FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kebutuhan pengerjaan pembangunan bangunan-bangunan baik bangunan
gedung, bangunan transportasi, bangunan air pada masa-masa yang akan datang akan
semakin meningkat, seiring dengan semakin meningkatnya jumlah pembangunan
dan masyarakat yang ada di indonesia saat ini. Untuk itu diperlukan berbagai upaya
strategis untuk meningkatkan pengerjaan ilmu mekanika tanah, baik dari segi
teknologi maupun pengetahuan sehingga pembangunan bangunan-bangunan di
indonesia bisa dicapai sesuai dengan prosedur yang baik.
Praktikum boring adalah praktikum dimana mengambil contoh tanah asli
(undisturbed samples) contoh tanah tidak asli (disturbed sample) melalui pengeboran
di lapangan, sehingga diketahui sifat/ jenis lapisan tanah bawah permukaan.
Praktikum gravimetri volumetri adalah praktikum dimana menentukan berat
volume tanah, besarnya kadar air dan untuk menentukan spesifik gravity yaitu
perbandingan antara berat jenis butiran tanah dengan berat jenis air pada suhu
tertentu.
Praktikum atterbergs limit adalah praktikum yang dimana pada prinsipnya
percobaannya ini adalah mencari konsistensi tanah pada batasan :
Batas Cair (Lliquid Limit )
Batas Palstis ( Plastis Limit )
Batas Susut ( Srinkage Limit )
Praktikum analisa ayakan adalah percobaan atau penelitian analisa ayakan
digunakan untuk menganalisa hasil ayakan tanah (pasir/lempung/koloid) yang
butiran diemeternya lebih besar dari 0,075 mm untuk standart ASTM, AASHTO, dan
USCS sedangkan untuk standart mit dipergunakan untuk mendapatkan hasil ayakan
yang butiran diameternya lebih dari 0,06 mm. Praktikum hidrometer adalah
percobaan ini di maksudkan untuk menentukan gradasi butiran dari tanah berbutir
halus dengan prinsip kecepatan pengendapan di dasarkan pada hukum stoke.
B. Rumusan Masalah
Dalam penyusunan laporan ini, dapat ditarik beberapa rumusan masalah,
sebagai berikut :
1. Apa sajakah pengertian-pengertian setiap masing-masing praktikum tersebut?
F. Tempat Pelaksanaan
Praktikum dilaksnakan di lingkungan kampus Departemen Teknik
Infrastruktur Sipil ITS yang berlokasi di Jalan Menur 127, Surabaya. Tepatnya di
laboratorium mekanika tanah kampus Departemen Teknik Infrastruktur Sipil ITS.
BAB I
PRAKTIKUM BORING
BAB I
PRAKTIKUM BORING
1.1 PENDAHULUAN
Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari Agregat (butiran) mineral-
mineral padat yang tidak terikat secara kimia satu sama lain,ZatCair dan Gas yang
mengisi ruang-ruang kosong di antara butiran mineral-mineral padat tersebut. Dalam
dunia sipil tanah adalah material yang sangat penting sebagai awal untuk mendirikan
bangunan karena tanah adalah penopang bagi semua bangunan. Untuk dapat mendirikan
bangunan secara aman diatas tanah diperlukan sebuah penyelidikan untuk mendapatkan
nilai kekuatan dan karakteristik tanah yang akan digunakan untuk perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan pondasi. Penyelidikan tanah tersebut meliputi pengeboran
tanah, pengambilan sampel, pengujian laboratorium, dan pengamatan muka air tanah.
Pengeboran tanah adalah adalah langkah awal yang harus dilakukan untuk
mendapatkan sampel tanah.pengeboran ini menggunakan alat bor dan sampel tanah
diambil dari beberapa kedalaman. Dari pengeboran tanah ini akan didapatkan 2 sampel
tanah, yaitu tanah disturbe dan undisturbe. Sampel tanah yang sudah di dapatkan
selanjutnya akan dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengujian. Dari pengujian ini
akan diketahui karacteristik tanah.
1.1.2 Tujuan
Dalam penyusunan laporan ini, dapat ditarik beberapa rumusan masalah,
sebagai berikut :
1. Untuk memahami prosedur pengoboran tanah
2. Untuk menggunakan alat pengeboran dengan benar dan baik
3. Untuk mengambil contoh tanah asli (Undisturbed Sample) dan contoh tanah
tidak asli (Disturbed Sample) melalui pengeboran di lapangan, sehingga
diketahui sifat/jenis lapisan tanah bawah permukaan.
1.1.3 Manfaat
1. Mahasiswa dapat memahami prosedur pengeboran tanah
2. Mahasiswa dapat menggunakan alat pengeboran dengan baik dan benar
3. Mahasiswa dapat mengerti cara pengambilan tanah distrurb dan undisturb
4. Mahasiswa dapat mengambarkan profil tanah dari hasil pengeboran.
Kunci pipa
4
Plastik
5
7. Bersihkan sisi luar tabung dari tanah tanpa merusak tanah yang ada didalam
tabung dan masukkan pada plastic untuk di bawa ke laboratorium.
Keterangan :
1.5 KESIMPULAN
Dari hasil analisa data diketahui bahwa kedalaman 0 m 0,5 m kondisi tanah
lempung, berlanau, berpasir dan berwarna coklat kekuningan. Muka air tanah berada
pada 0,5m dibawah permukaan tanah. Kedalaman 1 m 2 m kondisi tanah lempung
berlanau, lengket, dan juga licin berwarna abu-abu kehitaman. Kedalaman 2 m 5 m
kondisi tanah lempung berlanau, lengket, padat dan berwarna abu abu kehitaman.
BAB II
PERHITUNGAN VOLUMETRI DAN
GRAVIMETRI
BAB II
PERHITUNGAN VOLUMETRI DAN GRAVIMETRI
2.1 PENDAHULUAN
2.1.2Tujuan
Tujuan dilaksankannya praktikum ini adalah untuk menentukan berat
volume tanah, kadar air tanah, dan specific grafity.
2.1.3Manfaat
Pada setiap pembuatan laporan, tentunya memiliki manfaat untuk mahasiswa
yang melakukan praktikum pengukuran tersebut. Manfaat itu diantaranya :
a. Mahasiswa dapat mencari suatu hasil dari percobaan yang telah dilakukan , baik
dari segi berat volume tanah hingga kadar air yang terkandung di dalamnya.
b. Mahasiswa dapat memahami lebih dalam materi yang didapatkan melalui
praktikum yang telah dilakukan.
Air VA
Vw
Ww Water
Total Total
weight volume W V
(= (= V)
W) Ws solid Vs
(a) (b)
Soil element in natural state Three phases of the soil element
Gambar 1 Susunan Tanah
Dari gambar (a) menunjukan suatu elemen tanah dengan volume V dan
berat W. Untuk membuat hubungan volume-berat agregat tanah, tiga fase
dipisahkan seperti ditunjukan dalam gambar (b).
Jadi volume total contoh tanah yang diselidiki dapat dinyatakan sebagai
betikut:
V = Vs + Vv = Vs + Vw + Va
Dimana:
Vs = volume butiran padat
Vv = volume pori
Vw = volume air di dalam pori
Va = volume udara di dalam pori
Volume tanah basah dapat dicari dengan rumus,
Vt = .(1)
Dimana,
Wd = Berat cawan + hg yang dipindahkan
Wa = Berat cawan raksa
Apabila udara dianggap tidak mempunyai berat, maka berat total dari contoh
tanah dapat dinyatakan sebagai:
W = Ws + Ww .(2)
Dimana:
Ws = berat butiran padat (solid)
Ww = berat air (water)
Hubungan volume yang umum dipakai untuk suatu elemen tanah adalah angka
pori (void ratio), porositas (porosity), derajat kejenuhan (degree of saturation).
Vv
e (3)
Vs
Dimana :
e = angka pori (void ratio)
Vv = volume pori
Vs = volume butir
Porositas (n) adalah perbandingan antar volume pori dan volume tanah total
dan Derajatkejenuhan (Sr) adalah perbandingan antara volume air dengan pori,
dengan rumus:
Vv Vw
n= ..(4) Sr = .....(5)
V Vv
Vv
Vv Vv V n
e= = = = .......(6)
Vs V Vc Vv 1 n
1
V
e
n= ......(7)
1 e
Kadar air (Wc) yang juga disebut sebagai Water Content didefinisikan sebagai
perbandingan antara berat air dan berat butiran padat dari volume tanah yang
diselidiki.
Ww
Wc = .......(8)
Ws
Berat tanah persatuan volume didefinisikan sebagai berikut :
W
t = .....(9)
V
Ww
W Ws 1
t = = Ws Ww Ws Ws1 W ....(10)
V
V V V
d = atau d = ........(11)
W 2 W3 (12)
wc(%) 100%
W 3 W1
W 3 W1
Gs ...... (13)
((W 4 W 1) xT1 (W 2 W 3) xT 2)
Dimana :
W1 = berat piknometer
Berat jenis dari berbagai jenis tanah berkisar antara 2,65 sampai 2,75.
Nilai berat jenis sebesar sebesar 2,67 biasanya digunakan untuk tanah-tanah tak
berkohesi. Sedang untuk tanah kohesif tak organik berkisar di antara 2,68
sampai 2,72.
VS = W3 / ( Gs * w ) ......(15)
VV = Vtanahbasah - VS ......(16)
e = ((Gs . w ) d ) / d
(1 wc ) Gs w (17)
e 1
Menghitung Porositas
n = e / (e+1) ......(18)
Sr= ( wc * Gs ) / e .......(19)
S = (Vw / Vv) x 100
d = t / ( 1 + Wc ) ................(20)
2.3.1 Volumetri
Alat dan Bahan :
1 Tanah undisturb
2 Cawan sampel
4 air raksa
Langkah kerja:
1. Keluarkan contoh tanah dari tabung contoh dengan extruder
2. Ambil sebagian kecil tanah yang dikeluarkan dari tabung,
potongdanbentukkubus kira-kira 2x2x2 cm3
3. Letakkan tanah tersebut kedalam cawan yang sudah ditimbang beratnya (Wc).
Kemudian timbang berat cawan + tanah
4. Ambillah 1 mangkok besar kemudian masukkan gelas kecil didalamnya
5. Tuangkan air raksa ke dalam gelas kecil tersebut, ratakan dengan menggunakan
plat kaca 3 paku
6. Masukkan tanah kedalam gelas kecil yang berisi air raksa, ratakan dengan plat
kaca 3 paku hingga tanah tercelup dan air raksa meluber
7. Timbanglah air raksa yang meluber
1. tanah undisturbed
2. oven yang dilengkapi pengatur suhu
3. cawan kedap udara dan tidak berkarat
4. neracaelektrik dengan ketelitian 0,01 gram
Langkah kerja:
1. ambil contoh tanah asli (undisturbed),
2. timbang cawan dan catat nomor cawan,
3. letakkan contoh tanah kedalam cawan,
4. timbang cawan + tanah
5. cawan+ tanah tersebut, oven selama 24 jam ( sampai beratnya tetap ) . timbang
tanah kering + cawan
5. alat vakum
6. alat penumbuk
Langkah Kerja :
1. Keringkan sejumlah 200 gr tanah kedalam oven
2. Tumbuklah tanah yang sudah dikeringkan tadi sampai halus menjadi bubuk
dengan penumbuk porselen
3. Masukkan sejumlah bubuk tanah tersebut ke dalam piknometer yang
sebelumnya sudah ditimbang
4. Timbang piknometer yang sudah berisi bubuk tanah
5. Isi piknometer + bubuk tanah dengan air 2 cm kemudian biarkan beberapa saat
seterusnya divakum
6. Hentikan vakum bila gelembung-gelembung udara yang timbul selama di
vakum tinggal sedikit/ tidak muncul lagi.
7. Isi kembali piknometer dengan air hingga batas leher lalu divakum kembali
8. Hentikan memvakum bila selisih kenaikan muka air antara divakum dan tidak di
vakum relatif kecil (h < 1cm) dan meneruskan memvakum bila beda kenaikan
muka air masih relatif besar (h > 1cm)
9. Isi kembali piknometer dengan air sampai batas yang ditentukan dan ukur
temperatur
10.Bersihkan piknometer dan keringkan kemudian diisi dengan air sampai batas
bawah leher kemudian timbang piknometer + air
2.5 KESIMPULAN
Dari tiga sampel tanah, yang dihitung mulai dari volumetri; kadar air;
gravimetric mempunyai hasil sebagai berikut:
Sampel tanah 1
t = 1,694 gr/cm3 = 1,694 x 101 KN/m3
wc =74,42%
Gs = 2,588
Sampel tanah 2
t = 1,607 gr/cm3 = 1,607 x 101 KN/m3
wc = 75,09%
Gs = 2,573
Sampel tanah 3
t = 1,657 gr/cm3 = 1,657 x 101 KN/m3
wc =71,36%
Gs = 2,272
Sesuai dengan standart uji ASTM 0-854-58, nilai Gs harus berkisar pada 2,6-
2,7. Pada hasil percobaan tersebut untuk sampel tanah 1,2 dan 3 tidak memenuhi
standart uji ASTM 0-854-58.
BAB III
PRAKTIKUM
GRADASI BUTIRAN
(AYAKAN DAN HIDROMETER)
BAB III
PRAKTIKUM GRADASI BUTIRAN
3.1 PENDAHULUAN
3.1.2 Tujuan
Tujuan pemebelajaran dari praktikum Analisa Gradasi Butiran dibagi
menjadi dua kategori, yaitu sebagai berikut :
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Umum dari laporan praktikum Analisa Gradasi
Butiran ini adalah sebagai berikut :
a. Test Analisa ayakan
Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan distribusi butiran dari suatu
sampel tanah.
b. Test Analisa Hidrometer
Percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan distribusi butiran dari suatu
sampel tanah yang lolos saringan no. 200.
Tujuan Pembelajaran Khusus
Tujuan Pembelajaran Khusus dari laporan praktikum Analisa Gradasi
Butiran ini adalah sebagai berikut :
c. Test Analisa Ayakan
-
- Dapat melakukan tes laboratorium untuk mendapatkan distribusi
butiran tanah dengan menggunakan ayakan.
- Dapat melakukan perhitungan tes analisa ayakan.
- Dapat menggambar grafik distribusi butiran dari hasil tes ayakan.
- Dapat menghitung Cu (Coefficient of Uniformaty) dan Cc
(Coefficient of Curvature).
- Dapat menjelaskan arti well grade, poorly graded dan gap graded.
d. Test Analisa Hidrometer
- Dapat melakukan tes laboratorium untuk mendapatkan distribusi
butiran tanah dengan menggunakan analisa hydrometer.
- Dapat melakukan perhitungan tes analisa hydrometer.
- Dapat menggambar grafik distribusi butiran dari hasil hydrometer.
dari 0.06 mm. Dapat kita lihat perbandingannya dari keempat standart
tersebut seperti dibawah ini.
Ada dua macam cara yang umum dipakai untuk menentukan
pembagian butir dari suatu tanah di laboratorium, yaitu :
1. Dengan Analisa Ayakan
2. Dengan Hydrometer Test
Analisa ayakan biasanya dipakai untuk yang butir-butiranya
mempunyai diameter lebih besar dari 0.075 mm untuk standart ASTM,
AASTHO, dan USCS sedangkan untuk standart MIT dipakai untuk
diameter butiran lebih besar dari 0.06 mm.
Standart ukuran butiran dan distribusi ukuran butiran tanah dapat
diklasifikasikan melalui beberapa percobaan. Dan percobaan analisa ayakan
ini adalah merupakan klasifikasi tanah berdasarkan gradasi butiran.
Dari ukuran butiran ini dapat ditentukan tingkat keseragaman dan
tingkat kemampatan tanah tersebut yaitu disebut Cu dan Cc (Cu = koefisien
keseragaman, dan Cc = koefisien concavity). Cu dan Cc digunakan untuk
menentukan bahwa gradasi butiran itu baik atau buruk.
Hasil dari analisa ayakan umumnya digambarkan dalam kertas
semilogaritmik yang dikenal sebagai kurva distribusi ukuran-butiran
(particle-size distribution curve). Diameter partikel (butiran) digambarkan
dalam skala logaritmik, dan persentase dari butiran yang lolos ayakan
digambarkan dalam skala hitung biasa.
Kurva distribusi ukuran butiran dapat digunakan untuk
membandingkan beberapa jenis tanah yang berbeda-beda. Selain itu ada
tiga parameter yang dapat ditentukan dari kurva tersebut, dan parameter-
parameter tersebut dapat digunakan untuk mengklasifikasikan tanah
berbutir kasar. Parameter-parameter tersebut adalah:
a. Ukuran efektif (effective size)
Ukuran efektif atau D10 adalah diameter dalam kurva distribusi
ukuran butiran yang bersesuaian dengan 10% yang lebih halus (lolos
ayakan).
b. Koefisien keseragaman (uniformity coefficient)
D= (mm)
3.3.1 Peralatan
Test Analisa Ayakan
a. Timbangan dan neraca
b. 1 set ayakan, dengan urutan 3/4, 3/8, 4, 10, 20, 40, 100, 200,
pan
c. Cawan
d. Mesin pengguncang ayakan (ayakan mekanis)
e. Kuas
f. Sendok
g. Tanah sampel
Tes Hidrometer
a. Aerometer
KELOMPOK 4 MEKANIKA TANAH KELAS A16 Page 36
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
Test Hidrometer
1. Ambilah tanah yang lolos ayakan nomor 200 dan timbang berat tanah
tersebut,
2. Timbanglah calgon sebanyak 5 gr,
3. Haluskan calgon dengan alat penghalus,
4. Ambilah air dengan gelas ukur sebanyak 1000 ml = 1 liter,
5. Campurkan 40 gr calgon ke dalam tabung ukur 1000 ml air sampai
larut,
6. Pindahkan larutan calgon ke dalam tabung ukur 1000 ml (tabung A),
7. Ambil larutan calgon sebanyak 125 ml masukkan ke dalam gelas ukur,
kemudian tambahkan 50 gr tanah yang lolos ayakan nomor 200, setelah
itu dicampur sampai homogeny dengan menggunakan mixer.
8. Setelah larutan tersebut homogen masukkan ke dalam tabung ukur 1000
ml (tabung B), kemudian tambahkan air suling hingga batas 1000 ml,
9. Lalu tutup dengan plastic dan tali dengan karet,
10. Kocok tabung B untuk menghindari pengendapan tanah,
11. Lakukan langkah no. 9 dan no. 10 pada tabung A,
12. Buka penutup (plastik) pada tabung A dan tabung B, kemudian ukur
suhunya dengan thermometer.
13. Setelah itu masukkan aerometer ke dalam tabung A dan tabung B,
tunggu hingga aerometer stabil dan stopwatch dimulai, setelah itu
lakukan pembacaan aerometer sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan (waktu secara komulatif), dan masukkan ke dalam tabel :
14. Pindahkan aerometer pada tabung A saat menit ke 3, 30, 480, 2880 dan
diamkan selama 30 detik setelah itu pindahkan kembali pada tabung B.
Mencari Gs
Tabel 7 Hasil Gs
No. Piknometer P1 P2 P3
Berat piknometer 103,11 109,35 109,35
Berat piknometer + Tk 113,3 117,6 120,49
Berat piknometer + air +Tk 357,64 362,6 364,02
Temperatur 29 29 29
Berat pik nometer + air 351,93 357,48 357,7
Temperatur 26 27 28
Gs 2,588 2,573 2,272
Perhitungan :
Ayakan nomor 3/4 :
Prosen tertahan = Berat pasir tertahan 100 %
Jumlah
= 313,4 100 %
2000
= 15,67 %
Prosen lolos = 100 % - 15,67 %
= 84,33 %
= 66,7545%
Ayakan nomor 4 :
Prosen tertahan = Berat pasir tertahan 100 %
Jumlah
= 232,1 100 %
2000
= 11,605%
Prosen lolos = 84,33 % - 11,605 %
= 55,1495
Ayakan nomor 10 :
Prosen tertahan = Berat pasir tertahan 100 %
Jumlah
= 272,2 100 %
2000
= 13,61 %
Prosen lolos = 55,1495 % - 13,61 %
= 41,5395 %
Ayakan no 20 :
Prosen tertahan = Berat pasir tertahan 100 %
Jumlah
= 172,03 100 %
2000
= 8,6015 %
Prosen lolos = 41,5395 % - 8,6015 %
= 32,938 %
Ayakan no 40 :
Prosen tertahan = Berat pasir tertahan 100 %
Jumlah
= 165.34 100 %
2000
= 8,267 %
Prosen lolos = 32,938 % - 8,267 %
= 24,671%
Ayakan no 100 :
Prosen tertahan = Berat pasir tertahan 100 %
Jumlah
= 288,12 100 %
KELOMPOK 4 MEKANIKA TANAH KELAS A16 Page 40
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2000
= 14,406 %
Prosen lolos = 24,671 % - 14,406 %
= 10,265 %
Ayakan no 200 :
Prosen tertahan = Berat pasir tertahan 100 %
Jumlah
= 49,21 100 %
2000
= 2,4605 %
Prosen lolos = 10,265 % - 2,4605 %
= 7,8045 %
Lolos ayakan :
Prosen tertahan = Berat pasir tertahan 100 %
Jumlah
= 156,09 100 %
2000
= 7,8045 %
Prosen lolos = 7,8045 % - 7,8045 %
= 0 %
Ct = 3,8 Zo = 1
Gs = 2,478 Ws = 50 gr
= 1,044
Tabel 9 Hasil Perhitungan Hidrometer Test
Lolos
Waktu Temp. Ra Rc Ra + 1 L L/t K D (mm)
(%)
(menit)
0.25 300 40 42,8 89,37 41 9,6 38,4 0,012745 0,078977
0.5 300 36 38,8 81,01 37 10,2 20,4 0,012745 0,057564
1 300 34 36,8 76,84 35 10,6 10,6 0,012745 0,041494
2 300 30 32,8 68,49 31 11,2 5,6 0,012745 0,03016
3 300 28 30,8 64,31 29 11,5 3,833333 0,012745 0,024953
4 300 25 27,8 58,05 26 12 3 0,012745 0,022075
8 300 21 23,8 49,69 22 12,6 1,575 0,012745 0,015995
16 300 17 19,8 41,34 18 13,5 0,84375 0,012745 0,011707
30 300 14 16,8 35,02 15 14 0,466667 0,012745 0,008706
60 300 12 14,8 30,9 13 14,1 0,235 0,012745 0,006178
120 300 11 13,8 28,81 12 14,3 0,119167 0,012745 0,0044
180 300 10 12,8 26,73 11 14,6 0,081111 0,012745 0,00363
1440 300 6 8,8 18,37 7 14,9 0,010347 0,012745 0,001296
2880 300 4 6,8 14,2 5 15,5 0,005382 0,012745 0,000935
Contoh Perhitungan:
Ra = 36
Rc= Ra +(Ct Z0)
= 36 + (3,8 1)
= 38,8
Ct = Koreksi temperatur (lihat pada tabel)
(Ws = berat tanah kering = 50 gr)
% lolos = Rc . 100 %
Ws
= 38,8 x 1,044 x 100 %
50
= 81,01
= faktor Gs dibaca grafik Gs
= (mm)
= 0,057564 mm
t = waktu pada bacaaan
Plot antara bacaan hydrometer (type ASTM 152-11) dan panjang effective, L
Grafik 2
Grafik
Besar K
Nilai K
sebesar
0.0127448
ketika Gs =
2.478
Grafik Variasi K Gs
Grafik Variasi a Gs
Didapatkan nilai = 1,044
08
Gambar 7 Sistem
Klasifikasi tanah Unified
3.5. KESIMPULAN
Berdasarkan grafik analisa ayakan, kita dapat menentukan presentase jenis
tanah, berapa presentase kerikil, pasir, lempung dan lanaunya. Dari tes analisa ayakan dan
setelah di plotkan pada grafik analisa ayakan, maka di dapat:
Berdasarkan grafik analisa ayakan kita juga bisa menentukan nilai Cu dan Cc
yang nantinya akan di gunakan untuk menentukan gradasi butiran tanah tersebut termasuk
baik atau buruk, maka di dapatkan nilai Cu = 46,429 dan Cc = 0,508, maka tanah tersebut
termasuk tanah bergradasi buruk karena Cu > 4 (kerikil), Cu > 6 (pasir), dan 1 < Cc < 3
(untuk pasir dan kerikil)
BAB IV
PRAKTIKUM
ATTERBERGS LIMIT
BAB IV
PRAKTIKUM ATTERBERGS LIMIT
4.1 PENDAHULUAN
4.3.1 Prosedur
Peralatan dan langkah percobaan akan dijelaskan dibagian masing-masing
percoban, dikarenakan pratikum ini terdiri dalam 3 bagian, yaitu:
4.3.1.1 Batas Cair (Liquid Limit)
- Alat dan bahan :
a. Alat batas cair standard
b. Alat pembuat alur (grooving tool)
c. Air suling
d. Oven
e. Saringan nomor 40 (0.42 mm)
f. Kapi / sendok dempul
g. Plat kaca 45 x 13 x 0.9 cm
h. Neraca analitis
i. Cawan sebanyak 4 buah
j. Spatula
k. Botol tempat air suling
l. Contoh tanah undisturb
- Langkah Kerja :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk praktikum
2. Haluskan sampel tanah dengan menggunakan alat penumpuk dari
porcelain
3. Meletakkan 200 gr contoh tanah yang lolos ayakan nomor 40 di atas
plat kaca pengaduk
4. Menyampur benda uji dan air suling, sedikit demi sedikit hingga
homogen dengan menggunakan spatula
5. Setelah menjadi campuran yang merata dan homogen, sebagian benda
uji diambil dan diletakkan di atas mangkok alat batas cair, meratakan
permukaan menjadi sejajar dengan dasar alat, bagian yang tebal harus
1 cm.
h. Saringan nomor 40
i. Contoh tanah
j. Air suling
- Langkah Kerja :
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Haluskan sampel tanah dengan menggunakan alat penumbuk dari
porcelain.
3. Kemudian ayak dengan menggunakan ayakan no.40.
4. Letakkan contoh tanah yang lolos saringan no.40 sebanyak 100 gram
diatas plat kaca, kemudian tambahkan air dan aduk hingga merata.
5. Setelah air cukup merata buatlah bola-bola tanah, kemudian bola-bola
tanah tersebut digiling di atas pelat kaca.
6. Melakukan penggilingan sampai benda uji tersebut membentuk
batang dengan diameter 3 mm. Jika dalam penggilingan itu ternyata
sebelum mencapai diameter 3 mm sudah retak, maka tanah uji
tersebut perlu disatukan kembali, menambah sedikit air dan aduk
sampai merata. Jika ternyata penggilingan bola-bola itu bisa mencapai
diameter lebih kecil dari 3 mm tanpa retakan, maka tanah uji perlu
dibiarkan beberapa saat agar kadar airnya berkurang sedikit, atau bisa
juga dengan menambahkan tanah yang lolos nomor 40 secukupnya.
7. Mengulangi pengadukan dan penggilingan sampai retakan-retakan itu
terjadi tepat pada saat gilingan mempunyai diameter 3 mm.
8. Memeriksa kadar air batang tanah pada langkah 4 dengan cara yang
sesuai.
9. Mengulangi percobaan ini sekali lagi mulai langkah 1 sampai langkah
7
10. Setelah itu tanah tersebut masuk dalam cawan ditimbang beratnya dan
kemudian dimasukkan kedalam oven selama 24 jam
- Langkah Kerja :
1. Tanah sisa percobaan (LL) dicampur dengan air.
2. Sebelum tanah dimasukkan kedalam srinkage limit, timbang
mangkuk srinkage dalam keadaan kosong dan setelah diisi dengan
tanah.
3. Setelah tercampur, masukkan tanah yang memgalami kurang dari 25
ketukan tapi sudah menyatu kedalam mangkuk srinkage limit
4. Sebelum dioven timbang tanah tersebut dan oven mangkuk yang
berisi dengan tanah tersebut selama 24 jam.
5. Setelah dioven selama 24 jam, ambil dan timbang beratnya.
6. Memasukkan contoh tanah yang telah kering tersebut ke dalam
mangkok lain yang telah diisi penuh dengan air raksa (Hg) yang telah
diletakkan di dalam mangkok peluberan.
7. Menekan contoh tanah tersebut dengan plat kaca berpaku sampai plat
kaca tersebut rata dengan permukaan mangkok sehingga raksa tumpah
dan ditampung ke dalam mangkok peluberan.
8. Menimbang berat air raksa tersebut, yaitu dengan membagi berat air
raksa yang tumpah dengan BJ air raksa (13,6), ini merupakan volume
tanah kering (Vd).
9. Untuk mengetahui volume tanah basah yang terisi pada mangkuk
srinkage limit, lakukan dengan cara mengisi mangkuk srinkage
dengan air raksa hingga penuh dan ratakan menggunakan plat kaca
dengan 3 paku.
10. Setelah itu tanah tersebut masuk dalam cawan ditimbang beratnya dan
kemudian dimasukkan kedalam oven selama 24 jam
Keterangan :
W1 , W2, W3 : data hasil praktikum
Ww : W2 W3
Ws : W3 W1
w : ) x 100%
LL : w x (N/25)0.121
Keterangan :
W1 ,W2, W3 : data hasil praktikum
Ww : W2 W3
Ws : W3 W1
PL = w :
0.834 0.5521
0.833 0.5511
PI = LL PL
Dimana :
PI = plasticity index
LL =liquid limit
PL = plastic limit
Untuk N=25,
LL = 83.824%
PL = 28.19%
PI = 83.824% 28.19%
PI = 55.634
Keterangan :
Vi = ..(1)
Vd = .(2)
SL = ..(3)
4.5 KESIMPULAN
BAB V
PRAKTIKUM
KEPADATAN (PROCTOR TEST)
BAB V
PRAKTIKUM KEPADATAN TANAH
5.1 PENDAHULUAN
5.1.1 Latar Belakang
Pada pembuatan timbunan tanah untuk jalan raya, dan banyak struktur
teknik lainnya, tanah yang lepas ( renggang ) haruslah dipadatkan untuk
meningkatkan berat volumenya. Pemadatan tersebut berfungsi untuk
meningkatkan kekuatan tanah, sehingga dengan demikian meningkatkan daya
dukung pondasi di atasnya. Pemadatan juga dapat mengurangi besarnya
penurunan tanah yang tidak diinginkan dan meningkatkan kemantapan lereng
timbunan ( embankments). Penggilas besi permukaan halus ( smooth-wheel
rollers ), dan penggilas getar ( vibratory rollers ) adalah alat-alat yang umum
digunakan di lapangan untuk pemadatan tanah. Mesin getar dalam (vibroflot)
juga banyak digunakan untuk memadatkan tanah berbutir ( granular soils )
sampai kedalaman yang cukup besar dari permukaan tanah. Cara pemadatan
tanah dengan system ini disebut vibroflotation ( pemampatan getar apung).
5.1.2 Tujuan
Tujuan pemebelajaran dari praktikum Kepadatan Tanah (Proctor Test)
dibagi menjadi dua kategori yaitu sebagai berikut :
a. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan hubungan antara kadar air dan berat volume tanah
kering sehingga dapat ditentukan besarnya kadar air optimum atau
Optimum Moisture Content (OMC).
b. Tujuan Khusus
- Dapat menerangkan prosedur percobaan Standart Proctor Test dan
Modified Proctor Test.
- Dapat menentukan besarnya d max dan W opt dari gambar grafik
lengkung kepadatan.
Zav = (gram/cm3)
, dmax = (gram/cm3)
Berat air = (Berat cawan + tanah basah) (berat cawan + tanah kering) ..(1)
BeratTanah
Berat Volume = .(2)
VolumeMold
BeratAir
Kadar Air / Wc = 100% .(3)
( BeratCawan TanahKering ) BeratCawan
BeratVolume
Berat Volume Kering = Wc ..(4)
(1 )
100
12. Gumpalan tanah hasil langkah ( 9 ) dipecahkan, kemudian sisa tanah dalam
lengser hasil langkah ( 2 ) dicampur dengan contoh tanah tersebut, kemudian
tambahkan air 75 cc sampai dengan 100 cc air suling dan diaduk sampai merata.
13. Ulangi percobaan awal sampai akhir ( langkah 4 sampai langkah 12 ) beberapa
kali lagi sehingga didapat berat cetakan silinder yang berisi contoh tanah
( langkah 2 ) lebih ringan dibanding sebelumnya.
14. Kemudian ulangi test ini sampai didapat minimal dua kali pembacaan harga yang
lebih ringan ( pembacaan harga atau berat volume kering yang paling kecil ).
15. Selidiki pula harga Gs dari contoh tanah.
0 = -0.0042x+ 0.0657
0.0042x = 0.0657
x = 15.643
Y = 1.777
Perhitungan Gs Tanah
Gss =
= 2.750
GsF =
= 2.752
Gs rata rata =
= 2.751
5.4 KESIMPULAN
Dari percobaan proctor diatas dapat disimpulkan bahwa :
Volume kering maksimum (dry max) = 1.777 gr/cc
Kadar air optimum (OMC) = 15.643 %
Spesific Gravity (Gs) = 2.751
BAB VI
PRAKTIKUM PERMEABILITAS
BAB VI
PRAKTIKUM PERMEABILITAS
6.1 PENDAHULUAN
sedangkan
Q= Debit air
l = Panjangcontohtanah
h = Tinggitekanan air
A= Luaspenampangcontohtanah
t = Waktu
perlu dilakukan koreksi suhu dengan menggunakan grafik temperatur dan rumus
6.1.2 Tujuan
1) Tujuan Umum : praktikum ini dilakukan untuk mengetahui koefisien
rembesan suatu jenis tanah.
2) Tujuan Khusus :
Mahasiswa mampu menerangkan proses pelaksanaan praktikum
permeabilitas Constant Head Permeability Test
Mahasiswa mampu menentukan besarnya koefisien permeabilitas dari
suatu jenis tanah tertentu
Mahasiswa mampu menggunakan peralatan yang digunakan dalam
praktikum permeabilitas Constant Head Permeability Test
2 10 13 31
3 10 12.5 31
4 10 13 31
5 10 12.5 31
Diketahui :
Perhitungan :
V
Q
t
14cm 3
Q1 1,4cm 3 / det
10 det
13cm 3
Q2 1,3cm 3 / det
10 det
12,5cm 3
Q3 1,25cm 3 / det
10 det
13cm 3
Q4 1,3cm 3 / det
10 det
12,5cm 3
Q5 1,25cm 3 / det
10 det
Q.L
k
H . A.t
Dari perhitungan yang sudah kami lakukan, kami mendapatkan bahwa rata-rata
koefisien permeabilitas dari tanah yang kami uji adalah : dan berada
BAB VII
PRAKTIKUM KONSOLIDASI
BAB VII
PRAKTIKUM KONSOLIDASI
7.1 PENDAHULUAN
7.1.2 Tujuan
1) Tujuan Khusus:
Untuk menentukan sifat pemampatan suatu contoh tanah yaitu sifat perubahan isi
dan proses keluarnya air dari dalam tanah yang diakibatkan adanya tekanan axial
yang bekerja pada tanah tersebut.
2) Tujuan Umum:
1. Dapat menerangkan prosedur pelaksanaan percobaan konsolidasi
2. Dapat membaca data besarnya penurunan contoh tanah pada dial berdasarkan
waktu
3. Dapat menghitung besarnya penurunan contoh tanah akibat proses
pemampatan tanah
4. Dapat menentukan waktu terjadinya proses konsolidasi
5. Dapat menggunakan peralatan yang dipakai
Pada kondisi di lapangan, test konsolidasi ini dapat dilihat pada suatu pondasi yang
dibangun di atas tanah lempung yang diapit oleh lapisan tanah pasir dengan tinggi
muka air tanah dibatas lapisan lempung sebelah atas. Segera sesudah pembebanan,
lapisan lempung mengalami kenaikan tegangan. Air pori di dalam lapisan lempung
mengalami kenaikan tegangan. Air pori di dalam lapisan lempung dianggap dapat
mengalir dengan baikke lapisan pasirnya dan pengaliran air hanya ke atas dan ke bawah
saja.
3. Ring
4. Timbangan
5. Stopwatch
6. Oven
7. Cawan
8. Sample tanah
9. Air suling
10. Air raksa
Langkah Kerja
1. Menyiapkan tempat contoh tanah dari ring kuningan, dan timbanglah beratnya.
2. Membuat benda uji dari contoh tanah undisturb berbentuk kubus untuk dicari
kadar air (Wc) dan specific grafity (Gs).
1. Membuat benda uji baru dari contoh tanah undisturbed, kemudian letakkan ke
dalam ring dan catatlah tinggi benda uji yang akan ditest, lalu ditimbang.
2. Menempatkan batu porious yang telah dibasahi lebih dahulu dibagian atas dan
bawah dari cincin tempat contoh tanah sehingga benda uji yang telah dilapisi
Gambar
dengan kertas saring Memotong
terjepit5 diantara contoh
kedua batutanah
porious tersebut.
5. Menambahkan air pada alat tes konsolidasi agar sehingga tempat contoh tanah
terendam seluruhnya dalam air. Jaga agar alat tes konsolidasi air tetap terisi
penuh.
Waktu Beban
(menit) 2kg 1kg 0.5kg
15 0.320 0.545 0.730
30 0.330 0.580 0.754
45 0.332 0.600 0.770
60 0.339 0.612 0.782
75 0.340 0.620 0.791
90 0.344 0.623
120 0.349 0.630
Diameter Ring 6 cm
Tinggi Ring 5 cm
Tinggi Tanah 1.6 cm
(terukur manual)
2. Kadar Air
No. Cawan 43
Berat Cawan 44.793 gram
3. Specific Gravity
T Dial Penurunan
(menit) (mm)
Menentukan Hdr1
Ho = 2 cm = 20 mm
H1 = Ho (Penurunan selama 24jam)
= 20 mm 2.99 mm
= 17.01 mm
Hdr1 = = = 1,114 mm
A. Menentukan CV menggunakan Logaritma Waktu
1. Menentukan t50
a. Menentukan D0
T1 = 0.5menit H1 = 1.73 mm
T2 = 2 menit H2 = 1.94 mm
X (jarak penentu D0) = H2 H1
X = 1.94 mm 1.73 mm = 0.21 mm
D0 = H1 X = 1.73 mm 0.21 mm
D0 = 1.52 mm
Lalu tentukan t50 dengan menarik garis tegak lurus dari d50 pada grafik
logaritma waktu, maka didapat t50 adalah 4.6 menit
= 10.89 menit
= 653.4 detik
2. Menentukan CV90
0.375 mm2/detik
Beban 1.0 kg
Tabel 24 Data Penurunan pada Beban 1.0 kg
T Dial Penurunan
(mm)
1. Menentukan t50
a. Menentukan D0
T1 = 0.5menit H1 = 0.050 mm
T2 = 2 menit H2 = 0.138 mm
X (jarak penentu D0) = H2 H1
X = 0.138 mm 0.050 mm = 0.088 mm
D0 = H1 X = 0.050 mm 0.088 mm
D0 = -0.038 mm
Lalu tentukan t50 dengan menarik garis tegak lurus dari d50 pada grafik
logaritma waktu, maka didapat t50 adalah 6.9 menit
0,0003 mm2/detik
1. Menentukan
OB = 14 menit
OC = 1.15 OB
= 1.15 x 14menit
= 16,1 menit
= 7,6 menit
= 57,76 menit
= 3465,6 detik
2. Menentukan CV90
0.00002 mm2/detik
Beban 2.0 kg
Menentukan Hdr3
H2 = 16.04 mm
H3 = H2 (Penurunan selama 24jam)
= 16.04 mm 2.902 mm
= 13.138 mm
Hdr3 = = = 0,64 mm
1. Menentukan t50
a. Menentukan D0
T1 = 0.5menit H1 = 0.405 mm
T2 = 2 menit H2 = 0.71 mm
X (jarak penentu D0) = H2 H1
X = 0.71 mm 0.405 mm = 0.305 mm
D0 = H X = 0.22 mm 0.305 mm
D0 = -0.085 mm
b. Menentukan D100
D100 ditentukan dari perpotongan garis
D100 = 2.18 mm
c. Menentukan D50
Lalu tentukan t50 dengan menarik garis tegak lurus dari d50 pada grafik
logaritma waktu, maka didapat t50 adalah 6.9 menit
0.001 mm2/detik
1. Menentukan
OB = 5 menit
OC = 1.15 OB
= 1.15 x 5 menit
= 5.75 menit
= 2.7 menit
= 7.29 menit
= 437.4 detik
2. Menentukan CV90
0.00079 mm2/deti
Beban 4.0 kg
Menentukan Hdr4
H3 = 13.138 mm
H4 = H3 (Penurunan selama 24jam)
= 13.138 mm 3.054 mm
= 10.084 mm
Hdr4 = = = 0,78 mm
1. Menentukan t50
a. Menentukan D0
T1 = 0.5menit H1 = 0.69 mm
T2 = 2 menit H2 = 0.8 mm
X (jarak penentu D0) = H2 H1
X = 0.8 mm 0.69 mm = 0.11 mm
D0 = H1 X = 0.39 mm 0.11 mm
D0 = 0.28 mm
b. Menentukan D100
D100 ditentukan dari perpotongan garis
D100 = 2.37 mm
c. Menentukan D50
Lalu tentukan t50 dengan menarik garis tegak lurus dari d50 pada grafik
logaritma waktu, maka didapat t50 adalah 4.9 menit
0.003 mm2/detik
= 16 menit
= 960 detik
2. Menentukan CV90
0.00054 mm2/detik
.(1)
HS = .(2)
= 1 gr/cm3
HS =
=
2. Tinggi Tanah Void (Hv)
Hv = H0 - Hs
= 2 cm 0.704 cm
= 1.296 cm
3. Tegangan ( )
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
5. Tinggi Tanah (H)
a. H0 = 2 cm
b. H1 = H0 - H1
= 2 cm 0.299 cm
= 1.701 cm
c. H2 = H1 - H2
= 1.701 cm 0.080 cm
= 1.621 cm
d. H3 = H2 - H3
= 1.621 cm 0.276 cm
= 1.345 cm
e. H4 = H3 - H4
= 1.345 cm 0.318 cm
= 1.027 cm
f. H5 = H4 - H5
= 1.027 cm 0.008 cm
= 1.019 cm
g. H6 = H5 - H6
= 1.019 cm 0.028 cm
= 0.991 cm
h. H7 = H6 - H7
= 0.991 cm 0.016 cm
= 0.975 cm
6. Selisih angka pori ( e)
a. e0 =0
b. e1 =
c. e2 =
d. e3 =
e. e4 =
f. e5 =
g. e6 =
h. e7 =
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
(Note: Nilai Compression Index diambil dari nilai selisih angka pori dan nilai selisih
logaritma angka pori yang terbesar.)
7.4 KESIMPULAN
Bila tanah berjenis lempung, maka penurunan akan agak besar, sedangkan kalau tanah
terdiri dari pasir, penurunannyaakan kecil. Karena itu lempung dikatakan mempunyai High
Compressibility dan pasir mempunyai Low Compresibility. Penurunan pada lempung
biasanya memakan waktu yang lama, karena daya rembesan air sangat lemah.
Sebaliknya penurunan pada pasir berjalan sangat cepat sehingga pada waktu
pembangunan di atas pasir sudah selesai, makapenurunan juga dianggap selesai. Karena itu
biasanya orang hanya memperhitungkan penurunan lapisan pada tanah lempung.
Uji konsolidasi merupakan uji yang sangat penting dalam pengujian terhadap lapisan
tanah karena erat hubungannya dengan kestabilan tanah tersebut. Pada percobaan ini
didapatkan hasil sebagai berikut