Anda di halaman 1dari 26

BAB VIII

TORSI

8.1 UMUM

Gaya torsi atau disebut pula sebagai puntir adalah gaya yang
mengakibatkan puntiran padan suatu elemen struktur yang diakibatkan
oleh beberapa hal seperti akibat tidak seimbangnya beban pada balok
pendukung pelat sehingga mengakibatkan puntiran terhadap balok-
balok tepi pada umumnya, demikian pula puntiran dapat terjadi akibat
adanya gaya yang mempunyai eksentrisitas terhadap suatu elemen
struktur sehingga mengakibatkan timbulnya puntir pada elemen struktur
tersebut.
Momen torsi yang bekerja pada komponen struktur seperti balok
keliling dapat dihitung dengan menggunakan prosedur analisis struktur
biasa. Disain terhadap komponen tertentu haruslah didasarkan pada
keadaan batas saat kegagalan. Oleh karena itu, perilaku nonlinier sistem
struktur setelah retak torsi harus diidentifikasikan sebagai salah satu
dari kedua kondisi berikut: (1) tidak adanya redistribusi tegangan torsi
ke anggota yang lain setelah retak dan (2) adanya redistribusi tegangan
dan momen torsi setelah retak yang mempengaruhi kompatibilitas
deformasi diantara anggota anggota yang berpotongan.
Resultan tegangan akibat torsi didalam balok statis tertentu dapat
dievaluasi dari kondisi kesetimbangan saja. Kondisi semacam itu
membutuhkan disain untuk momen torsi eksternal berfaktor-penuh,
karena memungkinkan tidak adanya redistribusi tegangan torsi.
Keadaan ini seringkali diistilahkan sebagai torsi kesetimbangan. Sebuah
balok tepi yang mendukung kanopi kantilever seperti dalam Gambar 8.1
merupakan sebuah contoh yang seperti itu.

Struktur Beton Dasar 8- 1


Balok

Gambar 8.1 : Torsi tanpa redistribusi (torsi keseimbangan)


Balok tepi tersebut haruslah didisain untuk menahan momen
puntir berfaktor eksternal total akibat slab kantilever; jika tidak, struktur
tersebut akan mengalami keruntuhan. Kegagalan tersebut diakibatkan
karena balok tersebut tidak memenuhi kondisi kesetimbangan gaya dan
momen yang dihasilkan dari momen torsi eksternal yang besar.
Dalam sistem statis tertentu, asumsi kekakuan, kompatibilitas
regangan di join, dan redistribusi tegangan dapat mempengaruhi
resultan tegangan, yang mengakibatkan reduksi tegangan geser torsi
yang dihasilkan. Penerapan reduksi diijinkan terhadap harga momen
berfaktor yang dipergunakan untuk disain anggota bilamana bagian
momen ini dapat diredistribusikan ke anggota yang berpotongan.
Menurut SNI 03 2847-2002 pasal 13.6.(2)a torsi maksimum beton non
prategang pada penampang kritis sejarak d dari muka tumpuan
pendukung adalah

f c ' Acp2
Tu = φ SNI 03-2847-2002 psl 13.6(2.2(a))
3 p cp
(8.1a)

Dimana :

Acp = luasan yang dibatasi oleh keliling luar irisan penampang


beton

= x0y0

pcp = perimeter luar irisan penampang beton Acp

Struktur Beton Dasar 8- 2


= 2(x0 + y0)

fc’ = kuat tekan beton

Sedangkan untuk komponen struktur non-prategang yang


dibebani gaya aksial tarik atau tekan besarnya torsi maksimum
sejarak d dari muka tumpuan adalah

f ' ⎛ Acp ⎞
2

φ. c ⎜ ⎟ 1 + 3N u
3 ⎜⎝ p cp ⎟
⎠ Ag f c '

SNI 03-2847-2002 psl 13.6(2.2(c))(8.1b)

Pengabaian efek penuh momen torsi eksternal total dalam


kasus ini secara praktis tidak mengakibatkan kegagalan struktur tetapi
dapat mengakibatkan retak yang berlebihan jika

(φ )(
f c′ 3 Acp2 p cp ) harganya jauh lebih kecil dari momen torsi

berfaktor aktual. Contoh torsi kompatibilitas dapat dilihat dalam


Gambar 8.2.

Balok keliling
AB

(a)

Balok
keliling

(b)

Struktur Beton Dasar 8- 3


Gambar 8.2 : Redistribusi torsi kompatibilitas (a) Tampak isometri
panel ujung, (b) Denah sistem lantai sati arah tipikal
Balok-balok B2 menerapkan momen puntir Tu pada
penampang-penampang 1 dan 2 dari balok keliling AB dalam Gambar
8.2(b). Besarnya kekakuan relatif balok-balok AB dan balok-balok
transversal B2 menentukan besarnya rotasi di titik-titik perpotongan 1
dan 2. Karena pembentukan sendi-sendi plastis torsi di dekat join-join A
dan B, momen-momen ujung untuk balok-balok B2 pada
perpotongannya dengan balok keliling AB tidak akan ditransfer
sepenuhnya sebagai momen-momen puntir ke pendukung-pendukung
kolom di A dan B. Mereka akan jauh tereduksi, karena redistribusi
momen mengakibatkan adanya transfer sebagian besar momen-momen
lentur ujung dari ujung-ujung 1 dan 2 ke ujung-ujung 3 dan 4, juga
bentang-tengah balok-balok B2. Tu pada setiap pendukung balok keliling
A dan B dan di penampang kritis pada jarak d dari pendukung-
pendukung ini ditentukan dari Pers. (1) untuk beton bertulang dan Pers.
(2) untuk beton prategang.

Jika momen torsi berfaktor aktual akibat balok-balok B2 kurang


dari yang diberikan oleh Pers. (1) atau (2), balok tersebut boleh didisain
untuk harga torsi yang lebih kecil. Momen torsi untuk beton bertulang
dapat diabaikan bilamana,

φ f c′ ⎛ Acp2 ⎞
Tu < ⎜ ⎟
12 ⎜⎝ pcp ⎟⎠

SNI 03-2847-2002 psl 13.6(1(a)) (8.2)

Timbulnya gaya torsi/puntir dalam hal ini diantisipasi dengan


menyediakan tulangan torsi pada elemen struktur yang terkena gaya
torsi. Gaya geser torsi akan timbul di permukaan batang terpuntir dan
cenderung menyebabkan terjadinya retak tarik diagonal sama seperti
yang diakibatkan oleh gaya geser lentur. Apabila kuat tarik beton telah

Struktur Beton Dasar 8- 4


terlampaui akan dapat dilihat bahwa pada permukaan terjadi retak
beton yang kurang lebih membentuk sudut 45o terhadap komponen
sumbu batang sehingga diperlukan batang tulangan baja yang dipasang
melintang terhadap arah retakan sedemikian hingga menghalangi
keruntuhan lebih lanjut. Tulangan torsi pada balok pada umumnya
dipasang pada arah memanjang balok yang letaknya disebar merata
disekeliling balok terpuntir.

8.2 KEKUATAN MOMEN TORSI

Ukuran penampang dipilih dengan dasar retak tak kelihatan yang


tereduksi dan pencegahan kehancuran beton permukaan yang
diakibatkan oleh tegangan tekan miring akibat geser dan torsi yang
didefinisikan oleh suku kiri perumusan-perumusan dalam Pers. (8.3a)
dan (8.3b). Dimensi-dimensi geometri untuk kekuatan momen torsi baik
lam SNI 03-2847-2002 pasal 13.6(3) pada beton bertulang dibatasi oleh
perumusan-perumusan sebagaimana tercantum berikut ini,

(a) Penampang solid

⎛ V 2 f c′ ⎞
2 2
⎛ Vu ⎞ ⎛ Tu p h ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜⎜ ⎟⎟ ≤ φ ⎜ c + ⎟
2
⎝ bw d ⎠ ⎝ 1,7 Aoh ⎠ ⎜ b d 3 ⎟
⎝ w ⎠
SNI 03-2847-2002 psl 13.6(3(a)) (8.3a)

(b) Penampang berongga

⎛ Vu ⎞ ⎛ Tu p h ⎞ ⎛ V 2 f c′ ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜⎜ ⎟⎟ ≤ φ ⎜ c + ⎟
b d 2
⎝ w ⎠ ⎝ 1,7 Aoh ⎠ ⎜ b d 3 ⎟
⎝ w ⎠
SNI 03-2847-2002 psl 13.6(3(b)) (8.3b)
Untuk beton bertulang :

Struktur Beton Dasar 8- 5


⎛ λ f c′ ⎞
Vc = ⎜ ⎟b d SNI 03-2847-2002 psl 13.3(1(1)) (8.3c)
⎜ 6 ⎟ w
⎝ ⎠
Untuk beton prategang dengan gaya prategang efektif tidak kurang dari

40% kuat tarik tulangan lentur (fpe ≥ 0,4fpu):

⎛ λ f c′ V d⎞
Vc = ⎜ + 5 u ⎟bw d SNI 03-2847-2002 13.4(1) (8.3d)
⎜ 20 M u ⎟⎠

Vu d 1
≤ 1,0 ; λ f c 'bw .d ≤ Vc ≤ 0,4λ f c 'bw .d
Mu 6

Aoh = luasan yang dilingkupi oleh garis pusat tulangan torsi


transversal tertutup yang terluar

ph = perimeter garis pusat tulangan torsi transversal tertutup yang


terluar

λ = 1,0 untuk beton bobot-normal; 0,85 untuk beton bobot-


ringan pasir; 0,75 untuk beton bobot ringan-semua.

Luasan Aoh untuk penampang yang berbeda diberikan dalam Gambar 3.

Gambar 8.3 – Parameter-parameter geometri torsi

8.2.1 Ketebalan dinding penampang berongga

Struktur Beton Dasar 8- 6


Tegangan geser yang disebabkan oleh geser dan oleh torsi
yang keduanya terjadi dalam dinding penampang berongga, seperti
terlihat dalam Gambar 4(a). Catat bahwa dalam penampang pejal
tegangan geser akibat torsi masih terkonsentrasi pada zona luar

penampang seperti dalam Gambar 4(b).

Tegangan torsi Tegangan geser Tegangan torsii Tegangan geser


(a) Penampang berongga (b) Penampang Solid
Gambar 8.4 – Gabungan tegangan torsi dan geser. Kasus (a):
penambahan secara langsung terjadi dalam dinding sebelah kiri kotak
(Pers. 8.3b). Kasus (b): torsi bekerja pada penampang dinding sebelah
luar yang “menyerupai-tube” sementara tegangan geser bekerja pada
lebar penuh penampang solid; tegangan-tegangan tersebut
dikombinasikan memakai akar kuadrat dari jumlah kuadrat (Pers. 8.3a).
Jika ketebalan dinding dalam penampang berongga bervariasi
sekeliling perimeternya, geometri penampang tersebut harus dievaluasi
di suatu lokasi dimana suku kiri Pers. 8.3b haruslah mempunyai harga
maksimum. Juga, jika ketebalan dinding t < Aoh/ph, suku kiri Pers. 8.3b
harus diambil sebagai

Vu Tu
+ SNI 03-2847-2002 13.6.(3(3) (8.4)
bw d 1,7 Aoh t

Ketebalan dinding t merupakan ketebalan dimana tegangan-


tegangannya dicek.

8.3 TULANGAN TORSI BADAN

Struktur Beton Dasar 8- 7


Kekuatan torsi tambahan yang berarti akibat penambahan
tulangan torsi dapat dicapai hanya dengan menggunakan baik sengkang
maupun tulangan longitudinal. Idealnya, volume baja yang sama baik
dalam sengkang tertutup maupun batang longitudinal haruslah
dipergunakan agar keduanya berpartisipasi secara sama di dalam
menahan momen puntir. Prinsip ini merupakan dasar perumusan SNI
didalam memproporsikan baja web torsi. Jika s adalah spasi sengkang,
Al adalah luasan irisan-penampang total batang longitudinal, dan At
adalah irisan-penampang satu kaki sengkang, tulangan transversal
untuk torsi haruslah didasarkan pada harga kekuatan momen torsi
eksternal penuh Tn, yaitu, (Tu/φ), dimana

2 A0 At f yv
Tn = cot θ
s

SNI 03-2847-2002 13.6.(3(6) (8.5a)

dimana :

A0 = luas bruto yang dibatasi oleh lintasan aliran geser, mm2

At = luasan satu kaki sengkang yang menahan torsi sejarak s, mm2

fyv = kekuatan leleh tulangan torsi transversal tertutup tidak melebihi


400 MPa

θ = sudut diagonal tekan dalam analogi rangka untuk torsi

Dengan mentranspos suku-suku dalam Pers. 8.5a, luasan


tulangan transversal menjadi

At Tn
= (8.5b)
s 2 A0 f yv cot θ
Luasan A0 harus ditentukan dengan analisis, kecuali bahwa Standar SNI
03-2847-2002 mengijinkan untuk mengambil A0 = 0,85Aoh sebagai
pengganti analisis tersebut.

Struktur Beton Dasar 8- 8


Tahanan torsi berfaktor φTn haruslah sama atau melebihi momen
torsi eksternal berfaktor Tu. Semua momen torsi diasumsikan dalam
Standar SNI 03-2847-2002 ditahan oleh sengkang tertutup dan baja
longitudinal dengan tahanan torsi beton, Tc, yang tidak diperhitungkan;
yaitu, Tc = 0 dengan asumsi bahwa strat tekan beton antara retak-retak
miring mempunyai tahanan yang dapat diabaikan terhadap torsi. Geser
Vc yang ditahan oleh beton diasumsikan tidak berubah dengan adanya
torsi.

Sudut θ yang dibentuk oleh diagonal tekan beton (strat) harus


tidak diambil lebih kecil dari 30° juga tidak lebih besar dari 60°. Sudut θ
tersebut juga dapat diperoleh dengan analisis. Tulangan longitudinal
tambahan untuk torsi haruslah tidak kurang dari

At ⎛ f yv ⎞ 2
Al = ph ⎜ ⎟ cot θ
s ⎜ f ⎟
⎝ yl ⎠

SNI 03-2847-2002 13.6.(3(7) (8.6)

dimana fyl = kekuatan leleh tulangan torsi longitudinal, tidak melebihi


400 MPa, dan Al = luasan total baja torsi longitudinal dalam irisan
penampang.
Sudut θ yang sama haruslah digunakan dalam Pers. 8.6 dan
8.7. Harus dicatat bahwa bilamana θ menjadi lebih kecil jumlah
sengkang yang disyaratkan oleh Pers. 8.6 berkurang. Pada saat yang
sama jumlah baja longitudinal yang disyaratkan oleh Pers. 8.7
bertambah.
Sebagai pengganti dari penentuan sudut θ dengan analisis,
Standar SNI membolehkan harga θ sama dengan :
(i) 45° untuk anggota nonprategang atau anggota dengan prategang
kurang dari pada (ii)

Struktur Beton Dasar 8- 9


(ii) 37,5° untuk anggota prategang dengan gaya prategang efektif lebih
besar dari 40% kekuatan tarik tulangan longitudinal.

8.3.1 Tulangan Torsi Minimum

Perlu untuk menyediakan luasan tulangan torsi minimum pada


semua daerah dimana momen torsi berfaktor Tu melebihi harga yang
diberikan oleh Pers. 3 dan 4. Dalam kasus seperti itu, luasan minimum
sengkang tertutup transversal yang diperlukan haruslah

75 f c′ bw s
Av + 2 At =
1200 f yv

SNI 03-2847-2002 13.6.(5(2) (8.7)

namun tidak boleh kurang dari (1/3)(bws/fyv).


Spasi maksimum harus tidak melebihi yang lebih kecil dari ph/8 atau 300
mm.
Luasan total minimum tulangan torsi longitudinal tambahan
harus ditentukan dengan

5 f c′ Acp ⎛A ⎞ f yv
Al , min = − ⎜ t ⎟ ph
12 f yl ⎝ s ⎠ f yl

SNI 03-2847-2002 13.6.(5(3) (8.8)

dimana At/s haruslah tidak diambil kurang dari (1/6)bw/fyv.


Tulangan longitudinal tambahan yang diperlukan untuk torsi
harus didistribusikan di sekeliling perimeter sengkang tertutup dengan
spasi maksimum sebesar 300 mm. Batang atau tendon longitudinal
harus ditempatkan di dalam sengkang tertutup, dengan paling sedikit
sebuah batang atau tendon longitudinal pada setiap sudut sengkang

Struktur Beton Dasar 8- 10


tersebut. Diameter batang harus paling sedikit seperduapuluhempat
(1/24) spasi sengkang, tetapi tidak kurang dari batang D-10 (diameter
10 mm). Demikian juga, tulangan torsi harus menerus untuk jarak
minimum sebesar (bt + d) di luar titik yang secara teoritis diperlukan
untuk torsi, karena retak-retak diagonal torsi terjadi dalam bentuk
melingkar yang memanjang melebihi retak-retak akibat geser dan
lentur. bt adalah lebar bagian irisan-penampang yang mengandung
sengkang penahan torsi. Penampang kritis pada balok adalah di jarak d
dari muka pendukung untuk elemen beton bertulang dan di h/2 untuk
elemen beton prategang, d merupakan kedalaman efektif dan h
kedalaman total penampang.

8.4 PROSEDUR DISAIN KOMBINASI TORSI DAN GESER

Berikut merupakan ringkasan urutan tahap disain yang


direkomendasikan. Diagram-alir yang menggambarkan urutan operasi
dalam bentuk grafis ditunjukkan dalam Gambar 5.
1. Klasifikasikan apakah torsi terapan merupakan torsi kesetimbangan
atau kompatibilitas. Tentukan penampang kritisnya dan hitung
momen torsi berfaktor Tu. Penampang kritis diambil sebesar d dari
muka pendukung pada balok beton bertulang dan h/2 pada balok

beton prategang. Jika Tu kurang dari (φ )(


f c′ 12 Acp2 p cp )
untuk anggota nonprategang atau kurang dari

(φ )(
f c′ 12 Acp2 p cp ) 1+ 3 f pc f c′ untuk anggota

prategang, efek torsi diabaikan.

2. Cek apakah momen torsi berfaktor Tu mengakibatkan torsi


kesetimbangan atau kompatibilitas. Untuk torsi kompatibilitas,
batasi momen torsi disain sampai yang lebih kecil dari momen

aktual Tu atau ( )(
Tu = φ f c′ 3 Acp2 p cp ) untuk anggota beton

Struktur Beton Dasar 8- 11


bertulang dan ( )(
Tu = φ f c′ 3 Acp2 p cp ) 1 + 3 f pc f c′
untuk anggota beton prategang. Harga kekuatan nominal disain Tn
harus paling sedikit ekivalen dengan Tu/φ berfaktor, dengan
memproporsikan penampang tersebut sehingga:

(a) untuk penampang solid

⎛ V 2 f c′ ⎞
2 2
⎛ Vu ⎞ ⎛ Tu p h ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜⎜ ⎟⎟ ≤ φ ⎜ c + ⎟
2
⎝ bw d ⎠ ⎝ 1,7 Aoh ⎠ ⎜ b d 3 ⎟
⎝ w ⎠
(b) untuk penampang berongga:

⎛ Vu ⎞ ⎛ Tu p h ⎞ ⎛ V 2 f c′ ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜⎜ ⎟⎟ ≤ φ ⎜ c + ⎟
2
⎝ bw d ⎠ ⎝ 1,7 Aoh ⎠ ⎜ b d 3 ⎟
⎝ w ⎠
Jika ketebalan dinding kurang dari Aoh/ph, suku kedua

perumusan harus diambil sebesar Tu/(1,7Aoht).

Struktur Beton Dasar 8- 12


Mulai

Diberikan: pembebanan, kondisi pendukung, xo, yo, x1, y1, Acp, A0, Aoh, As, pcp, ph, t, h,
bw, d, untuk BP, tegangan rata-rata fpc setelah kehilangan, tegangan dan kekuatan
yang diperbolehkan, fyv, fyl, θ = 45° BB, θ = 37,5° BP

Vu dan Tu berfaktor yang dihitung di jarak d dari pendukung. Untuk torsi


fc′ ⎛ Acp
2
⎞ fc′ ⎛ Acp
2
⎞ 3f
kompatibilitas: Tu = φ ⎜ ⎟ untuk BB, Tu = φ ⎜ ⎟ 1 + pc
3 ⎜⎝ pcp ⎟


3 ⎝ pcp ⎠ ⎟ fc′

φ fc′ ⎛ Acp2 ⎞
Tu ≥ ⎜ ⎟ untuk BB
TIDAK 12 ⎜⎝ pcp ⎟⎠ YA

φ fc′ ⎛ Acp2 ⎞ 3f
Tu ≥ ⎜ ⎟ 1 + pc

12 ⎝ pcp ⎠ ⎟ fc′

Efek torsi dapat


diabaikan

Untuk penampang pejal:


2
⎛ Vu ⎞ ⎛ Tu ph ⎞
2
⎛ V 2 fc′ ⎞⎟
⎜ ⎟ ⎜ ⎟ ≤φ ⎜ c +
⎜ b d ⎟ + ⎜ 1,7 A2
TIDAK YA
⎟ ⎜ 3 ⎟
⎝ w ⎠ ⎝ oh ⎠ b d
⎝ w ⎠
Untuk penampang berongga, lihat Pers. (5b) untuk persamaan
interaksi dan Sub-bab 2.1 untuk ketebalan dinding.

Irisan penampang harus


diperbesar; ulangi disain

Struktur Beton Dasar 8- 13


At Tn
= dimana A0 = 0,85A0h
s 2 A0fyv cot θ

At ⎛⎜ fyv ⎞⎟
Al = ph cot 2 θ , tetapi tidak
s ⎜ fyl ⎟
⎝ ⎠
kurang dari
5 fc′ Acp ⎛A ⎞ f
Al ,min = − ⎜ t ⎟ ph yv
12fyl ⎝ s ⎠ fyl

Soubroutine untuk menghitung


tulangan geser, Av/s

75 f c′ b s
Luasan sengkang total/dua kaki, A = 2 A + A = w namun harus tidak kurang
vt t v 1200 f yv

1 bw s
dari Spasi pada sengkang tertutup, s = luasan dua kaki sengkang
Avt s
3 fyv

s diperbolehkan maksimum = yang lebih kecil dari ph/8 atau 300 mm

Diameter batang minimum = s/24 atau batang D-10 untuk batang longitudinal

Susun sengkang dan tulangan


longitudinal, Al (Sub-bab 3)

Akhi

Struktur Beton Dasar 8- 14


Subrutine Mulai

Beton bertulang:

⎛ λ f′ ⎞
Vc = ⎜ c ⎟b d
⎜ 6 ⎟ w
⎝ ⎠
Beton prategang:

⎛ λ f′ Vd⎞
Vc = ⎜ c
+ 5 u ⎟bw d
⎜ 20 Mu ⎟
⎝ ⎠

Vu
Vs = − Vc
φ

TIDAK YA
Vs ≤ (2 3 )λ fc′ bw d

Perbesar penampang;
ulangi disain

Av V
= s
s fyv d

Akhir soubroutine

Struktur Beton Dasar 8- 15


Gambar 8.1 – Diagram-alir untuk tulangan disain untuk geser dan torsi
terkombinasi pada penampang pejal: (a) baja web torsi; (b) baja web
geser

3. Pilih sengkang tertutup torsi perlu untuk digunakan sebagai


tulangan transversal, menggunakan kekuatan leleh maksimum
sebesar 400 MPa, sehingga

At Tn
=
s 2 A0 f yv cot θ

Kecuali bilamana menggunakan harga-harga A0 dan θ yang


diperoleh dari analisis, gunakan A0 = 0,85A0h dan θ = 45° untuk
anggota nonprategang atau anggota prategang dengan gaya
prategang efektif tidak kurang dari 40% kekuatan tarik tulangan
longitudinal. Tulangan longitudinal tambahan haruslah

At ⎛ f yv ⎞ 2
Al = ph ⎜ ⎟ cot θ
s ⎜ f ⎟
⎝ yl ⎠
tetapi tidak kurang dari

5 f c′ Acp ⎛A ⎞ f yv
Al , min = − ⎜ t ⎟ ph
12 f yl ⎝ s ⎠ f yl

dimana At/s harus tidak kurang dari bw/(6fyv). Spasi sengkang-


sengkang transversal yang diperbolehkan maksimum adalah yang
lebih kecil dari ph/8 atau 300 mm, dan batang tersebut harus
mempunyai diameter paling sedikit seperduapuluhempat (1/24)
spasi sengkang, tetapi tidak kurang dari diameter batang D-10.

4. Hitung tulangan geser perlu Av per satuan spasi dalam penampang


transversal. Vu adalah gaya geser eksternal berfaktor pada
penampang kritis, Vc adalah tahanan geser nominal beton dalam
web, dan Vs adalah gaya geser yang ditahan oleh sengkang:

Struktur Beton Dasar 8- 16


Av V
= s
s f yv d

dimana Vs = Vn – Vc dan

⎛ λ f c′ ⎞
Vc = ⎜ ⎟b d
⎜ 6 ⎟ w
⎝ ⎠
untuk beton bertulang.

⎛ λ f c′ V d⎞
Vc = ⎜ + 5 u ⎟bw d
⎜ 20 M u ⎟⎠

untuk beton prategang jika fpe ≥ 0,4fpu. Batas-batas Vc untuk balok
prategang adalah

Vu d
(1 6)λ f c′bw d ≤ Vc ≤ 0,4λ f c′bw d ; ≤ 1,0
Mu

dimana λ = 1,0 untuk beton bobot-normal

= 0,85 untuk beton bobot-ringan-pasir

= 0,75 untuk beton bobot-ringan-semua

Harga Vn harus paling sedikit sama dengan Vu/φ berfaktor.

5. Dapatkan Avt total, luasan sengkang tertutup untuk torsi dan geser,
dan disain sengkang sehingga

f c′ bw s
Avt = Av + 2 At =
16 f yv

namun tidak boleh kurang dari (1/3)(bws/fyv).

Struktur Beton Dasar 8- 17


Teruskan sengkang dengan jarak bt + d di luar titik yang secara
teoritis tidak lagi memerlukannya, dimana bt = lebar irisan
penampang yang mengandung sengkang tertutup yang menahan
torsi.

CONTOH : DISAIN TULANGAN WEB UNTUK TORSI DAN GESER


TERKOMBINASI PADA PENAMPANG BALOK-T

Sebuah irisan penampang balok-T mempunyai dimensi


geometri yang ditunjukkan dalam Gambar 8.5. Gaya geser eksternal
berfaktor yang bekerja pada penampang kritis tersebut mempunyai
harga Vu = 178 kN. Penampang kritis tersebut dikenai oleh momen torsi
berikut: (a) momen torsi eksternal berfaktor kesetimbangan Tu = 50,9
kN-m; (b) Tu berfaktor kompatibilitas = 7,3 kN-m; (c) Tu berfaktor
kompatibilitas = 29,9 kN-m. Diberikan:

tulangan lentur As = 2194 mm2

f c′ = 27,6 MPa, beton bobot-normal

fyl = fyv = 414 MPa

Disain tulangan web yang diperlukan untuk penampang ini.

b = 1524 mm 102 mm

4hf 4hf = 408 mm


635 mm

bw = 356 mm

Gambar 8.5 – Persegi-persegi komponen balok-T.

Penyelesaian:

(a) Torsi kesetimbangan:

Momen torsi berfaktor (Tahap 1)

Struktur Beton Dasar 8- 18


Asumsikan bahwa flens tersebut tidak dikekang oleh pengikat.

momen torsi kesetimbangan yang diberikan = 50,9 kN-m

Momen torsi total yang harus disediakan untuknya dalam disain.

Tu 50,9
Tn perlu = = = 67, 87 kN-m
φ 0,75

Acp = x0y0 = 356 × 635 = 226.060 mm2

pcp = 2(x0 + y0) = 2(356 + 635) = 1982 mm

Dari Pers. (8.5), momen torsi dimana torsi dapat diabaikan adalah

φ f c′ ⎛ Acp2 ⎞
⎟ = 0,75 27,6 ⎛⎜ 226.060 ⎞
2
⎜ ⎟⎟
Tu =
12 ⎜⎝ p cp ⎟⎠ ⎜ 1982
12 ⎝ ⎠

= 8,47 kN-m < 50,9 kN-m

Karenanya disain untuk torsi penuh.

Properti penampang (Tahap 2)

A0 = 0,85A0h, dimana Aoh adalah luasan yang dibatasi oleh garis pusat
sengkang tertutup terluar. Dengan mengasumsikan penutup bersih 40
mm dan sengkang ∅13, dari Gambar 8.5,

x1 = 356 – 2(40 + 6,5) = 263 mm

y1 = 635 – 2(40 + 6,5) = 542 mm

A0h = 263 × 542 = 142.546 mm2

A0 = 0,85A0h = 0,85(142.546) = 121.164 mm2

d = 635 – (40 + 13 + 12,5) = 569,5 mm

ph = 2(x1 + y1) = 2(263 + 542) = 1610 mm

Struktur Beton Dasar 8- 19


2 D-13 102 mm

102 mm

569,5 mm
2 D-13 2 D-13
5D-25
Sengkang ∅10 spasi
95 mm p-p
atau
sengkang ∅13 spasi
356 mm 170 mm p-p
65,5 mm

Gambar 8.6 – Detail tulangan badan

Gunakan θ = 45°, cot θ = 1,0.

Cek kecukupan penampang (Tahap 3)

Untuk penampang tersebut agar cukup, haruslah memenuhi Pers.


(8.3a):

2
⎛ Vu ⎞ ⎛ Tu p h ⎞
2
⎛ V 2 f c′ ⎞⎟
⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜⎜ ⎟⎟ ≤ φ⎜ c
+
2
⎝ bw d ⎠ ⎝ 1,7 Aoh ⎠ ⎜ bw d 3 ⎟⎠

⎛ f c′ ⎞ ⎛ 27,6 ⎞
Vc = ⎜ ⎟ bwd = ⎜ ⎟ × 356 × 569,5 = 177.52 kN
⎜ 6 ⎟ ⎜ 6 ⎟
⎝ ⎠ ⎝ ⎠

2 2
⎛ Vu ⎞ ⎛ Tu p h ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜⎜ 2
⎟⎟ =
⎝ bw d ⎠ ⎝ 1,7 Aoh ⎠
2
⎛ 178.000 ⎞ ⎛ 50,9 × 10 6 × 1610 ⎞
2

⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜⎜ ⎟

⎝ 356 × 569,5 ⎠ ⎝ 1,7(142.546) ⎠
2

Struktur Beton Dasar 8- 20


= 0,77 + 5,63 = 2,53 Mpa

⎛ V 2 f c′ ⎞⎟ ⎛ 177,52 2 27,6 ⎞⎟
φ⎜ c
+ = 0,75⎜ +
⎜ bw d 3 ⎟⎠ ⎜ 356 × 569,5 3 ⎟⎠
⎝ ⎝

= 0,75(0,88 + 3,50) = 3,28 MPa > 2,53 MPa.

Karenanya penampang tersebut cukup.

Tulangan torsi (Tahap 4)

Dari Pers. (8.5),

At Tn 67,87 × 10 6
= =
s 2 A0 f yv cot θ 2 × 121.164 × 414 × 1,0

= 0,676 mm2/mm/satu kaki

Tulangan geser

⎛ f c′ ⎞
Vc = ⎜ ⎟ b d = 177,52 kN
⎜ 6 ⎟ w
⎝ ⎠

178 1
Vn = = 237,33 kN > Vc; juga > Vc
0,75 2

untuk tulangan web geser minimum. Karenanya, sediakan sengkang


geser.

Vs = Vn – Vc = 237,33 – 177,52 = 59,81 kN

Av Vs 59,81 × 10 3
= = = 0,254 mm2/mm/dua kaki
s f yv d 414 × 569,5

Avt 2 At Av
= + = 2 × 0,676 + 0,254 = 1,607 mm2/mm/dua kaki
s s s

Struktur Beton Dasar 8- 21


Coba sengkang tertutup ∅10. Luasan dua kaki = 157,08 mm2.

luasan irisan penampang sengkang 157,08


s = = = 97,8 mm
Avt s perlu 1,607

Spasi yang diperbolehkan maksimum smaks = lebih kecil dari ph/8 atau
300 mm, dimana ph = 2(x1 + y1) = 1610 mm. Dari sebelumnya ph/8 =
1610/8 = 201,25 mm > 97,8 mm.

f c′ bw s 27,6 356 × 95
Avt = Av + 2 At = = = 26,82 mm2
16 f yv 16 414

karenanya, dari Pers. (8.7),

1 bw s 1 356 × 95
Avt minimum = = = 27,23 mm2
3 f yv 3 414

kurang dari 157,08 mm2; tidak mengontrol. Karenanya gunakan


sengkang tertutup ∅10 spasi 95 mm pusat ke pusat. Jika sengkang
tertutup ∅13 digunakan, spasi dapat ditingkatkan menjadi 170 mm p ke
p.

At f yv
Al = ph cot2θ
s f yl

414
= 0,676 × 1610 × 1,0 = 1089,13 mm2
414

5 f c′ Acp ⎛ At ⎞ f yv
Al minimum = – ⎜ ⎟ ph
12 f yl ⎝ s ⎠ f yl

5 27,6 × 226.060 414


= – 0,676 × 1610 ×
12 × 414 414

= 1195,27 – 1089,13 = 101,14 mm2 < 1089,13mm2

Karenanya Al = 1089,13 mm2 .

Struktur Beton Dasar 8- 22


Distribusi baja longitudinal torsi

Al torsi = 1089,13 mm2. Asumsikan bahwa ¼Al ditempatkan ke sudut-


sudut teratas dan ¼Al ditempatkan ke sudut-sudut terbawah sengkang,
untuk ditambahkan pada batang-batang lentur. Penyeimbangnya, ½Al,
jadinya didistribusikan secara sama pada muka-muka vertikal irisan
penampang web balok dengan spasi pusat ke pusat tidak melebihi 300
mm.

Al 1089,13
ΣAs bentang-tengah = + As = + 2194 = 2466,28 mm2
4 4

Sediakan 5 D-25 pada sisi terbawah. Sediakan dua batang D-13 dengan
luasan sebesar 265,46 mm2 pada sisi teratas. Sediakan dua batang D-
13 pada setiap muka vertikalnya. Gambar 8.3 menunjukkan geometri
irisan penampangnya.

(b) Torsi kompatibilitas

Momen torsi berfaktor (Tahap 1)

Diberikan Tu = 7,3 kN-m < Tu = 8,47 kN-m dari bagian (a).


Karenanya abaikan torsi dan sediakan sengkang untuk geser saja.

Dari bagian (a),

Av
= 0,254 mm2/mm/dua kaki; Avt min = 27,23 mm2 < 157,08 mm2
s
untuk sengkang ∅10, karenanya tidak mengontrol.

Untuk sengkang ∅10, s = 157,08/0,254 = 619,18 mm pusat ke pusat.

d 569,5
s maksimum = = = 284,75 mm
2 2

Struktur Beton Dasar 8- 23


Gunakan sengkang tertutup ∅10 spasi p-p 250 mm pada penampang
kritis.

(c) Torsi Kompatibilitas

Momen torsi berfaktor (Tahap 1)

Karena Tu = 29,9 kN-m lebih besar dari 8,47 kN-m dari kasus
(a); karenanya sengkang harus disediakan. Karena ini merupakan torsi

kompatibilitas, penampang tersebut dapat didisain dengan


Pers. (8.1a) untuk

f c′ ⎛ Acp2 ⎞
⎟ = 0,75 27,6 ⎛⎜ 226.060 ⎞
2
φ ⎜ ⎟⎟
3 ⎜⎝ 1982
Tu =
3 ⎜⎝ p cp ⎟
⎠ ⎠

= 33,86 kN-m

Ini > 29,9 kN-m; karenanya gunakan Tu = 29,9 kN-m untuk disain torsi
penampang tersebut.

Tu 29,9
Tn perlu = = = 39,87 kN-m
φ 0,75

Tulangan torsional (Tahap 2)

Dari kasus (a) A0 = 121.164 mm2, ph = 1610 mm.

At Tn 39,87 × 10 6
= =
s 2 A0 f yv cot θ 2 × 121.164 × 414 × 1,0

= 0,397 mm2/mm/satu kaki

Dari kasus (a)

Av
= 0,254 mm2/mm/dua kaki
s

Struktur Beton Dasar 8- 24


Avt At Av
= 2 + = 2 × 0,397 + 0,254 = 1,048 mm2/mm/dua kaki
s s s
Dengan menggunakan sengkang ∅10, s = 157,08/1,048 =
149,82 mm. Ini kurang dari ph/8 = 201,25 mm atau 300 mm. Karenanya,
gunakan sengkang tertutup ∅10 dengan spasi p-p 150 mm di
penampang kritis.

At ⎛⎜ f yv ⎞⎟ 2 414
Al = ph cot θ = 0,397 × 1610 × × 1,0

s ⎝ f yl ⎠ ⎟ 414

= 639,78 mm2

5 f c′ Acp ⎛ At ⎞ f yv
Al,min = – ⎜ ⎟ ph
12 f yl ⎝ s ⎠ f yl

5 27,6 × 226.060 414


= – 0,397 × 1610 ×
12 × 414 414

= 1195,27 – 639,78 = 555,49 mm2 < 639,78 mm2

Al = 639,78 mm2

Distribusi batang longitudinal torsi

Al torsi = 639,78 mm2, maka Al/4 = 159,95 mm2. Dengan


menggunakan logika yang sama seperti yang diikuti dalam kasus (a),
sediakan 5 D-25 pada muka terbawah. Luasan yang diperlukan, As +
Al/4 = 2194 + 159,95 = 2353,95 mm2; luasan yang disediakan = 2454,37
mm2. Luasan yang diperlukan di sudut-sudut teratas dan di setiap muka
vertikal = 159,95 mm2. Sediakan dua batang D-13 di dua sudut teratas
dan di setiap sisi vertikal, yang memberikan 265,46 mm2 pada setiap
luasannya. Gambar 8.6 dan 8.7 memperlihatkan geometri tulangan
penampang tersebut.

Struktur Beton Dasar 8- 25


2 D-13 102 mm

102 mm

569,5 mm
2 D-13 5 D-25 2 D-13

Sengkang ∅10 spasi 150


mm p-p

356 mm
65,5 mm

Gambar 8.7 – Detail tulangan badan

Struktur Beton Dasar 8- 26

Anda mungkin juga menyukai