Anda di halaman 1dari 39

TEKNIK DASAR JALAN REL

B A N TA L A N
Umum
Pada jalan rel yang menggunakan balas rel ditopang oleh bantalan dan keduanya merupakan
bagian bangunan atas. Bantalan yang dipergunakan adalah bantalan kayu dan beton serta
dalam jumlah terbatas, menggunakan bantalan besi. Keunggulan bantalan beton adalah
karena sedikit sekali terpengaruh oleh cuaca, usia pakainya juga jauh lebih tinggi dibanding
bantalan kayu. Kondisi ini tercapai jika balas dan badan jalan berkualitas baik, demikian juga
geometri rel dan las-lasannya. Bantalan beton tidak tahan terhadap beban pukul (impact)
terutama pada frekuensi 25 – 300 Hz.

Fungsi dan persyaratan umum :


a. untuk memberi tumpuan dan tempat pemasangan kaki rel dan penambat;
b. untuk menahan beban-beban rel dan menyalurkannya serata mungkin ke balas;
c. untuk menahan lebar jalan rel dan kemiringan rel;
d. untuk memberikan isolasi yang memadai antara kedua rel;
e. harus tahan terhadap pengaruh mekanis dan cuaca dalam jangka waktu yang lama.

Berdasarkan Peraturan Dinas No. 10 (PD 10), bantalan berfungsi meneruskan beban dari rel
ke balas, menahan lebar jalan rel dan stabilitas ke arah luar jalan rel.
Umum
Untuk menjamin stabilitasnya maka sebaiknya bantalan hanya ditopang pada bagian
bawah rel saja. Pada bantalan yang berbentuk prisma seperti bantalan kayu dan
beton monoblock hal ini bisa didapat dengan memadatkan balas di bawah rel saja
sedang bagian tengahnya dibiarkan, seperti terlihat pada gambar di bawah. Pada
bantalan beton twin-block masalah ini terpecahkan dengan sendirinya karena
bentuknya memenuhi syarat.

Selanjutnya harus dijaga agar bantalan tidak berputar di bawah rel karena gaya
vertikal karena dapat mengakibatkan penyempitan atau pelebaran jalan rel serta
perubahan pada kemiringan rel. Hal ini dapat terjadi jika tumpuan pada bantalan
terlalu keluar atau terlalu ke dalam karena pemecokan yang tidak tepat.

Untuk menjaga agar tahanan balas pada arah longitudinal dan lateral tetap optimal
maka ujung dan sisi bantalan harus tertutup oleh balas. Jarak antar as bantalan
biasanya 60 cm, tetapi untuk RPM yang bebannya ringan jarak ini dapat dinaikkan
menjadi 75 cm.
Pemadatan Bawah Bantalan Pemadatan Bawah Bantalan
Yang Benar Yang Salah

Gambar Tumpuan Bantalan


Bantalan Kayu (Menurut PD 10)
1) Pada jalan yang lurus bantalan kayu mempunyai ukuran :
Panjang = L = 2.000 mm
Tinggi = t = 130 mm
Lebar = b = 220 mm

2) Mutu kayu yang dipergunakan untuk bantalan kayu, harus memenuhi ketentuan
Peraturan Bahan Jalan Rel Indonesia (PBJRI).

3) Bantalan kayu pada bagian tengah maupun bagian bawah rel, harus mampu menahan
momen maksimum sebesar :

Kelas Kayu Momen Maksimum (kg – m)


I 800
II 530

4) Bentuk penampang melintang bantalan kayu harus berupa empat persegi panjang pada
seluruh tubuh bantalan.
Bantalan Kayu
Bantalan kayu mempunyai bentuk prisma dengan tebal 15 cm, lebar 25
cm, panjang antara 260 sampai 270 cm dan berat kurang lebih 100 kg,
yang berarti penggantiannya dapat dilakukan dengan tenaga manusia.

Gambar Bantalan Kayu Dengan Penambat DE


Bantalan Kayu
Jenis-jenis bantalan kayu yang dipergunakan:
a. bantalan kayu lunak (kayu pinus). Karena kekuatan tekan yang tegak lurus pada
butiran kayu lunak ini tidak besar, maka di antara rel dan bantalan dipasang pelat
landas baja untuk menyebarkan beban ke permukaan yang lebih luas. Tetapi lama
kelamaan pelat landas ini melesak ke kayu dan menimbulkan celah yang dapat
dimasuki air yang akhirnya mengakibatkan kerusakan alat penambat lebih cepat.
Keadaan ini dapat dihambat dengan memberi lapisan dari bahan sintetis pada
permukaan bantalan yang menempel pada rel. Prosedur ini telah dilaksanakan oleh
NS dan secara umum dapat meningkatkan umur bantalan dengan 50%.

b. bantalan kayu keras (beech, oak dan kayu tropis). Jenis ini lebih kuat dan lebih tahan
lama. Bantalan kayu keras ini digunakan pada wesel dan jalan silang serta tempat
yang alat penambatnya tidak menggunakan pelat landas.

Bantalan untuk wesel dan jalan silang yang disebut tumpuan adalah bantalan biasa
tetapi lebih panjang, sampai 7,50 m, dan harus benar-benar rata agar dapat dipasang di
wesel. Sedangkan bantalan jembatan mempunyai ukuran tesendiri untuk dipasang pada
jembatan besi.
Bantalan Kayu
Setelah diterima, bantalan kayu harus melalui beberapa tahap perlakuan berikut ini
sebelum dipasang:
a. dikeringkan selama lebih kurang 9 bulan sampai kelembabannya turun mencapai 20
– 25%, relatif terhadap berat kayu kering.
b. menghaluskan permukaan yang menjadi tumpuan;
c. membuat lobang untuk alat penambat;
d. mengikat dengan plat baja untuk membatasi keretakan;
e. mengawetkan dengan menggunakan creosot untuk menangkal pengaruh biologis
seperti jamur, serangga dll. Creosot disemprotkan ke bantalan dengan tekanan tinggi
kemudian disedot dengan penghisap;
f. pemasangan alat penambat.

Umur bantalan kayu tergantung dari jenis kayunya, untuk kayu pinus antara 20 – 25
tahun, beech 30 – 40 tahun dan oak 40 – 50 tahun. Berlawanan dengan jenis kayu
lainnya, kayu beech harus selalu diberi creosot dari waktu ke waktu agar dapat berumur
panjang karena sangat mudah kena pengaruh jamur dan mudah lapuk. Secara
keseluruhan usia pakai bantalan kayu yang telah diawetkan tidak tergantung pada cuaca
tetapi pada pengaruh mekanis yang diterimanya.
Bantalan Kayu
Keunggulan dan kelemahan bantalan kayu:

Keunggulan:
a. lebih elastis;
b. jika terjadi derailment atau anjlogan kerusakan tidak fatal;
c. harga terjangkau dan banyak terdapat di daerah tropis;
d. mudah diset jarak antara 2 rel (gauge).

Kelemahan:
a. umur relatif pendek tergantung jenis kayunya;
b. perlu diawetkan;
c. mudah pecah;
d. perlu pelat landas.
Bantalan Kayu
Bantalan Beton
Perkembangan dan penggunaan bantalan beton mengalami peningkatan yang
cepat setelah Perang Dunia II karena semakin langkanya kayu, digunakannya
RPM dan peningkatan teknologi beton dan berkembangnya teknik pratekan.

Ada dua jenis bantalan beton:


a. Bantalan beton balok ganda. Jenis ini terdiri atas dua buah balok beton
yang diperkuat yang dihubungkan dengan batang atau pipa. NS saat ini
menggunakan bantalan beton ganda dengan R 54 pada lintas yang baru.
Kedua balok dihubungkan dengan pipa dari bahan sintetis yang diisi
dengan beton yang diperkuat. Permukaan atasnya mempunyai kemiringan
1:40, yaitu sesuai dengan kemiringan rel. Beratnya kurang lebih 210 kg.
Gambar a menunjukkan lintas TGV milik SNCF yang menggunakan
bantalan beton balok ganda dengan penambat Nabla.
b. Bantalan beton balok tunggal. Bantalan ini berbentuk batang dengan
ukuran yang hampir sama dengan bantalan kayu. Gambar b menunjukkan
jalan rel yang menggunakan bantalan beton balok tunggal dengan
penambat Pandrol.
Gambar Bantalan Beton Balok Ganda Yang Digunakan Oleh NS.

b. Bantalan Beton Pratekan

a. Bantalan Beton Penambat Nabla


Bantalan Beton (Menurut PD 10)
1) Bantalan Beton Pratekan Blok Tunggal dengan proses ‘pretension’.
a) Pada jalur lurus bantalan beton pratekan dengan proses ‘pretension’ mempunyai
ukuran panjang :
L = 1 + 2 αΦ
Dimana : 1 = jarak antara kedua sumbu vertikal rel (mm)
α = 80 sampai 160
Φ = diameter kabel baja prategang (mm)
b) Mutu campuran beton harus mempunyai kuat tekan karakteristik tidak kurang dari
500 kg/cm2, mutu baja untuk tulangan geser tidak kurang dari U – 24 dan mutu
baja prategang ditetapkan dengan tegangan putus minimum sebesar 17.000
kg/cm2.
c) Bantalan beton pratekan dengan proses ‘pretension’, harus mampu memikul
momen minimum sebesar :

Bagian Momen (kg – m)


Bawah Rel + 1500
Tengah Bantalan - 765
Bantalan Beton (Menurut PD 10)
1) Bantalan Beton Pratekan Blok Tunggal dengan proses ‘pretension’.

d) Bentuk penampang bantalan beton harus menyerupai trapesium,


dengan luas penampang bagian tengah bantalan, tidak kurang dari 85%
luas penampang bagian bawah rel. Pusat Berat Baja Prategang
diusahakan sedekat mungkin dengan Pusat Berat Beton.

e) Pusat Berat baja Prategang harus selalu terletak pada daerah

f) Perhitungan kehilangan tegangan pada gaya prategang cukup diambil


sebesar 20% gaya prategang awal. Kecuali jika diadakan hitungan
teoritis, maka diambil lain dari 20%.
Bantalan Beton (Menurut PD 10)
2) Bantalan Beton Blok Ganda
a) Pada jalur lurus, satu buah bantalan beton mempunyai ukuran, sebagai
berikut :
• panjang = 700 mm
• lebar = 300 mm
• tinggi rata – rata = 200 mm
b) Pada bagian jalur yang lain, hanya panjang batang penghubungnya
yang disesuaikan.
c) Mutu campuran beton harus mempunyai kuat tekan karakteristik tidak
kurang dari 385 kg/cm2, mutu baja untuk tulang lentur tidak kurang dari
U – 32 dan mutu baja untuk batang penghubung, tidak kurang dari U –
32.
d) Panjang batang penghubung harus dibuat sedemikian rupa, sehingga
cukup untuk meletakkan angker penambat.
Bantalan Beton (Menurut PD 10)
3) Jarak Bantalan
a) Baik bantalan beton, baja maupun kayu, pada jalan lurus jumlah
bantalan yang dipergunakan adalah 1.667 buah tiap kilometer panjang.
b) Pada lengkungan jarak bantalan diambil sebesar 60 cm diukur pada rel
luar.

4) Pengujian
Setelah perencanaan selesai, baik bantalan beton serta bantalan baja
maupun bantalan kayu harus diuji kekuatannya dengan pengujian sebagai
berikut :
a) Uji beban statis
b) Uji beban dinamis
c) Uji cabut
Pengesahan hasil uji dilakukan oleh pihak yang berwenang menguji.
Untuk bantalan beton, harus dilakukan pengujian tekan sebelum diadakan
pengecoran.
Bantalan Beton
Keunggulan dan kelemahan bantalan beton:

Keunggulan:
a. bobotnya yang tinggi (200 – 300 kg) sangat berguna untuk kemantapan
jalan rel yang menggunakan RPM;
b. cara perancangan dan pembuatannya lebih bebas;
c. relatif mudah dibuat.

Kelemahan:
a. kurang lentur dibanding kayu, pada badan jalan yang jelek mengakibatkan
kecrotan.
b. rentan terhadap pengaruh rel keriting dan hasil las yang jelek;
c. resiko kerusakan karena pukulan/impact (anjlogan, bongkar muat, mata
pecok);
d. beban dinamis dan tekanan balas bisa naik sampai 25%;
e. residual value-nya negatif.
Bantalan Beton
Bantalan Besi (Menurut PD 10)
1) Pada jalur lurus bantalan baja mempunyai ukuran :
Panjang : 2000 mm
Lebar atas : 144 mm
Lebar bawah : 232 mm
Tebal baja : minimal 7 mm

2) Mutu baja yang dipakai untuk bantalan baja, harus memenuhi ketentuan Peraturan Bahan jalan
Rel Indonesia (PBJRI).

3) Bantalan baja pada bagian tengah bantalan maupun pada bagian bawah rel, harus mampu
menahan momen sebesar = 650 kg-m

4) Bentuk penampang melintang bantalan baja harus mempunyai bentukan kait keluar pada ujung
bawahnya.

5) Bentuk penampang memanjang bantalan baja harus mempunyai bentukan kait ke dalam pada
ujung – ujung bawah.
Bantalan Besi
Keunggulan dan kelemahan bantalan besi:

Keunggulan:
a. usia pakainya lama;
b. ketepatan ukurannya tinggi;
c. residual value-nya positif.

Kelemahan:
a. pembuatannya harus mempunyai pabrik baja;
b. perawatan dengan mesin pecok tidak optimal;
c. harganya relatif mahal;
d. jika terjadi derailment atau anjlogan, bantalan bengkok;
e. pada kecepatan tinggi, kereta api tidak nyaman
Bantalan Besi
Alat Penambat
Yang dimaksud dengan “alat penambat” disini adalah semua komponen yang secara
bersama-sama membentuk ikatan struktural antara rel dengan bantalan. Banyak jenis
alat penambat yang secara berkala diikuti dengan munculnya jenis-jenis baru untuk
selalu memenuhi persyaratan dan saran-saran atau karena adanya bahan yang baru.
Pemilihan alat penambat juga sangat tergantung pada sifat dan struktur bantalan.

Secara umum fungsi dan persyaratannya adalah sebagai berikut:


a. untuk menyerap gaya-gaya rel dengan elastis dan menyalurkannya ke bantalan.
Daya jepit vertikalnya pada rel harus tetap kuat dalam segala kondisi beban,
walaupun dalam keadaan aus, dalam tahanan longitudinalnya untuk membatasi
pemuaian pada RPM, untuk membatasi celah jika ada rel patah dan untuk menahan
rel merayap.
b. untuk meredam sebanyak mungkin getaran dan pukulan akibat gerakan sarana;
c. untuk menahan lebar jalan rel dan kemiringan rel pada batas tertentu;
d. untuk mengisolasi aliran listrik dari rel ke bantalan terutama pada bantalan beton dan
besi.
Alat Penambat
NS menetapkan tahanan longitudinal antara rel dengan bantalan paling
sedikit 15 kN jauh lebih besar dibanding dengan tahanan geser
longitudinal bantalan pada balas. Ini berarti pada gaya axial rel yang
tinggi alat penambat tetap utuh menyatu dan bantalannya yang
bergerak terhadap balas.

Pada jalan rel dengan RPM yang menggunakan alat penambat


langsung, di viaduk harus dipastikan bahwa gaya longitudinal yang
disebabkan oleh perubahan suhu yang harus disalurkan oleh tumpuan
tetap viaduk tidaklah terlalu besar. Gaya longitudinal ini tidak boleh
melebihi jumlah gaya gelincir sepanjang viaduk. Dengan menggunakan
pelat landas khusus yang terbuat dari bahan nylon maka tahanan
longitudinal dapat dikurangi.
Alat Penambat
Pembagian Alat Penambat

Sistem penambat dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu:


a. alat penambat langsung, dimana rel dan pelat landas dipasang pada
bantalan dengan alat penambat yang sama. Alat penambat pada jalan
rel yang tidak menggunakan balas dan bantalan juga digolongkan
pada alat penambat langsung;
b. alat penambat tak langsung, yaitu rel dihubungkan pada komponen
penghubung seperti pelat landas dengan penambat lain bukan yang
dipergunakan untuk menambatkan komponen penghubung tersebut
pada bantalan. Keuntungan alat penambat tak langsung ini adalah
bahwa rel dapat dibongkar/dipindahkan tanpa membongkar alat
penambat yang terpasang pada bantalan dan komponen
penghubungnya dapat dipasang terlebih dahulu ke bantalan sebelum
rel dipasang.
Pelat Landas
Rel dapat dipasang ke bantalan dengan atau tanpa pelat landas yang
dilengkapi dengan permukaan yang miring dan penamhan samping untuk
menahan kedudukan rel.
Komponen-komponen gayanya ditampilkan pada gambar berikut.

berhenti
reaksi
tekanan rel
penambat berhenti

gesekan

reaksi bantalan

Gambar Gaya – Gaya Pada Pelat Landas


Pelat Landas
Penggunaan pelat landas mempunyai beberapa keuntungan, yaitu:
a. beban vertikal dibagi ke permukaan yang lebih luas pada bantalan. Hal ini
memperpanjang usia pakai bantalan;
b. lebih menyerap beban horizontal karena adanya gesekan dan karena beban
tersebut dibagi ke semua penambat yang terhubung ke bantalan; jika
terdapat kekurangan pertinggian yang banyak maka pelat landas dapat
menahan gaya lateral yang besar dengan baik;
c. gaya pada penambat di bantalan yang diakibatkan oleh momen guling
menjadi lebih kecil;
d. pelat landas mempunyai kekakuan yang tinggi untuk menahan tekuk dan
alur pada penahannya dapat mejadi tempat yang baik bagi penambat
terhadap rel;
e. pelat landas memberi tambahan berat pada bantalan. Sedang kerugiannya
hanyalah pada harganya yang mahal.
Penambat Elastis
Penggunaan RPM pada jalan rel menimbulkan kebutuhan akan alat
penambat yang elastisitasnya besar. Dalam hal bantalan beton yang
rawan terhadap pukulan maka ini merupakan kebutuhan mutlak.

Sejak tahun limapuluhan NS telah menggunakan penambat DE


(Deenik dan Eisses) clip. Penambat ini dapat digunakan baik pada
bantalan kayu maupun bantalan beton seperti terlihat pada gambar a
dan b. DE clip yang dapat juga dipasang dengan menggunakan pelat
landas biasanya dipasang pada suatu penjepit. Penjepit clip ini
dipasang pada bantalan kayu dengan cara memakukannya ke
bantalan yang sudah dilobangi dengan bor dan pada bantalan beton
langsung dicor pada bantalannya. Karena tidak ada sambungan yang
berupa ulir, maka pada prinsipnya tidak perlu ada perawatan atau
penyesuaian. DE clip dipasang dengan menggunakan peralatan
khusus.
a.
DE Clip Ø 12/12

Clip holder

Cork rubber pad


Arah
bongkar
pasang

b.
Penambat Elastis
Contoh lain dari penambat elastis adalah Pandrol clip (gambar c), penambat
Vossloh yang diperlihatkan pada gambar d serta penambat MacKay yang
mempunyai kemiripan dengan DE clip dan diperlihatkan pada gambar e.
Prinsip dari penambat elastis adalah gerakan pegasnya besar maksudnya
adalah bahwa daya jepitnya mencakup gerakan elastis pegas yang cukup
besar. Gambar f menunjukkan gaya – hubungan gerakan pegas untuk
penambat elastis yang dijelaskan di atas dan ring pegas yang dipergunakan
bersama baut klip. Kekakuannya yang kecil dan gerkan pegasnya yang besar
dalam hal penambat elastis membuat daya jepit tidak begitu terpengaruh oleh:
a. gerakan elastis karena lewatnya roda;
b. perubahan ukuran dan ketidak-akuratan clip holder;
c. kemungkinan longgarnya alat penambat;
d. keausan.
Batas kekakuan terendah alat penambat ditentukan oleh persyaratan bahwa
frekuensi alamiah penambat tidak boleh terlalu rendah karena resiko timbulnya
resonansi.
c.

d.

e. f. daya jepit pada


kaki rel [kN] baut klip/
40
ring pegas
MacKay/ Pandrol/
DE Clip Vossloh
30
gerakan pegas [mm]

20

10

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Rail Pad
Fungsi rail pad adalah untuk meneruskan beban dari roda ke bantalan sambil menyaring
komponen beban yang berfrekuensi tinggi. NS menggunakan rubber-bonded cork pad.
Pengujian (drop test) pada rubber-bonded cork dan EVA (Lupolen V 3510K) yang
dilakukan di Universitas Teknik Delft mendapatkan hasil berikut ini untuk kekakuan
dinamis dan daya jepit:

Lunak Normal Keras


EVA
(Fe 584) (Fe 9) (Fe 846)
k [kN/mm] 970 1420 2990 3032
c [kNs/m] 32 34 29 29

Angka-angka tersebut konsisten dengan angka yang biasa didapatkan pada literatur dan
secara kasar berlaku pada suhu 20 ºC. Untuk suhu yang lebih rendah maka kekakuan
dinamisnya meningkat lebih kurang 30 kN/mm/ºC.
Untuk dapat secara efektif mengurangi regangan bantalan karena adanya komponen
beban yang berfrekuensi tinggi, misalnya karena roda benjol, maka pad ini relatif kaku.
Pad yang lebih lunak dengan kekakuan sekitar 200 kN/mm lebih memadai terutama bila
dipasang pada bantalan beton.
Sistem Jalan Rel
Slab Track (Jalan Rel Dengan Tumpuan Beton)

Banyaknya keunggulan yang telah terbukti pada jalan rel yang menggunakan balas
ternyata harus diimbangi dengan kelemahannya yang cukup berat yaitu perlunya
perawatan yang intensif dan konstan. Oleh karena itu di Eropa dan Jepang telah
dilakukan penelitian untuk mencari kemungkinan digunakannya slab (tumpuan beton),
terutama untuk kecepatan dan tekanan gandar yang tinggi, sebagai pengganti balas dan
bantalan. Biasanya digunakan balok beton yang diperkuat atau pra-tekan yang sudah
dicetak. Rel dihubungkan ke balok beton dengan penambat elastis atau dengan tumpuan
elastis menerus. Walaupun pada prinsipnya balok ini mempunyai laju penurunan yang
rendah dan hanya perlu sedikit perawatan, tetapi biaya investasinya yang tinggi, sekitar
tiga kali lipat dibanding jalan rel biasa, menjadi kendala dalam penggunaannya secara
besar-besaran.

Perlintasan Sebidang

Konstruksi ini dibangun bila jalan rel bertemu sebidang dengan jalan raya. Hanya
beberapa perlintasan penting yang terdapat pada lintas raya di NS yang akan dibahas
disini.
Sistem Jalan Rel
Lempengan Ringan (Light Weight Universal Plates)

Selain harus menahan beban KA, perlintasan sebidang juga harus menahan beban jalan
raya. Jika beban jalan raya tidak terlalu berat maka bebannya dapat diteruskan lewat
konstruksi jalan rel standar ke badan jalan. Inilah keunggulannya, yaitu tidak perlu
konstruksi dan perawatan khusus. Dalam keadaan demikian NS sering menggunakan
lempengan yang ringan (light weight universal plates) pada perlintasan sebidang.
Jenisnya berlainan untuk bantalan beton dan kayu seperti terlihat pada gambar di bawah.
Lempengan setebal 15 mm ditopang secara elastis ke bantalan dan terhubung ke
permukaan jalan raya dengan sebuah ganjal/curb. Pada waktu perawatan maka plat ini
dapat diambil.

Gambar
Perlintasan Dengan Lempengan Ringan
Sistem Jalan Rel
Lempengan Berat (Heavy Universal Plate)

Untuk beban lalu lintas jalan raya yang cukup berat maka struktur perlintasan ini
menggunakan lempengan yang lebih berat dengan ketebalan 19 cm seperti telihat pada
gambar di bawah. Mengingat ukuran tingginya, maka lempengan ini hanya digunakan
pada bantalan kayu yang diberi dudukan rel tinggi. Dengan cara ini, maka pada jalan rel
yang menggunakan bantalan beton perlu dipasang bantalan kayu di tempat dipasangnya
lempengan berat ini. Untuk beban lalu lintas jalan raya yang berat, maka konstruksi
lempengan berat ini menjadi terlalu ringan sehingga mudah berobah posisinya dan biaya
perawatannya meningkat. Dalam keadaan demikian maka lebih baik dibuatkan
konstruksi yang lebih berat yang memerlukan lebih sedikit perawatan.

Profil karet beralur

Plat Plat dalam


luar

190

Gambar
Balok komposit penopang Perlintasan Dengan Lempengan Berat
Sistem Jalan Rel
Harmelen Crossing

Struktur monolit yang tampak pada gambar di bawah ini dikembangkan untuk kebutuhan
perlintasan sebidang dengan beban lalu lintas jalan raya cukup berat sampai berat.
Baloknya dicetak dulu. Permukaan atasnya ditutup dengan menggunakan bahan yang
mempunyai kekasaran yang memenuhi syarat dan ketahanan terhadap beban pukul
yang berasal dari kendaraan jalan raya pada alur yang dilewati roda KA.
Pada waktu pemasangan, balok dipasang dulu pada tempatnya, kemudia rongga
dibawahnya diisi dengan adukan yang cepat mengering yang dimasukkan lewat lobang
pada balok tersebut sehingga dalam beberapa jam perlintasan siap untuk dilewati
kendaraan jalan raya. Rel berada dalam cerukan yang dibatasi dengan lapisan karet dan
diisi dengan bahan campuran polyurethane khusus yang dicorkan ke dalam cerukan.

Gambar
Konstruksi Harmelen
Contoh Bantalan dan Alat
Penambat
Ciri – Ciri
Komponen
Pandrol
Asli vs Tiruan
SELESAI
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai