Anda di halaman 1dari 6

Hidrograf Satuan – Metode Nakayas

Hidrograf satuan sintetik metode DR. Nakayasu telah berulang kali diterapkan di Jawa
Timur terutama pada DTA kali Brantas. Hingga saat ini hasilnya cukup memuaskan.
Penggunaan metode ini memerlukan beberapa karakteristik parameter daerah
alirannya sebagai berikut:
1. Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak hidrograf (time of peak)
2. Tenggang waktu dari titik berat hujan sampai titik berat hidrograf (time lag)
3. Tenggang waktu hidrograf (time base of hydrograph)
4. Luas daerah tangkapan air
5. Panjang alur sungai utama terpanjang (length of the longest channel)
6. Koefisien pengaliran.
Rumus dari hidrograf satuan Nakayasu adalah :

          
dengan :
Qp    =   Debit puncak banjir (m3/det)
Ro    =   Hujan satuan (mm)
Tp    =   Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)
T0,3   =   Waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari puncak sampai 30% dari
debit puncak
A     =   Luas daerah tangkapan sampai outlet
C     =   Koefisien pengaliran
Untuk menentukan Tp dan T0,3 digunakan pendekatan rumus sebagai berikut :
Tp    =   tg + 0,8 tr
T0,3   =   a tg
tr     =   0,5 tg sampai tg
tg adalah time lag yaitu waktu antara hujan sampai debit puncak banjir (jam). tg dihitung
dengan ketentuan sebagai berikut:
–       Sungai dengan panjang alur L >  15 km : tg = 0,4 + 0,058 L
–       Sungai dengan panjang alur L < 15 km : tg = 0,21 L 0,7
dimana  :
tr             =     Satuan Waktu hujan (jam)
a              =     Parameter hidrograf, untuk
a = 2       =>  Pada daerah pengaliran biasa
a =1,5      =>   Pada bagian naik hydrograf lambat, dan turun  cepat
a = 3        =>   Pada bagian naik hydrograf cepat, turun lambat

Hidrograf Satuan – Metode Nakayasu

1. Pada waktu naik   :       0 < t < Tp

              dimana,
                                  Q(t)    =  Limpasan sebelum mencari debit puncak (m3)
                                  t    =  Waktu (jam)
2. Pada kurva turun (decreasing limb)
                                  a.  Selang nilai   :   Tp <= t  <=  (Tp+T0,3)

                                  b.  Selang nilai: (Tp+T0,3) <= t <= (Tp + T0,3 + 1,5T0,3 )


                                  c.  Selang nilai   :   1,5 T0,3  >    (Tp + T0,3 + 1,5 T0,3)

Rumus tersebut diatas merupakan rumus empiris, maka penerapannya terhadap suatu
daerah aliran harus didahului dengan suatu pemilihan parameter-parameter  yang
sesuai yaitu Tp dan a, dan pola distribusi hujan agar  didapatkan  suatu pola hidrograf
yang sesuai dengan hidrograf banjir yang diamati.
Hidrograf banjir  dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

           
dimana :
Qk   =  Debit Banjir pada jam ke – k
Ui   =  Ordinat hidrograf satuan (I = 1, 2, 3 .. .n)
Pn  =  Hujan netto  dalam waktu yang berurutan (n = 1,2,..n)
Bf         =  Aliran dasar (base flow)

Hidrologi (Menghitung Hidrograf Satuan Sintetik dengan Metode


Nakayasu)
Diketahui sebuah DAS seluas 352 km2. Pada suatu hari terjadi hujan yang terdistribusi 16,0 mm;
8,0 mm; 4,0 mm dan 2,0 mm setiap jamnya. Akibat hujan tersebut terjadi aliran dengan hidrograf
sebagai berikut:
1. Tetapkan hidrograf satuan untuk intensitas 1 mm/jam dengan
durasi 1 jam.
2. Jika tinggi curah hujan rancangan dengan kala ulang 100 tahun
adalah 135,2 mm terdistribusi
jam 0 - 1 = 40%, jam 1 - 2 = 30%, jam 2 - 3 = 20%, jam 3 - 4 = 10%, dan
koefisien pengaliran pada DAS tersebut adalah 0,80. Maka hitung dan
gambar hidrograf pada DAS tersebut.

Penyelesaian:
Ordinat hidrograf satuan dimisalkan U1, U2, U3.....dan seterusnya dan hujan efektif R1,
R2 dan R3.

Selanjutnya bandingkan perhitungan dengan hidrograf hasil pengukuran:


Hidrograf akibat hujan rancangan dengan kala ulang 100 tahun, 135,2 mm yang
terdistribusi dalam 4 jam dan koef pengaliran 0,80.
Hujan netto:
jam 0 – 1 = 0,8 x 0,4 x 135,2 = 43,26 mm
jam 1 – 2 = 0,8 x 0,3 x 135,2 = 32,45 mm
jam 2 – 3 = 0,8 x 0,2 x 135,2 = 21,63 mm
jam 3 – 4 = 0,8 x 0,1 x 135,2 = 10,82 mm

Anda mungkin juga menyukai