Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Peranan Model Hidraulik


Dalam perencanaan pekerjaan bangunan air, banyak persoalan atau permasalahan yang tidak
dapat dipecahkan dengan rumus-rumus yang ada, hal ini meningat beberapa rumus yang ada diturunkan
dari suatu kondisi tertentu yang belum tentu keadaannya sama dengan kondisi bangunan air yang akan
direncanakan. Dalam keadaan seperti ini maka bantuan model hidrolik dalam menyelesaikan
permasalahan adalah sangat bermanfaat. Tugas atau peranan model hidrolik dalam mendukung kegiatan
perencanaan pekerjaan bangunan air tersebut diantaranya adalah :
a. Untuk meramalkan kemungkinan kemungkinan yang akan terjadi setelah bangunan dibuat

b. Untuk mendapatkan suatu tingkat keyakinan yang tinggi atas keberhasilan suatu perencanaan
bangunan

c. Untuk mengetahui dan atau meramalkan penampilan bangunan serta pengaruhnya terhadap
lingkungan

Disamping peran tersebut di atas, model hidrolik sangat penting fungsinya dalam pengembangan
ilmu hidrolika serta aplikasinya, penelitian atau riset yang dilakukan di laboratorium hidrolik
biasanya dilakukan dengan model, sehingga pengetahuan tentang cara perencanaan model
hidrolik sangat diperlukan dalam rangka penggambaran laboratorium riset hidrolika. Berbagai
permasalahan yang belum dapat diformulasikan fenomenanya, dapat dipecahkan lewat penelitian
laboratorium, yang hasilnya (Biasanya berupa formula atau grafik) dapat dimanfaatkan untuk
pemecahan masalah prototipe. Formulasi ini juga dapat dipergunakan sebagai masukan di dalam
pemakaian atau pengembangan model matematis.

1.2 Macam Model Hidraulik

Model hidrolik yang biasa dipergunakan untuk membantu memecahkan permasalahan Teknik
hidrolik ada 4 macam, yaitu model matematis, model fisis, model Analog, dan model campuran

a. Model matematis (“mathematical modeling”)


Model matematis dibuat apabila permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan dengan
formulasi atau penerapan matematik secara detail. Apabila permasalahan tersebut baru, dan
belum diketahui dengan baik formulasi matematisnya maka permasalahan ini tidak dapat
dipecahkan lewat model matematis.

b. Model fisis (“hydraulic scale model, physical modeling”)


Model fisis dipilih untuk dibuat atau dilakukan apabila fenomena fisik dari permasalahan yang
ada di prototipe dapat dibuat dengan skala yang lebih kecil dengan dengan kesebangunan yang
cukup memadai. Sebagai contoh gelombang pantai tidak dapat di skala terlalu kecil apabila
digunakan zat cair yang sama, hal ini akan menyebabkan Terjadi ketidak sebangun antara gaya
yang disebabkan oleh gravitasi, inersia dan gaya berat dalam model. Tegangan muka dan
kekentalan zat cair akan sangat berpengaruh dalam model, padahal tidak demikian.

c. Model analog
Model ini dibuat apabila permasalahan yang akan diteliti dapat dipindahkan menjadi
permasalahan listrik yang berupa arus dan tegangan listrik.

d. Model campuran (Hybrid model)


Model simrit adalah campuran antara model matematis dan model fisis atau sebaliknya, model ini
dipergunakan untuk masalah-masalah yang sangat rumit dan atau menyangkut masalah dana
pembangunan yang sangat besar dan atau menyangkut masalah sosial yang luas. Dengan
diadakan model gabungan ini diharapkan hasil akan memberikan kepastian yang lebih. Kadang-
kadang dalam pelaksanaan model fisis juga memerlukan model matematis yang diperlukan
sebagai masukan (input) atau penggerak sesuatu alat. Misalnya alat pembangkit Gelombang tidak
teratur memerlukan program matematik untuk mengatur gerak piston, agar supaya gelombang
yang dibangkitkan sesuai dengan yang diharapkan.

1.3 prinsip modelisasi (“Modeling”)

Penggunaan model untuk keperluan perencanaanbangunan-bangunan Teknik hidrolik pada


kenyataannya menggunakan cara melingkar Seperti yang diperlihatkan pada gambar 1.1. dalam
modernisasi ini terdapat 3 kegiatan yang paling terkait yaitu: “ modelling” (proses pembuatan model),
“solving” (proses pemecahan masalah), dan “interpretation” (menginterpretasikan atau menjabarkan hasil
penelitian dari model ke prototipe). Agar supaya penelitian lewat model tersebut memberikan hasil yang
baik maka ketiga kegiatan tersebut diatas haruslah memenuhi kaidah-kaidah yang benar, artinya harus
memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu.

Gambar 1.1 Skett penyelesaian masalah lewat modelisasi

Suatu keharusan, namun pada kasus-kasus tertentu kalibrasi dan sertifikasi tidak dapat dilakukan
mengingat barang yang ada di prototipe belum ada atau belum dibuat misalnya pada model bending pintu
air bangunan pelimpah dan sebagainya.
1.4 Prinsip “scaling”
Dasar-dasar penyekalaan model adalah membentuk kembali masalah atau problem yang ada di
Prototype dalam skala yang lebih kecil (model), sehingga kejadian (fenomena) yang ada di modal tersebut
sebangun (mirip) dengan model yang ada di prototipe kesebangunan tersebut berupa:

 Sebangun geometrik (Panjang, lebar, tinggi)


 Sebangun kinematik (Kecepatan, aliran), dan
 Sebangun dinamik (yang berhubungan dengan gaya).

Hubungan antara model dan prototipe diturunkan dengan skala, untuk masing-masing parameter
mempunyai skala tersendiri dan besarnya tidaklah sama. Skala dapat didefinisikan sebagai rasio
antara nilai parameter yang ada di prototipe dengan nilai Parameter tersebut pada model.

Sebangun geometric

Sebangun geometric dipenuhi apabila model dan produktif mempunyai bentuk yang sama tetapi
berbeda ukuran hal ini berarti bahwa perbandingan antara semua ukuran Panjang adalah sama.ada dua
macam sumbangan geometri yaitu sebangun geometric sempurna dan sebangun geometric dengan
distorsi, pada sebangun geometric sempurna skala Panjang arah horizontal (disingkat menjadi skala
Panjang) dan skala Panjang arah vertikal (disingkat menjadi skala tinggi) adalah sama, sedangkan pada
Distorted model skala Panjang tidak sama dengan skala tinggi, apabila dimungkinkan model dibuat
dengan tanpa distorsi, sedangkan pada permasalahan khusus model dapat dilakukan dengan distorsi
namun harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu.skala Panjang pada umumnya diberi notasi n L
besar,sedangkan skala tinggi nh :

Lp Panjang pada prtotip


nL= =
Lm Panjang pada model

hp Tinggi pada prtotip


nh= =
hm Tinggi pada model

Pada sebangun geometric sempurna dapat ditentukan bahwa :

1. Skala Luas :

Ap Luas pada prtotip


nA= = =(nL)2
Am Luas pada model
2. Skala Volume :
Vp Volume pada prtotip
nV = = =(nL)3
Vm Volume pada model

Sedangkan pada sebangun geometric dengan distorsi :


1. A. Skala luas posisi horizontal

Ap ( Panjang x Lebar ) p 2
nA= = =(nL)
Am ( Panjang x Lebar ) m

B. Skala luas posisi vertikal

Ap ( Panjang x Tinggi ) p
nA= = =nL x nh
Am ( Panjang x TInggi ) m

2. Skala Volume :

Vp Volume pada prtotip 2


nV = = =( nL ) x nh
Vm Volume pada model

Sebangun Kinematik
Sebangun kinematic terjadi antara prototipe dan model jika prototipe dan model sebangun
geometric dan perbandingan kecepatan dan percepatan di dua titik yang bersangkutan pada prototipe dan
model pada arah yang sama adalah sama besar titik pada model tanpa distorsi pada seluruh arah,
kecepatan dan percepatan mempunyai perbandingan yang sama, sedangkan pada model dengan distorsi
perbandingan yang sama hanya berlaku pada arah tertentu saja, yaitu pada arah vertikal atau pada arah
horizontal. Dengan demikian pada permasalahan yang menyangkut aliran tiga dimensi bias sarankan tidak
menggunakan “Distorted model”. Skala kecepatan biasanya diberi notasi n U , skala percepatan na dan
skala debit nQ

Up nL nH
nU = = =atau
Um nT nT

ap nL nH
na= = 2 =atau 2
am nT nT

Qp nL3 nL2 nh
nQ = = =atau
Qm nT nT

Sebangun dinamik
Jika prototip dan model sebangun geometric dan kinematic, dan gaya-gaya yang bersangkutan
pada model dan prototipe untuk seluruh pengaliran pada arah yang sama, model sama besarnya, maka
dikatakan bahwa keduanya adalah sebangun dinamik. Yang di maksud gaya-gaya tersebut diantaranya
adalah:
1) Gaya inersia :

3 2 2
Fi=M a=ρ L (L/T ¿¿ 2)=ρ U L ¿

2) Gaya tekanan :
2
Fp= p A=p L
3) Gaya berat :
3
Fw=M g=ρ L g
4) Gaya gesek (viskositas) :

FV =μ ( dudy ) A=μ( UL ) L 2

5) Gaya kenyal :

2
Fe=E A=E L

6) Gaya tegangan permukaan :


Fs=σ L

Untuk mendapatkan kesebangunan dinamik antara model dan prototipe dan semua gaya tersebut
di atas mempunyai perbandingan yang sama, hanya dipilih gaya-gaya Yang penting dalam permasalahan
saja yang diperintahkan titik Apabila seluruh gaya tersebut diperhatikan semua maka besar modal yang
harus dibuat adalah sebesar prototipe. Untuk menentukan skala model dalam hubungannya dengan
kesebangunan dinamik, maka dipilih gaya-gaya Yang penting saja. Sebagai contoh di bawah ini disajikan
pemakaian bilangan tak berdimensi untuk mendapatkan kesebangunan.

Bilangan Reynold

UL Rep Up Lp Vm nU nL
ℜ= → n ℜ= = =
V Rem Vp Um Lm nV

Bilangan Reynold dapat diekspresikan sebagai rasi antara gaya inersia dengan gaya gesekan (Visksitas)

τ =μ du/dy
2
( ρ L3 ) ( U )
L ρU L U L
= = =ℜ
( μ UL )(L ) 2 μ V
Perlu dijelaskan disini bahwa apabila gaya inersia dan gaya gesekan sama-sama memegang peranan
penting dalam permasalahan, maka rasio kedua gerak ini pada model dan tertib harus sama.

−1
nRe=nU . nL .nV =1
Persyaratan ini disebut kriteria sebangun dinamik menurut kondisi bilangan Reynold titik persyaratan ini
sering juga disebut “scale condition“.
Bilangan Froude :
U nU
Fr= → nFr=
√(g . L) (nL)
0.5

Bilangan Frude dapat diekpresikan sebagai rasio antara gaya inersia dengan gaya gravitasi.
γ= ρ g V
2
( ρ L3 ) ( U )
L U2 2
3
= =Fr
ρg L gL
Dengan demikian apabila gaya gravitasi dan gaya inersia sama-sama memegang peranan penting dalam
permasalahan, maka rasio kedua gaya tersebut pada model dan prototipe harus sama. Kriteria ini disebut
kriteria sebangun menurut kondisi bilangan Froude.

nU
nFr= =1
(nL)0.5
Apabila gaya inersia, gaya gravitasi dan gaya gesek (kekentalan) sama penting dalam permasalahan,
maka:

nFr=1 → nU =(nL)0.5
−1
nRe=1→ nU =( nL)
(Model dan prototipe menggunakan zat cair yang sama)
Kedua persamaan tersebut akan terpenuhi apabila n U = nL =1, atau dengan kata lain besarnya modal sama
dengan titik-titik dari sini terlihat betapa mahalnya membuat suatu modal apabila harus memenuhi kedua
persyaratan tersebut.
Bilangan Weber
Weber adalah rasio antara gaya inersia dengan gaya tegangan muka.
2
3 U
( ρ L )( )
L ρUL
= =We
σL σ
Bilangan Cauchy
Bilangan chauchy adalah rasi antara gaya inersia dan gaya elastic
2
U
( ρ L3)( )
L ρ U2
= =Ca
E L2 E

BAB II.
ILMU PENDUKUNG MODEL HIDRAULIK

2.1 Analisis Dimensi


Untuk menuliskan dimensi dari variable yang terdapat pada bidang Teknik hidrolik biasanya
dipergunakan sistem MLT yaitu penulisan dimensi dengan menggunakan 3 elemen pokok dimensi: Massa
[M], Panjang [L] dan waktu [T]. Tabel 2.1 menunjukkan table dimensi dari berbagai variable yang
biasanya digunakan dalam analisis dimensi.

Table 2.1 Dimensi berbagai variable di Teknik hidrolik


Dalam pembuatan model biasanya dilakukan pengecilan dari berbagai variable tersebut, yaitu dengan
memberikan skala (n) pada masing-masing variable tersebut titik sedangkan skala dari berbagai variable
atau Parameter tersebut dapat ditentukan berdasarkan hubungan antara parameter yang diekspresikan
dalam bilangan tak berdimensi, misalnya bilangan Reynold, bilangan Froude, dan sebagainya. Selain
untuk menentukan hubungan antara skala, bilangan takdir dimensi ini dapat pula dipergunakan untuk
menggambarkan hasil-hasil penelitian, dengan demikian hasil dari penelitian tersebut dapat digeneralisasi
titik untuk menentukan bilangan tersebut berdimensi dapat dilakukan dengan analisis dimensi analisis
dimensi untuk menentukan bilangan tak berdimensi tersebut ada beberapa cara diantaranya adalah dengan
cara:
a) Basic echelon matriks
b) Buckingham (Phi therem)
c) Rayleigh
d) Stepwise, dan
e) Langhaar.

a. Cara basic echelon matriks


Prinsip penentuan bilangan tak berdimensi dengan cara basic excellent matriks adalah dengan
memilih riveting variable dengan jumlah sesuai elemen pokok yang dipergunakan dan variable
sisanya disusun dengan menggantikan riveting variable tersebut. Cara penyusunannya menggunakan
urutan tingkatan dan matriks. Untuk jelasnya penyusunan bilangan tak berdimensi ini dapat dilihat
pada contoh di bawah ini.

Contoh: penelitian tentang gaya yang diperlukan untuk menarik kapal di suatu laboratorium variable
yang diamati pada penelitian tersebut adalah:

F, d, V, p, g, u, σ

Carilah parameter tak berdimensi untuk keperluan penelitian tersebut.

Jawab:

Perhitungan :

F=
LM M L 4
T 2
= 3
L T 2

T 2( )
L2 2 2 2
L =ρ v d

→ d=2 , v=2 , ρ=2


L
g= 2
→ d=−1 , v=2 , ρ=0
T
M
μ= → d=1 , v=1 , ρ=1
¿
M
γ= → d=1 , v=2 , ρ=1
T2
Bilangan tak berdimensi :
b. Cara Buckingham (phi therem)
Jika suatu kejadian atau fenomena dapat dijelaskan dengan n parameter dan Parameter tersebut
tersusun oleh elemen pokok, maka jumlah produk bilangan tak berdimensi yang dapat dihasilkan
atau diturunkan adalah n-m. Dengan menentukan reapeating variable sejumlah dengan elemen
pokok maka masing-masing produk bilangan tak berdimensi tersebut dapat disusun dan dianalisis
untuk mendapatkan besarnya.
Contoh : Aliran air melalui v notch dapat dituliskan sbb:
Q = f(g,H,B,u,p)
Dari persamaan tersebut terlihat ada 6 variabel dan 3 elemen pokok. Dengan demikian dari
permasalahn ini dapat diturunkan.
a b c
π 1=μ ρ g H

c. Cara Rayleigh
Cara ini biasanya digunakan untuk permasalahan yang relative sederhana titik bilangan tak
berdimensi langsung diturunkan dan hubungan parameter yang ada. Apabila cara ini diterapkan
pada permasalahan yang kompleks dan dengan jumlah parameter yang banyak maka mengalami
kesulitan.
Contoh: Penentuan bilangan tak berdimensi pada masalah pelimpahan air lewa peluap segiempat

Q=f ( g , k , B )
a b C
Q=k g H B

||
3 a
L L b c
= 2 |L| |L|
T T

d. Cara Stepwise
Metode stepwise adalah cara untuk mendapatkan bilangan tak berdimensi dengan penyediaan
dimensi Tahap demi tahap titik tahap pertama adalah penyediaan dimensi massa dengan
menggunakan variable yang mengandung dimensi massa misalnya rapat massa. Tahap berikutnya
adalah peniadaan dimensi waktu dengan menggunakan variable yang mengandung dimensi waktu
misalnya kecepatan titik Tahap terakhir adalah penyediaan dimensi Panjang dengan
menggunakan variable yang hanya mengandung dimensi Panjang misalnya dengan kedalaman
titik ada du acara stepwise yaitu: a. “Basic stepwise procedure
b. “Dimensional matrix stepwise

e. Cara Langhaar
Jika fenomena kejadian hidraulik dijelaskan dengan n parameter Pi dengan i= 1, 2, 3, …, n dan
jika parameter tersebut tersusun oleh m elemen pokok, maka produk bilangan tak berdimensi
yang dapat diturunkan sejumlah (n-m), untuk keperluan Teknik hidraulik biasanya ada 3 elemen
pokok yaitu massa, Panjang dan waktu.

2.2 Statistik
Model Hidraulik biasanya dipergunakan untuk penelitian. Hasil dari penelitian ini didapatkan dari
pengukuran. Dan pengukuran ini dapat mempunyai dua macam kesalahan yaitu :

a) Kesalahan sistematik
b) Kesalahan stokastik
Kesalahan sistematis dapat diperkecil dengan cara melakukan kalibrasi peralatan sebelum digunakan.
Sedangkan kesalahan stokastik besarnya sangat tergantung dengan peralatan yang dipakai titik kesalahan
biasanya diwujudkan dalam bentuk persentase dari hasil pengukuran. Untuk mengurangi kesalahan ini
perlu dilakukan pemilihan alat atau instrumentasi yang sesuai atau tepat pada percobaan yang sedang
dilakukan titik dalam menganalisis perambatan kesalahan pada suatu peralatan ke hasil penelitian dapat
dilakukan analisis statistic yaitu menggunakan metode kuadratik error propagation

Misalkan percobaan yang akan diteliti adalah hubungan antara variable z, x dan y sebagai berikut ini:

Dibagi dengan Z2

2.3 Insrrumentasi dan Sistem Kontrol


Untuk mendapatkan informasi dari suatu penelitian atau eksperimen yang dilakukan dengan
model hidrolik dibutuhkan suatu alat atau instrumentasi titik keberhasilan penelitian dengan model
hidrolik sangat tergantung pada ketelitian alat yang dipakai dalam pengumpulan informasi dari model.
Di samping alat ukur yang baik, penelitian dengan menggunakan model juga menuntut beberapa
persyaratan kondisi batas yang tepat, misalnya hal-hal yang menyangkut kondisi mengenai debit, elevasi
air, spektrum gelombang yang akan dipergunakan dimodel.untuk menciptakan agar supaya kondisi model
sesuai dengan yang ada di prototip maka diperlukan sistem control yang tepat.
Di dalam penelitian model hidrolik berbagai parameter harus diukur dan dikontrol, diantaranya
adalah:
a) Elevasi air,
b) Debit dan kecepatan,
c) Tekanan dan gaya yang bekerja pada suatu model,
d) Temperature,
e) Gelombang,
f) Gerakan sedimen, pengatur sedimen, dan sebagainya,
g) Kedalaman gerusan.
Proses untuk mendapatkan informasi atau data dari model dapat dijelaskan melalui gambar 2.1.
kejadian yang terdapat di model diukur dengan suatu alat atau sensor, dan dari alat ini signal dikirim
ke indicator untuk dipresentasikan di layer monitor atau dalam bentuk grafik pada kertas pencatat.
Data ini merupakan informasi yang sangat penting dari model dan untuk keperluan penelitian dapat
dianalisa lebih lanjut.

Gambar 2.1 Proses untuk mendapatkan informasi dari model


Sepanjang proses untuk mendapatkan informasi tersebut dapat muncul suatu Penyimpangan atau
kesalahan baik sistematik ataupun stokastik.kesalahan sistematik selama proses tersebut dapat dihindari
atau dikurangi dengan melakukan kalibrasi alat yang akan dipakai, sedangkan kesalahan stokastik dapat
dihindari atau dikurangi dengan jalan pemilihan alat dan skala model yang tepat.perlu ditekankan disini
bahwa ke samaan studi atau penelitian model hidrolik sangat ditentukan oleh:
a) Kesamaan data lapangan
b) Kesamaan sistem control, dan
c) Ketaksamaan sistem pengukuran.
Pembuatan model dengan data lapangan yang tidak akurat sudah dapat dipastikan hasilnya tidak akan
memuaskan karena model yang dibuat akan mencerminkan keadaan lapangan yang sebenarnya.demikian
pula suatu model apabila tidak dilengkapi sistem control yang baik akan mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan agar supaya kondisi model menyerupai atau sebangun dengan prototipe.
Untuk melihat pentingnya peranan peralatan instrumentasi dalam penentuan ukuran skala model
dilihat contoh di bawah ini yaitu contoh penentuan skala model berdasarkan ketelitian alat ukur. Dengan
alat yang terbatas akan ditentukan suatu ukuran skala model yang terbaik.
Contoh :
Akan dibuat suatu model hidrolik pintu air untuk navigasi tujuan utama penelitian ini adalah untuk
mendapatkan suatu keyakinan bahwa gaya yang bekerja pada perahu/kapal selama pengisian maupun
pengosongan pintu air tidak terlalu besar.
Persyaratan yang harus dipenuhi antara lain:

 Gaya maksimum pada prototip 20 KN dengan rF= 5%


 Kemampuan alat ukur yang ada di laboratorium
0 < F < 400 mN dengan rF= 4%
ditanyakan:
a) Model dibuat Distorted atau kah undistorted?
b) Kriteria kesebangunan apakah yang dipakai?
c) Seberapa besar skala Panjang yang dipakai?
d) Berilah komentar tentang pemilihan Skala yang akan dipakai di model
Jawab:
a) Mengingat percepatan vertikal dan horizontal harus sama dengan percepatan gravitasi, maka
dipilih undistorted model
b) Gaya inersia dan gaya gravitasi sama-sama penting baik di perkotaan maupun di model, maka
kriteria sebangun adalah kriteria sebangun Froude
nFr=1
c) Alat ukur. 2 kesalahan alat maksimum = 4/100=400 mN
= 16 mN
Gaya maksimum yang diperkirakan timbul di model =
=(100/5)*16 mN = 380*10 -3 N
Skala gaya nF= Fp/Fm = (20*10 -3 /380*10 -3) = 62500
F=m*a
nF=na*nm=nL3
nL=39.7
d) nL > 40 F model terlalu kecil, model kurang teliti
nL < 40 F model terlalu besar, ada kemungkinan alat ukur tidak mampu mengukur gaya yang
timbul
BAB IV
PERENCANAAN MODEL HIDRAULIK

4.1 Pendahuluan
Dalam merencanakan model hidrolik perlu dipertimbangkan beberapa aspek yang berkaitan
dengan maksud pembuatan model tersebut, diantaranya adalah:
a) Hubungan antara skala parameter (hokum skala dan kriteria kesenambungan),
b) Tujuan model (untuk menentukan kriteria kesenambungan yang akan dipakai dalam penentuan
skala ),
c) Ketelitian mdel yang diharapkan (dengan mengingat ketelitian peralatan yang ada di labolatrium),
d) Ketelitian/kesaksamaan terhadap peramalan fenmena yang ada di prtotip (perlu diperhitungkan
“Scale effect”),
e) Fasilitas yang ada di laboratorium (pompa, ruangan, alat ukur tekanan).
Untuk membuat model yang baik dan teliti perlu data prototip yang teliti pula. Data prototip iniliah
yang akan digunakan sebagai dasar pembuatan model, baik untuk bangunannya ataupun kalibrasi dan
verifikasinya.
Fasilitas yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan model hidraulik antara lain:
a) Ketersediaan ruang
b) Ketersediaan debit dan tekanan(Pompa, suplai air),
c) Ketersediaan bahan dan material,
d) Ketersediaan instrumentasi dan sistem control,
e) Ketersediaan alat pengatur sedimen (“sediment suplayer”)
f) Ketersediaan staf peneliti (pengalaman)
4.2.1 Gerakan pasang surut di muara sungai (“tidal estuary”)
Dasar pembuatan skala :
1). Model dengan distorsi
\
r =n L /na

2). Kriteria sebangun Fraude

nU =na1 /2
3). Kriteria sebangun kekasaran

2 nL
nC = =1
na

4.2.2 Instrusi air laut (“Salinity instrusion”)


Dasar pemuatan skala:
1). Model dengan distorsi
\
r =n L /na

2). Kriteria sebangun Fraude

1 /2
nU =na
3). Kriteria sebangun kekasaran

nL
nC 2 = =1
na
4). Kriteria sebangun eapat masa
n ∆ ρ=n ρ
5). Kriteria sebangun “interface”
nL
r= =(nfi)−1
na
Persyaratan 2) dan 4) , kalua digabung memberikan kriteria sebangun “internal Froude”


Fri=U / ( g . a .
∆ρ
ρ
)

2.2.3 Reflaksi gelombang (“wafe reflaction”)


Dasar pembuatan skala:
1). Model dengan distorsi
\
r =n L /na

2). Kriteria sebangun Fraude

1 /2
nU =na
3). Kriteria sebangun kekasaran
Kriteria ini tdak penting
4). Kriteria sebangun geometric

n a=n λ

5). Pengaruh tegangan muka dihindari dengan memakai λm > 20 cm

2.2.4 Difraksi gelombang (“wave diffraction”)

Dasar pembuata skala:


1). Model dengan distorsi
\
r =n L /na

2). Kriteria sebangun Fraude

1 /2
nU =na
3). Kriteria sebangun kekasaran
Kriteria ini tdak penting
4). Kriteria sebangun geometric
n a=n λ

5). Pengaruh tegangan muka dihindari dengan memakai λm > 20 cm

Catatan: C=
√ gλ
2π ( )
. tanh

λ
= Kecepatan rambat gelombang
4.2.5 Gangguan arus terhadap navigasi
Dasar pembuatan skala:
1). Model dengan distorsi
\
r =n L /na

2). Kriteria sebangun Fraude

1 /2
nU =na
3). Kriteria sebangun kekasaran
Kriteria ini tdak penting

4.2.6 Kolam pengedap pasir (“settling basin”)


Dasar pembuatan skala:
1). Model dengan distorsi
\
r =n L /na

2). Kriteria sebangun Fraude


1 /2
nU =na
3). Kriteria sebangun kekasaran
Kriteria ini tdak penting
4). Kriteria sebangun proses pengendapan
nU =nw

4.2.7 Tangki minyak


Dasar pembuatan skala:
1). Model dengan distorsi
\
r =n L /na

2). Kriteria sebangun Fraude

1 /2
nU =na
3). Kriteria sebangun Reynold

nU . n L=nv

4.3.1 Gerusan di hilir bendung


Dasar pembuatan skala:
1). Model dengan distorsi
\
r =n L /na

2). Kriteria sebangun Fraude

1 /2
nU =na
3). Kriteria sebangun kekasaran
Kriteria ini tdak penting
4). Kriteria sebangun proses mrfolgi/gerusan

1/ 2
u=( g . a .i)
nU =nU . cr

nU =( U . cr )2 /(∆ . g . D)
1 /2
n ncr=1 →n U . cr =(n ∆ . nD)
U
U∗¿=C /¿¿
nU =nU ∗¿ →n =(n∆ .n D)1 /2¿
U

4.3.2 Proteksi gerusan akibat “standing wave”


Dasar pembuatan skala:
1). Model dengan distorsi
\
r =n L /na

2). Kriteria sebangun Fraude

1 /2
nU =na
3). Kriteria sebangun kekasaran
Kriteria ini tdak penting
4). Kriteria sebangun proses mrfolgi/gerusan

1 /2
nU =(n ∆ . nD )
5). Kriteria sebangun geometri

n a=n λ

n a=n H

6). Untuk menghindari pengaruh tegangan muka pada


model λm > 20 cm
4.2 Dasar perencanaan skala
1). Model dengan distorsi

r =nL/na

2). Kriteria sebangun Frude

1 /2
nU =n a
Persyaratan ini bukanlah persyaratan mutlak, dan boleh tidak
memenuhi, tapi usahakan nilainya tidak terlalu jauh
3). Kriteria sebangun kekasaran

2
nC =nL/ na
4). Kriteria sebangun proses morflgi (kecepatan ideal)

nU 2 =n∆ . n D .n C 1/ 2 .(nc 90)3/ 2


5). Untuk menghindari “scale rffect” yang timbul akibat tidak terpenuhinya peryaratan butir 2, maka
model perlu dikoreksi dengan melakukan “tilting”
2
nc . na
¿=ip( 2
−r )
nu
4.4.3 Urutan-urutan perencanaan model dengan dasar berubah
1). Fasilitas Laboratorium
Fasilitas labratorium yang tersedia di laboratorium perlu dipertimbangkan sebagai pembatas
penentuan penentuan skala model, fasilitas tersebut antara lain:
a. Ketersediaan ruangan
b. Ketersediaan bahan pasir
c. Ketersediaan pompa
d. Ketersediaan pengatur sedimen
e. Ketersediaan alat pengukur dan instrumentasi

Contoh perencanaan model pemecah gelmbang


Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan pada penentuan skala mdel
a) Fasilitas Laboratorium

 Ukuran kolam dan saluran gelombang yang akan dipakai


 Kemampuan pembangkit gelombang yang tersedia
 Material yang tersedia di labratorium

b) Kriteria kesebangunan yang akan dipakai dalam penentuan skala

 Deformasi gelombang,
 Gaya-gaya yang bekerja, dan
 Stabilitas lapis lindung

A. Deformasi gelombang
a) Reflaksi
Proses refraksi terjadi karena adanya perbedaan
kedalaman (topografi dasar laut)
C= (
√ gλ 2σπ
+
2 π ζλ
) tanh ⁡(
2 πd
λ
)

λ
C=
T
Untuk menghindari pengaruh tegangan muka pada mdel, maka Panjang gelombang di model dibuat >
20 cm
1 /2
nT =nd

b). Difraksi
nd=nλ

nc=nλ1/ 2

T 1/ 2 1/ 2
n =nλ =nd

nL=nλ=nd

Model tanpa distorsi

c). Kecepatan orbit


wH cosh (kz )
Uz=
2sinh (kd )

−1/ 2
nu=nw . nh=nd . nH

Gaya yang bekerja pada model


Dalam hal stabilitas pemecah gelombang, gaya yang cukup berpengaruh adalah gaya gravitasi
dan gaya inersia, oleh karena itu kriteria sebangun dinamik yang dipakai adalah kriteria Frude.

Fr=V / (gl )1/ 2


1 /2
n Fr =1 → nv=nl
Stabilitas lapis lindung (rumus Hudson)
Rumus Hudson

ws H 3
W=
Kd . ∆ s 3 . cos θ

n w=
( nws
n∆ s3 )
. nH 3

Apabila rapat massa batu pada model sama dan prototip sama,
Nw = nH3

Pemilihan material
Pemilihan material yang akan digunakan dala percobaan dilakukan dengan tabulasi. Dengan
tabulasi ini masing-masing material diberi skor, man material yang mendapat skor terbaik merupakan
material terpilih (lihat table 5.1). Dari table 5.1 tersebut diatas maka material yang dipilih yang paling
sesuai adalah Pasir B; namun perlu diketahui bahwa dengan pemilihan pasir ini proses morfologinya agak
lama. Kalau pengatur sedimennya tidak begitu besar, maka pemilihan pasir B ini sangat tebat.

Peralatan pokk yang perlu disiapkan pada model antara lain :


Alat pengukur debit dan alat ukur elevasi
Alat pengukur sedimen dan pompa sedimen
Alat pemberi/pengatur sedimen
Pompa air
ALat timbangan
Perlengkapan pembuat model.

Tabel 5.1 Pemilihan material yang paling sesuai untuk percobaan

Perencanaan Model Pantai dengan Distorsi


Suatu pantai akan dibuat model untuk keperluan penelitian mengenai efektifitas groin yang akan
dibuat didaerah tersebut. Agar supaya gelombang yang akan di laboratorium masih cukup besar
diputuskan membuat model dengan distorsi. Untuk menurunkan hubungan antar skala dipergunakan Sato
dab Tanaka.

( )
1/ 3
H0 D50
=0,565 ¿
L0 L0
Dan parameter gelombang pecah menggunakan angka iribarren:

tan(θ)
Ir =

√ (
H
L0
)

Keterangan :
H = Tinggi gelombang
L = Panjang gelombang
h = Kedalaman air,
l = Panjang
D50 = Diameter pasir (50%)
H0 = Tinggi gelombang laut dalam
L0 = Panjang gelombang laut dalam
Apabila diketahui skala Panjang gelombang nL = 50, model dibuat dengan distorsi sebesar dua,
maka ditanyakan skala diameter pasir yang dipakai (nD), skala tinggi gelombang (nH) dan skala panjang
(nL)
Penyelesaiian:
nTan θ
Ir =1=
H
n( )
L0
nL
r= =2 → nTanθ=1/2
nh

( )
1/ 2
nH
nTan θ=
nL 0
nH
=1/4
nL 0

(n ( )
D 50 1/ 3
L0
) =1/ 4

1
nH = XL0
4

n ( hkrL )=1
nL=2.nh → 2 x 50=100

Anda mungkin juga menyukai