1.1 TUJUAN
Digunakan untuk menguji konsistensi suatu data stasiun curah hujan terhadap data stasiun curah hujan
lainnya.
1.2 LANDASAN TEORI
Jika terdapat data curah hujan tahunan dalam jangka waktu pengamatan yang panjang, maka
kurva massa ganda (double mass curve) dapat digunakan untuk memperbaiki kesalahan pengamatan
yang terjadi yang disebabkan oleh perubahan posisi atau cara pemasangan yang tidak baik dari alat
ukur curah hujan. Kesalahan-kesalahan pengamatan tidak dapat ditentukan dari setiap data
pengamatan. Data curah hujan tahunan jangka waktu yang panjang alat yang bersangkutan itu harus
dibandingkan dengan data curah hujan rata-rata sekelompok alat-alat ukur dalam perioda yang sama.
Untuk itu harus dipilih minimal 10 alat ukur yang mempunyai kondisi topografi yang sama.
1.3 PEMBAHASAN
Berikut ini adalah data curah hujan pada stasiun sufa dan stasiun Baurasi pada tahun 1993 – 2003 :
Untuk melakukan pengujian konsistensi terhadap ke-dua stasiun tersebut maka dilakukan perhitungan :
c) Rerata :
Pada rerata didapatkan dari data curah hujan tertingi pada tahun yang sama pada kedua stasiun
kemudian dijumlahkan lalu di bagi 2 maka didapatkan rerata pada tahun tersebut.
Contoh perhitungan rerata pada tahun 1994 :
Pada stasiun sufa data tertinggi pada tahun 1994 = 88 dan pada stasiun Baurasi = 180.
88+180
Maka rerata pada tahun 1994 : = 134
2
d) Komulatif rerata :
komulatif rerata pada suatu tahun didapatkan dari penjumlahan rerata tahun sebelemnya ditambahkan
dengan rereta pada tahun tersebut.
Contoh perhitungan komulatif rerata pada tahun 1995 = jumlah rerata tahun sebelumnya (1993+1994) +
rerata pada tahun 1995.
= ( 88 + 134 ) + 104,5 = 326,5
Setelah didapatkan semua data perhitungan dibuatlah grafik double mass curve dimana data komulatif
rerata stasiun dijadikan sumbu X dan data komulatif stasiun dijadikan sumbu Y.
Berikut adalah grafik double curve masing-masing stasiun :
Stasiun sufa
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
0 5 10 15 20 25
Stasiun Baurasi
1000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
0 5 10 15 20 25
Berdasarkan hasil dari grafik kedua stasiun dapat dilihat garis yang dihasilkan adalah garis lurus dan tidak
ada patahan maka dapat disimpulkan bahwa data dari kedua stasiun yang didapatkan adalah konsisten.
BAB II
MENGHITUNG HUJAN RANCANGAN PERIODE ULANG TERTENTU
2.1 Tujuan
Tujuannya yaitu untuk memperkirakan besarnya variasi-variasi yang masa ulangya panjang
Distribusi Gumbel Type I umumnya digunakan untuk analisis data maksimum, misal untuk
analisis frekuensi banjir.
Persamaan metode Gumbel :
Xtr = X́ + K.Sx
∑X
X́ =
n
Keterangan :
XTr = Besarnya curah hujan untuk periode Tr tahun
Sx = Standar deviasi / simpangan baku
n = Jumlah data
YTr = Reduksi sebagai fungsi dari probabilitas. (Lampiran 1.a)
Yn, Sn = Besaran yang merupakan fungsi dari jumlah pengamatan. (Lampiran 1.b dan 1.c.)
X́ = Rata-rata X
Lampiran 1.a
Lampiran 1.b
N Yn n Yn n Yn n Yn
10 0.4952 34 0.5396 58 0.5518 82 0.5572
11 0.4996 35 0.5402 59 0.5518 83 0.5574
12 0.5035 36 0.5410 60 0.5521 84 0.5576
13 0.5070 37 0.5418 61 0.5524 85 0.5578
14 0.5100 38 0.5424 62 0.5527 86 0.5580
15 0.5128 39 0.5430 63 0.5530 87 0.5581
16 0.5157 40 0.5436 64 0.5533 88 0.5583
17 0.5181 41 0.5442 65 0.5535 89 0.5585
18 0.5202 42 0.5448 66 0.5538 90 0.5586
19 0.5220 43 0.5453 67 0.5540 91 0.5587
20 0.5236 44 0.5458 68 0.5543 92 0.5589
21 0.5252 45 0.5463 69 0.5545 93 0.5591
22 0.5268 46 0.5468 70 0.5548 94 0.5592
23 0.5283 47 0.5473 71 0.5550 95 0.5593
24 0.5296 48 0.5477 72 0.5552 96 0.5596
25 0.5309 49 0.5481 73 0.5555 97 0.5596
26 0.5320 50 0.5485 74 0.5557 98 0.5598
27 0.5332 51 0.5489 75 0.5559 99 0.5599
28 0.5343 52 0.5493 76 0.5561 100 0.5600
29 0.5353 53 0.5497 77 0.5563
30 0.5362 54 0.5501 78 0.5565
31 0.5371 55 0.5504 79 0.5567
32 0.5380 56 0.5508 80 0.5569
33 0.5388 57 0.5511 81 0.5570
Lampiran 1.c
N Sn n Sn N Sn n Sn
10 0.9496 34 1.1255 58 1.1721 82 1.1953
11 0.9676 35 1.1285 59 1.1734 83 1.1959
12 0.9933 36 1.1313 60 1.1747 84 1.1967
13 0.9971 37 1.1339 61 1.1759 85 1.1973
14 1.0095 38 1.1363 62 1.1770 86 1.1980
15 1.0206 39 1.1388 63 1.1782 87 1.1987
16 1.0316 40 1.1413 64 1.1793 88 1.1994
17 1.0411 41 1.1436 65 1.1803 89 1.2001
18 1.0493 42 1.1458 66 1.1814 90 1.2007
19 1.0565 43 1.1480 67 1.1824 91 1.2013
20 1.0628 44 1.1499 68 1.1834 92 1.2020
21 1.0696 45 1.1519 69 1.1844 93 1.2026
22 1.0754 46 1.1538 70 1.1854 94 1.2032
23 1.0811 47 1.1557 71 1.1863 95 1.2038
24 1.0864 48 1.1574 72 1.1873 96 1.2044
25 1.0915 49 1.1590 73 1.1881 97 1.2049
26 1.1961 50 1.1607 74 1.1890 98 1.2055
27 1.1004 51 1.1623 75 1.1898 99 1.2060
28 1.1047 52 1.1638 76 1.1906 100 1.2065
29 1.1086 53 1.1658 77 1.1915
Rata-rata (mean)
Faktor penyimpangan K untuk kala ulang tertentu, dan dengan memakai nilai S logX atau Cs dapat dilihat
pada Lampiran 1.d dibawah ini :
1. Metode Gumbel
Sx =
√ 13825.74 = 26.295
11−1
1. Besar curah hujan harian maksimum pada periode ulang 2 tahun :
Ytr = 0.3365
Yn = 0.4996
Sn = 0.9676
0.3365−0.4996
K= = -0.168561
0.9676
Jadi besarnya curah hujan harian maksimum pada periode ulang 2 tahun adalah :
Langkah pengerjaan diatas dilakukan juga pada periode ulang 5,10,25 dan 50 tahun,maka didapatkan data
pada table dibawah ini :
KALA ULANG
n 2 5 10 25 50
Yn 0.4996 0.4996 0.4996 0.4996 0.4996
Sn 0.9676 0.9676 0.9676 0.9676 0.9676
Ytr 0.3365 1.4999 2.2502 3.1985 3.9019
1.03379 1.8092186 2.78927242 3.51622571
K -0.168561 5 9 7 3
74.18809 105.804 126.19429 151.965040 171.080450
Xi 3 3 3 1 6
140
120
100
80
60
40
20
0
0 10 20 30 40 50 60
Kala Ulang (Tahun)
20,57
Log x̅ = = 1,86976
11
Slog x =
√ 0,2716 = 0,164811
10
10 x (−0,034066649)
Cs = = -0,93009
10 x 9 x (0,164811)3
Dengan n = 11 dan Cs = -0,93009 pada kala ulang 2 tahun maka diperoleh nilai K = 0,153.
Dan didapatkan curah hujan untuk masa ulang 2 tahun :
Log X2 = 1,86976 + (0,153)( 0,164811) = 1,894946
X2 = 78,5148 mm.
Langkah-langkah pengerjaan diatas dilakukan sama pada kala ulang 5,10,25 dan 50 dan didapatkan data
sebagai berikut :
Periode Ulang
Cs 2 5 10 25 50
-0.9 0.148 0.854 1.147 1.407 1.549
-1.0 0.164 0.852 1.128 1.366 1.492
KALA ULANG
n 2 n 5 n 10 n 25 n 50
logX 1.894 logX 2.010409 logX1 2.0578 logX2 2.09961 logX5 2.1222
2 9 5 6 0 6 5 6 0 3
78.51 114.25 125.781 132.50
X2 4 X5 102.43 X10 0 X25 2 X50 3
Grafik Curah Hujan Rancangan Metode Log Pearson Type III
140
120
BAB III
UJI KECOCOKAN
3.1 TUJUAN
Uji kecocokan atau uji penyimpangan dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang
nyata antara besarnya curah hujan harian maksimum hasil pengamatan lapangan dengan hasil
perhitungan.
0.200 0.100 0.050 0.010
n
5 0.450 0.510 0.560 0.670
10 0.320 0.370 0.410 0.490
15 0.270 0.300 0.340 0.400
20 0.230 0.260 0.290 0.360
25 0.210 0.240 0.270 0.320
30 0.190 0.220 0.240 0.290
35 0.180 0.200 0.230 0.270
40 0.170 0.190 0.210 0.250
45 0.160 0.180 0.200 0.240
50 0.150 0.170 0.190 0.230
n > 50 1.07 1.22 1.36 1.63
n0,5 n0,5 n0,5 n0,5
3.3 PEMBAHASAN
Pada uji smirnov – kolmogrof ini dilakukan perhitungan nilai Δmaks dan ∆cr dimana nilai ∆maks harus
lebih kecil dari ∆cr ( ∆maks < ∆cr ) sehingga hasil perhitungan dapat diterima.
Data yang mau di cocokan menggunakan cara ini adalah :
Tahun X
2002 32.5
1998 48.5
1997 65
2003 69
2001 72
1993 74.5
2000 75
1999 97.5
1995 100.5
1994 111.825
1996 118.5
Tahun X Log X
Setelah didapatkan data di atas, dicari nilai K pada masing-masing tahun dengan rumus :
log x−log x̅
K=
Standar dev
Tahun X Log X K
99.0 95.0 90.0 80.0 50.0 20.0 10.0 4.0 2.0 1.0 0.5
-
0.9 -2.957 -1.858 -1.339 -0.769 0.148 0.854 1.147 1.407 1.549 1.66 1.749
-
1.0 -3.022 -1.877 -1.34 -0.758 0.164 0.852 1.128 1.366 1.492 1.588 1.664
-2.977 -1.864 -1.339 -0.766 0.153 0.853 1.141 1.395 1.532 1.638 1.723
Berdasarkan data hasil interpolasi nilai cs = -0.9301 diatas dan nilai K pada tabel maka di lakukan
interpolasi untuk mendapatkan nilai Pr ( % ).
Hasil perhitungan Pr tersebut adalah :
Dari nilai Pr diatas maka dapat di cari Px dimana rumus untuk mencari Px adalah :
Pr
Px = 1 -
100
Contoh perhitungan untuk tahun 2002 :
96.11
Px = 1 - = 0.04
100
Dan perhitungan dilakukan dengan rumus yang sama hingga data ke-11. Maka didapatkan tabel hasil
perhitungan berikut :
Px (%)
Tahun X Log X K Pr (%)
Teoritis
data ke ..
Untuk Sn = x 100
Jumlah data
Contoh perhitungan pada tahun 2000 :
7
Tahun ke-2000 = data ke-7 maka perhitungan = x 100 = 0.64
11
Perhitungan dengan rumus yang sama dilakukan dari data ke-1 sampai data ke-11.
Hasil perhitungan terdapat pada tabel berikut :
Px (%) Sn (%)
Tahun X Log X K Pr (%)
Teoritis Empiris
Berdasarkan nilai Sn dan Px, Didapatkan hasil perhitungan Sn-Px Berikut ini :
Px (%) Sn (%)
Tahun X Log X K Pr (%) Sn – Px
Teoritis Empiris
Dari nilai Sn-Px diatas maka dapat ditentukan nilai Δmaks berdasarkan nilai maks pada Sn-Px yaitu:
0.176
Untuk mendapatkan nilai ∆cr maka dilakukan interpolasi berdasarkan nilai n = 11 pada tabel harga ∆cr
untuk Smirnov-Kolmogorof test dan didapatkan nilai ∆cr = 0.396.
Berdasarkan hasil perhitungan : ∆maks < ∆cr maka perhitungan dapat diterima.
BAB IV
LIMPASAN PERMUKAAN
4.1 TUJUAN
Menghitung besarnya limpasan curah hujan.
Metode ini harus dihitung dengan trial and error sehingga ketetapan antara waktu konsentrasi dengan
debit sama atau mendekati sama.
Koefisien aliran dihitung dengan rumus :
keterangan :
t = 1/6 sampai dengan 12 jam
f < 100 km2
Pada penerapan metode Weduwen, pertama-tama ditentukan harga t perkiraan untuk menghitung harga
β,kemudian harga q dan α, kemudian hitung harga t perhitungan dengan persamaan sebagai berikut :
dengan ketentuan :
Apabila harga t perkiraan belum sama dengan t perhitungan maka tentukan harga t yang lain,
Apabila harga t perkiraan sudah sama dengan t perhitungan maka debit puncak banjirnya dapat
dihitung.
Untuk membuat hidrograf banjir pada sungai-sungai yang tidak ada atau sedikit sekali dilakukan
observasi hidrograf banjirnya, maka perlu dicari karakteristik atau parameter daerah pengaliran tersebut
terlebih dahulu, misalnya untuk mencapai puncak hidrograf, lebar dasar, luas, kemiringan, panjang alur
terpanjang, koefisien limpasan dan sebagainya.
Salah satu cara unit hidrograf yaitu Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu.
Dimana :
Qp = debit puncak banjir (m3/dt)
R0 = hujan satuan (mm)
Tp = tenggang waktu (time lag) dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)
T0,3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari puncak sampai menjadi 30% dari debit puncak
dengan
Qa = limpasan sebelum debit puncak
t = waktu (jam)
Tr Rt (Log
Rt (Gumbel)
(tahun) Pearson)
2 74.188093 78.51378138
105.804340
5 2 102.4258456
126.194292
10 6 114.249956
151.965040
25 1 125.7812279
171.080450
50 6 132.5029371
Maka dapat dihitung debit banjir dengan metode Rasional dan Wedumen dengan langkah-langkah
sebagai berikut
1. Metode Rasional
Diketahui :
A = 75 km2
L = 16 km
Beda elevaasi = 0.5 km
Koefisien pengaliran (C) = 0.68
Rasional - Gumbel
v = 72 ( beda elevasi / L )0.6
= 9 km/jam
t = L/v
= 1.77 jam
I = (Rt Gumbel/24) x (24/t)0.667
Itr=2 = ( 7.188/24 ) x ( 24/1.778 )0.667 = 17.541 mm/jam ( pada kala ulang 2 tahun )
C.I . A
Q=
3.6
(0.68)(17.541)(75)
Qtr=2 = = 248.498 m3/detik
3.6
Lakukan perhitungan yang sama pada periode ulang 5,10,25 dan 50 tahun, sehingga didapatkan
perhitungan sebagai berikut :
Debit Banjir Rancangan Metode Rasional - Gumbel
Tr V I Q
3
(Tahun) Rt(mm) (km/jam) t (jam) (mm/jam) (m /det)
2 74.1881 9 1.7778 17.54105 248.4982
5 105.804 9 1.7778 25.0164 354.399
10 126.194 9 1.7778 29.83741 422.6966
25 151.965 9 1.7778 35.93065 509.0175
50 171.08 9 1.7778 40.4503 573.0459
Lakukan dengan rumus dan Langkah pengerjaan yang sama pada Rasional – Gumbel untuk
mendapatkan debit banjir rancangan Rasional – Log Pearson.
Hasil perhitungan tersebut di dapatkan pada tabel berikut :
Diketahui data :
A = 75 km2
L = 16 km
Beda elevaasi = 0.5 km
Setalah didapatkan perhitungan diatas maka masukan nilai Q0 hingga didapatkan nilai Q0 = QT.
Maka didapatkan hasil perhitungan pada tabel dibawah ini :
Data curah hujan Log Pearson pada periode ulang 2,5,10,25 dan 50 :
Kala Ulang 2 5 10 25 50
102.42 114.25 125.78 132.50
Curah Hujan ® 78.514 6 0 1 3
Perhitungan Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu dengan data curah hujan Log Pearson pada periode
ulang 2,5,10,25 dan 50 adalah sebagai berikut
T (jam) RT (R24)
1 0.550
2 0.347
3 0.265
4 0.218
5 0.188
6 0.167
Berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus mononobe diatas maka dapat dilakukan perhitungan rasio
sebaran hujan jam-jaman dengan rumus sebagai berikut :
Rt = T.RTmononobe - ((T-1) . R(T-1))
Contoh perhitungan pada T = 1 adalah sebagai berikut :
(1 x 0.550) – ((1-1).(0) = 0.550
Dengan melihat rumus dan cara yang sama lakukan perhitungan hingga T = 6 dengan ketentuan ∑Rt = 1,
maka di dapatkan hasil perhitungan sebagai berikut :
T Rt
1 0.550
2 0.143
3 0.100
4 0.080
5 0.067
6 0.059
Total 1