PENDAHULUAN
b. Untuk mendapatkan suatu tingkat keyakinan yang tinggi atas keberhasilan suatu perencanaan
bangunan
c. Untuk mengetahui dan atau meramalkan penampilan bangunan serta pengaruhnya terhadap
lingkungan
Disamping peran tersebut di atas, model hidrolik sangat penting fungsinya dalam pengembangan
ilmu hidrolika serta aplikasinya, penelitian atau riset yang dilakukan di laboratorium hidrolik
biasanya dilakukan dengan model, sehingga pengetahuan tentang cara perencanaan model
hidrolik sangat diperlukan dalam rangka penggambaran laboratorium riset hidrolika. Berbagai
permasalahan yang belum dapat diformulasikan fenomenanya, dapat dipecahkan lewat penelitian
laboratorium, yang hasilnya (Biasanya berupa formula atau grafik) dapat dimanfaatkan untuk
pemecahan masalah prototipe. Formulasi ini juga dapat dipergunakan sebagai masukan di dalam
pemakaian atau pengembangan model matematis.
Model hidrolik yang biasa dipergunakan untuk membantu memecahkan permasalahan Teknik
hidrolik ada 4 macam, yaitu model matematis, model fisis, model Analog, dan model campuran
c. Model analog
Model ini dibuat apabila permasalahan yang akan diteliti dapat dipindahkan menjadi
permasalahan listrik yang berupa arus dan tegangan listrik.
Suatu keharusan, namun pada kasus-kasus tertentu kalibrasi dan sertifikasi tidak dapat dilakukan
mengingat barang yang ada di prototipe belum ada atau belum dibuat misalnya pada model bending pintu
air bangunan pelimpah dan sebagainya.
1.4 Prinsip “scaling”
Dasar-dasar penyekalaan model adalah membentuk kembali masalah atau problem yang ada di
Prototype dalam skala yang lebih kecil (model), sehingga kejadian (fenomena) yang ada di modal tersebut
sebangun (mirip) dengan model yang ada di prototipe kesebangunan tersebut berupa:
Hubungan antara model dan prototipe diturunkan dengan skala, untuk masing-masing parameter
mempunyai skala tersendiri dan besarnya tidaklah sama. Skala dapat didefinisikan sebagai rasio
antara nilai parameter yang ada di prototipe dengan nilai Parameter tersebut pada model.
Sebangun geometric
Sebangun geometric dipenuhi apabila model dan produktif mempunyai bentuk yang sama tetapi
berbeda ukuran hal ini berarti bahwa perbandingan antara semua ukuran Panjang adalah sama.ada dua
macam sumbangan geometri yaitu sebangun geometric sempurna dan sebangun geometric dengan
distorsi, pada sebangun geometric sempurna skala Panjang arah horizontal (disingkat menjadi skala
Panjang) dan skala Panjang arah vertikal (disingkat menjadi skala tinggi) adalah sama, sedangkan pada
Distorted model skala Panjang tidak sama dengan skala tinggi, apabila dimungkinkan model dibuat
dengan tanpa distorsi, sedangkan pada permasalahan khusus model dapat dilakukan dengan distorsi
namun harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu.skala Panjang pada umumnya diberi notasi n L
besar,sedangkan skala tinggi nh :
1. Skala Luas :
Ap ( Panjang x Lebar ) p 2
nA= = =(nL)
Am ( Panjang x Lebar ) m
Ap ( Panjang x Tinggi ) p
nA= = =nL x nh
Am ( Panjang x TInggi ) m
2. Skala Volume :
Sebangun Kinematik
Sebangun kinematic terjadi antara prototipe dan model jika prototipe dan model sebangun
geometric dan perbandingan kecepatan dan percepatan di dua titik yang bersangkutan pada prototipe dan
model pada arah yang sama adalah sama besar titik pada model tanpa distorsi pada seluruh arah,
kecepatan dan percepatan mempunyai perbandingan yang sama, sedangkan pada model dengan distorsi
perbandingan yang sama hanya berlaku pada arah tertentu saja, yaitu pada arah vertikal atau pada arah
horizontal. Dengan demikian pada permasalahan yang menyangkut aliran tiga dimensi bias sarankan tidak
menggunakan “Distorted model”. Skala kecepatan biasanya diberi notasi n U , skala percepatan na dan
skala debit nQ
Up nL nH
nU = = =atau
Um nT nT
ap nL nH
na= = 2 =atau 2
am nT nT
Qp nL3 nL2 nh
nQ = = =atau
Qm nT nT
Sebangun dinamik
Jika prototip dan model sebangun geometric dan kinematic, dan gaya-gaya yang bersangkutan
pada model dan prototipe untuk seluruh pengaliran pada arah yang sama, model sama besarnya, maka
dikatakan bahwa keduanya adalah sebangun dinamik. Yang di maksud gaya-gaya tersebut diantaranya
adalah:
1) Gaya inersia :
3 2 2
Fi=M a=ρ L (L/T ¿¿ 2)=ρ U L ¿
2) Gaya tekanan :
2
Fp= p A=p L
3) Gaya berat :
3
Fw=M g=ρ L g
4) Gaya gesek (viskositas) :
FV =μ ( dudy ) A=μ( UL ) L 2
5) Gaya kenyal :
2
Fe=E A=E L
Untuk mendapatkan kesebangunan dinamik antara model dan prototipe dan semua gaya tersebut
di atas mempunyai perbandingan yang sama, hanya dipilih gaya-gaya Yang penting dalam permasalahan
saja yang diperintahkan titik Apabila seluruh gaya tersebut diperhatikan semua maka besar modal yang
harus dibuat adalah sebesar prototipe. Untuk menentukan skala model dalam hubungannya dengan
kesebangunan dinamik, maka dipilih gaya-gaya Yang penting saja. Sebagai contoh di bawah ini disajikan
pemakaian bilangan tak berdimensi untuk mendapatkan kesebangunan.
Bilangan Reynold
UL Rep Up Lp Vm nU nL
ℜ= → n ℜ= = =
V Rem Vp Um Lm nV
Bilangan Reynold dapat diekspresikan sebagai rasi antara gaya inersia dengan gaya gesekan (Visksitas)
τ =μ du/dy
2
( ρ L3 ) ( U )
L ρU L U L
= = =ℜ
( μ UL )(L ) 2 μ V
Perlu dijelaskan disini bahwa apabila gaya inersia dan gaya gesekan sama-sama memegang peranan
penting dalam permasalahan, maka rasio kedua gerak ini pada model dan tertib harus sama.
−1
nRe=nU . nL .nV =1
Persyaratan ini disebut kriteria sebangun dinamik menurut kondisi bilangan Reynold titik persyaratan ini
sering juga disebut “scale condition“.
Bilangan Froude :
U nU
Fr= → nFr=
√(g . L) (nL)
0.5
Bilangan Frude dapat diekpresikan sebagai rasio antara gaya inersia dengan gaya gravitasi.
γ= ρ g V
2
( ρ L3 ) ( U )
L U2 2
3
= =Fr
ρg L gL
Dengan demikian apabila gaya gravitasi dan gaya inersia sama-sama memegang peranan penting dalam
permasalahan, maka rasio kedua gaya tersebut pada model dan prototipe harus sama. Kriteria ini disebut
kriteria sebangun menurut kondisi bilangan Froude.
nU
nFr= =1
(nL)0.5
Apabila gaya inersia, gaya gravitasi dan gaya gesek (kekentalan) sama penting dalam permasalahan,
maka:
nFr=1 → nU =(nL)0.5
−1
nRe=1→ nU =( nL)
(Model dan prototipe menggunakan zat cair yang sama)
Kedua persamaan tersebut akan terpenuhi apabila n U = nL =1, atau dengan kata lain besarnya modal sama
dengan titik-titik dari sini terlihat betapa mahalnya membuat suatu modal apabila harus memenuhi kedua
persyaratan tersebut.
Bilangan Weber
Weber adalah rasio antara gaya inersia dengan gaya tegangan muka.
2
3 U
( ρ L )( )
L ρUL
= =We
σL σ
Bilangan Cauchy
Bilangan chauchy adalah rasi antara gaya inersia dan gaya elastic
2
U
( ρ L3)( )
L ρ U2
= =Ca
E L2 E
BAB II.
ILMU PENDUKUNG MODEL HIDRAULIK
Contoh: penelitian tentang gaya yang diperlukan untuk menarik kapal di suatu laboratorium variable
yang diamati pada penelitian tersebut adalah:
F, d, V, p, g, u, σ
Jawab:
Perhitungan :
F=
LM M L 4
T 2
= 3
L T 2
=ρ
T 2( )
L2 2 2 2
L =ρ v d
c. Cara Rayleigh
Cara ini biasanya digunakan untuk permasalahan yang relative sederhana titik bilangan tak
berdimensi langsung diturunkan dan hubungan parameter yang ada. Apabila cara ini diterapkan
pada permasalahan yang kompleks dan dengan jumlah parameter yang banyak maka mengalami
kesulitan.
Contoh: Penentuan bilangan tak berdimensi pada masalah pelimpahan air lewa peluap segiempat
Q=f ( g , k , B )
a b C
Q=k g H B
||
3 a
L L b c
= 2 |L| |L|
T T
d. Cara Stepwise
Metode stepwise adalah cara untuk mendapatkan bilangan tak berdimensi dengan penyediaan
dimensi Tahap demi tahap titik tahap pertama adalah penyediaan dimensi massa dengan
menggunakan variable yang mengandung dimensi massa misalnya rapat massa. Tahap berikutnya
adalah peniadaan dimensi waktu dengan menggunakan variable yang mengandung dimensi waktu
misalnya kecepatan titik Tahap terakhir adalah penyediaan dimensi Panjang dengan
menggunakan variable yang hanya mengandung dimensi Panjang misalnya dengan kedalaman
titik ada du acara stepwise yaitu: a. “Basic stepwise procedure
b. “Dimensional matrix stepwise
e. Cara Langhaar
Jika fenomena kejadian hidraulik dijelaskan dengan n parameter Pi dengan i= 1, 2, 3, …, n dan
jika parameter tersebut tersusun oleh m elemen pokok, maka produk bilangan tak berdimensi
yang dapat diturunkan sejumlah (n-m), untuk keperluan Teknik hidraulik biasanya ada 3 elemen
pokok yaitu massa, Panjang dan waktu.
2.2 Statistik
Model Hidraulik biasanya dipergunakan untuk penelitian. Hasil dari penelitian ini didapatkan dari
pengukuran. Dan pengukuran ini dapat mempunyai dua macam kesalahan yaitu :
a) Kesalahan sistematik
b) Kesalahan stokastik
Kesalahan sistematis dapat diperkecil dengan cara melakukan kalibrasi peralatan sebelum digunakan.
Sedangkan kesalahan stokastik besarnya sangat tergantung dengan peralatan yang dipakai titik kesalahan
biasanya diwujudkan dalam bentuk persentase dari hasil pengukuran. Untuk mengurangi kesalahan ini
perlu dilakukan pemilihan alat atau instrumentasi yang sesuai atau tepat pada percobaan yang sedang
dilakukan titik dalam menganalisis perambatan kesalahan pada suatu peralatan ke hasil penelitian dapat
dilakukan analisis statistic yaitu menggunakan metode kuadratik error propagation
Misalkan percobaan yang akan diteliti adalah hubungan antara variable z, x dan y sebagai berikut ini:
Dibagi dengan Z2
4.1 Pendahuluan
Dalam merencanakan model hidrolik perlu dipertimbangkan beberapa aspek yang berkaitan
dengan maksud pembuatan model tersebut, diantaranya adalah:
a) Hubungan antara skala parameter (hokum skala dan kriteria kesenambungan),
b) Tujuan model (untuk menentukan kriteria kesenambungan yang akan dipakai dalam penentuan
skala ),
c) Ketelitian mdel yang diharapkan (dengan mengingat ketelitian peralatan yang ada di labolatrium),
d) Ketelitian/kesaksamaan terhadap peramalan fenmena yang ada di prtotip (perlu diperhitungkan
“Scale effect”),
e) Fasilitas yang ada di laboratorium (pompa, ruangan, alat ukur tekanan).
Untuk membuat model yang baik dan teliti perlu data prototip yang teliti pula. Data prototip iniliah
yang akan digunakan sebagai dasar pembuatan model, baik untuk bangunannya ataupun kalibrasi dan
verifikasinya.
Fasilitas yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan model hidraulik antara lain:
a) Ketersediaan ruang
b) Ketersediaan debit dan tekanan(Pompa, suplai air),
c) Ketersediaan bahan dan material,
d) Ketersediaan instrumentasi dan sistem control,
e) Ketersediaan alat pengatur sedimen (“sediment suplayer”)
f) Ketersediaan staf peneliti (pengalaman)
4.2.1 Gerakan pasang surut di muara sungai (“tidal estuary”)
Dasar pembuatan skala :
1). Model dengan distorsi
\
r =n L /na
nU =na1 /2
3). Kriteria sebangun kekasaran
2 nL
nC = =1
na
1 /2
nU =na
3). Kriteria sebangun kekasaran
nL
nC 2 = =1
na
4). Kriteria sebangun eapat masa
n ∆ ρ=n ρ
5). Kriteria sebangun “interface”
nL
r= =(nfi)−1
na
Persyaratan 2) dan 4) , kalua digabung memberikan kriteria sebangun “internal Froude”
√
Fri=U / ( g . a .
∆ρ
ρ
)
1 /2
nU =na
3). Kriteria sebangun kekasaran
Kriteria ini tdak penting
4). Kriteria sebangun geometric
n a=n λ
1 /2
nU =na
3). Kriteria sebangun kekasaran
Kriteria ini tdak penting
4). Kriteria sebangun geometric
n a=n λ
Catatan: C=
√ gλ
2π ( )
. tanh
2π
λ
= Kecepatan rambat gelombang
4.2.5 Gangguan arus terhadap navigasi
Dasar pembuatan skala:
1). Model dengan distorsi
\
r =n L /na
1 /2
nU =na
3). Kriteria sebangun kekasaran
Kriteria ini tdak penting
1 /2
nU =na
3). Kriteria sebangun Reynold
nU . n L=nv
1 /2
nU =na
3). Kriteria sebangun kekasaran
Kriteria ini tdak penting
4). Kriteria sebangun proses mrfolgi/gerusan
1/ 2
u=( g . a .i)
nU =nU . cr
nU =( U . cr )2 /(∆ . g . D)
1 /2
n ncr=1 →n U . cr =(n ∆ . nD)
U
U∗¿=C /¿¿
nU =nU ∗¿ →n =(n∆ .n D)1 /2¿
U
1 /2
nU =na
3). Kriteria sebangun kekasaran
Kriteria ini tdak penting
4). Kriteria sebangun proses mrfolgi/gerusan
1 /2
nU =(n ∆ . nD )
5). Kriteria sebangun geometri
n a=n λ
n a=n H
r =nL/na
1 /2
nU =n a
Persyaratan ini bukanlah persyaratan mutlak, dan boleh tidak
memenuhi, tapi usahakan nilainya tidak terlalu jauh
3). Kriteria sebangun kekasaran
2
nC =nL/ na
4). Kriteria sebangun proses morflgi (kecepatan ideal)
Deformasi gelombang,
Gaya-gaya yang bekerja, dan
Stabilitas lapis lindung
A. Deformasi gelombang
a) Reflaksi
Proses refraksi terjadi karena adanya perbedaan
kedalaman (topografi dasar laut)
C= (
√ gλ 2σπ
+
2 π ζλ
) tanh (
2 πd
λ
)
λ
C=
T
Untuk menghindari pengaruh tegangan muka pada mdel, maka Panjang gelombang di model dibuat >
20 cm
1 /2
nT =nd
b). Difraksi
nd=nλ
nc=nλ1/ 2
T 1/ 2 1/ 2
n =nλ =nd
nL=nλ=nd
−1/ 2
nu=nw . nh=nd . nH
ws H 3
W=
Kd . ∆ s 3 . cos θ
n w=
( nws
n∆ s3 )
. nH 3
Apabila rapat massa batu pada model sama dan prototip sama,
Nw = nH3
Pemilihan material
Pemilihan material yang akan digunakan dala percobaan dilakukan dengan tabulasi. Dengan
tabulasi ini masing-masing material diberi skor, man material yang mendapat skor terbaik merupakan
material terpilih (lihat table 5.1). Dari table 5.1 tersebut diatas maka material yang dipilih yang paling
sesuai adalah Pasir B; namun perlu diketahui bahwa dengan pemilihan pasir ini proses morfologinya agak
lama. Kalau pengatur sedimennya tidak begitu besar, maka pemilihan pasir B ini sangat tebat.
( )
1/ 3
H0 D50
=0,565 ¿
L0 L0
Dan parameter gelombang pecah menggunakan angka iribarren:
tan(θ)
Ir =
√ (
H
L0
)
Keterangan :
H = Tinggi gelombang
L = Panjang gelombang
h = Kedalaman air,
l = Panjang
D50 = Diameter pasir (50%)
H0 = Tinggi gelombang laut dalam
L0 = Panjang gelombang laut dalam
Apabila diketahui skala Panjang gelombang nL = 50, model dibuat dengan distorsi sebesar dua,
maka ditanyakan skala diameter pasir yang dipakai (nD), skala tinggi gelombang (nH) dan skala panjang
(nL)
Penyelesaiian:
nTan θ
Ir =1=
H
n( )
L0
nL
r= =2 → nTanθ=1/2
nh
( )
1/ 2
nH
nTan θ=
nL 0
nH
=1/4
nL 0
(n ( )
D 50 1/ 3
L0
) =1/ 4
1
nH = XL0
4
n ( hkrL )=1
nL=2.nh → 2 x 50=100