran air, baik karena
banyaknya sampah, pendangkalan maupun berkurangnya lebar sungai. Sumber
pencemar dominan yang mencemari sungai Poso adalah sebagai berikut :

1. Limbah Perusahan-Perusahan Di Sungai Poso terdapat bahan-bahan kimia yang


berpotensi membuang limbahnya yang berpengaruh langsung pada kualitas air
sungai.

2. Limbah ternak warga yang berasal dari kotoran yang mengalir ke sungai bersama
dengan sisa air irigasi. Pencemaran ini umumnya terjadi pada saat musim hujan.

14
Permasalahan Dalam Pengendalian Pencemaran Permasalahan yang dihadapi dalam upaya
pengendalian pencemaran di sungai Poso, antara lain :

 Penegakan terhadap pencemar masih lemah, karena masih mempertimbangan


aspek sosial, ekonomi, kesempatan kerja dan lain sebagainya.

 Pengendalian pencemaran air merupakan masalah yang kompleks, memerlukan


dana besar dan waktu panjang serta memerlukan komitmen semua pihak yang
berkepentingan.

 Kurangnya kesadaran masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam memberikan


15ocial15 15ocial yang positif (aktif-konstruktif).
 Banyak tambang yang kapasitas Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)-nya
lebih kecil dari limbah yang diproduksi, sehingga buangan limbahnya tidak
memenuhi baku mutu yang ditetapkan.
Pemantauan Kualitas Air di sunga Poso dalam rangka pengendalian pencemaran,
perlu dilakukan pemantauan kualitas air secara berkesinambungan, sehingga dari
hasil pemantauan tersebut akan menghasilkan informasi kualitas air sungai Poso
dan sumber-sumber pencemar secara menyeluruh. Diharapkan dapat
ditindaklanjuti agar kualitas air sungai terutama di sungai Poso dapat memenuhi
baku mutu yang ditetapkan sesuai dengan peruntukannya.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sungai Poso degan luas dan segala aspek yang terkandung di dalamnya memiliki
peranan yang sangat besar bagi lingkungan dan manusia di sekitarnya. Dampak tersebut
ada yang memiliki peranan positif dan negative tersendiri. Untuk peranan positif
tentunya memerlukan dukungan dari berbagai pihak dalam hal pelestarian dan
pemeliharaan daerah aliran sungai brantas guna menunjang kehidupan di sekitarnya.
Adapun pemecahan masalah terhadap berbagai dampak negative yang ditimbulkan dari
adanya daerah aliran sungai Poso perlu di berikan solusi yang konkrit. Dari segi
kelembagaan, pemerintah juga diharapkan dapat memberikan kontribusi yang besar
dalam peanganan permasalahan yang terjadi. Dengan terciptanya lingkungan sungai
Poso yang baik, tentunya akan memberikan manfaat yang baik pula bagi kelangsungan
hidup baik dari segi sosial, ekonomi, kesehatan dan budaya masyarakat serta
lingkungan yang tercakup di dalamnya.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa laporan diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. faktor keterbatasan sumber informasi yang membuat penulis sulit
mencari informasi lebih dalam lagi, tetapi Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dan berpedoman pada banyak sumber lain yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam
kesimpulan di atas.

16

Anda mungkin juga menyukai