Anda di halaman 1dari 21

UJIAN AKHIR SEMESTER

MEKANIKA TANAH
“Pengaruh Porositas Terhadap Permeabilitas Tanah”

Oleh:
Syaiful Haq
Wahyu
Arifin

Dosen Mata Kuliah:


Dr. Azwar Inra, M.Pd.
Totoh Handayono, ST. MT

PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

tulisan ini dengan judul “Pengaruh Porositas Terhadap Permeabilitas Tanah”.

Ucapan terimakasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Mekanika

Tanah Bapak Dr. Azwar Inra, M.Pd dan Bapak Totoh Handayono, ST. MT yang

telah memberikan bimbingan dan motivasi dalam penyelesaian tulisan ini.

Kelompok menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh

karena itu kelompok mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya.

Padang, April 2018

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Batasan Masalah ............................................................................... 2

C. Tujuan .............................................................................................. 2

BAB II LANDASAN TEORI

A. Porositas ........................................................................................... 3

B. Permeabilitas…. ................................................................................ 3

C. Pendidikan …. ................................................................................... 4

D. Kewirausahaan dalam dunia pendidikan …. ..................................... 4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 7

B. Saran…. ............................................................................................. 7

DAFTAR ISI ...................................................................................................... 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu hal yang membuat Indonesia belum menjadi Negara maju
ialah Indonesia masih jauh tertinggal dari segi pembangunan. Walaupun
sudah ada upaya untuk itu, namun masih lambat. Sebenarnya berbagai hal
sudah dilakukan, termasuk peningkatan pembangunan secara merata
diseluruh aspek Negara. Ada pembangunan secara fisik maupun non fisik.
Pembangunan non fisik terkait banyak aspek, seperti pendidikan,
ekonomi, teknologi, hingga terkait kepada kegiatan-kegiatan pelayanan
kepada masyarakat. Sedangkan pembangunan secara fisik ialah berupa jalan,
jembatan, gedung-gedung pemerintahan, rumah sakit, dan sebagainya.
dimana kedua pembangunan tersebut saling terkait satu sama lain dengan
tujuan ialah untuk kemudahan akses masyarakat Indonesia dalam hidup
berbangsa dan bernegara.
Salah satu contohnya seperti keinginan pemerintah dalam pemerataan
dan peningkatan layanan kesehatan kepada setiap daerah, tentu dibutuhkan
pembangunan fisik berupa gedung rumah sakit dan non fisik berupa tenaga
medis (dokter, perawat, dan kelengkapan lainnya).
Pembangunan fisik dan non fisik ini tidaklah mudah, buktinya hingga
saat ini semenjak kemerdekaan Indonesia masih saja dilakukan
pembangunan. Dalam pembangunan fisik, perlu dilakukan kajian mendalam
baik itu perencanaannya hingga pelaksanaannya. Seorang/kelompok
perancang mesti menyesuaikan tipe gedung yang ingin dibangun dengan tipe
tanah yang ada dilokasi. Sebab di Indonesia memiliki berbagai tipe tanah.
Ada yang tanah keras, tanah lunak, tanah di dataran rendah, dan dataran
tinggi.
Dalam dunia teknik sipil, pembangunan yang baik tentu dirancang
sesuai dengan kondisi lingkungan tempat lokasi itu berada. Berbeda jenis

1
tanah, berbeda pula perencanaan yang dilakukan. Sebab kaitannya ialah
dengan jenis pondasi yang akan digunakan.
Pondasi adalah bagian vital bangunan yang bersentuhan langsung
dengan tanah. Dan pondasi menjadi dasar bangunan yang menentukan
kokohnya atau tidaknya bangunan.
Sehingga dalam dunia teknik sipil, tanah merupakan suatu materi
pelajaran yang mesti dikuasai. Sebab akan terkait kepada perencanaan
pondasi dan pelaksanaan pembangunan.
Tanah adalah himpunan mineral, bahan organik, dan endapan-endapan
yang relatif lepas, yang terletak diatas batuan dasar (Hary, 2010: 1).
Sedangkan tanah terdiri atas dua atau tiga bagian. Hary (2010: 2-3)
menyatakan bahwa dalam keadaan kering, tanah terdiri atas dua yaitu butiran
tanah dan pori-pori udara. Dalam keadaan jenuh, juga terbagi dua yaitu
butiran tanah dan air pori. Sedangkan tanah yang basah terbagi tiga yaitu,
butiran tanah, pori-pori udara, dan air pori.
Hal yang paling berpengaruh dalam komposisi tanah ialah kadar
airnya. Kadar air tanah akan berpengaruh kepada porositas, angka pori,
hingga kepadatannya. Hal ini diperkuat oleh Hary (2010: 145) yang
menyatakan bahwa air merupakan factor yang sangat penting dalam masalah-
masalah teknis yang berhubungan dengan tanah. Bahkan berdasarkan teori
yang ada, terdapat enam tipe tanah berdasarkan perbedaan komposisi air di
dalamnya atau yang disebut dengan derajat kejenuhan. Hary (2010: 6)
menyatakan:
No Keadaan Tanah Derajat Kejenuhan
1 Tanah kering 0
2 Tanah agak lembab >0 – 0,25
3 Tanah lembab 0,26 – 0,5
4 Tanah sangat lembab 0,51 – 0,75
5 Tanah basah 0,76 – 0,99
6 Tanah jenuh air 1

2
Berdasarkan tabel 1.1 diatas, terlihat bahwa berbeda tingkat
persentase air pada tanah maka berbeda pula keadaan tanahnya. Begitu juga
dengan tingkat kepadatan tanah, kekuatan tanah, daya serap, dan sebagainya.
Untuk daerah pegunungan biasanya memiliki tanah yang mudah
diserap air, karena posisinya berada di daerah ketinggian dan jauh dari muka
dasar air laut. Sedangkan untuk daerah tepi pantai, biasanya sulit menyerap
air sebab elevasi tanahnya sangat dekat dengan muka dasar air laut.
Selain terkait dengan tinggi daerah yang berbeda bila diukur
berdasarkan muka dasar air aut, kedua contoh diatas juga terkait dengan
porositas pada tanah. Bisa saja nilai porositas tanah gunung tinggi sehingga
mudah menyerap air dan porositas tanah tepi pantai rendah dan sulit
menyerap air. Atau bisa juga sebaliknya, tanah gunung sangat padat/memiliki
porositas rendah sehingga sulit menyerap air.
Oleh sebab itu, peneliti mencoba melakukan analisis awal terkait
porositas tanah dan permeabilitas tanah sebagai pokok penelitian. Melihat
beragamnya tipe tanah berdasarkan derajar kejenuhan, serta juga terkait
dengan penyerapan air melalui porositas dan kecepatan
rembesan/permeabilitas.

B. Identifikasi Masalah
1. Pembangunan di Indonesia masih jauh tertinggal dari Negara maju
2. Terdapat berbagai permasalahan dalam pembangunan Indonesia baik itu
pembangunan fisik maupun pembangunan non fisik
3. Terdapat berbagai macam tipe tanah di Indonesia, yang berpengaruh
kepada perencanaan dan pelaksanaan pembangunan fisik Negara
4. Perancang dan pelaksana pembangunan harus menyesuaikan tipe tanah
dengan bentuk pondasi dan struktur suatu bangunan yang akan didirikan
agar tidak terjadi keruntuhan dan menyebabkan korban jiwa
5. Tanah adalah bagian vital yang berhubungan langsung dengan pondasi
suatu bangunan. Berbeda kadar air, porositas, permeabilitas, dan reaksi
lain akan memberikan pengaruh berbeda kepada kekuatan bangunan.

3
6. Peneliti belum meneliti secara langsung kebenaran teori yang menyatakan
nilai porositas berbanding lurus dengan nilai permeabilitas.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka batasan masalah penelitian
ini ialah pengaruh porositas terhadap permeabilitas tanah.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian ini
ialah:
1. Bagaimana pengaruh porositas terhadap permeabilitas tanah?
2. Berapakah nilai pengaruh porositas terhadap permeabilitas tanah?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengungkap
pengaruh porositas terhadap permeabilitas tanah dan seberapa nilai pengaruh
porositas terhadap permeabilitas tanah.

F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini ialah:
1. Sebagai bahan pengkajian baru bagi mahasiswa teknik sipil khususnya,
dan bagi mahasiswa secara umum
2. Sebagai masukan kepada dosen/akademisi, teknisi, atau para pembelajar
bebas yang menyukai tanah dan porositas serta permeabilitas tanah
3. Sebagai bahan referensi untuk peneliti lainnya

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Porositas
1. Pengertian
Porositas ialah perbandingan antara volume rongga (Vv) dengan
volume total (V). dimana porositas dilambangkan dengan (n), yang bisa
dinyatakan dengan persen atau desimal (Hary, 2010: 4). Dalam arti lain
porositas merupakan proporsi ruang pori tanah (ruang kosong) yang
terdapat dalam suatu volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan
udara.
Kemampuan tanah dalam menyerap air berkaitannya dengan
tingkat kepadatan tanah juga termasuk porositas. Semakin padat tanah
berarti semakin sulit untuk menyerap air, maka porositas tanah semakin
kecil. Sebaliknya semakin mudah tanah menyerap air maka tanah tersebut
memiliki porositas yang besar/tinggi.
Dalam dunia tanaman, tanah yang baik adalah tanah yang
porositasnya besar karena perakaran tanaman mudah untuk menembus
tanah dalam mencari bahan organik. Selain itu tanah tersebut mampu
menahan air hujan sehingga tanaman tidak selalu kekurangan air. Tetapi
jika porositasnya terlalu tinggi, juga tidak baik, karena air yang diterima
tanah langsung turun ke lapisan berikutnya. Tanah seperti ini kalau musim
kemarau cepat membentuk pecahan yang berupa celah besar di tanah.
Pori-pori tanah terbagi menurut besar kecilnya ruangan atau
rongga antar partikel tanah, pori terbagi menjadi tiga kelompok yaitu : (1)
pori makro atau pori besar ; (2) pori meso atau pori sedang ; dan (3) pori
mikro atau pori kecil.
Pori tanah jika dalam keadaan basah seluruhnya akan terisi oleh
air, baik pori mikro, pori meso ataupun pori makro. Sebaliknya pada
keadaan kering, pori makro dan sebagian pori meso terisi udara. Tanah
yang strukturnya gembur atau remah dengan tindakan pengolahan tanah

5
yang intensif dan bertekstur lempung, umumnya mempunyai porositas
yang besar. Porositas perlu diketahui karena merupakan gambaran aerasi
dan drainase tanah (Foth, 1994).
Pori tanah adalah ruang antara butiran padat tanah yang pada
umumnya pori kasar ditempati udara dan pori kecil ditempati air, kecuali
bila tanah kurang. Porositas tanah adalah persentase volume tanah yang
ditempati butiran padat. (Pairunan, dkk, 1985).
Faktor porositas tanah dikendalikan oleh tekstur tanah, struktur,
dan kandung-an bahan organik. Pada KU dengan poro-sitas tanah tinggi
terlihat adanya kan-dungan unsur pasir dalam tekstur tanah (KU II, III, V,
VI, dan VIII). Pada tanah berpasir, porositas tanah didominasi oleh pori
makro yang berfungsi sebagai lalu lintas air sehingga infiltrasi meningkat.
Sedangkan pada tanah berlempung, pori mikro lebih berperan dan daya
hantar air-nya rendah sehingga infiltrasi menurun (Soepardi,
1983 dalam Hidayah et al., 2001).
Bahan organik dan liat bagi agregat ta-nah berfungsi sebagai
pengikat untuk ke-mantapan agregat tanah. Aktivitas akar tanaman
menambah jumlah pori-pori ta-nah sehingga perkolasi semakin memba-
ik. Selain itu, melalui retakan-retakan yang terbentuk oleh aktivitas akar
tanam-an secara tidak langsung melalui ikatan mekanis atau biologis dan
kimia oleh hu-mus dapat memantapkan agregat tanah, akibatnya laju
infiltrasi menjadi mening-kat (Hairiah, 1996 dalam Hidayah et al., 2001).
Semakin tinggi kandungan bahan organik dalam tanah, kondisi fisik tanah
menjadi lebih baik bagi laju penurunan air ke dalam tanah.
Kenaikan kapasitas infiltrasi tanah tersebut disebabkan ke-naikan
kandungan bahan organik tanah yang meningkatkan porositas tanah se-
hingga lebih memantapkan struktur dan tekstur tanah serta perkembangan
biota tanah permukaan. Kondisi tersebut me-nyebabkan terjadinya
perbaikan sifat fisik tanah termasuk peningkatan kapasitas in-filtrasinya.

6
Porositas dibagi 2 berdasarkan asal usulnya :
Original (Primary) Porosity
Porositas yang terbentuk ketika proses pengendapan batuan (deposisi)
tanpa ada faktor lain. Pada umumnya terjadi pada porositas antar butiran
pada batupasir, antar Kristal pada batukapur, atau porositas oolitic pada
batukapur.

Induced (Secondary) Porosity


Porositas yang terbentuk setelah proses deposisi batuan karena beberapa
proses geologi yang terjadi pada batuan tersebut, seperti proses intrusi,
fault, retakan, dan sebagainya. Proses tersebut akan mengakibatkan lapisan
yang sebelumnya non-porosity/permeabelitas menjadi lapisan berporositas.
Contohnya retakan pada shale dan batukapur, dan vugs atau lubang-lubang
akibat pelarutan pada batukapur. Batuan yang berporositas original lebih
seragam dalam karakteristik batuannya daripada porositas induced.
Porositas berdasarkan kualitas :
1. Intergranuler : Pori-pori terdapat di antara butir.
2. Interkristalin : Pori-pori terdapat di antara kristal. – Celah dan rekah :
Pori- pori terdapat di antara celah/rekahan.
3. Pin-point porosity : Pori-pori merupakan bintik-bintik terpisah-pisah,
tanpa terlihat bersambungan.
4. Tight : Butir-butir berdekatan dan kompak sehingga pori-pori kecil
sekali dan hampir tidak ada porositas.
5. Dense : Batuan sangat kecil sehingga hampir tidak ada porositas.
6. Vugular : Rongga-rongga besar yang berdiameter beberapa mili dan
kelihatan sekali bentuk bentuknya tidak beraturan, sehingga
porositas besar.
7. Cavernous : Rongga-rongga besar sekali yang merupakan gua-gua,
sehingga porositasnya besar.

Porositas berdasarkan kuantitas :

7
1. ( 0% – 5 %) dapat diabaikan (negligible)
2. (5% – 10%) buruk (poor)
3. (10%- 15%) cukup baik (fair)
4. (15%- 20%) baik (good)

2. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Porositas Tanah


Adapun hal–hal yang mempengaruhi porositas adalah iklim,
kelembaban dan struktur tanah. Iklim, suhu, kelembaban, sifat
mengembang dan mengerut sangat mempengaruhi porositas. Misalnya
saja wilayah yang beriklim hujan tropis maka tingkat curah hujan pada
tanah tersebut akan tinggi pada saat tanah tersebut basah maka tanah
tersebut akan mengalami pengembangan dan pori tanah pada saat tersebut
akan banyak terisi oleh air juga akan mempengaruhi kelembaban tanah
tersebut yang nantinya akan berpengaruh pada porositasnya. Sebaliknya
pada musim kemarau atau kering tanah akan mengerut dan pori tanah akan
semakin besar tetapi kebanyakan akan diisi oleh udara, sehingga nantinya
akan berpengaruh terhadap porositas tanah tersebut. Selain itu, struktur
tanah juga akan sangat berpengaruh, karena sangat bergantung pada kadar
liat , pasir, dan debu yang dikandung tanah tresebut apabila struktur tanah
dirusak maka porositas tanah tersebut akan berubah (Pairunan, 1997).
Porositas suatu lapisan tanah juga dipengaruhi oleh ada
tidaknya perkembangan struktur granular pada tiap lapisan horizon tanah
yang akan memberikan hasil porositas total yang tinggi dan dapat
meningkatkan jumlah pori mikro dan pori makro suatu lapisan tanah.
Sehingga, pada suatu lapisan tanah dengan struktur remah atau kersai
sangat berpengaruh dalam penentuan porositas karena dengan struktur
tanah tersebut umumnya mempunyai porositas yang besar (Hakim, dkk.
1986).
Porositas tanah adalah kemampuan tanah dalam menyerap air.
Porositas tanaherat kaitanya dengan tingkat kepadatan tanah (Bulk
Density). Semakin padat tanahberarti semakin sulit untuk menyerap air,

8
maka porositas tanah semakin kecil. Sebaliknya semakin mudah tanah
menyerap air maka tanah tersebut memiliki porositas yang besar. Tinggi
rendahnya porositas suatu tanah ini sangat berguna dalam
menentukan tanaman yang cocok untuk tanah tersebut.Bila suatu tanah
dengan porositas rendah dalam artian sulit menyerap air, maka bila kita
menanam tanaman yang tidak rakus air, akan sangat menghambat bahkan
merusak. Dalam keadaan air yang lama terserap (hingga tergenang)
sementara tanaman yang ditanam tidak membutuhkan banyak air justru
akan menjadikan kondisi lingkungan mikro di sekitar tanaman menjadi
lembab akibatnya akan mempengaruhi perkembangan penyakit tanaman.
Selain itu, tanaman akan mudah rusak bila tergenang air terlalu lama,
karena tanaman tersebut dalam kondisi tercekam kelebihan air yang dapat
menyebabkan pembusukan akar tanaman. (Hakim,1986).
Jadi Porositas tiap jenis tanah adalah konstan dan tidak bervariasi
dengan jumlah ruang dan antara partikel-partikel. Untuk kebanyakan
tanah-tanah mineral rata-rata kerapatan zahranya adalah 2,6
gr/cm3.Perbedaan kerapatan dengan zahra diantara jenis-jenis tanah tidak
begitu besar, kecuali terdapat variasi di dalam kandungan bahan organik
dan komposisi mineral tanah (Sarwono, 2003).
Salah satu pentingnya dilakukan pengolahan tanah adalah untuk
memperbesar porositas tanah. Selain pengolahan tanah, adapun cara lain
yang dilakukan untuk memperbesar porositas tanah yaitu dengan
penambahan bahan organik dan pengolahan tanah secara minimum.
Karena tanah pertanian dengan pengolahan yang intensif cenderung
mempunyai ruang pori rendah, apabila terjadi penanaman secara terus-
menerus tanpa adanya pengolahan tanah maka akan mengurangi pori-pori
mikro dan kandungan bahan organik dalam tanah (Hakim, dkk. 1986).
3. Rumus Porositas
𝑉𝑣
Porositas n = 𝑉

9
B. Permeabilitas Tanah
Permeabilitas ialah sifat bahan berpori yang memungkinkan aliran
rembesan dari cairan yang berupa air atau minyak mengalir lewat rongga
pori. Pada tanah, permeabilitas ini sebagai sifat tanah mengalirkan air melalui
rongga pori tanah (Hary, 2010: 155).
Secara teoritis, semua jenis tanah mempunyai rongga pori. Akan
tetapi dalam praktek akan ditemukan istilah permeable yaitu tanah yang
mudah meloloskan air dan impermeable yaitu tanah yang kedap air (tanah
yang memunyai kemampuan meloloskan air sangat kecil.
Koefisien permeabilitas lilambangkan dengan (k)

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang digunakan
untuk mengkaji hubungan seperti apa adanya. Penelitian ini akan melihat
hubungan pengaruh porositas dan permeabilitas tanah di kota Padang.
Menurut Sugiyono (2013: 336) Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
bersifat menggambarkan suatu fenomena, peristiwa, gejala, baik
menggunakan data kuantitatif maupun kualitatif.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada Januari- Juli 2018.

10
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Jurusan Teknik Sipil FT UNP.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2013: 62). Populasi dalam penelitian ini
adalah tanah di kota Padang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2013: 63). Sampel pada penelitian ini
diambil dengan menggunakan teknik Random sampling, yaitu dipilih
secara acak (dalam hal ini ditentukan oleh kelompok).
D. Definisi Operasional
Menurut Soekidjo (2010: 112) Definisi operasional adalah uraian
tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh
variabel yang bersangkutan. Definisi operasional dalam penelitian ini
bertujuan untuk memperjelas penafsiran judul dan makna yang diinginkan
peneliti, yaitu:
1. Porositas adalah integrasi ekonomi ASEAN dalam menghadapi pasar
bebas antar Negara- negara ASEAN. MEA merupakan pasar tunggal
mencakup barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja terampil yang bebas
berpindah dari satu Negara ke Negara lain dalam wilayah ASEAN. Hal-
hal yang akan diukur mengenai MEA disini adalah mengenai
pengetahuan mengenai MEA, pemahaman terhadap ancaman, tantangan,
dan peluang dalam MEA, serta perilaku antisipatif menghadapi MEA.
2. Permeabilitas adalah Sikap mahasiswa dalam menghadapi MEA tentu
akan melibatkan pemikiran/pengetahuan, perasaan, dan tindakan/respon.
Ketiga hal ini lah yang menjadi indikator dalam penelitian ini. Sikap

11
disini, diukur secara tidak langsung dengan menjaring pendapat
responden melalui kuesioner.

E. Teknik Pengumpulan Data


Berdasarkan jenis data yang digunakan, maka dalam pengumpulan data ini
digunakan dua cara yaitu:
1. Pengujian Laboratorium
Merupakan
2. Dokumentasi
Merupakan
F. Instrumen Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian dalam penelitian
ini, digunakan instrumen
G. Uji Coba Instrumen
Instrumen penelitian ini digunakan untuk memperoleh data-data
penelitian.
H. Teknik Analisis Data
Sesuai dengan jenis penelitian ini,

12
BAB IV

PEMBAHASAN

BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Kesimpulan

B. Saran
Melihat

DAFTAR PUSTAKA

Hary Christady Hardiyatmo. 2010. Mekanika Tanah 1. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press

13
I.POROSITAS

1.1 Pengertian porositas

Porositas suatu medium adalah perbandingan volum rongga – rongga pori


terhadap volum total seluruh batuan. Perbandingan ini biasanya dinyatakan dalam
persen dan disebut porositas.

Porositas juga dapat dinyatakan dalam ‘acre – feet’, yang berarti volum yang
dinyatakan sebagai luas dalam ‘acre’ dan ketebalan reservoir dalam kaki (feet).

Selain itu dikenal juga istilah porositas efektif, yaitu apabila bagian rongga –
rongga di dalam batuan berhubungan, sehingga dengan demikian porositas efektif

14
biasanya lebih kecil daripada rongga pori – pori total yang biasanya berkisar dari
10 sampai 15 persen.

1.2 Besaran Porositas

Porositas tertentu dapat berkisar dari nol sampai besar sekali, namun biasanya
berkisar antara 5 sampai 40 persen, dan dalam prakteknya berkisar hanya dari 10
sampai 20 persen saja. Porositas 5 persen biasanya disebut porositas tipis
(marginal porosity) dan umumnya bersifat non komersiil, kecuali jika
dikompensasikan oleh adanya beberapa factor lain. Secara teoritis porositas tidak
bisa lebih besar dari 47,6 persen. Hal ini disebabkan karena keadaan sebagai
terlihat pada Gambar 4.4, yang berlaku untuk porositas jenis intergranuler. Dalam
gambar tersebut dapat dilihat suatu kubus yang terdiri dari 8 seperdelapan bola,
sebagaimana dapat dilihat pada butir – butir oolit. Porositas maximum yang
didapatkan adalah dalam susunan kubus dan secara teoritis nilai yang didapatkan
adalah sebagai berikut.

Jelaslah, bahwa dalam hal ini porositas tidak tergantung daripada besar butir. Jika
kita subtitusikan r untuk angka berapa saja maka kita akan tetap mendapatkan
angka 47,6 tersebut.

Besarnya porositas itu ditentukan dengan berbagai cara, yaitu;

1) Di laboratorium, dengan porosimeter yang didasarkan pada hokum Boyle :


gas digunakan sebagai pengganti cairan untuk menentukan volum pori tersebut.

2) Dari log listrik, log sonic, dan log radioaktif

3) Dari log kecepatan pemboran

4) Dari pemeriksaan dan perkiraan secara mikroskopis

5) Dari hilangnya inti pemboran

1.3 Skala Visul Pemerian Porositas

Di lapangan bila kita dapatkan perkiraan secara visual dengan menggunakan


peraga visual. Penentuan ini bersifat semi – kuantitatif dan dipergunakan suatu
skala sebagai berikut :

0 – 5% dapat di abaikan (negligible)

5 – 10 % buruk (poor)

10 – 15% cukup (fair)

15
15 – 20 % baik (good)

20 – 25% sangat baik (very good)

25% istimewa (excellent)

Pemeriksaan secara mikroskopi untuk jenis porositas dapat pula dilakukan secara
kualitatif. Antara lain ialah jenis :

1) Antar butir (intergranuler), yang berarti bahwa pori – pori yang didapat di
antara butir – butir.

2) Antar Kristal (interkristalin), dimana pori – pori berada di atara kristal –


kristal.

3) Celah dan rekah, yaitu rongga terdapat di antara celah – celah.

4) Bintik – bintik jarum (point – point porosity), berarti bahwa pori – pori
merupakan bintik – bintik terpisah – pisah, tanpa kelihatan bersambungan.

5) Ketat (thigt), yang berarti butir – butir berdekatan dan kompak sehingga pori
– pori kecil sekali dan hamper tidak ada porositas.

6) Padat (dense), berarti batuan sangat kecil sehingga hamper tidak ada
porositas.

7) Growing (vugular), yang berarti rongga – rongga besar berdiameter


beberapa mili dan kelihatan sekali bentuk – bentuknya tidak beraturan, sehingga
porositas besar.

8) Bergua – gua (cavernous), yang berarti rongga – rongga besar sekali


malahan berupa gua – gua, sehingga porositas sangat besar.

II. PERMEABILITAS

Kelulusan atau permeabilitas adalah suatu sifat batuan reservoir untuk dapat
meluluskan cairan melalui pori – pori yang berhubungan, tanpa merusak partikel
pembentuk atau kerangka batuan tersebut.

Defenisi permeabilitas dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut ;

Dimana q dinyatakan dalam sentimeter per sekon, k dalam darcy (permeabilitas),


viskositas m dinyatakan dalam sentipoise, dan dp/dx adalah gradient hidrolik yang
dinyatakan dalam atmosfer per sentimeter. Dengan demikian jelaslah bahwa
permeabilitas adalah k yang dinyatakan dalam Darcy.

16
Definisi API untuk 1 Darcy : suatu medium berpori mempunyai kelulusan
(permeabilitas) sebesar 1 Darcy, jika cairan berfasa satu dengan kekentalan 1
sentipoise mengalir dengan kecepatan 1 cm/sekon melalui penampang seluas 1
cm2 pada gradient hidrolik satu atmosfer (76,0 mm Hg) per sentimeter dan jika
cairan tersebut seluruhnya mengisi medium tersebut. Dari defenisi di atas tidak
dijelaskan hubungan antara permeabilitas dan porositas. Memang sebetulnya tidak
ada hubungan antara permeabilitas dengan porositas. Batuan yang permeable
selalu sarang (porous), tetapi sebaliknya, batuan yang sarang belum tentu
permeable. Hal ini disebabkan karena batuan yang berporositas lebih tinggi belum
tentu pori – porinya berhubungan satu dengan yang lain. Juga sebaliknya dapat
dilihat, bahwa porositas tidak tergantung dari besar butir, dan permeabilitas
merupakan suatu fungsi yang langsung terhadap besar butir.

2.1 Besaran Permeabilitas

Sebagaimana telah disebutkan di atas, biasanya permeabilitas dinyatakan dalam


‘darcy’, yaitu untuk menghormati DARCY yang memproklamasikan pertama
kalinya hokum aliran dalam medium yang berpori. Jadi suatu permeabilitas
dengan k = 2 darcy berarti suatu aliran sebesar 2 cc persekon yang di dapatkan
melalui suatu penampang seluas satu sentimeter persegi panjang 1 sentimeter, di
bawah suatu tekanan perbedaan satu atmosfer untuk suatu cairan yang mempunyai
kekentalan (viskositas) 1 sentipoise. Pada hakekatnya permeabilitas suatu batuan
biasanya kurang dari satu darcy dan oleh karenanya dalam praktek permeabilitas
dinyatakan dalam milidarcy (1 md = 0,001 darcy).

Sebagai contoh untuk batuan yang sarang tetapi tidak permeable, dapat
ditunjukkan misalnya ; suatu serpih mempunyai permeabilitas yang sangt rendah,
sedangkan porositasnya sama dengan batupasir. McKelvey (1962) memberikan
nilai permeabilitas 9 X 10-6 md untuk serpih yang telah kompak, tetapi
porositasnya yaitu 24%. Untuk batupasir dengan porositas sama, misalnya 22,7 %
(batupasir Bradford; dari daerah Pennsylvania) ternyata mempunyai permeabilitas
36,6 % md (Fettke, 1934). Dalam prakteknya permeabilitas berkisar antara 5
sampai 1000 milidarcy.

Cara penentuan permeabilitas adalah :

1) Dengan permeameter, suatu alat pengukur yang mempergunakan gas.

2) Dengan penaksiran kehilangan sirkulasi dalam pemboran.

3) Dari kecepatan pemboran

4) Berdasarkan test produksi terhadap penurunan tekanan dasar lubang


(bottom-hole pressure-decline).

2.2 Skala Permeabilitas Semi – Kuantitatif

17
Secara perkiraan di lapangan dapat juga dilakukan pemerian semikuantitatif
sebagai berikut:

1. Ketat (tight), kurang dari 5 md


2. Cukup (fair) antara 5 sampai 10 md
3. Baik (good) antara 10 sampai 100 md
4. Baik sekali (very good) antara 100 sampai 1000 md

2.3 Permeabilitas Relatif dan Efektif

Permeabilitas tergantung sekali pada ada tidaknya cairan ataupun gas di dalam
rongga yang sama. Sebagai contoh, misalnya saja adanya air dan minyak. Gambar
4.1 memperlihatkan permeabilitas relative.

Penjenuhan air diperlihatkan pada absis dan dinyatakan dalam persen air,
koordinat menunjukkan fraksi permeabilitas daripada fluida yang bersangkutan
terhadap keadaan jika seluruh batuan tersebut dijenuhi oleh cairan tersebut saja.
Maka pada penjenuhan air kira – kira 20% permeabilitas relative minyak terhadap
permeabilitas jika seluruhnya diisi oleh minyak adalah sedikit di bawah 0,7 x,
sedangkan jika penjenuhan air itu kira – kira 50% maka permeabilitas
keseluruhannya adalah 0,3 x daripada jika seluruh batuannya diisi oleh air saja
atau oleh minyak saja. Pada penjenuhan 90% maka minyak sudah tidak
mempunyai permeabilitas lagi sehingga hanya air sendiri saja yang bergerak. Dari
grafik ini jelaslah, bahwa minyak bumi baru dapat bergerak jika mempunyai
penjenuhan lebih dari pada 10% dan air sama sekali tidak bisa bergerak jika
penjenuhannya di bawah 20%. Hal ini juga jelas sama untuk kehadiran gas dan
minyak (Gambar 4.2). Hal yang sama dapat dilihat, jika penjenuhan minyak
kurang dari 40%, maka minyak sama sekali tidak bisa bergerak dan hanya gas saja
yang dapat bergerak. Secara berangsur – angsur permeabilitas meningkat
walaupun secara relative sangat lambat yaitu sampai 100% dijenuhi minyak.

Daftar Pustaka : Koesoemadinata, 1980, Geologi Minyak dan Gas Bumi, Jilid 1
Edisi Kedua, ITB Bandung.

18

Anda mungkin juga menyukai