Anda di halaman 1dari 30

Bab.

4
Analisis dan Disain Balok
Penampang Persegi Empat

4.1 Perilaku Balok Beton Bertulang

Beberapa tahapan perilaku balok beton bertulang terjadi saat dibebani. Pada saat balok
bekerja beban yang kecil, tegangan tarik yang terjadi masih lebih rendah daripada
modulus keruntuhan (tegangan tarik lentur pada saat beton mulai retak) seluruh
penampang melintang balok menahan lentur. Pada tahapan ini belum terjadi retak pada
balok beton bertulang. Gambar 4.1 menunjukan penampang dandiagram regangan dan
tegangan balok pada tahapan tanpa retak.

Gambar 4.1. Tahapan beton tanpa retak

Karena beban terus ditingkatkan melalui modulus keruntuhan balok, retak mulai
terjadi di bagian bawah balok. Momen pada saat retak ini mulai terbentuk yaitu ketika
tegangan tarik di bagian bawah sama dengan modulus keruntuhan, disebut momen retak ,
Mcr.
Struktur Beton I 71
Pada saat beban menengah (tegangan beton lebih kurang sepertiga dari kuat tekannya),
tegangan dan regangan akan tetap mendekati linier. Tahapan ini disebut tahapan beban
kerja yang merupakan dasar dari metoda disain tegangan kerja (metoda elastis). Jika
beban terus ditingkatkan, retak ini terus menyebar mendekati sumbu netral. Kemudian
momen aktual lebih besar dari momen. Pada tahap ini, beton yang mengalami retak tidak
dapat menahan tarik maka tarik di tahan oleh baja tulangan. Tahap ini terus berlanjut
selama tegangan tekan pada serat bagian atas lebih kecil dari pada titik lelehnya.retak.
Gambar 4.2 menunjukan retak pada balok dan tegangan dan regangan pada tahapan
elastis.

Gambar 4.2. Beton mulai retak – tahapan tegangan elastis

Ketika beban terus bertambah sampai tegangan tekannya lebih besar dari 0.5fc’, retak
tarik akan merambat ke atas, sehingga tegangan beton tidak berbentuk garis lurus lagi.
Diasumsikan bahwa batang-batang tulangan telah leleh. Kondisi ini disebut balok pada
tahapan ultimat yang ditunjukan dalam Gambar 4.3.

Struktur Beton I 72
Gambar 4.3. Balok tahapan tegangan ultimat

Pada tahapan beban ultimate, dapat dibedakan tiga tipe keruntuhan yang terjadi.
Jika balok ditulangi dengan luas baja tulangan yang kecil, keruntuhan daktail (ductile)
akan terjadi. Pada keruntuhan ini, baja tulangan akan leleh (fs=fy) dan terjadinya sejumlah
retak pada beton selanjuntnya beton mengalami keruntuhan setelah mengalami lendutan
yang besar. Keruntuhan terjadi apabila regangan yang terjadi pada beton tekan telah
mencapai nilai regangan maksimum yaitu sebesar ɛcu=0.003.
Pada kondisi sebaliknya, jika balok ditulangi dengan jumlah luas tulangan yang
besar, keruntuhan geta (brittle) terjadi pada beton. Tipe keruntuhan ini terjadi secara tiba-
tiba karena beton mengalami kehancuran pada daerah tekan dan baja tulangan tarik belum
leleh (fs<fy). Lendutan dan retak yang terjadi relative kecil. Tipe keruntuhan ini bukan
yang keruntuhan yang diinginkan karena tidak memberikan peringatan yang cukup
sebelum terjadi keruntuhan.
Tipe keruntiuhan yang ke tiga adalah keruntuhan seimbang (balanced), yaitu
keruntuhan yang terjadi saat baja tulangan dan beton mencapai keruntuhan secara
bersamaan (fs=fy dan ɛcu=0.003).

Struktur Beton I 73
Skematik perilaku tegangan dan regangan yang terjadi pada penampang beton bertulang
sesuai dengan peningkatan beban sampai tegangan maksimum ditunjukan dalam Gambar
4.4

a) Elemen balok b) distribusi tegangan balok


Gambar 4.4. Distribusi regangan dan tegangan pada penampang sesuai dengan
peningkatan beban sampai tegangan maksimum.

4.2 Analisa Lentur Balok Beton Bertulang

4.2 1. Hubungan Tegangan – Regangan


4.2.1.1 Beton pada Kondisi Tekan
Kurva tegangan – regangan beton merupakan kurva non-linier dengan bagian yang
menurun setelah mencapai tegangan maksimum seperti ditunjukan pada Gambar 2.23
Bab 2. Tegangan tekan maksimum yang diperoleh pada balok berbeda dari yang diperoleh
pada uji silinder atau kubus. Pada sejumlah penelitian, untuk keperluan praktis besar rasio
dari tegangan tekan pada balok atau kolom terhadap kuat tekan beton silinder fc’ dapat
diambil sebesar 0,85. Nilai diambil untuk efek skald an pada kenyataannya balok dibebani
oleh beban tetap sedangkan beton silinder diuji dalam waktu yang singkat.

4.2.1.2 Baja Tulangan


Perilaku dari baja tulangan di-idealisasikan sebagai material elastoplastis dalam bentuk
bi-linier seperti ditunjukan pada Gambar 4.5. Tegangan-tegangan yang terjadi pada baja
tulangan dapat dihitung dengan persamaan berikut

Struktur Beton I 74
fs = ɛs x Es untuk ɛs < ɛy (4.1)

fs = fy untuk ɛs < ɛy (4.2)

fy
tegangan

ɛy
regangan

Gambar 4.5. Idealisasi kurva tegangan-regangan baja tulangan

4.2.2 Teori Dasar Analisa Lentur Balok


Menurut SNI 03-2847-2002 Pasal 12.2, dalam perencanaan komponen struktur beton
yang menahan beban lentur atau aksial atau kombinasi lentur dan aksial digunakan
asumsi-asumsi sebagai berikut:
a Perencanaan penampang harus memenuhi kondisi keseimbangan gaya dan
kompatibiltas regangan.
b Regangan pada tulangan dan beton harus diasumsikan berbanding lurus dengan jarak
dari sumbu netral, kecuali untuk komponen struktur lentur tinggi.
c Regangan maksimum yang dapat dimamfaatkan pada serat tekan beton terluar harus
diambil sama dengan 0.003.
d Tegangan pada tulangan yang nilainya lebih kecil dari kuat leleh fy, harus diambil
sebesar Esxɛs, untuk tegangan yang lebih besar dari regangan leleh, maka diambil
tegangan sama dengan tegangan leleh, fy.
e Dalam perhitungan aksial dan lentur balok beton bertulang, kuat tarik beton
diabaikan.

Struktur Beton I 75
f Hubungan anatara distribusi tegangan dan regangan beton boleh diasumsikan
berbetuk persegi yang dikenal dengan tegangan beton persegi ekivalen yang
didefenisikan sebagai berikut:
1. Tegangan beton sebesar 0.85fc’ diasumsikan terdistribusi secara merata pada
daerah tekan ekivalen yang dibatasi oleh tepi penampang dan suatu garis lurus
sejajar denagn sumbu netral sejarak a=β1 x c dari serat denagn regangan tekan
maksimum.
2. Jarak c dari serat dengan regangan tekan maksimum ke sumbu netral harus
diukur dalam arah tegak lurus terhadap sumbu tersebut.
3. Besar nilai factor β1 berdasarkan pada kuat tekan beton fc’yaitu
• Untuk fc’ ≤ 30 MPa, β1= 0,85
• Untuk 30 < fc’ ≤ 55 MPa, β1 = 0,85 - 0,008(fc’ - 30)
• Untuk fc’ > 55 MPa, β1 = 0,65

Gambar 4.6. Tegangan-regangan teoretis lentur penampang persegi empat

Ketentuan hubungan regangan-tegangan dengan beban batas/terfaktor pada


penampang persegi empat dengan tulangan tunggal adalah seperti Gambar 4.6. Kekuatan
maksimum pada serat beton dicapai bila regangan pada serat beton sama dengan regangan
hancur c beton sebesar 0.003. Pada kondisi terjadinya regangan hancur, regangan dalam
baja tulangan As dapat lebih kecil atau lebih besar dari regangan batas baja tulangan,
bergantung pada luas tulangan baja.

Struktur Beton I 76
Diagram non-linear tegangan pada penampang seperti pada Gambar 4.6
mempunyai tegangan maksimum lebih kecil fc’, yaitu kfc’. Jika tegangan rata-rata
penampang beton untuk lebar balok yang konstan kk1 fc’ dan jarak titik tangkap
resultante gaya dalam beton Cc adalah k1c, maka besarnya gaya tanggap beton tertekan :

Cc = k k1 fc’ c b (4.3)

Untuk kondisi DAKTAIL, gaya tarik Ta adalah :

Ta = As fy (4.4)

Persyaratan kesetimbangan gaya menghendaki Cc = Ta, yaitu : ,

Asf
kk 1f c' cb = A s f y sehingga c= (4.5)
kk 1f c' b y

Dari kesetimbangan momen, kekuatan lentur nominal dapat dinyatakan sebagai :

M n = Ta z = Ta (d − k 2 c ) = As f y (d − k 2 c ) (4.6)

Memasukkan nilai c ke persamaan (4.6) diperoleh :

  k As f y  
M n = As f y  d −  2   (4.7)
 '
  1 c 
kk f b

Kekuatan momen lentur nominal Mn penampang dapat diketahui jika nilai


diketahui. Dari hasil pengujian laboratorium nilai kombinasi berkisar antara 0.55 - 0.63,
dan pada kondisi runtuh regangan tekan batas beton c = 0.003 seperti ditetapkan dalam
SNI - 03 - 2847 - 2002. Pada PBI’7, nilai c ditetapkan 0.0035 bagi perencanaan.
Berdasarkan asumsi bahwa distribusi tegangan tekan pada beton tidak lagi
berbentuk parabola, melainkan sudah diekivalenkan menjadi prisma segi empat. Bentuk
Struktur Beton I 77
distribusi ini tidak mempengaruhi besarnya gaya tekan, mengingat arah, letak, dan
besarnya gaya tekan tidak berubah. Perubahan yang dilakukan adalah cara menghitung
besarnya gaya tekan menggunakan blok persegi empat ekivalen (Gambar 4.7)

Gambar 4.7. Perubahan diagram tegangan parabolik ke blok tegangan ekivalen

Dari Gambar 4.7 besarnya momen nominal penampang menggunakan blok tegangan
ekivalen adalah : a = 1c

Cc = 0.85 fc’ a b (4.8)

Ta = As fy (4.9)

Dengan syarat kesetimbangan Cc = Ta, diperoleh :

Asf y
a= (4.10)
0.85f c' b

Mengetahui dimensi, kualitas bahan, dan jumlah tulangan yang terpasang, kekuatan
nominal kapasitas penampang Mn dapat dicari dari kesetimbang momen :

  As f y  
M n = As f y  d − 0.59  '   (4.11)
 
  fcb 

Struktur Beton I 78
4.3 Balok dengan Tulangan Tunggal

Pada Gambar 4.8 penampang balok dengan parameter dimensi b, h, tulangan As disebut
elemen balok dengan tulangan tunggal. Dengan diameter tulangan utama dt, diameter
sengkang dv, dan penutup beton dc, tinggi efektif d adalah : d = h - (dc + dv + 0,5 db).

Dari kesetimbangan momen terhadap garis kerja Cc (Gambar 4.7) :

 a
M n = f y As  d −  (4.12)
 2

Kemudian, berdasarkan keseimbangan gaya horizontal dan syarat daktilitas diperoleh :

Cc = Ts atau 0.85 fc' b a = fy As (4.13)

Persamaan (4.13) disubtitusikan ke persamaan (4.12) dengan menyatakan parameter a


sebagai fungsi f(As).

Diperoleh persamaan kuadrat :

fy 2M nd
A s2 − 2dA s + =0 (4.14)
0.85f c' b fy

Solusi persamaan kuadrat ini memberikan nilai luas


tulangan perlu As :
d h
0.85f c' b  2M nd 
As = d− d− (4.15)
fy  0.85f c' b 

As Gambar 4.8 Parameter penampang balok
d dv d s

Struktur Beton I 79
Gambar 4.9. Diagram regangan, tegangan, gaya-gaya dalam penampang balok

4.3.1 Momen nominal kapasitas penampang Mn


Pemeriksaan kekuatan nominal lentur penampang dapat ditetapkan dari analisis
penampang dengan data penampang yang diketahui :
❑ Kekuatan tekan rencana beton fc’
❑ Tegangan leleh baja tulangan fy .
❑ Luas tulangan As
❑ Dimensi penampang b dan h.

Momen nominal kapasitas penampang Mn dihitung dengan prosedur sebagai berikut :

Dari keseimbangan gaya (Gambar 4.9) :

 Gaya horizontal = 0; Cc − Ta = 0
Asf y
0.85f c' ab − A s f y = 0, sehingga a =
0.85f c' b

 a  As f y 
M n = Ta  d −  = As f y d 1 − 
 2 '
 1.70 f c bd 
As  fy 
Jika  = , sebagai rasio tulangan tarik, maka M n = bd 2 1 − 0.59  ' 
bd  fc 

Struktur Beton I 80
Mn fy
Dengan mendefinisikan Ru = 2
dan m = , maka kapasitas lentur penampang
bd 0.85f c'

empat persegi sembarang adalah :

Mn  fy   fy 
Ru = = f y 1 − 0.59  = f y 1 − 0.59 * 0.85 '
, sehingga :
bd 2  f '
c   0.85 f c 

Mn
Ru = = f y 1 − 0.50  * m (4.15)
bd 2

Ru disebut juga koefisien kapasitas penampang. Hubungan Ru dengan  bagi variasi f’c
dan fy memberikan besarnya kapasitas lentur penampang. Persamaan (4.15) dapat juga
digunakan bagi desain tulangan, dengan menetapkan dimensi b dan h dan Mn diganti
menjadi momen nominal rencana Mnd, sehingga rasio tulangan tarik  dicari dari
persamaan :

1  2mR u 

= 1− 1− (4.16)
m  fy 
 

4.3.2 Analisis Penampang Kondisi Seimbang (Balance)

Kondisi seimbang didefinisikan dengan terjadinya regangan maksimum serat paling atas
beton 0.003 bersamaan lelehnya tulangan baja y = fy/Es (Gambar 4.10).

Gambar 4.10. Diagram regangan, tegangan dan gaya kondisi seimbang


Struktur Beton I 81
Dari jumlah tulangan tarik kondisi seimbang Asb dapat ditentukan posisi garis netral
kondisi seimbang cb. Jika luas tulangan rencana As > Asb, penampang disebut penampang
dengan tulangan kuat. Dari keseimbangan gaya dalam Cc = Ta, blok tegangan ekivalen a
menjadi lebih besar; yang berarti nilai c melebihi nilai cb. Hal ini berakibat s < y =
fy/Es, saat c = 0.003. Keruntuhan penampang tulangan kuat secara mendadak akan terjadi
tanpa memberikan pertanda keruntuhan.

Sebaliknya bila luas tulangan rencana As < Asb yang biasanya disebut penampang dengan
tulangan lemah, blok tengangan ekivalen beton a lebih kecil dari ab yang berarti c lebih
kecil cb. Ini memberikan nilai s > y = fy/Es; yang artinya balok memberikan tanda
deformasi yang besar sebelum terjadinya keruntuhan.

SNI 03 – 2847 – 2002 pasal 3.3.3 ayat 3 menetapkan dalam memenuhi kriteria daktalitas
penampang, jumlah tulangan rencana tidak boleh lebih dari 0.75Asb atau   0.75b.

Garis netral pada kondisi seimbang

Memperhatikan diagram regangan pada Gambar 4.10 :

cb d − cb c
= yang diselesaikan untuk memberikan c b = d.
c y c +  y

0.003
Untuk nilai c = 0.003 dan y = fy/Es, maka a b = c b = d (4.17)
0.003 + f y / E s

Dengan mengetahui besarnya ab :

Ccb = 0.85f c' a b b


0.85f c' ba b (4.18)
Tab = Asb f y = 0, sehingga Asb =
fy

0.85f c' a b 0.85f c'  c 


Rasio tulangan tarik kondisi seimbang  b = =  * 1  (4.19)
f yd f yd   c +  y 

fy fy
Dengan nilai c = 0.003,  y = = ;
Es 200.000
Struktur Beton I 82
Catatan : Es = 200.000 MPa = 200.000 N/mm2  2.1*106 kg/cm2.

0.85f c' c 0.85f c' 0.003


b = 1 = 1
f yd c +  y f yd fy
0.003 +
200000

1 600
= [f y dalam satuan N/mm 2 = MPa ]
m 600 + f y
1 6300
= [f y dalam satuan kg/mm 2 ] (4.20)
m 6300 + f y
1 87000
= [f y dalam lb/inci 2 ]
m 87000 + f y

Pembatasan tulangan maksimum dan minimum

Pada perencanaan, pembatasan tulangan maksimum   3/4ρb, bertujuan supaya dicegah


sifat tulangan kuat pada penampang beton lentur. Jika dibatasi rasio tulangan  3/8ρb,
maka tidak diperlukan pemeriksaan lendutan pada sistem struktur balok lentur. Untuk
mendapatkan luas tulangan minimum Amin perlu pada penampang, terlebih dahulu
ditentukan momen penampang utuh tanpa tulangan : M r = f ct Wutuh

1 2
Bila fct = 1.8(0.3f’c,) (SNI 03 – 2847 – 2002) dan Wutuh = bh , berarti :
6

2
M r =  0.54 f c' 
bh
.
  6

Nilai Mr dinyatakan dalam jumlah tulangan M r = As min f y (0.86d ) = 0.77As min f y h ; z =

0.86d adalah lengan momen kondisi ideal, sehingga :

( )
2
0.77A s min r f y h =  0.54 f c'  yang berarti 0.77A s min r f y h =  0.54 f c'  * 0.135bd 2
bh
  6  

A s min f c'
=  min = (4.21)
bh 10f y

Struktur Beton I 83
SNI 03 – 2847 – 2002, pasal 3.3.5 ayat 1 menetapkan rasio tulangan tarik minimum yang
1.4
harus ada adalah  min  (4.22)
fy

yang berarti nilai f’c yang diambil dalam perhitungan <17.5 N/mm2.

Contoh perhitungan 1

Sistim balok diatas dua tumpuan seperti gambar berikut:

Gambar 4.11. Balok dengan potongan penampang

Beban mati : qDL = 17 kN/m; Beban hidup : qLL = 25 kN/m

Ukuran penampang balok 350 x 600 mm dengan susunan tulangan utama 5  25 mm dan

sengkang  12 mm. A s = 5 * * 25 2 = 2454.4 mm2
4

Mutu beton yang dipakai : f’c = 27.5 N/mm2.

dan tegangan leleh baja : fy = 410.0 N/mm2 .

Akan diperiksa kekuatan nominal penampang balok terhadap beban terfaktor.

Penyelesaian :

Berat sendiri balok = 0.35 x 0.6 x 24 = 5.04 kN/m.

Momen maksimum akibat beban :

q DL L2 = (17 + 5.04) 62 = 99.18 kN - m


1 1
M DL =
8 8

Struktur Beton I 84
q LLL2 = (25) 62 = 112.5 kN - m
1 1
M LL =
8 8

Momen terfaktor Mu = 1.2 MDL + 1.6 MLL

= 1.2 (99.18) + 1.6(112.5) = 229.02 kN-m

Momen nominal rencana MR = Mu/ = 229.02/0.80 = 373.77 kN-m.

Diperiksa apakah momen nominal kapasitas penampang M nk lebih besar dari momen
nominal rencana Mnd. Dengan menganggap tulangan balok bersifat tulangan lemah, maka
diagram tegangan-regangan adalah sebagai berikut :

Gambar 4.12. Diagram regangan, tegangan dan gaya dalam penampang

Berarti : Ta = Asfy = 2454.4 * 410 N = 1006304 N.

Cc = 0.85f’c ab = 0.85* 27.5* a* 350 = 8181.25a N

Dari kesetimbangan  H = 0, diperoleh a = 1006304/8181.25 = 123 mm.

Jarak garis netral terhadap serat paling atas : y = a/0.85 = 123/0.85 = 144.71 mm.

Momen nominal kapasitas penampang Mn :

Penutup beton = 50 mm.

Struktur Beton I 85
Tinggi efektif d = 600 - 50 = 550 mm.

Mn = Ta (d-a/2) = (2454.4 x 410)(550 – 0.5 x 123) = 491.58 kN-m.

Nilai Mn = 491,58 kN-m > MR = 373,77 kN-m.

Disimpulkan penampang balok kuat menerima beban seperti diuraikan diatas.

Untuk verifikasi sifat tulangan lemah penampang, diperiksa jumlah tulangan A s terhadap
tulangan Asb kondisi seimbang.

Kondisi seimbang :

s = y = 410/200000 = 0.00205.

yb = (0,003 x 550)/(0,003 + 410/200000) = 326,73 mm.

ab = 0.85 yb = 277.72 mm.

H=0; Ccb = Tab

Asb * 410 = (0.85)(27.5)(277.72)(350)

Asb = 5541.7 mm2.

As ada = 2454.4 mm2.

Sifat penulangan penampang adalah tulangan lemah.

Apabila b = Asb/(bd) = 5446.12/(350*550) = 0.0283 , maka 3/4 b = 0.021.

 maks = 3/4 b = 0.021, sedangkan

hitungan = 2454.4/(350*550) = 0.0127 <  maks., menunjukkan sifat penampang tulangan


lemah.

Apabila dibata maks = 3/8b = 0.0108 dan nilai hitungan = 0.0127, maka selain
pemeriksaan kekuatan penampang, lendutan sistim struktur perlu diperiksa.

Struktur Beton I 86
Contoh perhitungan 2.
Suatu penampang balok beton bertulang, mempunyai lebar, b = 250 mm dan tinggi efektif,
d = 460 mm. Beton mempunyai kuat tekan, fc’ = 21 MPa dan kuat leleh baja tulangan, fy
= 280 MPa.Modulus elastisitas baja, Es = 200.000 MPa. Hitung : Kapasitas momen
penampang, Mn dan Mu untuk luas penampang, As sebagai berikut : (1). As = 9 D19 ,
(2). As = 18 D19, dan (3). pada keruntuhan seimbang.

Solusi
1. Untuk As = 9 D19

f c'  600 
Rasio keruntuhan seimbang b = 0,85. 1. .
f y  600 + f y 

21  600 
 b = 0,85. 0,85. .   = 0,036946
280  600 + 280 

As 2552
= = = 0,02219  b keruntuhan tarik
b.d 250 . 460
Untuk keruntuhan tarik, besarnya kapasitas momen penampang

 As . f y 
M n = As . f y .  d − 0,59. ' 
 f c .b 

 2552 . 280 
M n = 2552 . 280 . 460 − 0,59.  = 271 .316 .336 N .mm
 21. 250 

M n = 271.32 kN .m

Momen Ultimate, Mu penampang :


M u =  . M n = 0,8 x 271.32 kN .m = 217.056 kN .m

2. Untuk As = 18 D19,.
As 5104
= = = 0,04438   b keruntuhan tekan
b.d 250 . 460
Untuk keruntuhan tekan, harus dihitung terlebih dulu nilai a, sebagai berikut :

Struktur Beton I 87
 0,85. f c'  2
 .a + a.d − 1.d 2 = 0
 0,003 .Es . 
 0,85.21  2
 .a + a.460 − 0,85.460 2 = 0
 0,003 .200000 .0,04438 
 a 2 + 686,21176 .a − 268308 ,8013 = 0
Dari pers. kuadrat dalam a tersebut , diperoleh nilai : a1 = 278,21 mm (dipakai ) dan a2 =
- 964,42 mm (tidak dipakai)

Tegangan pada baja tulangan, fs :


1.d − a
f s = 0,003. . Es = 245,25 MPa  f y = 280 MPa
a

Kapasitas Momen Penampang :


M n = 0,85. f c' .a.b (d − 0,5.a)

M n = 398.395.033 N .mm = 398,395 kN .m

dan
M u = .M n = 0,8 . 398,395 kN .m = 318,72 kN .m

3 Pada Keruntuhan Seimbang


Kapasitas momen penampang
 . f y 
M n =  .b.d 2 . f y 1 − 0,59. ' 
 fc 
 0,036946 .280 
M n = 0,036946 .250 .460 2.280 1 − 0,59. 
 21 
= 388 .192 .090 N .mm = 388,192 kN .m

M u =  .M n = 0,8 . 388,192 kN .m = 310,554 kN .m

Nilai-nilai kapasitas momen penampang yang diperoleh jika di-plot akan diperoleh
Gambar. 4.13

Struktur Beton I 88
Gambar 4.13. Kapasitas momen penampang dari penulangan tunggal dengan
variasi rasio tulangan.

4.3.3 Desain balok Tulangan Tunggal


Keruntuhan tekan sangat berbahaya karena keruntuhan tersebut terjadi secara
tiba-tiba dan getas (brittle). Keruntuhan tarik, terjadi diawali oleh retak yang lebar
dan cukup serta lebih daktail (ductile fracture).
Pembatasan Tulangan Lentur (SNI-2002, Pasal 12.3.3), untuk komponen struktur
lentur, maka rasio tulangan ρ yang ada tidak boleh melampaui 0,75ρb, yang merupakan
rasio tulangan yang menghasilkan kondisi regangan seimbang untuk penampang yang
mengalami lentur tanpa beban aksial.
Pembatasan baja tulangan maksimum untuk penampang balok dengan penulangan
tunggal :
 max  0,75.b
Dimana sesuai dengan persamaan (2.20), rasio tulangan seimbang dihitunga sebagai berikut

f c,  600 
b = 0,85.1. .
f y  600 + f y 
(4.23)
atau
Struktur Beton I 89
f c,  600 
 max = 0,6375 .1. .
f y  600 + f y 
Tulangan minimum pada komponen struktur lentur (SNI-2002, Pasal 12.5), Pada setiap
penampang dari suatu komponen struktur lentur, dimana berdasarkan analisis diperlukan tulangan
tarik, maka luas As yang ada tidak boleh kurang dari:

f c'
As min = bw d
4 fy

Dan tidak boleh lebih kecil dari


1,4
As min = bw d
fy

Contoh Desain

Dengan beban mati qDL = 17 kN/m dan beban hidup qLL = 25 kN/m, direncanakan dimensi
penampang balok optimum untuk bentang balok = 4.5 m. Mutu beton f’c = 25 N/mm2 dan
tegangan leleh baja fy = 390 N/mm2.

Penyelesaian :

Ditetapkan ukuran balok sebagai berikut :

h ~ L/16= 4500/16 = 281.25 mm. sesuai Tabel 3.2.5.(a) SK-SNI-T-15-1990-01.

Tetapkan h = 450 mm, lebar penampang b = 300 mm, dan d = 450 - 50 = 400 mm.

Berat sendiri balok = 0.30* 0.45* 24 = 3.24 kN/m.

Beban mati qDL = 17 + 3.24 = 20.24 kN/m,

beban hidup qLL = 25.00 kN/m.

Beban terfaktor qud = 1.2 DL + 1.6 LL= (1.2 * 20.24) + (1.6 * 25) = 64.288 kN/m.

Momen lentur terfaktor rencana Mu = 1/8 qud*L2 = 1/8*64.288*4.52

= 162.729 kN-m.

Struktur Beton I 90
Gambar 4.14. Balok diatas dua tumpuan tulangan tunggal

Menggunakan persamaan (4.14):

0.85f c' b  2M nd 
As = d− d−
fy  0.85f c' b 

 2 *162729000 

0.85 * 25 * 300  0.8  = 1468.92 mm 2
As = 400 − 4002 −
390  0.85 * 25 * 300 
 
 

Dipilih 4D22 = 1520 mm2

 = As/b.d = 1520/(300*400) = 0.01267 >  min = 1.4/fy = 1.4/390

= 0.00359.

 maks = 0.75 b = 0.75* 0.85{(0.85 x 25)/390} * {600/ (600+390)}

= 0.75 x 0,02807 = 0.02105 >  = 0.01267.

min <   maks, memenuhi syarat sebagai tulangan lemah.

Menghitung kapasitas momen terfaktor Muk :

Struktur Beton I 91
a = Asfy/(0.85f’c b) = (1520*390)/(0.85* 25*300) = 92.988 mm.

Mn = Asfy (d-a/2) = 0.8*1520*390*(400 – 92.988/2) = 167646630 Nmm = 167.65 kN-


m.

Jadi Mud = 162.729 kN-m < Mnk = 167.65 kN-m.

4.4 Balok dengan Tulangan Rangkap

Tujuan dari pemasangan tulangan tekan pada penampang balok adalah mengurangi
lendutan balok akibat penyusutan dan rangkak bahan, disamping meningkatkan kapasitas
+)
penampang. Pada penampang yang menerima momen nominal rencana positif M (nd ,

tulangan tekan ditempatkan pada sisi atas, sedangkan bagi momen nominal rencana
negatif (tumpuan) −) ,
M (nd

Gambar 4.15. Diagram regangan, tegangan dan gaya dalam penampang tulangan
rangkap

penempatan tulangan tekan disisi bawah. Gambar 4.15 menjelaskan dimensi, parameter,
diagram regangan, tegangan dan gaya dalam penampang dengan tulangan rangkap. Jika

Struktur Beton I 92
A s' A
rasio tulangan tekan  ' = dan rasio tulangan tarik  = s , akan dibahas beberapa
bd bd
kondisi dalam desain dan pemeriksaan penampang tulangan rangkap.

Analisis penampang kondisi seimbang (balance)

Dari diagram momen dan gaya (Gambar 4.16):

Csb = Asb' f s'

(
Ccb = 0.85 f c' 1bcb − Asb' )
Tab = Asb f y

Gambar 4.16. Diagram regangan, tegangan dan gaya dalam penampang tulangan
rangkap kondisi seimbang (balance)

Menentukan posisi garis netral dari diagram regangan :

c 0.003 600d
cb = d= d= ; satuan f y = [ N / mm 2 ]
c +  y fy 600 + f y
0.003 +
200000

Struktur Beton I 93
C sb =  'b f s' bd ,
A sb  cb 
Dengan b = , maka : C cb = 0.85 f c' bd  1 −  'b , (4. 24)
bd  d 
Tab =  b f y bd

Dua kemungkinan tegangan yang terjadi pada tulangan tekan berdasarkan regangan

c − d'
 s' = b (0.003) :
cb

a. f s' = f y , jika  s'   y

b. f s' = E s s' , jika s'   y

Dari keseimbangan gaya : Csb + Ccb = Tab :

 c 
0.85f c' bd  1 b −  '  +  'f s' bd =  b f y bd
 d 
(4.25)
0.85f c'  c b  f'
 1 − '  + ' s =  b
fy  d  fy

SNI 03 – 2847 – 2002 menetapkan rasio tulangan  rencana dengan pemasangan tulangan
tekan tidak boleh melampaui nilai :

3 __ f' __
0.85f c'  c b 
maksimum  = b + 'b s hal mana b =  1  (4.26)
4 fy fy  d 

4.4.1 Prosedur desain balok dengan tulangan rangkap

Merencanakan jumlah tulangan rangkap untuk momen nominal rencana M R dilakukan


dengan prosedur sebagai berikut :
Mu
a. Menetapkan nilai MR =

b. Menetapkan rasio tulangan tekan terhadap tulangan utam(tarik) : A ’s= As; 0<  1.

Struktur Beton I 94
c. Berdasarkan kesetimbangan gaya (Gambar 4.9) :

C c + C s = Ta
0.85f c' (1bc − A s ) + A s f s' = A s f y

0.85f c' ab
As =
(
f y +  0.85f c' − f s' ) (4.27)

Cc zc + Cs zs = M nd
Dari kesetimbangan momen :
( )
0.85f c' (ab − As )(d − 0.5a ) + Asfs' d − d' = M nd
(4.28)

d. Untuk mendapatkan nilai As, ditetapkan secara uji-coba terlebih dahulu a. Harga a
berkisar antara d'  a  ab . Nilai a memberikan harga c = a/1, sehingga regangan

c − d'
tulangan tekan  s' = (0.003) diketahui. Apabila ’s  y, tegangan tekan baja
c
f’s = Es’s, sedangkan jika ’s  y, f’s = fy.
e. Nilai a, fy, fc ’, dan f’s dimasukkan ke persamaan (4.27) untuk mendapatkan As. Harga
As, a, f’c , dan f’s kemudian disubstitusikan kedalam persamaan (4.28). Apabila nilai
persamaan sebelah kiri tanda sama dengan, cocok dengan nilai M nd, berarti
tulangan As merupakan desain kebutuhan tulangan tarik pada penampang. Bila tidak
sama, proses uji-coba diulangi dengan menetapkan nilai a baru sampai terpenuhinya
persamaan (4.28).
f. Tulangan perlu As diperiksa terhadap batasan tulangan maksimum menurut
persamaan (4.26).

Contoh Perhitungan 1

Balok dengan penampang persegi b=350 mm, h=650 mm, d=590 mm, d’=50 mm,
dengan tulangan rangkap As= 8D25 mm, As’= 4D25, dan kekuatan bahan :
❑ kekuatan tekan beton f’c = 30 MPa
❑ tengangan leleh baja tulangan fy = 400 MPa.

Ditanya :
Struktur Beton I 95
1. Hitung kapasitas momen terfaktor Mn penampang
2. Bila bentang balok 8 m, dan balok menerima beban akibat berat sendiri balok, beban
mati tambahan qSD= qLL/6, di mana qLL = beban hidup.
3. Tentukan besar beban hidup qLL,maks yang diterima balok tersebut (beton = 24 kN/m3).

quD = 1.2 qDL + 1.6 qLL 4D25 mm

650 mm

8.0 m 8D25 mm

350 mm

Gambar 4.17. Balok diatas dua tumpuan tulangan rangkap

Penyelesaian :

Data : b= 350 mm; h = 650 mm; d = 590 mm; d’ = 50 mm

As = 8D25= 3928 mm2 ;  = 3928/(350*590) = 0.019

As’ = 4D25 =1964 mm2; ’ = 1964/(350*590) = 0.00951

f’c = 30 MPa; fy = 400 Mpa;  = 0.019 >  min = 1.4/400 = 0.0035 (terpenuhi)

Untuk memeriksa rasio tulangan utama kondisi seimbang :

600d 600 * 590


cb = = = 354 mm
600 + f y 600 + 400

0.85f c'  c b  f'


Dari persamaan :  b =  1 − '  + ' s
fy  d  fy

0.85 * 30  345  30
b =  0.85 * − 0.00951 + 0.00951* = 0.0318
400  590  400

 0.85 * 30  345  30
 = 0.019  0.75 *   0.85 *  + 0.00951* = 0.024 (memenuhi)
 400  590  400

Struktur Beton I 96
Syarat pemasangan tulangan lemah terpenuhi. Mencari blok tegangan ekivalen a :

'c = 0.003 0.85f'c

d’ Cs
A’ s 's f's A’ s Cc
c a
zs=(d-d’)
d Mnk
zc=(d-0.5a)
650
As
As
Ts
s fs
350
Penampang
Diagram Diagram Diagram
balok
regangan tegangan momen dan gaya

Gambar 4.18. Diagram regangan, tegangan dan gaya dalam penampang tulangan
rangkap

a 
C s =  ' f s' bd , C c = 0.85f c' bd  −  ' , Ta = f y bd
d 

Dari diagram gaya : H = 0

a  a 
C s + C c = Ta , yaitu  ' f s' bd + 0.85f c' bd  −  '  = f y bd atau  ' f s' + 0.85f c'  −  '  = f y
d  d 

 a 
0.0095* f s' + 0.85 * 30 *  − 0.00951 = 0.019 * 400
 590 

0.04322a = 7.357 − 0.0095f s'

a = 170.23 − 0.22 f s' Dengan cara coba-uji : jika a = 96.41 mm, maka dari diagram
regangan :

 s' =
(1.1765a − 50) 0.003 = 0.001678  =
fy
=
400
= 0.002 , sehingga
y
1.1765a 200000 200000

f’s = 0.001678*200000 = 335.51 N/mm2 (tulangan tekan belum leleh)

Momen terfaktor kapasitas dengan tulangan terpasang :


Struktur Beton I 97
M n = 0.80 * 0.85 f c' (ab − As )(d − 0.5a ) + As f s' (d − d ' )

M n = 0.80 * 0.85 * 30 * (96.41 * 350 − 1964 )(590 − 0.5 * 96.41) + 1964 * 335.51 * (590 − 50 )

Mn = 635909462 N-mm = 635.91 kN-m (63.591 ton-m)

Mencari batas maksimum beban terfaktor :

Berat sendiri balok = 0.35*0.65*24 kN/m = 5.46 kN/m

qud = 1.2*(5.46 + qLL/6) + 1.6qLL = 6.552 + 1.8 qLL

Mu = 1/8quDL2 = (6,552+1.8qLL)*(82/8) = 52.416 + 14.4qLL

Mu  Mn = 52.416 + 14.4 qLL < 635.91

qLL < 40.52 kN/m .

Jadi beban hidup maksimum balok = 40.52 kN/m. (4.052 ton/m)

Contoh perhitungan 2
Suatu balok beton bertulang dengan penulangan rangkap, mempunyai lebar, b = 280 mm,
d = 510 mm, d’ = 50 mm, As’ = 645 mm2, As = 2581 mm2, Es = 200.000 MPa, dan fy =
275 MPa.
Hitung : Kapasitas momen penampang balok jika : 1). fc’ = 21 MPa dan 2). fc’ = 35
MPa.

Solusi
1) Untuk fc’ = 21 MPa
Asumsikan semua baja tulangan sudah leleh, diperoleh :

a=
(A s )
− As' . f y
'
0,85. f . b
c

a=
(A s )
− As' . f y
=
(2581 − 645 ). 275 = 106,5 mm
'
0,85. f . b
c 0,85. 21. 280
Nilai  = 0,85 ; diperoleh : c = a/b1 = 125,3 mm
Regangan leleh baja adalah : y = fy/Es = 275/200.000 = 0,00138

Struktur Beton I 98
Regangan tulangan tekan
c − d' 125,3 − 50 fy
 = 0,003 .
'
s = 0,003 = 0,00180  Tulangan sudah leleh
c 125,3 Es

Regangan tulangan tarik

d −c 510 − 125,3 fy
 s = 0,003. = 0,003. = 0,00921  tulangan tarik sudah leleh.
c 125,3 Es

Maka  f s = f y

Berarti semua tulangan sudah leleh, maka


M n = 0,85. f c' .a.b (d − 0,5.a) + As' . f y (d − d ' )

M n = 0,85.21.106,5.280 (510 − 0,5.106,5) + 645 . 275 (510 − 50 )


= 324 .714 .587 N .mm = 324,7 kN .m

2. Jika fc’ = 35 MPa


Asumsikan semua baja tulangan sudah leleh, diperoleh :

a=
(A s )
− As' . f y
=
(2581 − 645 ). 275 = 63,91 mm
'
0,85. f . b
c 0,85.35. 280
Nilai  = 0,81 ; diperoleh : c = a/b1 = 63,91/0,81 = 78,90 mm
Regangan leleh baja adalah : y = fy/Es = 275/200.000 = 0,00138
Regangan-regangan yang terjadi pada baja tulangan :

Regangan tulangan tekan


c − d' 78,90 − 50 fy
 s' = 0,003 . = 0,003 = 0,0011  tulangan tekan belum lelh
c 78,90 Es

Regangan tulangan tarik

d −c 510 − 78,90 fy
 s = 0,003 . = 0,003 . = 0,01639 
c 78,90 Es
Ternyata, baja tulangan tekan belum leleh (meskipun baja tulangan tarik sudah leleh),
sehingga nilai a yang dihitung tidak benar (tidak bisa dipakai).

Struktur Beton I 99
Nilai aktual dari s’ (dalam fungsi a) dapat dihitung dari diagram regangan, dan tegangan
baja tulangan tekan pada kondisi elastis, diperoleh :
a − 1.d ' a − 0,81. 50
f s' =  s' . Es = 0,003 .200.000 = 600
a a
C = Cc + Cs = T  0,85. f c' . a.b + As' . f s' = As . f y

a − 0,81. 50
0,85.35 . a.280 + 645. 600 = 2581 . 275
a
8330 . a 2 − 322775 .a − 15673500 = 0
 a 2 − 38,75.a − 1881,57 = 0
diperoleh nilai : a = 66,88 mm
66,88 − 0,81. 50
Tegangan pada baja tulangan tekan : f s' = 600 = 236,66 MPa
66,88
< fy = 275 MPa
Kapasitas momen penampang :
M n = 0,85. f c' .a.b (d − 0,5.a) + As' . f s (d − d ' )
M n = 0,85.35.66,88.280 (510 − 0,5.66,88) + 645 . 236,66 (510 − 50 )
= 335 .713 .554 Nmm = 335,71 kN .m
Dari contoh diatas, dapat dicatat bahwa dengan menaikkan mutu beton dari fc’ = 21 MPa
menjadi fc’ = 35 MPa, kapasitas momen penampang yang diperoleh tidak banyak
bertambah, dan tipe keruntuhan balok merupakan keruntuhan tarik.
Jika baja tulangan tekan tidak digunakan pada penampang tersebut, kedua tipe balok akan
tetap memberikan tipe keruntuhan tarik, dan kapasitas momen penampang adalah 309
kN.m (untuk fc’ = 21 MPa) dan 331 kN.m (untuk fc’ = 35 MPa).
Dapat disimpulkan bahwa, dengan adanya baja tulangan tekan, tidak banyak menambah
kapasitas momen penampang seperti yang diharapkan, dan balok akan mengalami
keruntuhan tarik ketika   

Struktur Beton I 100

Anda mungkin juga menyukai