Anda di halaman 1dari 25

BAB I

KOREKSI CURAH HUJAN

1.1 TUJUAN
Digunakan untuk menguji konsistensi suatu data stasiun curah hujan terhadap data stasiun curah hujan
lainnya.
1.2 LANDASAN TEORI
Jika terdapat data curah hujan tahunan dalam jangka waktu pengamatan yang panjang, maka
kurva massa ganda (double mass curve) dapat digunakan untuk memperbaiki kesalahan pengamatan
yang terjadi yang disebabkan oleh perubahan posisi atau cara pemasangan yang tidak baik dari alat
ukur curah hujan. Kesalahan-kesalahan pengamatan tidak dapat ditentukan dari setiap data
pengamatan. Data curah hujan tahunan jangka waktu yang panjang alat yang bersangkutan itu harus
dibandingkan dengan data curah hujan rata-rata sekelompok alat-alat ukur dalam perioda yang sama.
Untuk itu harus dipilih minimal 10 alat ukur yang mempunyai kondisi topografi yang sama.

1.3 PEMBAHASAN
Berikut ini adalah data curah hujan pada stasiun sufa dan stasiun Baurasi pada tahun 1993 – 2003 :
Untuk melakukan pengujian konsistensi terhadap ke-dua stasiun tersebut maka dilakukan perhitungan :

a) Pada Komulatif Sufa :


Di tahun 1993 di pilih data curah hujan tertinggi pada stasiun Sufa, dari kedua bulan pada tahun
1993.Setelah itu dijumlahkan dengan data curah hujan tertinggi pada tahun 1994.
Dari hasil penjumlahan data curah hujan 1993 dan 1994 dijumlahkan lagi dengan data curah hujan
tertinggi tahun 1995 dan dilakukan perhitungan terus hingga pada tahun 2003.
Maka didapatkan data komulatif stasiun sufa.

b) Pada Komulatif Baurasi :


Di tahun 1993 di pilih data curah hujan tertinggi pada stasiun Baurasi, dari kedua bulan pada tahun
1993.Setelah itu dijumlahkan dengan data curah hujan tertinggi pada tahun 1994.
Dari hasil penjumlahan data curah hujan 1993 dan 1994 dijumlahkan lagi dengan data curah hujan
tertinggi tahun 1995 dan dilakukan perhitungan terus hingga pada tahun 2003.
Maka didapatkan data komulatif stasiun sufa

c) Rerata :
Pada rerata didapatkan dari data curah hujan tertingi pada tahun yang sama pada kedua stasiun
kemudian dijumlahkan lalu di bagi 2 maka didapatkan rerata pada tahun tersebut.
Contoh perhitungan rerata pada tahun 1994 :
Pada stasiun sufa data tertinggi pada tahun 1994 = 88 dan pada stasiun Baurasi = 180.
88+180
Maka rerata pada tahun 1994 : = 134
2

d) Komulatif rerata :
komulatif rerata pada suatu tahun didapatkan dari penjumlahan rerata tahun sebelemnya ditambahkan
dengan rereta pada tahun tersebut.
Contoh perhitungan komulatif rerata pada tahun 1995 = jumlah rerata tahun sebelumnya (1993+1994) +
rerata pada tahun 1995.
= ( 88 + 134 ) + 104,5 = 326,5

Setelah didapatkan semua data perhitungan dibuatlah grafik double mass curve dimana data komulatif
rerata stasiun dijadikan sumbu X dan data komulatif stasiun dijadikan sumbu Y.
Berikut adalah grafik double curve masing-masing stasiun :
Stasiun sufa
1400

1200

1000

800

600

400

200

0
0 5 10 15 20 25

Stasiun Baurasi
1000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
0
0 5 10 15 20 25

Berdasarkan hasil dari grafik kedua stasiun dapat dilihat garis yang dihasilkan adalah garis lurus dan tidak
ada patahan maka dapat disimpulkan bahwa data dari kedua stasiun yang didapatkan adalah konsisten.
BAB II
MENGHITUNG HUJAN RANCANGAN PERIODE ULANG TERTENTU

2.1 Tujuan
Tujuannya yaitu untuk memperkirakan besarnya variasi-variasi yang masa ulangya panjang

2.2 Landasan Teori


Jika suatu laju data hidrologi (X) mencapai suatu harga tertentu (Xi) atau kurang dari (Xi)
diperkirakan akan terjadi setahun sekali dalam T tahun, maka T tahun ini dianggap sebagai
periode ulang dari (Vi. Xi) ini disebut data dengan kemungkinan T tahun. Jika data berupa data
hujan harian, maka disebut curah hujan T tahun (Sosradarsono dan Takeda, 1976). Prode ulang
curah hujan merupakan kemungkinan terjadinya arah hujan tertentu, contoh : T40 = 400 mm.
Kemungkinan terjadinya arah hujan 400 mm adalah 40 tahun sekali. Periode ulang adalah
periode tertentu yang mungkin terjadi banjir rencana ulang (Sosrodarsono dan Takeda, 1976).\
Metode yang digunakan untuk menghitung periode ulang, yaitu:
a) Metode Gumbel

Distribusi Gumbel Type I umumnya digunakan untuk analisis data maksimum, misal untuk
analisis frekuensi banjir.
Persamaan metode Gumbel :
Xtr = X́ + K.Sx

∑X
X́ =
n
Keterangan :
XTr = Besarnya curah hujan untuk periode Tr tahun
Sx = Standar deviasi / simpangan baku
n = Jumlah data
YTr = Reduksi sebagai fungsi dari probabilitas. (Lampiran 1.a)
Yn, Sn = Besaran yang merupakan fungsi dari jumlah pengamatan. (Lampiran 1.b dan 1.c.)
X́ = Rata-rata X
Lampiran 1.a

Kala ulang (tahun) Tr Faktor reduksi (Ytr)


2 0.3365
5 1.4999
10 2.2502
20 2.9606
25 3.1985
50 3.9019
100 4.6001
200 5.296
500 6.919

Lampiran 1.b

N Yn n Yn n Yn n Yn
10 0.4952 34 0.5396 58 0.5518 82 0.5572
11 0.4996 35 0.5402 59 0.5518 83 0.5574
12 0.5035 36 0.5410 60 0.5521 84 0.5576
13 0.5070 37 0.5418 61 0.5524 85 0.5578
14 0.5100 38 0.5424 62 0.5527 86 0.5580
15 0.5128 39 0.5430 63 0.5530 87 0.5581
16 0.5157 40 0.5436 64 0.5533 88 0.5583
17 0.5181 41 0.5442 65 0.5535 89 0.5585
18 0.5202 42 0.5448 66 0.5538 90 0.5586
19 0.5220 43 0.5453 67 0.5540 91 0.5587
20 0.5236 44 0.5458 68 0.5543 92 0.5589
21 0.5252 45 0.5463 69 0.5545 93 0.5591
22 0.5268 46 0.5468 70 0.5548 94 0.5592
23 0.5283 47 0.5473 71 0.5550 95 0.5593
24 0.5296 48 0.5477 72 0.5552 96 0.5596
25 0.5309 49 0.5481 73 0.5555 97 0.5596
26 0.5320 50 0.5485 74 0.5557 98 0.5598
27 0.5332 51 0.5489 75 0.5559 99 0.5599
28 0.5343 52 0.5493 76 0.5561 100 0.5600
29 0.5353 53 0.5497 77 0.5563
30 0.5362 54 0.5501 78 0.5565
31 0.5371 55 0.5504 79 0.5567
32 0.5380 56 0.5508 80 0.5569
33 0.5388 57 0.5511 81 0.5570

Lampiran 1.c
N Sn n Sn N Sn n Sn
10 0.9496 34 1.1255 58 1.1721 82 1.1953
11 0.9676 35 1.1285 59 1.1734 83 1.1959
12 0.9933 36 1.1313 60 1.1747 84 1.1967
13 0.9971 37 1.1339 61 1.1759 85 1.1973
14 1.0095 38 1.1363 62 1.1770 86 1.1980
15 1.0206 39 1.1388 63 1.1782 87 1.1987
16 1.0316 40 1.1413 64 1.1793 88 1.1994
17 1.0411 41 1.1436 65 1.1803 89 1.2001
18 1.0493 42 1.1458 66 1.1814 90 1.2007
19 1.0565 43 1.1480 67 1.1824 91 1.2013
20 1.0628 44 1.1499 68 1.1834 92 1.2020
21 1.0696 45 1.1519 69 1.1844 93 1.2026
22 1.0754 46 1.1538 70 1.1854 94 1.2032
23 1.0811 47 1.1557 71 1.1863 95 1.2038
24 1.0864 48 1.1574 72 1.1873 96 1.2044
25 1.0915 49 1.1590 73 1.1881 97 1.2049
26 1.1961 50 1.1607 74 1.1890 98 1.2055
27 1.1004 51 1.1623 75 1.1898 99 1.2060
28 1.1047 52 1.1638 76 1.1906 100 1.2065
29 1.1086 53 1.1658 77 1.1915    

30 1.1124 54 1.1667 78 1.1923  


31 1.1159 55 1.1681 79 1.1930  
32 1.1193 56 1.1696 80 1.1938  
33 1.1226 57 1.1708 81 1.1945  

b) Metode Log Pearson Type III


Distribusi Log Pearson type III banyak digunakan dalam analisis hidrologi, terutama dalam analisis data
maksimum (banjir) dan minimum (debit minimum) dengan nilai ekstrim.
Persamaan-persamaan yang digunakan dalam distribusi Log Pearson Type III, sebagai berikut :
Harga atau nilai untuk berbagai masa ulang atau nilai curah hujan untuk masa ulang tertentu

Rata-rata (mean)

Standar deviasi (simpangan baku)

Koefisien asimetris / Skewness (Cs)

Koefisien Variasi (Cv)


Kurtosis (Ck)

Faktor penyimpangan K untuk kala ulang tertentu, dan dengan memakai nilai S logX atau Cs dapat dilihat
pada Lampiran 1.d dibawah ini :

Koefisen Periode Ulang (tahun)


Kemencenga
n 2 5 10 25 50 100 200 1000
(Cs) Peluang (%)
  50 20 10 4 2 1 0.5 0.1
3.0 -0.360 0.420 1.180 2.278 3.152 4.051 4.970 7.250
2.5 -0.360 0.518 1.250 2.262 3.048 3.845 4.652 6.600
2.2 -0.330 0.574 1.284 2.240 2.970 3.705 4.444 6.200
2.0 -0.307 0.609 1.302 2.219 2.912 3.605 4.298 5.910
1.8 -0.282 0.643 1.318 2.193 2.848 3.499 4.147 5.660
1.6 -0.254 0.675 1.329 2.163 2.780 3.388 3.990 5.390
1.4 -0.225 0.705 1.337 2.128 2.706 3.271 3.828 5.110
1.2 -0.195 0.732 1.340 2.087 2.626 3.149 3.661 4.820
1.0 -0.164 0.758 1.340 2.043 2.542 3.022 3.489 4.540
0.9 -0.148 0.769 1.339 2.018 2.498 2.957 3.401 4.395
0.8 -0.132 0.780 1.336 1.998 2.453 2.891 3.312 4.250
0.7 -0.116 0.790 1.333 1.967 2.407 2.824 3.223 4.105
0.6 -0.099 0.800 1.328 1.939 2.359 2.755 3.132 3.960
0.5 -0.083 0.808 1.323 1.910 2.311 2.686 3.041 3.815
0.4 -0.066 0.816 1.317 1.880 2.261 2.615 2.949 3.670
0.3 -0.050 0.824 1.309 1.849 2.211 2.544 2.856 3.525
0.2 -0.033 0.830 1.301 1.818 2.159 2.472 2.763 3.380
0.1 -0.017 0.836 1.292 11.785 2.107 2.400 2.670 3.235
0.0 0.000 0.842 1.282 1.751 2.054 2.326 2.576 3.090
-0.1 0.017 0.836 1.270 1.761 2.000 2.252 2.482 3.950
-0.2 0.033 0.850 1.258 1.680 1.954 2.178 2.388 2.810
-0.3 0.050 0.853 11.245 1.643 1.890 2.104 2.294 2.675
-0.4 0.066 0.855 1.231 1.606 1.834 2.029 2.201 2.540
-0.5 0.083 0.856 1.216 1.567 1.777 1.955 2.108 2.400
-0.6 0.099 0.857 1.200 1.528 1.720 1.880 2.016 2.275
-0.7 0.116 0.857 1.183 1.488 1.663 1.806 1.926 2.150
-0.8 0.132 0.856 1.166 1.448 1.606 1.773 1.837 2.035
-0.9 0.148 0.854 1.147 1.407 1.549 1.660 1.749 1.910
-1.0 0.164 0.852 1.128 1.366 1.492 1.588 1.664 1.800
-1.2 0.195 0.844 1.086 1.282 1.379 1.449 1.501 1.625
-1.4 0.225 0.832 1.041 1.198 1.270 1.318 1.351 1.465
-1.6 0.254 0.817 0.994 1.116 1.166 1.197 1.216 1.280
-1.8 0.282 0.799 0.945 1.035 1.069 1.087 1.097 1.130
-2.0 0.307 0.777 0.895 0.959 0.980 0.990 1.995 1.000
-2.2 0.330 0.752 0.844 0.888 0.900 0.905 0.907 0.910
-2.5 0.360 0.711 0.771 0.793 0.798 0.799 0.800 0.801
-3.0 0.396 0.636 0.660 0.666 0.666 0.667 0.667 0.668
2.3 PEMBAHASAN

1. Metode Gumbel

Tabulasi data untuk gambel Type I


No Tahun X (mm) X2 (X-X̅)2
1 2002 32.5 1056.25 2127.10
2 1998 48.5 2352.25 907.24
3 2001 65 4225 185.52
4 1993 69 4761 92.55
5 2003 72 5184 43.83
6 2000 74.5 5550.25 16.98
7 1997 75 5625 13.11
8 1995 97.5 9506.25 356.44
9 1999 100.5 10100.25 478.71
12504.830
10 1996 111.825 6 1102.54
11 1994 118.5 14042.25 8502
74907.330
Σ 864.825 6 13825.74

Dari table diatas diperoleh nilai-nilai sebagai berikut :


864.825
X́ = = 78.62
11

Sx =
√ 13825.74 = 26.295
11−1
1. Besar curah hujan harian maksimum pada periode ulang 2 tahun :

Ytr = 0.3365
Yn = 0.4996
Sn = 0.9676

0.3365−0.4996
K= = -0.168561
0.9676
Jadi besarnya curah hujan harian maksimum pada periode ulang 2 tahun adalah :

X2 = 78.62 + ( -0.168561 x 26.295 ) = 74.1881 mm

Langkah pengerjaan diatas dilakukan juga pada periode ulang 5,10,25 dan 50 tahun,maka didapatkan data
pada table dibawah ini :
  KALA ULANG
n 2 5 10 25 50
Yn 0.4996 0.4996 0.4996 0.4996 0.4996
Sn 0.9676 0.9676 0.9676 0.9676 0.9676
Ytr 0.3365 1.4999 2.2502 3.1985 3.9019
1.03379 1.8092186 2.78927242 3.51622571
K -0.168561 5 9 7 3
74.18809 105.804 126.19429 151.965040 171.080450
Xi 3 3 3 1 6

Dan didaptkan grafik curah hujan rancangan metode Gumbel :

Grafik Curah Hujan Rancangan Metode Gumbel


180
160
Curah hujan (mm)

140
120
100
80
60
40
20
0
0 10 20 30 40 50 60
Kala Ulang (Tahun)

2. Metoge Log Pearson

Tabulasi data untuk metode Log Pearson Type III

No Tahun X (mm) log X (log X-log X̅)2 (log X-log X̅)3


1.51188336
1 2002 32.5 0.128076048 -0.04583549
1
1.68574173
2 1998 48.5 0.033862905 -0.00623141
9
1.81291335
3 2001 65 0.003231598 -0.000183707
7
1.83884909
4 1993 69 0.000955515 -2.95363E-05
1
1.85733249
5 2003 72 0.000154455 -1.91957E-06
6
1.87215627
6 2000 74.5 5.73972E-06 1.37511E-08
3
7 1997 75 1.87506126 2.80981E-05 1.48941E-07
3
1.98900461
8 1995 97.5 0.014219159 0.001695551
6
2.00216606
9 1999 100.5 0.017531232 0.002321233
2
2.04853890
10 1996 111.825 0.031961718 0.005714065
7
11 1994 118.5 2.07371835 0.041598804 0.008484403
Σ   20.57 0.2716 -0.03407

Dari table diatas diperoleh nilai-nilai sebagai berikut :

20,57
Log x̅ = = 1,86976
11

Slog x =
√ 0,2716 = 0,164811
10

10 x (−0,034066649)
Cs = = -0,93009
10 x 9 x (0,164811)3

Dengan n = 11 dan Cs = -0,93009 pada kala ulang 2 tahun maka diperoleh nilai K = 0,153.
Dan didapatkan curah hujan untuk masa ulang 2 tahun :
Log X2 = 1,86976 + (0,153)( 0,164811) = 1,894946
X2 = 78,5148 mm.

Langkah-langkah pengerjaan diatas dilakukan sama pada kala ulang 5,10,25 dan 50 dan didapatkan data
sebagai berikut :

Periode Ulang
Cs 2 5 10 25 50
-0.9 0.148 0.854 1.147 1.407 1.549
-1.0 0.164 0.852 1.128 1.366 1.492

Nilai K 0.153 0.853 1.141 1.395 1.532

KALA ULANG
n 2 n 5 n 10 n 25 n 50
logX 1.894 logX 2.010409 logX1 2.0578 logX2 2.09961 logX5 2.1222
2 9 5 6 0 6 5 6 0 3
78.51 114.25 125.781 132.50
X2 4 X5 102.43 X10 0 X25 2 X50 3
Grafik Curah Hujan Rancangan Metode Log Pearson Type III
140
120

Curah Hujan (mm)


100
80
60
40
20
0
0 10 20 30 40 50 60
Kala Ulang (Tahun)

BAB III
UJI KECOCOKAN

3.1 TUJUAN

Uji kecocokan atau uji penyimpangan dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang
nyata antara besarnya curah hujan harian maksimum hasil pengamatan lapangan dengan hasil
perhitungan.

3.2 LANDASAN TEORI


Uji kecockan yang digunakan adalah cara Smirnov – Kolmogrof.
Dimana cara ini digunakan Untuk mengetahui apakah data tersebut sesuai dengan jenis sebaran teoritis
yang dipilih, maka dilakukan pengujian kesesuaian distribusi (“testing of goodness of fit”).
Prosedurnya adalah :
 Urutkan data (dari besar ke kecil atau sebaliknya) dan tentukan besarnya peluang dari masing-
masing data tersebut.
 Tentukan nilai masing-masing peluang teoritis dari hasil penggambaran data (persamaan
distribusinya).
 Dari kedua nilai peluang tersebut tentukan selisih terbesarnya antara peluang pengamatan dengan
peluang teoritis. Dengan membandingkan probabilitas masing-masing variasi dari distribusi
empiris dan teoritisnya akan terdapat perbedaan tertentu. Berdasarkan persamaan Smirnov
Kolmogrov sebagai berikut : P {max (p (x) – P (xi) /> Δ cr = α }
 Apabila Δmax yang terbaca pada kertas probabilitas < Δcr (Δkritis) yang didapat dari tabel, maka
penyimpangan yang terjadi hanya karena kesalahan-kesalahan yang terjadi secara kebetulan.
Berikut adalah tabel harga Δkritis untuk uji Smirnov – Kolmogorov
Berikut adalah Harga ∆kritis untuk Smirnov-Kolmogorof test :

         
 0.200 0.100 0.050 0.010
n        
         
5 0.450 0.510 0.560 0.670
10 0.320 0.370 0.410 0.490
15 0.270 0.300 0.340 0.400
20 0.230 0.260 0.290 0.360
25 0.210 0.240 0.270 0.320
30 0.190 0.220 0.240 0.290
35 0.180 0.200 0.230 0.270
40 0.170 0.190 0.210 0.250
45 0.160 0.180 0.200 0.240
50 0.150 0.170 0.190 0.230
n > 50 1.07 1.22 1.36 1.63
  n0,5 n0,5 n0,5 n0,5

3.3 PEMBAHASAN

Pada uji smirnov – kolmogrof ini dilakukan perhitungan nilai Δmaks dan ∆cr dimana nilai ∆maks harus
lebih kecil dari ∆cr ( ∆maks < ∆cr ) sehingga hasil perhitungan dapat diterima.
Data yang mau di cocokan menggunakan cara ini adalah :

Tahun X

2002 32.5
1998 48.5
1997 65
2003 69
2001 72
1993 74.5
2000 75
1999 97.5
1995 100.5
1994 111.825
1996 118.5

Berdasarkan n = 11, didapatkan sn = 0,9676, Cs = -0,93009, dan standar deviasi = 0,16481


Dari data curah hujan diatas masing-masing dibuat log dari data tersebut.
Perhitungan tersebut terdapat pada table berikut :

Tahun X Log X

2002 32.5 1.512


1998 48.5 1.686
1997 65 1.813
2003 69 1.839
2001 72 1.857
1993 74.5 1.872
2000 75 1.875
1999 97.5 1.989
1995 100.5 2.002
1994 111.825 5.049
1996 118.5 2.074
Log X́ = 1.87
Standar Deviasi = 0.1648

Setelah didapatkan data di atas, dicari nilai K pada masing-masing tahun dengan rumus :
log x−log x̅
K=
Standar dev

Contoh perhitungan K pada tahun 2002 :


1,512−1,87
K2002 = = 0,1648
= -2,171
Perhitungan dilakukan hingga data yang ke-11 yaitu tahun yang ke-1996 dan didapatkan hasil
perhitungan :

Tahun X Log X K

2002 32.5 1.512 -2.171


1998 48.5 1.686 -1.117
1997 65 1.813 -0.345
2003 69 1.839 -0.188
2001 72 1.857 -0.075
1993 74.5 1.872 0.015
2000 75 1.875 0.032
1999 97.5 1.989 0.724
1995 100.5 2.002 0.803
1994 111.825 5.049 19.287
1996 118.5 2.074 1.238

Berdasarkan nilai Cs = -0.9301, didapatkan data hasil interpolasi berikut :

99.0 95.0 90.0 80.0 50.0 20.0 10.0 4.0 2.0 1.0 0.5
-
0.9 -2.957 -1.858 -1.339 -0.769 0.148 0.854 1.147 1.407 1.549 1.66 1.749
-
1.0 -3.022 -1.877 -1.34 -0.758 0.164 0.852 1.128 1.366 1.492 1.588 1.664
-2.977 -1.864 -1.339 -0.766 0.153 0.853 1.141 1.395 1.532 1.638 1.723

Berdasarkan data hasil interpolasi nilai cs = -0.9301 diatas dan nilai K pada tabel maka di lakukan
interpolasi untuk mendapatkan nilai Pr ( % ).
Hasil perhitungan Pr tersebut adalah :

Tahun X Log X K Pr (%)

2002 32.5 1.512 -2.171 96.11


1998 48.5 1.686 -1.117 87.88
1997 65 1.813 -0.345 72.66
2003 69 1.839 -0.188 69.92
2001 72 1.857 -0.075 67.97
1993 74.5 1.872 0.015 54.52
2000 75 1.875 0.032 53.94
1999 97.5 1.989 0.724 31.36
1995 100.5 2.002 0.803 28.75
1994 111.825 5.049 19.287 19.56
1996 118.5 2.074 1.238 14.57

Dari nilai Pr diatas maka dapat di cari Px dimana rumus untuk mencari Px adalah :
Pr
Px = 1 -
100
Contoh perhitungan untuk tahun 2002 :
96.11
Px = 1 - = 0.04
100
Dan perhitungan dilakukan dengan rumus yang sama hingga data ke-11. Maka didapatkan tabel hasil
perhitungan berikut :

Px (%)
Tahun X Log X K Pr (%)
Teoritis

2002 32.5 1.512 -2.171 96.11 0.04


1998 48.5 1.686 -1.117 87.88 0.12
1997 65 1.813 -0.345 72.66 0.27
2003 69 1.839 -0.188 69.92 0.30
2001 72 1.857 -0.075 67.97 0.32
1993 74.5 1.872 0.015 54.52 0.45
2000 75 1.875 0.032 53.94 0.46
1999 97.5 1.989 0.724 31.36 0.69
1995 100.5 2.002 0.803 28.75 0.71
1994 111.825 5.049 19.287 19.56 0.80
1996 118.5 2.074 1.238 14.57 0.85

data ke ..
Untuk Sn = x 100
Jumlah data
Contoh perhitungan pada tahun 2000 :
7
Tahun ke-2000 = data ke-7 maka perhitungan = x 100 = 0.64
11
Perhitungan dengan rumus yang sama dilakukan dari data ke-1 sampai data ke-11.
Hasil perhitungan terdapat pada tabel berikut :

Px (%) Sn (%)
Tahun X Log X K Pr (%)
Teoritis Empiris

2002 32.5 1.512 -2.171 96.11 0.04 0.09


1998 48.5 1.686 -1.117 87.88 0.12 0.18
1997 65 1.813 -0.345 72.66 0.27 0.27
2003 69 1.839 -0.188 69.92 0.30 0.36
2001 72 1.857 -0.075 67.97 0.32 0.45
1993 74.5 1.872 0.015 54.52 0.45 0.55
2000 75 1.875 0.032 53.94 0.46 0.64
1999 97.5 1.989 0.724 31.36 0.69 0.73
1995 100.5 2.002 0.803 28.75 0.71 0.82
1994 111.825 5.049 19.287 19.56 0.80 0.91
1996 118.5 2.074 1.238 14.57 0.85 1.00

Berdasarkan nilai Sn dan Px, Didapatkan hasil perhitungan Sn-Px Berikut ini :

Px (%) Sn (%)
Tahun X Log X K Pr (%) Sn – Px
Teoritis Empiris

2002 32.5 1.512 -2.171 96.11 0.04 0.09 0.052


1998 48.5 1.686 -1.117 87.88 0.12 0.18 0.061
1997 65 1.813 -0.345 72.66 0.27 0.27 -0.001
2003 69 1.839 -0.188 69.92 0.30 0.36 0.063
2001 72 1.857 -0.075 67.97 0.32 0.45 0.134
1993 74.5 1.872 0.015 54.52 0.45 0.55 0.091
2000 75 1.875 0.032 53.94 0.46 0.64 0.176
1999 97.5 1.989 0.724 31.36 0.69 0.73 0.041
1995 100.5 2.002 0.803 28.75 0.71 0.82 0.106
1994 111.825 5.049 19.287 19.56 0.80 0.91 0.105
1996 118.5 2.074 1.238 14.57 0.85 1.00 0.146

Dari nilai Sn-Px diatas maka dapat ditentukan nilai Δmaks berdasarkan nilai maks pada Sn-Px yaitu:
0.176
Untuk mendapatkan nilai ∆cr maka dilakukan interpolasi berdasarkan nilai n = 11 pada tabel harga ∆cr
untuk Smirnov-Kolmogorof test dan didapatkan nilai ∆cr = 0.396.
Berdasarkan hasil perhitungan : ∆maks < ∆cr maka perhitungan dapat diterima.

BAB IV
LIMPASAN PERMUKAAN

4.1 TUJUAN
Menghitung besarnya limpasan curah hujan.

4.2 LANDASAN TEORI

a) Rumus Metode Rasional


Rumus ini adalah rumus yang tertua dan yang terkenal di antara rumus-rumus empiris. Rumus ini
banyak digunakan untuk sungai-sungai biasa dengan daerah pengaliran hingga 50 km2= 5000 ha dan juga
untuk perencanaan drainase pengaliran yang relatif sempit.
Penerapan metode rasional pada DPS yang luasnya lebih dari 50 km2 adalah :
 Intensitas curah hujan merata di seluruh DPS untuk waktu curah hujan tertentu
 Waktu hujan sama dengan waktu konsentrasi DPS,
 Puncak banjir dan intensitas hujan mempunyai kala ulang yang sama.

Bentuk umum rumus rasionil adalah sebagai berikut:


1
Q= f.r.A = 0.277f.r.A
36
Keterangan :
Q = debit banjir maksimum (m3/dt)
f = koefisien pengaliran/limpasan ( dapat dilihat pada tabel dibawah )
r = intensitas curah hujan rata-rata selama waktu tiba dari banjir (mm/jam) A = daerah pengaliran (km2)
b) Metode der wedumen

Metode ini harus dihitung dengan trial and error sehingga ketetapan antara waktu konsentrasi dengan
debit sama atau mendekati sama.
Koefisien aliran dihitung dengan rumus :

Koefisien reduksi ( β ) dihitung dengan rumus :

Waktu konsentrasi tc dihitung dengan rumus :

Hujan maksimum (q) dihitung dengan rumus :

keterangan :
t = 1/6 sampai dengan 12 jam
f < 100 km2
Pada penerapan metode Weduwen, pertama-tama ditentukan harga t perkiraan untuk menghitung harga
β,kemudian harga q dan α, kemudian hitung harga t perhitungan dengan persamaan sebagai berikut :

dengan ketentuan :
 Apabila harga t perkiraan belum sama dengan t perhitungan maka tentukan harga t yang lain,
 Apabila harga t perkiraan sudah sama dengan t perhitungan maka debit puncak banjirnya dapat
dihitung.

C) Cara Unit Hidrograf

Cara ini dapat diterapkan pada :


 Daerah-daerah pengaliran yang kurang dari 25 km2 sampai daerah pengaliran sebesar 5.000
km2.
 Daerah pengaliran yang lebih besar dari 5.000 km2 cara ini dapat juga digunakan jika telah
dibuatkan hidrograf satuan yang bersangkutan dengan corak curah hujan dalam daerah
pengaliran itu.
 Anak-anak sungai utama dalam daerah pengaliran yang lebih besar dari 20.000 km2.

Untuk membuat hidrograf banjir pada sungai-sungai yang tidak ada atau sedikit sekali dilakukan
observasi hidrograf banjirnya, maka perlu dicari karakteristik atau parameter daerah pengaliran tersebut
terlebih dahulu, misalnya untuk mencapai puncak hidrograf, lebar dasar, luas, kemiringan, panjang alur
terpanjang, koefisien limpasan dan sebagainya.
Salah satu cara unit hidrograf yaitu Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu.

 Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu


Rumus yang digunakan adalah :

Dimana :
Qp = debit puncak banjir (m3/dt)
R0 = hujan satuan (mm)
Tp = tenggang waktu (time lag) dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)
T0,3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari puncak sampai menjadi 30% dari debit puncak

dengan
Qa = limpasan sebelum debit puncak
t = waktu (jam)

 Bagian lengkung turun (decreasing limb)


Tenggang waktu T = tg + 0,8. tr
Untuk : L < 15 km t = 0,21. L^0,7 L > 15 km t = 0,4 + 0,058 L
L = panjang alur sungai (km)
tg= waktu konsentrasi (jam)
tr = 0,5 tg sampai tg
T0,3 = α. tg
Untuk
 Daerah pengaliran biasa α = 2.
 Bagian naik hidrograf yang lambat dan bagian menurun yang cepat α = 1,5.
 Bagian naik hidrograf yang cepat dan bagian yang menurun yang lambat α = 3.
3.1 PEMBAHASAN
Diketahui :
A = 75 km2
L = 16 km
Beda elevaasi = 0.5 km
Koefisien pengaliran (C) = 0.68
Dengan data curah hujan pada periode ulang 2,5,10,25 dan 50 pada metode Gumbel dan Log Pearson
sebagai berikut :

Tr Rt (Log
Rt (Gumbel)
(tahun) Pearson)
2 74.188093 78.51378138
105.804340
5 2 102.4258456
126.194292
10 6 114.249956
151.965040
25 1 125.7812279
171.080450
50 6 132.5029371

Maka dapat dihitung debit banjir dengan metode Rasional dan Wedumen dengan langkah-langkah
sebagai berikut

1. Metode Rasional
Diketahui :
A = 75 km2
L = 16 km
Beda elevaasi = 0.5 km
Koefisien pengaliran (C) = 0.68

Rasional - Gumbel
v = 72 ( beda elevasi / L )0.6
= 9 km/jam
t = L/v
= 1.77 jam
I = (Rt Gumbel/24) x (24/t)0.667
Itr=2 = ( 7.188/24 ) x ( 24/1.778 )0.667 = 17.541 mm/jam ( pada kala ulang 2 tahun )
C.I . A
Q=
3.6
(0.68)(17.541)(75)
Qtr=2 = = 248.498 m3/detik
3.6
Lakukan perhitungan yang sama pada periode ulang 5,10,25 dan 50 tahun, sehingga didapatkan
perhitungan sebagai berikut :
Debit Banjir Rancangan Metode Rasional - Gumbel
Tr V I Q
3
(Tahun) Rt(mm) (km/jam) t (jam) (mm/jam) (m /det)
2 74.1881 9 1.7778 17.54105 248.4982
5 105.804 9 1.7778 25.0164 354.399
10 126.194 9 1.7778 29.83741 422.6966
25 151.965 9 1.7778 35.93065 509.0175
50 171.08 9 1.7778 40.4503 573.0459

Lakukan dengan rumus dan Langkah pengerjaan yang sama pada Rasional – Gumbel untuk
mendapatkan debit banjir rancangan Rasional – Log Pearson.
Hasil perhitungan tersebut di dapatkan pada tabel berikut :

Debit Banjir Rancangan Metode Rasional - Log Pearson Type III


Tr Rt(mm) V (km/jam) t (jam) I Q
(Tahun) (mm/jam) (m3/det)
2 78.5138 9 1.7778 18.41943 260.942
5 102.426 9 1.7778 24.02923 340.4142
10 114.25 9 1.7778 26.80319 379.7118
25 125.781 9 1.7778 29.50844 418.0362
50 132.503 9 1.7778 31.08536 440.3759

2) Metode Der Wedumen

Diketahui data :
A = 75 km2
L = 16 km
Beda elevaasi = 0.5 km

beda elevasi 0.5


I = = = 0.03125 mm/jam
L 16

Mencari nilai t, dengan mengansumsikan Q0 = 1


t = ( 0,25 x L x ( Q0^(-0,125) x I^(-0,25))
Rt 67.5
qt = x
240 t+1.45
β=
120+ ( tt ++19 ) x A
120+ A
4,1
α = 1-( ¿
( β x q ) +7
QT = I . β. α. A
Berdasarkan rumus-rumus diatas maka di dapat hasil perhitungan sebagai berikut dengan
mengansumsikan Q0 = 1 m3/detik

Debit Banjir Rancangan Metode Weduwen - Gumbel


Tr Q0 qt QT
I Rt (mm) t (jam) β α
(tahun) (m³/det) (m³/det/km²) (m³/det)
0.0312 74.1880 9.51365 0.833802 0.52252
2 5 9 1 7 1.903142462 5 5 62.19
0.0312 105.804 9.51365 0.833802 0.55738
5 5 3 1 7 2.71419207 5 4 94.61
0.0312 126.194 9.51365 0.833802 0.57728
10 5 3 1 7 3.237254234 5 6 116.87
0.0312 9.51365 0.833802 0.60001
25 5 151.965 1 7 3.898349596 5 8 146.27
0.0312 171.080 9.51365 0.833802
50 5 5 1 7 4.388716017 5 0.61536 168.89

Debit Banjir Rancangan Metode Weduwen - Log Pearson Type III


Tr Q0 qt QT
I Rt (mm) t (jam) β α
(tahun) (m³/det) (m³/det/km²) (m³/det)
0.0312 78.5137 9.51365 0.833802 0.52761
2 5 8 1 7 2.014109085 5 5 66.45
0.0312 102.425 9.51365 0.833802 0.55390
5 5 8 1 7 2.627523763 5 3 91.01
0.0312 9.51365 0.833802
10 5 114.25 1 7 2.930846922 5 0.56585 103.71
0.0312 125.781 9.51365 0.833802 0.57690
25 5 2 1 7 3.226657912 5 1 116.41
0.0312 132.502 9.51365 0.833802 0.58308
50 5 9 1 7 3.399089495 5 6 123.94

Setalah didapatkan perhitungan diatas maka masukan nilai Q0 hingga didapatkan nilai Q0 = QT.
Maka didapatkan hasil perhitungan pada tabel dibawah ini :

Debit Banjir Rancangan Metode Weduwen - Gumbel


Tr Q0 qt QT
I Rt (mm) t (jam) β α
(tahun) (m³/det) (m³/det/km²) (m³/det)
0.0312 74.1880 5.33499 0.785355 0.56453
2 5 9 102.26 8 3.075225809 9 1 102.26
0.0312 105.804 5.02590 0.780625 0.61273
5 5 3 164.84 9 4.595102955 8 5 164.84
0.0312 126.194 4.87816 0.778290 0.63924
10 5 3 209.28 5 5.608599433 4 7 209.28
0.0312 4.72713 0.775851 0.66850
25 5 151.965 269.15 7 6.919090123 1 4 269.15
0.0312 171.080 4.63357 0.774312
50 5 5 315.83 1 7.909232499 8 0.6876 315.83

Debit Banjir Rancangan Metode Weduwen - Log Pearson Type III


Tr Q0 qt QT
I Rt (mm) t (jam) β α
(tahun) (m³/det) (m³/det/km²) (m³/det)
0.0312 78.5137 5.28476 0.57169
2 5 8 110.3 3 3.278808738 0.784601 2 110.30
0.0312 102.425 5.05352 0.781056 0.60801
5 5 8 157.77 5 4.429485294 8 9 157.77
0.0312 4.96101 0.779606 0.62411
10 5 114.25 182.9 8 5.01212161 1 1 182.90
0.0312 125.781 4.88088 0.778333 0.63874
25 5 2 208.35 2 5.587842421 7 1 208.35
0.0312 132.502 4.83802 0.777647 0.64681
50 5 9 223.58 8 5.926572172 3 9 223.58

3. Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu


Diketahui :
A = 75 km2
L = 16 km
Lama hujan terpusat ( t ) = 6 jam
Koefisien pengaliran (C) = 0.68
Baseflow = 5.5

Data curah hujan Log Pearson pada periode ulang 2,5,10,25 dan 50 :

Kala Ulang 2 5 10 25 50
102.42 114.25 125.78 132.50
Curah Hujan ® 78.514 6 0 1 3

Perhitungan Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu dengan data curah hujan Log Pearson pada periode
ulang 2,5,10,25 dan 50 adalah sebagai berikut

 Menghitung sebaran hujan jam-jaman dengan rumus mononobe :


Rumus yang digunakan : RT = (R24/t x (t/T)2/3)
R24 = 1 , t = 6 , T = 1-6
Contoh perhitungan RT(RT24) pada T = 1 :
1 6 2/3
x ( ) = 0.550
6 1
Lakukan perhitungan dengan rumus yang sama dengan mengganti nilai T = 1 sampai T = 6.
Maka didapatkan hasil perhitungan rumus mononobe sebagai berikut :

T (jam) RT (R24)
1 0.550
2 0.347
3 0.265
4 0.218
5 0.188
6 0.167

Berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus mononobe diatas maka dapat dilakukan perhitungan rasio
sebaran hujan jam-jaman dengan rumus sebagai berikut :
Rt = T.RTmononobe - ((T-1) . R(T-1))
Contoh perhitungan pada T = 1 adalah sebagai berikut :
(1 x 0.550) – ((1-1).(0) = 0.550
Dengan melihat rumus dan cara yang sama lakukan perhitungan hingga T = 6 dengan ketentuan ∑Rt = 1,
maka di dapatkan hasil perhitungan sebagai berikut :

T Rt
1 0.550
2 0.143
3 0.100
4 0.080
5 0.067
6 0.059
Total 1

 Menghitung Curah hujan netto jam-jaman

Anda mungkin juga menyukai