Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kecamatan Koja

Kecamatan Koja merupakan salah satu Kecamatan di Kota Administrasi Jakarta


Utara dengan luas wilayah 13,12 km2. Pada tahun 2020 penduduk kecamatan ini
berjumlah sebanyak 352.306 jiwa dengan kepadatan penduduk 26.405 jiwa/km2.
Kondisi geografi Kecamatan Koja merupakan daerah dataran pantai yang sebahagian
besarnya berada di bawah permukaan laut pasang, sehingga rawan banjir, baik akibat
air laut pasang maupun akibat hujan serta banjir kiriman, dimana pada kecamatan ini
terdapat Perumahan Manggar. Sarana yang harus ada di perumahan tersebut agar
terbebas dari bahaya banjir dan genangan adalah sistem drainase. Sistem drainase
sangat dibutuhkan untuk membuang air hujan yang tidak meresap ke dalam tanah.
Saluran drainase dikatakan berfungsi dengan baik apabila mampu mengalirkan
limpasan air dengan cepat, debit sesuai dan dapat mengalir secara gravitasi.

Gambar. Peta lokasi Kecamatan Koja


Kecamatan Koja seperti halnya dengan kondisi wilayah lainnya yang berada di wilayah
sekitarnya, yang memiliki bentang alam relative datar dengan ketinggian antar 0 – 20 m di
atas permukaan laut, dan berbatasan dengan beberapa wilayah :
a. Sebelah Selatan = Berbatasan dengan wilayah Jakarta Barat, Jakarta Pusat dan Jakarta
Timur.
b. Sebelah Timur = Berbatasan dengan wilayah Jakarta Timur dan Kabupaten Bekasi.
c. Sebelah Barat = Berbatasan dengan Kabupaten Tanggerang dan Jakarta Barat.
d. Sebelah Utara = Berbatasan dengan Laut Jawa.

2.2 Pengertian Sistem Drainase


Drainase berasal dari bahasa Inggris yaitu drainage yang mempunyai arti
mengalirkan, menguras, membuang, mengalihkan air, atau mengeringkan suatu
wilayah tertentu dari genangan air. Saluran drainase dibangun dengan tujuan untuk
melewatkan laju air atau debit rencana dengan aman. Dalam kaitannya dengan
salinitas, drainase diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah. Jadi,
drainase tidak hanya menyangkut air permukaan tapi juga air tanah.
Dalam bidang teknik sipil, drainase adalah salah satu upaya teknis dengan
membuat saluran air atau jalur pembuangan air untuk mengurangi kelebihan air yang
berasal dari air hujan, rembesan, dan kelebihan air irigasi dari suatu kawasan atau
lahan. Jika penanganan drainase kurang baik, maka akan mengakibatkan
tergenangnya lingkungan sekitar saluran drainase yang pada akhirnya menyebabkan
kerusakan terhadap lingkungan.
Drainase merupakan salah satu komponen yang tidak terpisahkan dalam
rancangan perencanaan pembangunan. Komponen ini telah menjadi prasarana umum
yang dibutuhkan masyarakat khususnya diperkotaan dalam rangka menuju
kehidupan kota yang nyaman, bersih, dan sehat.

2.3 Fungsi Drainase


Saluran drainase yang berfungsi optimal tidak hanya berdampak pada
lingkungan, tapi juga pada perekonomian, kesehatan dan sebagainya. Adapun fungsi
drainase adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengurangi atau membuang kelebihan air dari suatu wilayah, jalan,
dan lahan, sehingga lahan dapat kembali difungsikan secara optimal.
2. Membebaskan suatu wilayah, terutama wilayah dengan jumlah kepadatan
penduduk yang banyak, dari genangan air, erosi dan banjir.
3. Berfungsi untuk memperkecil risiko kesehatan lingkungan, bebas dari
malaria (nyamuk), demam berdarah dengue (DBD), dan penyakit lainnya
yang dapat menimbulkan kerugian.
4. Berfungsi untuk menciptkan sistem tata guna lahan yang baik yang dapat
dioptimalkan dan juga memperkecil kerusakan-kerusakan struktur tanah
untuk jalan dan bangunan lainnya.
2.4 Perencanaan Sistem Saluran Drainase
Sistem saluran drainase harus direncanakan agar dapat melewatkan debit
rencana dengan baik dan aman tanpa melebihi tinggi muka hulu air. Pada umumnya
sebuah infrastruktur sistem drainase terdiri dari saluran penerima (interceptor drain),
saluran pengumpul (collector drain), saluran pembawa (conveyor drain), saluran
induk (main drain), dan badan air penerima (receiving waters).
Dalam pembuatan perencanaan sistem drainase harus memperhatikan data curah
hujan, tata guna lahan dan dimensi saluran. Adapun tahapan-tahapan yang
digunakan dalam perencanaan teknis saluran drainase adalah sebagai berikut:
1. Menentukan dan menghitung debit rencana.
2. Membuat jalur saluran sistem drainase.
3. Merencanakan profil memanjang saluran.
4. Membuat perencanaan titik-titik yang akan dibangun untuk penampang
melintang saluran agar badan jalan cepat kering.
5. Mengatur dan merencanakan infrastruktur serta fasilitas sistem drainase.

2.4.1 Sistem Drainase Perkotaan


Sistem penyediaan jaringan drainase terdiri dari empat macam, yaitu :
1. Sistem drainase utama merupakan sistem drainase perkotaan yang melayani
kepentingan sebagian besar warga masyarakat kota.
2. Sistem drainase lokal merupakan sistem drainase perkotaan yang melayani
kepentingan sebagian kecil warga masyarakat kota.
3. Sistem drainase terpisah merupakan sistem drainase yang mempunyai
jaringan saluran pembuangan terpisah untuk air permukaan atau air
limpasan.
4. Sistem gabungan merupakan sistem drainase yang mempunyai jaringan
saluran pembuangan yang sama, baik untuk air genangan atau air limpasan
yang telah diolah.
2.4.2 Sistem Jaringan Drainase Perkotaan
Sistem jaringan drainase perkotaan umumnya dibagi atas 2 bagian, yaitu :
1. Sistem Drainase Mayor
Sistem drainase mayor yaitu sistem saluran atau badan air yang menampung dan
mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area). Pada
umumnya sistem drainase mayor ini disebut juga sebagai sistem saluran
pembuangan utama (major system) atau drainase primer. Sistem jaringan ini
menampung aliran yang berskala besar dan luas seperti saluran drainase primer,
kanal-kanal atau sungai-sungai. Perencanaan drainase makro ini umumnya dipakai
dengan periode ulang antara 5 sampai 10 tahun dan pengukuran topografi yang detail
mutlak diperlukan dalam perencanaan sistem drainase ini.

2. Sistem Drainase Mikro


Sistem drainase mikro yaitu sistem saluran dan bangunan pelengkap drainase
yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan. Secara
keseluruhan yang termasuk dalam sistem drainase mikro adalah saluran di
sepanjang sisi jalan, saluran/selokan air hujan di sekitar bangunan, goronggorong,
saluran drainase kota dan lain sebagainya dimana debit air yang dapat ditampungnya
tidak terlalu besar. Pada umumnya drainase mikro ini direncanakan untuk hujan
dengan masa ulang 2, 5 atau 10 tahun tergantung pada tata guna lahan yang ada.
Sistem drainase untuk lingkungan permukiman lebih cenderung sebagai sistem
drainase mikro.

2.4.3 Jenis Drainase


Drainase dapat dibedakan berdasarkan jenisnya, letak bangunan, dan
kontruksinya. Adapun perbedaannya adalah sebagai berikut:

A. Menurut jenisnya
1. Drainase Alamiah (Natural Drainage) yang terbentuk secara alami dan tidak
terdapat bangunan penunjang seperti bangunan pelimpah, pasangan
batu/beton, gorong-gorong, dan lain-lain. Saluran air ini terbentuk oleh
gerusan air yang bergerak karena gravitasi yang lambat laun membentuk
jalan air yang permanen seperti sungai.
2. Drainase Buatan (Artificial Drainage) dibuat dengan maksud dan tujuan
tertentu sehingga memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti selokan
pasangan batu/beton, gorong-gorong, pipa pipa, dan sebagainya.
B. Menurut letak bangunan
1. Drainase permukaan tanah (Surface Drainage) adalah saluran drainase yang
berada di atas permukaan tanah berfungsi sebagai mengalirkan air yang
berada di permukaan tanah ke saluran samping kiri kanan jalan untuk
diteruskan ke tempat pembuangan akhir.
2. Drainase bawah permukaan tanah (Sub-Surface Drainage) adalah saluran
drainase yang berada di bawah permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan
air yang berada di bawah permukaan tanah melalui gorong-gorong atau box
culvert untuk dialirkan ke dalam pembuangan akhir melalui saluran kiri
kanan jalan.
C. Menurut Konstruksi
1. Saluran terbuka yaitu saluran yang lebih cocok untuk drainase yang terletak
di daerah yang menpunyai luasan yang cukup, ataupun untuk drainase air
non hujan yang tidak membahayakan bagi kesehatan atau menganggu
lingkungan.
2. Saluran tertutup yaitu saluran yang pada umumnya sering dipakai untuk
aliran air kotor (air yang mengganggu kesehatan atau lingkungan) atau untuk
saluran yang terletak ditengah kota.

2.4.4 Pola Jaringan Drainase


Agar mampu berfungsi optimal, jaringan drainase dibuat dengan berbagai bentuk
pola.
Adapun Pola Jaringan Drainase yang sering digunakan, yaitu:
1. Siku
Pembuatannya pada daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari pada
sungai. Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada di tengah kota.
Gambar 1. Pola Jaringan Drainase
2. Pararel
Saluran utama terletak sejajar dengan saluran cabang. Dengan saluran cabang
(sekunder) yang cukup banyak dan pendek-pendek, apabila terjadi perkembangan
kota, saluran-saluran akan dapat menyesuaikan diri.

Gambar 2. Pola Jaringan Drainase Pararel


3. Grid Iron
Untuk daerah dimana sungainya terletak di pinggir kota, sehingga saluran-saluran
cabang dikumpulkan dulu pada saluran pengumpulan.

Gambar 3. Pola Jaringan Drainase Grid Iron


4. Alamiah
Sama seperti pola siku, hanya beban sungai pada pola alamiah lebih besar
Gambar 4. Pola Jaringan Drainase Alamiah
5. Radial
Pada daerah berbukit, sehingga pola saluran memencar ke segala arah.

Gambar 5. Pola Jaringan Drainase Radial


6. Jaring-jaring
Mempunyai saluran-saluran pembuang yang mengikuti arah jalan raya dan cocok untuk
daerah dengan topografi datar.

Gambar 6. Pola Jaringan-Jaring

2.4.5 Bentuk Penampang Saluran


Bentuk-bentuk saluran untuk drainase tidak jauh berbeda dengan saluran irigasi
pada umumnya. Dalam perancangan dimensi saluran harus diusahakan dapat
membentuk dimensi yang ekonomis, sebaliknya dimensi yang terlalu kecil akan
menimbulkan permasalahan karena daya tamping yang tidak memedai. Adapun
bentuk-bentuk saluran antara lain :

1. Trapesium
Pada umumnya saluran ini terbuat dari tanah akan tetapi tidak menutup
kemungkinan dibuat dari pasangan batu dan beton. Saluran ini memerlukan cukup
ruang. Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan serta air
buangan domestik dengan debit yang besar.
Gambar 7. Penampang Trapesium
2. Persegi
Saluran ini terbuat dari pasangan batu dan beton. Bentuk saluran ini tidak
memerlukan banyak ruang dan areal. Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan
limpasan air hujan serta air buangan domestik dengan debit yang besar.

Gambar 8. Penampang Persegi

3. Segitiga
Saluran ini sangat jarang digunakan tetapi mungkin digunakan dalam kondisi tertentu.

Gambar 9. Penampang Segitiga


4. Setengah Lingkaran
Saluran ini terbuat dari pasangan batu atau dari beton dengan cetakan yang telah
tersedia. Berfungsi untuk menampung dan menyalurkan limpasan air hujan serta air
buangan domestik dengan debit yang besar.

Gambar 10. Penampang Setengah Lingkaran

Anda mungkin juga menyukai