TORSI
8.1 UMUM
Gaya torsi atau disebut pula sebagai puntir adalah gaya yang
mengakibatkan puntiran padan suatu elemen struktur yang diakibatkan
oleh beberapa hal seperti akibat tidak seimbangnya beban pada balok
pendukung pelat sehingga mengakibatkan puntiran terhadap balok-
balok tepi pada umumnya, demikian pula puntiran dapat terjadi akibat
adanya gaya yang mempunyai eksentrisitas terhadap suatu elemen
struktur sehingga mengakibatkan timbulnya puntir pada elemen struktur
tersebut.
Momen torsi yang bekerja pada komponen struktur seperti balok
keliling dapat dihitung dengan menggunakan prosedur analisis struktur
biasa. Disain terhadap komponen tertentu haruslah didasarkan pada
keadaan batas saat kegagalan. Oleh karena itu, perilaku nonlinier sistem
struktur setelah retak torsi harus diidentifikasikan sebagai salah satu
dari kedua kondisi berikut: (1) tidak adanya redistribusi tegangan torsi
ke anggota yang lain setelah retak dan (2) adanya redistribusi tegangan
dan momen torsi setelah retak yang mempengaruhi kompatibilitas
deformasi diantara anggota anggota yang berpotongan.
Resultan tegangan akibat torsi didalam balok statis tertentu dapat
dievaluasi dari kondisi kesetimbangan saja. Kondisi semacam itu
membutuhkan disain untuk momen torsi eksternal berfaktor-penuh,
karena memungkinkan tidak adanya redistribusi tegangan torsi.
Keadaan ini seringkali diistilahkan sebagai torsi kesetimbangan. Sebuah
balok tepi yang mendukung kanopi kantilever seperti dalam Gambar 8.1
merupakan sebuah contoh yang seperti itu.
f c ' Acp2
Tu = φ SNI 03-2847-2002 psl 13.6(2.2(a))
3 p cp
(8.1a)
Dimana :
= x0y0
f ' ⎛ Acp ⎞
2
φ. c ⎜ ⎟ 1 + 3N u
3 ⎜⎝ p cp ⎟
⎠ Ag f c '
(φ )(
f c′ 3 Acp2 p cp ) harganya jauh lebih kecil dari momen torsi
Balok keliling
AB
(a)
Balok
keliling
(b)
φ f c′ ⎛ Acp2 ⎞
Tu < ⎜ ⎟
12 ⎜⎝ pcp ⎟⎠
⎛ V 2 f c′ ⎞
2 2
⎛ Vu ⎞ ⎛ Tu p h ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜⎜ ⎟⎟ ≤ φ ⎜ c + ⎟
2
⎝ bw d ⎠ ⎝ 1,7 Aoh ⎠ ⎜ b d 3 ⎟
⎝ w ⎠
SNI 03-2847-2002 psl 13.6(3(a)) (8.3a)
⎛ Vu ⎞ ⎛ Tu p h ⎞ ⎛ V 2 f c′ ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜⎜ ⎟⎟ ≤ φ ⎜ c + ⎟
b d 2
⎝ w ⎠ ⎝ 1,7 Aoh ⎠ ⎜ b d 3 ⎟
⎝ w ⎠
SNI 03-2847-2002 psl 13.6(3(b)) (8.3b)
Untuk beton bertulang :
⎛ λ f c′ V d⎞
Vc = ⎜ + 5 u ⎟bw d SNI 03-2847-2002 13.4(1) (8.3d)
⎜ 20 M u ⎟⎠
⎝
Vu d 1
≤ 1,0 ; λ f c 'bw .d ≤ Vc ≤ 0,4λ f c 'bw .d
Mu 6
Vu Tu
+ SNI 03-2847-2002 13.6.(3(3) (8.4)
bw d 1,7 Aoh t
2 A0 At f yv
Tn = cot θ
s
dimana :
At Tn
= (8.5b)
s 2 A0 f yv cot θ
Luasan A0 harus ditentukan dengan analisis, kecuali bahwa Standar SNI
03-2847-2002 mengijinkan untuk mengambil A0 = 0,85Aoh sebagai
pengganti analisis tersebut.
At ⎛ f yv ⎞ 2
Al = ph ⎜ ⎟ cot θ
s ⎜ f ⎟
⎝ yl ⎠
75 f c′ bw s
Av + 2 At =
1200 f yv
5 f c′ Acp ⎛A ⎞ f yv
Al , min = − ⎜ t ⎟ ph
12 f yl ⎝ s ⎠ f yl
(φ )(
f c′ 12 Acp2 p cp ) 1+ 3 f pc f c′ untuk anggota
aktual Tu atau ( )(
Tu = φ f c′ 3 Acp2 p cp ) untuk anggota beton
⎛ V 2 f c′ ⎞
2 2
⎛ Vu ⎞ ⎛ Tu p h ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜⎜ ⎟⎟ ≤ φ ⎜ c + ⎟
2
⎝ bw d ⎠ ⎝ 1,7 Aoh ⎠ ⎜ b d 3 ⎟
⎝ w ⎠
(b) untuk penampang berongga:
⎛ Vu ⎞ ⎛ Tu p h ⎞ ⎛ V 2 f c′ ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜⎜ ⎟⎟ ≤ φ ⎜ c + ⎟
2
⎝ bw d ⎠ ⎝ 1,7 Aoh ⎠ ⎜ b d 3 ⎟
⎝ w ⎠
Jika ketebalan dinding kurang dari Aoh/ph, suku kedua
Diberikan: pembebanan, kondisi pendukung, xo, yo, x1, y1, Acp, A0, Aoh, As, pcp, ph, t, h,
bw, d, untuk BP, tegangan rata-rata fpc setelah kehilangan, tegangan dan kekuatan
yang diperbolehkan, fyv, fyl, θ = 45° BB, θ = 37,5° BP
φ fc′ ⎛ Acp2 ⎞
Tu ≥ ⎜ ⎟ untuk BB
TIDAK 12 ⎜⎝ pcp ⎟⎠ YA
φ fc′ ⎛ Acp2 ⎞ 3f
Tu ≥ ⎜ ⎟ 1 + pc
⎜
12 ⎝ pcp ⎠ ⎟ fc′
At ⎛⎜ fyv ⎞⎟
Al = ph cot 2 θ , tetapi tidak
s ⎜ fyl ⎟
⎝ ⎠
kurang dari
5 fc′ Acp ⎛A ⎞ f
Al ,min = − ⎜ t ⎟ ph yv
12fyl ⎝ s ⎠ fyl
75 f c′ b s
Luasan sengkang total/dua kaki, A = 2 A + A = w namun harus tidak kurang
vt t v 1200 f yv
1 bw s
dari Spasi pada sengkang tertutup, s = luasan dua kaki sengkang
Avt s
3 fyv
Diameter batang minimum = s/24 atau batang D-10 untuk batang longitudinal
Akhi
Beton bertulang:
⎛ λ f′ ⎞
Vc = ⎜ c ⎟b d
⎜ 6 ⎟ w
⎝ ⎠
Beton prategang:
⎛ λ f′ Vd⎞
Vc = ⎜ c
+ 5 u ⎟bw d
⎜ 20 Mu ⎟
⎝ ⎠
Vu
Vs = − Vc
φ
TIDAK YA
Vs ≤ (2 3 )λ fc′ bw d
Perbesar penampang;
ulangi disain
Av V
= s
s fyv d
Akhir soubroutine
At Tn
=
s 2 A0 f yv cot θ
At ⎛ f yv ⎞ 2
Al = ph ⎜ ⎟ cot θ
s ⎜ f ⎟
⎝ yl ⎠
tetapi tidak kurang dari
5 f c′ Acp ⎛A ⎞ f yv
Al , min = − ⎜ t ⎟ ph
12 f yl ⎝ s ⎠ f yl
dimana Vs = Vn – Vc dan
⎛ λ f c′ ⎞
Vc = ⎜ ⎟b d
⎜ 6 ⎟ w
⎝ ⎠
untuk beton bertulang.
⎛ λ f c′ V d⎞
Vc = ⎜ + 5 u ⎟bw d
⎜ 20 M u ⎟⎠
⎝
untuk beton prategang jika fpe ≥ 0,4fpu. Batas-batas Vc untuk balok
prategang adalah
Vu d
(1 6)λ f c′bw d ≤ Vc ≤ 0,4λ f c′bw d ; ≤ 1,0
Mu
5. Dapatkan Avt total, luasan sengkang tertutup untuk torsi dan geser,
dan disain sengkang sehingga
f c′ bw s
Avt = Av + 2 At =
16 f yv
b = 1524 mm 102 mm
bw = 356 mm
Penyelesaian:
Tu 50,9
Tn perlu = = = 67, 87 kN-m
φ 0,75
Dari Pers. (8.5), momen torsi dimana torsi dapat diabaikan adalah
φ f c′ ⎛ Acp2 ⎞
⎟ = 0,75 27,6 ⎛⎜ 226.060 ⎞
2
⎜ ⎟⎟
Tu =
12 ⎜⎝ p cp ⎟⎠ ⎜ 1982
12 ⎝ ⎠
A0 = 0,85A0h, dimana Aoh adalah luasan yang dibatasi oleh garis pusat
sengkang tertutup terluar. Dengan mengasumsikan penutup bersih 40
mm dan sengkang ∅13, dari Gambar 8.5,
102 mm
569,5 mm
2 D-13 2 D-13
5D-25
Sengkang ∅10 spasi
95 mm p-p
atau
sengkang ∅13 spasi
356 mm 170 mm p-p
65,5 mm
2
⎛ Vu ⎞ ⎛ Tu p h ⎞
2
⎛ V 2 f c′ ⎞⎟
⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜⎜ ⎟⎟ ≤ φ⎜ c
+
2
⎝ bw d ⎠ ⎝ 1,7 Aoh ⎠ ⎜ bw d 3 ⎟⎠
⎝
⎛ f c′ ⎞ ⎛ 27,6 ⎞
Vc = ⎜ ⎟ bwd = ⎜ ⎟ × 356 × 569,5 = 177.52 kN
⎜ 6 ⎟ ⎜ 6 ⎟
⎝ ⎠ ⎝ ⎠
2 2
⎛ Vu ⎞ ⎛ Tu p h ⎞
⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜⎜ 2
⎟⎟ =
⎝ bw d ⎠ ⎝ 1,7 Aoh ⎠
2
⎛ 178.000 ⎞ ⎛ 50,9 × 10 6 × 1610 ⎞
2
⎜⎜ ⎟⎟ + ⎜⎜ ⎟
⎟
⎝ 356 × 569,5 ⎠ ⎝ 1,7(142.546) ⎠
2
⎛ V 2 f c′ ⎞⎟ ⎛ 177,52 2 27,6 ⎞⎟
φ⎜ c
+ = 0,75⎜ +
⎜ bw d 3 ⎟⎠ ⎜ 356 × 569,5 3 ⎟⎠
⎝ ⎝
At Tn 67,87 × 10 6
= =
s 2 A0 f yv cot θ 2 × 121.164 × 414 × 1,0
Tulangan geser
⎛ f c′ ⎞
Vc = ⎜ ⎟ b d = 177,52 kN
⎜ 6 ⎟ w
⎝ ⎠
178 1
Vn = = 237,33 kN > Vc; juga > Vc
0,75 2
Av Vs 59,81 × 10 3
= = = 0,254 mm2/mm/dua kaki
s f yv d 414 × 569,5
Avt 2 At Av
= + = 2 × 0,676 + 0,254 = 1,607 mm2/mm/dua kaki
s s s
Spasi yang diperbolehkan maksimum smaks = lebih kecil dari ph/8 atau
300 mm, dimana ph = 2(x1 + y1) = 1610 mm. Dari sebelumnya ph/8 =
1610/8 = 201,25 mm > 97,8 mm.
f c′ bw s 27,6 356 × 95
Avt = Av + 2 At = = = 26,82 mm2
16 f yv 16 414
1 bw s 1 356 × 95
Avt minimum = = = 27,23 mm2
3 f yv 3 414
At f yv
Al = ph cot2θ
s f yl
414
= 0,676 × 1610 × 1,0 = 1089,13 mm2
414
5 f c′ Acp ⎛ At ⎞ f yv
Al minimum = – ⎜ ⎟ ph
12 f yl ⎝ s ⎠ f yl
Al 1089,13
ΣAs bentang-tengah = + As = + 2194 = 2466,28 mm2
4 4
Sediakan 5 D-25 pada sisi terbawah. Sediakan dua batang D-13 dengan
luasan sebesar 265,46 mm2 pada sisi teratas. Sediakan dua batang D-
13 pada setiap muka vertikalnya. Gambar 8.3 menunjukkan geometri
irisan penampangnya.
Av
= 0,254 mm2/mm/dua kaki; Avt min = 27,23 mm2 < 157,08 mm2
s
untuk sengkang ∅10, karenanya tidak mengontrol.
d 569,5
s maksimum = = = 284,75 mm
2 2
Karena Tu = 29,9 kN-m lebih besar dari 8,47 kN-m dari kasus
(a); karenanya sengkang harus disediakan. Karena ini merupakan torsi
f c′ ⎛ Acp2 ⎞
⎟ = 0,75 27,6 ⎛⎜ 226.060 ⎞
2
φ ⎜ ⎟⎟
3 ⎜⎝ 1982
Tu =
3 ⎜⎝ p cp ⎟
⎠ ⎠
= 33,86 kN-m
Ini > 29,9 kN-m; karenanya gunakan Tu = 29,9 kN-m untuk disain torsi
penampang tersebut.
Tu 29,9
Tn perlu = = = 39,87 kN-m
φ 0,75
At Tn 39,87 × 10 6
= =
s 2 A0 f yv cot θ 2 × 121.164 × 414 × 1,0
Av
= 0,254 mm2/mm/dua kaki
s
At ⎛⎜ f yv ⎞⎟ 2 414
Al = ph cot θ = 0,397 × 1610 × × 1,0
⎜
s ⎝ f yl ⎠ ⎟ 414
= 639,78 mm2
5 f c′ Acp ⎛ At ⎞ f yv
Al,min = – ⎜ ⎟ ph
12 f yl ⎝ s ⎠ f yl
Al = 639,78 mm2
102 mm
569,5 mm
2 D-13 5 D-25 2 D-13
356 mm
65,5 mm