Anda di halaman 1dari 7

MODEL HIDRAULIKA

Peranan model hidraulika


Dalam perencanaan pekerjaan bangunan air, banyak persoalan atau permasalahan yang
tidak dapat dipecahkan dengan rumus-rumus yang ada, hal ini mengingat :
- beberapa rumus yang ada diturunkan dari suatu kondisi tertentu yang belum tentu
keadaannya sama dengan kondisi bangunan air yang akan direncanakan,
- fenomena fisik dari permasalahan yang ada masih belum diketahui dengan baik.
Sehingga bantuan model hidraulik sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan
permasalahan.

Macam-macam Model Hidraulika


Model hidraulik yang biasa dipergunakan untuk membantu memecahkan permasalahan
teknik hidraulik ada 3 macam, yaitu
- model matematis
- model fisis
- model campuran (hybrid model).
1. Model Fisik
Model fisik hidrolik atau sering disebut sebagai model skala adalah peniruan
bangunan prototipe ke dalam suatu model miniatur dengan skala tertentu, dengan
memperhatikan prinsip kesebangunan dan hubungan antar skala parameter yang harus
di penuhi.
Definisi dari skala model adalah rasio antara nilai masing-masing parameter
yang ada di prototipe dengan nilai masing-masing parameter yang ada di model.
Prinsip Pembuatan skala adalah membentuk kembali masalah yang ada di prototipe
dengan suatu angka pembanding. Sehingga kejadian (fenomena) yang ada di model
sebangun dengan kondisi di prototipe. Penjelasan prinsip hidrolika fisik tersebut yakni

- Prinsip Modelisasi (Modelling)


Penggunaan model untuk keperluan perencanaan bangunan-bangunan teknik
hidraulik pada kenyataannya menggunakan cara melingkar seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 1.1.
Dalam modelisasi ini terdapat tiga kegiatan yang saling terkait
yaitu: modelling (proses membuat model), solving(proses pemecahan masalah)
dan interpretation(menginterpretasikan atau menjabarkan hasil penelitian dari model
ke prototip).
Agar supaya penelitian lewat model tersebut dapat memberikan hasil yang baik
maka ketiga kegiatan tersebut diatas haruslah memenuhi kaidah-kaidah yang benar,
artinya harus memenuhi persyaratan persyaratan tertentu.

Gambar 1.1. Sket penyelesaian masalah lewat modelisasi


“Modelling” adalah proses peniruan masalah yang ada di prototip dengan skala
yang lebih kecil dan dilakukan dengan cara yang benar. Untuk melakukan modelisasi,
peneliti dituntut mempunyai ilmu pengetahuan yang cukup yang berkaitan dengan
penentuan fenomena-fenomena yang terdapat dalam permasalahan. Dengan demikian
model yang dihasilkan akan merupakan model yang bermanfaat dan hasil-hasil yang
didapatkan dari penelitian model dapat diinterpretasikan ke prototip lagi dengan baik.
“Solving” adalah usaha penyelesaian masalah yang ada di model. Jadi
penyelesaian ini sesungguhnya hanya berlaku di model tersebut. Untuk
menyelesaikan permasalahan ini, pembuat model (peneliti) dituntut untuk mempunyai
kemampuan dan teknik pemecahan masalah, karena model itu sendiri tidak
menyelesaikan permasalahan dan yang memecahkan masalah adalah penelitinya.
“Interpretation” adalah suatu usaha untuk memindahkan hasil penyelesaian
masalah yang dikerjakan di model untuk keperluan pemecahan masalah yang berlaku
di prototip. Proses interpretasi ini dilakukan dengan cara yang sama pada waktu
membawa permasalahan tersebut ke model(modelling).
Agar pada proses pembuatan model tersebut terdapat kesaksamaan yang tinggi
maka perlu adanya dua tahap pengecekan model. Tahap pertama yaitu KALIBRASI,
sedangkan tahap kedua yaitu VERIFIKASI.
- Kalibrasi adalah pengaturan model agar supaya data yang ada di prototip
sesuai dengan yang ada di model.
- Verifikasi adalah pembuktian bahwa model sudah sesuai dengan yang ada
di prototip tanpa merubah atau mengatur model lagi. Untuk keperluan
verifikasi diperlukan data seperti yang dipergunakan pada kalibrasi, tetapi
pada kondisi yang lain, pada permasalahan sungai misalnya data elevasi
muka air pada debit yang lain (dengan menggunakan rating curve yang
berlaku di sungai tersebut) .
- Kalibrasi dan verifikasi suatu model merupakan suatu keharusan, namun
pada kasus kasus tertentu kalibrasi dan verifikasi tidak dapat dilakukan
mengingat barang yang ada di prototip belum ada atau belum dibuat
misalnya pada model bendung, pintu air, bangunan pelimpah dan
sebagainya.
2. Prinsip Scalling (untuk sifat Sebangun)

Hubungan antara model dan prototip dipengaruhi oleh hukum-hukum sifat


sebangun hidrolis. Sifat sebangun ini memperhatikan beberapa aspek yaitu sebangun
geometri, sebangun kinematik dan sebangun dinamik. Perbandingan antara prototip
dan model disebut skala model.
Dasar dasar penyekalaan model adalah membentuk kembali masalah atau
problema yang ada di prototip dalam skala yang lebih kecil (model), sehingga
kejadian (fenomena) yang ada di model tersebut sebangun (mirip) dengan yang ada di
prototip. Kesebangunan tersebut dapat berupa:
1. Sebangun geometrik (panjang, lebar, tinggi),
Sebangun geometrik disebut juga dengan sebangun bentuk. Yaitu
perbandingan antara ukuran analog prototipe dengan model harus sama
besarnya. Perbandingan yang digunakan adalah Panjang, Luas dan Volume.
Semua ukuran pada titik sembarang di model dan prototipe harus mempunyai
skala yang sama.
ukuran di prototipe Lp
Lr  
ukuran di model Lm

2. Sebangun kinematis, yaitu sebangun gerakan. Terjadi jika prototipe dan model
sebangun geometrik dan perbandingan antara kecepatan dan percepatan di dua
titik yang bersangkutan pada model dan prototipe untuk seluruh pengaliran
adalah sama.

(V1)p (V2 )p (a1)p (a2 )p


  Vr   ar
(V1)m (V2 )m (a1)m (a2 )m
3. Sebangun dinamis, terjadi jika prototipe dan model sebangun geometrik dan
kinematik, serta gaya-gaya pada model dan prototipe untuk seluruh pengaliran
mempunyai perbandingan dan bekerja pada arah yang sama.
(F1)p (F2 )p
Fr  
(F1)m (F2 )m
Contoh model fisik hidraulika :

Hydraulic model of the tunnel spillway at Hoover Dam skala 1:60 untuk
menyelidiki bahaya cavitasi.

- Model Matematis
Pada model matematik replika/tiruan tersebut dilaksanakan dengan
mendiskripsikan fenomena / peristiwa alam dengan satu set persamaan. Kecocokan
model terhadap fenomena /peristiwa alamnya tergantung dari ketepatan formulasi
persamaan matematis dalam mendiskripsikan fenomena/peristiwa alam yang
ditirukan.
Model matematis dibuat apabila permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan
dengan formulasi/persamaan matematik secara detail. Apabila permasalahan tersebut
baru, dan belum diketahui dengan baik formulasi matematisnya maka permasalahan
ini tidak dapat dipecahkan lewat model matematis.

Model hidrolika matematis dapat diaplikasikan untuk beberapa hal dalam keairan
yakni :
- Model hidrologi
- Model hidrolika
- Model aliran sungai
- Model waduk dan danau
- Model kualitas air sungai

Contoh pemodelan hidrolika matematis


- Model Hybrid
Model hibrid adalah campuran antara model matematis dan model fisis
atau sebaliknya. Model ini dipergunakan untuk masalah-masalah yang
sangat rumit dan atau menyangkut masalah dana pembangunan yang
sangat besar dan atau menyangkut masalah sosial yang luas.
Dengan diadakan model gabungan ini diharapkan hasilnya akan
memberikan kepastian yang lebih. Kadang-kadang dalam pelaksanaan
model fisis juga memerlukan model matematis yang diperlukan sebagai
masukan (input) atau penggerak sesuatu alat.
Misalnya :
 alat pembangkit gelombang tidak teratur memerlukan program
matematik untuk mengatur gerak piston, agar supaya gelombang
yang dibangkitkan sesuai dengan yang diharapkan.
 Alat pengatur debit aliran tidak permanen memerlukan program
matematik untuk mengatur gerak bukaan pintu air, agar supaya
debit aliran bisa diatur sebagai fungsi waktu.

Anda mungkin juga menyukai