Anda di halaman 1dari 10

SI-2231 Rekayasa Hidrologi &

Drainase
Analisis Debit Banjir Metoda
Empiris dan Metoda Rasional

1.Metode Empiris
Metode ini menggunakan persamaan empiris sbb:
Q = C.An
Dimana:
Q = debit banjir (m3/det)
A = luas daerah aliran (km2)
n = indeks banjir
C = koefisien banjir
Nilai C dan n bervariasi berdasarkan:
- ukuran, bentuk dari lokasi daerah aliran
- topografi
- intensitas pola dan lamanya hujan

(1)

Besaran C dan n didapat dari hasil pengamatan.


Untuk menaksir debit banjir di Indonesia dengan batas luas < 500 km2,
persamaan banjir diberikan:
1.8 A 0.05

Q 0.35 A

dimana:
Q = debit banjir (m3/det)
A = luas daerah aliran (km2)

(2)

2. Metode Rasional
Umumnya digunakan untuk luas yang tidak begitu besar ( < 100 acre =
40 ha). Metode ini dapat digunakan dengan mengasumsikan intensitas
hujan yang jatuh didaerah aliran seragam (uniform) dan tersebar merata.
Persamaan diberikan sbb:

1
C I A
6
3.6 10

dimana:
Q = debit banjir maksimum (m3/det)
C = koefisien limpasan
A = luas daerah aliran (m2)
I = intensitas hujan selama waktu konsentrasi

Cara lain untuk menentukan debit banjir dapat menggunakan


persamaan hasil pengembangan dari persamaan metode
rasional, diantaranya:
a)Metode Melchior
b)Metode Haspers
c)Metode Weduwen
d)Metode Dr. Mononobe

Metoda Melchior
Persamaan:

Qn q f

Rt
200

dimana:
= koefisien run off (dianjurkan = 0.52)
= koefisien reduksi, yang dihitung dengan persamaan:

1970
3960 1720
0.12

F a b 0.25

F = luas suatu ellips yang meliputi seluruh DAS sungai


a,b = panjang jari-jari sumbu ellips
f = luas daerah aliran sungai (km2)

q = hujan maksimum (m3/km2/jam), dg persamaan:

R
q T
3.6 t

H
i
0.9 L

L
t
3. 6 v

v 1.31 q f i
L
v
RT

2 1/ 5

= panjang sungai (km)


= kecepatan rata-rata air (m/det)
= hujan rencana periode ulang T (mm)

i = kemiringan rata-rata sungai


H = beda elevasi sungai dengan outlet DAS (km)

b. Metode Haspers
Persamaan yang digunakan:

Qn qn F
dimana:
1 0.012 F 0.7
= koefisien run off, dengan persamaan:
1 0.075 F 0.7

1
t 3.7 10 0.4t F 0.75
= koefisien reduksi, dengan persamaan:
1

t 2 15
12
t

= waktu konsentrasi, dengan persamaan: t 0.1 L0.8 I 0.3


t Rn
r
2
(t < 2 jam)
t 1 0.0008 260 Rn 2 t

t Rn
t 1

r 0.707 Rn t 1

( 2 jam < t < 19 jam)


(19 jam < t < 30 hari)

qn = intensitas hujan dengan periode ulang n :

r
qn
3 .6 t

c. Metode Weduwen
Persamaan yang digunakan:

Qn qn F
1
dimana:

qn 7
= koefisien run off:
= koefisien reduksi:

t 1
120 F
t 9

120 F

qn = curah hujan rencana dengan periode ulang n:

t 0.25 L Q 0.125 I 0.25

H
900 L

qn

Rn
67.65

240 t 1.45

,
Qn = debit banjir rencana dengan priode ulang n tahun
L = panjang sungai (km)
H = perbedaan elevasi hulu sungai dan outlet sungai (m)
F = luas daerah aliran sungai (km 2)
t = waktu konsentrasi (jam)
I = kemiringan sungai
Metode Weduwen berlaku jika luas daerah aliran F 100 km 2.

Perhitungan dengan metode Weduwen dilakukan dengan cara coba-coba.


Pertama kali asumsikan harga tawal untuk menghitung , , qn , dan Qn.
Bandingkan harga tawal dan takhir . Jika takhir tawal , maka perhitungan
berhenti, sehingga didapat debit banjir rencana Q n.

d. Metode Dr. Mononobe


Persamaan yang digunakan sama dengan persamaan (3):

Q 0.277 C I A
dimana:
Q = debit banjir maksimum (m3/det)
C = koefisien limpasan
A = luas daerah aliran (km2)
I = intensitas hujan (mm/jam) selama waktu konsentrasi.
Penentuan intensitas hujan didasarkan persamaan empirik dari
Dr. Mononobe:

R 24
I 24

24 t

2/3

R24 = curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm)


t = lamanya curah hujan (jam)

Anda mungkin juga menyukai