Anda di halaman 1dari 183

BUKU PANDUAN

PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

PENDAHULUAN
Buku ini merupakan buku panduan untuk Mahasiswa dalam melakukan praktikum
mekanika tanah. Buku panduan praktikum mekanika tanah ini dibagi menjadi 3
bagian:

Bagian 1: Terdiri dari modul praktikum Mekanika Tanah Dasar. Praktikum


Mekanika Tanah Dasar mencakup praktikum untuk mendapatkan indeks properti
fisik tanah, seperti pengujian batas cair, batas plastis, dan batas susut tanah,
pengujian berat jenis, ukuran butiran, pengujian CBR laboratorium, dan pengujian
koefisien permeabilitas tanah.

Bagian 2: Terdiri dari modul praktikum Mekanika Tanah. Praktikum Mekanika


Tanah mencakup praktikum untuk mendapatkan indeks properti mekanik tanah,
seperti pengujian kuat geser tanah, parameter konsolidasi; serta pengujian
lapangan seperti pengambilan sampel tanah tak terganggu dan pengujian sondir.

Bagian 3: Terdiri dari modul praktikum Investigasi Geoteknik Lanjut. Praktikum


Investigasi Geoteknik Lanjut mencakup praktikum untuk mendapatkan indeks
properti fisik tanah lanjutan, seperti pengujian pengembangan tanah, kerapatan
tanah di lapangan, dan pengujian CBR lapangan.

Perbaruan yang dilakukan dalam buku panduan praktikum ini mencakup perubahan
susunan modul praktikum menjadi:
1. Standar Acuan
2. Maksud dan Tujuan Percobaan
3. Alat-alat dan Bahan
4. Teori dan Rumus yang Digunakan
5. Prosedur Praktikum
6. Pengolahan Data

Tim Penyusun
2015
Buku Praktikum Mekanika Tanah

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

BAGIAN 1
BAB 1 ATTERBERG LIMITS ................................................................................... 2
A. LIQUID LIMIT (BATAS CAIR) .............................................................. 2
B. PLASTIC LIMIT(BATAS PLASTIS) ....................................................... 10
C. SHRINKAGE LIMIT (BATAS SUSUT) ................................................... 14
BAB 2 SPECIFIC GRAVITY .................................................................................. 20
BAB 3 HYDROMETER.......................................................................................... 29
BAB 4 SIEVE ANALYISIS ..................................................................................... 41
BAB 5 COMPACTION .......................................................................................... 46
BAB 6 CALIFORNIA BEARING RATIO ................................................................... 56
BAB 7 PERMEABILITY......................................................................................... 64
BAGIAN 2
BAB 8 HAND BORING & SAMPLING ..................................................................... 87
BAB 9 CONE PENETRATION TEST (SONDIR) ....................................................... 93
BAB 10 TRIAXIAL UU (UNCONSOLIDATED-UNDRAINED) TEST ........................... 104
BAB 11 CONSOLIDATION TEST ........................................................................ 120
BAB 12 DIRECT SHEAR TEST ............................................................................ 137
BAB 13 UNCONFINED COMPRESSION TEST ....................................................... 145
BAGIAN 3
BAB 14 SWELLING TEST .................................................................................. 160
BAB 15 SAND CONE TEST ................................................................................ 170
BAB 16 FIELD - CALIFORNIA BEARING RATIO (FIELD - CBR) ............................. 176

Buku Praktikum Mekanika Tanah

ii

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAGIAN 1

Buku Praktikum Mekanika Tanah

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 1

ATTERBERG LIMITS
A.

LIQUID LIMIT (BATAS CAIR)

1.1.

Standar Acuan
ASTM D 4318 "Standard Test Methods for Liquid Limit, Plastic Limit, and

Plasticity Index of Soils"


AASHTO T 89 "Determining the Liquid Limit of Soils"
SNI 1967:2008 "Cara uji penentuan batas cair tanah"
1.2.

Maksud dan Tujuan Percobaan


Mencari kadar air pada liquid limit (batas cair) dari sampel tanah.
Hasil uji batas cair ini dapat diterapkan untuk menentukan konsistensi perilaku
material dan sifatnya pada tanah kohesif, dimana konsistensi tanah
tergantung dari nilai batas cairnya. Disamping itu, nilai batas cair ini dapat
digunakan untuk menentukan nilai indeks plastisitas tanah yaitu nilai batas
cair dikurangi dengan nilai batas plastis.

1.3.

Alat-alat dan Bahan


a. Alat

Alat Cassagrande

Standard grooving tool

Can

Spatula

Mangkuk porselin

Oven

Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram

Botol penyemprot

Buku Praktikum Mekanika Tanah

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
b. Bahan

Sampel tanah lolos saringan No. 40 ASTM sebanyak 1 kg

Air suling

Gambar 1.1 Peralatan praktikum liquid limit: a) Alat Cassagrande; b) Standard grooving

tool; c) can; d) Alat penyemprot

1.4.

Teori dan Rumus yang Digunakan


Di dalam laboratorium, liquid limit didefinisikan sebagai kadar air dimana
sampel tanah yang telah dimasukkan pada alat cassagrande, dibuat celah di
tengahnya dengan standard grooving tool lalu alat cassagrande diputar
dengan kecepatan 2 ketukan per-detik dan tinggi jatuh 10 mm, sehingga pada
ketukan ke-25 sampel tanah yang digores dengan grooving tool merapat
sepanjang 0,5 inch.
Dalam batas cair kita mempelajari kadar air dalam keadaan tertentu. Dalam
hal ini hanya dipelajari/diuji dalam tiga keadaan, yaitu batas cair, batas plastis,
dan batas susut dari tanah, atau secara skematis diwakili pada sebuah
diagram yaitu:

Buku Praktikum Mekanika Tanah

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Cair

Plastis
BATAS CAIR

Semi Plastis

BATAS PLASTIS

Solid

BATAS SUSUT

Gambar 1.2 Diagram Atterberg Limits

Semakin ke kanan diagram di atas, kadar airnya semakin sedikit. Batas cair
ini ditentukan dengan percobaan memakai alat percobaan liquid limit. Alat ini
dikembangkan oleh Cassagrande dan besarnya batas cair ditentukan pada
ketukan ke-25.

= 1 2 100%
2

(1.1)

dengan :

1.5.

= kadar air

w1

= berat tanah basah + can

w2

= berat tanah kering + can

w3

= berat can

Prosedur Praktikum

1.5.1. Persiapan
1. Siapkan tanah lolos saringan no. 40 ASTM, dengan kondisi kering udara.
2. Pastikan kebersihan alatalat.
3. Kalibrasi timbangan yang akan digunakan.
4. Siapkan botol penyemprot dan air suling.
5. Siapkan dan keringkan can yang diperlukan.
1.5.2. Jalannya Praktikum
1. Masukkan sampel tanah ke dalam mangkuk porselin dan kemudian
campur dengan air suling dan aduk dengan spatula hingga tanah menjadi
homogen.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
2. Masukkan sampel tanah ke dalam mangkuk cassagrande selapis demi
selapis dan diusahakan tidak ada udara di antara setiap lapisan dengan
spatula. Tebal tanah yang dimasukkan kurang lebih hingga setebal 0.5
inch pada bagian tengahnya.
3. Buat celah di tengah-tengah tanah dalam mangkuk cassagrande dengan
menggunakan grooving tool dalam arah tegak lurus mangkuk, dilakukan
dengan hatihati agar tidak terjadi retak pada bagian bawahnya (gambar
1.3).

Gambar 1.3 Membuat celah dengan grooving tool

4. Jalankan alat cassagrande dengan kecepatan konstan 2 putaran per-detik


dan tinggi jatuh 1 cm, dilakukan hingga tanah tepat merapat sepanjang
0.5 inch.

Pada saat itu hentikan alat cassagrande dan catat jumlah

ketukan (gambar 1.4).

Buku Praktikum Mekanika Tanah

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 1.4 Tanah yang merapat sepanjang inch

5. Timbang can terlebih dahulu, lalu ambil sebagian tanah dalam mangkuk

cassagrande dan masukkan ke dalam can dan kemudian timbang berat


can + tanah. Terakhir, masukkancan + tanah ke dalam oven.
6. Ulangi seluruh langkah di atas untuk lima sampel dan dengan nilai ketukan
antara 10 hingga 50 ketukan, hal ini dibantu dengan cara menambahkan
air suling atau menambahkan tanah.
7. Setelah kurang lebih 18 jam dalam oven, keluarkan sampel tanah dari
oven dan timbang kembali.
8. Hitung kadar airnya.
1.5.3. Perbandingan dengan ASTM
Pada ASTM jumlah ketukkan adalah antara 25 35 ketukan, sedangkan pada
percobaan ini jumlah ketukan adalah antara 10 50 ketukkan, hingga tanah
merapat sepanjang 0.5 inch.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
1.6.

Pengolahan Data

1.6.1. Data Hasil Praktikum (terlampir)


1.6.2. Perhitungan

II

III

IV

Jumlah ketukan

Berat tanah basah + can

Berat tanah kering + can

Berat can

Berat tanah kering

Berat air

Kadar air

Kadar air rata-rata

Menentukan nilai Liquid Limit


Cara 1
Batas cair didapat dengan menarik garis vertikal pada N = 25 sampai
memotong grafik. Regresi logarithmic antara N (jumlah ketukan) dengan W
(kadar air):
N(x)

W(y)

Buku Praktikum Mekanika Tanah

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

82
81

W (%)

80
79
78
77

y = Ln(x) +

76
75
74
0

10

20

30

40

50

60

Jumlah ketukan

Gambar 1.5 Contoh grafik untuk menentukan liquid limit

Dari grafik di atas, didapat persamaan kurva: y = Ln(x) +


maka untuk N = 25 Liquid Limit = Ln(25) + = %
Cara 2
Dengan rumus:
0.121

= (25)

(1.2)

keterangan:

LL

= liquid limit

Wn

= kadar air pada ketukan ke-n

= jumlah ketukan

LL1

=%

LL2

=%

LL3

=%

LL4

=%

LL5

=%

Buku Praktikum Mekanika Tanah

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
No. Can

Jumlah ketukan

Wn (%)

LL (%)

LLrata-rata =

Kesalahan relatif =

LLcara1 LLcara2
100% = %
LLcara1

Menentukan harga Flow Index (FI)


Untuk mendapatkan harga Flow Index (FI) ialah dengan menarik garis lurus
sehingga memotong sumbu pada ketukan ke-10 dan ketukan ke-100.
Kadar air untuk N = 10; W = Ln(10) + = %
Kadar air untuk N = 100; W = Ln(100) + = %
FI = WN=100 WN=10

(1.3)

Buku Praktikum Mekanika Tanah

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

B.

PLASTIC LIMIT(BATAS PLASTIS)

1.1.

Standar Acuan
ASTM D 4318 "Standard Test Methods for Liquid Limit, Plastic Limit, and

Plasticity Index of Soils"


AASHTO T 90"Determining The Plastic Limit and Plasticity Index Of Soils"
SNI 1966:2008 "Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas
tanah"
1.2.

Maksud dan Tujuan Percobaan


Mencari kadar air pada batas plastis (plastis limit) dari sebuah sampel tanah
atau untuk menentukan batas terendah kadar air ketika tanah dalam keadaan
plastis, dan angka Indeks Plastisitas suatu tanah.

1.3.

Alat-alat dan Bahan:


a. Alat

Pelat kaca

Container

Spatula

Mangkuk porselin

Oven

Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram

b. Bahan

1.4.

Sampel tanah lolos saringan No. 40 ASTM

Air suling

Teori dan Rumus yang Digunakan:


Di dalam laboratorium, plastic limit didefinisikan sebagai kadar air pada batas
dimana sampel tanah digulung pada pelat kaca hingga mencapai diameter
kurang lebih inch (3.2 mm) dan tanah tersebut tepat retakretak halus.
Dari percobaan ini dapat ditentukan Plastic Index (IP), dimana:

Buku Praktikum Mekanika Tanah

10

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

IP = LL PL

(1.4)

Kadar air tanah dalam keadaan aslinya biasanya terletak antara batas plastis
dan batas cair. Rumus yang digunakan sama seperti persamaan (1.1):

1 2
100%
2 3

dengan:

1.5.

= kadar air

w1

= berat tanah basah + container

w2

= berat tanah kering + container

w3

= berat container

Prosedur Praktikum

1.5.1. Persiapan
1. Bersihkan alatalat yang akan digunakan.
2. Siapkan botol penyemprot dan air suling.
3. Siapkan tanah lolos saringan No.40 ASTM.
4. Timbang berat kedua container.
1.5.2. Jalannya Praktikum
1. Masukkan sampel tanah ke dalam mangkuk porselin dan kemudian
campur dengan air suling dan diaduk dengan spatula hingga homogen.
2. Ambil sampel tanah tersebut sedikit lalu gulung di atas pelat kaca sampai
berdiameter inch. Bila kadar air berlebih, pada waktu sampel tanah
mencapai diameter inch tidak terjadi retakretak, maka percobaan ini
harus diulang kembali dengan menambahkan sampel tanah. Sedangkan
bila kadar air kurang, sampel tanah akan retak-retak sebelum mencapai
diameter inch. Percobaan ini harus diulang kembali dengan

Buku Praktikum Mekanika Tanah

11

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
menambahkan air sehingga sampel tanah tepat retakretak pada waktu
mencapai diameter inch (gambar 1.5)

Gambar 1.6 Proses menggulung sampel tanah

3. Masukkan sampel tanah yang mulai retakretak halus pada diameter


inch ke dalam dua container yang sudah ditimbang beratnya. Berat

container + tanah minimum adalah 15 gram.


4. Tutup container secepatnya agar kadar air tidak berkurang karena
penguapan. Kemudian timbang container yang telah berisi tanah tersebut.
5. Masukkan container dalam keadaan terbuka ke dalam oven berisi tanah
yang telah ditimbang selama kurang lebih 18 jam.
6. Setelah kurang lebih 18 jam dalam oven, keluarkan lalu timbang container
berisi tanah tersebut guna mencari kadar airnya. Pada saat menghitung
kadar air ini jangan lupa tambahkan berat penutup container agar berat
total container seperti pada saat menimbang berat tanah basah
sebelumnya.
1.5.3. Perbandingan dengan ASTM

Pada percobaan, waktu penggulungan tanah tidak ditentukan, sedangkan


pada ASTM waktu penggulungan tanah maksimum adalah dua menit.

Pada percobaan, setelah tanah digulung dan terjadi retakretak, maka


tanah tersebut dibagi menjadi dua bagian sama besar dan dimasukkan ke
dalam container. Sedangkan pada ASTM, tanah yang telah digulung akan

Buku Praktikum Mekanika Tanah

12

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
diremukkan kembali dan digulung kembali sampai sampel tanah tersebut
sukar untuk digulung kembali.
1.6.

Pengolahan Data

1.6.1. Data Hasil Praktikum (terlampir)


1.6.2. Perhitungan :
Can No.

Berat tanah basah + Can

w1 (gr)

Berat tanah kering + Can

w2 (gr)

Berat Can

w3 (gr)

Berat tanah kering

w2 w3 (gr)

Berat air

w1 w2 (gr)

Kadar air

W=

w1 w2
x100%
w2 w3

Kadar airratarata (plastic limit)

Plastic Index (Rumus 1.4)


IP = LL PL
IP =

Buku Praktikum Mekanika Tanah

13

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

C.

SHRINKAGE LIMIT (BATAS SUSUT)

1.1.

Standar Acuan
ASTM D 427 "Standard Test Method for Shrinkage Factors of Soils by the

Mercury Method"
AASHTO T 92 "Standard Method of Test for Determining the Shrinkage

Factors of Soils"
SNI 3422:2008 "Cara uji penentuan batas susut tanah"
1.2.

Maksud dan Tujuan Percobaan


Mencari kadar air pada batas susut dari suatu sampel tanah.

1.3.

Alat-alat dan Bahan:


a. Alat

Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram

Coated dish

Shrinkage dish

b. Bahan

Air Raksa

Sampel tanah lolos saringan no. 40 ASTM, kering oven

Vaselin

Gambar 1.7 Peralatan praktikum shrinkage limit: a) Shrinkage dish; b) Coated dish; c) Air
Raksa

Buku Praktikum Mekanika Tanah

14

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
1.4.

Teori dan Rumus yang Digunakan:

Shrinkage limit adalah kadar air pada batas keadaan semi plastis dan beku. Di
dalam laboratorium, shrinkage limit didefinisikan sebagai batas dimana tidak
akan terjadi perubahan volume pada massa tanah, apabila kadar airnya
dikurangi. Pada tahapan ini tanah mengering tanpa diikuti perubahan volume.
Batas susut ditunjukkan dengan kadar air tanah pada tahap mengering dan
tidak terdapat perubahan/pengurangan volume. Rumus yang digunakan:

( )( )

100%

(1.6)

dengan :

ww

= berat tanah basah

wd

= berat tanah kering

Vw

= volume tanah basah

Vd

= volume tanah kering

= berat jenis air = 1 gram/cm3

1.5.

100%

(1.7)

Prosedur Praktikum

1.5.1. Persiapan
1. Siapkan tanah lolos saringan No. 40 ASTM kering udara.
2. Siapkan air suling dan botol penyemprot.
3. Timbang coated dish atau container yang diperlukan.
1.5.2. Jalannya Praktikum
1. Masukkan butiran tanah ke dalam mangkuk porselin dan beri air suling
secukupnya kemudian aduk dengan spatula hingga homogen.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

15

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
2. Perlakukan sampel tanah yang sudah homogen tersebut seperti pada
langkah-langkah percobaan liquid limit, usahakan tanah telah merapat
sepanjang 0.5 inch pada kisaran 20-25 ketukan.
3. Ambil sampel tanah dari alat cassagrande tersebut ke dalam coated dish
yang sudah diolesi vaseline. Jangan lupa untuk mengetuk-ngetuk coated

dish agar sampel tanah mengisi penuh seluruh bagian coated dish dan
permukaannya rata.
4. Timbang sampel tanah dan coated dish tersebut.
5. Ulangi percobaan tersebut sebanyak dua kali.
6. Diamkan coated dish dan sampel tanah di udara terbuka kurang lebih
selama 18 jam agar tidak mengalami retak-retak akibat pemanasan secara
tiba-tiba.
7. Setelah 18 jam, masukkan sampel tanah ke dalam oven.
8. Setelah sekitar 1824 jam di oven, keluarkan coated dish dan tanah kering
dari oven. Timbangnya lagi, dan kemudian hitung volume tanah basah
dan volume tanah kering.
* Hitung volume tanah basah:

Timbang coated dish (w1).

Masukkan raksa ke dalam coated dish sampai penuh, lalu ratakan


permukaan raksa dengan pelat kaca agar sejajar dengan pinggiran coated

dish.

Kemudian timbang coated dish beserta isinya (w2).

Volume tanah basah adalah:

2 1

(1.8)

** Hitung volume tanah kering:

Masukkan raksa ke dalam shrinkage dish sampai penuh dan ratakan


dengan pelat kaca.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

16

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Timbang shrinkage dish beserta isinya sehingga diperoleh berat air raksa
dalam shrinkage dish (wHg+S)

Celupkan sampel tanah kering ke dalam shrinkage dish yang berisi raksa
dengan menekannya secara hatihati dengan pelat kaca berkaki tiga
sehingga permukaan sampel tanah benarbenar berada tepat di
permukaan air raksa. Sebagian raksa akan tumpah keluar. Proses ini
disebut sub-merging soil cake (gambar 1.6).

Gambar 1.8 Proses sub-merging soil cake

Keluarkan sampel tanah dan timbang kembali shrinkage dish + raksa yang
tersisa (wHg)

Volume tanah kering adalah:

(1.9)

1.5.3. Perbandingan dengan ASTM

Pada percobaan di dalam laboratorium, coated dish yang telah diolesi

vaselin dan diisi tanah diketukketuk agar tidak tersisa gelembung udara
di dalamnya. Sedangkan menurut standar ASTM D-427, coated dish hanya
digoyanggoyangkan.

Pada metode ASTM alat yang dipakai untuk menampung tanah adalah
mangkuk porselin yang mempunyai diameter 1.75 inch dan tinggi 0.5
inch, sedangkan dalam percobaan di dalam laboratorium dipakai coated

dish.
Buku Praktikum Mekanika Tanah

17

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
1.6.

Pengolahan Data

1.6.1. Data Hasil Praktikum (terlampir)


1.6.2. Perhitungan :
No. coated dish

ww+c(gr)

wc (gr)

ww = ww+c - wc (gr)

wd+c (gr)

wd = wd+c - wc (gr)

wHg+c (gr)

wHg (gr)

wHg/ 13.53

wHg+s (gr)

(wHg+s)(wHg+s)

(wHg) / 13.53

Shrinkage Limit

SL

Shrinkage Ratio

SR

Berat tanah basah + coated dish


Berat coated dish
Berat tanah basah
Berat tanah kering + coated dish
Berat tanah kering
Berat raksa + coated dish
Berat raksa
Volume tanah basah ( Vw )
Berat raksa + shrinkage dish
Berat raksa + shrinkage dish (setelah sub-

wHg+s (gr)

merging soil cake)


Berat raksa yang dipindahkan
Volume tanah kering ( Vd )

KeKeterangan :

Shrinkage Limit (SL)dish 1

ww wd Vw Vd w 100%

... ... ... ...1 100%

wd

...

Shrinkage Ratio (SR)dish 1

wd
100%
Vd

...
100%
...

=
Buku Praktikum Mekanika Tanah

18

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Shrinkage Limit (SL)dish 2

ww wd Vw Vd w 100%

... ... ... ...1 100%

wd

...

Shrinkage Ratio (SR)dish 2

wd
100%
Vd

...
100%
...

Shrinkage Limit (SL)rata-rata

SLdish1 SLdish2
2

... ...
2

Shrinkage Ratio (SR)rata-rata

SRdish1 SRdish2
2

... ...
2

Buku Praktikum Mekanika Tanah

19

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 2

SPECIFIC GRAVITY
2.1.

Standar Acuan
ASTM D 854 "Standard Test Methods for Specific Gravity of Soil Solids by

Water Pycnometer"
AASHTO T 100 "Specific Gravity of Soils"
SNI 1964:2008 "Cara Uji Berat Jenis Tanah"
2.2.

Maksud dan Tujuan Percobaan


Mendapatkan nilai specific gravity dari butiran tanah, yaitu perbandingan
berat isi tanah dan berat isi air suling pada suhu 4C.

Specific gravity pada tanah dapat digunakan untuk menghitung hubungan


pada fase tanah, seperti angka pori (void ratio), derajat kejenuhan (degree of

saturation), serta densitas dari tanah.


2.3.

Alat-alat dan Bahan


a. Alat

Pycnometer dengan volume 500 ml

Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram

Oven

Kompor Listrik

Termometer

Can

Alat Penyemprot

b. Bahan

Sampel tanah lolos saringan No. 40 sebanyak 500 gram, kering oven

Air suling

Buku Praktikum Mekanika Tanah

20

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 2.1 Peralatan praktikum specific gravity: a) Termometer; b) Can; c) Alat


penyemprot; d) Pycnometer; e) Kompor listrik

2.4.

Teori dan Rumus yang Digunakan


Spesifik gravity pada tanah didefinisikan sebagai berat jenis tanah
dibandingkan dengan berat jenis air suling pada suhu 4C, dengan persamaan
sebagai berikut:

(2.1)

Dimana:
Gs

= spesifik gravity

= berat jenis tanah

= berat jenis air

Untuk tanah, berat jenisnya merupakan perbandingan antara berat tanah


dengan volume tanah:
=

(2.2)

Dimana:
ws

= berat tanah

Vs

= volume tanah

Buku Praktikum Mekanika Tanah

21

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Untuk air, berat jenisnya didefinisikan sebagai berikut:
=

(2.3)

Dimana:

= berat air

= volume air

Dalam percobaan, volume tanah (Vs) selalu harus diusahakan sama dengan
volume air (Vw), sehingga Vw = Vs dan persamaan 2.1. menjadi sebagai
berikut:

(2.4)

Percobaan specific gravity ini dilakukan pada kondisi suhu TC, sehingga nilai
tersebut harus dikoreksi dengan faktor koreksi , sehingga rumus 2.4 tersebut
menjadi:

(2.5)

Dimana:

= berat tanah

= berat air

= faktor koreksi suhu TC yang berhubungan dengan temperatur


ruangan pada saat percobaan

Tabel 2.1 berikut merupakan faktor koreksi suhu () yang digunakan


berdasarkan acuan standar SNI 1964:2008.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

22

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Tabel 2.1 Hubungan kerapatan relatif air dan faktor koreksi suhu
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Sumber:

Temperatur
(C)
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
SNI 1964:2008

Hubungan Kerapatan
Relatif Air
0.99862
0.99843
0.99823
0.99802
0.99780
0.99757
0.99733
0.99708
0.99682
0.99655
0.99627
0.99598
0.99568

Faktor Koreksi
Suhu,
1.0004
1.0002
1.0000
0.9998
0.9996
0.9993
0.9991
0.9989
0.9986
0.9983
0.9980
0.9977
0.9974

Nilai Gs pada umumnya yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah hasil
percobaan benar atau tidak adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Nilai Gs beberapa jenis tanah
TIPE TANAH
Pasir
Pasir kelanauan
Lempung anorganik
Tanah dengan mika dan besi
Tanah organik
Sumber: Bowles (2001)

2.5.

GS
2.65 - 2.67
2.67 - 2.70
2.70 - 2.80
2.75 - 3.00
1.0+ - 2.60

Prosedur Praktikum

2.5.1. Persiapan
1. Siapkan empat buah pycnometer yang telah dibersihkan dan dikeringkan.
2. Untuk bahan uji digunakan sampel tanah sebanyak 400 gram lolos
saringan No. 40 ASTM dan sudah dikeringkan dalam oven selama 24
jam dengan temperatur 110 5C (230 9 F).

Buku Praktikum Mekanika Tanah

23

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
2.5.2. Jalannya Praktikum
1. Isi pycnometer dengan air suling sebanyak 500 ml dan timbangberatnya
sehingga didapatkan berat air dan berat pycnometer (wbw).
2. Catat suhu air dalam pycnometer dengan menggunakan termometer.
3. Kembalikan air dalam pycnometer ke dalam wadah awalnya, kemudian
bersihkan dan keringkan kembali pycnometer.
4. Masukkan sampel tanah masing-masing sebanyak 100 gram kedalam
empat pycnometer secara hati-hati (diusahakan tidak ada butiran tanah
yang menempel pada dinding leher pycnometer karenaakan mengurangi
volume tanah).
5. Isi kembali pycnometer dengan air suling hingga bagianvolumenya.
6. Panaskan pycnometer untuk menghilangkan udara yang terperangkap
dalam tanah pada pycnometerdengan cara dididihkan 15 menit
(gunakan kompor listrik).
7. Diamkan pycnometer selama 15 jam agar suhu air akhir
diharapkan sama dengan suhu air awal.
8. Catat kembali suhu yang terjadi setelah didiamkan selama 15
jam dengan menggunakan termometer. Apabila suhu akhir
sudah sama dengan suhu awal air, timbang kembali pycnometer
berisi air dan tanah tersebut sehingga didapatkan berat
pycnometer + berat air + berat tanah (wbws).
2.5.3. Perbandingan dengan ASTM
Alat dan bahan yang digunakan pada prosedur ASTM D 854-58:

Pycnometer yang digunakan dapat berupa botol labu dengan volume100


ml atau stop erred bottle dengan volume 50 ml.

Sampel tanah yang digunakan adalah seberat 25 gram untuk botol labu
dan 10 gram untuk stoperred bottle.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

24

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Jalannya percobaan menurut prosedur ASTM:
1. Pycnometer dibersihkan dan dikeringkan, kemudian dicatat beratnya.
2. Pycnometer diisi dengan air suling (dianjurkan memakai kerosin) dan
ditimbang beratnya (wbw).
3. Dibuat tabel untuk wbw pada beberapa suhu air yang diinginkan.
4. Sampel tanah dimasukkan ke dalam botol labu/stoperred bottle yang
berisi air suling/kerosin.
5. Udara yang terperangkap di dalamnya dapat dihilangkan dengan cara:

Dididihkan

Diberi tekanan udara

6. Pycnometer diisi dengan air suling kembali sampai penuh.


7. Berat botol labu/stoperred bottle yang telah berisi tanah dihitungdan
dicatat suhunya.
Perbedaan antara prosedur praktikum dengan prosedur ASTM:

Volume pycnometer yang digunakan adalah 500 ml.

Sampel tanah yang dipakai 100 gram, lolos saringan No. 40 ASTM
dankering oven.

Banyaknya percobaan yang dilakukan bukan berdasarkan suhu air


yangdiinginkan tetapi berdasarkan jumlah sampel yang diinginkan.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

25

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
2.6.

Pengolahan Data

2.6.1. Data Hasil Praktikum (terlampir)


2.6.2. Perhitungan
= + bws

(2.6)

Dimana:
Ww

= berat air

ws

= berat tanah = 100 gram

wbw = berat pycnometer + air 500 ml


wbws = berat pycnometer + air + tanah setelah didinginkan

Sampel 1
Ww

= ws = wbw - wbws
= ... + ... - ...
= ...

Gs

= ... x

= ...

Sampel 2
Ww

= ws = wbw - wbws
= ... + ... - ...
= ...

Buku Praktikum Mekanika Tanah

26

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Gs

= ... x

= ...

Sampel 3
Ww

= ws = wbw - wbws
= ... + ... - ...
= ...

Gs

= ... x

= ...

Sampel 4
Ww

= ws = wbw - wbws
= ... + ... - ...
= ...

Gs

= ... x

= ...
Nilai specific gravityrata-rata

= =

Buku Praktikum Mekanika Tanah

27

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Kesalahan Relatif

Sampel 1
1 =

|
|1

1 = %

Sampel 2
2 =

|
|2

2 = %

Sampel 3
3 =

|
|3

3 = %

Sampel 4
4 =

|
|4

4 = %
Kesalahan Relatifrata-rata
+ + +
= 1 2 4 3 4

= %

Buku Praktikum Mekanika Tanah

28

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 3

HYDROMETER
3.1.

Standar Acuan
ASTM D 421 "Standard Practice for Dry Preparation of Soil Samples for

Particle-Size Analysis and Determination of Soil Constants"


ASTM D 422 "Standard Test Method for Particle-Size Analysis of Soils"
AASHTO T 88 "Standard method of test for particle size analysis of soils"
SNI 3423:2008 Cara uji analisis ukuran butir tanah"
3.2.

Maksud dan Tujuan Percobaan


Menentukan distribusi dari butiran tanah yang memiliki diameter yang lebih
kecil dari 0.074 mm (lolos saringan No. 200 ASTM) dengan cara pengendapan
(hydrometer analysis).

3.3.

Alat-alat dan Bahan


a. Alat

Hydrometer (tipe 152 H)

Hydrometer jar (1000 ml)

Gelas ukur

Stopwatch

Pengaduk mekanis (mixer)

Oven

Termometer Celcius

Gelas belimbing

Saringan No. 200 ASTM

Timbangan (ketelitian 0.01 gram)

b. Bahan

Sampel tanah lolos saringan No. 4 ASTM, masing masing 50


gram(untuk 3 sampel)

Buku Praktikum Mekanika Tanah

29

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Larutan pendispersi 4% (water glass)

h
d
g

a
c

Gambar 3.1 Peralatan praktikum hydrometer: a) Gelas mixer; b) Hydrometer jar;


c) Termometer; d) Stopwatch; e) Gelas ukur; f) Hydrometer 152H; g) Alat penyemprot;
h) Waterglass; i) Gelas belimbing; j) Mixer

3.4.

Teori dan Rumus yang Digunakan


Praktikum ini didasarkan pada hubungan antara kecepatan jatuh dari suatu
butiran di dalam suatu larutan, diameter butiran, berat jenis butiran, berat
jenis larutan dan kepekaan larutan tersebut. Hubungan tersebut dapat
dijabarkan oleh hukum Stokes sebagai:
=

2 2
9

(2)

menjadi
9..

= 22

Buku Praktikum Mekanika Tanah

(3.1)

30

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
dengan:
V

= kecepatan jatuh dari butiran ( cm/s )

= berat jenis butiran ( gr/cm3 )

= berat jenis larutan ( gr/cm3 )

= kepekatan larutan ( dyne.s/cm2 )

= diameter butiran ( cm )

Batasan dari Hukum Stokes:

Hukum ini hanya berlaku jika: 0.0002 mm < D < 0.2 mm.

Butiran yang lebih besar dari 0.2 mm akan menyebabkan turbulensipada


larutan, sedangkan butiran yang lebih dari 0.0002 mm cenderungakan
melakukan gerak Brown (hal ini dipengaruhi oleh gaya tarik dantolak antar
partikel).

Jumlah sampel yang dipergunakan harus jauh lebih sedikit dari


padabutiran yang dipakai (5 %) ini dilakukan agar tidak terjadi
interferensiselama

hydrometer

pengendapan

tipe152

dikalibrasi

berlangsung.
untuk

Menurut

suspensi

Bowles,

larutan

yang

mengandung 60 gramdalam 1000 ml air.

Butiran tanah diasumsikan bundar, walaupun asumsi ini tidak 100


%benar. Tanahtanah yang akan dipakai harus diuraikan dengan
bahandispersi berikut:
untuk tanah yang bersifat alkali/basa diberi sodium metafosfat
(NaPO3) dengan nama dagang Calgon.
untuk tanah yang bersifat asam diberi sodium silikat (Na2SiO3)dengan
nama dagang WaterGlass.

Kecepatan jatuh butiran:

(3.2)

= 1 + 0.5 (2 /A)

(3.3)

Buku Praktikum Mekanika Tanah

31

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
dengan:
v

= kecepatan jatuh dari butiran.

= tinggi jatuh butiran

= waktu

Vb

= volume Bulb Hydrometer

= luas penampang Hydrometer

L1

= dapat dilihat pada tabel 3.5 sesuai pembacaanhydometer tipe 152 H


dan dikoreksi terhadap miniskus

Untuk yang sudah dikoreksi :


= + + CT

(3.4)

dengan:

CT

= koreksi terhadap temperatur yang dapat dilihat pada tabel 3.3

untuk GS = 2.65 rumus yang digunakan :

% = 100%

(3.5)

sedangkan untuk Gs 2.65 :

% =

Dimana:

100%

. 1.65

= ( 1) 2.65

(3.6)

(3.7)

atau harga a dapat dilihat dalam tabel 3.2

Buku Praktikum Mekanika Tanah

32

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Untuk memudahkan perhitungan :
30.

= (

)980

menjadi

(3.8)

keterangan :
-

satuan dalam L (cm) dan t (menit)

koefisien K dapat dilihat pada tabel 3.2

Setelah % finer dan D yang saling terkait telah dihitung, maka didapatsuatu
grafik distribusi butiran. Dari grafik ini akan didapat D10, D30 dan D60.
D10 = diameter yang koresponding dengan lolosnya butiran sebanyak10%
(%finer = 10%)
D30 = diameter yang koresponding dengan lolosnya butiran sebanyak30%
(%finer = 30%)
D60 = diameter yang koresponding dengan lolosnya butiran sebanyak60%
(%finer = 60%)
Sehingga koefisien keseragaman (CU) kita bisa dapatkan dengan rumus:

= 60
10

(3.9)

Definisi koefisien keseragaman untuk beberapa nilai:


CU = 1

, tanah yang hanya memililki satu ukuran butiran

2 < CU< 3 , tanah yang gradasinya sangat buruk


CU > 15

, tanah bergradasi baik

Buku Praktikum Mekanika Tanah

33

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Selain itu koefisien curvature (kelengkungan) CC kita bisa dapatkan
denganrumus:

30 2

(3.10)

10 60

1 < CC < 3, dapat dianggap suatu range untuk tanah yang bergradasi baik.
Berikut merupakan tabel yang digunakan pada perhitungan analisis butiran
metode hidrometer. Semua tabel (3.13.5) bersumber dari Engineering
Properties of Soil and Their Measurement (Bowles, 2001).

Tabel 3.1 Properti dari air suling


( = absolut)
Temp.
(C)
4
16
17

Unit weight
of water,
g/cm3
1.00000
0.99897
0.99880

Viscosity
of water,
poise*
0.01567
0.01111
0.01083

18
19
20
21
22
23

0.99862
0.99844
0.99823
0.99802
0.99780
0.99757

0.01056
0.01030
0.01005
0.00981
0.00958
0.00936

24
25
26
27
28
29
30

0.99733
0.99708
0.99682
0.99655
0.99627
0.99598
0.99568

0.00914
0.00894
0.00874
0.00855
0.00836
0.00818
0.00801

Buku Praktikum Mekanika Tanah

Tabel 3. 2 Faktor
koreksi untuk Gs tanah

Tabel 3.3 Faktor


koreksi temperatur, CT

Gs of soil
solids

Correction
factor

Temp.
(C)

CT

2.85
2.80
2.75
2.70
2.65
2.60
2.55
2.50

0.96
0.97
0.98
0.99
1.00
1.01
1.02
1.04

15
16
17

1.10
-0.90
-0.70

18
19

-0.50
-0.30

20
21

0.00
+0.20

22
23

+0.40
+0.70

24
25

+1.00
+1.30

26
27
28
29
30

+1.65
+2.00
+2.50
+3.05
+3.80

34

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Tabel 3.4 Nilai K* untuk beberapa nilai Gs tanah dan temperaturnya
Temp. (C)
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

2.50
0.0151
0.0149
0.0148
0.0145
0.0143
0.0141
0.0140
0.0138
0.0137
0.0135
0.0133
0.0132
0.0130
0.0129
0.0128

2.55
0.0148
0.0146
0.0144
0.0143
0.0141
0.0139
0.0137
0.0136
0.0134
0.0133
0.0131
0.0130
0.0128
0.0127
0.0126

2.60
0.0146
0.0144
0.0142
0.0140
0.0139
0.0137
0.0135
0.0134
0.0132
0.0131
0.0129
0.0128
0.0126
0.0125
0.0124

Gs of Soil Solids
2.65
2.70
0.0144
0.0141
0.0142
0.0140
0.0140
0.0138
0.0138
0.0136
0.0137
0.0134
0.0135
0.0133
0.0133
0.0131
0.0132
0.0130
0.0130
0.0128
0.0129
0.0127
0.0127
0.0125
0.0126
0.0124
0.0124
0.0123
0.0123
0.0121
0.0122
0.0120

2.75
0.0139
0.0138
0.0136
0.0134
0.0133
0.0131
0.0130
0.0128
0.0126
0.0125
0.0124
0.0122
0.0121
0.012
0.0118

2.80
0.0137
0.0136
0.0134
0.0132
0.0131
0.0129
0.0128
0.0126
0.0125
0.0123
0.0122
0.0120
0.0119
0.0118
0.0117

2.85
0.0136
0.0134
0.0132
0.0131
0.0129
0.0127
0.0126
0.0124
0.0123
0.0122
0.0120
0.0119
0.0117
0.0116
0.0115

Tabel 3.5 Nilai L (kedalaman efektif) yang digunakan pada rumus Stokes untuk diameter
partikel pada alat hidrometer 152 H berdasarkan ASTM

Original
hydrometer
reading
(corrected
for meniscus
only)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Effective
depth L, cm

Original
hydrometer
reading
(corrected
for meniscus
only)

Effective
depth L, cm

16.3
16.1
16.0
15.8
15.6
15.5
15.3
15.2
15.0
14.8
14.7
14.5
14.3
14.2
14.0
13.8
13.7
13.5
13.3
13.2
13.0

21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41

12.9
12.7
12.55
12.4
12.2
12.0
11.9
11.7
11.5
11.4
11.2
11.1
10.9
10.7
10.5
10.4
10.2
10.1
9.9
9.7
9.6

Buku Praktikum Mekanika Tanah

Original
hydrometer
reading
(corrected
for meniscus
only)

Effective
depth L, cm

42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60

9.4
9.2
9.1
8.9
8.8
8.6
8.4
8.3
8.1
7.9
7.8
7.6
7.4
7.3
7.1
7.0
6.8
6.6
6.5

35

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
3.5.

Prosedur Praktikum

3.5.1. Persiapan
1. Siapkan sampel tanah sebanyak 50 gram kering oven.
2. Timbang 40 gram water glass sebagai bahan dispersi danmasukkan water

glass ke dalam hydrometer jar, kemudiancampur dengan air suling hingga


mencapai 1000 ml, diaduk hinggahomogen. Campuran ini kemudian
disebut sebagai larutan dispersi.
3. Tuang larutan dispersi sebanyak 125 ml ke dalam gelasbelimbing yang
sudah berisi tanah sebanyak 50 gram dandiamkan selama 18 jam.
4. Siapkan satu tabung silinder (1000 ml), kemudian masukkan125 ml
larutan dispersi dan tambahkan air suling hingga 1000 mlke dalam tabung
silinder, tabung ini berfungsi sebagai tabung kontrol.
3.5.2. Jalannya Praktikum
1. Periksa koreksi miniskus dan koreksi nol pada alat hydrometer tipe152 H
dengan jalan memasukkannya ke dalam tabung kontrol dancatat
pembacaannya.
2. Masukkan campuran tanah dan larutan dispersi yang telah direndam
selama 18 jam ke dalam mixer cup dan kemudian tambahkan sejumlah
air suling dengan pipet sehingga mencapai kurang lebih 2/3 dari mixer

cup. Kemudian aduk selama kurang lebih 10 menit.


3. Pindahkan campuran dari mixer cup ke dalam hydrometer jar lalu
tambahkan air suling hingga mencapai 1000 ml.
4. Tutup tabung dengan karet penutup dan mengocoknya secara horizontal
selama kurang lebih satu menit, sampai homogen (gambar 3.1).

Buku Praktikum Mekanika Tanah

36

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 3.2 Proses pengadukan hydrometer jar

5. Segera setelah tabung diletakkan, masukkan hydrometer tipe 152 H


(lakukan dengan hati-hati seperti gambar 3.2). Baca hydrometer (R1) tepat
pada menit pertama, lalu pada menit kedua kembali membaca hydrometer
(R2) kemudian angkat kembali hydrometer.

Gambar 3.3 Cara memasukkan hydrometer yang benar (tidak dilepas tiba-tiba)

6. Pada menit yang ke-2.5, masukkan kembali hydrometer dan baca kembali
skalanya hingga menit keempat (R4).

Buku Praktikum Mekanika Tanah

37

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
7. Kembali melakukan pembacaan hidrometer untuk menit ke-8, 15, 30, 60,
120, 240, 960 dan 1440.
8. Pada tiap pembacaan hydrometer, suhu pada tabung control selalu dibaca.
9. Ulangi langkah 1 sampai 8 untuk beberapa sampel, sebaiknya rentang
antara setiap pembacaan menit ke-1 untuk seluruh sampel adalah 10
menit (misal: R1 sampel no. 1 adalah pada pukul 10.00, maka R1 sampel
no. 2 adalah pada pukul 10.10, dan seterusnya).
10. Setelah seluruh sampel sudah dilakukan pencatatan, tuang larutan setiap
sampel ke saringan No. 200 ASTM (jangan dicampur). Butiran tanah yang
tertahan pada saringan ini selanjutnya akan dipakai pada percobaan Sieve

Analysis.
3.5.3. Perbandingan dengan ASTM
Pada prosedur ASTM, pembacaan hydrometer tidak dilakukan pada menit ke120, 240, 480 dan 960.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

38

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
3.6.

Pengolahan Data

3.6.1. Data Hasil Praktikum (terlampir)


3.6.2. Perhitungan:

Sampel No. 1
Dari percobaan Specific Gravity didapat Gs= ...
Dari tabel 3.2., a = ...
Berat tanah Ws = 50 gram
Koreksi nol = ...
Koreksi miniskus = ...
Contoh perhitungan pada pembacaan menit pertama:
T = 29C CT dari tabel 3.3 ...
Ra (Actual Hydrometer Reading) = R1 = ...
Rc (Correction Hydrometer Reading)

= Ra - koreksi nol + CT
= ... - ... + ...
= ...

% =

100% =

100%= ...

Rc (Hydrometer Correction only for Reading) = Ra+ koreksi miniskus


= ... + ...
= ...
Dari tabel 3.5, dengan R = ... maka akan diperoleh L= ...
Pada saat menit pertama, t = 1, maka L/t = .../1 = ...
Dari relasi temperatur dengan Gs pada tabel 3.4, maka akan diperoleh nilai K
= ...

Terakhir, diperoleh nilai = = = ...

Untuk hasil perhitungan seluruh pembacaan data dapat dirangkum pada


sebuah tabel seperti di bawah ini:
Buku Praktikum Mekanika Tanah

39

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Actual
Tanggal

Waktu

Temp.

Hyd.

pembacaan

(menit ke-)

(oC)

Reading
(Ra)

Corr. Hyd.
reading
(RC)

Hyd.Corr.
%

only for

Finer

Reading

(Tabel 3.5)

L/t

K
(Tabel 3.4)

D (mm)

(Rh)

1
2
4
8
15
30
60
120
240
480
960
1440

Buku Praktikum Mekanika Tanah

40

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 4

SIEVE ANALYISIS
4.1.

Standar Acuan
ASTM D 421"Standard Practice for Dry Preparation of Soil Samples for

Particle-Size Analysis and Determination of Soil Constants"


ASTM D 422 "Standard Test Method for Particle-Size Analysis of Soils"
AASHTO T 88 "Standard method of test for particle size analysis of soils"
SNI 3423:2008 Cara uji analisis ukuran butir tanah"
4.2.

Maksud dan Tujuan Percobaan


Mengetahui distribusi ukuran butiran tanah yang berdiameter 4.76 mm sampai
0.074 mm (lolos saringan No. 4 ASTM dan tertahan saringan No. 200) dengan
cara mekanis.

4.3.

Alat-alat dan Bahan


a. Alat

Timbangan dengan ketelitian 0.01 gram

Saringan standar ASTM No. 10, 18, 40, 60, 100, 200, serta Pan

Piringan kaleng

Can

Motorized Dynamic Sieve Shaker

Sikat gigi

Oven

b. Bahan

Tanah dari percobaan hydrometer yang tertahan saringan No. 200


ASTM

Buku Praktikum Mekanika Tanah

41

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

b
Gambar 4.1 Peralatan praktikum sieve analyisis: a) Satu set saringan standar ASTM dan
pan; b) Motorized dynamic sieve shaker

4.4.

Teori dan Rumus yang Digunakan


Tanah terdiri atas tiga unsur yaitu butiran, air, dan udara. Sifat-sifat suatu
tanah tertentu banyak tergantung pada ukuran butirannya. Ukuran butiran
menentukan klasifikasi macam tanah tersebut. Untuk butiran yang kasar
dipakai metode sieving dalam penentuan distribusi ukurannya.
Tanah dikeringkan dan disaring pada serangkaian saringan dengan ukuran
diameter kisi saringan tertentu mulai dari yang kasar hingga yang halus.
Dengan demikian butiran tanah terpisah menjadi beberapa bagian dengan
batas ukuran yang diketahui. Rumus yang digunakan untuk percobaan sieve

analysis ini adalah:


Persentase tanah tertahan (% tertahan) =

100%

Persentase tanah lolos (% lolos) = 100 % - % tertahan

Buku Praktikum Mekanika Tanah

(4.1)
(4.2)

42

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
wtertahan= wtanah wtanah total sesudah penyaringan
Kesalahan relatif penimbangan sampel tanah sebelum dan sesudah
penyaringan adalah:

KR =

Wd Wt
Wd

100%

* tidak boleh melebihi 2%

dengan :

4.5.

wd

= berat butiran tanah sebelum proses sieving

wt

=berat butran tanah total setelah proses sieving

Prosedur Praktikum

4.5.1. Persiapan
1. Saring tanah yang digunakan dalam percobaan hydrometer
dengan saringan No. 200 ASTM agar bersih dari butiran clay, silt,
dan koloid-koloid.
2. Masukkan tanah yang sudah bersih ke dalam can, lalu masukkan
ke dalam oven selama 18 jam.
4.5.2. Jalannya Praktikum
1. Keluarkan tanah dari oven dan diamkan sejenak, lalu timbang
beratnya.
2. Susun saringan menurut urutan nomor yaitu: 4, 10, 18, 40, 100,
200 (dari yang terbesar di atas hingga yang terkecil), dan
terbawah adalah pan.
3. Masukkan tanah yang telah ditimbang ke atas saringan No. 4
ASTM.
4. Letakkan susunan saringan pada mesin pengguncang listrik
(Motorizied Dynamic Sieve

Shaker) dan

tutup, kemudian

nyalakan selama 15 menit.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

43

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
5. Kumpulkan sampel tanah yang tertahan pada masing-masing
saringan dan selanjutnya timbang dan catat beratnya.
6. Bersihkan saringan dari butiran-butiran tanah yang tertinggal
pada setiap saringan dengan bantuan sikat gigi.
4.5.3. Perbandingan dengan ASTM
Menurut standar ASTM, susunan saringan yang dipakai adalah No. 4, 10, 18,
40, 60, 100, 200, dan pan. Sedangkan pada praktikum ini susunan saringan
yang digunakan hampir sama dengan ASTM, hanya saja saringan No. 60 dan
saringan No. 4 tidak dipasang.
4.6.

Pengolahan Data

4.6.1. Data Hasil Praktikum (terlampir)


4.6.2. Perhitungan

Sampel No. 1
Berat sampel tanah pada percobaan hydrometer = 50 gram
Berat sampel setelah percobaan hydrometer kering oven (w1) = gram
Berat sampel yang tertahan pada saringan:
No. 10 ASTM

= gram

No. 18 ASTM

= gram

No. 40 ASTM

= gram

No. 100 ASTM

= gram

No. 200 ASTM

= gram

Pan

= gram

Total (w2)

= gram

Buku Praktikum Mekanika Tanah

44

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Presentase Kesalahan=

w1 w2
w1

100% = %

Hasil pengolahan data dapat dirangkum seperti pada tabel di bawah ini :

SIEVE
NO.

DIAMETER
(mm)

W. RETAINED
(gram)

%
RETAINED

%
PASSING

4
10
18
40
100
200

4.75
2
0.84
0.42
0.15
0.075

PAN

Buku Praktikum Mekanika Tanah

45

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 5

COMPACTION
5.1.

Standar Acuan
ASTM

698

"Standard

Test

Methods

forLaboratory

Compaction

Characteristics of Soil UsingStandard Effort"


ASTM D 1557 "Standard

Test Methods forLaboratory Compaction

Characteristics of Soil UsingModified Effort"


AASHTO T 99 "The Moisture-Density Relations of Soils Using a 2.5-kg (5.5-

lb) Rammer and a 305-mm (12-in) Drop"


AASHTO T 180 "The Moisture-Density Relations of Soils Using a 4.54-kg (10-

lb) Rammer and 457-mm (18-in) Drop"


SNI 03-2832-1992 "Metode pengujian untuk mendapatkan kepadatan
tanah maksimum dengan kadar air optimum"
5.2.

Maksud dan Tujuan Percobaan


Mencari nilai kerapatan kering (dry) maksimum pada kadar air optimum (Wopt)
dari suatu sampel tanah yang dipadatkan.
Uji pemadatan laboratorium digunakan sebagai dasar dalam menentukan
presentase pemadatan dan kadar air yang dibutuhkan untuk mencapai kondisi
pemadatan yang sesuai di lapangan.

5.3.

Alat-alat dan Bahan (Standard)


a. Alat

Mould, lengkap dengan collar dan base plate

Hammer seberat 5.5 lbs, dengan tinggi jatuh 12 inch

Hydraulic extruder

Pelat baja pemotong

Gelas ukur

Buku Praktikum Mekanika Tanah

46

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Wadah untuk mencampur tanah dengan air

Pelat besi/penggaris untuk mengukur tinggi tanah

Timbangan

Oven

Jangka sorong

b. Bahan

Sampel tanah lolos saringan No. 4 ASTM sebanyak minimal 5 kantong


@ 2kg (lebih baik digunakan 6 kantong)

b
Gambar 5.1 Peralatan praktikum compaction: a) Mould (lengkap); b) Hammer; c) Pelat
besi/penggaris; d) Jangka sorong

5.4.

Teori dan Rumus yang Digunakan

Compaction (pemadatan tanah) adalah suatu proses dimana pori-pori tanah


diperkecil dan kandungan udara dikeluarkan secara mekanis. Suatu
pemadatan tanah adalah juga merupakan usaha (energi) yang dilakukan

Buku Praktikum Mekanika Tanah

47

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
padamassa tanah. Suatu pemadatan (Compactive Effort = CE) yang dilakukan
tersebut adalah fungsi dari variabel-variabel berikut:

...

(5.1)

dengan:
CE

= Compactive Effort (lb/ft2)

= berat hammer (lb)

= tinggi jatuh (inch)

= jumlah layer

= jumlah pukulan per-layer

= volume tanah (ft3)

Pemadatan tanah yang dilakukan di laboratorium pada umumnya terdiridari


dua macam, yaitu:
1.

Standard Proctor - AASHTO T 99 (ASTM D 698)

2.

Modified Proctor - AASHTO T 180 (ASTM D 1557)

Perbedaan mengenai dua metode tersebut dirangkum pada tabel di bawah ini:
Table 5.1. Perbedaan Modified Proctor dan Standard Proctor pada uji pemadatan
Test Identification
Diameter Mould (inch)
Berat Hammer (lbs)
Tinggi Jatuh Hammer
(Inch)
Jumlah Layer
Jumlah Pukulan PerLayer
C.E (ft-lb/ft3)
Ukuran Butiran
Maksimum Yang Lolos

Buku Praktikum Mekanika Tanah

Standard Proctor
AASHTO T 99
(ASTM D 698)

Modified Proctor
AASHTO T 180
(ASTM D 1557)

4
5.5

6
5.5

4
10

6
10

12

12

18

18

25

56

25

56

12.400

12.400

56.000

56.000

No.4 (3/4)"

No.4 (3/4)"

No.4 (3/4)"

No.4 (3/4)"

48

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Kepadatan tanah bergantung pada kadar airnya. Untuk membuat suatu
hubungan tersebut dibuat beberapa sampel tanah minimal empat contoh
dengan kadar air yang berbeda-beda, dengan perbedaan kurang lebih 4%
antara setiap sampel.
Dari percobaan tersebut kemudian dibuat grafik yang menggambarkan
hubungan antara kepadatan dan kadar air, sehingga dari grafik tersebut
diperoleh dry maksimum pada kadar air optimumnya. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa suatu tanah yang dipadatkan dengan kadar air tanah lebih
dari Wopt akan diperoleh nilai kepadatan yang lebih kecil dari dry maksimum.

Gambar 5.2. Perbedaan grafik pemadatan Modified Proctor dan Standard Proctor

Gambar 5.1. menunjukkan perbedaan dari energi pemadatan antara metode

standard proctor dan juga menggunakan modified proctor. Penggunaan


modified proctor yang memiliki energi pemadatan yang hampir 5 kali lebih
besar dari standard proctor menghasilkan dry maksimum yang lebih tinggi
dibanding standard proctor namun menghasilkan kadar air optimum (wopt)
yang lebih rendah dibandingkan standard proctor.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

49

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Penentuan kadar air

100%

(5.2)

= (1 + )

(5.3)

(5.4)

= (1+)

dengan:
W

= kadar air

wwater = berat air (gram)


wdry = berat tanah kering (gram)
wwet = berat tanah basah (gram)
Penentuan penambahan volume air

0
1+0

(5.5)

dengan:
Vadd = volume air yang akan ditambahkan
WX

= kadar air yang akan dibuat

W0

= kadar air awal

= berat sampel tanah (gram)

Perhitungan nilai wet dan dry

Buku Praktikum Mekanika Tanah

(5.6)

= (1+W)V
= (1+W)

(5.7)

50

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
dengan:
wet = berat isi tanah dalam keadaan basah (gr/cm3)
wwet = berat tanah basah (gr)
V

= volume sampel tanah yang telah dipadatkan (cm3)

dry

= berat isi tanah dalam keadaan kering (gr/cm3)

wdry = berat tanah kering(gr)


W

= kadar air (%)

Perhitungan nilai Zero Air Void Line (ZAV-line)


ZAV-line adalah garis yang menggambarkan hubungan antara berat isikering
dengan kadar air dalam kondisi derajat kejenuhan (Sr) 100%.

.
1+(W.Gs )/Sr

(5.8)

dengan:
GS

= nilai specific gravity

= berat jenis air (gr/cm3)

= kadar air (%)

Sr

= derajat kejenuhan

Perhitungan nilai Compaction Effort (CE)


lihat kembali persamaan (5.1)

Buku Praktikum Mekanika Tanah

...

51

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
5.5.

Prosedur Praktikum

5.5.1. Persiapan
1. Siapkan 6 kantong sampel tanah masing-masing 2 kg, lolos saringan No.
4 ASTM.
2. Campur seluruh sampel dalam kantong dengan rata dalam satu wadah,
nilai kadar air awal dalam hal ini dianggap sama.
3. Ambil sebagian sampel yang dianggap mewakili nilai kadar air seluruhnya,
dan mencari nilai kadar air sampel tersebut.
4. Kembalikan sampel tanah ke kantongnya masing-masing.
5. Hitung kadar air pada keesokan harinya, lalu tambahkan air pada masingmasing kantong agar mencapai kadar air yang berbeda-beda.
6. Masukkan sampel tanah ke dalam kantong plastik dan diamkan selama 1824 jam (diperam) agar kadar airnya merata.
5.5.2. Jalannya Praktikum
1. Siapkan mould, collar, dan base plate.
2. Timbang mould dan ukur dimensinya untuk mengetahui volume tanah
hasil pemadatan.
3. Masukkan sampel tanah ke dalam mould, perkirakan jumlahnya
sedemikian rupa sehingga setelah dipadatkan tingginya mencapai 1/3
tinggi mould (karena total lapisan pemadatan sebanyak 3 lapis).
4. Tumbuk 25 kali pada setiap lapisan secara merata dengan hammer
seberat 5.5 lb dan tinggi jatuh 12 inch (Standard Proctor ASTM).
5. Setelah pemadatan lapis ketiga selesai, buka collar dan ratakan kelebihan
tanah pada mould dengan pelat pemotong.
6. Timbang berat tanah beserta mould.
7. Keluarkan sampel tanah dari mould dengan bantuan extruder.
8. Ambil bagian atas, tengah, bawah dari sampel tanah tersebut untuk
diperiksa kadar airnya, dengan demikian akan diperoleh kadar air rata-rata
dari sampel tanah setelah dipadatkan.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

52

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
5.6.

Pengolahan Data

5.6.1. Data Hasil Praktikum (terlampir)


5.6.2. Perhitungan
Menentukan Hubungan W - dry (contoh: sampel I)
Dimensi mould:

= cm

tinggi

= cm

berat

= gram

volume = ..d2.tinggi

= cm3

Menentukan kadar air sebelum pemadatan


wcan

= gr

w(c+w)

= wcan + wwet

= gr

* setelah dioven
w(c+d)

= wcan + wdry

= gr

wwater

= w(c+w) - w(c+d)

= gr

wdry

= w(c+d) - wcan

= gr

W0

100%

= ... %

Kadar air untuk sampel lainnya dapat dirangkum dalam sebuah tabel seperti
di bawah ini:
Sample
I
II
III
IV
V

wcan
gr
gr
gr
gr
gr

Buku Praktikum Mekanika Tanah

w(c+w)
gr
gr
gr
gr
gr

w(c+d)
gr
gr
gr
gr
gr

wwater
gr
gr
gr
gr
gr

wdry
gr
gr
gr
gr
gr

W0
%
%
%
%
%

53

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Menghitung penambahan volume air untuk compaction (contoh: sampel I)
W0

= %

Wx

= %

= gr

Vadd

0
1+0

= ... ml

Untuk volume air yang perlu ditambahkan pada sampel lainnya, dapat
dirangkum dalam sebuah tabel seperti di bawah ini:
Sample
I
II
III
IV
V

wcan
gr
gr
gr
gr
gr

w(c+w)
gr
gr
gr
gr
gr

w(c+d)
gr
gr
gr
gr
gr

wwater
gr
gr
gr
gr
gr

wdry
gr
gr
gr
gr
gr

W0
%
%
%
%
%

Wx
%
%
%
%
%

Vadd
ml
ml
ml
ml
ml

Menentukan kadar air sesudah pemadatan


Pada percobaan, tanah yang sudah dipadatkan diambil sebagian kecil bagian
atas, tengah, dan bawahnya. Sampel tanah pada ketiga lapisan ini dianggap
sama kadar airnya sehingga dapat disatukan dalam satu can.
wcan

= gr

w(c+w)

= wcan + wwet

= gr

* setelah dioven
w(c+d)

= wcan + wdry

= gr

wwater

= w(c+w) - w(c+d)

= gr

wdry

= w(c+d) - wcan

= gr

100%

Buku Praktikum Mekanika Tanah

= ... %

54

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Menentukan kerapatan kering dry
W

=%

Wsoil+mould

= gr

Wmould

= gr

Wsoil

= gr

Vsoil

= Vmould

= cm3

wet

= Wsoil / Vsoil

= cm3

= (1+)

= gr/cm3

Untuk hubungan W - dry setelah compaction pada sampel lainnya, dapat


dirangkum dalam sebuah tabel seperti di bawah ini:
Sample
I
II

w
gr
gr

dry
gr/cm3
gr/cm3

III

gr

gr/cm3

IV

gr

gr/cm3

gr

gr/cm3

Menghitung Garis Zero Air Void (contoh: sampel I)


Sr

= 100%

GS

water

= 1 gr/cm3

ZAV =

(percobaan specific gravity)

.
1+(W.Gs )/Sr

Sample
I
II
III
IV
V

W
%
%
%
%
%

Buku Praktikum Mekanika Tanah

Gs

ZAV

55

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 6

CALIFORNIA BEARING RATIO


6.1.

Standar Acuan
ASTM D 1883 Standard Test Method for CBR (California Bearing Ratio) of

Laboratory-Compacted Soils
AASHTO T 193 Standard Method of Test for The California Bearing Ratio
SNI 1744:1989 Metode Pengujian CBR Laboratorium
6.2.

Maksud dan Tujuan Percobaan


Mendapatkan nilai CBR (California Bearing Ratio) tanah pada kondisi kadar air
optimum atau pada rentang kadar air tertentu dari uji pemadatan.
Nilai CBR ini merupakan metode dalam evaluasi kualitas dan kekuatan dari
lapisan subgrade, subbase, dan base soils pada perkerasan jalan berdasarkan
uji laboratorium.

6.3.

Alat-alat dan Bahan


a. Alat

Compaction Hammer

Mould

Sendok pengaduk tanah

Wadah untuk mencampur tanah dengan air

Botol penyemprot air

Pisau baja (straight edge)

Timbangan

Oven

Aluminum can

Stopwatch

Beban logam berbentuk lingkaran ( 10 lbs)

Buku Praktikum Mekanika Tanah

56

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Bak air

Piringan berlubang dengan dial pengukur swell

Mesin Uji CBR

b. Bahan

Sampel tanah lolos saringan No. 4 ASTM sebanyak minimal 3 kantong


@ 5 kg

Gambar 5.1 Peralatan praktikum CBR: a) mesin CBR; b) Piringan berlubang dengan dial;
c) Beban logam

6.4.

Teori dan Rumus yang Digunakan


Nilai CBR adalah perbandingan antara kekuatan sampel tanah (dengan
kepadatan tertentu dan kadar air tertentu) terhadap kekuatan batu pecah

Buku Praktikum Mekanika Tanah

57

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
bergradasi rapat sebagai standar material dengan nilai CBR = 100. Untuk
mencari nilai CBR dipakai rumus:
test unit load (psi)

(6.1)

CBR = standard unit load (psi) 100%


Dengan Standard Unit Stress pada harga-harga penetrasi:
Tabel 6.1 Standard Unit Stress pada pengujian CBR

PENETRATION

STANDARD UNIT STRESS

mm

inch

MPa

psi

2.5

0.10

6.9

1000

5.0

0.20

10.3

1500

7.5

0.30

13.0

1900

10.0

0.40

16.0

2300

12.7

0.50

18.0

2600

Sumber: AASHTO T 193

Beban (load) didapat dari hasil pembacaan dial penetrasi yang kemudian
dikorelasikan dengan grafik Calibration Prooving Ring.
Test Unit Load (psi) = tegangan ()

()

(6.2)

Dengan:
A

= Luas Piston

= M. LRC

= dial reading

LRC = faktor kalibrasi

Buku Praktikum Mekanika Tanah

58

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Nilai CBR didapatkan berdasarkan rasio beban untuk penetrasi sedalam 2.5
mm (0.1 inch). Namun, jika nilai CBR pada saat penetrasi 5.0 mm lebih besar,
maka pengujian seharusnya diulang. Jika pengujian kedua memiliki nilai CBR
yang lebih besar pada saat penetrasi 5.0 mm, maka nilai CBR tersebut dapat
digunakan.
Dalam uji CBR, dilakukan dua pengujian, yaitu pengujian segera (unsoaked

condition) dan pengujian jenuh (soaked condition). Pengujian unsoaked


condition dilakukan segera setelah sampel tanah dipadatkan. Pengujian
soaked

condition

dilakukan

setelah

sampel

tanah

dalam

mould

direndam/dijenuhkan selama 96 jam sambil dibebani oleh beban surcharge


sesuai dengan tekanan perkerasan jalan. Dilakukan pula pembacaan
pengembangan tanah (swell reading) pada interval waktu tertentu.
Perendaman ini dilakukan untuk mengetahui nilai CBR pada saat berada dalam
kondisi jenuh. Nilai CBR pada kondisi jenuh ini akan memberikan informasi
terkait peristiwa pengembangan tanah (soil expansion) di bawah perkerasan
jalan ketika tanah menjadi jenuh, serta memberikan indikasi adanya
perlemahan kekuatan tanah akibat penjenuhan yang terjadi.
Nilai CBR digunakan untuk mengetahui kualitas tanah terutama yang
digunakan sebagai lapisan base dan subgrade dibawah perkerasan jalan atau
lapangan terbang. Berikut merupakan penilaian CBR dan klasifikasinya
berdasarkan The Asphalt Handbook (1970).

Buku Praktikum Mekanika Tanah

59

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Tabel 6.2 Nilai CBR tanah beserta kualitas dan juga kegunaan serta sistem klasifikasinya
Nilai

Kualitas

Kegunaan

0-3

Sangat rendah

3-7
7-20

CBR

Sistem Klasifikasi
Unified

AASHTO

Subgrade

OH, CH, MH, OL

A5, A6, A7

Rendah s/d cukup baik

Subgrade

OH, CH, MH, OL

A4, A5, A6, A7

Cukup baik

Subbase

OL, CL, ML, SC,

A2, A4, A6, A7

SM, SP
20-50
>50

Baik

Base atau

GM, GC, SW,

A1b, A2-5, A-3,

Subbase

SM, SP, GP

A2-6

Base

GW, GM

A1a, A2-4, A3

Sangat baik

Sumber: The Asphalt Handbook (1970)

6.5.

Prosedur Praktikum

6.5.1. Persiapan
1. Siapkan 3 plastik sampel tanah lolos saringan No.4 ASTM seberat 5 kg.
2. Rencanakan kadar air pada masing-masing kantong. Kadar air ini
divariasikan -2% s/d -2.5% dari kadar air optimum pada percobaan

Compaction, dan +2 s/d +2.5% dari kadar air optimum. Untuk membuat
kadar air yang diinginkan, cari kadar air awal terlebih. Kemudian
tambahkan air dengan volume tertentu (V) untuk mencapai kadar air yang
diinginkan menggunakan persamaan berikut:

3. Setelah

sampel

tanah

0
1+0

= ml

dicampur

dengan

(5.5)

air

hingga

merata,

diamkan/peram sampel tanah tersebut selama 24 jam sebelum dilakukan


proses pemadatan.
6.5.2. Jalannya Praktikum
1. Padatkan sampel tanah seperti pada percobaan Compaction.
2. Lakukan penetrasi sampel pada kondisi Unsoaked.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

60

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
a. Timbang mould dan tanah, kemudian diletakan pada mesin CBR dan
berikan beban ring di atas permukaan sampel tanah. Piston diletakkan
di tengah-tengah beban ring sehingga menyentuh permukaan tanah.
b. Periksa dan set coading dan dial sehingga menjadi nol.
c. Lakukan penetrasi dengan penurunan konstan 0.05/menit.
d. Catat pembacaan dial pada penetrasi sebagai berikut: 0.025, 0.050,
0.075, 0.100, 0.125, 0.150, 0.175, 0.200, 0.250.
3. Lakukan penetrasi pada kondisi Soaked.
a. Setelah percobaan pada kondisi unsoaked, rendam sampel tanah tadi
96 jam untuk mengetahui nilai CBR pada kondisi swelling.
b. Lakukan pencatatan swelling pada jam pertama dan jam kedua sejak
mulai dimasukkan ke dalam bak air. Catat pembacaan selanjutnya
pada jam ke-24, 48, 72, dan 96 jam.
c. Setelah 96 jam, angkat mould dan tanah, kemudian lakukan
penetrasi seperti pada percobaan unsoaked namun permukaan yang
digunakan adalah yang sebaliknya.
d. Setelah selesai, keluarkan sampel tanah dan kemudian ambil sebagian
tanah di lapisan atas, sebagian tanah di lapisan tengah, dan sebagian
lagi tanah pada lapisan bawah untuk dihitung kadar airnya.
6.5.3. Perbandingan dengan ASTM
1. Menurut ASTM, pembacaan dial dilakukan pada jam pertama, kedua,
ketiga, hari ke-2, hari ke-3, dan hari ke-4. Sedangkan pada praktikum ini
hanya dilakukan pembacaan pada dua jam pertama berturut-turut dan
dilanjutkan hari ke-2, hari ke-3, dan hari ke-4.
2. Menurut ASTM pembacaan dial dilakukan hingga dial menunjukkan 0.3,
sedangkan pada praktikum ini dilakukan pembacaan dial hingga 0.25.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

61

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
6.6.

Pengolahan Data

6.6.1. Data Hasil Praktikum (terlampir)


6.6.2. Perhitungan
Menentukan Volume air yang ditambahkan
W0

=%

W1

=%

0
1+0

Membuat

Grafik

yang


1+

= ml

(5.5)

= ml

Menunjukkan

Penetrasi

Tanah

terhadap

Tegangan/Beban (terlampir)
Menentukan Nilai CBR pada penetrasi 0.1 dan 0.2 pada kondisi Unsoaked
dan Soaked
Penetrasi 0.1

Unsoaked

: CBR =

Soaked

: CBR =

100% = %
100% = %

Penetrasi 0.2

Unsoaked

: CBR =

Soaked

: CBR =

100% = %
100% = %

Penetration (inch)
0.1
0.2

Buku Praktikum Mekanika Tanah

CBR
Unsoaked
Soaked
...
...
...
...

62

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Membuat Grafik Tegangan Terhadap Penetrasi

Menghitung Nilai Swelling Test


=

dial (96 jam 2.54 0.001)


100%
tinggi mould

Hasil pengamatan dapat dirangkum seperti tabel di bawah ini:


t (waktu)
0 jam
1 jam
2 jam
3 jam
4 jam

Buku Praktikum Mekanika Tanah

Dial Reading

Swell (%)

63

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 7

PERMEABILITY
7.1.

Standar Acuan
ASTM D 2434 "Standard Test Method for Permeability of Granular Soils

(Constant Head)"
AASHTO T 215 "Standard Method of Test for Permeability of Granular Soil

(Constant Head)"
7.2.

Maksud dan Tujuan Percobaan


Mencari nilai permeabilitas k dari suatu sampel tanah.

7.3.

Alat-alat dan Bahan


a. Alat

Mould permeability

Gelas ukur

Penggaris

Jangka sorong

Stopwatch

Timbangan dengan ketelitian 0.1 gram

Alat Constant Head Test

b. Bahan

Tanah lolos saringan No. 4 ASTM sebanyak 3 kg

Pasir

Air

Buku Praktikum Mekanika Tanah

64

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

a
b

Gambar 7.1 Peralatan praktikum permeability: a) Alat constant head test; b) penggaris; c)

Mould Permeability; d) Jangka sorong; e) Hammer; f) Gelas ukur

7.4.

Teori dan Rumus yang Digunakan


Debit air yang mengalir q melalui tanah pada suatu cross-section areaA adalah
proporsional terhadap gradien i yaitu :

q
~i
A

q=kiA

(7.1)

Koefisien k disebut sebagai koefisien permeabilitas Darcy atau koefisien


permeabilitas

atau

permeabilitas

Buku Praktikum Mekanika Tanah

tanah.

Sehingga

dengan

begitu,

65

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
permeabilitas adalah properti tanah yang menunjukkan kemampuan tanah
untuk meloloskan air melalui partikel-partikelnya.
Permeabilitas dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang
berhubungan dengan seepage (rembesan) di bawah bendungan, disipasi air
akibat pembebanan tanah, dan drainase dari lapisan subgrade, bendungan,
atau timbunan. Selain itu tegangan efektif yang diperlukan dalam perhitungan
masalah-masalah di atas juga secara tidak langsung berkaitan dengan
permeabilitas.
Permeabilitas tergantung oleh beberapa faktor. Yang utama adalah sebagai
berikut :
1. Ukuran butiran. Secara proporsional, ukuran pori berhubungan dengan
ukuran partikel tanah
2. Properti aliran pori. Untuk air adalah viskositasnya, yang akan berubah
akibat dipengaruhi perubahan temperatur.
3. Void ratio
4. Bentuk dan susunan pori-pori tanah
5. Derajat saturasi. Kenaikan derajat saturasi pada tanah akan menyebabkan
kenaikan nilai permeabilitas.

Setidaknya ada empat metode di laboratorium untuk mencari nilai


permeabilitas tanah, yaitu metode Capillarity Head Test, korelasi data
konsolidasi untuk menghitung permeabilitas, Variable Head Test, dan
Constant Head Test. Constant Head umumnya lebih sering digunakan pada
tanah cohesionless daripada Variable Head karena instrumen yang lebih
sederhana.

Metode Constant Head Test


Metode ini hanya digunakan pada tanah dengan permeabilitas tinggi. Oleh
karena itu, pada percobaan yang akan dilakukan perlu ditambahkan pasir

Buku Praktikum Mekanika Tanah

66

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
untuk memodifikasi permeabilitas tanah lempung yang sangat kecil. Prinsip
pada percobaan ini dapat dilihat pada gambar.

Gambar 7.2 Susunan alat Constant Head Permeability Test

Penentuan nilai k dilakukan dengan cara mengukur penurunan tinggi muka air
selama periode waktu tertentu dan pada saat ini tegangan air menjadi tidak
tetap sehingga rumus Darcy dapat digunakan. Misalnya pada ketinggian air
(h), penurunan (dh) akan membutuhkan waktu (dt), maka koefisien
permeabilitas dapat diturunkan dari rumus Darcy sehingga menjadi:
q=kiA

h
L

qI
A h t

(7.2)

dengan:

= koefisien permeability

= luas sample tanah

Buku Praktikum Mekanika Tanah

67

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

= selang waktu

= tinggi sampel tanah

Apabila air yang melalui sampel tanah sedikit seperti pada sampel tanah
lempung murni dimana nilai k sangat kecil, maka metode ini tidak efektif lagi
digunakan untuk mengukur nilai k. Sehingga akan lebih baik menggunakan
cara yang kedua, yaitu metode Variable Head.
Metode Variable Head Test

Gambar 7.3 Susunan alat Variable Head Permeability Test

Buku Praktikum Mekanika Tanah

68

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Jumlah air yang mengalir pada standpipe dalam waktu tertentu adalah :

q av a

dh
dt

dengan :
a

= luas cross-sectionstandpipe

dh/dt = penurunan muka air


Sedangkan jumlah air yang merembes melalui tanah dalam waktu tertentu
pada permeameter adalah :

q A k

h
L

lalu dengan menyamakan jumlah air yang masuk = jumlah air yang keluar

qin qout

dh
h
A.k .
dt
L

dh 1 A k dt
h h h a L
0
0
h1

ln
k 2.3

h0 A k t

h1
aL
h
aL
log10 0
At
h1

(7.3)

dengan:

= luas cross-section standpipe

= panjang sampel di dalam permeameter

= luas cross-section permeameter

= jumlah waktu pada waktu pengukuran

h0, h1 = tinggi head (lihat gambar 7.2)

Buku Praktikum Mekanika Tanah

69

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Koefisien Permeabilitas pada suhu kamar (ToC) adalah KT sedangkan untuk
suhu standar (20oC) perlu dikonversi menjadi:

K20 = KT( T / 20 )

(7.4)

dimana:
T

= viskositas cairan pada temperatur TC.

20

= viskositas cairan pada temperatur 20C.

Perbandingan viskositas dapat dilihat pada gambar 7.3 di bawah ini (tabel
koreksi viskositas cairan).

Temperatur oC
Gambar 7.4

Grafik T /20 (data International Critical Tables, Vol. V)

Buku Praktikum Mekanika Tanah

70

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Menurut Tabel Koefisien Permeabilitas BS 8004: 1986, nilai-nilai permeabilitas


untuk berbagai jenis tanah pada suhu standar (20oC) adalah sebagai berikut:
Tabel 7.1 Koefisien permeabilitas (m/s) (BS 8004: 1986)
1

10-1

10-2

Pasir
Kerikil
bersih

10-3
bersih

10-4
dan

campuran pasir-kerikil

10-5

10-6

Pasir

sangat

lanau

dan

10-7

10-8

10-9

10-10

halus,

lempung-

lanau berlapis-lapis

Lempung tak bercelah dan


lempung

Lempung yang mengalami pengawetan dan

lanau

(>20%

lempung)

bercelah

Menurut Cassagrande pada tahun 1938, nilai-nilai permeability untuk berbagai


jenis tanah pada suhu standar (20oC) adalah sebagai berikut:
Tabel 7.2 Koefisien permeabilitas menurut Cassagrande

k (m/s)

Jenis Tanah

1x10-2 1

Kerikil
Pasir/campuran pasir-kerikil

1 x10-5 - 1x10-2

Pasir halus, lanau organik, campuran pasir, lanau, clay

1x10-9 - 1x10-5

Clay padat

1x10-11 1x10-9

Menurut Wesley pada suhu standar (20oC):


Tabel 7.3 Koefisien permeabilitas menurut Wesley
Jenis Tanah

k (m/s)

Pasir berlempung, pasir berlanau

5x10-5 - 1x10-4

Pasir halus

1x10-5 - 5x10-5

Pasir kelanauan

1x10-6 - 2x10-5

Lanau

1x10-7 - 5x10-6

Lempung

1x10-11 1x10-8

Buku Praktikum Mekanika Tanah

71

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
7.5.

Prosedur Praktikum

7.5.1. Persiapan
1. Siapkan tanah kering yang lolos saringan No. 4 ASTM sebanyak 3 kg,
dan pasir sebanyak 3 kg.
2. Siapkan mould permeability, kemudian catat data diameter, tinggi, serta
berat mould.
3. Campur tanah dengan pasir dengan perbandingan tertentu (tanah:pasir =
1:1 / 1:2 / 2:1) sehingga terdapat 3 sampel campuran tanah dan pasir,
kemudian aduk sampai rata.
4. Kemudian masukkan campuran tanah dan pasir untuk setiap masingmasing perbandingan tersebut ke dalam mould hingga padat dan
perhatikan filter pada bagian atas dan dasar mould agar harus selalu
terpasang.
5. Tutup mould dan letakkan pada alat permeability.
7.5.2. Jalannya Praktikum
1. Percobaan yang dilakukan adalah Constant Head Test, pertama-tama
alirkan air melalui selang, naik ke reservoir di atas kemudian masuk ke

mould permeability hingga seluruh tanah di dalam mould jenuh sempurna.


2. Keluarkan udara yang berada pada alat permeability hingga benar-benar
tidak ada lagi udara yang tersisa di dalam. Hal ini dapat dilakukan dengan
cara membuka sedikit baut untuk mengeluarkan gelembung udara.
3. Usahakan untuk menstabilkan tinggi air yang berada di reservoir dan jaga
agar tidak terjadi gelombang.
4. Ukur tinggi muka air dan reservoir ke mould (h).
5. Perhatikan air yang keluar dari mould hingga tidak terjadi perubahan
(konstan).
6. Setelah konstan, tampung air limpahan tersebut ke dalam gelas ukur
sambil dicatat waktu menggunakan stopwatch.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

72

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
7. Ukur volume yang tertampung selama waktu yang ditentukan tersebut
(V).
8. Ulangi percobaan tersebut untuk sampel 2 dan 3, kemudian lakukan
perhitungan nilai permeabilitas rata-rata dari ketiga sampel tersebut.
7.5.3. Perbandingan dengan ASTM
Percobaan yang dilakukan pada dasarnya menggunakan metode menurut cara
ASTM. Ada beberapa perbedaan percobaan yang dilakukan, dengan cara
ASTM D2434-65T, yaitu:

ASTM menggunakan a = 11.71 cm2 sedangkan percobaan yang dilakukan


menggunakan a = 0.2123716 cm2

ASTM menggunakan penurunan (dh) sebesar 1, 4, 7 serta 10 cm.

Suhu standar ASTM 20C, sedangkan suhu kamar di laboratorium tercatat


29C.

Pemadatan tanah tidak sama dengan cara ASTM. Selain itu standar yang
ditetapkan

ASTM

tidak

dapat

dipenuhi

karena

peralatan

dalam

laboratorium tidak memungkinkan. Misalnya, tidak tersedianya pipa yang


berdiameter sesuai standar ASTM, serta tidak adanya pengatur suhu
ruangan yang dapat membuat suhu kamar menjadi 20C.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

73

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
7.6.

Pengolahan Data

7.6.1. Data Hasil Praktikum


Dimensi Mold
Diameter (D) = ... mm = ... x 10-3 m
Sampel 1

: Wpasir = ... gr
Wtanah = ... gr
Tinggi sampel (L)= ... cm = ... x 10-2 m
Luas (A) = D x L = ... m2
Tinggi constant head (h) = ... cm = ... x 10-2 m
Volume air tertampung (V) = ... ml = ... x 10-6 m3 (dalam ... detik)

Sampel 2 : W pasir = ... gr


W tanah = ... gr
Tinggi sampel (L)= ... cm = ... x 10-2 m
Luas (A) = D x L = ... m2
Tinggi constant head (h) = ... cm = ... x 10-2 m
Volume air tertampung (V) = ... ml = ... x 10-6 m3 (dalam ... detik)
Sampel 3 : W pasir = ... gr
W tanah = ... gr
Tinggi sampel (L)= ... cm = ... x 10-2 m
Luas (A) = D x L = ... m2
Tinggi constant head (h) = ... cm = ... x 10-2 m
Volume air tertampung (V) = ... ml = ... x 10-6 m3 (dalam ... detik)

7.6.2. Perhitungan
Koefisien Permeabilitas pada suhu kamar ( 29oC )

K29 = ( V. L ) / ( A . h . t2 )
sehingga untuk suhu standar (20oC)

K20 = K29 (29 / 20)

Buku Praktikum Mekanika Tanah

; 29 / 20 =

74

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Keterangan:

V = volume air yang tertampung


L = tinggi sampel
A = luas sampel
h = tinggi konstan
t = waktu

Sampel 1
Tinggi (L)

=m

Beda Tinggi (h)

=m

Luas (A)

=DxL
=x
= m2

Volume air (V)

= m3 ( dalam detik )

K29 = ( V . L ) / ( A . h . t2 )
=(.)/(..

= m/s

K20 = K29 . ( 29 / 20 )
=.
= m/s
Sampel 2
Tinggi (L)

=m

Beda Tinggi (h)

=m

Luas (A)

= m2

Volume air (V)

= m3 ( dalam ... detik )

K29 = ( V . L ) / ( A . h . t2 )
= m/s

Buku Praktikum Mekanika Tanah

75

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

K20 = K29 . ( 29 / 20 )
=.
= m/s
Sampel 3
Tinggi (L)

=m

Beda Tinggi (h)

=m

Luas (A)

= m2

Volume air (V)

= m3 ( dalam ... detik )

K29 = ( V . L ) / ( A . h . t2 )
= m/s

K20 = K29 . ( 29 / 20 )
=.
= m/s
Nilai-nilai k yang didapat kemudian dirangkum pada sebuah tabel di bawah
ini:
No. Sampel

K29 (m/s)

K20 (m/s)

Buku Praktikum Mekanika Tanah

76

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

LAMPIRAN DATA PRAKTIKUM

Buku Praktikum Mekanika Tanah

77

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Buku Praktikum Mekanika Tanah

78

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Buku Praktikum Mekanika Tanah

79

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Buku Praktikum Mekanika Tanah

80

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Buku Praktikum Mekanika Tanah

81

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Buku Praktikum Mekanika Tanah

82

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Buku Praktikum Mekanika Tanah

83

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Buku Praktikum Mekanika Tanah

84

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Buku Praktikum Mekanika Tanah

85

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAGIAN 2

Buku Praktikum Mekanika Tanah

86

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 8

HAND BORING & SAMPLING


8.1.

Standar Acuan
ASTM D 1452 Standard Practice for Soil Investigation and Sampling by
Auger Borings
ASTM D 1587 Standard Practice for Thin-Walled Tube Sampling of Soils
for Geotechnical Purposes

8.2.

Maksud dan Tujuan Percobaan


Memeriksa karakteristik tanah secara visual mengenai warna, ukuran
butiran, dan jenis tanah. Selain itu, percobaan ini bertujuan untuk
mengambil sampel tanah undisturbed yang akan digunakan dalam
praktikum selanjutnya.

8.3.

8.4.

Alat-alat dan Bahan

Auger Iwan

2 buah batang dan 1 buah kepala pemutar

Batang pemegang

Kunci Inggris

Socket

Tabung 2 buah

Palu dan kepala pemukul

Beberapa kantong plastik

Lilin

Oli

Teori dan Rumus yang Digunakan


Dalam percobaan ini diambil sampel tanah terganggu (disturbed sample) dan
sampel tanah tidak terganggu (undisturbed sample).

Buku Praktikum Mekanika Tanah

87

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Disturbed sample adalah sampel tanah yang diambil tanpa ada usaha yang
dilakukan untuk melindungi struktur asli tanah tersebut. Undisturbed sample
adalah sampel tanah yang masih menunjukkan sifat asli tanah. Sampel tidak
terganggu ini secara ideal tidak mengalami perubahan struktur, kadar air, dan
susunan kimia. Sampel tanah yang benar-benar asli tidak mungkin diperoleh,
tetapi untuk pelaksanaan yang baik maka kerusakan contoh dapat dibatasi
sekecil mungkin.
Pengeboran Auger
Pengeboran auger merupakan salah satu metode yang sederhana dalam
melakukan investigasi tanah (soil investigation) dan pengambilan sampel
(sampling).

Pengeboran

dapat

dilakukan

hingga kedalaman

tertentu

tergantung dari kondisi muka air tanah, karakteristik tanah, serta peralatan
yang digunakan.
Pengeboran auger dapat dilakukan secara manual oleh tangan manusia (hand-

operated auger) dan dapat dilakukan secara mekanis oleh mesin (machineoperated auger). Pada praktikum ini, pengeboran dilakukan secara manual
menggunakan auger tipe Iwan (auger Iwan) yang merupakan bor terdiri dari
dua segmen plat baja (menyerupai tabung) dengan dua mata pisau di
ujungnya.

Gambar 8.1 Berbagai jenis auger untuk pengeboran

Buku Praktikum Mekanika Tanah

88

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Pengambilan Sampel Tanah Tidak Terganggu
Pengambilan sampel tanah tidak terganggu dapat dilakukan dengan
menggunakan tabung baja tipis (ASTM D 1587). Adapun syarat dari tabung
baja tipis ini yaitu memenuhi ketentuan inside clearance ratio. Gambar 8.2
menjelaskan jenis tabung yang digunakan dalam pengambilan sampel tidak
terganggu.

100% 1%

Gambar 8.2. Tabung untuk pengambilan sampel tidak terganggu

Boring Log
Boring log merupakan catatan hasil pengeboran yang digunakan sebagai
identifikasi jenis lapisan tanah. Adapun dalam boring log biasanya berisi
informasi antara lain:
-

Kedalaman lapisan tanah

Elevasi permukaan titik bor, elevasi lapisan tanah, dan elevasi muka air
tanah.

Simbol jenis tanah secara grafis

Deskripsi tanah: jenis tanah, warna, konsistensi/kepadatan

Posisi dan kedalaman pengambilan contoh. Juga disebutkan kondisi


contoh terganggu atau tidak terganggu.

Informasi umum seperti nama proyek, lokasi, tanggal, dan nama


penanggung jawab pekerjaan pengeboran.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

89

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Table 8.1. Simbol beberapa jenis tanah untuk boring log
SIMBOL

JENIS TANAH

JENIS TANAH

Lempung

Lanau kelempungan

Lanau

Lanau kepasiran

Pasir

Pasir kelempungan

Material Timbunan

Pasir kelanauan

Lempung Kelanauan

Bongkahan

Lempung Kepasiran

Gambut

(Clay)

(Silt)

(Sand)

(Fill material)

(Silty-clay)

(Sandy-clay)

8.5.

SIMBOL

(Clayey-silt)

(Sandy-silt)

(Clayey-sand)

(Silty-sand)

(Boulders)

(Peat)

Prosedur Praktikum

8.5.1. Persiapan
1. Siapkan alat-alat praktikum.
2. Tentukan titik pengeboran dan bersihkan permukaan tanah dari rumput
dan batuan.
8.5.2. Jalannya Praktikum
1. Pasang auger Iwan pada batang bor dan diletakkan di titik bor.
2. Putar bor searah jarum jam sambil dibebani. Batang bor diusahakan agar
tetap tegak lurus.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

90

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 8.3 Proses pembuatan lubang menggunakan auger

3. Masukkan auger Iwan sampai kedalaman 30 cm, lalu ambil contoh tanah
terganggu dan masukkan dalam kantong plastik.
4. Pada kedalaman 1 m, ganti auger Iwan dengan socket dan tabung, lalu
pasang kepala pemukul dan dipukul dengan palu. Pemukulan dengan
pemberat (palu) harus dilakukan dengan memperhatikan keselamatan.

Gambar 8.4 Proses pemukulan tabung sampling

5. Setelah tabung penuh, angkat tabung, lepas dari socket-nya, dan


kemudian tutup/isolasi kedua permukaan tabung dengan lilin. Sampel
tanah yang didapat adalah sampel tanah tak terganggu.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

91

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
6. Pasang kembali auger Iwan lalu teruskan pengeboran sampai kedalaman
2 m.
7. Setelah sampai kedalaman 2 m, ganti kembali auger Iwan dengan tabung
dan socket untuk mengambil sampel tanah tidak terganggu yang kedua.
8.6.

Pengolahan Data
Dari sampel tanah yang diambil, dapat dibuat boring log yang berisi jenis
tanah, warna, dan juga uraian secara visual. Berikut merupakan contoh boring
log.

Gambar 8.5. Contoh Boring Log

Buku Praktikum Mekanika Tanah

92

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 9

CONE PENETRATION TEST (SONDIR)


9.1.

Standar Acuan
ASTM D 3441 Standard Test Method for Mechanical Cone Penetration Tests

of Soil
SNI 2827:2008 Cara uji penetrasi lapangan dengan alat sondir
9.2.

Maksud dan Tujuan Percobaan


Untuk mengetahui tahanan konus (end bearing) dan hambatan lekat (skin

friction) tanah pada kedalaman tertentu.


Pengujian ini merupakan pengujian lapangan yang hasilnya digunakan dalam
menghitung daya dukung tanah ketika akan dilakukan pekerjaan tanah dan
juga pekerjaan pondasi untuk struktur bangunan.
9.3.

9.4.

Alat-alat dan Bahan

Alat Sondir (Hydraulic Dutch Penetrometer)

Manometer 2 buah, berkapasitas 0 60 kg/cm2 dan 0 250 kg/cm2

Pipa sondir lengkap dengan pipa dalamnya

Biconus standar dengan luas konus 10 cm2 dan luas mantel 150 cm2

Angkur 2 buah lengkap dengan penguncinya

Besi kanal 4 buah

Kunci Inggris

Oli, kuas, lap, dan castrolie

Teori dan Rumus yang Digunakan


Uji sondir merupakan salah satu pengujian lapangan dimana dilakukan
penetrasi batang serta konus yang bertujuan untuk mengetahui daya dukung
tanah pada setiap lapisan, yaitu berupa tahanan ujung (end bearing) dan juga

Buku Praktikum Mekanika Tanah

93

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
tahanan gesek (skin friction). Selain itu, pengujian ini juga dilakukan untuk
mengetahui kedalaman tanah keras.
Pengujian sondir dilakukan dengan melakukan penetrasi alat sondir, yang
terdiri dari batang silindris dengan ujung berupa konus. Biasanya konus yang
digunakan adalah biconus, yang dilengkapi dengan selimut untuk mengukur
hambatan lekat tanah. Gambar 9.1 merupakan alat sondir berdasarkan SNI
2827:2008.

Gambar 9.1 Rincian konus ganda (biconus) tipe Begemann. Posisi tertekan (kiri); posisi
terbentang (kanan)

Dalam melakukan penetrasi alat sondir, diperlukan suatu rangkaian alat


pembeban hidrolik yang dipasang pada titik lokasi pengujian. Alat pembeban
ini harus dijepit oleh dua batang penjepit yang diangkur pada tanah agar tidak
bergerak ketika dilakukan pengujian. Selain itu terdapat dua buah manometer
yang digunakan untuk membaca tekanan hidrolik yang terjadi ketika dilakukan

Buku Praktikum Mekanika Tanah

94

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
penetrasi batang dalam, pipa dorong, dan konus. Gambar 9.2 menunjukkan
rangkaian alat yang digunakan dalam penetrasi konus pada praktikum ini.

Gambar 9.2 Rangkaian alat penetrasi konus (sondir Belanda)

Hasil dari pengujian sondir ini adalah tahanan ujung yang diambil sebagai gaya
penetrasi per satuan luas penampang ujung sondir, atau qc dan tahanan
ujung total, atau qt. Pengujian sondir ini dilakukan hingga mencapai tanah
keras atau hingga mencapai kemampuan maksimum alat, yaitu tekanan qc =
250 kg/cm2. Berikut merupakan proses kerja bikonus pada saat dilakukan
penetrasi alat sondir.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

95

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 9.3 Mekanisme kerja bikonus pada saat dilakukan penetrasi alat sondir

Setelah didapatkan data tahanan qc dan qt, dilakukan perhitungan nilai friksi
yang terjadi pada selimut bikonus (fs), hambatan pelekat (HP), jumlah
hambatan pelekat (JHP), serta Friction Ratio (FR). Berikut rumus yang
digunakan dalam perhitungan:
= +

()+()

(9.1)

dengan memasukkan nilai - nilai Fm, Ft, dan Fc akan didapat:

1010

Buku Praktikum Mekanika Tanah

150

15

(9.2)

96

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
dimana:

Ft

= Fc = luas penampang bikonus (10 cm2)

qt

= tekanan tanah total yang terbaca pada manometer akibat tekanan


konus dan friksi (kg/cm2)

qc

= tekanan konus yang terbaca pada manometer (kg/cm2)

Fm

= luas mantel bikonus (150 cm2)

Hambatan Pelekat (HP):


=

(9.3)

dimana:

l = panjang lekatan = 20 cm (sondir ditekan tiap 20 cm)


Jumlah Hambatan Pelekat (JHP):
=

(9.4)

Sedangkan nilai rasio gesekan (Friction Ratio) diperoleh berdasarkan


persamaan berikut:

100%

(9.5)

Setelah dilakukan perhitungan fs, HP, JHP, dan FR, dibuat grafik terhadap
kedalaman yang menunjukkan stratifikasi dari lapisan tanah di lokasi tersebut.
Nilai tahanan konus serta nilai rasio friksi dapat dikorelasikan terhadap jenis
tanah serta prilakunya. Gambar berikut menunjukkan korelasi hasil uji CPT
terhadap prilaku tanah oleh Robertson (1986).

Buku Praktikum Mekanika Tanah

97

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 9.4 Korelasi hasil uji CPT dengan jenis tanah

9.5.

Prosedur Praktikum

9.5.1. Persiapan
1. Buat lubang bujur sangkar dengan ukuran 30 cm sisinya dengan
kedalaman 20 cm atau sampai kedalaman dimana tidak dijumpai lagi
lapisan yang mengandung akar tanaman.
2. Pasang angkur pada dua sisi dimana alat sondir akan ditempatkan.

Gambar 9.1 Proses pemasangan angkur

3. Letakkan mesin sondir lalu pasang baja kanal sebagai penahan agar alat
tidak terangkat atau goyang.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

98

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
4. Set kedua manometer menjadi nol.
5. Periksa konus, pipa sondir dan pipa dalamnya serta olesi oli agar lancar.
9.5.2. Jalannya Praktikum
1. Hubungkan Konus dengan rangkaian pipa dan pipa dalamnya lalu pasang
pada alat sondir.

Gambar 9.2 Proses penetrasi alat sondir

2. Putar alat sondir secara manual sehingga menekan rangkaian konus dan
pipa menembus tanah sampai kedalaman 20 cm.
3. Kunci alat dan lakukan pembacaan pada manometer sambil diputar searah
jarum jam dengan kecepatan penetrasi konus antara 1 cm/s sampai 2
cm/s. Selama penekanan batang pipa dorong tidak boleh ikut turun,
karena akan mengacaukan pembacaan.
4. Bila pembacaan sudah mencapai nilai yang lebih besar dari 50 kg/cm2,
pembacaan dilakukan pada manometer besar dengan cara mengunci
manometer kecil dan membuka manometer besar, kemudian dilakukan
pembacaan kembali.
5. Pembacaan dihentikan bila nilai qc telah mencapai harga 250 kg/cm2.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

99

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
9.6.

Pengolahan Data
Contoh perhitungan data :

Untuk h = 40 cm; qc = 15 kg/cm2; qt = 21 kg/cm2


=

15

2115
15

/2 = 0,4 /2

= = 20 0,4 = 8 /2
= 0 + 8 = 8 /2

0,4

= () 100% = ( 15 ) 100% = 2,67%

Untuk h = 60 cm; qc = 19 kg/cm2; qt = 31 kg/cm2


=

15

3119
15

/2 = 0,8 /2

= = 20 0,8 = 16 /2
= 8 + 16 = 24 /2

0,8

= () 100% = ( 19 ) 100% = 4,21%


Setelah itu dibuat tabulasi perhitungan nilai fs, HP, JHP, dan FR, disertai
dengan grafik qc terhadap kedalaman, grafik fs terhadap kedalaman, dan
grafik FR terhadap kedalaman. Hasil akhir dari percobaan ini adalah stratifikasi
tanah berdasarkan nilai qc, fs, HP, JHP, dan FR pada lokasi dilakukan
pengujian sondir. Berikut merupakan contoh pengolahan data sondir.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

100

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Project
Location
Sondir
Date of Testing
Diameter of Cone

:
:
:
:
:

Area of Cone
Ground Water
Level
Elevation

PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH


KAMPUS UI, DEPOK
S1
9/15/2006
3,55 cm
150

:
:

Kedalaman
(m)

qc
(kg/cm2)

qt
(kg/cm2)

0,00
-0,20
-0,40
-0,60
-0,80
-1,00
-1,20
-1,40
-1,60
-1,80
-2,00
-2,20
-2,40
-2,60
-2,80
-3,00
-3,20
-3,40
-3,60
-3,80
-4,00
-4,20
-4,40
-4,60
-4,80
-5,00
-5,20
-5,40
-5,60
-5,80
-6,00

0
0
15
19
19
17
18
17
18
18
20
16
18
16
15
14
16
18
20
20
20
23
24
24
29
27
28
28
28
20
20

0
0
21
31
34
24
23
24
24
27
29
28
28
23
32
32
34
33
35
36
38
38
44
37
44
38
35
37
34
34
35

Buku Praktikum Mekanika Tanah

0,000

cm2
m
m

Pembacaan
fs
HP
(kg/cm2)
(kg/cm2)
0,00
0,00
0,40
0,80
1,00
0,47
0,33
0,47
0,40
0,60
0,60
0,80
0,67
0,47
1,13
1,20
1,20
1,00
1,00
1,07
1,20
1,00
1,33
0,87
1,00
0,73
0,47
0,60
0,40
0,93
1,00

0,00
0,00
8,00
16,00
20,00
9,33
6,67
9,33
8,00
12,00
12,00
16,00
13,33
9,33
22,67
24,00
24,00
20,00
20,00
21,33
24,00
20,00
26,67
17,33
20,00
14,67
9,33
12,00
8,00
18,67
20,00

JHP
(kg/cm)

FR
(%)

0,00
0,00
8,00
24,00
44,00
53,33
60,00
69,33
77,33
89,33
101,33
117,33
130,67
140,00
162,67
186,67
210,67
230,67
250,67
272,00
296,00
316,00
342,67
360,00
380,00
394,67
404,00
416,00
424,00
442,67
462,67

0,00
0,00
2,67
4,21
5,26
2,75
1,85
2,75
2,22
3,33
3,00
5,00
3,70
2,92
7,56
8,57
7,50
5,56
5,00
5,33
6,00
4,35
5,56
3,61
3,45
2,72
1,67
2,14
1,43
4,67
5,00

101

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
-6,20
-6,40
-6,60
-6,80
-7,00
-7,20
-7,40
-7,60
-7,80
-8,00
-8,20
-8,40
-8,60
-8,80
-9,00
-9,20
-9,40
-9,60
-9,80
-10,00
-10,20
-10,40
-10,60
-10,80
-11,00
-11,20
-11,40
-11,60
-11,80
-12,00

18
16
15
15
12
12
12
10
10
15
18
12
26
18
18
25
39
58
21
35
30
30
60
100
75
65
130
145
95
150

24
20
18
17
16
16
17
12
13
18
26
22
29
25
28
37
59
66
50
45
46
46
68
120
90
70
145
155
105

Buku Praktikum Mekanika Tanah

0,40
0,27
0,20
0,13
0,27
0,27
0,33
0,13
0,20
0,20
0,53
0,67
0,20
0,47
0,67
0,80
1,33
0,53
1,93
0,67
1,07
1,07
0,53
1,33
1,00
0,33
1,00
0,67
0,67

8,00
5,33
4,00
2,67
5,33
5,33
6,67
2,67
4,00
4,00
10,67
13,33
4,00
9,33
13,33
16,00
26,67
10,67
38,67
13,33
21,33
21,33
10,67
26,67
20,00
6,67
20,00
13,33
13,33

470,67
476,00
480,00
482,67
488,00
493,33
500,00
502,67
506,67
510,67
521,33
534,67
538,67
548,00
561,33
577,33
604,00
614,67
653,33
666,67
688,00
709,33
720,00
746,67
766,67
773,33
793,33
806,67
820,00

2,22
1,67
1,33
0,89
2,22
2,22
2,78
1,33
2,00
1,33
2,96
5,56
0,77
2,59
3,70
3,20
3,42
0,92
9,21
1,90
3,56
3,56
0,89
1,33
1,33
0,51
0,77
0,46
0,70

102

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 9.3 Contoh grafik pengolahan data sondir. Grafik qc dan JHP terhadap kedalaman
(kiri); grafik fs terhadap kedalaman (tengah); grafik FR terhadap kedalaman (kanan)

Buku Praktikum Mekanika Tanah

103

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 10

TRIAXIAL UU (UNCONSOLIDATED-UNDRAINED) TEST


10.1.

Standar Acuan
ASTM D 2850 Standard Test Method for Unconsolidated-Undrained Triaxial

Compression Test on Cohesive Soils


SNI 03-4813-1998 Rev. 2004 Cara uji triaksial untuk tanah kohesif dalam
keadaan tidak terkonsolidasi dan tidak terdrainase (UU)
10.2.

Maksud dan Tujuan Percobaan


Untuk mengetahui parameter kuat geser tak terdrainasi suatu tanah
(undrained shear strength), yaitu berupa sudut geser tanah () dan nilai
kohesi (c).

10.3.

Alat-alat dan Bahan


a. Alat

Unit mesin Triaxial Test

Alat untuk memasang membran karet pada tanah uji

Pompa penghisap

Membran karet untuk membungkus tanah uji

Kertas tissue

Cetakan contoh tanah uji

Jangka sorong dengan ketelitian 0,01 mm

Extruder

Spatula

Timbangan dengan ketelitian 0,01 gr

Can

Oven

Buku Praktikum Mekanika Tanah

104

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
b. Bahan

10.4.

Sampel tanah undisturbed (sampel tanah tak terganggu)

Teori dan Rumus yang Digunakan


Salah satu tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan parameter kuat
geser tanah. Parameter ini didefinisikan dengan persamaan umum Coulomb:
= +

(10.1)

Dimana:

= kuat geser (kPa, ksf, psi, dll)

= kohesi tanah atau adhesi antarpartikel (kPa, ksf, dll)

= tegangan normal (kPa, ksf, dll)

= sudut geser dalam ()

Persamaan 10.1 merupakan parameter kuat geser pada kondisi tegangan total
(total stress). Tanah yang diberikan penambahan beban akan mengalami
kenaikan tegangan air pori, u. Apabila kenaikan tegangan air pori ini
dihilangkan, maka didapatkan persamaan kuat geser tanah pada kondisi
tegangan efektif (effective stress), seperti persamaan 10.2 berikut.
= + ( )

(10.2)

Nilai tegangan efektif merupakan parameter kuat geser tanah yang


sebenarnya.
Ada tiga macam Triaxial Test:
1. Unconsolidated Undrained Test (UU)
Pada percobaan ini air tidak diperbolehkan mengalir dari sampel tanah.
Tegangan air pori biasanya tidak diukur pada percobaan semacam ini.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

105

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Dengan demikian hanya kekuatan geser UNDRAINED (Undrained Shear

Strength) yang dapat ditentukan.


2. Consolidated Undrained Test (CU)
Pada percobaan ini sampel tanah diberikan tegangan normal dan air
diperbolehkan mengalir dari sampel. Tegangan normal ini bekerja sampai
konsolidasi selesai, yaitu sampai tidak terjadi lagi perubahan pada isi
sampel tanah. Kemudian jalan air dari sampel ditutup dan sampel
diberikan tegangan geser secara undrained (tertutup). Tegangan normal
masih tetap bekerja, biasanya tegangan air pori diukur selama tegangan
geser diberikan.
3. Drained Test (CD)
Pada percobaan ini sampel tanah diberi tegangan normal dan air
diperbolehkan mengalir sampai konsolidasi selesai. Kemudian tegangan
geser diberikan dengan kata lain pergeseran dilakukan secara drained
(terbuka). Untuk menjaga tekanan air pori tetap nol, maka kecepatan
percobaan harus lambat (dalam hal ini juga tergantung koefisien
permeabilitas).
Pada percobaan, yang akan dilakukan adalah Unconsolidated-Undrained (UU).
Rumus-rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

+
=

(10.3)

Buku Praktikum Mekanika Tanah

106

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
dimana:
1

= Tegangan vertikal yang diberikan

= Tegangan horizontal

= Kalibrasi dari proving ring

A0

= Luas sampel tanah awal

= Perubahan panjang sampel awal

L0

= Panjang sampel tanah awal

= Pembacaan proving ring maksimum

Dengan Diagram Mohr, hubungan sudut geser tanah, tegangan, dan gaya
geser dapat digambarkan:

( + )

( )

2
2

( + )
2

cos 2

(10.4)

sin 2

Gambar 9.1 Diagram mohr untuk mencari nilai kohesi (c) dan sudut geser ().

Buku Praktikum Mekanika Tanah

107

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Dari percobaan Triaxial ini diketahui tiga jenis keruntuhan dari tanah uji, sbb:
1. General Shear Failure
Penambahan beban pada pondasi diikuti oleh penurunan pondasi tersebut.
Pada pembebanan mencapai qu maka terjadi keruntuhan tiba-tiba yang
diikuti oleh perluasan keruntuhan permukaan sampai ke bawah
permukaan.

Gambar 9.2 Grafik hubungan q vs settlement, terlihat puncak yang jelas

2. Local Shear Failure


Pada keadaan lain jika pondasi masih dapat memikul beban setelah
tercapai qu, walaupun terjadi penurunan permukaan tiba-tiba. Pada grafik
hubungan q vs settlement tidak terlihat puncak yang jelas.

Gambar 9.3 Grafik hubungan q vs settlement, tidak terlihat puncak yang jelas

Buku Praktikum Mekanika Tanah

108

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
3. Punching Shear Failure
Pada pondasi yang didukung oleh tanah yang agak lepas setelah
tercapainya qu, maka grafik hubungan q vs settlement bisa digambarkan
mendekati linear.

Gambar 9.4 Grafik hubungan q vs settlement, mendekati linear

10.5.

Prosedur Praktikum

10.5.1. Persiapan
1. Keluarkan sampel tanah undisturbed dari tabung dan masukkan ke dalam
cetakan silinder uji (dengan menggunakan extruder mekanis) dan potong
dengan gergaji kawat.

Gambar 9.5 Proses pencetakan sampel uji undisturbed

Buku Praktikum Mekanika Tanah

109

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
2. Ratakan kedua ujung sampel tanah di dalam silinder uji dengan
menggunakan spatula. Kemudian keluarkan sampel uji dari silinder uji
dengan extruder manual.

Gambar 9.6 Proses pengeluaran sampel uji dari silinder uji (kiri) dan sampel uji yang
telah jadi (kanan)

3. Ukur dimensi sampel tanah (L = 2-3 D ).


4. Timbang berat awal sampel tanah tersebut.
10.5.2. Jalannya Praktikum
1. Pasang membran karet pada sampel dengan menggunakan alat
pemasang:

Pasang membran karet pada dinding alat tersebut.

Hisap udara yang ada di antara membran dan dinding alat dengan
pompa hisap.

Masukkan sampel tanah ke dalam alat pemasang tersebut.

Lepaskan sampel tanah dari alat tersebut sehingga sampel terbungkus


membran.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

110

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 9.7 Sampel uji yang telah terpasang membran karet

2. Masukkan sampel tanah ke dalam sel Triaxial, dan tutup dengan rapat.

Gambar 9.8 Proses pemasangan sampel uji ke alat triaksial

3. Pasang sel triaksial pada unit mesin Triaxial.


4. Atur kecepatan penurunan 1% dari ketinggian sampel.
5. Isi sel Triaxial dengan gliserin sampai penuh dengan memberi tekanan
pada tabung tersebut. Pada saat gliserin hampir memenuhi tabung,
keluarkan udara yang ada di dalam tabung agar gliserin dapat memenuhi
sel. Fungsi gliserin ini adalah untuk menjaga tegangan 3 dapat merata ke
seluruh permukaan sel dan besarnya dapat dibaca pada manometer.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

111

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Untuk percobaan ini diberikan harga:

3 = 0.40 kg/cm2

3 = 0.80 kg/cm2

3 = 1.20 kg/cm2

dengan kedalaman sampel tanah = 1,0 s/d 1,5 meter.

Gambar 9.9 Proses pengisian sel triaksial dengan gliserin/air

6. Lakukan penekanan pada sampel tanah dari atas (vertikal).


7. Lakukan pembacaan Load Dial setiap penurunan dial bertambah 0.02 inch
atau 0.025 mm.
8. Setelah selesai, masukkan sampel uji ke oven untuk mencari kadar air.
10.6. Pengolahan Data
10.6.1. Data Hasil Praktikum (terlampir)
10.6.2. Perhitungan (contoh)
Sampel No.1 dengan kedalaman asal tanah 1.0 m 1.5 m :
Data :
31 = 0.4 kg/cm2
Tinggi sampel (L0)= 7.23 cm
Diameter sampel (D) = 3.55 cm

Buku Praktikum Mekanika Tanah

112

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
A0 = ..D2 = 9.89 cm2
LRC = 0.15 kg/cm2 (contoh)
Contoh perhitungan :

Pembacaan dial deformasi 0.025 mm

Pembacaan dial pembebanan (M) = 21

Unit strain () = L/L0 = (0.025)/(7.23) = 0.0034602

Area correction factor = (1- ) = 1-( 0.0034602) = 0.9965398 cm2

Correct area :
=

0
9,89
=
= 9,9273131 2
1 0,9965398

Dari diagram Mohr didapat :


1 = (1-3) + 3
1 = + 3
Diambil harga yang maksimum M = 85.00 ; diperoleh c = 32,87, dan =
31,51o maka :
= 45 +

31,51
= 45 +
= 60,76
2
2

Mencari n dan n :
=

1 +3

1,649 +0,40

1 3
2

cos 2

1,6490,40
2

cos(121,52)

= 0,6810 /2
=

13

1,6490,4

2
2

sin 2
sin(121,52)

= 0,5324 /2

Buku Praktikum Mekanika Tanah

113

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Contoh perhitungan data triaxial (tabulasi dan grafik)

Gambar 9.10 Data tiap sampel triaxial

Buku Praktikum Mekanika Tanah

114

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 9.11 Pengolahan data sampel triaxial No.1

Buku Praktikum Mekanika Tanah

115

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 9.12 Pengolahan data sampel triaxial No.2

Buku Praktikum Mekanika Tanah

116

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Buku Praktikum Mekanika Tanah

117

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 9.13 Pengolahan data sampel triaxial No.3

Buku Praktikum Mekanika Tanah

118

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 9.14 Grafik keruntuhan dan Grafik Mohr dari uji Triaxial

Buku Praktikum Mekanika Tanah

119

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 11

CONSOLIDATION TEST
11.1. Standar Acuan
ASTM D 2435 Standard Test Method for One-Dimensional Consolidation

Properties of Soils
SNI 03-2812-1992 Metode pengujian konsolidasi tanah satu dimensi
11.2.

Maksud dan Tujuan Percobaan

Menentukan koefisien pemampatan / Compression Index (CC).

Mencari tegangan Pre-Consolidated (PC), untuk mengetahui kondisi tanah


dalam keadaan Normally Consolidated atau Over Consolidated .

Menentukan koefisien konsolidasi (CV), yang menjelaskan tingkat kompresi


primer tanah.

Menentukan koefisien tekanan sekunder (C) yang menjelaskan koefisien


rangkak (creep) dari suatu tanah.

11.3.

Alat-alat dan Bahan


a. Alat

Consolidation loading device

Consolidation cell

Ring Konsolidasi

Beban (1; 2; 4; 8; 16; 32 kg)

Jangka sorong dengan ketelitian 0,01 mm

Gergaji kawat dan spatula

Vaseline, kertas pori, dan batu Porous,

Oven pengering

Dial dengan akurasi 0,002 mm

Stopwatch

Extruder

Timbangan dengan ketelitian 0,01 gr

Buku Praktikum Mekanika Tanah

120

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Can

b. Bahan

Sampel tanah undisturbed dari tabung

Gambar 11.1 Alat konsolidasi

11.4.

Teori dan Rumus yang Digunakan


Konsolidasi adalah peristiwa penyusutan volume secara perlahan-lahan pada
tanah jenuh sempurna dengan permeabilitas rendah akibat pengaliran
sebagian air pori. Proses tersebut berlangsung terus sampai kelebihan tekanan
air pori yang disebabkan oleh kenaikan tegangan total telah benar-benar
hilang.
Penurunan konsolidasi adalah perpindahan vertikal permukaan tanah
sehubungan dengan perubahan volume pada suatu tingkat dalam proses
konsolidasi. Perkembangan konsolidasi di lapangan dapat diketahui dengan

Buku Praktikum Mekanika Tanah

121

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
menggunakan alat piezometer yang dapat mencatat perubahan air pori
terhadap waktu.
Waktu proses konsolidasi bergantung pada beberapa faktor berikut:
-

Derajat kejenuhan

Koefisien permeabilitas tanah

Viskositas dan kompresibilitas dari rongga cairan

Panjang dari jalur drainase

Terjadi tiga tahapan yang berbeda dalam proses konsolidasi:


o

Tahap I : Terjadi pemampatan awal yang terjadi akibat dari pembebanan


awal.

Tahap II : Terjadi konsolidasi primer, yaitu saat dimana tekanan air pori
secara perlahan dipindahkan kedalam tegangan efektif, yang
merupakan akibat dari keluarnya air dari pori-pori tanah.

Tahap III: Terjadi Konsolidasi sekunder, yaitu disaat tekanan air pori telah
hilang seluruhnya. Pemampatan yang terjadi pada masa ini
disebabkan oleh terjadinya penyesuaian plastis dari partikelpartikel tanah.

Sementara itu, penurunan segera atau yang dapat disebut immediate

settlement, merupakan akibat dari deformasi elastis yang terjadi pada tanah
kering, basah dan jenuh air tanpa adanya perubahan kadar air.
11.5.

Prosedur Praktikum

11.5.1. Persiapan
1. Berikan ring konsolidometer dan olesi vaseline diseluruh permukaan
bagian dalam, kemudian ukur dimensi (D dan h0) dan massa-nya (Wring)
dengan jangka sorong dan timbangan.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

122

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 11.2 Pengolesan vaseline ke silinder ring (kiri), pengukuran diameter ring
konsolidasi (kanan), dan pengukuran tinggi ring konsolidasi (bawah)

2. Keluarkan sampel tanah dengan menggunakan extruder dan masukkan ke


dalam ring dan ratakan permukaannya dengan spatula. Kemudian timbang
beratnya (Ww0).

Gambar 11.3 Tanah dikeluarkan dari tabung dengan extruder (kiri), proses perataan
permukaan ring (kanan).

Buku Praktikum Mekanika Tanah

123

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
11.5.2. Jalannya Praktikum
1. Susun modul ke dalam sel konsolidasi dengan urutan dari bawah :

Batu pourous

Kertas pori

Sampel tanah dalam ring

Kertas pori

Batu porous

Silinder tembaga yang berfungsi meratakan beban

Penahan dengan 3 mur

Gambar 11.4 Kertas pori dan batu porous (kiri) dan sample tanah dalam ring konsolidasi
(kanan)

Gambar 11.5 Silinder tembaga (kiri) dan 3 mur penahan (kanan)

Buku Praktikum Mekanika Tanah

124

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
2. Berikan air sampai permukaan silinder tembaga tergenang, kemudian set
dial menjadi nol sebelum beban ditambahkan; sedangkan lengan beban
masih ditahan baut penyeimbang.

Gambar 11.6 Pemberian air hingga permukaan silinder tembaga terendam (kiri) dan
pengesetan dial (kanan)

3. Berikan pembebanan konstan sebesar 1 kg dengan interval waktu 0, 6,


15, 30, 60, 120, 240, 480, dan 24 jam. Dan catat masing-masing
pembacaan pada dial.
4. Ulangi percobaan untuk pembebanan 2; 4; 8; 16 dan 32 kg dengan
interval waktu 24 jam. Dan catat masing-masing pembacaan pada dial.
5. Lakukan proses unloading yaitu menurunkan beban secara bertahap dari
32; 16; 8; 4; 2; dan 1 kg. Catat nilai unloading sebelum beban diturunkan.

Gambar 11.7 Proses loading (kiri) dan pembacaan dial untuk setiap waktu (kanan)

Buku Praktikum Mekanika Tanah

125

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
6. Keluarkan tanah dari sel konsolidometer dan ring berikut sampel tanah
kemudian timbang dan masukkan ke dalam oven untuk mendapatkan
berat kering sampel (Wd) sehingga dapat ditentukan kadar airnya.

11.6. Pengolahan Data


11.6.1. Data Hasil Praktikum (terlampir)
11.6.2. Perhitungan
a. Menentukan harga t90
t

t (menit)

Menurut Taylor
Nilai t x yang didapatkan
kemudian dikuadratkan untuk
mendapatkan nilai t90
x
1.15x

Penurunan (cm)
Gambar 11.8 Grafik penurunan vs akar waktu penurunan, untuk menentukan t90

Langkah-langkah dalam menentukan t90 ialah:


1. Buat grafik penurunan vs akar waktu penurunan.
2. Tarik garis singgung pada kurva di daerah penurunan awal dan cari
titik potong dengan sumbu akar waktu sebesar 1,15 kali absis titik
potong pertama tadi untuk dihubungkan dengan titik potong antara
perpanjangan garis terakhir dengan kurva itulah yang dinamakan t90.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

126

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
b. Menentukan Koefisien Konsolidasi (CV)
Rumus yang digunakan adalah :

Kondisi
Awal

0,848H 2
Cv
t90

(11.1)

1
H
H half averageload height H ring

2
2

H
Susut

c. Menentukan tegangan pre-consolidation (PC)


Pressure (kg/cm2) dlm log

Pc
Grs 2

Grs 1
0

Grs 3

1
Grs 5

2
16

32

e2
e1

Grs 4
Void Ratio, e
Gambar 11.9 Grafik angka pori vs tegangan, untuk mencari tegangan PC

Langkah pengerjaan:
1. Sketsa grafik angka pori vs tegangan
2. Buat garis dari titik 0 ke titik 32 (grs 1).
3. Buat garis sejajar thd garis 1 dan bersinggungan dgn titik lengkung
(grs 2).
4. Buat garis horisontal thd titik p (grs 3).
5. Tarik garis melalui titik 16 dan 32 (grs 4).

Buku Praktikum Mekanika Tanah

127

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
6. Buat garis yang membagi sudut antara garis 2 dan 3 sama besar
(1=2) (grs 5).
7. Titik perpotongan garis 4 dgn garis 5 kita tarik lurus ke atas dan
didapatkan nilai Pc.
d. Menentukan harga Compression Index (CC)
Rumus yang digunakan adalah :
e2 e1
log p1 log p2

Cc

keterangan :
e1 , e2 angka pori dari grafik pressure vs void ratio

(11.2)

diambil titik 16 dan 32 utk memudahkan perhitungan


p1 , p2 tekanan (kg / cm 2 )

e. Untuk mencari harga Recompression Index (CR) :


Rumus sama dengan CC namun, nilai e0 dan ec diambil pada titik 0 dan
2.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

128

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Data Percobaan Awal :
1.

Diameter ring (D)

............................

cm

2.

Luas ring (A)

............................

cm2

3.

Tinggi ring (Ht)

............................

cm

4.

Tinggi sampel (Hi)

............................

cm

5.

Harga Spesivic Gravity (Gs)

............................

6.

Berat (tanah + ring) awal

............................

gr

7.

Berat ring

............................

gr

8.

Berat tanah basah (Wt)

(6) (7)

gr

9.

Kadar air awal (Wi)

Berat air
100%
Berat tan ah ker ing

10.

Berat kering tanah (Ws)

............................

gr

11.

Berat tanah kering oven (Ws)

............................

gr

12.

Tinggi tanah awal (H0)

............................

cm

13.

Beda tinggi (Hv)

Hi H0

cm

14.

Derajat saturasi (Si)

Wt Ws
Hv A

15.

Void ratio (e0)

Buku Praktikum Mekanika Tanah

Hv
H0

129

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Data Percobaan Akhir :
16.

Pembacaan awal

............................

cm

17.

Pembacaan akhir

............................

cm

18.

Bedaan tinggi

(16) (17)

cm

19.

Tinggi sampel akhir (Hvf)

(13) (18)

cm

20.

Void ratio akhir (ef)

Hvf
H0

21.

Kadar air akhir (Wf)

Berat air
100%
WS

22.

Po

Wt
H
Hi A

kg/c
m2

23.

Beda tinggi (H)

............................

cm

24.

Beda void ratio (e)

25.

Void ratio (e)

Buku Praktikum Mekanika Tanah

H
H0

e0 - e

130

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Contoh Perhitungan Data Konsolidasi

Gambar 11.10 Data sampel konsolidasi

Buku Praktikum Mekanika Tanah

131

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 11.11 Data pembacaan sampel konsolidasi tiap tahap pembebanan

Gambar 11.12 Data perhitungan t90 untuk pembebanan sebesar 1 kg

Buku Praktikum Mekanika Tanah

132

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 11.13 Data perhitungan t90 untuk pembebanan sebesar 2 kg

Gambar 11.14 Data perhitungan t90 untuk pembebanan sebesar 4 kg

Buku Praktikum Mekanika Tanah

133

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 11.15 Data perhitungan t90 untuk pembebanan sebesar 8 kg

Gambar 11.16 Data perhitungan t90 untuk pembebanan sebesar 16 kg

Buku Praktikum Mekanika Tanah

134

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 11.16 Data perhitungan t90 untuk pembebanan sebesar 32 kg

Gambar 11.18 Data perhitungan untuk mencari t90 dan Cv

Buku Praktikum Mekanika Tanah

135

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 11.19 Grafik konsolidasi yang dapat digunakan untuk mencari Pc

Buku Praktikum Mekanika Tanah

136

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 12

DIRECT SHEAR TEST


12.1. Standar Acuan
ASTM D 3080 Standard Test Method for Direct Shear Test of Soils Under

Consolidated Drained Conditions


SNI 2813:2008 Cara uji kuat geser langsung tanah terkonsolidasi dan
terdrainase
12.2.

Maksud dan Tujuan Percobaan


Untuk mengetahui nilai kohesi (c) dan sudut geser () pada suatu sampel
tanah.

12.3.

Alat-alat dan Bahan


c.

Alat

Alat Direct Shear Test dan Shear Box

Beban dengan berat 5 25 kg

2 Dial gauge untuk vertical dan horizontal displacement

Specimen cutter untuk memotong sampel tanah kohesif

Tamper untuk memadatkan tanah yang cohesionless

Timbangan dengan ketelitian 0,01 gr

Jangka sorong dengan ketelitian 0,01 mm

Stopwatch

Can

Oven

d. Bahan

Sampel tanah pasir

Buku Praktikum Mekanika Tanah

137

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
12.4.

Teori dan Rumus yang Digunakan


Kekuatan geser dapat diukur langsung dengan pemberian beban konstan
vertikal (normal) pada sampel dan pemberian gaya geser tertentu dengan
kecepatan konstan dan perlahan-lahan untuk menjaga tegangan air pori tetap
nol hingga tercapai kekuatan geser maksimum. Tegangan normal didapatkan
dengan pembagian besarnya gaya normal dengan luas permukaan bidang
geser:

(12.1)

Sedangkan tegangan geser didapat dengan menghitung gaya geser (G) yang
didapat dari pembacaan maksimum load ring dial setelah dikalikan dengan
nilai kalibrasi prooving ring (LRC):

=
G = M x LRC

(12.2)

LRC = 0,15 kg/div


Tegangan geser ini merupakan persamaan Coulomb seperti pada pengujian
triaxial, dimana untuk parameter tegangan efektif:
= + ( )

(12.3)

Dimana:

= kuat geser (kPa, ksf, psi, dll)

= kohesi tanah efektif (kPa, ksf, dll)

= tegangan normal (kPa, ksf, dll)

= sudut geser dalam efektif ()

= perubahan tegangan air pori (kPa, ksf, dll)

Buku Praktikum Mekanika Tanah

138

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Seiring dengan bertambahnya gaya normal, gaya perlawanan yang diberikan
juga semakin bertambah. Hal ini dikarenakan titik kontak antar partikel yang
semakin banyak akibat gaya normal. Dengan demikian, maka dapat
disimpulkan bahwa kuat geser merupakan sebuah fungsi dari beban normal.
Untuk tanah lepas (cohesionless pasir) nilai kohesi seharusnya adalah 0,
dengan nilai sudut geser pasir () berkisar antara 28 - 48.

12.5.

Prosedur Praktikum

12.5.1. Persiapan
1. Ukur diameter lingkar dalam Shear Box.
2. Seimbangkan sistem counterweight sehingga mampu memberikan gaya
normal terhadap shear box.
3. Timbang penutup Shear Box + bola + can.
4. Sediakan pasir secukupnya dan dibersihkan dari kotoran maupun kerikil
menggunakan saringan No.18.
5. Ambil sedikit pasir, timbang dan masukkan oven untuk mencari kadar air
pasir.
12.5.2. Jalannya Praktikum
1. Masukkan pasir ke dalam shear box kira-kira 3/4 bagian dengan mengunci

shear box terlebih dahulu agar tidak dapat bergerak.


2. Ratakan permukaan pasir dengan spatula lalu ditutup dengan penutup

shear box dan bola.


3. Berikan beban sebesar 5 kg, lalu buka kunci shear box.
4. Atur horizontal dial dan load ring dial menjadi nol.
5. Berikan gaya geser shear box dengan kecepatan 1 mm/menit.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

139

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 12.1 Proses pemberian gaya geser pada shear box

6. Catat pembacaan horizontal dial setiap 15 detik hingga dial berhenti dan
berbalik arah.
7. Ulangi percobaan 1 6 untuk beban 10, 15, 20, dan 25 kg.
12.6.

Pengolahan Data

12.6.1. Data Hasil Praktikum (terlampir)


12.6.2. Perhitungan
Dari data diketahui :
1.

Berat penutup + bola

............................

gr

2.

Diameter shear box (d)

............................

cm

3.

Luas penampang pasir (A)

d2

cm2

4.

LRC

............................

kg/div

5.

Beban 5 Kg :
= P/A = (5 + (1))/(A)

............................

kg/cm2

= (LRC *M)/(A)

............................

kg/cm2

= P/A = (10 + (1))/(A)

............................

kg/cm2

= (LRC * M)/(A)

............................

kg/cm2

6.

Beban 10 Kg :

Buku Praktikum Mekanika Tanah

140

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Demikian selanjutnya untuk beban yang lainnya sehingga dapat dibuat grafik
untuk menentukan harga c dan dengan menggunakan regresi linear:
Y = (a)X + (b)

(12.4)

X = = P/A

(12.5)

dimana:

Y = = G/A
Dari perhitungan tersebut, dapat dibuat tabel untuk pembuatan grafik Direct
shear, seperti berikut ini:
Beban

X (P/A)

Y (G/A)

5 kg
10 kh
15 kg
20 kg
25 kg

Buku Praktikum Mekanika Tanah

141

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Contoh perhitungan data direct shear test (tabulasi dan grafik)

Gambar 12.2 Tabel data sampel direct shear

Buku Praktikum Mekanika Tanah

142

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 12.3 Tabel data percobaan direct shear dengan variasi beban yang berbeda

Buku Praktikum Mekanika Tanah

143

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 12.4 Grafik direct shear yang dapat digunakan untuk mencari kohesi (c) dan
sudut geser () pasir.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

144

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 13

UNCONFINED COMPRESSION TEST


13.1. Standar Acuan
ASTM D 2166 Standard Test Method for Unconfined Compressive Strength

of Cohesive Soil
RSNI 3638 Metode uji kuat tekan-bebas tanah kohesif
13.2.

Maksud dan Tujuan Percobaan


Untuk mencari nilai undrained shear strength dari tanah berbutir halus
(kohesif), seperti lempung yang tersaturasi dan cemented soils.

13.3.

Alat-alat dan Bahan


a. Alat

Unit mesin Unconfined Compression Test

Cetakan silinder contoh tanah uji

Jangka sorong dengan ketelitian 0,01 mm

Oli

Extruder mekanis dan manual

Gergaji kawat

Spatula

Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram

Can

Oven

Palu

b. Bahan

Sampel tanah undisturbed dari tabung

Buku Praktikum Mekanika Tanah

145

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
13.4.

Teori dan Rumus yang Digunakan

Unconfined compression test merupakan kasus special pada unconsolidated


undrained triaxial test, dimana pada test ini tidak ada tekanan penahan
(tekanan arah horizontal) yang diberikan (nilai 3=0). Tegangan axial pada
specimen akan meningkat secara bertahap hingga specimen mengalami
keruntuhan. Pada tahap keruntuhan, 3=0 maka,
1= 3+ i= i= qu

(13.1)

dengan qu adalah nilai unconfined compression strength.

Gambar 13.1 Unconfined compression strength

Unconfined compression strength, qu, juga dapat didefinisikan sebagai beban


vertikal yang menyebabkan tanah menjadi retak dibagi satuan luas yang
dikoreksi (A). Harga qu bisa juga didapat dari lingkaran mohr:

Gambar 13.2 Grafik Mohr mencari nilai qu

Buku Praktikum Mekanika Tanah

146

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Cara menghitung luas sampel tanah dapat dijelaskan sebagai berikut:

Volume sampel tanah semula


0 = 0 0
dimana:
0 = Isi sampel mula-mula (volume)
0 = panjang sampel mula-mula
0 = luas penampang sampel mula-mula

Sesudah beban vertikal diberikan:


Panjang menjadi , volume menjadi V, dan

luas menjadi .

Persamaannya dapat ditulis sebagai berikut:


= 0 dan = 0
( dan diukur selama percobaan)

Gambar 13.3 Perubahan yang terjadi pada sampel selama percobaan berlangsung

Dari persamaan diatas didapat:


(0 ) = 0 0
=

Buku Praktikum Mekanika Tanah

(13.2)

0 0
0

147

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Percobaan unfined compression test ini dilakukan dalam kondisi

undrained, dimana tidak adanya aliran air selama pembebanan sehingga


tidak terjadi perubahan volume ( = 0), sehingga persamaannya
menjadi:
0 0

1
0

(13.3)

0
= 1

Dimana = regangan
Pada percobaan ini besarnya gaya yang bekerja dapat diketahui yaitu:
(13.4)

=
Dimana:

= Gaya yang hendak dicari

=Pembacaan pada dial

= Faktor kalibrasi alat (0,186)


Sementara itu,nilai dan dapat dicari dengan persamaan:
=

dan

(13.5)

Dimana:
= Unconfined compression strength

= Kekuatan geser tanah

Pada percobaan ini dimensi sampel harus memenuhi syarat:


2 3
Dimana:

= Diameter sampel

= Tinggi sampel

Buku Praktikum Mekanika Tanah

148

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Hal ini didasarkan pada apabila 2, sudut bidang runtuhnya akan
mengalami overlap dan sementara jika 3, contoh tanah akan berlaku
sebagai kolom dan kemungkinan akan terjadi tekuk. Perbandingan idealnya
adalah = 2 1.
Pada

tanah

undisturbed

setelah

mengalami

remoulded

(disturbed)

menunjukan penurunan kekuatan dan karakteristik dari sifat penurunan


tersebut dikenal atau disebut juga dengan Sensitivity, yaitu:

Pada tanah jenis lempung dapat diklasifikasikan berdasarkan nilai sensitivitasnya dalam table berikut.
Tabel 13.1 klasifikasi tanah berdasarkan sensitivitas (Braja M.,436)

Buku Praktikum Mekanika Tanah

149

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
13.5.

Prosedur Praktikum

13.5.1. Persiapan
1. Keluarkan sampel tanah undisturbed dari tabung dan masukkan ke dalam
cetakan silinder uji (dengan menggunakan extruder mekanis) dan potong
dengan gergaji kawat.
2. Ratakan kedua ujung sampel tanah di dalam silinder uji dengan
menggunakan spatula. Kemudian keluarkan sampel uji dari silinder uji
dengan extruder manual.
3. Ukur dimensi sampel tanah (L = 2-3 D ).
4. Timbang berat awal sampel tanah tersebut.
5. Ambil sisa tanah hasil pencetakan untuk ditentukan kadar airnya.
13.5.2. Jalannya Praktikum
1. Tempatkan sampel uji pada mesin Unconfined Compression Test sesegera
mungkin untuk menghindari hilangnya kadar air pada sampel uji.

Gambar 13.4 Proses pengujian unconfined sedang berlangsung

2. Naikkan pelat bawah dengan memutar kenop hingga ujung atas sampel
uji mengenai pelat atas dan dial gauge untuk pembebanan tersentuh.
Kunci kenop tersebut agar mesin Unconfined dapat bekerja.
3. Set dial menjadi nol dan mulai jalankan mesin Unconfined.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

150

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
4. Catat pembacaan Load Dial setiap penurunan dial bertambah 0.02 inch
atau 0.025 mm. Pembacaan dihentikan jika nilai Load Dial mulai bergerak
stabil atau turun selama 3 kali pembacaan.
5. Melakukan proses remoulded yaitu melebur kembali sampel uji yang telah
dicoba dan dipadatkan kembali dengan cara ditumbuk secara konstan
langsung pada silinder uji. Berat sampel uji remoulded haruslah sama
dengan berat sampel uji undisturbed.
6. Ulangi percobaan b d.
13.6. Pengolahan Data
13.6.1. Data Hasil Praktikum
Contoh :

Sampel Undisturbed

Data Kadar air sampel :


Wt of wet soil + cup

= ..... gr

Wt of dry soil + cup

= ..... gr

Wt of cup

= ..... gr

Wt of water

= ..... gr

Wt of dry soil

= ..... gr

Water content, w

= ..... %

Dimensi sampel :
Diameter

= ...... cm

Tinggi

= ...... cm

Luas

= ...... cm2

Volume

= ...... cm3

Berat

= ...... gr

Buku Praktikum Mekanika Tanah

151

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
13.6.2. Perhitungan
Dari data di atas didapat :
Density :

weight
volume
dim ana :

wet

dry

wet
1 w

w kadar air bukan dalam persen


1.

Density

2.

Kalibrasi alat (K)

............................

kg/div

3.

=KM

............................

kg

4.

= L/L

............................

5.

= A0/(1-)

............................

cm2

6.

qu

= P/A

............................

kg/cm2

7.

Cu

= qu/2

............................

kg/cm2

Untuk Remoulded :
8.

qur

= P/A

kg/cm2

9.

Cur

= qu/2

kg/cm2

Nilai Sensitivity :

Buku Praktikum Mekanika Tanah

quu
qur

152

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Contoh Perhitungan Data UCT Undisturbed

Gambar 13.4 Tabel data sampel UCT kondisi Undisturbed

Buku Praktikum Mekanika Tanah

153

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 13.5 Tabel perhitungan sampel UCT kondisi Undisturbed

Buku Praktikum Mekanika Tanah

154

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 13.6 Grafik sampel UCT kondisi Undisturbed

Buku Praktikum Mekanika Tanah

155

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Contoh Perhitungan Data UCT Remoulded

Gambar 13.7 Tabel data sampel UCT kondisi Remoulded

Buku Praktikum Mekanika Tanah

156

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 13.8 Tabel perhitungan sampel UCT kondisi Remoulded

Buku Praktikum Mekanika Tanah

157

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 13.9 Grafik sampel UCT kondisi Remoulded

Buku Praktikum Mekanika Tanah

158

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAGIAN 3

Buku Praktikum Mekanika Tanah

159

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 14

SWELLING TEST
14.1. Standar Acuan
ASTM D 4546

Standard Test Methods For One Dimensional Swell or

Settlement Potential of Cohesive Soils


14.2.

Maksud dan Tujuan Percobaan


Mencari besar dan karakteristik pengembangan (swelling) dari tanah kohesif
akibat tekanan aksial. Karakteristik pengembangan meliputi presentase
pengembangan dan tekanan pengembangan.

14.3.

Alat-alat dan Bahan


a. Alat

Consolidation loading device

Consolidation cell

Ring Konsolidometer

Beban (1; 2 ;4 ;8 kg)

Jangka sorong dengan ketelitian 0,01 mm

Gergaji kawat dan spatula

Vaseline

Kertas pori, batu pourous, dan silinder tembaga

Oven pengering

Dial dengan akurasi 0,01 mm

Stopwatch

Extruder Mekanis

Timbangan dengan ketelitian 0,001 gr

Can

b. Bahan

Sampel tanah montmorillonite /ekspansif

Buku Praktikum Mekanika Tanah

160

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
14.4.

Teori dan Rumus yang Digunakan


Tanah mengembang atau disebut juga dengan expansive soil, adalah tanah
yang memiliki ciri-ciri kembang susut yang besar, mengembang pada musim
hujan dan menyusut pada musim kemarau.
Proses pengembangan (swelling) dan penyusutan (shrinking) tanah sebagian
besar adalah akibat peristiwa kapiler atau perubahan kadar air pada tanah
tersebut. Tanah-tanah yang banyak mengandung lempung mengalami
perubahan volume ketika kadar air berubah. Pengurangan kadar air yang
diikuti oleh kenaikan tegangan efektif menyebabkan volume tanah menyusut
dan sebaliknya penambahan kadar air menyebabkan pengembangan.

Gambar 14.1 Peristiwa Kapiler (Interaksi Antara Partikel Lempung dan Air)

Berdasarkan ASTM D 4546 96, Standard Test Methods For One Dimensional

Swell or Settlement Potential of Cohesive Soils, pengujian swelling bertujuan


untuk menentukan nilai pengembangan akibat beban vertikal yang bekerja
pada tanah, yang terjadi karena air yang meresap ke pori-pori tanah mengisi
rongga-rongga udara sehingga terjadi perubahan isi. Selain itu, dapat pula
dilakukan pengujian untuk mendapatkan tekanan pengembangan tanah, yaitu
kondisi setelah tanah mencapai pengembangan maksimum dan diberi tekanan
bertahap hingga angka pori kembali ke awal.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

161

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Terdapat 3 metode dalam uji tekanan pengembangan, namun dalam
percobaan ini digunakan metode B untuk menghindari perubahan volume dan
tekanan yang terjadi di lapangan.
METODE A (ASTM-D-4546-90)
Metode ini sering disebut Free Swell Pressure Test. Contoh tanah yang sudah
siap dalam consolidometer ring diameter 6,2 cm dan tinggi 2,54 cm diberi
tekanan sebesar 1 kPa. Sebelum di basahi contoh tanah tersebut diberi

seating pressure minimal 1 kPa selama 5 menit dan dilakukan pembacaan dial
seating pressure, kemudian dilepas dan dilakukan pembacaan dial sekali lagi.
Contoh tanah dengan beban konstan dengan tekanan 1 kPa diberi air hingga
mengembang dilakukan pembacaan dial selama 72 jam. Kondisi yang terakhir
ini ditetapkan sebagai persentase mengembang maksimum yang terjadi.
Langkah selanjutnya adalah contoh tanah diberi beban tambahan berturutturut sebesar 5kPa, 10 kPa, 20 kPa, 40 kPa, 80 kPa, 100 kPa, dan seterusnya
sehingga terlewati kondisi air pori awal. Untuk masing-masing kondisi dipakai
masa beban 12 jam.
METODE B (ASTM-D-4546-90)
Metode ini sering disebut loaded swell test. Contoh tanah yang sudah siap
dicetak dalam consolidometer ring diameter 6,20 cm dan tinggi 2,54 cm diberi
tekanan minimal sebesar 1 kPa, kemudian dilakukan setting awal selama 5
menit sebelum dibasahi dan dilakukan pembacaan dial. Contoh tanah diberi
air hingga mengembang dan dilakukan pencatatan dial hingga mencapai batas

swell maximum dengan interval waktu sesuai dengan standar pembacaan.


Setelah mencapai batas swell maximum, ditetapkan sebagai persentase
mengembang maksimum yang terjadi. Langkah berikutnya contoh tanah
diberi beban tambahan berturut-turut minimal sebesar kelipatan overburden,
dan sampai seterusnya hingga melewati kondisi air pori awal. Untuk masingmasing kondisi dipakai massa beban 24 jam.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

162

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
METODE C (ASTM-D-4546-90)
Metode ini sering disebut Constant Volume Test. Contoh tanah yang sudah
siap dalam Consolidometer ukurannya sama dengan metode A dan metode B.
Contoh tanah terlebih dahulu diberi seating pressure selama 5 menit dan
dilepas. Pada kondisi ini dilakukan pembacaan dial. Kemudian consolidometer
tersebut di basahi dengan air. Untuk menjaga agar tanah tidak mengalami
perubahan volume selama pembasahan, tanah harus diberi beban untuk
melawan swelling yang terjadi pada system. Usaha mempertahankan volume
tersebut dilakukan terus menerus selama 48 jam. Langkah selanjutnya contoh
tanah diberi beban tambahan 40 kPa, 80 kPa, 100 kPa, 200 kPa, dan
seterusnya. Waktu setiap pembebanan 12 jam kemudian diperoleh grafik
hubungan void-ratio (e) dengan tekanan mengembang (P). Tekanan
mengembang

yang

sebenarnya

diperoleh

setelah

dilakukan

koreksi

cassagrande.
Besar pengembangan dan tekanan pengembangan yang didapatkan bisa
memperlihatkan potensi pengembangan dari tanah yang diujikan, sesuai
dengan tabel berikut:
Tabel 14.1 Hubungan persentase pengembangan terhadap tingkat pengembangan

Sumber: FH. Chen Foundation on Expansive Soil

Buku Praktikum Mekanika Tanah

163

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Tabel 14.2 Klasifikasi tanah ekspansif

Sumber: Holtz and Gibbs (1956) dan Seed et als (1962)

14.5.

Prosedur Praktikum

14.5.1. Persiapan
1. Siapkan sampel tanah monmorilonite sebanyak 2500 gram.
2. Tambahkan air pada sampel sehingga kadar airnya mencapai 25%, sambil
diaduk hingga merata.
3. Lakukan pemadatan sampel tanah dengan standard proctor.

Gambar 14.2 Pemadatan sampel dengan hammer

4. Ukur dimensi ring (diameter dan tinggi) dan berat ring konsolidometer
kemudian mengolesi ring dengan vaselin.
5. Masukkan tanah uji ke dalam ring konsolidometer dengan menggunakan
extruder mekanis.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

164

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
6. Meratakan

tanah

yang

ada

pada

ring

konsolidometer

dengan

menggunakan spatula.

Gambar 14.2 Sampel tanah dalam ring

14.5.2. Jalannya Praktikum


1. Letakkan sampel pada konsolidometer dengan urutan:

Batu pourous

Kertas pori

Sampel tanah dalam ring

Kertas pori

Batu porous

Silinder tembaga

Penahan dengan 3 mur

2. Atur dial pada alat konsolidometer dan tambahkan air sampai silinder
tembaga tergenang.
3. Berikan beban awal sebesar 150 atau 300 gram.
4. Lakukan pembacaan dial untuk 0, 6, 15, 30, 60, 2, 4, 8, 15, 30,
60, 120, 180, 240, 480, 1440, 2880, dan 4320.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

165

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 14.3 Sampel tanah dalam ring

5. Setelah 72 jam, ganti beban menjadi 1 kg dan lakukan pembacaan dial


setelah 24 jam, begitu seterusnya untuk beban 2, 4, dan 8 kg, serta 16
kg.
6. Hentikan penambahan beban bila dial sudah melebihi pembacaan dial
awal (menit 0).

14.6. Pengolahan Data


14.6.1. Data Hasil Praktikum
D

= ... cm

= ... cm

Wring

= ... gram

Wring + soil

= ... gram

= ... cm2

= ... cm3


=
= /3 = / 3

= = = / 2
= = =
Gs

= ...

Wdry

= ... gr

Buku Praktikum Mekanika Tanah

166

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Tabel pengamatan pengujian swelling
Waktu
(menit)

Beban
(kg)

Tegangan
(kg/cm)

Dial
(103 mm)

0
0,1
0,25
0,5
1
2
4
8
15
30
60
120
180
240
1440
2880
4320
5760

7200

8640

10080

11520

16

Buku Praktikum Mekanika Tanah

167

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
14.6.2. Perhitungan
Mencari besar pengembangan terhadap waktu:
= 0

Gambar 14.4 Contoh grafik pengembangan terhadap waktu

Gambar 14.5 Contoh grafik pengembangan terhadap log waktu

% =


100%

Mencari Besar tekanan Pengembangan:


=


( 2)

Ket:
Koefisien = 10 (pengaruh panjang lengan momen)

Buku Praktikum Mekanika Tanah

168

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 14.6 Contoh grafik tekanan vs pengembangan

Angka Pori Terhadap Tekanan


= 2.7
=
=

= =
=

Gambar 14.7 Contoh grafik void ratio vs tekanan

Buku Praktikum Mekanika Tanah

169

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 15

SAND CONE TEST


15.1. Standar Acuan
ASTM D 1556 Standard Test Method for Density and Unit Weight of Soil in

Place by the Sand-Cone Method


SNI 03-2828-1992 Metode Pengujian Kepadatan Lapangan dengan Alat
Konus Pasir
15.2.

Maksud dan Tujuan Percobaan


Tujuan dari pengujian lapangan berupa sand cone ini adalah:

Untuk menentukan kepadatan (density) dari tanah yang sudah dipadatkan


(compacted soil). Biasanya dilakukan pada saat konstruksi timbunan
tanah, pekerjaan jalan, dan pada tanggul. Dari pengujian ini didapatkan
nilai dry lapangan yang akan dibandingkan dengan dry dari laboratorium.

Untuk menentukan massa jenis in-situ dan berat jenis dari deposit tanah
alami, agregat, dan campuran tanah menggunakan alat sand cone.

15.3.

Alat-alat dan Bahan


a. Alat

Satu set alat sand cone

Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram

Botol kaca dengan volume 4000 cm

Cone / corong besar

Katup dan pipa orifice yang dihubungkan dengan botol kaca melalui
corong kecil

Sendok tanah

Pengeruk / alat penggali

Pelat metal

Buku Praktikum Mekanika Tanah

170

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
b. Bahan

Pasir kuarsa dengan diameter seragam dan kering

Gambar 15.1 Peralatan pengujian sand cone

15.4.

Teori dan Rumus yang Digunakan


Percobaan sand cone merupakan salah satu jenis pengujian yang dilakukan di
lapangan untuk menentukan berat isi kering (kepadatan tanah) asli ataupun
hasil suatu pekerjaan pemadatan (timbunan) pada tanah kohesif maupun non
kohesif. Percobaan ini biasanya dilakukan untuk mengevaluasi hasil pekerjaan
pemadatan di lapangan yang dinyatakan dalam derajat pemadatan, yaitu
perbandingan antara dry lapangan (sand cone) dengan dry hasil percobaan
pemadatan di laboratorium.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

171

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Gambar 15.2 mengilustrasikan prinsip dari pengujian sand cone. Pada
pengujian sand cone, tanah sample digali secara manual dan beratnya
ditimbang (W). Volume V dari penggalian tanah dientukan dari volume pasir
yang dibutuhkan untuk menimbun lubang galian tersebut. Berat jenis dan
berat jenis kering dry ditentukan dari:

(15.1)

(15.2)

= +/

Dimana w adalah kadar air (%) yang biasanya ditentukan dari laboratorium.
Volume

dari

pasir

ditentukan

dengan

mengukur

beratnya,

dengan

mengasumsikan bahwa pasir tersebut telah diketahui berat jenisnya.

Gambar 15.2 Prinsip pengujian sand cone

Buku Praktikum Mekanika Tanah

172

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
15.5.

Prosedur Praktikum

15.5.1. Persiapan
Mengacu pada standar Prosedur Kerja ASTM D1556 - 07
1. Timbang dan catat berat dari toples kaca + cone + pasir kuarsa penuh di
dalam toples kaca.
2. Timbang dan catat berat dari sand cone.
15.5.2. Jalannya Praktikum
1. Letakkan base plate di atas tanah pada posisi tanah yang akan diuji.
2. Gali tanah di lubang base plate sedalam 10 cm.
3. Masukkan tanah hasil galian tersebut ke dalam plastik, lalu timbang
beratnya dan mencari kadar airnya.
4. Letakkan sand cone + toples kaca yang berisi pasir kuarsa di atas base

plate, dan membuka katup sedemikian rupa sehingga pasir keluar dari
toples kaca melalui cone dan mengisi lubang hasil galian.
5. Tutup katup ketika pasir sudah berhenti mengalir keluar.
6. Timbang berat toples kaca + cone + sisa pasir di dalam toples kaca.
7. Masukkan kembali pasir kuarsa yang telah keluar dari toples kaca ke
dalam toples beling.
8. Ulangi langkah 1 s/d 7 pada percobaan ini untuk sampel tanah 2 pada
lokasi yang berbeda.

Buku Praktikum Mekanika Tanah

173

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
15.6. Pengolahan Data
15.6.1. Data Hasil Praktikum
Kadar Air (%)

Sampel 1
Wcan : g
W1

:g

W2

:g
2 1

100% = 100% = %

Sampel 2
Wcan : g
W1

:g

W2

:g
2 1

100% = 100% = %

dry Lapangan
Sampel 1

Sampel 2

W1 (gr)
W2 (gr)
W3 (gr)
W4 (gr)
w (%)
V (cm3)

= Berat toples kaca + berat cone + berat pasir (saat toples kaca masih
penuh dengan pasir

= Berat toples + berat cone + berat pasir yang tersisa dalam toples

= Berat sand cone

= Berat tanah hasil galian

= Kadar air

= Volume tanah =

Buku Praktikum Mekanika Tanah

1 (2 +3 )

174

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
15.6.2. Perhitungan
Lakukan perhitungan:
Kadar Air
2 1

100% = 100% = %

dry Lapangan
dry field = massa jenis kering = (W4/V)/(1+W)

Derajat kepadatan
Derajat kepadatan = (dry-field / dry-lab) 100%

Buku Praktikum Mekanika Tanah

175

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

BAB 16

FIELD - CALIFORNIA BEARING RATIO (FIELD - CBR)


16.1. Standar Acuan
ASTM D 4429 Standard Test Method for CBR (California Bearing Ratio) of

Soils in Place
SNI 1738:2011 Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan
16.2.

Maksud dan Tujuan Percobaan


Tujuan dari pengujian CBR Lapangan ini adalah menentukan nilai CBR tanah
dalam keadaan asli di lapangan, nilai CBR yang dimaksudkan adalah nilai
kekerasan tanah pada kepadatan dan kadar air tertentu.

16.3.

Alat-alat dan Bahan

Alat penggali lubang

Portal Besi untuk Angkur

1 unit alat CBR lapangan, terdiri dari:


-

Engkol

Cincin Penguji

Dongkrak mekanis

Pelat beban

Torak penetrasi

Buku Praktikum Mekanika Tanah

176

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia

Gambar 16.1 Peralatan pengujian CBR Lapangan

16.4.

Teori dan Rumus yang Digunakan

Field - California Bearing Ratio adalah suatu pengujian kekerasan suatu bahan
dilapangan dibandingkan dengan batu berjenis limestone yang sangat keras
dan berada di daerah lembah California. Uji CBR bisa dilakukan di laboratorium
ataupun di lapangan. Tujuan dari pengujian CBR sendiri adalah mendapatkan
nilai CBR, yaitu nilai yang menyatakan kualitas tanah dasar dalam
mendapatkan beban tertentu dibandingkan dengan bahan standar berupa
batu pecah yang bernilai CBR sebesar 100 %.
Nilai CBR juga diartikan sebagai perbandingan antara kekuatan contoh tanah
dengan kepadatan tertentu dan kadar air tertentu terhadap kekuatan batu
pecah bergradasi rapat sebagai standar material dengan nilai CBR = 100,
didapatkan pada test compaction. Untuk mencari nilai CBR dipakai rumus :
test unit load (psi)

CBR = standard unit load (psi) 100%

Buku Praktikum Mekanika Tanah

(16.1)

177

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Dengan Standard Unit Stress pada harga-harga penetrasi:
Tabel 16.1 Standard Unit Stress pada pengujian CBR

PENETRATION

STANDARD UNIT STRESS

mm

inch

MPa

psi

2.5

0.10

6.9

1000

5.0

0.20

10.3

1500

7.5

0.30

13.0

1900

10.0

0.40

16.0

2300

12.7

0.50

18.0

2600

Sumber: AASHTO T 193

Beban (load) didapat dari hasil pembacaan dial penetrasi yang kemudian
dikorelasikan dengan grafik Calibration Prooving Ring.
Test Unit Load (psi) = tegangan ()

()

(16.2)

Dengan:
A

= luas piston = 3 inch2

= M LRC

= Pembacaan dial

LRC = faktor Kalibrasi = 5,77 lbs/div


Jika CBR lapangan dilakukan untuk tujuan evaluasi atau desain tanpa
memperhatikan kadar airnya, maka seharusnya pengujian CBR lapangan
dilakukan pada salah satu kondisi dibawah ini:
1. Derajat kejenuhan tanah tersebut (presentase rongga terisi air 80% atau
lebih).

Buku Praktikum Mekanika Tanah

178

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
2. Untuk material butiran kasar dan non plastis yang tidak memiliki pengaruh
besar ketika terjadi perubahan kadar air.
3. Tanah tidak dimodifikasi akibat aktivitas konstruksi selama dua tahun
sebelum pengujian. Pada kenyataannya, kadar air tidak konstan dan
berubah-ubah dalam jangka waktu yang sebentar.
16.5.

Prosedur Praktikum

16.5.1. Persiapan
Mengacu kepada SNI 1738: 2011
1. Tentukan lokasi pengujian di lapangan
2. Bersihkan area pengujian dari puing material dan usahakan agar bidang
permukaan untuk tekannya adalah rata.
3. Siapkan dua titik disekitar lokasi pengujian untuk diangkur.
4. Jika pada prosedur, pembebanan menggunakan alat berat, seperti truk.
Pada percobaan ini digunakan angkur sebagai pengganti alat penekannya.
16.5.2. Jalannya Praktikum
1. Pasang alat CBR lapangan di titik yang ditentukan dengan menjaga area
sekitarnya agar tidak tertekan tanahnya.
2. Penetrasi alat CBR dengan penurunan slongsong setiap 0.025 inch dan
saat itu dial gauge dibaca besarnya.
16.6.

Pengolahan Data

16.6.1. Data Hasil Praktikum


Hasil dari percobaan yang diperoleh sebagai berikut:
o

Wsoil + Wcan

= gram + gram = gram

Wdry + Wcan

= gram

Piston area

= 3 inch2

Buku Praktikum Mekanika Tanah

179

Laboratorium Mekanika Tanah


Departemen Teknik Sipil - Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
o

Hasil bacaan dial gauge:


Penetration
(mm)
0,63
1,27
1,90
2,54
3,17
3,80
4,44
5,08

Penetration
(inch)
0,025
0,050
0,075
0,100
0,125
0,150
0,175
0,200

Dial Reading

Stress (psi)

16.6.2. Perhitungan
Penetrasi untuk kedalaman 0,1 inch dan 0,2 inch:
CBR value = (

nilai dial x LRC


3 x standard load for 0,1 and 0,2 inch

)x 100 %

Untuk penetrasi 0,1 inch, standar load nya = 1000 Psi


Untuk penetrasi 0,2 inch, standar load nya = 1500 Psi
Hasil perhitungan:
Sampel 1
Penetration (inch)

CBR (%)

0,100
0,200

Sampel 2
Penetration (inch)

CBR (%)

0,100
0,200

Buku Praktikum Mekanika Tanah

180

Anda mungkin juga menyukai