Anda di halaman 1dari 13

NAMA : VICKY FERNANDO KELAS/NO ABSEN : F/25

TUGAS 7. DRAINASE KELAS F 011021


MAKALAH PENUH FULL (FULL) PERTEMUAN 6

SISTEM DRAINASE

DOSEN :

IR I MADE UDIANA, MT

KELOMPOK 7

1 Putri Aprilianti Lewen NIM. 1706010045

2 Vicky Fernando NIM. 1706010046

3 Fransiskus Alexandro NIM. 1706010048

5 Ronny S. Poyk NIM. 1706010093

PROGAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2021
3.2 Sistem Drainase

d. Sumber air buangan (air limbah)

Perkembangan industri yang pesat dewasa ini tidak lain karena penerapan
kemajuan teknologi oleh manusia guna mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik,
namun di sisi lain perkembangan tersebut juga dapat menimbulkan dampak yang
justru merugikan kelangsungan hidup manusia. Dampak tersebut harus dicegah karena
keseimbangan lingkungan dapat terganggu oleh kegiatan industri dan teknologi
tersebut. Jika keseimbangan lingkungan terganggu maka kualitas lingkungan juga
berubah. Padahal kenyamanan hidup banyak ditentukan oleh daya dukung alam atau
kualitas lingkungan yang mendukung kelangsungan hidup manusia (Wardhana, 1999).
Diantara dampak kegiatan yang sangat berpengaruh pada kualitas lingkungan adalah
dihasilkannya limbah pada berbagai kegiatan diatas. Beberapa pengertian air limbah
menurut beberapa pendapat antara lain:

1. Menurut Tchobanoglous (2003), air limbah adalah kombinasi dari cairan atau
limbah yang dibawa oleh air yang berasal dari kegiatan rumah tangga, institusi,
komersial, dan industrial, bersamaan dengan air tanah, air permukaan,dan air
hujan yang mungkin terjadi.
2. Menurut Azwar (1989), air limbah adalah air yang tidak bersih dan mengandung
berbagai zat yang membahayakan kehidupan manusia atau hewan serta tumbuhan,
merupakan kegiatan manusia seperti, limbah industri dan limbah rumah tangga.
3. Menurut Notoatmodjo (2003), air limbah atau air buangan adalah sisa air yang
dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempattempat umum
lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat
membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup.
4. Menurut Sugiharto (2005), air limbah (wastewater) adalah kotoran dari manusia
dan rumah tangga serta berasal dari industri, atau air permukaan serta buangan
lainnya. Dengan demikian air buangan ini merupakan hal yang bersifat kotoran
umum.
Sumber air buangan dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu:

1. Domestik
Air buangan domestik merupakan air buangan berasal dari rumah tangga atau
pemukiman penduduk. Jenis air limbah domestik terbagi menjadi 2 yaitu,
greywater dan blackwater. Greywater adalah limbah air yang di dapat dari
mencuci baju, mencuci piring atau air bekas kamar mandi. Blackwater
merupakan limbah air yang terkontaminasi dengan kotoran manusia dan hewan
contohnya seperti air septitank.
2. Industri
Air buangan industri merupakan air buangan yang berasal dari berbagai jenis
industri akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung di dalamnya sangat
bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri,
antara lain: nitrogen, sulfida, amoniak, lemak, garam-garam, zat pewarna,
mineral, logam berat, zat pelarut, dan sebagainya. Oleh sebab itu, pengolahan
jenis air limbah ini, agar tidak menimbulkan polusi lingkungan menjadi lebih
rumit.
3. Air buangan kotapraja (municipal wastes water)
Air buangan kotapraja merupakan air buangan yang berasal dari daerah
perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempatumum, tempat-tempat
ibadah, dan sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenis air
limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga.

e. Pola Aliran Alam

Informasi tentang pola aliran alam diperlukan untuk mendapatkan gambaran


tentang kecenderungan pola letak dan arah aliran alam yang terjadi sesuai demgan
kondisi lahan daerah rencana. Secara tidak langsung sebenarnya informasi ini dapat
diinterpretasikan dari peta topografi dengan cara mengidentifikasi bagian lembah dan
punggung lahan. Dimana pola aliran buangan alam cenderung mengarah pada bagian
lembah. Namun untuk dapat memperoleh hasil informasi yang lebih akurat, observasi
lapangan kerja diperlukan. Agar pekerjaan observasi lebih efisien, hendaknya
diidentifikasi terlebih dahulu daerah-daerah yang akan disurvei melalui informasi yang
tersedia.
Daerah pembuangan yang dimaksud adalah tempat pembuangan kelebihan air dan
lahan yang direncanakan, baik berupa sungai, danau atau laut. Informasi ini sangat
penting terutama berkaitan dengan penempatan fasilitas outletnya. Elevasi fasilitas
outlet harus ditetapkan di atas muk maksimum daerah pembuangan, sehingga gejala
terjadinya muka air balik pada rencana saluran drainase dapat dihindari. Berikut
beberapa pola aliran alam yang dimaksud :

1. Pola Alamiah
Letak saluran pembuang harus berada dibagian terendah atau lembah dari suatu
daerah akan sangat efektif berfungsi sebagai pengumpul dari anak cabang saluran
pengumpul drainase, dimana saluran pengumpul dan pembuang merupakan
saluran alamiah.

Gambar 3.1 Pola alamiah drainase


Sumber : https://www.tneutron.net/sipil/wp-content/uploads/sites/8/2016/07/image-
4.png
Dimana:
a = Saluran pengumpul (collector)
b = Saluran pembuang (conveyor)
2. Pola Siku
Saluran pembuang terletak di lembah dan merupakan saluran alamiah, sedangkan
saluran pembuang dibuat tegak lurus terhadap saluran pengumpul drainase.

Gambar 3.2 Pola siku drainase


Sumber : https://www.tneutron.net/sipil/wp-content/uploads/sites/8/2016/07/image-
5.png
3. Pola Paralel
Paralel merupakan saluran utama yang terletak sejajar dengan saluran cabang
(sekunder) yang cukup banyak dan pendek-pendek, bermuara pada sungai-sungai
utama dengan sudut lancip atau langsung bermuara kelaut. Berkembang dilereng
yang terkontrol oleh struktur (lipatan monoklinal, isoklinal dan sesar yang saling
sejajar dengan spasi yang pendek) atau dekat pantai. Pada umumnya menunjukkan
daerah yang berlereng sedang sampai agak curam dan dapat ditemukan pula daerah
bentuk lahan perbukitan yang memanjang. Bentuk lahan perbukitan yang memanjang
dengan pola pengaliran parallel mencerminkan perbukitan tersebut dipengaruhi oleh
perlipatan. Saluran pengumpul drainase yang menampung debit dari sungai-sungai
yang lebih kecil, dibuat sejajar satu sama lain dan kemudian masuk ke dalam
saluran pembuang drainase.

Gambar 3.3 Pola parallel drainase


Sumber : https://www.tneutron.net/sipil/wp-content/uploads/sites/8/2016/07/image-
6.png

4. Pola Gridiron
Beberapa interceptor drain dibuat satu dan lainnya sejajar, kemudian ditampung di
saluran pengumpul (collector drain) untuk selanjutnya masuk ke dalam saluran
pembaung (conveyor drain)
Gambar 3.4 Pola Drainase Gridiron
Sumber : https://www.tneutron.net/sipil/wp-
content/uploads/sites/8/2016/07/image-7.png

5. Pola Radial
Bentuknya menyerupai kipas atau lingkaran, anak-anak sungai berkonsentrasi kesuatu
titik secara radial. Memiliki karakteristik daerah vulkanik, kerucut (kubah) intrusi dan
sisa-sisa erosi. Pola pengaliran radial pada daerah vulkanik disebut sebagai pola
pengaliran multi radial. Umumnya dijumpai didaerah berbukit atau lereng gunung
berapi, seperti Gunung Semeru, Gunung Ijen dan Gunung Merapi. Suatu daerah
genangan dikeringkan melalui beberapa saluran pengumpul dari satu titik
menyebar ke segala arah sesuai dengan kondisi topografi daerah.

Gambar 3.5 Pola Drainase Radial


Sumber : https://www.tneutron.net/sipil/wp-content/uploads/sites/8/2016/07/image-
8.png

6. Pola Jaring-jaring
Untuk mencegah terjadinya pembebanan aliran dari suatu daerah terhadap daerah
lainnya, maka dapat dibuat beberapa saluran pengumpul tambahan (a) yag kemudian
ditampung ke dalam saluran pembuang (b) dan selanjutnya dialirkan menuju saluran
pembaung utama.
Gambar 3.6 Pola Drainase Jaring-jaring
Sumber : https://www.tneutron.net/sipil/wp-
content/uploads/sites/8/2016/07/image-9.png
f. Bangunan Penunjang dalam Sistem Drainase

Bangunan penunjang drainase merupakan bangunan-bangunan pelengkap untuk


menjamin berfungsinya saluran drainase secara baik. Bangunan-bangunan pelengkap ini
biasanya terdapat di tempat-tempat tertentu yang membutuhkan. Bangunan penunjang
drainase dapat dibagi atas:

1 Bangunan silang
Bangunan silang adalah bangunan pada irigasi yang berfungsi untuk membawa
air irigasi yang melalui suatu hambatan alam atau hambatan yang dibuat
manusia, misalnya sungai, jalan, bangunan dan lain-lain. Contoh: Talang,
siphon, dan gorong-gorong

Gambar 3.7 Contoh bangunan silang


Sumber : https://pt.slideshare.net/abufaiza/irigasi-bendung-dan-bangunan-air/7?
smtNoRedir=1
2 Bangunan pemecah energi.
Merupakan bagian dari konstruksi bangunan keairan (bendung atau spill way)
yang berfungsi meredam energi yang timbul akibat dari loncat air. misalnya
bangunan terjun dan saluran curam.

Gambar 3.8 Contoh bangunan pemecah energi


Sumber : https://pt.slideshare.net/abufaiza/irigasi-bendung-dan-bangunan-air/7?
smtNoRedir=1
3 Bangunan pengaman erosi.
Merupakan bangunan yang berfungsi untuk menahan terjadinya pengikisan
tanah oleh air,angina tau es, misalnya ambang atau ground sill.

Gambar 3.9 Contoh bangunan pengaman erosi


Sumber:http://bsantosa.staff.gunadarma.ac.id/kuliah-1+pengantar+drainase
4 Bangunan Inlet
Bangunan inlet adalah pelengkap pada sistem drainase yang merupakan lubang
atau bukaan pada sisi – sisi jalan yang berfungsi untuk menampung dan
menyalurkan limpasan air hujan yang berada di sepanjang ruas jalan menuju ke
dalam saluran drainase. misalnya grill samping / datar

Gambar 3.10 Contoh bangunan pengaman erosi


Sumber: https://kursrupiah.net/
5 Bangunan outlet,
Bangunan pengeluaran atau Bangunan outlet adalah suatu bangunan untuk
melepaskan air dari waduk pada kondisi muka air waduk normal. misalnya
kolam loncat air

Gambar 3.11 Contoh bangunan outlet


Sumber: https://sibima.pu.go.id/

6 Bangunan Pintu Air


Pintu air (sluice) yang biasa di bangun memotong tanggul sungai berfungsi
sebagai pengatur aliran air untuk pembuangan (drainase), penyadap dan
pengatur lalu lintas air. Di tinjau dari kontruksinya, secara garis besarnya pintu
air dapat di bedakan dalam dua tipe yaitu pintu air saluran terbuka atau di sebut
pintu air saluran (gate) dan pintu air saluran tertutup atau disebut pintu air
saluran trowongan (sluice).

Gambar 3.12 Contoh bangunan pintu air


Sumber: http://irigasi.pupr.kuduskab.go.id/pintu_air
7 Bangunan rumah pompa
Bangunan rumah pompa terdiri dari rumah pompa dan pagar rumah pompa.
Bangunan rumah pompa untuk melindungi pompa, motor penggerak pompa
dan sekaligus sebagai tempat perbaikan kerusakan kecil dan untuk menyimpan
suku cadang.
Kegunaan lain dari rumah pompa adalah:
 Mengurangi pemeliharaan pompa,
 Menghindari kotoran dan debu pada pompa dan motor penggerak
pompa serta melindungi pompa dari sinar matahari dan hujan.
 Tempat untuk menyimpan peralatan, bahan bakar dan perlindungan
lainnya.

Gambar 3.13 Contoh bangunan rumah pompa


Sumber: https://www.slideshare.net/metrosanita/tata-cara-operasional-dan-
pemeliharaan-drainase-perkotaan-bagian-2
8 Bangunan kolam Tandum/ pengumpul
Kolam pengumpul adalah kolam atau wadah yang dipergunakan untuk
menampung air hujan yang jatuh di atap bangunan (rumah, gedung perkantoran
atau industri) yang disalurkan melalui talang.

Gambar 3.14 Contoh bangunan rumah pompa


Sumber: http://tugasarlink.blogspot.com/2013/11/pemanfaatan-air.html

9 Bangunan instalasi pengolah limbah


Bangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) (Wastewater Treatment
Plant,WWTP) adalah bangunan yang dirancang untuk
membuang limbah biologis dan kimiawi dari air sehingga memungkinkan air
tersebut digunakan pada aktivitas yang lain.

Gambar 3.15 Contoh bangunan instalasi pengolah limbah


Sumber: https://www.amanaid.com/id/bagaimana-cara-kerja-instalasi-
pengolahan-air-limbah/
Semua bangunan penunjang drainase diatas tidak selalu ada pada setiap
jaringan drainase. Keberadaanya tergantung pada kebutuhan setempat yang
biasanya dipengaruhi oleh fungsi saluran, kondisi lingukangan dan tuntutan
akan kesempurnaan jaringannya.

Bangunan -bangunan penunjang drainase memiliki beberapa fungsi, yaitu


sebagai berikut:

 Memperlancar surutnya genangan yang mungkin timbul diatas


permukaan jalan karena Q hujan dan Q rencana
 Memperlancar arus saluran
 Mengamankan terhadap bahaya degradasi pada dasar saluran
 Mengatur saluran terhadap pasang surut, khususnya di daerah pantai
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.tneutron.net/sipil/pola-aliran-alam/
2. https://maria.co.id/bangunan-penunjang-drainase/
3. https://pt.slideshare.net/abufaiza/irigasi-bendung-dan-bangunan-air/7?
smtNoRedir=1
4. https://www.tneutron.net/sipil/wp-content/uploads/sites/8/2016/07/image-4.png
5. https://www.tneutron.net/sipil/wp-content/uploads/sites/8/2016/07/image-5.png
6. https://www.tneutron.net/sipil/wp-content/uploads/sites/8/2016/07/image-6.png
7. https://www.tneutron.net/sipil/wp-content/uploads/sites/8/2016/07/image-8.png
8. https://www.tneutron.net/sipil/wp-content/uploads/sites/8/2016/07/image-9.png
9.

Anda mungkin juga menyukai