Oleh :
Kelompok 1
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nyalah
Tugas Makalah Perkerasan Jalan yang berjudul “Campuran Aspal Panas dan
Dingin serta Pencampuran Agregat (Blending)” dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Makalah ini disusun guna melengkapi tugas semester 4 mata kuliah
Perkerasan Jalan pada Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Udayana 2019.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu sangat diharapkan saran maupun kritik yang sifatnya membangun
sebagai bahan pertimbangan dan penyempurnaan makalah ini di masa mendatang.
Penyusun
i
ii
DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5
1.3 Tujuan........................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................6
2.1 Pengertian Konstruksi Perkerasan Jalan....................................................6
2.2 Sejarah Perkerasan Jalan...........................................................................7
2.3 Komponen Perkerasan Jalan...................................................................10
2.3.1 Aspal................................................................................................10
2.3.1 Agregat.............................................................................................12
2.3.3 Bahan Pengisi...................................................................................15
2.4 Campuran Aspal......................................................................................16
2.4.1 Jenis dan Pengertian Campuran Panas (Hot Mix)...........................16
2.4.2 Jenis dan Pengertian Campuran Dingin (Cold Mix)........................16
2.5 Standar Sesifikasi Agregat dan Bahan Pengisi sesuai Spesifikasi Teknis
PU 2010 dan 2010 Rev-3........................................................................17
2.5 Standar atau Metode Pengujian Agregat dan Bahan Pengisi.................20
2.6 Pencampuran Agregat (Blending)...........................................................21
BAB III..................................................................................................................28
PENUTUP.............................................................................................................28
3.1 KESIMPULAN..........................................................................................28
3.2 SARAN.....................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................1
i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
4. Bagaimana karakteristik aspal panas dan campuran aspal dingin sesuai
spec PU2010 rev ?
5. Bagaimana metode pencampuran 3 atau lebih agregat dengan pendekatan
sistematis ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui definisi dan persyaratan agregat dan bahan pengisi
2. Untuk mengetahui metode pengujian agregat kasar, halus, dan filler
3. Untuk mengetahui pengertian dan jenis campuran aspal panas dan dingin
4. Untuk mengetahui karakteristik campuran aspal panas dan dingin sesuai
spec PU2010 rev
5. Untuk mengetahui metode pencampuran 3 atau lebih agregat dengan
pendekatan sistematis
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pertama kali ditemukan di Mesopothamia berkaitan dengan
ditemukannya roda sekitar 3500 tahun sebelum Masehi.
4
15/20 sampai 25/30 yang disusun tegak. Batu-batu kecil diletakkan diatasnya
untuk menutup pori-pori yang ada dan memberikan permukaan yang rata. Sistim
Batu-batu kecil diletakkan diatasnya untuk menutup pori-pori yang ada dan
memberikan permukaan yang rata. Sistim ini terkenal dengan
sistem Telford. Jalan-jalan di Indonesia yang dibuat pada jaman
dahulu sebagian besar merupakan sistem jalan Telford, walaupun
diatasnya telah diberikan lapisan aus dengan pengikat aspal.
2.3.1 Aspal
Menurut Sukirman (2003), aspal didefinisikan sebagai material perekat
(comentitious), berwarna hitam atau cokelat tua, dengan unsur utama bitumen.
Aspal adalah material yang pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak
padat, dan bersifat termoplastis. Jadi, aspal akan mencair jika dipanaskan
sampai temperatur tertentu, dan kembali membeku jika temperatur turun.
Bersama dengan agregat, aspal merupakan material pembentuk campuran
perkerasan jalan. Menurut Sukirman (2003) banyaknya aspal dalam campuran
perkerasan berkisar antara 4 % - 10% berdasarkan volume campuran.
Menurut Sukirman (2003) aspal yang digunakan sebagai material
perkerasan jalan berfungsi sebagai:
a. bahan pengikat, memberikan ikatan yang kuat antara aspal dan agregat
dan antar sesama aspal,
b. bahan pengisi, mengisi rongga antar butir agregat dan pori-pori yang ada
di dalam butir agregat itu sendiri,
Menurut Totomihardjo (2004) ada beberapa persyaratan aspal sebagai
bahan perkerasan jalan, yaitu:
a. kekakuan/kekerasan (stiffness),
b. sifat mudah dikerjakan (workability),
c. kuat tarik (tensile strength) dan adhesi,
d. tahan terhadap cuaca.
6
Menurut Sulaksono (2001) aspal adalah sejenis mineral yang umumnya
digunakan untuk konstruksi jalan, khususnya perkerasan lentur. Aspal
merupakan material organik (hydrocarbon) yang komplek, yang diperoleh
langsung dari alam atau dengan proses tertentu. Aspal berbentuk cair,
semipampat dan pampat pada suhu ruang (250 C). Penggunaan aspal sebagai
material perkerasan cukup luas, mulai dari lapis permukaan, lapis fondasi, lapis
aus, maupun lapis penutup. Aspal dibedakan menjadi lima.
a. Aspal alam
Aspal alam ditemukan di pulau Buton, Perancis, Swiss, dan Amerika Selatan.
Menurut sifat kekerasannya aspal alam dapat dibagi menjadi dua, yaitu
rock asphalt dan lake asphalt.
b. Aspal buatan
Jenis aspal ini dibuat dari minyak bumi sehingga dikenal sebagai aspal minyak,
selain itu aspal ini harus dipanaskan terlebih dulu sebelum digunakan,
sehingga juga sering disebut sebagai aspal panas. Bahan baku minyak
bumi yang baik untuk pembuatan aspal adalah minyak bumi yang
mengandung parafin. Untuk bahan aspal parafin kurang disukai karena
akan mengakibatkan aspal bersifat getas, mudah terbakar dan memiliki
daya lekat yang buruk dengan agregat
c. Aspal cair
Aspal cair adalah aspal keras yang diencerkan dengan 10 – 20% kerosin, white
spirit atau gas oil untuk mencapai viskositas tertentu dan memenuhi fraksi
destilasi tertentu. Viskositas ini dibutuhkan agar aspal tersebut dapat
menutupi agregat dalam waktu singkat dan akan meningkat terus sampai
perkerjaan pemadatan dilaksanakan.
d. Aspal emulsi
Aspal emulsi adalah aspal yang lebih cair daripada aspal cair dan mempunyai sifat
dapat menembus pori-pori halus dalam batuan yang tidak dapat
dilaluioleh aspal cair biasa karena sifat pelarut yang membawa aspal
dalam emulsi mempunyai daya tarik terhadap batuan yang lebih baik
daripada pelarut dalam aspal cair, terutama apabila batuan tersebut agak
lembab.
7
e. Tar
Tar adalah sejenis cairan yang diperoleh dari material organis seperti kayu atau
batubara melalui proses destilasi dengan suhu tinggi tanpa zat asam.
Menurut Departemen Pekerjaan Umum pada Petunjuk Pelaksanaan Lapis
Aspal Beton (Laston) Untuk Jalan Raya, SKBI-2.4.26.1987, aspal dibedakan
menjadi tiga jenis yaitu:
a. Aspal keras, adalah suatu jenis aspal minyak yang merupakan residu hasil
destilasi minyak bumi pada keadaan hampa udara, yang pada suhu normal
dan tekanan atmosfir berbentuk pampat.
b. Aspal cair, adalah aspal minyak yang pada suhu normal dan tekanan
atmosfir berbentuk cair, terdiri dari aspal keras yang diencerkan dengan
bahan pelarut.
c. Aspal emulsi, adalah suatu jenis aspal yang terdiri dari aspal keras, air, dan
bahan pengemulsi dimana pada suhu normal dan tekanan normal
berbentuk cair.
2.3.1 Agregat
a Agregat beku, adalah agregat yang berasal dari magma yang mendingin
dan membeku tedapat dua macam agregat beku yaitu agregat beku luar
dan dalam. Agregat beku luar umumnya berbutir halus seperti batu apung,
andesit, basalt, dll. Sedangkan agregat beku dalam umumnya bertektur
kasar seperti gabbro, diorit, syenit.
b Agregat sendimen, adalah agregat yang berasal dari campuran mineral,
sisa – sisa hewan dan tanaman yang mengalami pengendapan dan
8
pembekuan. Berdasar proses pembentukanya dapat dibedakan atas agregat
sendimen yang dibentuk dengan proses mekanik, prosese organis dan
proses kimiawi.
c Agregat metamorfik, adalah agregat yang mengalimi perubahan bentuk
akibat adanya perubahan tekanan dan temperatur kulit bumi.
a Agregat siap pakai, adalah agregat yang terbentuk melalui proses erosi dan
degradasi sehingga sangat menentukan bentuk partikelnya,agregat yang
terbentuk karena proses erosi umumnya bulat dantekstur permukaanya
licin. Sedangkan agregat yang terbentuk akibat degradasi umumnya
membentuk sudut tajam dan kasar. Agregat ini sering digunakan untuk
matrial perkerasan jalan.
b Agregat yang diolah, adalah agregat yang diperoleh dari sungai – sungai
atau gunung – gunung yang berbentuk masif dan besar – besar sehingga
perlu diolah terlebih dahulu, umumnya mempunyai bidang pecahan,
bertekstur kasar dan ukuran agregat sesuai yang diinginkan. Agreagat ini
umumnya baik untuk matrial perkerasan jalan.
9
Agregat kasar tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak beton,
seperti zat yang relatif alkali.
Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil alam dari batu pecah.
Agregat kasar harus lewat tes kekerasan dengan bejana penguji
Rudeloff dengan beban uji 20 ton.
Kadar bagian yang lemah jika diuji dengan goresan batang tembaga
maksimum 5%.
Angka kehalusan (Fineness Modulus) untuk Coarse Aggregate antara
6–7,5.
Jenis agregat kasar yang umum adalah:
Batu pecah alami: Bahan ini didapat dari cadas atau batu pecah alami
yang digali.
Kerikil alami: Kerikil didapat dari proses alami, yaitu dari pengikisan
tepi maupun dasar sungai oleh air sungai yang mengalir.
Agregat kasar buatan: Terutama berupa slag atau shale yang biasa
digunakan untuk beton berbobot ringan.
Agregat untuk pelindung nuklir dan berbobot berat: Agregat kasar yang
diklasifikasi disini misalnya baja pecah, barit, magnatit dan limonit.
b. Agregat Halus
Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami
dari batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat
pemecah batu. Agregat ini berukuran 0,063 mm — 4,76 mm yang meliputi
pasir kasar (Coarse Sand) dan pasir halus (Fine Sand). Untuk beton
penahan radiasi, serbuk baja halus dan serbuk besi pecah digunakan
sebagai agregat halus.
Menurut PBI, agregat halus memenuhi syarat:
Agregat halus harus terdiri dari butiran-butiran tajam, keras, dan
bersifat kekal artinya tidak hancur oleh pengaruh cuaca dan temperatur,
seperti terik matahari hujan, dan lain-lain.
Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % berat
kering, apabila kadar lumpur lebih besar dari 5%, maka agregat halus
10
harus dicuci bila ingin dipakai untuk campuran beton atau bisa juga
digunakan langsung tetapi kekuatan beton berkurang 5 %.
Agregat halus tidak boleh mengandung bahan organik (zat hidup)
terlalu banyak dan harus dibuktikan dengan percobaan warna dari
ABRAMS-HARDER dengan larutan NaOH 3%.
Angka kehalusan (Fineness Modulus) untuk Fine Sand antara 2,2–3,2.
Angka kehalusan (Fineness Modulus) untuk Coarse Sand antara 3,2–
4,5.
Agregat halus harus terdiri dari butiran yang beranekaragam besarnya.
Agregat halus yang tidak memenuhi percobaan tersebut juga dapat
dipakai, asal saja kekuatan tekan adukan agregat pada umur 7 dan 28 hari
tidak kurang dari 95% dari kekuatan adukan agregat yang sama, tetapi
dicuci terlebih dahulu dalam larutan NaOH 3% yang kemudian dicuci
bersih dengan air pada umur yang sama.
Agregat halus harus terdiri dari butiran yang beranekaragam dan
apabila diayak dengan ayakan susunan harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
Sisa diatas ayakan 4 mm minimum beratnya 2%
Sisa diatas ayakan 1mm minimum beratnya 10%
Sisa diatas ayakan 0,025 beratnya berkisar antara 80% sampai 95%.
11
campuran beton aspal antara lain meningkatkan kekuatan dan kepadatan
campuran. Adapun syarat-syarat filler sebagai berikut :
Bahan filler terdiri dari abu batu, semen Portland, abu terbang, debu
dolomite, kapur,dan lain-lain.
Harus kering dan bebas dari pengumpulan dan bila diuji dengan pengayakan
basah harus mengandung bahan yang lolos saringan No. 200 tidak kurang
dari 70 % beratnya.
Penggunaan kapur sebagai bahan pengisi dapat memperbaiki daya tahan
campuran, membantu penyelimutan dari partikel agregat.
13
2. Tipe RS artinya Rapid Setting
3. Tipe MS artinya Medium Setting
4. Tipe SS artinya Slow Setting
1. Agregat Kasar
a Fraksi agregat kasar untuk campuran adalah yang tertahan ayakan
no. 4 (4,75mm) yang dilakukan secara basah dan harus bersih,
keras, awet, dan bebas dari lempung atau bahan yang tidak
dikehendaki lainnya dan memenuhi ketentuan yang diberikan di
dalam Tabel 6.3.2.(1a)
b Fraksi agregat kasar dari bat pecah mesin dan disiapkan dalam
ukuran nominal sesuai dengan jenis campuran yang direncanakan
seperti yang ditunjukan pada Tabel 6.3.2(1b).
c Agregat kasar harus mempunyai angularitas seperti yang
disyaratkan dalam Tabel 6.3.2.(1a). Angularitas agregat
didefenisikan sebagai persen terhadap berat agregat yang lebih
besar dari 4,75 mm dengan muka bidang pecah satu atau lebih
berdasarkan uji SNI 7619: 2012 dalam lampiran 6.3.C.
d Agregat kasar untuk Latasir kelas A dan B boleh dari kerikil yang
bersih.
e Fraksi agregat kasar harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke
instalasi pencampur aspal dengan menggunakan pemasok
penampung dingin (cold bin feeds) sedemikian rupa sehingga
gradasi gabungan agregat dapat dikendalikan
14
2. Agregat Halus
a Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir
atau penayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan
No.4 (4,75mm).
b Fraksis agregat haluspecah mesin dan pasir ditempatkan terpisah dari
agregat kasar.
c Agregat pecah halus dan pasir harus ditumpuk terpisah dan harus
dipasok ke instalasi pencampur aspal dengan menggunakan pemasok
penampung dingin (cold bin feeds) yang terpisah sehingga gradasi
15
gabungan dan persentase pasir didalam campuran dapat dikendalikan
dengan baik.
d Pasir alam dapat digunakan dalam campuran AC sampai suatu batas
yang tudak melampaui 15% terhadap berat total campuran.
Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari lempung,
atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batu pecah halus harus
diperoleh dari batu yang memenuhi ketentuan mutu dalam Pasal 6.3.2
(1).
16
diproses maka bahan pengisi yang ditambahkan (filler added) sudah
memperhitungkan kadar filler yang terkandung dalam Asbuton
tersebut.
b Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari
gumpalan-gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SNI
ASTM C 136:2012 harus mengandung bahan yang lolos ayakan No.
200 (75micron) tidak kurang dari 75% terhadap beratnya kecuali
mineral Asbuton. Mineral Asbuton harus mengandung bahan yang
lolos ayakan No. 100(150 micron) tidak kurang dari 95% terhadap
beratnya
c Bilamana kapur tidak terhidrasi atau terhidrasi sebagian, tidak
digunakan sebagai bahan pengisi. Kapur yang seluruhnya terhidrasi
yang dihasilkan dari pabrik yang disetujui dan semen yang
mememnuhi persyaratan yang disebutkan Pasal 6.3.2 (2b) diatas,
dapat digunakan maksimum 2% terhadap berat total agregat.
d Semua campuran beraspal harus mengandung bahan pengisi
ditambahkan (filler added) min. 1% dari berat total agregat.
Menurut SNI (1990, 1991), ketentuan pengujian agregat kasar dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
17
Menurut SNI, ketentuan pengujian agregat halus dapat dilihat pada tabel berikut :
Menurut SNI (1994), ketentuan pengujian bahan pengisi dapat dilihat pada tabel
berikut :
18
pencampuran bisa didasarkan dengan metode tertentu yang umum
dipakai yang dilanjutkan dengan cara coba-coba (trial and error).
1. Mencampur 2 Jenis Gradasi Agregat
Misalnya mencampur agregat A dan B yang memiliki gradasi seperti pada
Tabel 5.1 ,supaya memenuhi spec C (Krebs and Walker, 1971). Tabel 5.1 Data
dua jenis gradasi agregat dan spesifikasi yang ditargetkan.
Tabel 5.1
No Saringan % Lolos Berdasarkan Berat
Ag. A Ag.B Ag.C
“2” 100 100 100
“1,5” 100 95 90-100
‘’0,75’’ 63 85 65-85
No 4 (4,75mm) 25 50 30-40
No 10 (2,0 mm) 15 36 20-35
No 200 (0,075 mm) 3 7 0-5
Kombinasi 60 % A 40% B
19
f. Tarik garis vertikal melalui ujung paling dalam (sebelah kiri dan kanan)
dari garis-garis ayakan yang ditebalkan, kemudian arsir bidang yang ada
diantaranya dan baca skala pada sb.x di bagian bawah dan atas. Untuk
contoh ini, kombinasi (50-72) % thd. gradasi A, dan (28-50) % thd.
gradasi B yang memenuhi syarat. Diantara rentang tsb. Dapat dipilih
kombinasi 60 % thd. gradasi A dan 40 % thd. gradasi B, untuk memenuhu
spesifikasi C, seperti disajikan pada Tabel 5.1
21
Hasil blending disajikan pada Gambar 5.2
22
B = persen lolos agregat kedua (biasanya yang lebih halus), yang melalui
ayakan tertentu.
a = proporsi (%) agregat pertama , dan b = proporsi (%) agregat kedua.
Diketahui: a + b = 1, sehingga : a = 1 – b. Kemudian didapat: b = (P-A)/(B-A)
, selanjutnya lihat Tabel 1.6 dst.
Tabel 1.6 Spesifikasi dan gradasi masing-masing agregat
Ayakan 19 12,5 9,5 4,75 2,36 0,600 0,300 0,150 0,075
mm mm mm mm mm mm mm mm mm
0,75 0,5 “ 0,375 No 4 No 8 No 30 No 50 No 100 No 200
” “
Spec 100 80-100 79-90 50-70 35-50 18-29 13-23 8-16 4-10
Ag Ix0,50 100 90 59 16 3,2 1,1 0 0 0
Ag IIx0,50 100 100 100 96 82 51 36 21 9,2
Lihat persentase lolos ayakan yang diperkirakan berpengaruh besar. Misal diambil
data pada ayakan 2.36 mm (No.8).
b = (P-A)/(B-A)
b = (42,5-3,2)/(82-3,2)
b = 0,50 ; a = 1-0,50 , a = 0,50
Tabel 1.7 Kombinasi pertama
Ayakan 19mm 12,5 9,5 4,75 2,36 0,600 0,300 0,0150 0,075
mm mm mm mm mm mm mm mm
0,75” 0,5” 0,375 No No No No No No
” 4 8 30 50 100 200
Spec 100 80- 79-90 50- 35- 18- 13- 8-16 4-10
100 70 50 29 23
Ag 50 45 29,5 8 1,6 0,55 0 0 0
Ix0,50
Ag 50 50 50 48 41 25,5 18 10,5 4,6
IIx0,50
Total 100 95 79,5 56 42,6 25,6 18 10,5 4,6
Hasil kombinasi (total) pada ayakan 0.075mm (No.200), perlu ditambahkan. Coba
nilai a = 0,45 dan b = 0,55
Tabel 1.8 Kombinasi kedua
23
Ayakan 19mm 12,5 9,5 4,75 2,36 0,600 0,300 0,0150 0,075
mm mm mm mm mm mm mm mm
0,75” 0,5” 0,375 No No No No No No
” 4 8 30 50 100 200
Spec 100 80- 79-90 50- 35- 18- 13- 8-16 4-10
100 70 50 29 23
Ag 45 40,5 26,6 7,2 1,4 0,5 0 0 0
Ix0,50
Ag 55 55 55 52,8 45,1 28 19,8 11,5 5,1
IIx0,50
Total 100 95,5 81,6 60 46,5 28,5 19,8 11,5 5,1
Hasil kombinasi (total) pada ayakan 0.600mm (No.30) terlalu mendekati batas
atas spec.
Coba nilai = a = 0,48 dan b = 0,52.
Tabel 1.9 Kombinasi ketiga
Ayakan 19mm 12,5 9,5 4,75 2,36 0,600 0,300 0,0150 0,075
mm mm mm mm mm mm mm mm
0,75” 0,5” 0,375 No No No No No No
” 4 8 30 50 100 200
Spec 100 80- 79-90 50- 35- 18- 13- 8-16 4-10
100 70 50 29 23
Ag 48 43,2 28,3 7,7 1,5 0,53 0 0 0
Ix0,50
Ag 52 52 52 49,9 42,6 26,5 18,7 10,9 5,1
IIx0,50
Total 100 95,2 80.3 57,6 44,1 27,3 18,7 10,9 5,1
Kombinasi ini relative sudah lebih mendekati yang
diharapkan. Untuk mengkombinasi tiga jenis agregat, dapat
dilakukan dengan mengkombinasi dua agregat terlebih dahulu,
hasilnya dikombinasikan dengan agregat yang ketiga. Bila
mengkombinasi empat jenis agregat, bisa dicoba dengan
mengkombinasi masing masing dua agregat terlebih dahulu,
kemudian hasilnya dikombinasi lagi.
100
80
60
40
20
0
1 ; No. 4 No. 10 No. 40 No. 80 No. 200
BAB III
26
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Agregat adalah matrial perkerasan berbutir yang digunakan untuk
perkerasan jalan. ASTM mendefinisikan agregat sebagai suatu bahan yang
terdiri dari mineral padat, berupa masa berukuran besar ataupun berupa
fragmen-fragmen sedangkan bahan pengisi (filler) adalah bahan berbutir
halus yang lolos ayakan No.30 dimana persentase berat butir yang lolos
ayakan No.200 minimal 65%.
2. Aspal Hotmix merupakan campuran Agregat kasar (batu screening / batu
split), Agregat halus (abu batu), Filler, dengan mengunakan bahan pengikat
Aspal dalam kondisi suhu panas tinggi dengan komposisi yang teliti dan
diatur oleh Spesifikasi teknis.
3. Campuran aspal dingin adalah campuran bahan perkerasan jalan lentur yang
terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler dan bahan pengikat aspal
dengan perbandingan tertentu dan dicampur dalam keadaan dingin.
4. Kegiatan pencampuran agregat diperlukan dalam upaya untuk memperoleh
gradasi agregat yang didinginkan sesuai dengan spesifikasi campuran untuk
suatu jenis perkerasan jalan. Secara umum ada tiga cara blending yaitu:
grafis, analitis, dan cara coba-coba, atau kombinasi.
3.2 SARAN
Adapun saran yang penulis dapat sampaikan, antara lain:
1. Perlu adanya tambahan materi atau tinjauan pustaka untuk
melengkapi pembahasan yang telah disampaikan.
2. Perlu adanya proses bimbingan untuk menyempurnakan isi tulisan ini.
27
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unila.ac.id/8780/16/BAB%20II.pdf
https://medium.com/@hizrian/pengertian-agregat-dan-klasifikasinya-342a92049a98