Anda di halaman 1dari 31

1

MODUL PERKULIAHAN

W0111700021– Rekayasa
Hidrologi

HIDROGRAF SATUAN SINTETIS

Abstrak Sub-CPMK (lihat di RPS)

Modul ini membahas tentang Hidfrograf


Satuan Sintetiss Sub-CPMK 2
Mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep Analisa
banjir rancangan dan mampu menganalisa hidrograf banjir
berdasarkan hidrograf satuan sintetis dari berbagai metode

PERTEMUAN 15

Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh

15
Nama Dosen/Tim dan Gelar
Fakultas Teknik Teknik Sipil
1. Definisi

Banjir rancangan (design flood) didefinisikan sebagai besaran debit yang secara
statistik akan disamai atau dilampaui sekali dalam kala lang tertentu (Sale and Alabi,
2013). Sebagai contoh, Q5, Q10, Q25, Q100, dan seterusnya. Dengan demikian,
Q100 (banjir rancangan 100 tahun) dapat diartikan sebagai debit yang secara
statistik akan terjadi sekali dalam 100 tahun dengan peluang kejadian tiap tahun
adalah 1/100 atau 0,01 atau 1%.

Kala ulang (return period) didefinisikan sebagai waktu hipotetik, yang mana hujan
atau debit dengan suatu besaran tertentu akan disamai atau dilampaui sekali dalam
jangka waktu tertentu. Jadi, tidak ada per¡gertian bahwa kejadian tersebutakan
berulang secara teratur setiap kala lang tersebut (Limantara,
2010).

2. Data

Terdapat 2 jenis data yang secara umum dapat dipakai untuk menentukan banjir
rancangan antara lain data debit dan data hujan. Masing-masing data yang
digunakan mempunyai kekhususan atau spesifikasi, baik yang berkenaan dengan
input, Output, maupun proses yang dipakai.
1. Data debit:
• Input data berupa data debit maksimum tahunan (Qmaks tahunan). Jadi,
jumlah data yang dipakai adalah sejumlah tahun data.
• Output berupa debit puncak banjir/peak discharge (Qp) dan hasilnya berupa
besaran (non-hidrograf), namun menurut beberapa pakar, hal tersebut bisa
dillakukan pendekatan dengan hidrograf segitiga.
• Proses analisa data menggunakan analisa frekuensi antara lain Metode
tumbel, Metode Log Pearson Ill, dan lain-lain.

2. Data hujan:
• Input data berupa hujan rancangan (design rainfall) dan data hujan jam-
jaman (hourly rainfall). Hujan rancangan (design rainfall) dianalisa dari data
hujan daerah harian maksimum tahunan (yearly maximum daily area rainfall).
Sebagai catatan, untuk analisa tersebut bisa dilihat di Bab V dengan topik
bahasan Hujan Daerah. Dalam hal ini proses menggunakan analisa
frekuensi, antara lain Metode Gumbel, Metode Log Pearson IlI, dan lain-lain.
• Output berupa hidrograf dan debit puncak banjir/peak discharge (Qp) Proses
analisa data hujan menggunakan Hidrograf Satuan Sintetis/ Synthetic Unit
Hydrograph (HSS) seperti HSS Nakayasu, HSS Snyder, HSS Gama I, HSS
Limantara. Sebagai catatan, Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) masing-
masing akan dibahas dalam bagian ini.

2022 Rekayasa Hidrologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


Nama Dosen Pengampu http://pbael.mercubuana.ac.id/
3. Skema Analisa Banjiran Rancangan

Guna mempermudah pemahaman tentang analisa banjir rancangan (design


flood) terkait dengan input data dan output yang dihasilkan, skema analisa banjir
rancangan (design flood) disajikan pada bagian berikut:

4. Pengertian Hidrograf Satuan Sintetis

Berdasarkan cara untuk mendapatkan hidrograf satuan pengamatan (observed


unit hydrograph), diperlukan seperangkat data yang berkenaan dengandata
tinggi muka air (rekaman Automatie Water Level (tecorder/ AWAR), data
pengukuran debit (discharge measurement/ohserved hydrograph), data hujan
harian (daily rainfall), dan data hujan jam-jaman (hourly rainfall) dan Automatic
Hainfall Recorder (ARR), Data tersebut sering kali sulit didapat atau bahkan tidak
ada/tidak tersedia sama sekali, Untuk membuat hidrograf banir. (lood
hydrograph) pada sumgal- sumgai yang, tidak ada atau sedikit sekali dilakukan
pengamatan (observast) hidrograt banjir (flood hydrograph)- ya, maka diperlukan
data karakteristik atau parameter daerah pengaliran/Daerah Aliran Sungai (DAS)
tersebut terlebih dahulu (imantara, 2010), Data karakteristik atau parameter
tersebut meliputi waktu untuk meneapal puncak (time to peal) hidrograt, lebar
dasar (time base), luas (area), kemiringan (slope), panjang alur terpanjang (the
longest main river), koefisien limpasan (run-off coefficient), dan sebagainya,
Untuk sungal-sungal yang tidak mempunyal hidrograf banjir pengamatan/
observed flood
hydrograph (Suwignyo, 2001), blasanya dipakal hidrograf sintetis (synthetie
hydrograph) yang, sudah dikembangkan di negara-negara lain, yang, mana
parameter parameternya harus disesualkan terlebih dahulu dengan karakteristik
daerah pengaliran/Daerah aliran Sungai (DAS) yang, ditinjau (Limantara,20092),

Hidrograf Satuan Sintetis (HSS)/Synthetic Unit Hydro- graph (SUH) yang telah
dikembangkan oleh para pakar dalam dan luar negeri, antara lain HSS Snyder,
HSS Nakayasu, HSS SCS, HSS Gama I, HSS Limantara dan lain-lain. Hidrograf

2022 Rekayasa Hidrologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


Nama Dosen Pengampu http://pbael.mercubuana.ac.id/
Satuan Sintetis (HSS)/Synthetic Unit Hydrograph (SUH) ini dikembangkan
berdasarkan pemikiran bahwa pengalihragaman hujan menjadi debit/aliran baik
akibat pengaruh translasi maupun tampungan, dipengaruhi oleh sistem Daerah
Aliran Sungai (DAS)/daerah pengalirannya. Hidrograf Satuan Sintetis (HSS)/
Synthetic Unit Hydrograph (SUH) merupakan suatu cara untuk memperkirakan
penggunaan konsep hidrograf satuan dalam suatu perencanaan yang tidak
tersedia pengukuran-pengukuran langsung mengenai hidrograf banjir/flood
hydrograph (Limantara, 2010).

5. Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) Nakayasu

Hidrograf Satuan Sintetis (HSS)/Synthetic Unit Hydrograph (SUH) Nakayasu


ditemukan/berasal dari Negara Jepang.

1. Parameter
Parameter yang dibutuhkan dalam analisa memakai Hidrograf Satuan
Sintetis (HSS) Nakayasu, antara lain (Liman- tara, 2010):
1) Tenggang waktu, dari permulaan hujan sampai puncak hidrograf (time
to peak magnitude), disimbolkan dengan Tp.
2) Tenggang waktu dari titik berat hujan sampai titik berat hidrograf (time
lag): disimbolkan dengan tg.
3) Tenggang waktu hidrograf (time base of hydrograph), disimbolkan
dengan TB.
4) uas daerah pengaliran (catchment area), disimbolkan dengan A.
5) Panjang alur sungai utama terpanjang (length of the longest channel).
Disimbolkan dengan L.
6) Koefisien pengaliran (run-off coefficient), disimbolkan dengan C.

2. Rumus Panunjang
Tp = tg + 0,8 tr
T0,3 = a tg
Dengan :
Tp = tenggang waktu (time lag) dari permulaan hujan sampai puncah
banjir -> Jam
Tg = Waktu KOnsentrasi hujan -> jam
T0,3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak
sampai menjadi 30% dari debit puncak -> jam

Cara Meentukan tg :
Jika L> 15 km, maka tg =0,40 + 0,058 L
L < 15 km, maka tg = 0,21 L0,7
Dengan :
a = parameter hidrograf
tr = 0,5 c tg sampai 1 x tg

catatan :
• untuk daerah pengaliran biasa: a = 2
• Untuk bagian naik hidrograf (rising limb) yang lambat dan
• bagian menurun (recession line) yang cepat: a = 1,5

2022 Rekayasa Hidrologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


Nama Dosen Pengampu http://pbael.mercubuana.ac.id/
• Bagian naik hidrograf (rising limb) yang cepat dan bagian menurun
(recession line) yang lambat: a = 3
• Menurut pengalaman dan penelitian yang telah dilakukan di
Indonesia, untuk memperoleh hasil yang akurat dan sesuai dengan
kondisi karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) di Indonesia, perl
dilakukan kalibrasi terhadap parameter : a tersebut.

3. Rumus HSS Nakayasu


1. Debit Puncak Banjir (Peak Discharge);

Dengan:
Qp = Qmaks, merupakan debit puncak banjir (m3/dt)
C = koefisien aliran (= 1)
A = luas DAS sampai ke outlet (km?)
Ro = hujan satuan (mm)
Tp = tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir
(jam)
T0,3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit
puncak sampai menjadi 30 % dari debit puncak (jam).

2022 Rekayasa Hidrologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


Nama Dosen Pengampu http://pbael.mercubuana.ac.id/
2. Persamaan Hidrograf Satuan :
a. Pada Kurva Naik (Rising Limb)

b. Pada Kurva Turun (Recession Line)

Contoh Soal :
1. Luas daerah pengaliran suatu sungai sampai ke pelepasannya (outlet)
adalah 2400 km2. Panjang L = 75 Km. Hujan efektif dalam daerah
pengaliran tersebut adalah sebagai berikut :

Tentukan ordinat hidrograf banjir!

Penyelesaian
1. Menghitung parameter-parameter yang diperlukan :
Panjang sungai : L = 75km
L > 15 km, Maka tg = 0,40 + 0,058 * L
tg = 0,40 + 0,058 * 75
tg = 4.75 jam
tr diambil 0,75 tg, tr = 0.75 * tg
tr = 0,75 * 4,75
tr = 3.5625 jam
Tp = tg + 0,8 tr
Tp = 4,75 + 0,8 * 3,5625
Tp = 7.6 Jam

2022 Rekayasa Hidrologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


Nama Dosen Pengampu http://pbael.mercubuana.ac.id/
T0,3 =a tg (a= 2, untuk daerah pengaliran biasa)
T0,3 = 2 *4,75
T0,3 = 9,5 Jam
Qp = C.A.Ro/ [3,6 *(0,3Tp + T0,3)]
(C =1
Ro =1
Qp =1 * 2400 *1/ [3,6 *(0,3*7,6 + 9,5)]
Qp = 56.5931 m^3/dt

2. Menghitung koordinat kurva naik dan kurva turun hidrograf


a. Kurva Naik
0 < t < Tp, berarti 0< t < 7,6
Rumus kurva naik Qn = Qp * (t/Tp)^2,4
Qn = 56.5931 *(t/7.6)^2,4
b. Kurva Turun
• Tp < t , (Tp + T0,3,), Berarti : 7.6 < t < 17,1
Qt1 = Qp * 0,3^[(t-Tp) / T0,3]
Qt1 =56.59309564 * 0,3^ [(t-/7.6)/9,5]
• (Tp _ T0,3) <t <(Tp + T0,3 + 1,5 T).3)
Berarti : 17.1 < t < 31,25
Qt2 = Qp * 03^ [(t-Tp + 0,5T),3)/(1,5 T0.3)]
Qt2 = 56.5932 *0,4 ^ [(t-7,6 + 0,5*9,5) /(1,5*9,5)]
Qt2 = 56.59309564 * 0,3 ^[(t+ -2.85)/14.25]
• T > ( Tp + T0,3 + 1,5 T0,4 berarti ; t> 31.35
Qt3 = Qp * 03^ [(t-Tp + 0,5T),3)/(1,5 T0.3)]
Qt3= 56.5932 *0,3 ^ [(t-7,6 + 1,5*9,5) /(2*9,5)]
Qt3 = 56.59309564 * 0,3 ^[(t+ 6.65)/19]
3. Ordinat Hidrograf Nakayasu

2022 Rekayasa Hidrologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


Nama Dosen Pengampu http://pbael.mercubuana.ac.id/
2. Luas Daerah Aliran Dungai Garang 203,06 Km 2. Panjang alur terpanjang Sungai
Garang 40 km. HUjan efektif pada tanggal 13-14 Februati 1987 adalah, sebagai
berikut :

2022 Rekayasa Hidrologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


Nama Dosen Pengampu http://pbael.mercubuana.ac.id/
Tentukan Ordinat Hidrograf Banjirnya!

Penyelesaian :

1. Menghitung parameter-parameter yang diperlukan :


Panjang sungai : L = 40 km
L > 15 km, maka tg = 0,40 + 0,058 *L
Tg = 0,40 + 0,058 *40
Tg = 2.72 jam
Tr diambil 0,75 tg, tr = 0,75*tg
Tr = 0,75 * 2,72
Tr = 2.04 jam
Tp = tg + 0,8tr
Tp = 2.72 + 0,8*2.04
Tp =4.352 Jam
T0,3 = 2*2.72
T0,3 = 5.44 jam
Qp = C.A.Ro/ [3,6(0,3Tp + T0,3)]
(C = 1
Ro = 1
A = 203.06 Km2)
Qp = 1*203,06*1 / [3,6*(0,3*4,352 + 5,44)]
Qp = 8.361829m3/dt

6. Menghitung Koordinat kurva naik dan kurva turun Hidrograf

a. Kurva Naik
0 < t < Tp, Berarti 0 < t <4.352
Rumus Kurva Naik : Qn = Qp * (t/Tp)^2,4
Qn = 8.361829*(t/4.352)^2,4
b. Kurva Turun

• Tp < t <(Tp +T0,3), Berarti : 4.352< t < 9.792


Qt1 = Qp * 0,3^[(t-Tp)/T0,3]
Qt1 = 8.361829275*0,3^[(t-4.352)/5,44]
• (Tp + T0,3) < t < (Tp + T0,3 +1,5 T0,3)
Berarti : 9.792 < t < 17.952
Qt2 = Qp * 0,3^[(t-Tp + 0,5To,3) / (1,5 T0,3)]
Qt2 = 8,361829*0,3 ^ [(t-4,352+0,5*5,44)/(1,5*5,44)]
Qt2 = 8.361829275 * 0,3 ^ [(t+-1.632)/8.16]
• t > (Tp + T0,3 + 1,5T0,3)
berarti ; t > 17.952
Qt3 = Qp * 0,3^[(t-Tp+1,5T0,3)/(1,5T0,3)]
Qt3 = 8,361829
0,3^[(t-4,352 + 1,5*5,44)/(2*5,44)]
Qt3 = 8.361829275*0,3^ [(t+3.808)/10,88]

2022 Rekayasa Hidrologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


Nama Dosen Pengampu http://pbael.mercubuana.ac.id/
7. Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) Snyder

Hidrograf Satuan Sintetis (HSS)/ Synthetic Unit Hydrograph (SUH) Snyder


ditemukan tahun 1938, asalnya dari Negara USA.

8. Parameter

Parameter yang diperlukan dalam analisis Hidrograf Satuan Sintetik (HSS)


Snyder, antara lain:
1. Luas Daerah Aliran Sungai (DAS)/area (A),
2. Panjang sungai utama/the length of main river (L),
3. Jarak antara titik berat DAS dengan outlet/the distance between the weight
point of catchment area and outlet (Lc).

9. Rumus HSS Snyder

tp = Ct. (L.Lc)n

Dengan :
L = Panjang aliran utama (km)
Lc = Panjang, aliran utama dari titik berat DA$ ke pelepasan DAS (km)
tp =Waktu mulat titik berat hujan sampai debit puncak (jam)
N =koefisien proporsional terhadap Ct ~ 0,03
Ct =koefisien bergantung pada karakteristik DAS = 1,10 - 1,40

2022 Rekayasa Hidrologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


Nama Dosen Pengampu http://pbael.mercubuana.ac.id/
Dengan:
Qp = debit puncak (m3/dt /mm.)
qp = puncak hidrograf satuan (m3/dt/mm/km2)
Cp = koefisien bergantung pada karakteristik DAS ~ 0,58 0.69
Tp = waktu mulai titik berat hujan sampai debit puncak (jam)
A = luas DAS (km2)
Tp = waktu mencapai puncak banjir (jam)
Tb = waktu dasar hidrograf (jam)

Catatan: Menurut pengalaman dan penelitian yang telah dilakukan di Indonesia,


untuk mendapatkan hasil pang akurat dan sesuai dengan kondisi karakteristik
Daerah Aliran Sungai (DAS) di Indonesia, perlu dilakukan kalibrasi terhadap
parameter Ct dan Cp.

10. Lama Curah Hujan Efektif

Snyder juga mendasarkan metode hitungnya pada lama curan hujan efektif 1 jam (T r).

• Jika te > tR maka waktu naik hidrograf satuan :


T’p = tp + 0,25 * (te-tR)
Tp = t’ +0,5 * Tr
• Jika te<TR :
Tp = tp + 0,50 * tR

Debit Maksimum Total :

Qp = qp * h * A/100

Dengan :

Qp = Debit maksimum total (m3/dt/mm)

H = Curah hujan satuan (m)

A = luas DAS (km2)

Jika parameter kemiringan sungai diketahui :

Tp =Ct * ( L.Lc/S1/)n (dalam jam)

S = Kemiringan sungai

n = 0,38

2022 Rekayasa Hidrologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


Nama Dosen Pengampu http://pbael.mercubuana.ac.id/
Ct = 1,2 -> untuk pengunungan

0,72 -> untuk kaki bukit

0,35 -> untuk jurang

0,08 -> untuk perkotaan

Penggambaran Hidrograf satuan sintetis Snyder merupakan fungsi debit dan


waktu :

Qp = f(t)
𝑄
Ordinat Y =𝑄𝑝

𝑡
Absis X = 𝑇𝑝

Hidrograf satuan ditentukan oleh persamaan Alexeseyev :

11. Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) Gama 1

Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) Gama I asalnya dari Indonesia dan ditemukan
oleh Sri Harto. Pengamatan dilakukan pada sekitar 300 banjir sungai-sungai di
Pulau Jawa.

12. Parameter

Parameter yang diperlukan dalam analisa memakai Hidrograf Satuan Sintetik


(HSS)/ Synthetic Unit Hydrograph (SUH) Gama I, antara lain:
1. Luas DAS/area (A)
2. Panjang alur sungai utama/the length of main river (L)
3. Panjang alur sungai ke titik berat DAS/the length of river towards the weight
point of the catchment area (Lc)
4. Kelandaian sungai / river slope (S)
5. Kerapatan jaringan kuras /drainage density (D)

Selain parameter di atas, mash ada parameter lain yang dipakai,


antara lain:

2022 Rekayasa Hidrologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


Nama Dosen Pengampu http://pbael.mercubuana.ac.id/
1. Faktor sumber (SF)
2. Frekuensi sumber (SW)
3. Luas DAS sebelah Hulu (RUA)
4. Faktor simetri (SIM)
5. Jumlah pertemuan sungai UN)

13. Definisi Parameter-Parameter (Sri Harto,1990)

a. kerapatan Jaringan Kuras / Drainage Density (D)


Kerapatan jaringan kuras merupakan perbandingan antara panjang total aliran
sungai (jumlah panjang sungai semua tingkat) dengan las Daerah Aliran
Sungai (DAS). Jika kerapatan jaringan kuras tinggi, maka:
• DAS terpotong-potong
• Reaksi : masuknya air hujan relatif cepat
• Umumnya terjadi pada tanah yang mudah tererosi/ relatif kedap air,
kemiringan lahan curam, hanya sedikit ditumbuhi tanaman.
Jika kerapatan jaringan kuras rendah, maka:
• DAS sulit dikeringkan
• Umumnya terjadi pda tanah yang tahan terhadap erosi (sangat lolos
air)

b. Faktor Sumber (SF)


Faktor sumber merupakan perbandingan antara jumlahpanjang sungai-
sungai tingkat satu dengan jumlah panjang- panjang sungai semua tingkat.
Kategori tingkat sungai berdasarkan cara Stahler:
• Sungai paling ujung disebut sebagai sungai tingkat satu.
• Jika dua sungai yang sama tingkatnya bertemu maka akan terbentuk
sungai satu tingkat lebih besar:
• Jika sungai dengan suatu tingkat tertentu bertemu dengan sungai
yang tingkatnya lebih rendah, maka tingkat sungai mula-mula tidak
berubah.
c. Frekuensi Sumber (SN)
Frekuensi sumber merupakan perbandingan jumlah tangsa sungai tingkat
satu dengan jumlah pangsa sungai semua tingkat.
d. Faktor Lebar (WF)
Faktor lebar merupakan perbandingan antara lebar DAS yang diukur di titik
sungai yang berjarak 0,75 L dan lebar DAS yang diukur di titik sungai yang
berjarak 0,25 L dari titik kontrol (outlet).

2022 Rekayasa Hidrologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


Nama Dosen Pengampu http://pbael.mercubuana.ac.id/
A ~ B = 0,25 L

A ~ C = 0,75 L

𝑊𝑢
WF = 𝑊𝐼

e. Luas DAS sebelah Hulu (RUA)


Luas DAS sebelah hulu merupakan perbandingan antara luas DAS di
sebelah hulu garis yang ditarik garis hubung antara titik kontrol (outlet)
dengan titik di sungai yang terdekat dengan pusat berat (titik berat) DAS.

f. Faktor Simetri (SIM)


Faktor simetri merupakan hasil kali antara faktor lebar (WF) dengan luas
DAS sebelah hulu (RUA), jadi:
SIM = WF x RUA

2022 Rekayasa Hidrologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


Nama Dosen Pengampu http://pbael.mercubuana.ac.id/
• Jika SIM ≥ 0,50, berarti : bentuk DAS melebar di sebelah hulu dan
menyempit di hilir
• lika SIM < 0,50 berarti : bentuk DAS kecil di sebelah hulu dan melebar di
sebelah hilir

Persamaan untuk menentukan Hidrograf Satuan Sintetik


Gama I:

Dengan:
TR = waktu naik hidrograf (jam)
TB = waktu dasar hidrograf (jam)
Qp = debit puncak hidrograf (m3/dt)
K = tampungan (jam)
QB = alirandasar (m3/dt)
Qt = debit resesi hidrograf (m3/dt)

2022 Rekayasa Hidrologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


Nama Dosen Pengampu http://pbael.mercubuana.ac.id/
2022 Rekayasa Hidrologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
Nama Dosen Pengampu http://pbael.mercubuana.ac.id/
14. Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) Isochrones

a. Pengantar HSS Isochrones


Menurut Clark dan Johnstone (1945), parameter Daerah Aliran Sungai (DAS)
sangat berpengaruh terhadap model konseptual Hidrograf Satun Kejut
(Instantaneous Unit Hydrograph, IUH) (Limantara, 2010). Model konseptual
tersebut yang mendasari Hidrograf Satan Sintetik (HSS) Isochrones.
Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Isochrones didasarkan pada 2 (dua) konsep,

2022 Rekayasa Hidrologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


Nama Dosen Pengampu http://pbael.mercubuana.ac.id/
yaitu konsep translasi (pada saluran) dan konsep tampungan (pada waduk
linier).

Terdapat 2 (dua) parameter penting untuk penurunan hidrograf satuan


(unit hydrograph), antara lain waktu konsentrasi/time of concentration (Tc)
dan faktor tampungan/ factor of reservoir (k). Sementara itu, bentuk hidrograf
satuan (unit hydrograph) dipengaruhi oleh parameter Daerah Aliran Sungai
(DAS) yang merupakan ciri fisik DAS antara, yaitu luas Daerah Aliran Sungai
(DAS), kemiringan alur sungai, bentuk alur sungai, kekasaran alur sungai,
dan lain-lain. Waktu konsentrasi (Te) : Waktu konsentrasi merupakan waktu
yang diperlukan air hujan yang jatuh di tempat terjauh dari Daerah Aliran
Sungai (DAS) untuk mencapai outlet, yaitu saat limpasan permukaan habis
dan pada hidrograf ditandai dengan titik infleksi. Tc berdasar pengamatan

2022 Rekayasa Hidrologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


Nama Dosen Pengampu http://pbael.mercubuana.ac.id/
b. Faktor Tampungan (k)

Faktor tampungan diperkirakan berdasarkan Rums Muskingum (Mc. Carthy)

sebagai berikut:

S= K {xl + (1 -x)0}
Dengan :

S = besarnya tampungan (m')


K = faktor tampungan (jam, hari, dst)
X = faktor pembobot O dan I
I = inflow (m°/dt)
O = outflow (m¾/dt)

Asumsi : DAS = Waduk


x=0
-> S= k. 0
Hukum Kontinuitas:
𝑑𝑆
1-0=
𝑑𝑡
𝑑𝑆 𝑑0
-0 =𝑑𝑡 = k 𝑑𝑡

𝑑𝑠/𝑑𝑡
-> k = - 0

K berdasarkan pengamatan

2022 Rekayasa Hidrologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


Nama Dosen Pengampu http://pbael.mercubuana.ac.id/
Dengan :

K = factor tampungan (jam)

L = Panjang alur sungai (km)

A = luas DAS (km2)

S = kemiringan rerata sungai (m/km)

b= Koefisien (0,01 -0,03)

2022 Rekayasa Hidrologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


Nama Dosen Pengampu http://pbael.mercubuana.ac.id/
c. Hidrograf Luas dan Waktu
Isochrones adalah merupakan garis yang menghubung- kan titik-titik dalam
suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan waktu konsentrasi (Tc) yang
sama. Daerah antara 2 isochrones diukur untuk membuat histogram luas -
waktu, selanjutnya HSS Isochrones diturunkan berdasarkan konsep
Intantaneous Unit Hydrograph (IUH), sebagai berikut (Limantara, 2010) (1)
Model konseptual, untuk menurunkan Intantaneous Unit Hydrograph (UH)
Inflow, dan (2) Penelusuran banjir, untuk menurunkan Intantaneous Unit
Hydrograph (IH) Outflow.

d. Penelusuran Limpasan DAS

Untuk penelusuran limpasan Daerah Aliran Sungai (DAS) dipakai Metode


Muskingum dengan asumsi: Daerah Aliran Sungai (DAS) diliputi air 1 mm:

2022 Rekayasa Hidrologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


Nama Dosen Pengampu http://pbael.mercubuana.ac.id/
2022 Rekayasa Hidrologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
Nama Dosen Pengampu http://pbael.mercubuana.ac.id/
15. Tahapan Simulasi Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Isochrones

Simulasi Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Isochrones dilakukan dengan tahapan


sebagai berikut:
Menyiapkan data topografi dan Daerah Aliran Sungai (DAS).
1. Menghitung waktu konsentrasi/time of concentration (Tc), menggambar
Garis Isochrones dan Histogram Luas-Waktu.
2. Menghitung IUH inflow : U(T,O) berdasarkan (point 2).
3. Menghitung IUH outflow dengan menggunakan konsep penelusuran banjir.
4. Menghitung lengkung St dari U(T,O) dan menghitung lengkungS,
5. Menghitung hidrograf satuan: U(t,T) = St – St-T0
6. Didapat Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Isochrones: U(t,T).

Contoh Soal:
Suatu DAS memiliki data sebagai berikut:
S= 0,0258
R24 76,14 mm
Buatlah Hidrograf banjirnya!

Tc = 3,00

K = 2,03

Penyelesaian :

C1 = 0,20 -> 2C2 + C2 = 1

2022 Rekayasa Hidrologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


Nama Dosen Pengampu http://pbael.mercubuana.ac.id/
C2 = 0,60

Keterangan :
(1) : Waktu hidrograf
(2) : Dari tabel hubungan Luas dan Tc
(3) : 0,278 = konversi satuan dari (106* 10-3) /3600
(4) : kolom (3) * 0,4
(5) : kolom (6) baris sebelumnya * 0,6
(6) : kolom (4) + kolom (5)
(7) : contoh: 11, 56 = 2,69 + (5,38+12,35) /2
(8) : = kolom (7) geser 1
(9) : kolom (7) - kolom (8)

2022 Rekayasa Hidrologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


Nama Dosen Pengampu http://pbael.mercubuana.ac.id/
Keterangan:
(2): hidrograf satuan (dari perhitungan Tabel Simulasi
Hidrograf Satuan)
(3) kolom (2) * Reff kolom 3 (geser 1)
(4) kolom (2) * Reff kolom 4 (geser 2)
(5) kolom (2) * Reff kolom 5 (geser 3)
(6) kolom (2) * Reff kolom 6 (geser 4)
(7) kolom (2) * Reff kolom 7 (geser 5)
(8): base flow (aliran dasar)
(9): kolom (3) + (4) + (5) + (6) + (7) + (8)

16. Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) Limantara

Hidrograf Satuan Sintetis (HSS) Limantara, yang asalnya dari Indonesia,


ditemukan oleh Lily Montarcih Limantara pada tahun 2006. Lokasi penelitian di
sebagian Daerah Aliran Sungai (DAS) Indonesia antara lain di Jawa (6 DAS, 67
Sub DAS), Bali (2 DAS, 13 Sub DAS), Lombok (1 DAS, 5 Sub DAS) dan
Kalimantan Timur (1 DAS, 9 Sub DAS).

A. Parameter-parameter fisik DAS


Parameter Daerah Aliran Sungai (DAS) yang digunakanvdalam analisa memakai
Hidrograf Satan Sintetis (HSS) Limantara ada lima, antara lain (Limantara, 2009b)
:
1. Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) /area (A).

2022 Rekayasa Hidrologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


Nama Dosen Pengampu http://pbael.mercubuana.ac.id/
2. Panjang sungai utama/the length of main river (L).
3. Panjang sungai diukur sampai titik terdekat dengan titik berat Daerah Aliran
Sungai (DAS)/the length of river until the point where is the nearest with the
weight point of the catchment area (Lc). Panjang sungai diukur sampai titik
terdekat dengan titik berat Daerah Aliran Sungai (DAS)/the length of river
until the point where is the nearest with the weight point of the catchment
area (Lc).
4. Kemiringan sungai/ river slope (S).
5. Koefisien kekasaran/roughness coefficient (n).

Masing-masing parameter tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:


1. Luas DAS (A)
Luas DAS (À) diperkirakan dengan mengukur daerah
itu pada peta Daerah Aliran Sungai (DAS). Jika dihitung
per satuan unit las, banjir yang terjadi di daeral dengan luas yang kecil akan
lebih bear dibandingkan dengan banjir yang terjadi di sungai dengan Daerah
Aliran Sungai (DAS) yang lebih luas. Hal ini disebabkan karena di Daerah
Aliran Sungai (DAS) yang kecil, air hujan mudah mencapai sungai,
sedangkan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) yang luas kemungkinan
terdapat danau, rawa, kolam, tanah yang porous (misalnya pasir) dan lain-
lain yang dapat menahan air hujan. Luas Daerah Aliran Sungai (DAS)
dipandang berpengaruh besar terhadap debit puncak (peak discharge).
Daerah Aliran Sungai (DAS) yang kecil memiliki tanggapan yang berbeda
dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang besar, terutama tentang
hubungannya dengan peristiwa limpasan
2. Panjang sungai utama (L)
Panjang sungai (L) merupakan jarak dari outlet ke batas daerah aliran, yang
diukur sepanjang saluran aliran utama. Semakin panjang sungai, maka jarak
antara tempat jatuhnya hujan dengan outlet semakin besar sehingga waktu
yang diperlukan air hujan untuk mencapai outlet lebih lama dan akan
menurunkan debit banjir (flood peak). Hal ini disebabkan karena makin
panjang sungai maka akan makin banyak memberikan kesempatan bagi air
hujan untuk mengalir sebagai limpasan. Dengan demikian, jumlah
kehilangan air akan semakin bear pula.
3. Panjang sungai diukur sampai titik terdekat dengan titik berat DAS (Lc)
Lc merupakan panjang sungai dari outlet sampai titik berat Daerah Aliran
Sungai (DAS) dan diukur sepanjang aliran utama. Parameter ini didasarkan
pada penelitian Gupta (1967), antara lain dalam upayanya untuk mengaitkan
besarnya debit puncak (peak discharge) dengan faktor-faktor fisik Daerah
Aliran Sungai (DAS). Untuk Daerah Aliran Sungai (DAS) yang cenderung
menyempit di bagian hilir, maka titik berat Daerah Aliran Sungai (DAS) akan
terletak hampir ke hulu. Meskipun Lc cenderung panjang, tapi dengan kondisi
Daerah Aliran Sungai (DAS) yang menyempit ke bagian hilir maka akan
mempercepat naiknya debit puncak (peak discharge) dan waktu untuk
mencapai debit puncak (time to peak) relatif singkat. Sebaliknya untuk
Daerah Aliran Sungai (DAS) yang mempunyai lebar cenderung merata dari
hulu ke hilir, maka titik berat Daerah Aliran Sungai (DAS) akan terletak
hampir di tengah Daerah Aliran Sungai (DAS). Dalam hal in walaupun Lc
relatif pendek, dengan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) yang lebar, akan

2022 Rekayasa Hidrologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


Nama Dosen Pengampu http://pbael.mercubuana.ac.id/
memperlambat naiknya debit puncak (peak discharge) dan waktu untuk
mencapai debit puncak (time to peak) relatif lama.
4. Kemiringan sungai (S)
Kemiringan sungai (S) merupakan kemiringan sungai utama. Pada
umumnya, hanya sungai utama yang diperhatikan dalam menggambarkan
kemiringan Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum. Kemiringan sungai
secara rasional berpengaruh terhadap debit puncak/peak discharge (Qp).
Dengan kemiringan yang curam akan mempercepat waktu untuk mencapai
puncak banjir (time to peak) karena limpasan semakin cepat masuk ke
sungai. Kemiringan sungai utama Inenentukan kecepatan aliran dalam
saluran, seperti halnya liku resesi hidrograf yang digambarkan oleh
pengosongan tampungan. Kemiringan sungai yang curam akan
mempercepat pengosongan tampungan dan akan menghasilkan liku resesi
hidrograf yang curam sehingga
menjadikan waktu dasar hidrograf menjadi pendek. Dalam banyak kasus,
kemiringan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang landai justru menghasilkan
debit puncak (peak discharge) yang lebih besar. Taylor dan Cordery (1991)
menyarankan cara menghitung kemiringan sungai dengan anggapan aliran
seragam. Dengan alasan kecepayan berbanding lurus dengan akar
kemiringan sungai (rums Manning), maka prosedur perhitungan kemiringan
sungai adalah dengan membuat seimbang antara segmen-segmen sungai
dengan akar kemiringannya. Jadi, jika sungai dengan kekasaran Manning
yang sama dibagi dengan N segmen dengan kemiringan masing-masing Si
(Gambar 12.12), dengan kecepatan aliran adalah sama (V, = V, = V, = V),
maka indeks kemiringan sederhana menjadi:

5. Koefisien kekasaran (n)


Di dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) terdapat hutan dan beberapa bagian
tegalan, sawah, dan pemukiman yang membutuhkan perkiraan koefisien
kekasaran (n). Koefisien kekasaran (n) untuk lahan pertanian dengan
tanaman diperkirakan sebesar 0,035, sedangkan untuk hutan atau semak
belukar sebesar 0,07. Dengan persamaan garis linier pada 2 titik, yaitu
pada kondisi tidak terdapat hutan dan kondisi hutan seluruhnya (Chow,
1988), maka:
n = 0,035 (1 + Af/A)

2022 Rekayasa Hidrologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


Nama Dosen Pengampu http://pbael.mercubuana.ac.id/
dengan:
n = koefisien kekasaran DAS
Af = luas hutan
A = luas DAS
berdasarkan rumus di atas, jika luas hutan 100% (DAS seluruhnya berupa
hutan), maka akan diperoleh koefisien kekasaran Daerah Aliran Sungai
(DAS): n = 0,070. Sebaliknya jika tidak ada hutan sama sekali (dalam arti Af
= 0), maka akan diperoleh koefisien kekasaran Daerah Aliran Sungai (DAS),
yaitu n = 0,035. Seperti diketahui, hutan pada umumnya ditumbuhi tanaman-
tanaman (pohon-pohon) yang besar sehingga menggambarkan kekasaran
Daerah Aliran Sungai (DAS) cukup besar, dalam arti akan menghambat
jalannya air hujan yang melimpas. Sementara itu, untuk sawah dan tegalan
hanya ditumbuhi tanaman yang relatif kecil dan dianggap tidak cukup kuat
dalam menghambat air hujan yang melimpas. Demikian juga daerah
pemukiman, dianggap tidak cukup kasar untuk menghambat jalannya air
hujan yang melimpas. Berdasarkan alasan tersebut, Chow (1988) hanya
memasukkan faktor luas_hutan dalam perhitungan koefisien kekasaran
Daerah Aliran Sungai (DAS).

B. Persamaan HSS Limantara


1. Persamaan Debit Puncak
Qp = 0,042.A0,451 L,0,497. Lc0,356 .S-0,131, m0,168
Dengan:
Qp = debit puncak banjir hidrograf satuan (m3/dt/mm)
P = luas DAS (km?)
L = panjang sungai utama (km)
Le = panjang sungai dari outlet sampai titik terdekat dengan titik berat
DAS (km)
S = kemiringan sungai utama
N = koefisien kekasaran DAS
0,042 = koefisien untuk konversi satuan (m2,25/ dt)

2. Persamaan Kurva Naik


Qn = Qp. ((t/T,)] 1,107
Dengan
Qn = debit pada persamaan kurva naik (m°/dt/mm)
Qp = debit puncak hidrograf satuan (m° /dt/mm)
T = waktu hidrograf (jam)
Tp = waktu naik hidrograf atau waktu mencapai puncak hidrograf
(jam)

3. Persamaan kurva turun:


Q = Qp.100,175(Tp-t)
Dengan
Qt = debit pada persamaan kurva turn (m°/dt/ mm)
Qp = debit puncak hidrograf satuan (m°/dt/mm)
Tp = waktu naik hidrograf atau waktu mencapai puncak hidrograf
(jam)
T = waktu hidrograf (jam)

2022 Rekayasa Hidrologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


Nama Dosen Pengampu http://pbael.mercubuana.ac.id/
0.175 = koefisien untuk konversi satuan (dt-1)

C. Analisis Dimensi
1. Persamaan Debit Puncak Banjir (Qp)

2. Persamaan Kurva Naik (Qn)

3. Persamaan Kurva Turun (Qt)

D. Batasan Keberlakuan HSS Limantara

Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Limantara dapa diterapkan pada Daerah


Aliran Sungai (DAS) lain yang memilik kemiripan karakteristik dengan DAS-
DAS di lokasi penelitian Spesifikasi teknik Hidrograf Satan Sintetik (HSS)
Limantar; disajikan pada tabel 12.10 berikut.

2022 Rekayasa Hidrologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


Nama Dosen Pengampu http://pbael.mercubuana.ac.id/
E. Perkiran Waktu Puncak Banjir (Tp)

Untuk memperkirakan waktu puncak banjir /time to peak (Tp) bisa dipakai
rumus seperti pada Nakayasu, sebagai berikut:
Tp = tg + 0,8
Dengan:
TP = tenggang waktu (time lag) dari permulaan hujan sampai puncak
banjir (jam)
Tg =waktu konsentrasi hujan (jam)

Cara menentukan tg:


Jika L ≥ 15 km, maka tg = 0,40 + 0,058 L ,
L ≤ 15 km, maka tg = 0,21 L0,7

Dengan :
A = parameter hidrograf
Tr = 0,5 x tg sampai 1x tg

2022 Rekayasa Hidrologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


Nama Dosen Pengampu http://pbael.mercubuana.ac.id/
DAFTAR PUSTAKA

Prof,Dr.Ir.Lily Montarchi Limantara, M.Sc.rekayasa Hidrologi Edisi revisi, Penerbit oleh Penerbit

Andi,2018

Ikhsan, M.Z dan Limantara L.M2002. Model matematik untuk Estimasi Hidrograf Satuan Sintetik

(HSS) di daerah pengaliran Kandilo (DPS) Kandilo Kalimantan Timur. Laporan penelitian,

Universitas Brawijaya

Jena, S.K and Towari K.N.2006. Modeling Synthetic Unit Hydrograph parameters with

Geomorphologic parameters of watersheds. Journal of Hydrology, 319 (1-4):1-114.

Limantara, LM.2206, Model Hidrograf Satuan Sintetis untuk DAS-DAS di Sebagian Indonesia.

Disertasi. Tidak diterbitkan. Malang : Universitas Brawijaya

Liamantara, L.M. 2009a. Evaluation of Roghness Constant of River in Synthetic Unit Hydrograph,

World Applied Sciences journal, Vol 7 99) page 1209 – 1211.

Limatara, L.M 2009 b. the limiting Physical parameters of Synthetic Unit hydrograph. World

Applied Sciences Journal, iVol 7 96) page 802-804

Suhanrtanto, E dan Soedodo, H.2001. Oprimasi Pengelolaan DAS di Sub Daerah Aliran Sungai

Cidanau Kabupaten SerangPropinsi Banten Menggunakan Model Hidrologi ANSWER.

Kongres VII&Pertemuan Ilmiah tahunan (PIT) XVIII HATHI Vol.II, 98-103. Proceeding.

Malang : Jurusan Pengairan Fakultas Teknik Brawijaya

2022 Rekayasa Hidrologi Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU


Nama Dosen Pengampu http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai