Anda di halaman 1dari 57

Model Hidraulik

untuk Mendukung Penyelesaian


Permasalah Keairan
Model dan Simulasi
• DEFINISI MODEL
Kata model mempunyai banyak arti yang diterima oleh
berbagai kalangan masyarakat baik ilmiah maupun
masyarakat umum. Arti kata model paling tidak
didefinisikan secara umum sebagai berikut (Bullon,
1996):
 sebuah benda yang lebih kecil dari aslinya
 tipe atau versi dari suatu alat, benda misalnya mesin
 sistem yang digunakan (cara)
 diskripsi teoritis (persamaan) dari suatu sistem
 sesuatu atau seseorang yang digambar atau ditiru
 rancangan dari pakaian
Model dan Simulasi
Model dalam bidang hidraulik mempunyai arti yang lebih
luas dan mungkin mempunyai diskripsi yang merupakan
gabungan dari beberapa definisi Bullon. Model dalam
mempunyai diskripsi sebagai berikut:
1. tiruan dari barang/air (fluida) atau lingkungan/sistem
yang bergerak maupun yang diam, baik kecepatan
maupun gaya yang ditimbulkannya yang telah ada
dalam ukuran yang lebih kecil atau lebih besar
2. tiruan atau diskripsi teoritis (persamaan) dari suatu
sistem secara dinamik yang menirukan bentuk, gerak,
dan gaya dalam sistem tersebut
Model dan Simulasi
Simulasi adalah pemanfaatan model untuk
menjawab berbagai pertanyaan “What if ?”
yang terkait dengan perubahan dalam
sistem yang dimodelkan baik input maupun
prosesnya. Simulasi akan menjawab
perubahan proses dan output yang terjadi
jika input dan atau proses dalam sistem
tersebut diubah.
Model dan Simulasi
Contoh Simulasi :
Dibuat sebuah model pantai dengan topografi dan
bathimetri tertentu dan material pasir lepas.
Simulasi menjawab “what if” atau “Apa yang terjadi jika”
a. Gelombang lebih banyak dari arah tertentu (apa yang
terjadi dengan garis pantai, adakah perubahan lereng,
posisi maju-mundur dsb)
b. Dibuat groin sepanjang tertentu (adakah perubahan
garis pantai, maju-mundur, erosi, arus dekat pantai dsb)
c. Pantai direklamasi sebagian
d. Terjadi tsunami
e. Dibuat pelabuhan dan breakwater
f. Dibuat underwater breakwater
g. dll
Jenis Model
• Model Hidraulik (Fisik)
• Model Analog : suatu model yang menirukan
sistem aslinya dengan hanya mengambil
beberapa karakteristik utama dan
menggambarkannya dengan benda atau sistem
lain secara analog
• Model Matematik
• Model Hybrid: gabungan dari pemodelan fisik
dan matematik
Perbedaan Model fisik dan
Matematik
Permasalahan Model Matematik Model Hidraulik
1. Ukuran / skala Lebih kecil, butuh ruang Butuh ruangan besar
2. Waktu pengerjaan kecil Lama
3. Biaya Lebih cepat Lebih mahal
4. Kemudahan untuk perubahan Lebih murah Lebih sulit
5. Penyimpanan Lebih mudah (fleksibel) Makan tempat dan biaya
6. Kecepatan operasi Lebih mudah (disk) Lambat
7. Asumsi Kadang lebih cepat Sedikit
8. Hukum model Lebih banyak Alam
9. Detail Persamaan Lebih detail
10.Ketergantungan pada Kurang Tidak tergantung
persamaan dan koefisien
yang sudah baku
11. Kemudahan dipahami Sangat tergantung Lebih mudah dipahami
kurang sekalipun oleh orang
awam
Peranan Model Hidraulik (Fisik)
• Untuk memperkirakan kemungkinan-
kemungkinan yang akan terjadi setelah
bangunan dibuat;
• Untuk mendapatkan suatu tingkat
keyakinan yang tinggi atas keberhasilan
suatu perencanaan bangunan;
• Untuk mengetahui dan atau
memperkirakan kinerja bangunan serta
pengaruhnya terhadap lingkungan
Konsep Pemodelan
Pemodelan ini terdapat 3 kegiatan yang saling terkait:
• modelling (pembuatan model),
• solving (proses pemecahan masalah),
• interpretation (menginterpretasikan atau
menjabarkan hasil penelitian dari model ke
prototip).
Agar penelitian lewat model ini dapat memberikan
hasil yang baik, maka ketiga kegiatan di atas harus
memenuhi kaidah-kaidah yang benar, artinya harus
memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu.
Konsep Pemodelan
Dasar-dasar Pemodelan Fisik
Dasar-dasar penyekalaan model adalah membentuk
kembali masalah atau problema yang ada di prototip
dalam skala yang lebih kecil (model), sehingga kejadian
(fenomena) yang ada di model tersebut sebangun (mirip)
dengan yang ada di prototip.

Kesebangunan tersebut dapat berupa:


• sebangun geometrik (panjang, lebar, tinggi)
• sebangun kinematik (kecepatan, aliran), dan
• sebangun dinamik (yang berhubungan dengan gaya)

Skala dapat didefinisikan sebagai rasio antara nilai


parameter yang ada prototip dengan nilai parameter
tersebut pada model.
SEBANGUN GEOMETRIK
• Sebangun geometrik dipenuhi apabila model dan prototip
mempunyai bentuk yang sama tetapi berbeda ukuran. Hal ini
berarti bahwa perbandingan antara semua ukuran panjang
adalah sama.

• Ada dua macam sebangun geometrik yaitu sebangun


geometrik sempurna (tanpa distorsi) dan sebangun
geometrik dengan distorsi (“distorted”)
Sebangun Geometrik
• Skala panjang pada umumnya diberi notasi nL, sedangkan
skala tinggi nh
=

Sebangun Kinematik
• Sebangun kinematik terjadi antara prototip dan model
jika prototip dan model sebangun geometrik dan
perbandingan kecepatan dan percepatan di dua titik
yang bersangkutan pada prototip dan model pada arah
yang sama adalah sama besar.
• Hal ini dapat ditulis secara matematis sebagai berikut
(U1 ) p (U 2 ) p

(U1 ) m (U 2 ) m

(a1 ) p ( a2 ) p

(a1 ) m ( a2 ) m
Sebangun Kinematik
• Besaran kinematik seperti kecepatan, percepatan, dan
debit dinyatakan dalam bentuk skala panjang dan waktu
• Skala kecepatan:

• Skala percepatan:
Sebangun Kinematik
• Skala debit
Sebangun Dinamik
• Sebangun dinamik ini dicapai jika antara model dan
prototip terjadi kesebangunan kinematik sehingga gaya-
gaya yang bekerja pada model sebanding dan arahnya
sama untuk seluruh bidang pengaliran. Yang dimaksud
dengan gaya-gaya tersebut adalah sebagai berikut.
• Gaya inersia : Fi = m.a = ρL3(L/T2)=ρu2L2
• Gaya tekanan : Fp = p.A=p.L2
• Gaya berat : Fw = m.g = ρL3g
• Gaya gesek : Fv = µ (U/L).L
• Gaya kenyal : Fe = E.A = E.L2
• Gaya tegangan muka : Fs = σ L
Sebangun Dinamik
• Apabila di prototip yang berperan adalah gaya inersia dan gaya
berat maka kesebangunan dinamik dapat ditentukan
berdasarkan criteria kesebangunan Froude

• Dengan demikian apabila dalam kegiatan modelisasi tersebut


gaya gravitasi dan gaya inersia sama sama memegang peranan
penting dalam permasalahan, maka rasio kedua gaya tersebut
pada model dan prototip harus sama. Kriteria ini disebut
kriteria kesebangunan menurut kondisi bilangan Froude
(Kriteria sebangun Froude)
Permasalahan Model Fisik
1. Permasalahan timbul jika fisik yang dimodelkan sangat
luas (misalnya laut jawa 1000km x 500km) maka
 model harus sangat besar (untuk skala 1:1000 saja
diperlukan ukuran model 1 km x 0.5 km). Tidak ada
tempatnya.
 Jika kedalaman laut di pantai 2 m atau tinggi
gelombang 2 m maka di model akan menjadi 2 mm,
(tidak terukur atau sulit membuat fenomena yang
sama antara model dan yang dimodelkan
(prototipe)).
Akibatnya diperlukan model distorsi. Namun sayang
model gelombang laut tidak bisa didistorsi karena skala
kedalaman akan sangat berpengaruh jika berbeda
dengan skala panjang (horizontal). Misalnya skala
panjang 1:50 skala kedalaman 1: 5.
Permasalahan Model Fisik
2. Permasalahan timbul jika model harus
menggunakan pasir yang di prototipe
berukuran 1 mm misalnya. Kalaupun model
cukup kecil dan skala yang besar misalnya 1:25,
maka pasir yang 1mm harus diganti dengan
pasir berukuran 0.04 mm. Sangat sulit dicari.
Apalagi dalam jumlah banyak.
Permasalahan Model Fisik
3. Permasalahan timbul jika siklus sistem yang
akan diuji cukup panjang misalnya beberapa
hari, bulan atau beberapa tahun.
Dengan skala 1:25 maka 1 unit waktu di model
sama dengan 5 unit waktu di prototipe. Atau
jika siklus yang akan disimulasi adalah 50 hari,
diperlukan simulasi terus menerus selama 10
hari di model. Kadang kadang tidak ekonomis
dan perlu asumsi dan pendekatan.
Contoh Model Fisik

Hydraulic Model Test Lausimeme


Multipurpose Dam Spillway
Lokasi Proyek
Data Lausimeme Dam dan
Spillway
• Catchment Area: 105 km2
• Reservoir area 1.3 km2
• Dam Crest elevation + 253.5 m
• River bed elevation : 233.5 m
• Control Point floor elev.+233.5 m
• Control Point crest elev. +234.5 m
• Dam Crest Length 212.0 m
• Control Point length 71.5 m
• Spillway crest elevation+ 246.8 m
• Chute length 129.5 m
• Spillway crest length 75.0 m
• Chute slope 1:2.5
• Bathtub floor elevation +233.5 m at D/S end
• Stilling Basin floor +183.5 m
• Stilling basin end sill crest elevation + 189.7 m (6.2 m height)
• Bathtub length 74.0 m
• Stilling Basin Length 63.0 m
Tata Letak Bangunan Model
• Undistorted model
• Skala model: nL= 40, nQ = 10.119,28
• Qmaximum model = 164 l/s
Sand and mud trap

Reservoir 1 R3
(ground) Stilling
reservoir Upstream
R2 Model reservoir model
Boundary
Bathtub
Control Portion
Spillway
Chute
Stilling B
D/S of Percut River
Skala Model
• Skala Model 1: 40 undistorted

Parameter Notasi Skala


Panjang nL nL 40
Kedalaman nL nL 40
Luas nA nL2 1,600
Volume nV nL3 64,000
Waktu nT nL0.5 6.32
Kecepatan nU nL0.5 6.32
Debit nQ nL2.5 10,119.28
Skala pada Model
Items Prototipe Model
Dam Height above Foundation 73.5m 1.838m
Dam Crest Length 212.0m 5.300m
Upstream Slope of Dam 1 : 2.9 1 : 2.9
Length of Overflow Weir 75.0m 1.875m
Width of Spillway 25.0m 0.625m
Slope of Spillway Chute 1 : 2.5 1 : 2.5
Wall Height of Chute 3.5m 0.088m
Wall Height of Stilling Basin 15.0m 0.375m
Debit pada Uji Model
• Debit 40 tahunan Q40 = 145 m3/s
• Debit 100 tahunan Q100 = 290 m3/s
• Debit banjir maks QPMF = 1660 m3/s
Pembangunan Model Spillway
Pembangunan Model
Weir Spillway
• Tillong Weir Spillway • Lausimeme Weir Spillway
Uji Model M0 (Original Model)
• Kondisi aliran menunjukkan bahwa spillway didesain dengan baik

Probable Maximum Flood (PMF)


Kondisi Control Portion pada M0
• Q40 = 145 m3/s • Q100 = 290 m3/s
Kondisi Chute pada M0
• Arah aliran : dari kiri ke kanan

< from Upstream > < from Downstream >

< Kondisi yang sama pada situas yang lebih besar >
Kondisi Stilling Basin pada M0
• Sirkulasi aliran berlawanan arah dengan jarum jam

<banjir 40 tahunan> <banjir 100 tahunan>


Down Stream pada Stilling Basin
• Scouring mencapai
kedalaman 7 m
-2

-3

• Material yang hilang -4

berdiameter 4 cm -5

sampai 40 cm pada -7 -6
-7

prototipe
-6

-5

-4

-3

-2

<setelah banjir 100 tahunan>


Beberapa hal yang perlu diperbaiki
Control Portion :
Perbedaan tinggi muka air pada ESCOP (end sill of control
portion)
Chute :
Tinggi dinding perlu ditingkakan pada beberapa lokasi
Stilling Basin :
v Sirkulasi aliran pada stilling basin
v Spilling pada PMF
Down stream Channel :
Kondisi scouring pada stilling basin
SIMULASI MODEL :
• M0: original design
• ESCOP = 1.0 m
• ESBAS = 6,2 m
• M1: optimasi ESCOP:
2 m (5 cm), 3 m (7.5 cm), 4 m (10 cm)
• M2: optimasi ESBAS;
4 m (10 cm), 8 m (20 cm),
12 m (30 cm), 14 m (40cm)
• M3: optimasi Stilling Basin:
• pemakaian chute blocks,
• pemakaian baffle blocks
ESCOP DAN ESBAS

ESCOP= End sill of Control Portion ESBAS = End sill of stilling basin
ESBAS
End Sill of Stilling Basin

Endsill asli
UNJUK KERJA STILLING BASIN
• Untuk mengurangi pusaran di stilling basin, ESCOP dinaikkan
secara bertahap.
• Diperoleh ESCOP terbaik = 3m

249.00
248.00
247.00
246.00
245.00
244.00
243.00
242.00
ESCOP = 4 m ESCOP = 3 m
241.00
ESCOP = 2 m Design Water Level
240.00
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 160.00
ESCOP
(End Sill of Control Portion)

M1
UNJUK KERJA “CHUTE”

10
9 MPMF Right Wall side ESCOP 2m
Left Wall side ESCOP 2m
8 Design Wall Height
Design Water depth
7 Right Wall side ESCOP 4m
Left Wall Side ESCOP 4m
6
5
4
3
2
1
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200
UNJUK KERJA “CHUTE”
UNJUK KERJA STILLING BASIN
• Stilling basin dapat berfungsi dengan baik (efektif) dalam
menghancurkan energi air banjir untuk debit Q100th atau
lebih kecil
• Pada saat kondisi PMF, stilling basin tidak efektif dalam
menghancurkan energi air banjir
30
Tested wall crest
25 Design wall crest
20
d (m)

15 minimum
maximum
10

0
0 10 20 30 40 50 60 70
Distance from upstream (m)
UNJUK KERJA STILLING BASIN

Kondisi PMF
GERUSAN (Scouring)
Dari hasil penelitian M0, telah diidentifikasikan adanya gerusan (scouring) yang relatif
dalam di bagian hilir dari ESBAS. Namun demikian pada simulasi model M1 telah
dilakukan perbaikan dasar sungai dengan concrete block (concrete frames) dengan
ukuran 5 x 5 m sepanjang 30 m dari ESBAS, dan hasilnya cukup memuaskan dan dapat
mengurangi gerusan cukup signifikan (lihat Gambar di bawah).
Contoh Model Fisik

Peredaman Tsunami oleh Hutan


Pantai
Hutan Pantai pereduksi Tsunami
Pengukuran kecepatan akibat hutan pantai
Contoh Model Fisik

PEMODELAN FISIK 3 DIMENSI SALURAN


INTAKE PLTGU CILEGON DALAM
RANGKA MENGATASI PERMASALAHAN
GELOMBANG DAN SEDIMEN
PROYEK PENELITIAN KERJASAMA PSIT UGM DENGAN
PT. PLN PERSERO

PERMASALAHAN
Saluran Intake PLTGU Cilegon mengalami
gangguan yang diakibatkan oleh gelombang dan
sedimen yang berasal dari laut Jawa. Akibat
adanya gangguan tersebut, pasokan listrik di
wilayah sekitarnya mengalami gangguan. Oleh
sebab itu, dilakukan kajian melalui pemodelan fisik
3 dimensi di kolam gelombang untuk mengkaji
metode penanganan permasalahan tersebut yang
memberikan keutungan yang maksimal dari sudut
pandang teknis.
PROYEK PENELITIAN KERJASAMA PSIT UGM DENGAN
PT. PLN PERSERO

LOKASI STUDI
Studi ini berlokasi di PLTGU Cilegon, Provinsi Banten
PROYEK PENELITIAN KERJASAMA PSIT UGM DENGAN
PT. PLN PERSERO

METODOLOGI
Pemodelan Fisik di Laboratorium
Teknik Sipil dan Lingkungan
Universitas Gadjah Mada

Wave Maker

Model

Wave probe
PROYEK PENELITIAN KERJASAMA PSIT UGM DENGAN
PT. PLN PERSERO

MODEL YANG DIUJI

MODEL M0A MODEL M0B MODEL M3A


MODEL M0C MODEL M1A

MODEL M3B MODEL M3C Sirip


MODEL M2A

MODEL M2B
MODEL M1B

MODEL M3C . BATU MODEL M3C Step MODEL M3D


Saluran Gelombang berbasis dam break

QUICK RELEASE
MECHANISM

SISTEM DAM BREAK

BETON
330 KG

AKUISISI DATA

Anda mungkin juga menyukai