Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedharto, SH, Tembalang Semarang. 50275 Telp/Fax (024) 7474698
Email: aris.ismanto@gmail.com ; purwantoirh@yahoo.co.id
Abstrak
Penggunaan model sebagai solusi dalam penyelesaian masalah pemenuhan kebutuhan
informasi pola arus dalam lingkup yang luas, guna kepentingan seperti tata letak
pelabuhan, alur pelayaran, bangunan pantai dan pengelolaan lingkungan, menjadi kajian
tersendiri dan menarik untuk dibahas. Banyak model matematis yang bisa menghasilkan
model pola arus, namun masing-masing model meiliki metode penyelesaian perhitungan
yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan nilai akurasi lokasi
penelitian pada model Flow Model FM dan ADCIRC serta mengetahui pola arus di daerah
penelitian ini berada di Perairan Teluk Lembar, dimana daerah ini dominasi arusnya
adalah arus pasut. Lokasi ini sesuai dengan model yang akan dihasilkan yaitu model arus
pasut. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif karena data berupa angka. Hasil
pengolahan data arus pada 8-9 Mei 2014 di Perairan Teluk Lembar menunjukkan bahwa
arus pada daerah penelitian adalah arus pasut dengan kecepatan maksimum 0,033 m/det
ke arah Tenggara dan kecepatan minimum 0,019 m/det ke arah Barat laut. Sedangkan
hasil pasang surut pada 2-17 Mei 2014 menunjukkan bahwa tipe pasang surut di daerah
penelitian adalah pasang surut campuran condong harian ganda dengan nilai Formzahl
1,152. Hasil simulasi kedua model menunjukkan bahwa model Flow Model FM memiliki
nilai akurasi untuk komponen u dan v yang lebih besar dibandingkan dengan model
ADCIRC yaitu 79,05% dan 69,83% dengan 68,04% dan 62,52%. Sehingga model Flow
Model FM lebih merepresentasikan pola arus di daerah penelitian.
Kata Kunci: Pola Arus, Perbandingan, Mike21 Flow Model FM, SMS ADCIRC
Abstract
The use of the model as a solution in solving the fulfillment information flow patterns in a
wide range, for purposes such as the layout of the ports, shipping lanes, building coastal
and environmental management into its own study and interesting to discuss. Many
mathematical models that can generate flow pattern models, but each model had different
method of calculation completion. The purpose of this study was to compare the accuracy
of the l models between Flow Model FM and ADCIRC and knowing the flow pattern in the
Lembar Gulf Waters as the study area, where this area was the current dominance of tidal
currents. The location was consistent with the model that will be produced model of tidal
currents. The method used was quantitative method because the data were numeric. The
results of data processing flows from 8-9 May 2014 in the Lembar Gulf Waters indicates
that the current area of research was the tidal current with a maximum speed of 0,033
m/sec in the direction of the Southeast and a minimum speed of 0.019 m/sec to the
Northwest. While the results of the tides on 2-17 May 2014 showed that the type was mixed
tidal prevailing semi diurnal with Formzahl 1.152. The simulation results showed that the
model both models Flow Model FM had a value of accuracy for the components u and v
are greater than ADCIRC models were 79.05% and 69.83% than 68.04% and 62.52%. So
that the model represented Flow Model FM over the flow pattern in the study area.
Keywords: Current Pattern, Comparison, Mike21 Flow Model FM, SMS ADCIRC
JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 207
1. Pendahuluan
Kebutuhan terhadap informasi pola arus untuk kepentingan penentuan tata letak pelabuhan, alur
pelayaran, bangunan pantai, dan pengelolaan lingkungan serta penentuan daerah rekreasi wilayah pesisir,
maka pengukuran arus harus dilakukan untuk mengetahui pola pergerakan arus. Keterbatasan alat ukur
guna pengukuran di setiap titik daerah studi membuat pemodelan arus menjadi pilihan alternatif untuk
pemenuhan informasi pola arus untuk skala daerah yang luas dan waktu yang panjang. Pemilihan model
sebagai solusi dalam penyelesaian masalah guna pengukuran arus yang terbatas namun memenuhi dalam
skala daerah yang luas serta waktu yang panjang, menjadikan model memiliki studi tersendiri untuk
dikaji Setiap model yang memiliki metode penyelesaian berbeda akan mengahasilkan hasil simulasi yang
berbeda pula, maka digunakan dua model untuk membandingkan hasil simulasi pola arus. Model yang
digunakan adalah model Flow Model FM dari software Mike21 dan ADCIRC (Advance Circulation) dari
software SMS (Surface Water Modeling System). Banyak model yang bisa memodelkan arus pasut, oleh
karena itu studi mengenai perbandingan model bisa menambah pengetahuan mengenai penggunaan model
yang lebih merggambarkan pola arus pasut seperti kondisi di daerah penelitian.
Lokasi penelitian ini berada di Perairan Teluk Lembar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.
Lokasi ini dipilih karena pada daerah ini merupakan daerah dengan dominasi arus pasut, dimana lokasi ini
cocok untuk daerah studi perbandingan dua model yang menggunakan arus pasut sebagai output. King
(1966) menyatakan bahwa pada daerah teluk, arus yang cukup dominan adalah arus pasut. Aspek lainya
adalah pada daerah ini terdapat pelabuhan penyebrangan Lembar yang padat aktifitas pelayaran.
Informasi pola arus laut sangat dibutuhkan untuk kepentingan pelayaran, misalnya penentuan alur
pelayaran, navigasi kapal dan tata letak pelabuhan. Sehingga penelitian mengenai pola pergerakan arus di
Perairan Teluk Lembar menjadi penting untuk dilakukan. Studi ini merupakan studi mengenai pola arus
untuk mengetahui pola arus berupa arah dan kecepatan di daerah penelitian. Model yang dijadikan solusi
untuk mengetahui pola arus menjadi bahasan lebih lanjut guna melihat nilai akurasi dari masing-masing
model dalam merepresentasikan pola arus di daerah penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah
membandingkan nilai akurasi pada simulasi model Flow Model FM dan ADCIRC serta mengetahui pola
arus di Perairan Teluk Lembar.
2. Materi dan Metode Penelitian
Materi yang digunakan pada penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang didapat hasil pengukuran langsung di lokasi penelitian, dimana data ini berupa data arus
dan data pasang surut. Sedangkan data sekunder adalah data yang didapat dari instansi lain, data ini
berupa data batimetri dari peta laut DISHIDROS guna mendukung dalam pengolahan data dan
pembangunan domain model.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif. Sugiyono (2009)
menjelaskan bahwa metode kuantitatif adalah metode ilmiah (scientific) karena telah memenuhi kaidah-
kaidah ilmiah yang konkret/empiris, obyektif, terukur, rasional, sistematis disebut kuantitatif karena data
penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik atau model.
Skenario model
Arus dimodelkan dengan model ADCIRC software SMS dan model Flow Model FM software
Mike21. Kedua model ini melakukan simulasi model pola arus pasut dengan pendekatan model
hidrodinamika 2-Dimensi. Masing-masing model menggambarkan pola arus pada empat kondisi pasang
surut, yaitu pasang tinggi, surut rendah, pasang menuju surut dan surut menuju pasang di teluk Lembar.
Model dibuat dengan luasan teluk Lembar pada 8o43’20”LS – 8o45’45”LS dan 116o2’10”BT –
116o4’20”BT (gambar 1).
Persamaan pengatur dalam model hidrodinamika 2-Dimensi yang diintegrasi terhadap kedalaman
dan persamaan dasar konservasi massa serta momentum, temperatur, salinitas dan densitas perairan
dangkal dapat diselesaikan sebagai berikut:
Persamaan kontinuitas:
(1)
(2)
Persamaan momentum dalam arah y:
:
(3)
dimana:
= waktu = densitas air
x, y = koordinat kartesian = komponen radiasi stress
= elevasi muka air tensor
= parameter Coriolis ( = magnitude discharge
= sudut revolusi = velositas pada kondisi
= lintang geografis ambient water
g = percepatan gravitasi
(DHI Water and Enviroment, 2012).
Masing-masing model dilakukan dalam 3 tahap setting model yaitu: Pre Processing Unit, Running
Program, Post Processing Unit.
Tahap pre processing unit ini membuat kondisi batas atau boundary model (Tabel 1 dan Gambar 2).
Tabel 1. Tabel pre processing model
Setting model Flow Model FM ADCIRC
Batas darat 300 vertices 300 vertices
Batasa Laut 15 vertices 15 vertices
Total element (triangulate) 4050 2854
Total node (triangulate) 2252 1585
(a)
(b)
Gambar 2. Mesh boundary model daerah Teluk Lembar Lombok: (a) Flow Model FM, (b) ADCIRC
JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 209
Tahap running model yaitu memasukkan nilai – nilai parameter dalam perhitugan numerik, interval
waktu, lama model berlangsung, semua disesuaikan secara coba – coba (trial and error) (Tabel 2).
Tahap post processing model yaitu menampilkan hasil hitungan eksekusi secara visual untuk dilakukan
verifikasi.
JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 210
(a)
(b)
Gambar 3. Grafik verifikasi hasil simulasi kedua model terhadap data pengukuran arus 8-9 Mei di Teluk
Lembar (a) komponen u, (b) komponen v
Gambar 4. Grafik verifikasi hasil simulasi kedua model terhadap data pengukuran pasang surut 2-17 Mei
di Teluk Lembar
Hasil verifikasi hasil pengamatan arus di lapangan dengan hasil model Flow Model FM Mike21
MRE (Mean Relative Error) yang dihasilkan sebesar 21,95% untuk komponen u dan 30,17% untuk
komponen v (gambar 3a). Hasil verifikasi hasil pengamatan arus di lapangan dengan hasil model
ADCIRC SMS MRE yang dihasilkan sebesar 31,96% untuk komponen u dan 37,48% untuk komponen v
(gambar 3b).
Hasil verifikasi hasil pengamatan elevasi muka air di lapangan dengan hasil model Flow Model
FM Mike21 MRE) yang dihasilkan sebesar 15,71%. Hasil verifikasi hasil pengamatan elevasi muka air
di lapangan dengan hasil model ADCIRC SMS MRE yang dihasilkan sebesar 17,84% (gambar 4).
JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 211
Gambar 5. Pola pergerakan arus model Flow Model FM MIKE21 pada saat kondisi pasang tinggi
Gambar 6. Pola pergerakan arus model Flow Model FM Mike21 pada saat kondisi surut rendah
Gambar 7. Pola pergerakan arus model Flow Model FM Mike21 pada saat kondisi pasang menuju surut
JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 212
Gambar 8. Pola pergerakan arus model Flow Model FM MIKE21 pada saat kondisi surut menuju pasang
Gambar 9. Pola pergerakan arus model ADCIRC SMS pada saat kondisi pasang tinggi
Gambar 10. Pola pergerakan arus model ADCIRC SMS pada saat kondisi surut rendah
JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 213
Gambar 11. Pola pergerakan arus model ADCIRC SMS pada saat kondisi pasang menuju surut
Gambar 12. Pola pergerakan arus model ADCIRC SMS pada saat kondisi surut menuju pasang
Pembahasan
Perbandingan Hasil Pola Arus Model
Pola arus hasil pemodelan merupakan pola arus yang dibangkitkan oleh pasang surut dan
merupakan nilai kecepatan arus rata–rata untuk seluruh kolom perairan. Hasil model Flow Model FM
menunjukkan bahwa arus pada saat surut bergerak menjauhi pantai menuju mulut teluk (gambar 6).
Kondisi yang sama juga terjadi pada saat pasang menuju surut (gambar 7), yaitu arus bergerak menjauhi
pantai menuju mulut teluk, hanya saja yang membedakan adalah nilai kecepatan arus. Kecepatan pada
saat pasang menuju surut kecepatan arus sekitar 0,001 – 0,108 m/det lebih besar dibandingkan dengan
kecepatan arus pada saat kondisi surut sekitar 0,001 – 0,083 m/det. Kecepatan arus pada kondisi pasang
menuju surut lebih besar daripada saat kondisi surut dikarenakan pada saat air rendah terjadi perubahan
arah arus sehingga menyebabkan kecepatan arus minumun.
Hasil model ADCIRC memiliki pola arah yang dominan sama dengan model Flow Model FM
hanya saja memiliki kecepatan arus yang berbeda, dimana kecepatan arus yang dihasilkan model ini lebih
kecil dibandingkan dengan hasil model Flow Model FM. Kecepatan arus pada saat kondisi surut
kecepatan minimum 0,001 m/det dan maksimum 0,072 m/det (gambar 10). Sedangkan kondisi pasang
menuju surut kecepatan minimum 0,.001 m/det dan maksimum 0,126 m/det (gambar 12).
Hasil kedua model tersebut menunjukkan pola kecepatan arus yang sama. Hal ini dijelaskan oleh
Hadi dan Radjawan (2009), bahwa laju maksimum dari arus pasang surut yaiu pada saat terjadi perubahan
fase dari pasang tertinggi menuju surut terendah maupun menuju pasang tertinggi, sedangkan pada saat
pasang tertinggi dan surut terendah merupakan kondisi kesetimbangan dimana kecepatan arus relatif
mendekati nol.
JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 1, Tahun 2014, Halaman 214
4. Kesimpulan
Hasil verifikasi komponen u dan v model Flow Model FM Mike21 mendapatkan nilai keakuratan
sebesar 79,05% dan 69,83% dimana nilai ini lebih besar daripada nilai keakuratan yang dihasilkan oleh
model ADCIRC SMS yaitu sebesar 68,04% dan 62,52%. Dlihat dari nilai akurasi, model Flow Model FM
lebih baik daripada ADCIRC dalam memodelkan arus pasut di daerah penelitian.
Daftar Pustaka
DHI Water and Environtment. 2012. MIKE 21 & MIKE 3, Flow Model FM, Hydrodinamic and
Transport Module Scientific Documentation. Denmark. 14 p.
Hadi, S. dan Radjawane, I. M. 2009. Arus Laut. Ganesha ITB, Bandung, 160 hlm.
King. 1966. An Introduction to Oceanography. McGraw Hill Book Company, Inc., New York San
Fransisco
Le Provost, C., M.L. Genco, F. Lyard, P. Vincent, and P. Canceil. 1994. Spectroscopy of The World
Ocean Tides from A Finite Element Hydrodynamical Model., 9: 24.777-24.797.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta:
Bandung, 455 hlm.