Anda di halaman 1dari 23

1

MODUL PERKULIAHAN

Rekayasa Pondasi II

Rencana pembelajaran mata kuliah


Rekayasa Pondasi 2 dalam satu
semester, mempelajari analisis
dinding penahan yang digunakan
untuk menahan urugan tanah,
mampu merancang dan
mengevaluasi desain turap secara
runtut dengan berbagai kondisi
tanah dan analisis pondasi dalam

Abstract Kompetensi
Secara umum sebelum merancang dan Mahasiswa mengerti teori mekanika
mengevaluasi turap perlu mempelajari tanah dan mampu menerapkannya
untuk merancang dan mengevaluasi
distribusi tekanan tanah lateral dengan
desain turap secara runtut dengan
berbagai variasi kondisi tanah
berbagai variasi kondisi tanah
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

04
Fakultas Teknik Perencanaan Teknik Sipil W112100034 Wimpie Agoeng
Dan Desain W111700013W111700013Fakultas Teknik Perencanaan esain Noegroho Aspar
II. KONSTRUKSI TIANG TURAP
5. TIANG TURAP BERANGKER
Bila ketinggian urugan di belakang dinding tiang turap konsul kira-kira melebihi 6 m, maka
pengikatan tiang turap dekat bagian atas dengan pelat angker, dinding, atau tiang angker
menjadi lebih ekonomis. Tipe konstruksi tersebut disebut sebagai dinding tiang turap
berangker atau suatu turap berangker. Angker meminimalkan kedalaman penetrasi yang
diperlukan oleh tiang turap dan juga mengurangi luas penampang melintang dan berat tiang
turap yang diperlukan untuk konstruksi. Akan tetapi, batang pengikat dan angker harus
dirancang dengan hati-hati.
Angker tiang turap dapat dilakukan dengan membuat blok beton besar dicor ditempat atau
blok beton pracetak yang ditanam dalam tanah dengan kedalaman tertentu (Gambar 2.15a).
Angker bisa juga diikatkan pada tiang yang ditanam dalam tanah seperti Gambar 2.15 b dan
c. Variasi tipe pengangkeran dapat dilihat pada Gambar 2.15.

Tanah asli Muka tanah urug


Batang angker
Digali untuk menanam Balok angker
blok angker
Batang
angker Muka tanah asli
Tiang tarik
Tiang desak
(b)

(a)
Muka tanah urug Batang angker
Beton groting
Muka tanah asli

Batang angker
Tiang
(c) (d)

Gambar 2.15: Sistem Angker Tiang Turap

Dua metoda dasar untuk merancang dinding tiang turap berangker yaitu (a) metode tumpuan
tanah bebas dan (b) metode tumpuan tanah jepit. Gambar 2.16 menunjukkan anggapan
kondisi lendutan tiang turap menurut dua metode tersebut. Metode tumpuen tanah bebas
mencakup kedalaman penetrasi minimum. Di bawah garis pengerukan, tidak ada titik poros
yang terjadi untuk sistem statis. Kondisi variasi momen lentur dengan kedalaman untuk
kedua metode tersebut juga ditunjukkan pada Gambar 2.16. perhatiakan bahwa Dtanah bebas <
Dtanah jepit.

2023 Rekayasa Pondasi II


2 Wimpie Agoeng Noegroho Aspar
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Batang angker Batang angker

Muka airtanah

Momen
M max
Lendutan Momen Lendutan
M max
Garis keruk Garis keruk

Tiang turap dengan Tiang turap dengan


D tumpuan sederhana D jepit di ujung bawah

(a) Metode Tumpuan Tanah Bebas (b) Metoda Tumpuan Tanah Jepit
Gambar 2.16: Kondisi Macam Lendutan dan Momen Tiang Turap Berangker

5.1 Tiang Turap Berangker Dalam Tanah Pasir


5.1.1 Metode Tumpuan Tanah Bebas
Gambar 2.17 menunjukkan dinding tiang turap berangker dalam urugan tanah berbutir,
dimana dinding telah dipancangkan dalam tanah granular. Batang pengikat yang
menghubungkan tiang turap dan angker terletak di kedalaman l1 di bawah bagian atas dinding
tiang turap.
A
Batang angker l 1 F Pasir
L 1 O'  
Muka airtanah C l2
p1
z

L L2 P
Pasir
 sat 
z
Garis pengerukan p2
L3 1D Pasir
E  sat 
D
L4  ' (K p - K a )
F p8 B

Gambar 2.17: Dinding Tiang Turap Berangker Masuk Dalam Pasir

Diagram distribusi tekanan neto di ats garis pengerukan serupa dengan yang ditunjukkan
pada Gambar 2.17 pada kedalaman z = L1, maka p1 =  L1Ka; dan di z = L1 + L2, maka p2 = (
L1 + ’ L2) Ka. Di bawah garis pengerukan pada kedalaman z = L1 + L2 + L3 tekanan neto akan
sama dengan nol. Rumus untuk menentukan L3 diberikan pada Persamaan (2.6), atau

2023 Rekayasa Pondasi II


3 Wimpie Agoeng Noegroho Aspar
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
p2
L3 =
 ' (K p − Ka )
Pada z = (L1 + L2 + L3 + L4 ), tekanan neto tersebut diberikan sebagai berikut
p8 = ’ (Kp – Ka) L4 (2.65)
Jika diperhatikan, perbandingan kemiringan garis DEF adalah 1 vertikal dengan horizontal ’
(Kp – Ka).
Untuk kesetimbangan tiang turap,  gaya horizontal = 0, dan  momen pada O’ = 0.
Dengan menjumlahkan gaya-gaya kearah horizontal (per satuan panjang dinding)
menghasilkan
Luas diagram tekanan ACDE – luas EBF – F = 0.
dimana F = gaya tarik batang pengikat per satuan panjang dinding, atau
1
P – p8 L4 – F = 0
2
atau
[ ’ (Kp – Ka) L24
1
F=P–
2
dimana P = luas diagram tekanan ACDE
Jika diambil momen di titik O’ akan menghasilkan
– P1 (L1 + L2 + L3 ) – ( z1 + l1)] + [’ (Kp – Ka)] L24 (l2 + L2 + L3 +
1 2
3
L4) = 0
2
3P ( L1 + L2 + L3 ) − ( z + l1 )
atau L24 + 1,5 L24 (l2 + L2 + L3) – =0 (2.67)
 ' (K p − Ka )
Persamaan (2.67) bisa diselesaikan dengan cara coba-coba untuk menentukan kedalaman
teoritis, L24 :
Dteoritis = L3 + L4
Kedalaman teoritis pada prakteknya dinaikkan menjadi kira-kira 30% – 40% untuk
pelaksanaan pembangunan yang sebenarnya, atau
Daktual = 1,3 sampai 1,4 Dteoritis (2.68)
Faktor keamanan dapat digunakan terhadap Kp di awal perhitungan sebesar Kp(rancangan) =
Kp/FS. Bila hal ini dilakukan, maka tidak diperlukan lagi untuk memperbesar kedalam teoritis
sebesar 30% – 40%. Pendekatan tersebut sering lebih konservatif.
Momen maksimum teoritis yang akan terjadi pada tiang turap terjadi pada kedalaman antara z
= L1 dan z = L1 + L2. Kedalaman, z, untuk geser sama dengan nol akan menghasilkan momen
maksimum, bisa dievaluasi dari.
p1 L1 – F + p1 (z – L1) + Ka ’ (z – L1)2 = 0
1 1
(2.69)
2 2
Bila harga z sudah diketahui, maka besarnya momen maksimum dengan mudah dapat
ditentukan. Dalam beberapa hal, garis pengerukan bisa miring sebesar sudut  terhadap
horizontal, seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.18a. Dalam hal tersebut, koefisien tekanan
tanah pasif tidak akan sama dengan tg2 (450 + 0/2). Kisaran harga Kp (Coulomb – untuk
sudut geser dinding nol) terhadap  untuk  = 300 dan 350 ditunjukkan pada Gambar 2.18b.
Dengan harga Kp tersebut, prosedur yang baru saja dijelaskan bisa digunakan untuk
menentukan kedalaman penetrasi, D.

2023 Rekayasa Pondasi II


4 Wimpie Agoeng Noegroho Aspar
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
4
F
3
 0
= 35

Kp
2

 = 300
1

0
0 5 10 15 20 25
 (derajat)

(a) (b)
Gambar 2.18: Dinding Tiang Turap Berangker Dengan Garis Pengerukan Miring

Latihan Soal 2.6


Mengacu pada Gambar 2.17 disini L1 = 3,05 m, L2 = 6,1 m, l1 = 1,53 m, l2 = 1,52 m, c =
0,  = 300,  = 16 kN/m3, dan sat = 19,5 kN/m3.
a. Tentukan kedalaman penetrasi teoritis dan aktual. Gunakan Daktual = 1,3 Dteoritis
b. Hitung gaya angker per satuan panjang dinding.

Penyelesaian
Bagian a
Dalam menyelesaikan permasalahan dihadapi dilakukan langkah-langkah sebagai berikut .
Langkah 1. Hitung Ka dan Kp.
Ka = tg2 (450 – /2) = tg2 (450 – 300/2) = 1
3

Kp = tg2 (450 + /2) = tg2 (450 + 300/2) = 3


Kp – Ka = 3 – 13 = 2,667
Langkah 2. Hitung ’
’ = sat – a = 19,5 – 9,81 = 9,69 kN/m3.
Langkah 3. Hitung p1 dan p2
p1 =  L1 Ka
= (16) (3,50) 13 = 16,27 kN/m2.
p2 = ( L1+  L2) Ka
1
= [(16) (3,05) + (9,69) (6,1)] 3

= (48,8 + 59,109) 1
3
= 35,97 kN/m2.
Langkah 4. Hitung L3
p2 35,97
L3 = = = 1,39 m.
 ' (K p − Ka ) (9,69) ( 2,667)
Langkah 5. Hitung P.
P = 12 p1 L1 + p1 L2 + 12 (p2 – p1) L2 + 12 p2 L3
= 12 (16,27) (3,05) + (16,27) (6,1) + 12 (35,97 – 16,27) (6,1)
+ 12 (35,97) (1,39)
= 24,81 + 99,247 + 60,08 + 25 = 209,14 kN/m1.
Langkah 6. Hitung z

2023 Rekayasa Pondasi II


5 Wimpie Agoeng Noegroho Aspar
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
 ME = P z = (24,81) (1,39 + 6,1 + 3, 05
3
)+ (99,247) (1,39+ 62,1 )
 2 x 1,39 
+ (60,08) (1,39+ 63,1 ) + (25)  
 3 
209,14 z = 211,05 + 440,66 + 205,67+ 23,17
880,55
z= = 4,21 m.
209 ,14
Langkah 7. Hitung L4
3P ( L1 + L2 + L3 ) − ( z + l1 )
L24 + 1,5 L24 (l2 + L2 + L3) – =0
 ' (K p − Ka )
3 (209,14) (3,05 + 6,1 + 1,39) − (4,21 + 1,53)
L24 + 1,5 L24 (1,52 + 6,1 + 1,39) – =0
(9,69) (2,667)
L24 + 13,515 L24 – 116,53= 0
Dengan cara coba-coba didapat L4 = 2,7 m.
Akhirnya didapat D = L3 + L4
= 1,39 + 2,7= 4,09 m.
Daktual = 1,3 Dteori = 1,3 (4,09) = 5,32 m.
Gunakan Daktual = 5,4 m.

Diagram tekanan dapat digambar sesuai dengan hasil perhitungan seperti pada Gambar 2.19.

A
1,53 m
3,05 m F = 115 kN/m
Muka airtanah O' C 1,52 m
16,27 kPa
z
9,15 m P = 209,14 kN/m
6,1 m

z = 4,21 m
Garis pengerukan 35,97 kPa
1,39 m D

4,09 m (teori) E
2,7 m
F
B

Gambar 2.19

Bagian b
F =P– 1
2
’ (Kp – Ka) L24
= 209,07 – 1
2
(9,69) (2,667) (2,7)2 = 114,87 kN/m  115 kN/m.

5.1.2 Metoda Tumpuan Tanah Bebas Menggunakan Grafik Perancangan


Dengan metode tumpuan tanah bebas, Hagerty dan Nofal (1992) menyiapkan suatu grafik
rancangan yang telah disederhanakan untuk perkiraan kedalaman openetrasi, D, gaya angker,
F, dan momen maksimum, Mmax, dengan cepat untuk dinding tiang turap berangker yang

2023 Rekayasa Pondasi II


6 Wimpie Agoeng Noegroho Aspar
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
masuk ke dalam tanah berpasir, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.17. Asumsi yang
digunakan untuk analisis adalah:
a. Sudut geser dalam tanah, , di atas dan di bawah garis pengerukan sama.
b. Sudut geser antara dinding tiang turap dan tanah adalah /2.
c. Tekanan tanah pasif di bawah garis pengerukan memiliki permukan runtuh
membentuk spiral logatirma.
d. Untuk perhitungan tekanan tanah aktif berlaku teori Coulomb.
Besarnya D, F, dan Mmax bisa dihitung dari rumus-rumus berikut ini:
D
= (GD) (CDL1) (2.70)
L1 + L2
F
= (GF) (CPL1) (2.71)
 rata ( L1 + L3 ) 2
M max
= (GM) (CML1) (2.72)
 rata ( L1 + L2 )3
dimana rata = berat volume tanah rata-rata
 L 2 + ( set −  a ) L22 + 2  L1 L2
= 1 1 (2.73)
( L1 + L2 )
2

GD = faktor kedalaman
D
= (untuk L1 = 0 dan L2 = L1 + L2)
L1 + L2
GF = faktor gaya angker
F
= (untuk L1 = 0 dan L2 = L1 + L2)
 rata ( L1 + L2 ) 2
GM = faktor momen
M max
= (untuk L1 = 0 dan L2 = L1 + L2)
 rata ( L1 + L2 )3

CDL1, CFL1, CML1 = faktor koreksi untuk L1  0


Kisaran harga GD, GF, GM, CDL1, CFL1, dan CML1 telah dibuat oleh Hargerty dan Nofal
(1992) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.20, 2.21, 2.22, 2.23, 2.24, dan 2.25.
0,5

0,4  = 24 0

26 0
GD

0,3
28 0
30 0
0,2 32 0
34 0
36 0
38 0
0,1
0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
l 1 /(L 1 + L 2 )

Gambar 2.20: Variasi Harga GD Berdasarkan l1/(L1 + L2) dan  (Hagerty dan Nofal, 1992)

2023 Rekayasa Pondasi II


7 Wimpie Agoeng Noegroho Aspar
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
0,16

0,14

0,12  = 24 0
26 0
GF
0,10 28 0
30 0
0,08 32 0 0
34
36 0
0,06 38 0

0,04
0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
l 1/(L 1 + L 2)

Gambar 2.21: Variasi Harga GF Berdasarkan l1/(L1 + L2) dan  (Hagerty dan Nofal, 1992)

Latihan Soal 2.7


Mengacu pada Gambar 2.16. Diketahui : L1 = 2 m, L2 = 3 m, l1 = l2 = 1 m, c = 0,  = 320, 
=15,9 kN/m3, sat = 19,33 kN/m3. Tentukan menggunakan metode grafik:
a. Kedalaman penetrasi teoritis dan aktual. Gunakan: Daktual = 1,4 Dteoritis
b. Gaya angker per satuan panjang dinding
c. Momen maksimum, Mmax
0,05

0,04

0,03
GM

 = 24 0
0,02 26 0
28 0
38 0 30 0
0,01 36 0 34 0 32 0

0,00
0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
l 1/(L 1 + L 2)

Gambar 2.22: Variasi Harga GM Berdasarkan l1/(L1 + L2) dan  (Hagerty dan Nofal, 1992)

2023 Rekayasa Pondasi II


8 Wimpie Agoeng Noegroho Aspar
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
1,18
1,16 L1
= 0,4
L1 + L2
1,14

1,12 0,3
CDL 1 1,10
1,08 0,2
1,06
1,04
0,1
1,02
0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
l 1/(L 1 + L 2)

Gambar 2.23: Variasi Harga CDL1 Berdasarkan L1/(L1 + L2) dan l1/(L1 + L2) (Hagerty dan
Nofal, 1992)

Penyelesaian
Bagian a
Dari Persamaan (2.70) didapat
D
= (GD) (CDL1)
L1 + L 2

1,08

L1
1,07 = 0,4
L1 + L2

1,06 0,3
CFL 1

0,2
1,05

1,04
0,1
1,03
0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
l 1/(L 1 + L 2)

Gambar 2.24: Variasi Harga CFL1 Berdasarkan L1/(L1 + L2) dan l1/(L1 + L2) (Hagerty dan
Nofal, 1992)

2023 Rekayasa Pondasi II


9 Wimpie Agoeng Noegroho Aspar
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
1,06

1,04

1,02
L1
CML 1 = 0,4
1,00 L1 + L2

0,98
0,3
0,96 0,1
0,2
0,94
0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5
l 1/(L 1 + L 2)

Gambar 2.25: Variasi Harga CML1 Berdasarkan L1/(L1 + L2) dan l1/(L1 + L2) (Hagerty dan
Nofal, 1992)

l1 1
= = 0,2
L1 + L 2 2+3
Dari Gambar 2.20 untuk l1/(L1 + L2) = 0,2 dan  = 320, GD = 0,22; dari Gambar 2.23, untuk
L1/(L1 + L2) = 0,4; dan l1/(L1 + L2) = 0,2.
CDL1  1,172. Jadi
Dteori = (L1 + L2) (GD) (CDL1) = (5) (0,22) (1,172)  1,3 m.
Daktual  (1,4) (1,3)  2 m.

Bagian b
Dari Gambar 2.21 untuk l1/(L1 + L2) = 0,2 dan  = 320, GF = 0,074;dari Gambar 2.24 untuk
l1/(L1 + L2) = 0,4; l1/(L1 + L2) = 0,2 dan  = 320
CFL1 = 1,073. Dari Persamaan (2.73)
 l 2 +  ' L2 2 + 2  L1 L2 (15,9) (2) 2 + (19,33 − 9,81) (3)3 + (2) (15,9 (2) (3)
rata = 1 =
( L1 + L2 ) 2
(2 + 3)
2

3
= 13,6 kN/m
Menggunakan Persamaan (2.71) menghasilkan
F = rata (L1 + L2)2 (GF) (CFL1) = (13,6) (5)2 (0,074) (1,073)  27 kN/m.

Bagian c
Dari Gambar 2.32, untuk l1(L1 + L2) = 0,2 dan  = 320, GM = 0,021; dari Gambar 2.25 untuk
L1(L1 + L2) = 0,4; l1(L1 + L2) = 0,2 dan  = 32o, maka CML1 = 1,036. Dari Persamaan (2.72),
Mmax = a (L1 + L2)3 (GM) (CML1) = (13,6) (5)3 (0,021) (1,036)  36,99 kN/m.

5.1.3 Metoda Pengurangan Momen


Tiang turap dapat lentur, oleh karena itu dinding tiang turap mungkin bergeser (yaitu,
bergerak secara lateral), yang mendistribusikan tekanan tanah lateral. Perubahan tersebut
kecenderungannya mengurangi momen lentur maksimum, Mmax. Untuk itu, Rowe (1952,

2023 Rekayasa Pondasi II


10 Wimpie Agoeng Noegroho Aspar
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
1957) menyarankan suatu prosedur untuk mengurangi momen rangcangan maksimum pada
dinding tiang turap yang diperoleh dari metode tumpuan tanah bebas.
Pada Gambar 2.26 yang berlaku untuk kasus tiang turap yang masuk dalam pasir, digunakan
notasi berikut ini.
1. H’ = tinggi total tiang yang dipancang (yaitu, L1 + L2 + Daktual)
H'  4

2. Fleksibilitas relatif tiang = = 10,91 x 10-7  
 (2.74)
 EI 
dimana H’ dalam meter
E = modulus elastisitas bahan tiang (MN/m2)
I = momen kelembaman penampang tiang per meter panjang dinding
(m4/m dinding)
3. Md = momen rancangan
4. Mmax = momen maksimum teoritis
Prosedur untuk menggunakan diagram pengurangan momen (Gambar 2.26) adalah sebagai
berikut:
Langkah 1. Tentukan penampang tiang turap yang akan digunakan (dengan cara coba-
coba).
Langkah 2. Cari modulus penampang, S, dari penampang terpilih (Langkah 1) per
satuan panjang dinding.
Langkah 3. Tentukan momen kelembaman penampang (Langkah 1) per satuan
panjang dinding.
Langkah 4. Hitung H’ dan hitung  sesuai Persamaan (2.74).
1,0
Pasir
lepas
0,8
Daerah
aman
0,6
M max
Md

Pasir padat
dan kerikil
0,4
Daerah
tidak aman
 H'
0,2 H' = L 1 + L 2 + D aktual
Tiang Tiang
kaku lentur
0,0
-4,0 -3,5 -3,0 -2,5 -2,0
Log 
Gambar:2.26: Plot log  Terhadap Md/Mmax Untuk Dinding Tiang Turap
Dalam Pasir (Rowe, 1952)

Langkah 5. Cari log .


Langkah 6. Cari kapasitas momen penampang tiang yang dipilih di Langkah 1 sebesar
Md = ijin S.

2023 Rekayasa Pondasi II


11 Wimpie Agoeng Noegroho Aspar
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Langkah 7. Tentukan besarnya Md/Mmax,. dimana Mmax adalah momen maksimum
teoritis yang ditentukan sebelumnya.
Langkah 8. Plot log  (Langkah 5) dan Md/Mmax pada Gambar 2.26.
Langkah 9. Pastikan titik jatuh di atas grafik (pasir lepas atau pasir padat, seperti hal
yang mungkin terjadi) pada daerah aman. Penampang terpilih merupakan
penampang aman.
Titik-titik yang jatuh di bawah grafik adalah penampang yang tidak aman.
Perhatikan bahwa penampang yang dipilih akan memiliki Md < Mmax
Untuk dinding tiang turap berangker yang masuk dalam pasir dengan garis pengerukan
miring (Gambar 2.17), digunakan prosedur pengurangan momen menggunakan Gambar
2.27 yang dikembangkan oleh Schroeder dan Roumillac (1983).

Latihan Soal 2.8


Mengacu pada Latihan Soal 2.6
a. Tentukan momen maksimum, Mmax.
b. Gunakan teknik pengurangan momen oleh Rowe dan hitung penampang tiang turap
yang sesuai. Gunakan ijin = 172.500 kN/m2 dan E = 207 x 103 MN/m2.
Bandingkan hasil dengan metode yang lain.

1,0

0,8
 = 32 0
0,6 25 0
M max

20 0
Md

10 0
0,4

0,2

0,0
-3,5 -3,0 -2,5 -2,0 -1,5
Log 

Gambar 2.27: Plot  Terhadap Md/Mmax Untuk Dinding Tiang Turap Dalam Pasir
Dengan Garis Pengerukan Miring (Schroeder dan Roumillac, 1983)

Penyelesaian
Bagian a
Dari Persamaan (2.69), untuk geser sama dengan nol,
1
p L – F + p1 (z – L1) + 12 Ka ’ (z – L1)2 = 0
2 1 1
Misal z – L1 = x, maka
1
p l – F + p1 x + 12 Ka ’x2 = 0
2 1 1

( 12 ) (16,27) (3,05) – 115 + (16,27) (x) + ( 12 ) ( 13 ) (9,69) x2 = 0


x2 + 10,07 x – 55,84 = 0
x = 4 m; z = x + L1 = 4 + 3,05 = 7,05 m. Dengan mengambil momen terhadap titik geser sama
dengan nol,
Mmax = – 12 p1 l1 (x + 3,305 ) + F (x + 1,52) – p1 x2 – 12 Ka ’x2 ( 3x )
2

atau

2023 Rekayasa Pondasi II


12 Wimpie Agoeng Noegroho Aspar
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
42
Mmax = – 12 (16,27) (3,05) (4 + 3, 05
3
) + (115) (4 + 1,52) – (16,27) 2

– ( 12 ) ( 13 ) (9,69) (4)2 ( 43 ) = 344,9 kNm/m

Bagian b
H’ = L1 + L2 + Daktual = 3,05 + 6,1 + 5,33 = 14,48 m

 = 10,91
4
Penampang l (m /m) H’  H '4  S Md = ijin S
x 10-7   log  Md/Mmax
(misal) X 10-6 (m) (m3/m) (kNm/m)
 EI 
PZ–22 115,2 14,48 20,11x10-4 -2,7 97 167,33 0,485
PZ–27 251,5 14,48 9,21x10-4 -3,04 162,3 284,84 0,826

Gambar 2.28 menunjukkan grafik Md/Mmax versus . Hal ini dapat dilihat bahwa PZ–27 akan
cukup aman untuk digunakan.
1,0
Daerah
PZ-27
aman
0,8 Pasir
lepas
0,6
M max
Md

Pasir padat
dan kerikil PZ-22
0,4
Daerah
tidak aman
0,2

0,0
-4,0 -3,5 -3,0 -2,5 -2,0
Log 
Gambar 2.28

5.1.4 Metoda Komputasi Diagram Tekanan


Metoda komputasi diagram tekanan (computational pressure diagram method = CPD
method) untuk tiang turap penetrasi ke dalam tanah berpasir merupakan metoda perancangan
yang disederhanakan. Metoda ini adalah suatu alternatif dari metoda tanah bebas (Nataraj dan
Hoadley, 1984). Dalam metoda tersebut, diagram tekanan neto yang ditunjukkan pada
Gambar 2.16 diganti dengan diagram tekanan empat persegi panjang, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.29. Jika diperhatikan bahwa pa adalah lebar diagram tekanan
aktif neto di atas garis pengerukan dan p p adalah lebar diagram tekanan pasif neto di bawah
garis pengerukan. Besarnya pa dan p p bisa dituliskan sebagai berikut

2023 Rekayasa Pondasi II


13 Wimpie Agoeng Noegroho Aspar
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
l1 Batang angker
L1 F
l2
Muka airtanah Pasir  

L2 Pasir  sat 

Pasir  sat 

Gambar 2.29: Diagram Tekanan Metoda Komputasi

pa = C Ka av L (2.75)
p p = R C Ka rata L = R pa (2.76)
dimana rata = berat volume efektif rata-rata pasir
 L1 +  ' L2
 (2.77)
L1 + L2
C = koefisien
L ( L1 − 2 l1 )
R = koefisien = (2.78)
D ( 2 L + D − 2 l1 )
Kisaran harga C dan R diberikan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2: Kisaran Harga C dan R [Persamaan (2.75) dan (2.76)]


Tipe Tanah C@ R
Pasir lepas 0,8 – 0,85 0,3 – 05
Pasir medium 0,7 – 0,75 0,55– 0,65
Pasir padat 0,55 – 0,65 0,60– 0,75
@
Berlaku untuk kasus dimana tidak ada penambahan
beban
dari atas urugan tanah berbutir (yaitu bagian sebelah
kanan
dinding seperti ditunjukkan pada Gambar 2.29)

Kedalaman penetrasi, D, gaya angker per satuan panjang dinding, F, dan momen
maksimum pada dinding, Mmax, diperoleh dari rumus-rumus berikut ini.
Kedalaman Penetrasi
  l1   L2    l1 
D2 + 2 D L 1 −   –   1 − 2   = 0 (2.79)
 
  L1   R    L1 
Gaya Angker
F = pa (L – R D) (2.80)

2023 Rekayasa Pondasi II


14 Wimpie Agoeng Noegroho Aspar
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Momen Maksimum
 RD   2 l1   RD 
2
Mmax = 0,5 pa L2 1 −  −  1 −  (2.81)
 L   L  L 
Perhatikan beberapa hal berikut ini.
1. Besarnya D yang diperoleh dari Persamaan (2.79) kira-kira 1,25 sampai 1,5 kali
harga Dteori yang diperoleh dengan metoda tumpuan tanah bebas konvensional jadi D
 Daktual
2. Besarnya F yang diperoleh menggunakan Persamaan (2.80) kira-kira 1,2 sampai 1,6
kali harga yang diperoleh menggunakan Persamaan (2.66). Jadi faktor keamanan
tambahan untuk rancangan angker aktual tidak perlu digunakan.
3. Besarnya Mmax yang diperoleh dari Persamaan (2.81) kira-kira 0,6 sampai 0,75 kali
harga Mmax yang diperoleh dengan metoda tumpuan tanah bebas konvensional. Oleh
karena itu harga Mmax tersebut dapat digunakan sebagai harga rancangan aktual, dan
pengurangan momen oleh Rowe tidak perlu dilakukan.

Latihan Soal 2.9


Untuk dinding tiang turap berangker yang ditunjukkan pada Gambar 2.30, tentukan (a) D, (b)
F, dan (c) Mmax. Gunakan metoda CPD dengan menganggap bahwa C = 0,68 dan R = 0,6.

l 1 = 1,5 m F Pasir
L1 = 3 m
l 2 = 1,5 m  = 17,292 kN/m3
Muka airtanah  = 350 c =0

Pasir
L2 = 6 m  sat = 19,24 kN/m3
 = 350 c =0

D Pasir
 sat = 19,24 kN/m3
 = 350 c =0

Gambar 2.30

Penyelesaian
Bagian a
’ = sat – a = 19,24 – 9,81 = 9,43 kN/m3
Dari Persamaan (2.77),
 L1 +  ' L2 (17,292) (3) + (9,43) (6) 51,876 + 56,58
rata = = = = 12,05 kN/m3
L1 + L2 3+6 9
Ka = tg2 (450 – /2) = tg2 (450 – 350/2) = 0,271
pa = C Ka rata L = (0,68) (0,271) (12,05) (30) = 19,98 kN/m2
p p = R pa = (0,6) (19,98) = 11,988 kN/m2

2023 Rekayasa Pondasi II


15 Wimpie Agoeng Noegroho Aspar
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Dari Persamaan (2.79),
  l   L  
2
 l 
D + 2 D L 1 −  1  –   1 − 2 1  = 0
2

  L   R    L 
atau
  1,5   92    1,5 
D + 2 D (9) 1 −    –   1 − 2   = 0
2
  
9   0,6   9 
D + 15 D – 90 = 0
2

Dengan penyelesaian persamaan kuadrat didapat D = 4,6 m


Kontrol terhadap anggapan R:
L ( L − 2 l1 ) 9 (9 − 2 x 1,5) 54
R= = = = 0,6 → OK
D (2 L + D − 2l1 ) 4,6 (2 x 9 + 4,6 − 2 x 1,5) 90,16

Bagian b
Dari Persamaan (2.80),
F = pa (L – R D) = 19,98 [9 – (0,6) (4,6)] = 124,67 kN/m.

Bagian c
Dari Persamaan (2.81),
 RD 2  2 l   RD 
Mmax = 0,5 pa L 1 −
2
 −  1  1 − 
 L   L  L 
RD (0,6) (4,6)
1– =1– = 0,693
L 9
Jadi
 ( 2) (1,5) (0,693) 
Mmax = 0,5 (19,98) (9)2 (0,693) 2 −  = 201,69 kN-m/m.
 9 

5.1.5 Metoda Tumpuan Tanah Terjepit


Bila menggunakan metoda tumpuan tanah terjepit, dianggap tapak tiang ditahan pada pusat
putaran seperti ditunjukkan pada Gambar 2.31a. Dalam penyelesaian tumpuan tanah terjepit,
metoda yang telah disederhanakan disebut penyelesaian balok ekivalen dimana biasanya
digunakan untuk menghitung L3 dan D.

2023 Rekayasa Pondasi II


16 Wimpie Agoeng Noegroho Aspar
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
A
l1 Pasir   c = 0
O' F
L1
l2
Airtanah
p1
C z
L Pasir M max
L2  sat  c = 0

Garis
p2 D
pengerukan I L5
L3
J P'
E
D Pasir
F H
B G  sat  c =0

(a) (b)
Gambar 2.31: Metoda Tumpuan Tanah Terjepit untuk Penetrasi Dalam Tanah Berpasir

Untuk dapat memahami metoda tersebut, bandingkan tiang turap terhadap balok konsol
RSTU yang terbebani, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.32. Jika diperhatikan tumpuan pada
T untuk balok merupakan ekivalen dengan reaksi beban angker (F) pada tiang turap (Gambar
2.31). Hal ini dapat dilihat bahwa titik S dari balok RSTU adalah titik lentur balik garis elastik
balok, yang ekivalen terhadap titik I di Gambar 2.31. Jika balok dipotong di titik S dan suatu
tumpuan bebas (reaksi Ps) disiapkan di titik tersebut, maka diagram momen lentur untuk
bagian STU dari balok RSTU tidak akan berubah. Balok STU akan ekivalen dengan
penampang STU balok RSTU. Gaya P’ yang ditunjukkan pada Gambar 2.31a di I akan
ekivalen dengan reaksi Ps pada balok (Gambar 2.32).
Berikut ini adalah prosedur perkiraan untuk rancangan suatu dinding tiang turap berangker
(Cornfield, 1975). Mengacu pada Gambar 2.31
1. Tentukan L5, yang merupakan fungsi sudut geser tanah  di bawah garis pengerukan,
dari nilai berikut ini:
 L5
(derajat) L1 + L2
30 0,08
35 0,03
40 0

2. Hitung bentang balok ekivalen sebesar l2 + L2 + L5 = L’.


3. Hitung beban total bentang, W. Ini merupakan luas diagram tekanan antara O’ dan
I.
4. Hitung momen maksimum, Mmax, yaitu WL’/8.
5. Hitung P’ dengan mengambil momen di O’, atau
1
P’ = (momen luas ACDJI di O’)
L'
6. Hitung D sebagai berikut

2023 Rekayasa Pondasi II


17 Wimpie Agoeng Noegroho Aspar
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
6 P1
D = L5 + 1,2 (8.87)
( K p − K a ) '
7. Hitung gaya angker per satuan panjang, F, dengan mengambil momen di I, atau
1
F= (momen dari bidang ACDJI di I)
L'

R S T
U
Ps Balok

Diagram momen
Gambar 2.32: Konsep Ekivalen Balok Konsul

Latihan Soal 2.10


Pertimbangkan konstruksi tiang turap berangker yang ditanyakan pada Latihan Soal 2.6
menggunakan metoda balok ekivalen. Tentukan:
a. Momen maksimum
b. Kedalaman penetrasi teoritis
c. Gaya angker per satuan panjang konstruksi

Penyelesaian
Bagian a
Penentuan L5: Untuk  = 300,
L5 L5
= = 0,08
L1 + L2 3,05 + 6,1
L5 = 0,73 m
Diagram tekanan neto: Dari Latihan Soal 2.6 Ka = 13 , Kp = 3,  = 16 kN/m3, ’ = 9,69 kN/m3,
p1 = 16,27 kN/m2, p2 = 35,97 kN/m2. Tekanan aktif neto di kedalaman L5 di bawah garis
pengerukan dapat dihitung sebagai berikut
p2 – ’ (Kp – Ka) L5 = 35,97 – (9,69) (3 – 0,333) (0,73) = 17,1 kN/m2
Diagram tekanan neto dari z = 0 sampai z = L1 + L2 + L5 ditunjukkan pada Gambar 2.33.
A
l 1 = 1,53 m
O' F
8,16 kPa l 2 = 1,52 m

16,27 kPa C

L 2 = 6,1 m

35,97 kPa D

L 5 = 0,73 m
17,1 kPa
P'
I J

Gambar 2.33

2023 Rekayasa Pondasi II


18 Wimpie Agoeng Noegroho Aspar
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Momen Maksimum:
W = ( 12 ) (8,16 + 16,27) (1,52) + ( 12 ) (6,1) (16,27 + 35,97)
+ ( 12 ) (0,73) (35,97 + 17,1)
= 197,2 kN/m
L’ = l2 + L2 + L5 = 1,52 + 6,1 + 0,73 = 8,35 m
(197,2) (8,35)
Mmax = = 205,83 kNm/m
8
1
P1 = (momen bidang ACDEI di O’)
L1
Bagian b
1
P’ = [ 1 (16,27) (3,05) ( 23 x 3,05 – 1,53) + (16,27) (6,1) (1,52 + 6 ,1
)
8,35 2 2

+ 1
2
(6,10) (35,97 – 16,27) (1,52 + 2
3
x 6,1)
0 , 73
+ 12 (35,97 + 17,1) (0,73) (1,52 + 6,1 + 2
)]
= 114,48 kN/m’
6 P1 6 (114,48)
D = L5 + 1,2 = 0,73 + 1,2 = 6,92 m.
( K p − K a ) ' (3 − 0,333) (9,69)
Bagian c
Ambil momen di I dari Gambar 2.33
1 3, 05 6 ,1
F= [ 1 (16,27) (3,05) (0,73 + 6,1 + ) + (16,27) (6,1) (0,73 + )
8,35 2 3 2

+ 1
2
(6,10) (35,97 – 16,27) (0,73 + 6 ,1
3
)+ 1
2
(35,97 + 17,1) (0,73) ( 0,273 )]
= 88,95 kN/m’

5.2 Tiang Turap Berangker Dalam Lempung


Gambar 2.34 menunjukkan dinding tiang turap berangker yang masuk dalam tanah lempung
dan memiliki urugan tanah berbutir. Diagram distribusi tekanan di atas garis pengerukan
serupa dengan yang ditunjukkan pada Gambar 2.11. Dari Persamaan (2.42), distribusi
tekanan neto di bawah garis pengerukan (dari z = L1 + L2 sampai z = L1 + L2 + D) adalah
p6 = 4 c – ( L1 + ’ L2)
Untuk kesetimbangan statika, jumlah gaya-gaya arah horizontal adalah
P1 – p6 D = F (2.82)
dimana P1 = luas diagram tekanan ACD
F = gaya angker per satuan panjang dinding tiang turap

2023 Rekayasa Pondasi II


19 Wimpie Agoeng Noegroho Aspar
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
A
  c =0 l1 Pasir
L 1 O'
F
Airtanah l2
p1 C
z
Pasir
L
 sat  c = 0
L2
P1
Garis z1
pengerukan D
E p2
p6 Lempung
D z'  sat c  =0

F B
Gambar 2.34: Dinding Tiang Turap Berangker Masuk Dalam Lempung

Dengan mengambil momen terhadap O’ menghasilkan


P1 (L1 + L2 – l1 – z1 ) – p6 D (l2 + L2 + D2 ) = 0
Dengan penyederhanaan menghasilkan
p6 D2 + 2 p6 D (L1 + L2 – l1) – 2 P1 (L1 + L2 – l1 – z1 ) = 0 (2.83)
Persamaan (2.83) memberikan besaran kedalaman penetrasi teoritis, D.
Sama seperti dalam kasus ini momen maksimum terjadi di kedalaman L1 < z < L1 + L2.
Kedalaman geser sama dengan nol (momen maksimum) bisa ditentukan dari Persamaan
(2.69).
Teknik pengurangan momen untuk tiang turap berangker yang masuk ke dalam
lempung juga telah dikembangkan oleh Rowe (1952, 1957). Teknik tersebut disajikan pada
Gambar 2.35. Notasi pada gambar tersebut adalah sebagai berikut:
1. Angka stabilitas adalah
c
Sn = 1,25 (2.84)
( L1 +  ' L2 )
dimana c = kohesi takteralirkan ( = 0)
Untuk definisi , ’, L1, dan L2, lihat Gambar 2.34.
2. Ketinggian dinding tanpa dimensi adalah
L1 + L2
= (2.85)
L1 + L2 + Daktual
3. Angka fleksibilitas,  [lihat Persamaan (2.74) atau Persamaan (2.75)]
4. Md = momen rancangan
Mmax = momen maksimum teoritis
Prosedur untuk pengurangan momen dengan menggunakan Gambar 2.35 adalah sebagai
berikut:
Langkah 1. Hitung H’ = L1 + L2 + Daktual
Langkah 2. Tentukan  = (L1 + L2)/H’
Langkah 3. Tentukan Sn dari Persamaan (2.84).

2023 Rekayasa Pondasi II


20 Wimpie Agoeng Noegroho Aspar
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Langkah 4. Untuk besarnya harga  dan Sn yang diperoleh (Langkah 2 dan 3), tentukan
Md/Mmax untuk berbagai harga log  dari Gambar 2.35 dan plot Md/ Mmax
terhadap log .
Langkah 5. Ikuti Langkah 1 – 9 seperti ditentukan untuk kasus pengurangan momen
dinding tiang turap yang masuk dalam tanah berbutir .

Latihan Soal 2.11


Mengacu pada Gambar 2.34, yang menunjukkan bahwa L1 = 3,25 m; L2 = 6,5 m; dan l1
= 1,6 m. Begitu juga,  = 16,98 kN/m3, sat = 20 kN/m3,  = 350, dan c = 40,70 kN/m2.
a. Tentukan kedalaman turap yang masuk dalam tanah.
b. Hitung gaya angker per satuan panjang dinding tiang turap.

Penyelesaian
Bagian a
Langkah 1. Hitung Ka
Ka = tg2 (450 – /2) = tg2 (450 – 350/2) = 0,271
Langkah 2. Hitung ’
’ = sat – a
= 16,98 – 9,81 = 7,17 kN/m3.
Langkah 3. Hitung p1 dan p2
p1 =  L1 Ka = (16,98) (3,25) (0,271) = 14,96 kN/m2.
p2 = ( L1 +  L2) Ka
= [(16,98) (3,25) + (7,17) (6,5)] 0,271 = 27,585 kN/m2.
1,0
Log  = - 3,1
0,8
M max

 = 0,8
Md

0,6
0,7
0,6

0,4
0,00 0,25 0,50 0,75 1,00 1,25 1,50 1,75

1,0
Log  = - 2,6
 = 0,8
0,8
M max
Md

0,7
0,6
0,6
0,4
0,00 0,25 0,50 0,75 1,00 1,25 1,50 1,75

2023 Rekayasa Pondasi II


21 Wimpie Agoeng Noegroho Aspar
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
1,0
Log  = - 2,0
0,8

M max
Md
0,7
 = 0,8
0,6
0,6

0,4
0,00 0,25 0,50 0,75 1,00 1,25 1,50 1,75
Angka Stabilitas, S n

Gambar 2.35: Plot Md/ Mmax Dengan Angka Stabilitas Untuk Dinding Tiang Turap
Masuk Dalam Lempung (Rowe, 1957)

Langkah 4. Hitung P1
P1 = 12 p1 L1 + p1 L2 + 12 (p2 – p1) L2
= 12 (14,96) (3,25) + (14,96) (6,5) + 12 (27,585 – 1496) 6,5
= 24,31 + 97,24 + 41,03 = 162,58 kN/m1.
Langkah 5. Hitung z1
 M1(soris keruk) = P1 z1 = (24,31) (6,5 + 3, 25
3
) + (97,24) ( 62,5 ) + 41,03 ( 63,5 )
184,35 + 316,03 + 88,9
z1 = = 3,625 m.
162,58
Langkah 6. Hitung p6
p6 = 4 c – ( L1 + ' L2)
= 4 (40,70) – (16,98 x 3,25 + 7,17 x 6,5)
= 162,8 – 101,79 = 61,01 kN/m2.
Langkah 7. Hitung D
p6 D2 + 2 p6 D (L1 + L2 – l1) – 2 P1 (L1 + L2 – l1 – z1 ) = 0
61,01 D2 + 2 (61,01) D (3,25 + 6,5 – 16) – 2 (162,58) (3,25 + 6,5 – 1,6 –3,625) =
0
D2 + 16,3 D – 24,12 = 0
Dengan penyelesaian persamaan kuadrat didapat D = 1,4 m.
Dari Persamaan (2.82)
F = P1 – p6 D = 16,58 – (61,01) (1,4) = 77,166 kN/m1

2023 Rekayasa Pondasi II


22 Wimpie Agoeng Noegroho Aspar
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Daftar Pustaka
Cornfield, G. M., (1975). “Sheet Pile Structures,” in Foundation Engineering Handbook,
ed. H. F. Wintercorn dan H. Y. Fang, Van Nostrand Reinhold, New York, hal. 418-444.
Hagerty, D. J., dan Nofal, M. M. (1991). ” Design Aids: Anchored Bulkheads in Sand,”
Canadian Geotechnical Journal, Vol. 29, No. 5, hal. 789-795.
Nataraj, M. S., dan Hoadley, P. G. (1984). ”Design of Anchored Bulkheads in Sand,”
Journal of Geotechnical Engineering, American Society of Civil Engineers, Vol. 110,
No. GT4, hal 505-515.
Rowe, P. W., (1952). ”Anchored Sheet Pile Walls,” Proceedings, Institute of Civil Engineers,
Vol. 1, Part I, hal. 27-70.
Rowe, P. W., (1957). ”Sheet Pile Walls in Clay,” Proceedings, Institute of Civil Engineers,
Vol. 7, hal. 654-692.
Schroeder, W. L., dan Roumillac, P. (1983). “Anchored Bulkheads with Sloping Dredge
Lines,” Journal of Geotechnical Engineering Division, American Society of Civil
Engineers, Vol. 109, No. 6, hal. 845-851.

2023 Rekayasa Pondasi II


23 Wimpie Agoeng Noegroho Aspar
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai