Anda di halaman 1dari 12

NAMA : MARIA I. T. D. A.

JIMAN KELAS/NO ABSEN : E/21

TUGAS 3. DRAINASE KELAS E 090921

REVIEW MAKALAH PERTEMUAN 3


DRAINASE PERMUKAAN
DOSEN:
IR. I MADE UDIANA, MT.

KELOMPOK 4

1. MARIA I. T. D. A. JIMAN NIM.1706010097

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2021
2.2 DRAINASE PERMUKAAN

Drainase Permukaan adalah drainase yang dibuat untuk mengendalikan air


limpasan permukaan akibat air hujan dari permukaan tanah ke pembuangan air
sehingga kondisi permukaan tanah tidak tergenang oleh air hujan dan tetap dalam
kondisi kering. Drainase permukaan terdiri dari saluran terbuka dan termasuk
didalamnya perataan lahan (land smoothing) dan penterasan (land grading).

Gambar 1.Drainase Permukaan


Sumber : https://umkt.ucm.ac.id/courses/drainase-perkotaan

a. Metode Rasional
Metode rasional menyatakan bahwa puncak limpasan pada suatu DAS akan
diperoleh pada intensitas hujan maksimum yang lamanya sama dengan waktu
konsentrasi (Tc). Metode rasional terdiri dari 4 bagian,yaitu :
 Metode Rasional Praktis

Berikut merupakan persamaan menghitung debit rancangan metode Rasional :


Q = 0,278. C.i.A
Dimana :

Q = debit rancangan dengan kala ulang T tahun, m3/dt


C = koefisien pengaliran
i = intensitas hujan dengan kala ulang T tahun, mm/jam
A = luas daerah pengaliran, km2

Adapun langkah-langkah perhitungan dengan menggunakan Metode


Rasional yaitu :
1. Tentukan harga kefisien pengaliran (C) .
2. Menentukan waktu tiba banjir (Tc)
3. Menentukan intensitas hujan (i) dengan menggunakan persamaan Dr.
Mononobe
4. Menghitung debit banjir rancangan berdasarkan kala ulang (QT)

 Metode Weduwen

Metode ini digunakan untuk menghitung debit banjir rancangan pada


Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan luas kurang dari 100 km2
Adapun langkah-langkah perhitungannya adalah :
1. Taksir harga tc
2. Menghitung koefisien reduksi (β), dengan persamaan :
120+ A(t +1)/(t+ 9)
β=
120+ A
3. Menghitung curah hujan harian maksimum
R 67,65
Rn= X
240 tc +1,45
4. Menentukan koefisien pengaliran
4,10
α =1−
β . Rn+7
5. Menentukan debit banjir rancangan dengan persamaan Weduwen
Q =α. β . Rn . A

6. Menghitung waktu tiba banjir


Tc=0,25×L×Q−0,125×I−0,25
7. Kontrol nilai tc taksiran dengan nilai Tc hasil perhitungan, jika nilai yang
diperoleh tidak sama, maka perhitungan diulangi (nilai tc ditaksir
kembali) sampai nilai tc taksiran dengan nilai Tc yang diperoleh dari
hasil perhitungan sama.
Keterangan :
Q = debit banjir rancangan dengan periode ulang n tahun, m3/detik
𝛼 = koefisien limpasan
A = luas daerah pengaliran sungai, km2
L = panjang sungai, km
I = kemiringan sungai
R = curah hujan dengan periode ulang n tahun.
β = koefisien reduksi
Tc = waktu konsentrasi (tiba banjir), jam

Rn = curah hujan maksimum, m3/dt/km2

 Metode Haspers

Dasar dari metode ini yaitu metode rasional.

Adapun prosedur perhitungannya adalah sebagai berikut :

1. Menentukan besarnya koefisien pengaliran :

1+0,012 A 0,7
Rn=
1+0,075 A 0,7

2. Menentukan koefisien reduksi :

1 Tc +3,7. 10−0,4 Tc A 0,75


=1+ x
β Tc 2 +15 12
3. Menghitung waktu tiba banjir :

Tc=0,10 . L0,8 . I−0,3


4. Menghitung curah hujan maksimum :

r
RT =
3,6. Tc
Dimana nilai r dapat dihitung berdasarkan nilai Tc :
Tc x R
a.) r = 2 ; bila Tc < 2 jam
Tc+1−0,0008(260−R)( 2−Tc)
Tc . R
b.) r = ; bila ; 2 jam < Tc < 19 jam
Tc+1
c.) r =0,707 R ¿ ; bila ; 19 jam < Tc < 30 hari
5. Menghitung debit banjir rancangan berdasarkan persamaan Haspers :
Q = 𝛼 . 𝗉 .RT . A
Dimana :

Q = debit banjir rancangan dengan periode ulang T tahun (m3/detik)


𝛼 = koefisien pengaliran
𝗉 = koefisien reduksi
RT = limpasan per km2 daerah tadah hujan, dengan kala ulang
tahun (m3/dt/km2).
R = Curah hujan rancangan dengan kala ulang T tahun (mm)

r = distribusi hujan selama t jam (mm)


A = luas daerah aliran sungai (km2)

I = kemiringan sungai rata-rata

 Metode Melchior

Dasar Metode Melchior dari ini adalah Metode Rasional dan digunakan
untuk memperkirakan debit banjir rancangan untuk Daerah Aliran Sungai
(DAS) yang luasnya lebih dari 100 km2. Melchior menentukan hubungan
antara hujan rata-rata sehari (24 jam) dan hujan maksimum setempat sehari
dan mendapatkan angka reduksi :

1970
F= −3960+(1720 x β 1 )
β1−0.12
dimana :
F = Luas ellips yang mengelilingi daerah aliran sungai dengan
sumbu panjang tidak lebih dari 1,5 kali sumbu pendek (km2).
Kemudian hitung luasnya dimana a dan b adalah sumbu-sumbu
ellips. Dengan diketahuinya F maka dapat kita hitung nilai β 2.
π
β 2= x L1X L2.
4
L1 = Panjang sumbu besar (km)
L2 = Panjang sumbu pendek (km)
Curah hujan maksimum dapat dilakukan dengan nomogram atau
dengan persamaan :
10 x β x R24 max
r=
36 t

Di sini R24 max adalah besarnya curah hujan terpusat maksimum sehari
yang didapat dari data hujan di Jakarta. Oleh sebab itu untuk luar
Jakarta hasil persamaan di atas harus dikalikan dengan “RT/200”.
Gambar 2. Luasan Curah Hujan (Metode Melchior)
 Waktu tiba banjir untuk Metode Melchior adalah :
T = 0,186 x L x Q-0,2 x I-0,4
Dimana:
L = panjang alur sungai utama, km

T = waktu tiba banjir, jam

Q = debit banjir, m3/dt

I = kemiringan sungai

 Persamaan debit Metode Melchior


Q=αxβxRxA
Dimana :
Q = debit, m3/dt
α = koefisien pengaliran (nilainya 0,42 ; 0,52 ; 0,62 ; dianjurkan
(0,52)
β = koefisien reduksi
R = curah hujan maksimum, m3/dt/km2
b. Nilai C, Cs, Tc
 Koefisien Limpasan ( C )
Koefisien Limpasan (C) dipengaruhi oleh karaktersitik fisik DAS yakni
sifat dan jenis tanah, tata-guna lahan, kemiringan lahan dan sebagainya.
Besarnya koefisien limpasan (C) ditentukan menggunakan tiga metode yang
berbeda, antara lain :
1.) Metode Hassing
Koefisien limpasan diperoleh melalui penggabungan parameter topografi
(Ct), tanah (Cs), dan vegetasi penutup (Cv). Masing-masing parameter
memiliki klasifikasi dengan nilai koefisien limpasan seperti yang terdapat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai Koefisen Limpasan Metode Hassing

2.) Metode United States Forest Service


Koefisien limpasan ditentukan berdasarkan tingkat kepadatan beberapa jenis
penggunaan lahan dengan sedikit mempertimbangkan kondisi topografi,
tanah, dan vegetasi penutup. Jenis penggunaan lahan memiliki rentang nilai
koefisien limpasan seperti yang terdapat pada tabel Tabel 2.
Tabel 2. Nilai Koefisien Limpasan Menurut U. S. Forest Service

3.) Metode Cook


Koefisien limpasan diperoleh melalui penggabungan beberapa karakteristik
fisik DAS yang terdiri dari topografi, infiltrasi tanah, vegetasi dan simpanan
permukaan. Masing-masing karakteristik fisik memiliki klasifikasi dengan
bobot yang berbeda seperti yang terdapat pada Tabel 3. Apabila masing-
masing parameter terdiri dari beberapa klasifikasi maka dilakukan
perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut:

C 1 A 1+C 2 A 2+CnAn
C DAS =
A 1+ A 2+ A 3
Dimana :

C = koefisien limpasan
C1,2,n = koefisien aliran parameter
A1,2,n = luas parameter (m2)

Tabel 3. Koefisien Pengaliran (C)


Beberapa pustaka koefisien limpasan C adalah seperti sebagai berikut :
Tabel 4. Koefisien limpasan C untuk metoda Rasional berdasarkan lereng,
tanaman penutup tanah dan tekstur tanah

 Koefisien tampungan / penyimpanan (Cs)


Untuk menghitung pengaruh tampungan pada metode rasional modifikasi, maka
persamaan rasional yang ada (Q = C.I.A) dikalikan dengan koefisien tampungan
Cs. Rumus dari koefisien tampungan Cs adalah sebagai berikut :
2t c
Cs = 2t + t
c d
Dimana :

Cs = koefisien tampungan
t c = waktu konsentrasi ( menit )

t d = waktu pengaliran dalam satuan ( menit )


Maka rumus rasional termodifikasi adalah sebagai berikut. (Subarkah, 1980) :

Q = 0,00278 x C x I x A x Cs

Dimana :

Q = debit banjir maksimum ( m3 /det )

C = koefisien pengaliran

I = intensitas hujan (mm/jam)

A = luas daerah pengaliran (Ha)

Cs = koefisien tampungan ( storage coefficient )

 Waktu Konsentrasi (Tc )

Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air hujan
dari titik terjauh menuju suatu titik tertentu ditinjau pada derah pengaliran.
Umumnya waktu konsentrasi teridiri dari waktu yang diperlukan oleh air untuk
mengalir pada permukaan tanah menuju saluran terdekat (t o) dan waktu untuk
mengalir dalam saluran ke suatu tempat yang ditinjau (t d).
tc = to + td

Dimana :

t c = waktu konsentrasi (menit)


t o = waktu yang dibutuhkan oleh air menuju saluran terdekat (menit)
t d = waktu untuk mnegalir dalam saluran ke suatu tempat yang di tinjau
(menit)
Untuk t o dan t d dapat dicari menggunakan rumus :
0,167
2 nd
to =
( 3
x 3,28 x Lo x
√s )
t d = L/60V
Dimana :

t o = waktu inlet (menit)


t d = waktu aliran dalam saluran (menit)
Lo = jarak titik terjauh ke fasilitas drainase (meter)
L = panjang saluran (meter)
nd = Koefisien hambatan (tabel 6)
S = Kemiringan daerah pengaliran /kemiringan tanah
V = Kecepatan rata-rata aliran dalam saluran
Tabel 6. Koefisien Hambatan

Waktu konsentrasi dapat juga dihitung dengan rumus:

 Rumus Kirpich
0,06628 . L0,77
tc =
S 0,385

Dimana :

t c = Waktu konsentrasi (jam)

L = Panjang lintasan air dari titik terjauh ke titik yang ditinjau


(km)

S = Kemiringan tanah

 Rumus Hathway
t c = 0,606 ¿ ¿
Dimana :

S = Kemiringan tanah
L = Panjang lintasan air dari titik terjauh ke titik yang ditinjau
(Km)
n = Koefisien kekasaran lahan.

c. Daerah Tangkapan Air (DTA)


Selain kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS), ada pula istilah Daerah
Tangkapan Air (DTA) atau disebut sebagai Catchment Area. Jika DAS dilihat
dari sudut pandang daerah-daerah yang dialiri sungai, maka DTA merupakan
area atau titik-titik tempat air hujan ditangkap atau ditampung. DTA merupakan
bagian terpenting dari suatu kawasan Daerah Aliran Sungai.
Air hujan yang ditampung pada Daerah Tangkapan Air (DTA) inilah
yang nantinya akan mengalir melalui lereng-lereng bukit dan bergerak menuju
aliran sungai dan akan membentuk kawasan DAS. Banyak yang menganggap
Daerah Aliran Sungai sama dengan Daerah Tangkapan Air, namun sebenarnya
berbeda. DAS lebih fokus terhadap aliran sungai dari hulu ke hilir, sementara
DTA fokus pada area penampungan air, sehingga definisi dari kedua istilah
tersebut berbeda.

Anda mungkin juga menyukai