Anda di halaman 1dari 18

REKAYASA HIDROLOGI (14)-RITA T.

LOPA 1

BAHAN AJAR

PERTEMUAN KE 14

Program Studi : Teknik Sipil


Nama Mata Kuliah/Kode : Rekayasa Hidrologi / 212D1102
Jumlah SKS : 2
Pengajar : 1. DR.Eng.Ir. Hj. Rita T. Lopa, MT.
2. DR.Eng.Ir. H. Farouk Maricar, MT.
3. Tim Dosen KBK Keairan

Sasaran Belajar : Setelah lulus mata kuliah ini mahasiswa mampu


menjelaskan dasar-dasar hidrologi dan klimatologi,
dapat melaksanakan metode pengumpulan data dan
dapat menganalisis data hidrologi untuk keperluan
perencanaan dalam rekayasa sumber daya air.

Mata Kuliah Prasyarat : Statistika dan Probabilitas

Deskripsi Mata Kuliah : Ruang lingkup mata kuliah rekayasa hidrologi


membahas tentang fungsi-fungsi hidrologi dalam
rekayasa, iklim dan meteorology, pengukuran hujan
dan analisis data, analisis frekuensi, karakteristik
hidrograf, analisis dan sintesis hidrograf, analisis debit
banjir, yang diperlukan dalam perencanaan dalam
rekayasa sumber daya air.

Kaitannya dengan kompetensi lulusan Program


Studi yang telah ditetapkan, mata kuliah ini
mendukung kompetensi lulusan untuk mahasiswa
mampu menerapkan, dan menyusun fungsi-fungsi
hidrologi dalam rekayasa yang diperlukan dalam
perencanaan dalam rekayasa sumber daya air.
Sehingga mahasiswa dapat menggunakan fungsi-
fungsi hidrologi yang tepat.
REKAYASA HIDROLOGI (14)-RITA T. LOPA 2

I PENDAHULUAN

1.1 Cakupan atau Ruang Lingkup Materi Pembelajaran


Mahasiswa diharapkan membaca, memahami statistik dan kemudian
menerapkan dalam Menganalisis Debit Banjir dan Penelusuran Banjir.

1.2 Sasaran Pembelajaran.


Setelah mengikuti perkuliahan 13 dan 14 ini, maka mahasiswa mampu
Menganalisis Debit Banjir dan Penelusuran Banjir.

1.3 Prilaku awal mahasiswa.

Mahasiswa akan diberi penjelasan bahwa mahasiswa sebaiknya telah


memiliki kemampuan dalam memahami statistik dan probabilitas agar
dapat mengikuti pembahasan mata kuliah ini dengan baik.

1.4 Manfaat Mata Kuliah


Manfaat yang diperoleh setelah menempuh mata kuliah ini, para
mahasiswa dapat menjelaskan dasar-dasar hidrologi dan klimatologi,
dapat melaksanakan metode pengumpulan data dan dapat menganalisis
data hidrologi untuk keperluan perencanaan dalam rekayasa sumber daya
air.

1.5 Urutan Pembahasan

1. Slope area method

1.6 Petunjuk Belajar.

Mahasiswa sebagai subjek dalam pembelajaran hendaknya menyimak dan


memperhatikan dan sewaktu-waktu dosen akan melontarkan pertanyaan-
pertanyaan dan latihan-latihan yang harus diselesaikan di whiteboard.
REKAYASA HIDROLOGI (14)-RITA T. LOPA 3

II PENYAJIAN

2.1 Slope area method

Untuk mengurangi resiko yang mungkin terjadi pada pengukuran debit


secara langsung khususnya pada keadaan banjir, penentuan debit dapat
dilakukan dengan tidak langsung. Penentuan debit aliran tidak langsung
dapat dilakukan dengan slope-area method dengan menggunakan
persamaan hidrolika aliran terbuka. Penentuan besarnya aliran dengan
slope area method biasanya dilakukan setelah banjir. Metoda ini meliputi
prakiraan 3 (tiga) faktor dasar: 1) luas tampang sungai di pias/penggal
sungai yang ditinjau, 2) kemiringan muka air atau kemiringan garis energi
di pias sungai, dan 3) karakteristik bahan dasar sungai untuk menentukan
faktor kekasaran dasar. Bila ketiga faktor diatas diketahui, maka
kecepatan aliran sungai di pias sungai yang ditinjau dapat dihitung baik
dengan persamaan kecepatan Chezy ataupun persamaan Manning.

Chezy : (8)

Manning : (9)

dengan :

: kecepatan aliran rerata (m/s)

R : radius hidrolik (=A/P)

A : luas tampang basah rerata (m2)

P : keliling basah (m)

S : kemiringan garis energi

C : koefisien kekasaran Chezy

n : koefisien kekasaran Manning


REKAYASA HIDROLOGI (14)-RITA T. LOPA 4

Persamaan Chezy dan Manning dikembangan untuk kondisi aliran


seragam (uniform flow) dimana kemiringan muka air, garis energi
sejajar dengan dasar sungai, dan luas, radius hidrolik serta kedalaman
adalah tetap sepanjang pias sungai. Namun demikian, persamaan
tersebut masih dianggap valid untuk pias sungai yang tidak seragam
(non-uniform flow) seperti pada kebanyakan sungai alam. Dalam
praktek persamaan Manning lebih banyak digunakan karena mudah
dalam penerapannya dan memberikan hasil yang dapat diandalkan.

Persamaan energi untuk pias sungai non-uniform antara tampang 1


(hulu) dan tampang 2 (hilir) seperti Gambar 1 adalah sbb:

1 2

garis energi hF

muka air

Z1
dasar sungai
Z2

datum

(10)

dengan:

hF : kehilangan tenaga antara tampang 1 dan 2

Z1 : elevasi m.a di tampang 1 di atas datum (m)

Z2 : elevasi m.a di tampang 2 di atas datum (m)

1 : kecepatan rerata di tampang 1 (m/s)


REKAYASA HIDROLOGI (14)-RITA T. LOPA 5

2 : kecepatan rerata di tampang 2 (m/s)

1 : koefisien tenaga kinetik di tampang 1

2 : koefisien tenaga kinetik di tampang 2

g : percepatan grafitasi (9.81 m/s2)

Selanjutnya kemiringan garis tenaga S, dapat dihitung sbb:

(11)

dengan:

L : panjang pias sungai (m)

k : konstanta = 1 untuk contracting reaches (v2>v1)

= 0.5 untuk expanding reaches (v2<v1)

Prakiraan besarnya debit aliran dapat dihitung dengan persamaan berikut:

(12)

atau

(Manning) (13)
REKAYASA HIDROLOGI (14)-RITA T. LOPA 6

(Chezy) (14)

Dalam penerapan persamaan Manning, dalam praktek dilakukan dengan


menghitung nilai conveyance factor K (sebagai ukuran kapasitas pembawa
suatu saluran, m3/s) untuk setiap tampang lintang sbb:

(15)

Nilai K untuk pias sungai yang ditinjau adalah merupakan nilai rerata
geometrik K di dua tampang di pias sungai tersebut. Selanjutnya besarnya
kapasitas tampang/ debit aliran dapat ditulis:

(16)

Berdasarkan uraian di atas, dalam penerapan slope-area method diperlukan


data/ informasi sbb:panjang reach (pias/penggal sungai), fall (perubahan
tinggi muka air rerata di pias sungai), luas, keliling basah di tampang hulu dan
hilir pias, koefisien tinggi kecepatan di tampang hulu dan hilir pias ( 1.0),
atau dapat dihitung dengan persamaan berikut:

(17)
REKAYASA HIDROLOGI (14)-RITA T. LOPA 7

Untuk memperoleh hasil prakiraan debit yang dapat diandalkan, ada beberapa
kriteria yang perlu diperhatikan dalam pemilian reach, pias/penggal sungai,
sbb: tanda/ bekas banjir harus mudah dikenali/dibaca, pias sungai cukup
panjang sehingga fall dapat diukur dengan akurat, bentuk dan ukuran
tampang lintang harus relatif konstan, pias sungai harus relatif lurus dan
contracting reach lebih baik daripada expanding reach jembatan, belokan,
terjunan dan lain-lain yang menyebabkan aliran tak beraturan harus dihindari.

Semakin panjang pias sungai, maka akurasi slope-area method akan


meningkat, akan tetapi pemilihan panjang reach akan sangat tergantung pada
kondisi sungainya dan diperlukan kemiringan sungai yang cukup seragam.

Pemilihan panjang pias sungai harus memenuhi satu atau lebih kriteria berikut
ini: ratio panjang pias dan kedalaman rerata sungai harus  75, panjang pias
harus  4 kali lebar sungai, fall  0.15 m, fall harus lebih besar tinggi
kecepatan baik di hulu maupun di hilir tampang sungai.

Berdasarkan uraian-uraian di atas dan untuk memudahkan dalam proses


hitungan, dibawah ini disajikan prosedur hitungan slope-area method sbb:

1. hitung conveyance factor K di hulu dan hilir tampang sungai yang ditinjau;

(18)

(19)

dengan u dan d berturut-turut adalah upstream (hulu) dan downstream


(hilir).

2. hitung nilai untuk pias yang ditinjau yang merupakan nilai rerata
geometrik nilai K di hulu dan hilir pias tersebut:
REKAYASA HIDROLOGI (14)-RITA T. LOPA 8

(20)

3. hitung prakiraan pertama nilai kemiringan garis energi sbb:

(21)

dengan

S : kemiringan garis energi (prakiraan awal)

F : fall (m)

L : panjang pias (m)

4. hitung prakiraan awal debit aliran:

(22)

5. hitung tinggi kecepatan di hulu dan hilir tampang yang ditinjau:

(23)

dengan

hvu : tinggi kecepatan di tampang hulu

hvd : tinggi kecepatan di tampang hilir

6. hitung nilai baru kemiringan garis energi:


REKAYASA HIDROLOGI (14)-RITA T. LOPA 9

(24)

7. hitung nilai baru debit aliran:

(25)

8. kembali ke langkah (5) dan ulangi langkah (5) s/d (7). Pada langkah (5),
gunakan nilai Qi yang diperoleh dari langkah (7) sebelumnya. Di langkah
(6), gunakan nilai tinggi kecepatan yang diperoleh dari langkah (5). Pada
langkah (7), gunakan nilai kemiringan garis energi dari langkah (6).
Prosedur ini diulangi terus menerus hingga selisih nilai debit dari hitungan
sebelumnya dapat diabaikan. Biasanya hitungan dilakukan dalam 3 s/d 5
iterasi.

Persamaan empirik slope-area method, dapat pula dikembangkan untuk


suatu region/ wilayah yang secara hidrologis dan hidolik mempunyai sifat
yang relatif homegen. Persamaaan tersebut dapat diperkirakan berdasarkan
karakteristik alirannya.

Persamaan dasar simplified slope-area method pada umumnya adalah


berbentuk sbb:

(26)

dengan

Q : debit aliran (m3/s),

A : luas tampang saluran (m2),

S : kemiringan muka air

a,b,c : konstanta regresi


REKAYASA HIDROLOGI (14)-RITA T. LOPA 10

Persamaan simplified slope-area method untuk sungai-sungai di USA yang


dikembangkan oleh USGS (US Geological Survey) sbb:

(27)

dengan

Q : debit aliran (m3/s),

A : luas tampang saluran (m2),

S : kemiringan muka air

Contoh
1. Hitung besarnya debit banjir pada sungai lurus dan uniform dengan data
sbb:
luas tampang hulu = luas tampang hilir = 120 m2

panjang pias = 200 m

fall = 0.15 m

keliling basah rerata = 60 m

koefisien kekasaran Manning, n = 0.030

Penyelesaian:

R = A/P = 120/60

=2m

= (1/0.030) * (2)^2/3 * (0.15/200)^1/2

= 52.91 * (0.00075)^1/2

= 1.45 m/s
REKAYASA HIDROLOGI (14)-RITA T. LOPA 11

maka, = 1.45 * 120

= 1.74 m3/s

Dengan menggunakan persamaan simplified slope-area method diperoleh:

= 0.191+1.33 log 20+0.05 log0.00075-0.056(log0.00075)^2

= 2.2533

maka Q = 179 m3/s

2. Hitung debit banjir yang melalui suatu tampang sungai, dengan data sbb:

luas tampang basah hulu = 1231 m2

luas tampang basah hilir = 1222 m2

perubahan tinggi muka air, fall = 0.30 m

keliling basah hulu = 320 m

keliling basah hilir = 310 m

n = 0.030 m
REKAYASA HIDROLOGI (14)-RITA T. LOPA 12

Penyelesaian:

Ru = Au/Pu = 1231/320

= 3.85 m

Rd = Ad/Pd = 1222/310

= 3.94 m

(1) Conveyance factor K:

= (1/0.030) * (1231) * (3.85)^2/3

= 100 787

= (1/0.030) * (1222) * (3.94)^2/3

= 101 603

(2) nilai K rerata:

= (100787 * 101603) ^0.5

= 101 194

(3) prakiraan awal nilai kemiringan garis energi sbb:

= (0.30)/ 200

= 0.00150
REKAYASA HIDROLOGI (14)-RITA T. LOPA 13

(4) prakiraan awal debit aliran:

= 101194 * (0.00150)^0.5

= 3919 m3/s

(5) tinggi kecepatan di hulu dan hilir tampang:

= ((1.0) * (3919/1231)^2) / (1/ (2*9.81)

= 0.51658 m

= ((1.0) * (3919/1222)^2) / (1/ (2*9.81)

= 0.52421 m

6. nilai baru kemiringan garis energi:

karena Au > Ad atau vu > vd maka aliran adalah contracting (k =1):

= (0.30 + 1.0 (0.51658 - 0.52421)) / 200

= (0.30 - 0.00763) / 200

= 0.0014619

(7) nilai baru debit aliran (prakiraan ke 2)


REKAYASA HIDROLOGI (14)-RITA T. LOPA 14

= 101194 * (0.0014619)^0.5

= 3869 m3/s  3919 m3/s

Prakiraan ke 3 debit aliran:

• tinggi kecepatan di hulu dan hilir tampang:

= ((1.0) * (3869/1231)^2) / (1/ (2*9.81)

= 0.503480 m

= ((1.0) * (3869/1222)^2) / (1/ (2*9.81)

= 0.510924 m

• nilai baru kemiringan garis energi:

= (0.30 + 1.0 (0.503480 - 0.510924)) / 200

= (0.30 - 0.007444) / 200

= 0.0014628

= 101194 * (0.0014628)^0.5

= 3870 m3/s  3869 m3/s


REKAYASA HIDROLOGI (14)-RITA T. LOPA 15

Prakiraan ke-4 debit aliran:

• tinggi kecepatan di hulu dan hilir tampang:

= ((1.0) * (3870/1231)^2) / (1/ (2*9.81)

= 0.503740 m

= ((1.0) * (3870/1222)^2) / (1/ (2*9.81)

= 0.511188 m

• nilai baru kemiringan garis energi:

= (0.30 + 1.0 (0.503740 - 0.511188)) / 200

= (0.30 - 0.007448) / 200

= 0.00146276

= 101194 * (0.00146276)^0.5

= 3870 m3/s  3870 m3/s

Jadi debit banjir di sungai tersebut adalah 3870 m3/s


REKAYASA HIDROLOGI (14)-RITA T. LOPA 16

III PENUTUP

3.1 Rangkuman

1. Banjir rancangan (design flood) adalah salah satu besaran


rancangan untuk suatu rencana pembuatan bangunan air atau
bangunan yang keberadaannya (fungsi operasi dan stabilitas)
dipengaruhi oleh karakteristik aliran banjir
2. Pemilihan metode analisis banjir hendaknya berdasarkan Output
yang dikehendaki dan Ketersediaan data. Metode analisis bisa
berupa Cara empiris, Cara statistic atau Model Hidrologi

3.2 Soal latihan di kelas.

Mahasiswa diminta untuk menjawab soal latihan tentang agihan hujan:

Apabila diketahui karakteristik DAS Pamukkulu di Sulawesi Selatan


sebagai berikut:

Luas DAS (A) = 94.3 km2

panjang sungai utama (L) = 21.3 km,

kemiringan rata-rata sungai (i) = 0.0227

hujan rencana periode ulang 25 tahun (R25) = 180 mm

Hasil pencatatan debit selama 10 (sepuluh) tahun sebagaimana pada


tabel berikut. Dengan data-data tersebut di bawah :

Tetapkanlah banjir rencana dengan periode ulang 25 tahun, 50 tahun


dan 100 tahun dengan cara analisis frekuensi.
REKAYASA HIDROLOGI (14)-RITA T. LOPA 17

Tahun Q ( m3/det)

2000 17.729

2001 31.640

2002 160.987

2003 97.556

2004 53.730

2005 42.125

2006 27.646

2007 0.236

2008 70.227

2009 52.963

3.3 Umpan balik, atau Tindak Lanjut.

Mahasiswa diharapkan membaca bahan pada bab Analisis Debit Banjir


dan Penelusuran Banjir ini dan bab Analisis Frekuensi, serta bab
selanjutnya yakni Mahasiswa diharapkan membaca bahan pada
pertemuan 15.

3.4 Daftar Pustaka

1. Chow, V.T., 1964, Hand Book of Applied Hydrology, Mc. Graw


Hill, New York.
2. Darmadi, Sigit S.A.dan Lilik S., 1997, Deteksi Banjir Berdasarkan
Pemodelan Aliran Sungai dan Pemodelan DAS, Laporan
Penelitian, Fak. Teknologi Pertanian UGM
REKAYASA HIDROLOGI (14)-RITA T. LOPA 18

3. Herschy, R.W. 1985. Streamflow Measurement. Elsevier, London.


4. Joseph L. H. Paulhus, Yandi Hermawan. (1996). Hidrologi
Untuk Insinyur. Jakarta : Penerbit Erlangga
5. Kiyotoka Mori, Suyono Sosrodarsono, Kensaku Takeda
(1993). Hidrologi Untuk Pengairan . Jakarta : Penerbit PT
Pradnya Paramita.
6. Linsley, R.K., Kohler, M.A., and Paulhus, J.L., 1975, Hydrology for
Engineers, Mc Graw-Hill, United States of America.
7. Ponce, V.M., 1989, Engineering Hydrology Principles and
Practices, Prentice, Englewood, New Jersey.
8. Quick, M.C. 1991. Reliability of flood discharge estimates. Canadian
Journal of Civil Engineering, 18: 624-630.
9. Rachmad Jayadi, 2000, Bahan Kuliah, Yogyaka rta.
10. Rita Lopa, 2015. Bahan Kuliah Hidrologi , Makassar.
11. Sobriyah, 2000, Teknik Simulasi Debit Banjir DAS Kecil
Menggunakan Program Hitungan Rumus Rasional dan Izzard,
Kursus Singkat Sistem Sumberdaya Air Ke-2, Fakultas Teknik
UGM, Yogyakarta.
12. Sri Harto, 1993. Analisis Hidrologi, Gramedia, Jakarta.
13. Subarkah, I., 1978, Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan
Air,Idea Dharma, Bandung.
14. Sudjarwadi, 1987, Teknik Sumber Daya Air, Keluarga Mahasiswa
Teknik Sipil FT UGM.
15. Wanielista, M.P., 1990, Hydrology And Water Quantity Control,
John Wiley and Sons, New York.

Anda mungkin juga menyukai