Anda di halaman 1dari 6

SEJARAH PERKEMBANGAN PERKERASAN JALAN DI INDONESIA

 Pengertian Perkerasan Jalan


Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat yang digunakan untuk
melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai adalah batu pecah atau batu belah atau batu
kali ataupun bahan lainnya. Bahan ikat yang dipakai adalah aspal, semen ataupun tanah liat.

 Sejarah Perkerasan Jalan

Sejarah perkerasan jalan dimulai bersamaan dengan sejarah umat manusia itu sendiri yang
selalu berhasrat untuk mencari kebutuhan hidup dan berkomunikasi dengan sesama. Pada
awalnya jalan hanyalah berupa jejak manusia yang mencari kebutuhan hidup atau sumber air.
Setelah manusia mulai hidup berkelompok jejak – jejak ituberubah menjadi jalan setapak.
Dengan mulai dipergunakannya hewan sebagai alat transportasi, jalan mulai dibuat rata. Jalan
yang diperkeras pertama kali ditemukan di Mesopotamia berkaitan dengan ditemukannya
roda sekitar Masehi.Konstruksi perkerasan jalan berkembang pesat pada zaman keemasan
Romawi. Pada saat itu telah mulai dibangun jalan – jalan yang terdiri dari beberapa lapis
perkerasan. Perkembangan konstruksi jalan seakan terhenti dengan mundurnya kekuasaan
Romawi sampai awal abad ke-18. Pada saat itu beberapa ahli dari Perancis dan Skotlandia
menemukan system – system konstruksi perkerasan jalan yang sebagian sampai saat ini masih
umum digunakan di berbagai negara di dunia.

John Louden Mac Adam (1756-1836), orang Skotlandia memperkenalkan konstruksi


perkerasan yang terdiri dari batu pecah atau batu kali, pori – pori diatasnya ditutup dengan
batu yang lebih kecil/halus. Perkerasan ini dikenal dengan Lapis Makadam.Untuk memberkan
lapisan yang kedap air, maka di atas lapisan makadamdiberilapisan aus yang menggunakan
aspal sebagai bahan pengikat dan ditaburi pasir kasar.

Pierre Marie Jerome Tresaguet (1716-1796) dari Perancis mengembangkan system lapisan
batu pecah yang dilengkapi dengan drainase, kemiringan melintang serta mulai menggunakan
pondasi dari batu.

Thomas Telford (1757-1834) dari Skotlandia membangun jalan mirip dengan apa yang
dilaksanakan Tresaguet. Konstruksi perkerasannya terdiri dari batu pecah berukuran 15 / 20
sampai 25 / 30 yang disusun tegak. Batu – batu kecil diletakkan di atasnya untuk menutup
pori – pori yang ada dan memberikan permukaan yang rata. Sistem ini terkenal dengan nama
Sistem Telford. Jalan – jalan di Indonesia yang dibuat pada jaman dahulu sebagian besar
merupakan system jalan Telford, walaupun di atasnya telah diberikan lapisan aus dengan
pengikat aspal.

Perkerasan jalan dengan menggunakan aspal sebagai bahan pengikat telah ditemukan pertama
kali di Babylon pada 625 tahun sebelum Masehi, tetapi perkerasan jenis ini tidak berkembang
sampai ditemukannya kendaraan bermotor bensin oleh Gottlieb Daimler dan Karl Benz pada
tahun 1880. Mulaitahun 1920 sampai sekarang teknologi konstruksi perkerasan dengan
menggunakan aspal sebagai bahan pengikat maju pesat. Konstruksi perkerasan menggunakan
semen sebagai bahan pengikat telah ditemukan pada tahun 1828 di London, tetapi sama
halnya dengan perkerasan menggunakan aspal, perkerasan ini mulai berkembang pesa tsejak
awal tahun 1900 an.

 Perkembangan Perkerasan Jalan di Indonesia


Jalan Raya Pos (De Groote Postweg) P embangunan tepatnya pelebaran Jalan Raya Pos(De
Groote Postweg) oleh perintah Gubernur Jenderal (Maarschalk en Gouverneur
Generaal)Herman Willem Daendels merupakan salah satu karya yang paling fenomenal di
Indonesia. Jalan raya yang panjangnya lebih kurang mencapai 1.000-km ini melintasi
berbagai kota penting di pulau Jawa, terutama pusat-pusat pemerintahan maupun kerajaan
dimasa itu, yaitu dari Anyer di Banten hingga Panarukan di Jawa Timur. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa jalan inimenjadi jalan raya nasional pertama diIndonesia. Melalui
sistem kerja paksa, seluruh rute jalan raya tersebut dapat diselesaikan dalam tempo 1 (satu)
tahun saja, yaitu pada tahun1809. Pembangunan dilaksanakan dengan membagi seluruh ruas
jalan ke dalam berpuluh-puluh segmen, yaitu dengan cara menugaskan setiap kepala
pemerintahan setempat untuk bertanggung jawab atas keterbangunnya Jalan Raya Pos itu
diwilayah mereka. Pengerahanbesar-besaran jumlah tenaga kerja dilakukan karena terdapat
ancaman dari Daendels untuk membunuh para pekerja maupun mandor termasuk kepala
pemerintahan setempat bila target pembangunan tidak tercapai.Tujuan pembangunan jalan ini
lebih ditekankan pada fungsi strategi militer pemerintah Hindia-Belanda yaitu
mempertahankan pulau Jawa dari serangan Inggris Raya. Dengan adanya jalur transportasi
ini, pemerintah Hindia-Belanda berharap:
1). Mobilisasi bantuan militer saat musuh menyerang menjadi lebih cepat.
2). Dapat mengontrol pergerakan orang-orang pribumi dengan adanya patrolimiliter.
3).Mempersingkat waktu tempuh komoditas perkebunan hasil sistem tanam paksa(cuultur-
stelsel)dari tempat produksi hingga pelabuhan ekspor, sehingga barang ekspor tidak
rusakdan tidak jatuh harganya di pasaran dan.
4) perkembangan informasi yang terjadi begitu cepat dapat diketahui dengan segeramelalui
jasa pengiriman kabar/surat.
Tidak banyak literatur yang menulis secara rinci sejarah pembuatan berikut spesifikasi teknis
Jalan Raya Pos. Akan tetapi bila menilik dari fungsi dan waktu pembuatan, dapat
diperkirakan jalan tersebut menggunakan metode Telford-Macadamatau paling tidak
mendekati teknik tersebut.Metode tersebut ditemukan pada akhir abad ke-18 di
Eropa.Beberapa literatur menyatakan, jalan ini dibangun tanpa perencanaan yang terlalu
teknis, baik secara geometris maupun metode perkerasan yang akan digunakan.Thomas
Telford(1757-1834) yang berkebangsaan Inggris menciptakan konstruksi perkerasan jalan
dengan menggunakan prinsip berdesak-desakannya batu seperti pada jembatan lengkung
karena ia memang ahli jembatan lengkung dari batu. Kemiripan jalan yang ia rancang dengan
jembatan lengkung adalah penampang jalan bila dilihat secara melintang. Saat jalan
(lengkungan) menerima beban, maka konstruksi lengkung (seolah) melendut searah
gaya/beban. Saat itu terjadi, batu-batu menjadi terdesak dan saling merapat sehingga
konstruksi menjadi lebih kokoh. Namun, perkerasan ini dirasakan kurang praktis dan
memakan waktu yang cukup banyak karena batu-batu yang digunakan harus disusun dengan
tangan satu per-satu.
Perkerasan ini dirasakan kurang praktis dan memakan waktu yang cukup banyak karena batu-
batu yang digunakan harus disusun dengan tangan satu per-satu.Pada saat yang bersamaan,
tepatnya pada tahun 1815, pria Skotlandia John London McAdam(1756-1836)
memperkenalkan konstruksi perkerasan jalan dengan prinsip Tumpang tindih menggunakan
batu-batu pecah. Konstruksi ini terdiri dari gradasi ukurantumpukanbatuan, yang berada di
dasar perkerasan adalah batu dengan ukuran yang terbesar berukuran 3 inch dan batu dengan
ukuran terkecil berada di permukaan perkerasan. McAdam juga membuat permukaan jalan
lebih tinggi dari lingkungan sekelilingnya, sehingga air dapat mengalir dan tidak merusak
permukaan jalan.Keunggulan perkerasan jalan metode ini adalah dapat dibuat dengan bantuan
denganmesin sehingga metode ini dianggap sangatberhasil. Kedua metode perkerasan
tersebut selanjutnya lazim digunakan bersamaan padasebuah konstruksi jalan raya.
Olehkarena itu, kemudian dikenal metode perkerasan jalan Telford-Macadamseperti tersebut
di atas. Kata Macadam berasal dari nama McAdam.

Jalur kereta api (warna merah) Hindia-Belanda di Pulau Jawa yang berkembang pesat pada
tahun 1893 yang menghubungkan kota Jakarta/Batavia-Bogor/Buitenzorg-Bandung-Cilacap-
Yogyakarta-Surakarta-Surabaya-Probolinggo.Pada awal abad ke-20 saat kendaraan bermotor
mulai banyak dimiliki masyarakat,timbul pemikiran untuk membangun jalan raya yang lebih
menyamankan dan aman. Kendaraan dengan mesin yang dapat melaju lebih kencang
memberikan guncangan yang lebih keras dan ini sangat tidak nyaman bagi para pengendara
saat berjalan pada jalan raya yang ada, hal iniyang kemudian melahirkan metode perkerasan
baru. Di barat, konstruksi jalan raya telah dikaji secara mendalam dimana mereka mulai
memperhatikan seperti:
1) Perhitungan tebal perkerasan.
2) Konstruksi perkerasan dan lapisan penutup.
3) Perencanaan geometris.
Teknologi ini segera menyebar ke seluruh dunia bersamaan dengan penjajahan maupun
kolonialisme yang terjadi di sebagian besar wilayah dunia, termasukIndonesia di bawah
penjajahan Belanda. Bentuk konstruksi perkerasan jalan raya yang lazim bahkan hingga saat
ini adalah seperti gambar di bawah ini.
Keterangan:
A : Lapisan Penutup/Aspalan
A1: Lapisan Penutup(Surface)
A2: Lapisan Pengikat(Binder)

B : Perkerasan
B1: Perkerasan Atas(Base)
B2: Perkerasan Bawah(Sub-Base)
C : Tanah Dasar(Sub-Grade)

Konstruksi perkerasan berlapis-lapis seperti ini dikenal dengan konstruksi sandwich Atau kue
lapis, merupakan suatu konstruksi plat elastis yang terletak pada suatu landasan yang elastis
pula (tanah dasar). Konstruksi seperti ini termasuk sistem konstruksi statis tak tentu (statisch
onbepaald) bertingkat banyak. Perbedaan kondisi tersebut dengan konstruksi statis tertentu
misalnya pada jembatan gelagar adalah:a) pada konstruksi statis tertentu pembagian
kekuatan-kekuatan (momen-momendan gaya-gaya) dari muatan pada bagian-bagian
konstruksi dan pandemen tidak bergantung pada kekuatan dan ukuran (E dan I) bagian/batang
konstruksi tersebut,sehingga perhitungan menjadi lebih sederhana; sementara b) pada
konstruksi statis tidak tertentu pembagian kekuatan dari muatan pada bagian konstruksi dan
pandemen tergantung pada kekuatan dan ukuran (E dan I)dari bagian konstruksi tersebut,
sehingga perhitungan menjadi rumit. Perkembangan Metode Perkerasan Jalan Raya di
Indonesia Selanjutnya, perkembangan cara perhitungan tebal konstruksi perkerasan
diIndonesia dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu
Tahap ke-1 : menitik beratkan kepada pengalaman-pengalaman di lapangan,sehingga
rumus/perhitungan yang diperoleh adalah rumus-rumus empiris.
Tahap ke-2 : menitik beratkan kepada teori dan analisis meski hanya merupakan teori
pendekatan yang dilengkapi dengan pengalaman, rumus yang diperoleha dalah rumus-rumus
teoretis yang dilengkapi dengan koefisien-koefisien hasil pengalaman untuk keperluan praktik
disertai pula dengan grafik atau nomogram.
Tahap ke-3 : mengembangkan rumus-rumus teoretis tersebut di atas dengan percobaanyang
intensif di laboratorium sehingga menghasilkan rumus/persamaan analitis yang dilengkapi
dengan rumus empiris laboratorium.
Pada tahun 1980-an diperkenalkan perkerasan jalan dengan aspal emulsi dan butas,tetapi
dalam pelaksanaan atau pemakaian aspal butas terdapat permasalahan dalam hal variasi kadar
aspalnya yang kemudian disempurnakan pada tahun 1990 dengan teknologi beton
mastik.Perkembangan konstruksi perkerasan jalan menggunakan aspal panas(hot mix) Mulai
berkembang di Indonesia pada tahun 1975, kemudian disusul dengan jenis yang lain seperti
aspal beton (asphalt concrete/AC) dan lain-lain.Teknik-teknik tersebut kebanyakan hanya
mengembangkan jenis lapisan penutup tempat dimana muatan/beban langsung
bersinggungan. Perkembangan dan inovasi tersebut dilakukan demi menjaga keamanan dan
kenyamanan pengguna jalan sekaligus diharapkan dapat mereduksi biaya pembuatan maupun
perawatan(maintenance). Konstruksi perkerasan menggunakan semen sebagai bahan pengikat
telah ditemukanpada tahun 1828 di London tetapi konstruksi perkerasan ini baru mulai
berkembang pad aawal 1900-an. Konstruksi perkerasan menggunakan semenatau concrete
pavement mulai dipergunakan di Indonesia secara besar-besaran pada awal tahun 1970 yaitu
pada pembangunan Jalan Tol Prof. Sediyatmo. Metode ini selain menghasilkan jalan yang
relatif tahan terhadap air musuh utama aspal jugadapat dikerjakan dalam waktu yang cukup
singkat. Secara umum perkembangan konstruksi perkerasan di Indonesia mulai berkembang
pesat sejak tahun 1970 dimana mulai diperkenalkannya pembangunan perkerasan jalan
sesuaidenganfungsinya. Sementara perencanaan geometrik jalan seperti sekarang ini baru
dikenalsekitar pertengahan tahun 1960 dan baru berkembang dengan cukup pesatsejak tahun
1980.

 Klasifikasi Jalan: Kelas dan Fungsi


Jalan Dalam perkembangannya pada abad ke-21 ini, jalan tidak hanya dipandang
sebagaiprasarana distribusi dan komunikasi. Jalan memiliki andil yang sangat besar dalam
mengantarkan manusia ke keadaan yang kita sebut era modern ini.Studi khusus mengenai
jalan berikut perlindungannya diatur dalam peraturan- peraturan maupun perundang-
undanganresmi pemerintahan sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Jalan-jalan
yang ada, tentu saja tidak memiliki fungsi dan spesifikasi yang sama antara jalan yang satu
dengan yang lainnya. Masing-masing memiliki fungsi dan spesifikasi tersendiri. Tiap jalan
diklasifikasi menurut ketentuan klasifikasi tertentu.
Referensi :

https://id.wikipedia.org/wiki/Perkerasan_jalan

https://martinreyani.blogspot.com/2019/04/makalah-sejarah-perkerasan-jalan.html

https://www.academia.edu/37267107/Sejarah_Perkembangan_Pembangunan_Jalan_Raya_di_Indo
nesia

Anda mungkin juga menyukai