Pada bab berikut akan dibahas mengenai respons balok akibat pembebanan. Balok adalah
batang yang dominan memikul beban-beban yang bekerja arah transversal. Akibat beban ini,
balok akan mengalami deformasi yang berupa lengkungan atau lenturan yang menimbulkan
regangan dan tegangan. Dalam pembahasan akan dibatasi terlebih dahulu bahwa balok hanya
menerima lentur mumi (pure bending), batang lurus dan prismatis. Lentur murni terjadi pada
balok dengan momen lentur konstan (dM/dx=0) dan tanpa gaya normal. Contoh balok yang
mengalami lentur murni diperlihatkan pada Gambar 4.1. Pada Gambar 4.1.(a) lentur mumi
terjadi pada balok bagian tengah (di antara beban-beban P), sedangkan pada Gambar 4.1.(b)
lentur murni terjadi pada seluruh bentang balok.
(a). Lentur muni bagian tengah balok (b) lentur murni sepanjang balok
40
Sekarang ditinjau sebuah balok yang dibebani momen lentur pada kedua ujungnya (lihat
Gambar 4.2). Mula-mula sumbu memanjang balok berimpit dengan sumbu x (positif,
kekanan). Setelah diberi momen-momen ini, balok akan melendut kebawah. Sumbu y melalui
ujung balok sebelah kiri dan positif arahnya kebawah. Untuk pembahasan selanjutnya,
penampang balok dianggap bersifat simetri terhadap sumbu y dan momen bekerja pada
bidang xy, sehingga kelengkungan balok hanya terjadi pada bidang xy saja.
Tinjaulah dua buah titik k dan m dengan jarak antar keduanya sangat kecil yaitu dx. Titik k
berjarak x dari ujung kiri balok (sumbu y). Jika pada bidang xy dibuat garis normal (garis yang
memotong batang dengan arah tegaklurus sumbunya) k-l dan m-n vang masing-masing melalui
titik k dan m, maka kedua garis ini akan sejajar. Setelah balok dibebani lentur M, perpanjangan
kedua garis normal ini tidak lagi sejajar tetapi akan bertemu di suatu titik 0 yang disebut
sebagai pusat kelengkungan. Jarak dari titik 0 ke sumbu batang yang melentur disebut jari-jari
kelengkungan p. Jika momen sepanjang balok konstan, maka jari-jari kelengkungan ini juga
konstan. Dalam kenyataan di lapangan, kelengkungan balok ini sangat kecil, atau sudut θ
sangat kecil (lihat Gambar 4.2).
Jika ukuran balok arah lateral relatif kecil dibandingkan dengan panjang balok, maka ada
beberapa asumsi yang lazim digunakan, antara lain:
• bidang normal akan tetap rata baik sebelum maupun setelah balok mengalami
deformasi,
• deformasi lateral akibat tegangan normal diabaikan,
• deformasi akibat geser diabaikan.Sedangkan resultan gaya dalam pada seluruh
penampang adalah :
41
Pada kondisi lentur murni, dimana batang tidak dibebani gaya normal, maka resultan gaya dalam
N harus sama dengan nol.
Oleh karena C dan E masing-masing konstanta yang tidak sama dengan y nol, maka :
Persamaan (4.6) menunjukan bahwa momen statis penampang harus sama dengan nol. Nilai ini
terpenuhi jika garis netral melalui titik berat (TB) penampang. Dalam pembahasan berikutnya
dianggap bahwa garis netral selalu melalui titik berat penampang batang (untuk kondisi lentur
murni).
Jika digunakan perbandingan dua buah segitiga sebangun seperti gambar 4.2 sebelah kanan,
maka nilai konstanta C dapat dicari dengan persamaan-persamaan berikut :
dan
maka didapat :
42
Momen lentur dalam dapat dicari dengan mengalikan resultan gaya normal dengan lengannya ke
garis netral :
Sebagai perjanjian tanda, momen lentur bertanda positif, jika lendutan balok arahnya ke bawah,
negatif jika lendutan ke atas (lihat Gam6ar 4.4). Dengan demikian balok yang menerima
momen positif, nilai d2y/dx2 negatif, sehingga konstanta C dengan memperhatikan Persamaan
(4.8) dan (4.12) dapat dituliskan kembali menjadi :
(a). Momen lentur positif (M > 0) (b) Momen lentur negative (M < 0)
Tegangan normal σxx balok akibat momen lentur murni dapat dihitung dengan mensubtitusikan
Persamaan (4.14) ke dalam Persamaan (4.2), didapat :
43
Tegangan maksimum terjadi pada titik-titik yang terjauh dari garis netral yang biasanya terjadi
pada serat teratas dan terbawah. Jika jarak terjauh serat teratas dan terbawah ke garis netral
masing-masing adalah yt dan yb, maka tegangan normal terbesar (lihat juga Gambar 4.3.(c))
masing-masing :
dan
ூ ூ
dengan I adalah momen inersia penampang terhadap sumbu z, sedangkan St = dan Sb=
௬ ௬್
masing-masing adalah modulus tampang.
Di dalam praktek, ada kemungkinan arah beban tidak berimpit dengan sumbu y (tidak pada
bidang xy), tetapi membentuk sudut tertentu terhadap sumbu y. Momen luar M dapat diuraikan
menjadi dua komponen, yaitu My (terhadap sumbu y) dan Mz (terhadap sumbu z). Sehingga
penampang dibebani momen lentur dua arah (biaksial). Sedangkan tegangan-tegangan
normal dapat dihitung sebagai superposisi akibat kedua komponen momen ini. Sebagai contoh,
penempatan gording dari kayu dengan penampang persegi yang dipasang miring, seperti
diperlihatkan pada Gambar 4 5. Sudut θ adalah sama dengan sudut kemiringan atap.
Tegangan normal disembarang titik pada penampang (y,z) dapat diperoleh dengan rumus :
44
Gambar 4.5. Penampang yang dibebani momen lentur baksial.
Jika gaya aksial yang bekerja adalah tekan, maka nilai N pada rumus di atas diambil negatif.
Untuk mencari letak garis netral akibat gaya aksial dan momen lentur dapat dicari dengan
memberi nilai tegangan normal sama dengan nol. Jika jarak garis netral ke titik berat
penampang adalah yn, maka didapatkan :
Pengaruh momen lentur Mz terhadap gaya normal adalah eqivalen dengan pengaruh gaya
aksial yang bekerja tidak sentris (tidak melalui titik berat penampang). Misalnya gaya aksial
N bekerja dengan eksentrisitas e, maka :
45
Tegangan normal didapat dari hasil superposisi tegangan akibat gaya aksial sentris N dan
momen lentur Mz, maka Persamaan (4.19) dapat dituliskan menjadi :
Sedangkan letak garis netral terhadap sumbu utama (lihat GAmbar 4.7) adalah :
46
Dengan menyamakan tegangan normal pada Persamaan (4.25) dengan nol, maka akan didapat
letak garis netralnya.
Gambar 4.8. Tegangan akibat lentur dan gaya aksial yang tidak sentries.
Jiha beban aksial N tidak sentris terhadap kedua sumbu utama penampang y dan z, dimana
eksentrisitas masing-masing adalah ey dan ez, maka timbul momen terhadap sumbu y dan z
masing-masing Pe z dan Pey. Tegangan normal pada sembarang titik dengan koordinat (y,z)
adalah:
Dari Persamaan (4.26) dapat dicari tempat kedudukan titik-titik yang tegangannya sama dengan
nol yang terletak pada garis lurus dengan persamaan dalam y dan z sebagai berikut :
Garis netral ini akan memotong sumbu y dan z pada titik Y dan Z dengan jarak masing-masing yn
dan zn dari sumbu-sumbunya, seperti diperlihatkan pada Gambar.
47
:
Jika teras penampang ini diketahui dan beban tekan berada didalamnya, maka pada
penampang tidak terjadi tegangan tarik. Contoh aplikasi yang sering dijumpai adalah pada
fondasi telapak, dimana beban fondasi akan dilimpahkan pada tanah dasar di bawahnya.
Karena tanah berupa butiran lepas maka tidak atau dianggap tidak mampu menerima
tegangan tarik. Sehingga reaksi tanah tidak boleh terjadi tegangan tarik. Aplikasi lain
misalnya perencanaan pilar jembatan yang bahannya dari pasangan bata atau batu kali,
yang tidak mampu menahan tegangan tarik. Dari dua contoh ini letak beban harus diatur
sedemikian rupa sehingga tanah dasar fondasi atau penampang pilar pasangan bata hanya
terjadi tegangan tekan saja. Dari batasan ini kita dapat merencanakan ukuran
penampangnya, jika gaya aksial dan eksentrisitasnya diketahui.
48
Untuk mengetahui batas teras penampang, kita gunakan lagi Persamaan (4.22). Sekarang
persoalannya dibalik, bukan e diketahui dan yn yang dicari, tetapi e yang dicari yang mana yn
sudah diketahui. Eksentrisitas maksimum, dimana penampang terjadi tekan atau tarik saja
dapat terjadi jika yn sama dengan yt atau yb (lihat Gambar 4.10). Persamaan untuk mencari
tegangan normal untuk kedua kondisi ini adalah sebagai berikut:
dan
dan
Selama beban terletak pada luasan yang terarsir, penampang akan menerima tegangan
dengan tanda yang sama.
49
Gambar 4.11. Beberapa balok komposit
Anggapan bahwa penampang yang rata akan tetap rata sebelum dan setelah terjadi lentur
tetap berlaku untuk balok komposit. Hal ini dapat terjadi jika ada ikatan/lekatan yang
baik antara bahan-bahan penyusun balok. Regangan normal juga akan berbanding lurus
dengan jaraknya dari garis netral. Contoh sebuah balok komposit dan distribusi regangan dan
tegangan normal dapat dilihat pada Gambar 4.11.
Tegangan pada sembarang titik yang berjarak y dari garis netral diperoleh dari nilai regangan
yang dikalikan dengan modulus elastisitas masing-masing bahannya.
dengan σi adalah tegangan normal pada bahan yang ke i. Sedangkan besarnya resultan gaya
pada seluruh penampang adalah :
Oleh karena batang hanya dibebani lentur murni, berarti resultan gaya asksial yang bekerja
pada penampang adalah nol, maka letak garis netral dapat diperoleh dengan :
50
Momen lentur M dapat dihitung dengan mengalikan gaya aksial dari masing-masing bahannya
seperti yang tertulis pada Persamaan (4.33) dengan jaraknya ke titik pusat berat atau ke garis
netral:
Dengan memperhatikan Persamaan (4.31) tegangan normal yang terjadi pada masing-masing
bahannya diperoleh dengan rumus :
Contoh aplikasi balok komposit yang banyak digunakan di lapangan adalah balok beton
bertulang, yang terbuat dari dua bahan yaitu beton dan baja tulangan. Jika modulus
elastisitas dan momen inersia beton dan baja masing-masing digunakan indeks c dan s, maka
tegangan masing-masing dapat ditulis dengan :
dan
Sehingga tegangan beton yang dihitung dengan persamaan (4.39a) dapat dituliskan dengan
Persamaan (4.41), jika pembilang dan penyebut masing-masing dibagi dengan Ee.
51
atau
dengan It adalah momen inersia penampang transformasi terhadap garis netral, yang dihitung
dengan rumus:
Cara penyelesaian dengan metoda transforniasi ini secara umum dapat dipakai untuk
rnenyelesaikan balok komposit yang terbuat lebih dari satu bahan.
Pada balok yang terbuat dari beton bertulang, ada beberapa hal khusus yang perlu
diperhatikan mengingat beton cukup kuat menahan tekan namun kurang kuat menahan tarik.
Jika diperhatikan lagi diagram tegangan normal suatu penampang beton bertulang yang
mengalami momen lentur positif yang diperlihatkan pada Gambar 4.12, maka bagian
dibawah garis netral terjadi tegangan tarik. Jika tegangan tarik ini melampaui kuat tarik
beton, maka beton pada daerah ini akan mengalami retak. Setelah retak, beton tidak mampu
lagi menahan tegangan tarik. Gaya tarik pada bagian ini akhirnya ditahan oleh baja tulangan
saja.
Gambar 4.12 memperlihatkan retak balok beton bertulang pada daerah tarik serta distribusi
regangan dan tegangan pada penampang yang ditinjau. Beton bagian tarik dianggap tidak
52
ada, sehingga letak garis netral ditentukan dengan menyamakan momen statis luasan beton
tekan dengan luasan baja tulangan yang mengalami tarik. Jika penampang balok mempunyai
ukuran penampang seperti pada Gambar 4.12, maka jarak garis netral ke sisi atas penampang
dapat dihitung dengan persamaan kuadrat seperti berikut berikut ini :
Sekarang tinjaulah dua potongan I dan II yang berjarak dx pada balok tersebut. Tegangan
normal σxx yang diakibatkan adanya momen lentur pada kedua potongan tersebut dperlihatkan
53
Pada Gambar 4.15. Selanjutnya hanya ditinjau luasan terarsir AI yang merupakan sebagian
dari luas penampang seluruhnya.
Benda bebas (free body) bagian ini diperlihatkan pada Gambar 4.15©. Akibat momen lentur
potongan sebelah kiri (potongan I-I) dan sebelah kanan (potongan II-II) terdapat gaya normal
yang masing-masing besarnya NI dan NII.
dengan S :momen statis penampang yang ditinjau AI terhadap garis netral penampang total.
Dengan cara yang sama diperoleh gaya normal pada potongan II-II sebesar :
54
Jika besarnya momen pada potongan I adalah M dan pada potongan II adalah M + dM, maka
Persamaan (4.47) dapat juga ditulis,
Oleh karena NI tidak sama dengan NII, maka harus ada gaya lain agar benda bebas tersebut
dalam kondisi seimbang terhadap gaya-gaya horisontal. Sehingga pada bidang batas timbul
gaya geser ∆Nyang besarnya :
Oleh karena tegangan geser pada suatu potongan pada balok tergantung pada momen statis
S, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain
• Tegangan geser pada tepi atas dan bawah sama dengan nol
• Pada penampang tertentu tegangan geser maksimum terjadi jika S juga maksimum,hal ini
terjadi pada garis netral penampang.
Berdasarkan teori tentang geser pada sub Bab 2,5, bahwa tegangan geser ini terjadi tidak
hanya pada bidang horisontal saja, tetapi juga pada bidang vertikal dengan nilai sama dengan
arah yang saling mendekati atau sating menjauhi.
55
Gambar 4.16 Beberapa contoh balok susun
Walaupun terdiri dari beberapa potongan, namun masing-masing potongan dapat
dihubungkan/digabungkan menjadi satu kesatuan sehingga gabungan ini dapat
dianggap sebagai batang tunggal. Konsekuensinya, diperlukan alat sambung untuk menahan
geser yang terjadi di antara potongan-potongan yang disusun. Pada Gambar 4.17
diperlihatkan perbedaan perilaku balok susun : (a) saling lepas dan (b) disatukan dengan alat
sambung geser.
56
4.7. Contoh/Aplikasi
Contoh 4.1 : Bagaimana distribusi tegangan geser balok yang berpenampang persegi
dengan ukuran b x h.
Penyelesaian :
ଵ
• Pada tepi atas dan bawah : y = h
ଶ
τ =0
• Pada garis netral : y = 0
57
Contoh 4.2: Turunkanlah persamaan distribusi tegangan geser balok dengan penampang
lingkaran masiv yang berdiameter d.
Penyelesaian :
Ditinjau luasan kecil dengan tebal d(y), panjang b(y), dan berjarak y dari garis netral.
Contoh 4.3 : Tunjukkan perbcaaan tegangan yang terjadi pada balok susun seperti
ditunjukkan pada gambar di bawah jika (a) kedua balok saling lepas dan (b) kedua balok
digabungkan menjadi satu. Jika diketahui kekuatan sebuah alat sambung P = 30 kN, berapa
jumlah alat sambung geser yang diperlukan dan bagaimana cara penempatannya.
58
Penyelesaian :
Gaya geser yang harus ditahan pada setegah bentang balok adalah (lihat Persamaan (4.48)).
59
Digunakan 4 buah alat sambung geser Penampang alat sambung :
4.8. Rangkuman
Kesimpulan yang dapat ditarik dari bab ini adalah sebagai berikut
1. Batang yang mengalami lentur murni, timbul tegangan dan regangan normal yang
nilainya berbanding lurus dengan jaraknya dan garis netral. Besarnya tegangan
normal untuk kasus lentur satu arah (monoaksial) adalah
2. Sedangkan batang yang menerima gaya aksial setris dan lentur, timbul tegagan
normal yang besarnya :
Untuk gaya aksial denga eksentrisitas e dari titik berat penampang, tegangan normalya
adalah :
3. Daerah inti kern (teras) didefinisikan sebagai suatu daerah dimana kalau beban aksial
bekerja pada daerah ini, tegangan yang terjadi pada seluruh penampang bertanda
sama.
60
4. Untuk balok komposit dengan n komponen bahan dari masing-masing bahan adalah
Ei, besarnya tegangan akibat lentur dari bahan yang ke i dirumuskan :
5. Selain tegangan normal pada umumnya pada batang lentur juga terjadi tegangan geser
akibat gaya litang yang besarya :
4.9. Soal-soal
1. Sebuah balok kayu dengan ukuran lebar dan tinggi 6/10 cm terletak di atas dua tumpuan
sederhana dengan bentang 4 m. Kayu tersebut mempunyai tegangan ijin lentur 10
MPa. Balok tersebut mendukung beban terbagi merata q. Berapakah besarnya q
maksimum yang dapat didukung balok tersebut.
2. Sebuah balok mempunyai penampang: lebar b dan tinggi h dapat mendukung momen
lentur M dan terjadi lendutan maksimum D. Jika tinggi balok dijadikan dua kalinya (2h),
berapakah kemampuan balok tersebut untuk mendukung momen.
3. Suatu menara terjadi kemiringan sebesar 20 cm. Beban yang harus dipikul pada puncak
menara sebesar 50 kN dan bagian tengan 30 kN. Berapakah tegangan yang terjadi pada
beton dan baja pada bagian pangkal menara.
61
4. Suatu dinding penahan tanah terbuat dari pasangan batu kali (lihat gambar). Hitunglah
tegangan lentur dan geser rata-rata yang terjadi pada dinding tersebut (tekan dan tarik)
pada bagian tengah-tengah (potongan I-I ) dan bagian bawah (potongan II - II).
Pada bidang permukaan antara pasangan batu kali dengan tanah terjadi tegangan geser.
Jika diketahui tegangan geser ijin adalah τ = 0,25 t/m , kontrolah tegangan geser yang
2
terjadi apakah masih aman atau tidak. Jika tidak aman, apa saran anda.
5. Suatu balok yang dibebani pada bagian tengah dan ujung (seperti terlihat pada
gambar) terbuat dari komposit baja beton). Perbandingan modulus elastisitas baja
ೞ
dengan beton n= = 10.
Tebal pelat baja yang dirangkai menjadi profil I masing-masing sebesar 2 cm.
Pertanyaan :
5.1.Tentukanlah letak garis netral potongan komposit tersebut.
5.2. Berapakah momen inersianya.
5.3. Berapakah tegangan yang terjadi pada bagian tengah bentang dan di atas
perletakan B (tegangan maksimum dan minimum pada baja dan beton)
6. Suatu balok berpenampang T (dari kayu) memikul beban pada salah satu ujungnya
(lihat gambar).
62
Pertanyaan :
6.1.Tentukanlah letak garis netral penampang.
6.2. Hitunglah besarnya momen inersianya.
6.3. Hitunglah tegangan maksimum yang terjadi di atas tumpuan B.
Pertanyaan :
7.1. Tentukanlah letak garis netral.
7.2. Hitunglah besarnya momen inersianya.
7.3. Hitunglah tegangan maksimum yang terjadi di atas tumpuan B.
7.4. Rencanakan paku sebagai alat sambung geser, jika balok komposit perlu
ditambahkan (P=50 Kg = 0,5 kN)
63
Bab 5
Puntiran
5.1. Pendahuluan
Pada bab ini akan dibahas mengenai kekuatan dan kekakuan batang lurus yang dibebani
puntiran (torsi). Puntiran dapat terjadi secara murni atau bersamaan dengan beban aksial,
momen lentur dan gaya lintang. Puntiran murni dapat terjadi misalnya pada batang-batang
poros rnesin. Batang-batang ini kebanyakan berpenampang lingkaran. Sedangkan pada
struktur bangunan, misalnya puntiran terjadi pada balok pinggir atau balok luifel, kolom pada
bangunan gedung akibat pembebanan horisontal, jembatan lengkung dan lain sebagainya.
Batang-batang ini biasanya berpenampang persegi, T, I atau box. Gambar 5.1 memperlihatkan
contoh batang-batang yang mengalami puntiran.
64
• Potongan datar yang tegak lurus terhadap sumbu batang akan tetap datar setelah
mengalami puntiran. Akibat lanjut dari asumsi ini adalah tidak akan terjadi regangan geser
pada bidang yang sejajar dan melalui sumbu batang.
• Adanya puntiran, potongan datar ini akan tetap rigid, sehingga regangan geser
berbanding lurus dengan jaraknya dari sumbu batang. '
• Tidak terjadi deformasi arah memanjang batang.
• εr = εθ = εx = 0 atau σr = σθ = σx = 0
• γrθ = γrx = 0 atau τrθ = τrx = 0 (5.1)
Satu-satunya tegangan yang tidak sama dengan no] adalah zo, yang selanjutnya dituliskan r
saja.
Besarnya regangan geser γr adalah :
65
Sedangkan regangan geser γr pada sembarang titik yang berjarak r dari sumbu batang
adalah :
Momen torsi T sama dengan gaya dalam yang timbul akibat geser dikalikan dengan
jaraknya ke sumbu batang (lihat Gambar 5.3)
dengan : d =2R
Tegangan geser sembarang titik yang berjarak r dari sumbu batang :
Untuk batang dengan penampang lingkaran berongga seperti tampak pada Gambar 5.4,
momen inersia polar Ip dapat dihitung dengan rumus ;
66
5.3. Batang Berpenampang Berongga yang Berdinding Tipis
Jika penampang lingkaran berongga berdinding sangat tipis, momen inersia polar dapat
didekati dengan rumus :
Sebuah contoh batang dengan sembarang penampang berongga yang berdinding tipis dapat
dilihat pada Gambar 5.5. Jika aliran gaya q menyatakan besarnya gaya persatuan panjang
yang besarnya konstan, yang mana dapat dihitung dengan :
q = τt (5.8)
maka besarnya momen puntir adalah (lihat juga GAmbar 5.5(a)) :
dengan dA = q ds dan r adalah jarak dA ke titik berat peampang. Jika luas daerah terarsir
(luas segitiga) :
atau
67
dengan Am : luas penampang yang dibatasi oleh tengah-tengah antara sisi luar dan dalam
dari dinding bagian luar dan dalam (luas terarsir pada Gambar 5.5 (b)). Sedangkan
tegangan geser dapat dihitung dengan rumus :
5.4. Energi yang Tersimpang dalam Batang yang dibebani Geser Murni
Untuk memudahkan dalam mencari beberapa konstanta penampang akibat puntir, berikut
akan dibahas terlebih dahulu energi yang tersimpan dalam batang yang dibebani geser.
Gambar 5.6 memperlihatkan deformasi elemen kecil akibat geser murni pada sisi-sisinya.
Jika panjang keempat sisi masing-masing adalah h dan tebal elemen t, maka besarnya gaya
geser V adalah
V = τ ht (5.13)
Akibat gaya geser ini, titik sudut akan bergeser sebesar δ (lihat Gambar 5.6 (b) yang
besarnya:
δ= γ h
Jika Gambar 5.7 menunjukkan grafik hubungan antara perpindahan δ dan gaya geser V,
maka energi regangan tersimpan dalam elemen u sama dengan luas daerah yang terarsir,
yang besarnya :
68
Gambar 5.7. Energi regangan elemen
Dengan memperhatikan Persamaan (5.15) dan (2.12), maka kerapatan energi u juga dapat
dituliskan :
dengan r adalah jari-jari elemen yang ditinjau. Sehingga besarnya energi yang tersimpan
dalam batang sepanjang L dengan luasan kecil dA:
maka energi yang tersimpan pada batang akibat momen puntir T adalah :
Jika hubungan antara T dan ø dapat dijelaskan seperti pada Gambar 5.8 yang mana:
69
maka dengan memperhatikan Persamaan (5.17) didapatkan :
atau
sehingga energi yang tersimpan pada batang dengan sudut puntir ø adalah :
70
Gambar 5.9. Distribusi tegangan geser pada penampang persegi akibat puntiran
Meskipun cukup rumit, telah didapatkan rumusan untuk menghitung tegangan geser
maksimum yang nilainya tergantung perbandingan antara sisi panjang dan pendek, yaitu:
dan
Untuk penampang yang tipis nilai α dan β sama yaitu mendekati 1/3, untuk selanjutnya
dapat dilihat pada sub Bab 5.6. di bawah.
71
5.6. Penampang Gabungan Beberapa Peampang Persegi Tipis
Untuk batang dengan penampang persegi tipis dengan tinggi b dan tebal h seperti
ditunjukkan pada Gambar 5.10(a) nilai J dapat didekati dengan :
dan
Sedangkan nilai J untuk gabungan beberapa penampang persegi dihitung dari penjumlahan
masing-masing penampang :
72
5.7. Contoh/Aplikasi
1. Sebuah batang pejal mernpunyai penampang lingkaran dengan diameter 120 mm.
Tegangan geser ijin adalah 50 MPa dan G = 1.105 MPa. Berapakah momen puntir
maksimum yang diperkenankan jika sudut puntir persatuan panjang dibatasi hanya θ = 1°
saja.
Penyelesaian :
Momen puntiran maksimal akan dibatasi oleh dua ketentuan, yaitu:
a) Berdasarkan tegangan ijin, besarnya Tmaks adalah :
73
3. Berapakah perbandinngan luas yang diperlukan antara pipa bundar dan pipa pesegi, jika
bahan, tegangan geser ijin, tebal, panjang yang sama dan momen puntir yang harus
didukung sama.
Penyelesaian :
Dari soal diatas, maka diperlukan Am1 (untuk penampang lingkaran) dan Am2 (untuk
penampang persegi) yang sama dengan perbadingan :
5.8. Rangkuman
Pada bahasan mengenai puntiran, ada beberapa hal penting yang dapat disimpulkan antara lain:
1. Untuk penampang lingkaran potongan datar yang tegak lurus sumbu batang akan tetap
datar setelah mengalami puntiran, tidak terjadi deformasi dan tegangan arah memanjang
batang, tegangan geser pada titik yang berjarak r dari titik pusat lingkaran adalah ;
2. Untuk penampang berongga yang berdinding tipis dengan tebal t, tegangan geser adalah :
3. Untuk penampang tersusun dari beberapa penampang persegi , tegangan geser maksimum
dirumuskan
dengan a adalah lebar atau sisi pendek dan b sisi pajang penampang.
74
5.9. Soal-soal
1. Penampang box seperti terlihat pada Gambar 5.11 digunakan untuk batang yang menahan
puntiran T = 0,2 kNm. Panjang batang adalah 3 m. Tentukan tegangan geser maksimum
dan sudut puntiran yang terjadi jika diketahui modulus geser bahan G = 80 GPa.
2. Batang yang terjepit pada salah satu ujungnya dengan panjang 15 m dibebani puntiran
pada ujung yang lain T = 0,15 kNm (lihat Gmbar 5.12). Hitunglah tegangan
maksimum dan berapakah besarnya sudut rotasi antara kedua ujung batang.
3. Suatu balok beton dengan penampang seperti Gambar 5. 13. tentukanlah tegangan geser
maksimum jika balok tersebut dibebani momen puntir sebesar 5 kNm.
75
Bab 6
Analisis Tegangan dan Regangan Bidang
6.1. Pendahuluan
Dalam bab-bab sebelumnya telah dibahas tentang tegagan dan regangan normal atau geser
pada suatu batang. Tegangan-tegangan tersebut dapat terjadi akibat gaya aksial, gaya lintang,
momen lentur maupun torsi. Dalam bab ini akan dikembangkan persamaan-persamaan
transformasi tegangan dan regangan dengan merubah orientasi sumbu-sumbu yag bertujuan
untuk mendapatkan tegangan atau regangan ekstrim (maksimum dan minimum). Nilai
ekstrim ini mempunyai pengaruh yang sangat penting pada perilaku bahan. Tegangan atau
regangan ekstrim dapat digunakan untuk mengetahui apakah struktur masih mampu menahan
beban luar atau beban telah melampaui kekuatan bahannya.. dalam peracangan, ukuran-
ukuran yang harus dipilih sedemikian rupa sehingga tegangan-tegangan normal dan geser
yang terjadi tidak melampaui tegangan.
Pada Gambar 6.1 diperlihatkan sebuah elemen dari suatu batang atau bagian struktur beserta
tegangan-tegangan yang terjadi pada permukaannya, yang berupa tegangan normal dan geser.
Tegangan-tegangan yang bekerja pada permukaan yang tidak dapat dilihat tidak
diperlihatkan dalam gambar ini.
Gambar 6.1. Elemen dengan tegangan-tegangan normal dan geser pada permukaannya
76
6.2. Analisis Tegangan Bidang (Plain Stress)
Pada sub bab berikut akan dibahas kasus khusus yaitu tegangan bidang (plain stress), dimaa
komponen-komponen tegangan hanya bekerja pad suatu bidang saja. Sebagai contoh
tegangan-tegangan hanya bekerja pada bidang xy saja, seperti diperlihatkan pada Gambar
6.2.(a). Dalam kondisi ini :
σzz = 0 (6.1.a)
Analisis tegangan bidang dapat diterapkan jika struktur tipis dan beban hanya bekerja dengan
arah dan benda dalam bidang tersebut.
Untuk selanjutnya sebagai pengganti notasi tegangan σxx, σyy, σzz,akan digunakan σx. σy, σz.
77
6.2.1. Transformasi Tegangan Bidang
Dalam analisis tegangan, biasanya tegangan-tegangan normal dan geser yang bekerja pada
elemen dari suatu kedudukan atau sumbu-sumbu acuan misalnya sumbu x dan y sudah
diketahui. Dengan tegangan-tegangan dan arah sumbu x dan y yang sudah diketahui ini,
dapat ditentukan tegangan-tegangan dalam arah sembarang. Tegangan-tegangan ini akan
dipengaruhi oleh orientasi sumbu-sumbunya.
• Tegangan normal dengan arah ke luar bidang (tarik) diambil positif, sedangkan arah
sebaliknya adalah negative.
• Tegangan geser positif jika bekerja pada bidang sebelah kanan elemen BC dengan arah
ke atas atau yang memutar terhadap sumbu z berlawanan arah jarum jam.
78
Gambar 6.3. Keseimbangan gaya dalam elemen kecil atau bagian elemen kecil
Selanjutnya ditinjau benda bebas AED, dimana bidang ED tegak lurus pada sumbu x’.
Bidang ED dianggap mempunyai luas dA, sehingga luas bidang AE dan ED masing-masing
dA sinθ dan dA cosθ. Berdasarkan kriteria keseimbangan gaya pada benda bebas (lihat
Gambar 6.3.(c)), akan diperoleh :
Σ Fx ‘ = 0
σx’ dA = σx’ dA cos θ cos θ + σy dA sin θ sin θ + τxy dA cos θ sin θ
79
Dengan bantuan rumus-rumus trigonometri antara lain :
cos θ = (1 + cos2 θ),
2
sin θ = (1 - cos2 θ),
2
dan sin θ cos θ = sin2 θ
σx’ = + cos 2 θ + sin 2 θ (6.3)
(6.4)
Tegangan normal σx’ dapat dihitung dengan Persamaan (6.3) dengan mengganti θ = θ + ,
sehingga didapatkan :
σ y’ = - cos 2 θ - τxy sin 2 θ (6.5)
Dari Persamaan (6.3) dan (6.5), maka untuk sembarang sudut rotasi akan berlaku :
(6.7)
80
Turunan pertama dari Persamaan (6.3) terhadap θ akan didapat :
ೣష
െ 2 sin2θ+2τxy cos2θ = 0
(6.8)
1) Sudut θ1 dan θ1 + π/2 memberikan tegnagn ekstrim σx’, jika yang satu memberikan nilai
maksimum yang lain minimum.
2) Sudut ini menghasilkan sumbu-sumbu utama yang memberikan tegangan ekstrim atau
disebut juga tegangan utama, masing-masing :
• Jika θ = θ1 dimasukkan dalam Persamaan (6.3), maka didapatkan tegangan maksimum :
(6.9)
(6.10)
3) Ada dua buah sudut yang saling tegak lurus, dimana nilai τxy mencapai nilai ekstrim. Arah
sumbunya membentuk sudut 45 dari sumbu utama. Nilai-nilai ekstrim dari τxy dapat
o
0
(6.11)
81
6.2.3. Lingkaran Tegangan Mohr
Arah sumbu dan tegangan utama dapat dicari dengan cara grafis dengan bantuan Lingkaran
Mohr. Dari persamaan dasar tegangan yang mengacu pada sumbu x’y’ (Persamaan (6.3) dan
(6.4)) dengan mengkuadratkan kedua persamaan tersebut, kemudian keduanya dijumlahkan
akan diperoleh :
(6.14)
Dalam hal ini σx, σy,dan τxy, adalah tiga buah besaran yang telah diketahui, sedangkan σx’ dan
τx’y’ berupa variable. Persamaan (6.14) dapat juga ditulis dalam bentuk persamaan lingkaran
sebagai berikut :
dengan :
Persamaan ini tidak lain adalah persamaan sebuah lingkaran dengan sumbu-sumbu σx’ dan
τx’y’ yang mempunyai koordinat titik pusat lingkaran (a,0) dan jari-jari b. Sembarang titik
pada lingkaran mempunyai koordinat τx’y’ dan absis σx’. Lingkaran ini disebut Lingkaran Mohr
(Mohr’s circle), yang dapat dilihat pada Gambar 6.4. Sedangkan ukuran penggambaran
lingkaran Mohr adalah sebagai berikut :
82
1. Buatlah sumbu mendatar σx dan vertikal τxy
5. Buatlah titik A dan B pada lingkaran dengan koordinat masing-masing (σx, τxy) dan (σx,-
τxy). Titik A menunjukkan tegangan dengan sudut θ = 0 , pada titik ini σx’ = σx dan τx’y’ =
°
Gambar 6.4. Lingkaran Mohr untuk menentukan arah dan tegangan-tegangan utama
83
6.2.4. Beberapa Contoh Aplikasi
Berikut akan diberikan beberapa contoh/aplikasi:
Pada Gambar 6.5 diperlihatkan sebuah kolom pendek yang dibebani gaya P. Tegangan-
tegangan yang terjadi pada arah 45o terhadap arah pembebanan dapat ditentukan dengan
persamaan-persamaan yang sudah dipelajari. Pada arah ini terjadi tegangan geser maksimal,
yang dapat menyebabkan terjadi kerusakan geser, misalnya terjadi pada pengujian silinder
beton.
Gambar 6.5. Tegangan geser maksimum yang terjadi pada kolom pendek yang
dibebani secara sentries
Kolom/batang tersebut mengalami tegangan satu arah saja yaitu σxx = σo Tegangan normal dan
geser pada sembarang sudut rotasi θ adalah :
(6.15)
Untuk mendapatkan tegangan-tegangan normal utama dan tegangan geser maksimum dapat
digambarkan lngkaran tegangan Mohr (lihat Gambar 6.6) :
σekstrim = σxx
ೣೣ
dan τekstrim = (6.16)
84
Gambar 6.6. Lingkaran tegangan Mohr
Contoh beberapa aplikasi pada bangunan sipil seperti ditunjukan pada Gambar 6.7 dan
Gambar 6.8.
85
Gambar 6.8. Dinding geser gedung bertingkat dan box (bagian dari jembatan)
Regangan bidang (plain strain) untuk kasus pada Gambar 6.9 terjadi dengan єz = γzx = γzy = 0
Persamaan-persamaan transformasi secara umum untuk regangan bidang didapatkan dari
pertimbangan-pertimbangan geometric. Pandanglah sebuah elemen yang mengalami
86
deformasi seperti pada Gambar 6.10. Yang perlu diperhatikan adalah pergeseran
(displacement) relative dari titik-titik yang berdekatan pada elemen. Pergeseran (translasi dan
perputaran (rotation) elemen tidak berpengaruh karena elemen dianggap dalam kondisi kaku.
Dan penentuan regangan hanya persamaan-persamaan kinematik saja yang akan dibutuhkan.
87
Gambar 6.11. Deformasi elemen pada masing-masing sumbu
AA` = єx dx
A’A”= єy dy
A”A”’= γxy dy
88
Karena =cos θ dan = sin θ maka :
(6.17)
Pandanglah elemen asal OACB menjadi OA’”C’”B’”. Regangan geser didefinisikan sebagai
perubahan sudut AOB. Dalam Gambar 6.11(b), perubahan sudut ini adalah γx’y’ = a+β. Untuk
deformasi yang kecil, tangent sudut-sudut ini dapat dianggap sama dengan sudut ini sendiri.
Regangan geser
(6.18)
(6.19)
89
yang terjadi pada sudut θ1 dan θ2 yang besarnya :
(6.20)
2 2 2
(6.21)
yang terjadi pada sudut θ1 dan θ2 yang arahnya 45 dari sudut θ1 dan θ2 atau :
o
⁄2
2
⁄2
(6.22)
ೣ
Dengan
#
2 2
90
ೌೣ
2 2 2
Dengan :
2
6.3.4. Contoh/Aplikasi
Dalam praktek, pengukuran regangan dapat dilakukan dengan stram gage. Alat
ukur ini terbuat dari kawat-kawat kecil yang dapat memanjang/memendek
bersama-sama dengan objek yang diamati regangannya. Regangan didapatkan
dari perubahan tahanan listrik akibat perubahan panjang kawat pada stram gage.
Alat ini hanya dapat mengukur regangan normal dalam datu arah saja. Untuk
mengukur regangan baja tulangan yang dibebani tarik, hanya diperlukan satu
buah stram gage saja. Namun jika digunakan untuk mengukur regangan suatu
bidang, diperlukan minimal 3 buah yang ditempatkan pada satu titik (titik yang
saling berdekatan) dengan masing-masing ditempatkan dengan arah yang berbeda
misalnya masing-masing membentuk sudut θ1 , θ 2, θ 3 terhadap arah tertentu.
91
Kumpulan stram gage ini yang disebut sebagai roset regangan (strain rosette).
Dengan menggunakan persamaan-persamaan transformasi seperti pada Persamaan
(6.17) akan didapatkan :
(6.25)
Dari tiga persamaan tersebut telah diketahui єθ1, єθ2, dan єθ3 dan sudut θ 1, θ2 , θ3 sehingga
regang an єx, єy dan geser γxy dapat dicari, demikian pula regangan-regangan utamanya, є1
dan є2.
92
6.4. Contoh/Aplikasi
Contoh 6.1 : Pada sebuah titik terjadi regangan yang didapatkan dari pengukuran dengan
roset 45 yang besarnya masing-masing є0 = -0,0006, є45 = 0,0004 dan є90 = 0,0003. Jika
o 0 0 0
bahan mempunyai modulus elastisitas E = 2.10 MPa dan Poisson’s ratio v=0,3, berapakah
5
Penyelesaian : 0,0006
0,0003
0,000365 *+,-*.*"
0,00065 *--*.*"
30,121 01
.మ
0,000665 0,3.0,000365"
,మ
101,101 01
93
Contoh 6.2 : Tegangan sebuah titik seperti terlihat pada gambar dibawah.
Pertanyaan.
Penyelesaian :
a) Tegangan normal jika sumbu-sumbu 15 adalah sebagai berikut (liha Persamaan (6.3)) :
o
ೣ ೣ
23,2 ,-2
25,928 01
24 8 25,928
6,072 01
94
b) Tegangan normal utama masing-masing :
ೣ ೣ
:
: 6
26 01
901
ೣ
2
0.75
ೣ
108,43
10 01
2
95
6.5. Soal-soal
1. Gambarlah lingkaran Mohr untuk elemen kecil yang mengalami tegangan normal hanya
satu arah saja dari tegangan geser saja seperti ditunjukan pada gambar dibawah.
௬ 25
3. Sebuah balok yang terletak diatas tumpuan sederhana dibebani merata seperti
diperlihatkan pada gambar dibawah. Hitunglah tegangan normal dan geser.
yang terjadi pada titik C dan D, yang keduanya terletak pada potongan I-I. Titik C
tereletak 30 cm diaas garis netral penampang, sedangkan titik D 20 cm diatasnya q-n.
Pertanyaan :
96
4. Sebuah kolom berpenampang lingkaran dengan diameter d = 30 cm menerima
puntiran T = 15 kN/m
T = 15 kN/m
d = 30 cm
Pertanyaan :
a) Hitunglah tegangan-tegangan geser alam tegangan utama terbesar yang terjadi
b) Jika kolom dibebani tekan P = 1000 kN, berapakah tegangan utama maksimum
5. Pengujian pada suatu elemen struktur dilakukan pembacaan dari alat roset regangan
45 . Pembacaan-pembacaannya adalah є0 = 480.10 , є45 = 380.10 , dan є90 = -60.10
o -6 o -6 o -6
97
Daftar Pustaka
Ghali, A., Neville, A.M., Struktural Analysis – A Unified Classical and Matric Approach, John
Wiley and Sons.
Haupt, P., 1991, Einfuehrung in die Mechanik, Institut fuer Mechanik, Universitaet Kassel
Marjono, F., 1983, Bahan Ajar mekanika Teknik IV, JTS FT UGM
98
99
100