Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perencanaan suatu sistem drainase merupakan suatu upaya untuk menghindari
terjadinya genangan air pada suatu kawasan tertentu yang tidak dapat menyerap air
secara optimal dikarenakan pada kawasan atau areal tersebut telah berdiri suatu
bangunan baik itu sarana transportasi (jalan raya) maupun bangunan perumahan/
gedung, yang dapat mengganggu aktifitas penyerapan air.

Di perumahan Sei Raya Lestari 1 belum memiliki saluran drainase yang


sesuai dengan persyaratan, sehingga perumahan tersebut sering tergenang air pada
saat hujan. Untuk itu perlu direncanakan suatu sistem drainase guna menghindari
terjadinya genangan-genangan air di sekitar area dengan cara mengalirkan air pada
kawasan area tersebut, sehingga air yang tadinya tidak terserap secara langsung oleh
tanah dapat tersalurkan dengan baik.

Apabila hal-hal tersebut diatas dapat dilaksanakan dengan baik maka akan
tercipta suatu sistem drainase yang bekerja secara efektif dan efisien, selain itu
perumahan Sei Raya Lestari 1 akan senantiasa terhindar dari genangan air baik akibat
hujan, maupun air pasang sehingga dilingkungan tersebut terhindar dari penyakit.

Dengan terhindarnya kawasan tersebut dari penyakit, maka lingkungan


tersebut menjadi lingkungan yang sehat. Demi terciptanya kawasan lingkungan yang
sehat dan bersih, maka dirasa perlu direncanakan suatu jaringan drainase pada
Perumahan Sei Raya Lestari 1 Jalan Sei Raya Dalam Kota Pontianak.

1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka diketahui di kawasan belum memiliki
saluran drainase yang dibuat khusus untuk mengalirkan air tersebut sehingga sering
terjadi genangan saat hujan turun, terjadi sedimentasi serta tumbuhnya rumput –
rumput liar. Untuk itu perlu direncanakan saluran drainase yang benar.

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan Tugas Besar ini adalah:

1. Dapat mengolah data-data yang telah didapatkan

2. Dapat menganalisa Frekuensi Curah Hujan

3. Dapat menghitung Waktu Konsentrasi (tc)

4. Dapat menghitung Intensitas Curah Hujan ( I ) menggunakan Kurva Basis

5. Dapat menentukan Besarnya Koefisien Pengaliran (C)

6. Dapat menghitung Besarnya Debit Rasional (Q)

7. Dapat menghitung Debit Buangan Penduduk

8. Dapat merencanakan Dimensi Saluran


BAB II
DASAR TEORI

2.1. Pengertian Drainase


Drainase yang berasal dari bahasa Inggris "Drainage" mempunyai arti
mengalirkan, menguras, membuang atau mengalihkan air. Dalam bidang Teknik sipil,
drainase secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk
mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun
kelebihan air irigasi dari suatu kawasan/ lahan, sehingga fungsi kawasan/lahan dapat
difungsikan secara optimal, dan tidak terganggu. Sistem drainase dapat didefinisikan
sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan membuang
kelebihan air dari suatu kawasan/ lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara
optimal. Drainase juga merupakan prasarana yang berfungsi untuk menyalurkan air
hujan atau mengalirkan limpasan air permukaan pada suatu kawasan hingga ke badan
penerima air dan atau ke bangunan resapan. (Suripin,2004 dalam
Mursitaningsih,2009)

2.2. Jenis dan Bentuk-Bentuk Drainase


Drainase perkotaan terbagi menjadi dua, yaitu drainase air hujan (strom waler
drainage) dan drainase air limbah (sewer drainage). Drainase air hujan terletak di atas
permukaan tanah dan drainase air limbah terletak di bawah permukaan tanah. Adanya
pemisahan antara drainase air hujan dengan drainase air limbah ini dikarenakan air
hujan yang turun ke bumi masih dapat digunakan untuk kehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya, karena tidak mengandung partikel-partikel atau zat-zat yang
merugikan. Sedangkan untuk air limbah yang mengandung partikel-partikel atau zat-
zat yang merugikan harus dibuat system drainase tersendiri dibawah permukaan
tanah, agar tidak mengganggu kelangsungan hidup makhluk hidup.
Bentuk-bentuk penampang saluran terdiri dari beberapa bentuk yang sering
digunakan diantaranya yaitu;

 Bentuk Trapesium

Saluran drainase bentuk trapesium pada umumnya saluran dari tanah, tapi
dimungkinkan juga bentuk ini dari pasangan. Saluran ini membutuhkan ruang
yang cukup dan berfungsi untuk pengaliran air hujan, air rumah tangga
ataupun air irigasi.

Gambar 2.1. Bentuk Trapesium

 Bentuk empat persegi panjang

Saluran drainase berbentuk empat persegi panjang tidak banyak membutuhkan


ruang. Sebagai konsekuensi dari saluran bentuk ini saluran harus dari
pasangan atau beton. Saluran bentuk ini berfungsi sebagai saluran air hujan,
air rumah tangga, maupun irigasi. Bentuk saluran ini dipakai untuk debit yang
besar.
Gambar 2.2. Bentuk empat persegi Panjang

 Bentuk Lingkaran

Saluran drainse bentuk ini berupa saluran dari pasangan atau kombinasi
pasangan dan pipa beton. Dengan bentuk dasar saluran yang bulat
memudahkan pengangkutan bahan endapan atau limbah. Bentuk saluran ini
biasa dipakai untuk air limbah industri saluran air hujan dan rumah tangga.

Gambar 2.3. Bentuk Lingkaran

 Bentuk Tersusan

Saluran bentuk tersusun dapat berupa saluran dari tanah maupun pasangan.
Penampang saluran yang bawah berfungsi mengalirkan air rumah tangga pada
kondisi tidak ada hujan, apabila terjadi hujan maka kelebihan air dapat
ditampung pada saluran bagian atas. Tampang saluran ini membutuhkan ruang
yang cukup dan dapat digunakan untuk saluran air hujan, saluran rumah
tangga dan irigasi.

Gambar 2.4. Bentuk Tersusun

2.3. Pola Jaringan Drainase


Pola jaringan drainase terdiri dari pola pada daerah distribusi drainase perkotaan dan
daerah aliran sungai.

a. Siku

Pola ini dibuat pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi pada
sungai. Sungai sebagai saluran pembuangan akhir berada ditengah kota.

Gambar 2.5. Pola Siku

Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran cabang
(sekunder) yang cukup banyak dan pendek-pendek, apabila terjadi perkembangan
kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri. Saluran ini bisa dijumpai pada
daerah dengan topografi yang cenderung datar dan terletak jauh dari sungai dan
danau.

Gambar 2.6. Pola Paralel

b. Grid Iron

Pola jaringan ini terjadi pada daerah dimana sungai terletak di pinggir kota,
saluran-saluran cabang dikumpulkan terlebih dahulu pada saluran pengumpul

Gambar 2.7. Pola Grid Iron

c. Alamiah

Pola jaringan alamiah sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola
alamiah lebih besar.
Gambar 2.8. Pola Alamiah

d. Radial

Pola jaringan radial terjadi pada daerah berbukit, sehingga pola aliran memnencar
ke segala arah.

Gambar 2.9. Pola Radial

e. Jaring-Jaring

Pola ini mempunyai saluran-saluran pembuang yang mengikuti arah jalan raya,
dan cocok untuk daerah dengan topografi datar.
Gambar 2.10. Pola Jaring-jaring

2.4. Catchment Area


Daerah Aliran Sungai (caichment area, watershed) adalah suatu wilayah
daratan yang merupakan satu kesatuan, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami,
yang batas di darat merupakan pemisah topografi dan batas di laut sampai dengan
daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

Jaringan drainase perkotaan meliputi seluruh alur air, baik alur alam maupun
alur buatan yang hulunya terletak di kota dan bermuara di sungai yang melewati
sungai tersebut atau bermuara ke laut tepi kota tersebut.

2.5. Analisa Hidrologi


Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya, pergerakan dan
distribusi air di bumi, baik di atas maupun di bawah permukaan tanah tentang sifat
fisik, kimia air serta reaksinya terhadap lingkungan dan hubungannya dengan
kehidupan.

2.6 Curah Hujan


Hujan adalah butiran-butiran air yang dicurahkan dari atmosfer turun ke
permukaan bumi. Sedangkan curah hujan adalah jumlah air hujan yang turun pada
suatu daerah dalam waktu tertentu. Adapun alat untuk mengukur banyaknya curah
hujan disebut Rain Gauge. Curah hujan diukur dalam harian, bulanan, dan tahunan.
Jumlah curah hujan yang jatuh, biasanya diukur dalam satuan millimetre atau inci.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Data Perencanaan Dimensi Saluran

Menurut lokasi yang telah saya dapat, saya mengambil Lokasi di Jl. Sei Raya Dalam
Perumahan Sei Raya Lestari 1. Seperti pada gambar di bawah ini :

3.1.1. Data Eksisting


Data eksisting pada Jalan Sei Raya Dalam, Perumahan Sei Raya Lestari 1,
Kecamatan Pontianak Tenggara adalah :

- Bagian jalan terdiri dari badan jalan dari aspal, bahu jalan dan luar jalan dari
tanah.
- Panjang jalan jalur A = 307,0 m, jalur B = 307,0 m dan
- Lebar jalan pada perumahan Sei Raya Lestari 1 yaitu memiliki ukuran lebar
sebesar 4 meter dan dengan kemiringan permukaan 2%.
- Jumlah rumah 54 unit untuk jalur A = 26 rumah dan jalur B = 28 rumah.
- Panjang saluran drainase ini mengikuti panjang dari jalan perumahan Sei
Raya Lestari 1 itu sendiri, yaitu 307 meter.
- Lebar saluran drainase yaitu memiliki ukuran lebar 50 cm.

3.1.2. Data Curah Hujan Harian Maksimum


Data curah hujan yang berhasil dikumpulkan adalah data curah hujan
maksimum Kota Pontianak dari stasiun Supadio yang berjumlah data dari tahun 2011
sampai dengan tahun 2020.

Tabel 3.1. Curah Hujan Harian Maksimum

Tanggal Bulan Tahun Curah Hujan Maksimal Harian (mm)


16 Juli 2011 111
31 Januari 2012 114
12 Juli 2013 97
7 Mei 2014 112
3 Mei 2015 116
26 Februari 2016 95
14 Juni 2017 125
23 Oktober 2018 137
16 Agustus 2019 151
23 September 2020 108

3.2. Perencanaan Dimensi Saluran

3.2.1. Menghitung Debit Rencana Dengan Metode Rasional (Q curah hujan)


3.2.1.1. Analisa Frekuensi Data Curah Hujan

Analisa Frekuensi Curah Hujan berguna untuk mencari hubungan antara besar
nya kejadian ekstrim terhadap frekuensi kejadian dengan menggunakan distribusi
probabilitas. Pada perhitungan analisa frekuensi data curah hujan ini dihitung dengan
menggunakan metode distribusi Gumbell.
Tabel 3.2. Perhitungan Analisa Frekuensi Data Curah Hujan

Hujan Harian Max (mm) Deviasi


Tahun ( Xi− X )2
Xi ( Xi− X )
2019 151 34,4 1183,36
2018 137 20,4 416,16
2017 125 8,4 70,56
2015 116 -0,6 0,36
2012 114 -2,6 6,76
2014 112 -4,6 21,16
2011 111 -5,6 31,36
2020 108 -8,6 73,98
2013 97 -19,6 384,16
2016 95 -21,6 466,56
n = 10 Σ X i=1166 2
Σ ( Xi−X ) =2654 , 42
Sumber: analisa data dan perencanaan

1) Menghitung Curah Hujan Rata-Rata ( X )


ΣXi 1166
X= = =116 , 6 mm
n 10
2) Menghitung standar deviasi (Sx)

Sx=
√ Σ( Xi− X)2
n−1 √
=
2654 , 42
10−1
=17,1736

3) Mencari besarnya Yt, Yn dan Sn


Periode ulang = 5 tahun, n = 10 tahun, maka digunakan :
Yt = 1,4999 (Tabel
Yn = 0,4952 (Tabel
Sn = 0,9496 (Tabel
4) Mencari besarnya kala ulang (K)
Yt −Yn 1,4999−0,4952
K= = =1,0609
Sn 0,9496
5) Mencari besarnya curah hujan untuk periode ulang (Xt)
Xt =X + ( K . Sx )=116, 6+(1,0609 ×17,1736)
¿ 134 , 82 mm

Hasil dari menganalisa frekuensi curah hujan ini, untuk lebih jelas dapat dilihat pada
table 3.3. berikut ini :

Tabel 3.3. Nilai Yt, Yn, Sn, Sx, K, dan Xt

T Yt Yn Sn Sx K Xt
5 1,4999 0,4952 0,9496 17,1736 1,0609 134,82

3.2.1.2. Menghitung Waktu Konsentrasi (tc)

Waktu konsentrasi yaitu waktu yang diperlukan oleh butiran air untuk
bergerak dari satu titik yang terjadi pada daerah pengaliran sampai ke titik
pembuangan. Waktu konsentrasi dibagi menjadi 2 (dua0 yaitu :

a. t o waktu untuk mencapai awal saluran


Dipengaruhi oleh kondisi dan kelandaian permukaan, luas dan bentuk daerah
tangkapan.

[ ]
0,167
2 nd
Rumus : t o= x 3 , 28 x L1 x
3 √s
b. t d waktu pengaliran
Diperoleh dengan membagi panjang aliran maksimum dari saluran samping
dengan kecepatan rata-rata aliran pada saluran tersebut.
L
Rumus t d=
60.V
m
V ijin=1 , 5
detik
Sedangkan waktu konsentrasi Tc dihitung dengan rumus :

Tc = t o +t d

Dimana :

Tc = Waktu konsentrasi
t o = Waktu inlet (menit)

t d = Waktu aliran (menit)

Lo = Jarak dari titik terjauh ke fasilitas drainase (m)


Nd = Koefisien hambatan
S = Kemiringan daerah pengaliran
V = Kecepatan air rata-rata di saluran (m/dt)
L = Panjang saluran

Tabel 3.4. Kemiringan Melintang Perkerasan dan Bahu Jalan

No. Jenis Permukaan Aspal Kemiringan Melintang Normal


1. Beraspal 2%-3%
2. Beton 4%-6%
3. Kerikil 3%-6%
4. Tanah 4%-6%
Sumber : SNI 03-3424-1994

Tabel 3.5. Hubungan Kondisi Permukaan dengan Koefisien Hambatan

Kecepatan Aliran Air yang


Jenis Bahan
Diijinkan (m/detik)

Pasir Halus 0,45


Lempung Kepasiran 0,50
Lahan Aluvial 0,60
Kerikil Halus 0,75
Lempung Kokoh 0,75
Lempung Padat 1,10
Kerikil Kasar 1,20
Batu-Batu Besar 1,50
Pasangan Batu 1,50
Beton 1,50
Beton Bertulang 1,50
Sumber : SNI 03-3424-1994

Tabel 3.6. Hubungan Kondisi Permukaan dengan Koefisien Hambatan

N
Kondisi Lapis Permukaan Nd
o
1 Lapisan semen dan aspal beton 0,013
2 Permukaan licin dan kedap air 0,02
3 Permukaan licin dan kokoh 0,1

Tanah dengan rumput tipis dan gundul


4 0,2
dengan permukaan sedikit kasar

5 Padang rumput dan rerumputan 0,4


6 Hutan Gundul 0,6
Hutan rimbun dan tanah gundul rapat dengan
7 0,8
hamparan rumput jarang sampai rapat
Sumber : SNI 03-3424-1994

Waktu konsentrasi air hujan untuk mengalir pada permukaan tanah menuju saluran
terdekat (t1) dan saluran yang ditinjau (t2) digunakan rumus:

tc = t1 + t2

2 nd 0,167
t1 = ( ×3 , 28 × Lo × ¿ ¿
3 √s
L
td =
60 ×V ijin

Vijin = 1,50 m/det

Perhitungan :

Jalur A - B

Dengan:

- Panjang saluran (L) pada saluran jalur A = 307,00 m


- Jalan (beraspal) = L1 = 3 m
- Bagian luar jalan = L2 = 15 m
- Kemiringan jalan = 2 % = 0,02
- Tanah luar jalan = 5 % = 0,05
- Jalan (permukaan licin dan kedap air) = 0,020
- Tanah luar (tanah dengan rumput tipis dan gundul dengan permukaan sedikit
kasar) = 0,20

2 nd 0,167
t1 = ( ×3 , 28 × ln × ¿¿
3 √s
0,167
2 0 ,02
t jalan = ( ×3 ,28 × ln× ) = 0,9875 menit
3 √0 , 02

2 0 ,02 0,167
t tanah jalan = ( ×3 ,28 × ln× ) = 1,7582 menit
3 √0 , 05
t1 = 2,7457 menit

Ls 307 ,0
t2 = = = 3,15 menit
60 ×Vijin 60 ×1 ,5

Jadi total waktu tc adalah jumlah dari t1 dan t2 sehingga :

tc = t1 + t2
= 2,7457 menit + 3,15 menit

= 5,8957 menit = 0,0983 jam

3.2.1.3. Perhitungan Intensitas Curah Hujan (I)

Intensitas Curah Hujan adalah tinggi curah hujan per satuan waktu yang
dinyatakan dalam mm/hr, mm/jam, mm/menit. Untuk perhitungan saluran drainase
intensitas curah hujan yang diperhitungkan adalah intensitas curah hujan yang terjadi
pada waktu konsentrasi (Tc). Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan aliran
hujan dari titik terjauh hingga mencapai outlet dari saluran.

a. Menghitung Intensitas Curah Hujan Dengan Persamaan Mononobe

[ ]
2/ 3
R 24
I =
24 tc

Keterangan :
24 = Waktu sehari (jam)
R = Curah Hujan Maksimum (mm)
tc = Waktu Konsentrasi (jam)
I = Intensitas Curah Hujan (mm/jam)

Penyelesaian :
Diketahui :
R = 134,82 mm

tc = 5,8957 jam

[ ]
2 /3
134 , 82 24
I =
24 0,0983

= 219,4395 mm/jam
b. Menghitung Intensitas Curah Hujan Dengan Persamaan Kurva Basis

Dik:

R24 = 219,4395 mm/jam

Penyelesaian:

90 % x R 24
I =
4

90 % x 219,4395
I = = 49,37 mm/jam
4

3.2.1.4. Menghitung luas daerah pengaliran

Luas daerah tangkapan hujan (catcmant area) pada perencanaan saluran


samping jalan adalah daerah pengaliran (drainage area) yang menerima curah hujan
selama waktu tertentu (intensitas curah hujan), sehingga menimbulkan debit limpasan
yang harus ditampung oleh saluran samping untuk dialirkan oleh parit atau sungai.
Batas-batasnya tergantung dari daerah pembebasan dan daerah sekelilingnya.

Untuk menghitung luas area adalah sebagai berikut

Blok A-B

- Jalan beraspal (A1) = 3 m x 307,0 m = 921 m2


- Bagian luar jalan (A2) = 15 m x 307,0 m = 4605 m2
A total (A1 + A2) = 921 + 4605 = 5526 m2

3.2.1.5. Menentukan Besarnya Koefisien Pengaliran (C)

Kofisien pengaliran atau koefisien limpasan adalah angka reduksi dari


intensitas curah hujan yang besarnya disesuaikan dengan kondisi permukaan,
kemiringan jenis tanah dan durasi hujan. Untuk daerah datar digunakan nilai C yang
terkecil, sedangkan untuk daerah lereng digunakan nilai C yang terbesar. Bila daerah
pengaliran terdiri dari beberapa tipe kondisi permukaan yang mempunyai nilai C
yang berbeda, maka harga C rara-rata ditentukan dengan rumus:

C1 . A 1+C 2 . A 2+C 3 . A 3
C=
A 1 + A 2 + A3

Keterangan :

A1, A2 = Luas daerah tangkapan air hujan yang diperhitungkan


A total = Total luas daerah pengaliran (m2)
C = Koefisien limpasan rata-rata pada daerah pengalran.

Kondisi Permukaan Koefisien Pengaliran (C)


Jalan semen dan jalan aspal 0,7 - 0,95
Jalan kerikil dan jalan tanah 0,4 - 0,7
Bahu jalan :
Tanah berbutir halus 0,4 - 0,65
Tanah berbutir kasar 0,1 - 0,2
Batuan massif keras 0,7 - 0,85
Batuan massif lunak 0,6 - 0,75
Daerah perkotaan 0,7 - 0,95
Daerah pinggiran kota 0,6 - 0,7
Daerah industri 0,6 - 0,9
Permukiman padat 0,4 - 0,6
Permukiman tidak padat 0,4 - 0,6
Taman dan kebun 0,2 - 0,4
Persawahan 0,45 - 0,6
Perbukitan 0,7 - 0,8
Pegunungan 0,75 - 0,9
Sumber : SNI 03-3424-1994

Keadaan kondisi permukaan jalan seperti pada gambar yang terdiri dari:

L1 = permukaan jalan dengan lebar 3,00 m.

L2 = bagian luar jalan, perumahan 15 m.

Panjang saluran drainase (L) jalur A – B = 307,0 m.

- Permukaan jalan aspal (L1) : koefisien C1 = 0,80 (tabel


- Bagian luar jalan (L3) : koefisien C3 = 0,40 (table
- Luas permukaan jalan (A1) : 921 m2
- Luas bagian luar jalan (A2) : 4605 m2

C1 . A 1+C 2 . A 2
C=
A1 + A 2

0 , 80 .921+ 0 , 40 . 4605
C= = 0,47
921+ 4605

3.2.1.6. Menghitung Besarnya Debit Rencana Menggunakan Metode Rasional

Debit aliran (Q) adalah jumlah pengaliran limpasan yang masuk kedalam
saluran persatuan waktu. Untuk menghitung besarnya debit air pada daerah tangkapan
(catcment area) saluran drainase, digunakan rumus:

Q = 0,278 . C. I. A

Keterangan:

Q = Debit air (m3/detik)

C = Koefisien pengaliran

I = intensitas hujan (mm/jam)


A = Luas daerah pengaliran (km2)

Data :

A = 5526 m2 = 0,00553 km2

C = 0,47

I = 219,4395 mm/jam
Q = 0,278 ∙ C ∙ I ∙ A
= 0,278 x 0,47 x 219,4395 x 0,00553
= 0,1585 m3/det

3.2.2. Analisa Pengaruh Air Limbah

Berdasarkan jumlah penduduk di daerah tangkapan serta besarnya kebutuhan


air bersih per orang per hari ditambah dengan kebutuhan air bersih, maka dapat
dilakukan perhitungan besarnya air buangan yang masuk kedalam saluran drainase.
Perhitungan debit air buangan dapat dibagi 2 jalur sebagai berikut:

- Jalur A
Diketahui:
Jumlah rumah = 26 rumah
Jumlah orang 1 rumah = asumsi 5 orang
Kebutuhan air bersih = 170 ltr/org
Jumlah Pelayanan × Jumlah Orang× Kebutuhan air bersih
Q domestik =
Jumlah Detik Dalam Sehari
26 rumah× 5 o rang ×170 ltr /org
= = 0,000255 m3/det
86400 detik
Debit air buangan (Q limbah) :
Q limbah = 70% . Qdom
= 70 % . 0,000255
= 0,00018 m3/det
- Jalur B
Diketahui:
Jumlah rumah = 28 rumah
Jumlah orang 1 rumah = asumsi 5 orang
Kebutuhan air bersih = 170 ltr/org
Jumlah Pelayanan × Jumlah Orang× Kebutuhan air bersih
Q domestik =
Jumlah Detik Dalam Sehari
28 rumah×5 o rang ×170 ltr /org
= = 0,000275 m3/det
86400 detik
Debit air buangan (Q limbah) :
Q limbah = 70% . Qdom
= 70 % . 0,000275
= 0,00019 m3/det
3.3. Perhitungan Dimensi Saluran

Saluran yang dipilih untuk bangunan drainase ini adalah saluran berbentuk
segiempat jenis terbuka. Pemilihan ini dibuat untuk memudahkan didalam
pemeliharaan dan perawatannya.

- JalurA – B
 Menentukan tinggi dan lebar saluran
Debit air (Q) = 0,00019 m3/det
h
S= L
0 ,40
S= ×100 % = 0,130 %
307 , 0
n = 0,020, harga n untuk rumus Manning (saluran pada dinding batuan, lurus,
teratur dengan penyelesaian baik sekali)
dimensi penampang saluran persegi empat dengan menggunakan rumus
Manning, yaitu:
Q=V.A
2 1
1 3 2
V= R S
n
2 1
1 3 2
Q= R S .A
n
2
Q 1 3
= R √S
A n

2 P = 2d + b
Q. n3
A. R =
√S = 2d + 2b
= 4d

2
A 2d 1
R= = = ∙d
P 4d 2

Maka diperoleh:

2
Q. n
A . R3=
√S

( )
2
2 1 3 0 , 15869 ×0 , 02
2d ∙ d =
2 √ 0,00130

()
2
2 d 3
2d ∙ =¿0,0880
2

()
2
3
d
2 d2 3
=0,0880
2
2

8
2d3
=0,088 0
1,587
8
1,2602 d 3 =0,0880

8
d 3 =0 ,110

d = 0,37 m

b = 2d

= 2 x 0,37 = 0,74 m

 Kontrol Kapasitas Penampang


Berdasarkan dari perhitungan di atas maka didapat kedalam saluran yang
digenangi air (d) = 0,44 m, maka dapat dikontrol bahwa faktor penampang
2
Q.n
A . R3 >
√S

( ) ( )
2
1 23 1 2
A . R 3 =2 d 2 ∙ d =2 ∙ 0 ,37 2 ∙ 0 ,37 3 =¿ 0,08889
2 2
0,08889> 0,08802(Kontrol OK )
 Kontrol Kapasitas Penampang
Untuk mengontrol kecepatan maka dapat dikontrol V hasil < Vijin
Q
V hasil =
A

0,15869
= 0 ,74 x 0 , 37

= 0,58 m/det

 Menghitung Tinggi Jagaan


Tinggi jagaan yang diambil 20% kedalaman aliran.
Tinggi jagaan (W) = 20% . d
= 20% . 0,37
= 0,074 m

Anda mungkin juga menyukai