PENDAHULUAN
Apabila hal-hal tersebut diatas dapat dilaksanakan dengan baik maka akan
tercipta suatu sistem drainase yang bekerja secara efektif dan efisien, selain itu
perumahan Sei Raya Lestari 1 akan senantiasa terhindar dari genangan air baik akibat
hujan, maupun air pasang sehingga dilingkungan tersebut terhindar dari penyakit.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka diketahui di kawasan belum memiliki
saluran drainase yang dibuat khusus untuk mengalirkan air tersebut sehingga sering
terjadi genangan saat hujan turun, terjadi sedimentasi serta tumbuhnya rumput –
rumput liar. Untuk itu perlu direncanakan saluran drainase yang benar.
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan Tugas Besar ini adalah:
Bentuk Trapesium
Saluran drainase bentuk trapesium pada umumnya saluran dari tanah, tapi
dimungkinkan juga bentuk ini dari pasangan. Saluran ini membutuhkan ruang
yang cukup dan berfungsi untuk pengaliran air hujan, air rumah tangga
ataupun air irigasi.
Bentuk Lingkaran
Saluran drainse bentuk ini berupa saluran dari pasangan atau kombinasi
pasangan dan pipa beton. Dengan bentuk dasar saluran yang bulat
memudahkan pengangkutan bahan endapan atau limbah. Bentuk saluran ini
biasa dipakai untuk air limbah industri saluran air hujan dan rumah tangga.
Bentuk Tersusan
Saluran bentuk tersusun dapat berupa saluran dari tanah maupun pasangan.
Penampang saluran yang bawah berfungsi mengalirkan air rumah tangga pada
kondisi tidak ada hujan, apabila terjadi hujan maka kelebihan air dapat
ditampung pada saluran bagian atas. Tampang saluran ini membutuhkan ruang
yang cukup dan dapat digunakan untuk saluran air hujan, saluran rumah
tangga dan irigasi.
a. Siku
Pola ini dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi pada
sungai. Sungai sebagai saluran pembuangan akhir berada ditengah kota.
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran cabang
(sekunder) yang cukup banyak dan pendek-pendek, apabila terjadi perkembangan
kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri. Saluran ini bisa dijumpai pada
daerah dengan topografi yang cenderung datar dan terletak jauh dari sungai dan
danau.
b. Grid Iron
Pola jaringan ini terjadi pada daerah dimana sungai terletak di pinggir kota,
saluran-saluran cabang dikumpulkan terlebih dahulu pada saluran pengumpul
c. Alamiah
Pola jaringan alamiah sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola
alamiah lebih besar.
Gambar 2.8. Pola Alamiah
d. Radial
Pola jaringan radial terjadi pada daerah berbukit, sehingga pola aliran memnencar
ke segala arah.
e. Jaring-Jaring
Pola ini mempunyai saluran-saluran pembuang yang mengikuti arah jalan raya,
dan cocok untuk daerah dengan topografi datar.
Gambar 2.10. Pola Jaring-jaring
Jaringan drainase perkotaan meliputi seluruh alur air, baik alur alam maupun
alur buatan yang hulunya terletak di kota dan bermuara di sungai yang melewati
sungai tersebut atau bermuara ke laut tepi kota tersebut.
Menurut lokasi yang telah saya dapat, saya mengambil Lokasi di Jl. Sei Raya Dalam
Perumahan Sei Raya Lestari 1. Seperti pada gambar di bawah ini :
- Bagian jalan terdiri dari badan jalan dari aspal, bahu jalan dan luar jalan dari
tanah.
- Panjang jalan jalur A = 307,0 m, jalur B = 307,0 m dan
- Lebar jalan pada perumahan Sei Raya Lestari 1 yaitu memiliki ukuran lebar
sebesar 4 meter dan dengan kemiringan permukaan 2%.
- Jumlah rumah 54 unit untuk jalur A = 26 rumah dan jalur B = 28 rumah.
- Panjang saluran drainase ini mengikuti panjang dari jalan perumahan Sei
Raya Lestari 1 itu sendiri, yaitu 307 meter.
- Lebar saluran drainase yaitu memiliki ukuran lebar 50 cm.
Analisa Frekuensi Curah Hujan berguna untuk mencari hubungan antara besar
nya kejadian ekstrim terhadap frekuensi kejadian dengan menggunakan distribusi
probabilitas. Pada perhitungan analisa frekuensi data curah hujan ini dihitung dengan
menggunakan metode distribusi Gumbell.
Tabel 3.2. Perhitungan Analisa Frekuensi Data Curah Hujan
Sx=
√ Σ( Xi− X)2
n−1 √
=
2654 , 42
10−1
=17,1736
Hasil dari menganalisa frekuensi curah hujan ini, untuk lebih jelas dapat dilihat pada
table 3.3. berikut ini :
T Yt Yn Sn Sx K Xt
5 1,4999 0,4952 0,9496 17,1736 1,0609 134,82
Waktu konsentrasi yaitu waktu yang diperlukan oleh butiran air untuk
bergerak dari satu titik yang terjadi pada daerah pengaliran sampai ke titik
pembuangan. Waktu konsentrasi dibagi menjadi 2 (dua0 yaitu :
[ ]
0,167
2 nd
Rumus : t o= x 3 , 28 x L1 x
3 √s
b. t d waktu pengaliran
Diperoleh dengan membagi panjang aliran maksimum dari saluran samping
dengan kecepatan rata-rata aliran pada saluran tersebut.
L
Rumus t d=
60.V
m
V ijin=1 , 5
detik
Sedangkan waktu konsentrasi Tc dihitung dengan rumus :
Tc = t o +t d
Dimana :
Tc = Waktu konsentrasi
t o = Waktu inlet (menit)
N
Kondisi Lapis Permukaan Nd
o
1 Lapisan semen dan aspal beton 0,013
2 Permukaan licin dan kedap air 0,02
3 Permukaan licin dan kokoh 0,1
Waktu konsentrasi air hujan untuk mengalir pada permukaan tanah menuju saluran
terdekat (t1) dan saluran yang ditinjau (t2) digunakan rumus:
tc = t1 + t2
2 nd 0,167
t1 = ( ×3 , 28 × Lo × ¿ ¿
3 √s
L
td =
60 ×V ijin
Perhitungan :
Jalur A - B
Dengan:
2 nd 0,167
t1 = ( ×3 , 28 × ln × ¿¿
3 √s
0,167
2 0 ,02
t jalan = ( ×3 ,28 × ln× ) = 0,9875 menit
3 √0 , 02
2 0 ,02 0,167
t tanah jalan = ( ×3 ,28 × ln× ) = 1,7582 menit
3 √0 , 05
t1 = 2,7457 menit
Ls 307 ,0
t2 = = = 3,15 menit
60 ×Vijin 60 ×1 ,5
tc = t1 + t2
= 2,7457 menit + 3,15 menit
Intensitas Curah Hujan adalah tinggi curah hujan per satuan waktu yang
dinyatakan dalam mm/hr, mm/jam, mm/menit. Untuk perhitungan saluran drainase
intensitas curah hujan yang diperhitungkan adalah intensitas curah hujan yang terjadi
pada waktu konsentrasi (Tc). Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan aliran
hujan dari titik terjauh hingga mencapai outlet dari saluran.
[ ]
2/ 3
R 24
I =
24 tc
Keterangan :
24 = Waktu sehari (jam)
R = Curah Hujan Maksimum (mm)
tc = Waktu Konsentrasi (jam)
I = Intensitas Curah Hujan (mm/jam)
Penyelesaian :
Diketahui :
R = 134,82 mm
tc = 5,8957 jam
[ ]
2 /3
134 , 82 24
I =
24 0,0983
= 219,4395 mm/jam
b. Menghitung Intensitas Curah Hujan Dengan Persamaan Kurva Basis
Dik:
Penyelesaian:
90 % x R 24
I =
4
90 % x 219,4395
I = = 49,37 mm/jam
4
Blok A-B
C1 . A 1+C 2 . A 2+C 3 . A 3
C=
A 1 + A 2 + A3
Keterangan :
Keadaan kondisi permukaan jalan seperti pada gambar yang terdiri dari:
C1 . A 1+C 2 . A 2
C=
A1 + A 2
0 , 80 .921+ 0 , 40 . 4605
C= = 0,47
921+ 4605
Debit aliran (Q) adalah jumlah pengaliran limpasan yang masuk kedalam
saluran persatuan waktu. Untuk menghitung besarnya debit air pada daerah tangkapan
(catcment area) saluran drainase, digunakan rumus:
Q = 0,278 . C. I. A
Keterangan:
C = Koefisien pengaliran
Data :
C = 0,47
I = 219,4395 mm/jam
Q = 0,278 ∙ C ∙ I ∙ A
= 0,278 x 0,47 x 219,4395 x 0,00553
= 0,1585 m3/det
- Jalur A
Diketahui:
Jumlah rumah = 26 rumah
Jumlah orang 1 rumah = asumsi 5 orang
Kebutuhan air bersih = 170 ltr/org
Jumlah Pelayanan × Jumlah Orang× Kebutuhan air bersih
Q domestik =
Jumlah Detik Dalam Sehari
26 rumah× 5 o rang ×170 ltr /org
= = 0,000255 m3/det
86400 detik
Debit air buangan (Q limbah) :
Q limbah = 70% . Qdom
= 70 % . 0,000255
= 0,00018 m3/det
- Jalur B
Diketahui:
Jumlah rumah = 28 rumah
Jumlah orang 1 rumah = asumsi 5 orang
Kebutuhan air bersih = 170 ltr/org
Jumlah Pelayanan × Jumlah Orang× Kebutuhan air bersih
Q domestik =
Jumlah Detik Dalam Sehari
28 rumah×5 o rang ×170 ltr /org
= = 0,000275 m3/det
86400 detik
Debit air buangan (Q limbah) :
Q limbah = 70% . Qdom
= 70 % . 0,000275
= 0,00019 m3/det
3.3. Perhitungan Dimensi Saluran
Saluran yang dipilih untuk bangunan drainase ini adalah saluran berbentuk
segiempat jenis terbuka. Pemilihan ini dibuat untuk memudahkan didalam
pemeliharaan dan perawatannya.
- JalurA – B
Menentukan tinggi dan lebar saluran
Debit air (Q) = 0,00019 m3/det
h
S= L
0 ,40
S= ×100 % = 0,130 %
307 , 0
n = 0,020, harga n untuk rumus Manning (saluran pada dinding batuan, lurus,
teratur dengan penyelesaian baik sekali)
dimensi penampang saluran persegi empat dengan menggunakan rumus
Manning, yaitu:
Q=V.A
2 1
1 3 2
V= R S
n
2 1
1 3 2
Q= R S .A
n
2
Q 1 3
= R √S
A n
2 P = 2d + b
Q. n3
A. R =
√S = 2d + 2b
= 4d
2
A 2d 1
R= = = ∙d
P 4d 2
Maka diperoleh:
2
Q. n
A . R3=
√S
( )
2
2 1 3 0 , 15869 ×0 , 02
2d ∙ d =
2 √ 0,00130
()
2
2 d 3
2d ∙ =¿0,0880
2
()
2
3
d
2 d2 3
=0,0880
2
2
8
2d3
=0,088 0
1,587
8
1,2602 d 3 =0,0880
8
d 3 =0 ,110
d = 0,37 m
b = 2d
= 2 x 0,37 = 0,74 m
( ) ( )
2
1 23 1 2
A . R 3 =2 d 2 ∙ d =2 ∙ 0 ,37 2 ∙ 0 ,37 3 =¿ 0,08889
2 2
0,08889> 0,08802(Kontrol OK )
Kontrol Kapasitas Penampang
Untuk mengontrol kecepatan maka dapat dikontrol V hasil < Vijin
Q
V hasil =
A
0,15869
= 0 ,74 x 0 , 37
= 0,58 m/det