Sejarah perkerasan jalan dimulai bersamaan dengan sejarah umat manusia itu sendiri yang
selalu berhasrat untuk mencari kebutuhan hidup dan berkomunikasi dengan sesama. Pada
awalnya jalan hanyalah berupa jejak manusia yang mencari kebutuhan hidup atau sumber air.
Setelah manusia mulai hidup berkelompok jejak – jejak ituberubah menjadi jalan setapak.
Dengan mulai dipergunakannya hewan sebagai alat transportasi, jalan mulai dibuat rata. Jalan
yang diperkeras pertama kali ditemukan di Mesopotamia berkaitan dengan ditemukannya
roda sekitar Masehi.Konstruksi perkerasan jalan berkembang pesat pada zaman keemasan
Romawi. Pada saat itu telah mulai dibangun jalan – jalan yang terdiri dari beberapa lapis
perkerasan. Perkembangan konstruksi jalan seakan terhenti dengan mundurnya kekuasaan
Romawi sampai awal abad ke-18. Pada saat itu beberapa ahli dari Perancis dan Skotlandia
menemukan system – system konstruksi perkerasan jalan yang sebagian sampai saat ini masih
umum digunakan di berbagai negara di dunia.
Pierre Marie Jerome Tresaguet (1716-1796) dari Perancis mengembangkan system lapisan
batu pecah yang dilengkapi dengan drainase, kemiringan melintang serta mulai menggunakan
pondasi dari batu.
Thomas Telford (1757-1834) dari Skotlandia membangun jalan mirip dengan apa yang
dilaksanakan Tresaguet. Konstruksi perkerasannya terdiri dari batu pecah berukuran 15 / 20
sampai 25 / 30 yang disusun tegak. Batu – batu kecil diletakkan di atasnya untuk menutup
pori – pori yang ada dan memberikan permukaan yang rata. Sistem ini terkenal dengan nama
Sistem Telford. Jalan – jalan di Indonesia yang dibuat pada jaman dahulu sebagian besar
merupakan system jalan Telford, walaupun di atasnya telah diberikan lapisan aus dengan
pengikat aspal.
Perkerasan jalan dengan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat telah ditemukan pertama
kali di Babylon pada 625 tahun sebelum Masehi, tetapi perkerasan jenis ini tidak berkembang
sampai ditemukannya kendaraan bermotor bensin oleh Gottlieb Daimler dan Karl Benz pada
tahun 1880. Mulaitahun 1920 sampai sekarang teknologi konstruksi perkerasan dengan
menggunakan aspal sebagai bahan pengikat maju pesat. Konstruksi perkerasan menggunakan
semen sebagai bahan pengikat telah ditemukan pada tahun 1828 di London, tetapi sama
halnya dengan perkerasan menggunakan aspal, perkerasan ini mulai berkembang pesa tsejak
awal tahun 1900 an.
Jalur kereta api (warna merah) Hindia-Belanda di Pulau Jawa yang berkembang pesat pada
tahun 1893 yang menghubungkan kota Jakarta/Batavia-Bogor/Buitenzorg-Bandung-Cilacap-
Yogyakarta-Surakarta-Surabaya-Probolinggo.Pada awal abad ke-20 saat kendaraan bermotor
mulai banyak dimiliki masyarakat,timbul pemikiran untuk membangun jalan raya yang lebih
menyamankan dan aman. Kendaraan dengan mesin yang dapat melaju lebih kencang
memberikan guncangan yang lebih keras dan ini sangat tidak nyaman bagi para pengendara
saat berjalan pada jalan raya yang ada, hal iniyang kemudian melahirkan metode perkerasan
baru. Di barat, konstruksi jalan raya telah dikaji secara mendalam dimana mereka mulai
memperhatikan seperti:
1) Perhitungan tebal perkerasan.
2) Konstruksi perkerasan dan lapisan penutup.
3) Perencanaan geometris.
Teknologi ini segera menyebar ke seluruh dunia bersamaan dengan penjajahan maupun
kolonialisme yang terjadi di sebagian besar wilayah dunia, termasukIndonesia di bawah
penjajahan Belanda. Bentuk konstruksi perkerasan jalan raya yang lazim bahkan hingga saat
ini adalah seperti gambar di bawah ini.
Keterangan:
A : Lapisan Penutup/Aspalan
A1: Lapisan Penutup(Surface)
A2: Lapisan Pengikat(Binder)
B : Perkerasan
B1: Perkerasan Atas(Base)
B2: Perkerasan Bawah(Sub-Base)
C : Tanah Dasar(Sub-Grade)
Konstruksi perkerasan berlapis-lapis seperti ini dikenal dengan konstruksi sandwich Atau kue
lapis, merupakan suatu konstruksi plat elastis yang terletak pada suatu landasan yang elastis
pula (tanah dasar). Konstruksi seperti ini termasuk sistem konstruksi statis tak tentu (statisch
onbepaald) bertingkat banyak. Perbedaan kondisi tersebut dengan konstruksi statis tertentu
misalnya pada jembatan gelagar adalah:a) pada konstruksi statis tertentu pembagian
kekuatan-kekuatan (momen-momendan gaya-gaya) dari muatan pada bagian-bagian
konstruksi dan pandemen tidak bergantung pada kekuatan dan ukuran (E dan I) bagian/batang
konstruksi tersebut,sehingga perhitungan menjadi lebih sederhana; sementara b) pada
konstruksi statis tidak tertentu pembagian kekuatan dari muatan pada bagian konstruksi dan
pandemen tergantung pada kekuatan dan ukuran (E dan I)dari bagian konstruksi tersebut,
sehingga perhitungan menjadi rumit. Perkembangan Metode Perkerasan Jalan Raya di
Indonesia Selanjutnya, perkembangan cara perhitungan tebal konstruksi perkerasan
diIndonesia dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu
Tahap ke-1 : menitik beratkan kepada pengalaman-pengalaman di lapangan,sehingga
rumus/perhitungan yang diperoleh adalah rumus-rumus empiris.
Tahap ke-2 : menitik beratkan kepada teori dan analisis meski hanya merupakan teori
pendekatan yang dilengkapi dengan pengalaman, rumus yang diperoleha dalah rumus-rumus
teoretis yang dilengkapi dengan koefisien-koefisien hasil pengalaman untuk keperluan praktik
disertai pula dengan grafik atau nomogram.
Tahap ke-3 : mengembangkan rumus-rumus teoretis tersebut di atas dengan percobaanyang
intensif di laboratorium sehingga menghasilkan rumus/persamaan analitis yang dilengkapi
dengan rumus empiris laboratorium.
Pada tahun 1980-an diperkenalkan perkerasan jalan dengan aspal emulsi dan butas,tetapi
dalam pelaksanaan atau pemakaian aspal butas terdapat permasalahan dalam hal variasi kadar
aspalnya yang kemudian disempurnakan pada tahun 1990 dengan teknologi beton
mastik.Perkembangan konstruksi perkerasan jalan menggunakan aspal panas(hot mix) Mulai
berkembang di Indonesia pada tahun 1975, kemudian disusul dengan jenis yang lain seperti
aspal beton (asphalt concrete/AC) dan lain-lain.Teknik-teknik tersebut kebanyakan hanya
mengembangkan jenis lapisan penutup tempat dimana muatan/beban langsung
bersinggungan. Perkembangan dan inovasi tersebut dilakukan demi menjaga keamanan dan
kenyamanan pengguna jalan sekaligus diharapkan dapat mereduksi biaya pembuatan maupun
perawatan(maintenance). Konstruksi perkerasan menggunakan semen sebagai bahan pengikat
telah ditemukanpada tahun 1828 di London tetapi konstruksi perkerasan ini baru mulai
berkembang pad aawal 1900-an. Konstruksi perkerasan menggunakan semenatau concrete
pavement mulai dipergunakan di Indonesia secara besar-besaran pada awal tahun 1970 yaitu
pada pembangunan Jalan Tol Prof. Sediyatmo. Metode ini selain menghasilkan jalan yang
relatif tahan terhadap air musuh utama aspal jugadapat dikerjakan dalam waktu yang cukup
singkat. Secara umum perkembangan konstruksi perkerasan di Indonesia mulai berkembang
pesat sejak tahun 1970 dimana mulai diperkenalkannya pembangunan perkerasan jalan
sesuaidenganfungsinya. Sementara perencanaan geometrik jalan seperti sekarang ini baru
dikenalsekitar pertengahan tahun 1960 dan baru berkembang dengan cukup pesatsejak tahun
1980.
https://id.wikipedia.org/wiki/Perkerasan_jalan
https://martinreyani.blogspot.com/2019/04/makalah-sejarah-perkerasan-jalan.html
https://www.academia.edu/37267107/Sejarah_Perkembangan_Pembangunan_Jalan_Raya_di_Indo
nesia