Anda di halaman 1dari 31

PERMASALAHAN DRAINASE PERKOTAAN

Banjir merupakan kata yang sangat popular di Indonesia, khususnya pada musim hujan, mengingat
hampir semua kota di Indonesia mengalami bencana banjir. Peristiwa ini hampir setiap tahun
berulang, namun sampai saat ini belum terselesaikan bahkan cenderung makin meningkat, baik
frekuensinya, luasannya, kedalamannya, maupun durasinya.

Jika dilihat, akar permasalahan banjir di perkotaan berawal dari pertambahan penduduk yang sangat
cepat akibat urbanisasi (baik migrasi musiman maupun permanen). Pertambahan penduduk yang
tidak diimbangi dengan penyediaan prasarana dan sarana perkotaan yang memadai mengakibatkan
pemanfaatan lahan perkotaan menjadi semrawut. Pemanfaatan lahan yang tidak tertib inilah yang
menyebabkan persoalan drainase di perkotaan menjadi sangat kompleks. Hal ini barangkali juga
disebabkan oleh tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah dan tidak peduli terhadap
permasalahan yang dihadapi oleh kota.

Permasalahan lain yang dihadapi dalam pembangunan drainse adalah lemahnya koordinasi dan
sinkronisasi dengan komponen infrastruktur yang lain. Sehingga sering dijumpai tiang listrik di tengah
saluran drainase dan pipa air bersih (PDAM) memotong saluran pada penampang basahnya. Sering
juga dihadapi penggalian saluran drainase dengan tak sengaja merusak prasarana yang telah lebih
dulu tertanam dalam tanah karena tidak adanya informasi yang akurat, arsip/dokumen tidak ada, atau
perencanaan dan pematokan di lapangan tidak melibatkan instansi pengendali tata ruang.

jenis Drainase dan permasalahanya
Posted on 23/12/2007 | 1 Komentar
http://rathocivil02.wordpress.com/2007/12/23/tugas-drainase/

1. Drainase yang meliputi jenis, system, dan permasalahannya:
Drainase merupakan salah satu factor pengembangan irigasi yang berkaitan dalam pengolahan banjir (float
protection), sedangkan irigasi bertujuan untuk memberikan suplai air pada tanaman . Drainase dapat juga
diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan salinitas.
a) Jenis jenis drainase :
Menurut sejarah terbentuknya :
1. Drainase alamiah (natural drainage)
Terbentuk secara alamiah , tidak terdapat bangunan penunjang
2. Drainase buatan (artificial drainage)
Dibuat dengan tujuan tertentu, memerlukan bangunan khusus
Menurut letak bangunan :
1. Drainase permukaan tanah (surface drainage)
Suatu system pembuangan air untuk menyalurkan air dipermukaan tanah. Hal ini berguna untuk
mencegah adanya genangan.
2. Drainase bawah permukaan tanah (subsurface drainage)
Suatu sistem pembuangan untuk mengalirkan kelebihan air dibawah tanah.
Pada jenis tanaman tertentu drainase juga bermanfaat untuk mengurangi ketinggian muka air tanah
sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Menurut fungsi :
1. Single purpose
Suatu jenis air buangan : air hujan, limbah domestic, limbah industri dll
2. Multi purpose
Beberapa jenis air buangan tercampur
Menurut kontruksi :
1. Saluran terbuka
2. Saluran tertutup
Untuk air kotor disaluran yang terbentuk di tengah kota.
b) Sistem dan permasalahan drainase
Sistem drainase dibagi menjadi:
1. tersier drainage
2. secondary drainage
3. main drainage
4. sea drainage
Permasalahan drainase:
Permasalah drainase perkotaan bukanlah hal yang sederhana. Banyak faktor yang mempengaruhi dan
pertimbangan yang matang dalam perencanaan, antara lain :
1. Peningkatan debit
manajemen sampah yang kurang baik memberi kontribusi percepatan pendangkalan /penyempitan saluran
dan sungai. Kapasitas sungai dan saluran drainase menjadi berkurang, sehingga tidak mampu
menampung debit yang terjadi, air meluap dan terjadilah genangan.
2. Peningkatan jumlah penduduk
meningkatnya jumlah penduduk perkotaan yang sangat cepat, akibat dari pertumbuhan maupun
urbanisasi. Peningkayan jumlah penduduk selalu diikuti oleh penambahn infrastruktur perkotaan,
disamping itu peningkatn penduduk juga selalu diikuti oleh peningkatan limbah, baik limbah cair maupun
pada sampah.
3. Amblesan tanah
disebabkan oleh pengambilan air tanah yang berlebihan, mengakibatkan beberapa bagian kota berada
dibawah muka air laut pasang.
4. Penyempitan dan pendangkalan saluran
5. reklamasi
6. limbah sampah dan pasang surut
c) Penanganan drainase perkotaan :
1. Diadakan penyuluhan akan pentingnya kesadaran membuang sampah
2. Dibuat bak pengontrol serta saringan agar sampah yang masuk ke drainase dapat dibuang dengan
cepat agar tidak mengendap
3. pemberian sanksi kepada siapapun yang melanggar aturan terutama pembuangan sampah
sembarangan agar masyarakat mengetahui pentingnya melanggar drainase.
4. Peningkatan daya guna air, meminimalkan kerugian serta memperbaiki konservasi lingkungn.
5. Mengelola limpasan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan, menyimpan
air hujan maupun pembuatan fasilitas resapan.
2 a. Drainase Jalan Raya
Drainase jalan raya dibedakan untuk perkotaan dan luar kota.Umumnya di perkotaan dan luar
perkotaan,drainase jalan raya selalu mempergunakan drainase muka tanah (Surface drainage). Di
perkotaan saluran muka tanah selalu ditutup sebagai bahu jalan atau trotoar. Walaupun juga sebagaiman
diluar perkotaan, ada juga saluran drainase muka tanah tidak tertutup (terbuka lebar), dengan sisi atas
saluran rata dengan muka jalan sehingga air dapat masuk dengan bebas. Drainase jalan raya pi perkotaan
elevasi sisi atas selalu lebih tinggi dari sisi atas muka jalan .Air masuk ke saluran melalui inflet. Inflet yang
ada dapat berupa inflet tegak ataupun inflet horizontal. Untuk jalan raya yang lurus, kemungkinan letak
saluran pada sisi kiri dan sisi kanan jalan. Jika jalan ke arah lebar miring ke arah tepi, maka saluran akan
terdapat pada sisi tepi jalan atau pada bahu jalan, sedangkan jika kemiringan arah lebar jalan kea rah
median jalan maka saluran akan terdapat pada median jalan tersebut. Jika jalan tidak lurus ,menikung,
maka kemiringan jalan satu arah , tidak dua arah seperti jalan yang lurus. Kemiringan satu arah pada jalan
menikung ini menyebabkan saluran hanya pada satu sisi jalan yaitu sisi yang rendah. Untuk menyalurkan
air pada saluran ini pada jarak tertentu,direncanakan adanya pipa nol yang diposisikan dibawah badan jalan
untuk mengalirkan air dari saluran.
b. Drainase Lapangan Terbang
Drainase lapangan terbang pembahasannya difokuskan pada draibase area run way dan shoulder karena
runway dan shoulder merupakan area yang sulit diresapi , maka analisis kapasitas / debit hujan
memepergunakan formola drainase muka tanah atau surface drainage.
Kemiringan keadan melintang untuk runway umumnya lebih kecil atau samadengan 1,50 % , kemiringan
shoulder ditentukan antara 2,50 % sampai 5 %.Kemiringan kea rah memanjang ditentukan sebesar lebih
kecil atau sama dengan 0,10 % ,ketentuan dari FAA. Amerika Serikat , genangan air di permukaan runway
maksimum 14 cm, dan harus segera dialirkan.
Di sekeliling pelabuhan udara terutama di sekeliling runway dan shoulder , harus ada saluran terbuka
untuk drainase mengalirkan air (Interception ditch) dari sis luar lapangan terbang.

c. Drainase Lapangan Olahraga
Drainase lapangan olahraga direncanakan berdasarkan infiltrasi atau resapan air hujan pada lapisan tanah,
tidak run of pada muka tanah (sub surface drainage) tidak boleh terjadi genangan dan tidak boleh
tererosi.Kemiringan lapangan harus lebih kecil atau sama dengan 0,007. Rumput di lapangan sepakbola
harus tumbuh dan terpelihara dengan baik. Batas antara keliling lapangan sepakbola dengan lapangan jalur
atletik harus ada collector drain.

PENGARUH OPTIMALISASI SISTEM
DRAINASE PERKOTAAN TERHADAP
PENURUNAN INTENSITAS BANJIR DI
KOTA BANDUNG

2.1 Pengertian Drainase
Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna
memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota
(perencanaan infrastruktur khususnya). (http://one.indoskripsi.com/node/6063)
Azwaruddin (2008) mengutarakan bahwa drainase berasal dari bahasa Inggris drainage
yang mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum,
sistem drainase dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk
mengurangi atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat
difungsikan secara optimal. Bangunan sistem drainase terdiri dari saluran penerima (interceptor
drain), saluran pengumpul (collector drain), saluran pembawa (conveyor drain), saluran induk (main
drain), dan badan air penerima (receiving waters). Di sepanjang sistem sering dijumpai bangunan
lainnya seperti gorong-gorong, siphon, jembatan air (aquaduct), pelimpah, pintu-pintu air, bangunan
terjun, kolam tando, dan stasiun pompa.
Dikutip dari (http://one.indoskripsi.com/node/6063). Bahwa dari sudut pandang yang lain,
drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam
rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini
berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah
permkaan tanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali
kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan
banjir. Kegunaan dengan adanya saluran drainase ini antara lain:
1. Mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah.
2. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal.
3. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada.
4. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir.

2.2 Jenis Drainase dan Permasalahannya
Menurut Rato jenis drainase dan permasalahannya dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Drainase yang meliputi jenis, sistem, dan permasalahannya
Drainase merupakan salah satu faktor pengembangan irigasi yang berkaitan dalam
pengolahan banjir (float protection), sedangkan irigasi bertujuan untuk memberikan suplai air
pada tanaman . Drainase dapat juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah
dalam kaitannya dengan salinitas.
a. Jenis jenis drainase
1) Menurut sejarah terbentuknya:
a) Drainase alamiah (natural drainage)
Terbentuk secara alamiah, tidak terdapat bangunan penunjang.
b) Drainase buatan (artificial drainage)
Dibuat dengan tujuan tertentu, memerlukan bangunan khusus.
2) Menurut letak bangunan:
a) Drainase permukaan tanah (surface drainage)
Suatu sistem pembuangan air untuk menyalurkan air di permukaan tanah. Hal ini berguna untuk
mencegah adanya genangan.
b) Drainase bawah permukaan tanah (subsurface drainage)
Suatu sistem pembuangan untuk mengalirkan kelebihan air dibawah tanah.
c) Pada jenis tanaman tertentu drainase juga bermanfaat untuk mengurangi ketinggian muka air
tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.

3) Menurut fungsi :
a) Single purpose
Suatu jenis air buangan: air hujan, limbah domestik, limbah industri, dan sebagainya.
b) Multi purpose
Beberapa jenis air buangan tercampur.

4) Menurut konstruksi :
a) Saluran terbuka
b) Saluran tertutup
Untuk air kotor di saluran yang terbentuk di tengah kota.

b. Sistem dan permasalahan drainase
1) Sistem drainase dibagi menjadi:
a) tersier drainage
b) secondary drainage
c) main drainage
d) sea drainage
2) Permasalahan drainase:
Permasalahan drainase perkotaan bukanlah hal yang sederhana. Banyak faktor yang
mempengaruhi dan pertimbangan yang matang dalam perencanaan, antara lain :
a) Peningkatan debit
manajemen sampah yang kurang baik memberi kontribusi percepatan pendangkalan
/penyempitan saluran dan sungai. Kapasitas sungai dan saluran drainase menjadi berkurang,
sehingga tidak mampu menampung debit yang terjadi, air meluap dan terjadilah genangan.
b) Peningkatan jumlah penduduk
meningkatnya jumlah penduduk perkotaan yang sangat cepat, akibat dari pertumbuhan maupun
urbanisasi. Peningkayan jumlah penduduk selalu diikuti oleh penambahn infrastruktur perkotaan,
disamping itu peningkatan penduduk juga selalu diikuti oleh peningkatan limbah, baik limbah cair
maupun pada sampah.
c) Amblesan tanah
disebabkan oleh pengambilan air tanah yang berlebihan, mengakibatkan beberapa bagian kota
berada dibawah muka air laut pasang.
d) Penyempitan dan pendangkalan saluran
e) Reklamasi
f) limbah sampah dan pasang surut

c. Penanganan drainase perkotaan:
1) Diadakan penyuluhan akan pentingnya kesadaran membuang sampah
2) Dibuat bak pengontrol serta saringan agar sampah yang masuk ke drainase dapat dibuang
dengan cepat agar tidak mengendap
3) pemberian sanksi kepada siapapun yang melanggar aturan terutama pembuangan sampah
sembarangan agar masyarakat mengetahui pentingnya melanggar drainase.
4) Peningkatan daya guna air, meminimalkan kerugian serta memperbaiki konservasi lingkungn.
5) Mengelola limpasan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan,
menyimpan air hujan maupun pembuatan fasilitas resapan.

2. Drainase lainnya
a. Drainase Jalan Raya
Drainase jalan raya dibedakan untuk perkotaan dan luar kota. Umumnya di perkotaan
dan luar perkotaan, drainase jalan raya selalu mempergunakan drainase muka tanah (Surface
drainage). Di perkotaan saluran muka tanah selalu ditutup sebagai bahu jalan atau trotoar.
Walaupun juga sebagaiman diluar perkotaan, ada juga saluran drainase muka tanah tidak
tertutup (terbuka lebar), dengan sisi atas saluran rata dengan muka jalan sehingga air dapat
masuk dengan bebas. Drainase jalan raya pi perkotaan elevasi sisi atas selalu lebih tinggi dari
sisi atas muka jalan .Air masuk ke saluran melalui inflet. Inflet yang ada dapat berupa inflet tegak
ataupun inflet horizontal. Untuk jalan raya yang lurus, kemungkinan letak saluran pada sisi kiri
dan sisi kanan jalan. Jika jalan ke arah lebar miring ke arah tepi, maka saluran akan terdapat
pada sisi tepi jalan atau pada bahu jalan, sedangkan jika kemiringan arah lebar jalan kearah
median jalan maka saluran akan terdapat pada median jalan tersebut. Jika jalan tidak lurus,
menikung, maka kemiringan jalan satu arah, tidak dua arah seperti jalan yang lurus. Kemiringan
satu arah pada jalan menikung ini menyebabkan saluran hanya pada satu sisi jalan yaitu sisi
yang rendah. Untuk menyalurkan air pada saluran ini pada jarak tertentu, direncanakan adanya
pipa nol yang diposisikan dibawah badan jalan untuk mengalirkan air dari saluran.
b. Drainase Lapangan Terbang
Drainase lapangan terbang pembahasannya difokuskan pada draibase area run way dan
shoulder karena runway dan shoulder merupakan area yang sulit diresapi, maka analisis
kapasitas/debit hujan memepergunakan formola drainase muka tanah atau surface drainage.
Kemiringan keadan melintang untuk runway umumnya lebih kecil atau samadengan
1,50% , kemiringan shoulder ditentukan antara 2,50% sampai 5%. Kemiringan kearah
memanjang ditentukan sebesar lebih kecil atau sama dengan 0,10%, ketentuan dari FAA.
Amerika Serikat, genangan air di permukaan runway maksimum 14 cm, dan harus segera
dialirkan.
Di sekeliling pelabuhan udara terutama di sekeliling runway dan shoulder, harus ada
saluran terbuka untuk drainase mengalirkan air (Interception ditch) dari sisi luar lapangan
terbang.
c. Drainase Lapangan Olahraga
Drainase lapangan olahraga direncanakan berdasarkan infiltrasi atau resapan air hujan
pada lapisan tanah, tidak run of pada muka tanah (sub surface drainage) tidak boleh terjadi
genangan dan tidak boleh tererosi.Kemiringan lapangan harus lebih kecil atau sama dengan
0,007. Rumput di lapangan sepakbola harus tumbuh dan terpelihara dengan baik. Batas antara
keliling lapangan sepakbola dengan lapangan jalur atletik harus ada collector drain.

2.3 Sistem Drainase Perkotaan
Pertumbuhan kota dan perkembangan industri menimbulkan dampak yang cukup besar
pada siklus hidrologi sehingga berpengaruh besar terhadap sistem drainase perkotaan. Sebagai
contoh ada perkembangan beberapa kawasan hunian yang diperkirakan sebagai penyebab banjir
dan dan genangan di lingkungan sekitarnya. Hal ini disebabkan karena perkembangan urbanisasi,
menyebabkan perubahan tata guna lahan. Oleh karena itu setiap perkembangan kota harus diikuti
dengan perbaikan sistem drainase.
Pemahaman secara umum mengenai drainase perkotaan adalah suatu ilmu dari drainase
yang mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan, yaitu merupakan suatu sistem
pengeringan dan pengaliran air dari wilayah perkotaan yang meliputi pemukiman, kawasan industri
dan perdagangan, sekolah, rumah sakit, lapangan olahraga, lapangan parkir, instalasi militer,
instalasi listrik dan telekomunikasi, pelabuhan udara, pelabuhan laut, serta tempat-tempat lainnya
yang merupakan bagian dari sarana kota yang berfungsi mengendalikan kelebihan air permukaan,
sehingga menimbulkan dampak negatif dan dapat memberikan manfaat bagi kegiatan kehidupan
manusia. (Azwaruddin, 2008).
Siklus keberadaan air di suatu lokasi dimana manusia bermukim, pada masa tertentu akan
mengalami keadaan berlebih, sehingga dapat mengganggu kehidupan manusia. Selain itu semakin
kompleksnya kegiatan manusia dapat menghasilkan limbah berupa air buangan yang dapat
mengganggu kelangsungan hidupnya, dan dengan adanya keinginan untuk meningkatkan
kenyamanan dan kesejahteraan hidup maka manusia mulai berusaha untuk mengatur lingkungannya
dengan cara melindungi daerah pemukimannya dari air berlebih dan air buangan. (Azwaruddin,
2008).
Drainase perkotaan bertujuan untuk mengalirkan air lebih dari suatu kawasan yang berasal
dari air hujan maupun air buangan, agar tidak terjadi genangan yang berlebihan pada suatu kawasan
tertentu. Karena suatu kota terbagi-bagi menjadi beberapa kawasan, maka drainase di masing-
masing kawasan merupakan komponen yang saling terkait dalam suatu jaringan drainase perkotaan
dan membentuk satu sistem drainase perkotaan. (Azwaruddin, 2008).
Dengan adanya suatu sistem drainase di perkotaan maka akan diperoleh banyak manfaat
pada kawasan perkotaan yang bersangkutan, yaitu akan semakin meningkatnya kesehatan,
kenyamanan dan keasrian daerah pemukiman khususnya dan daerah perkotaan pada umumnya,
dan dengan tidak adanya genangan air, banjir dan pembuangan limbah yang tidak teratur, maka
kualitas hidup penduduk di wilayah bersangkutan akan menjadi lebih baik sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan dan ketentraman seluruh masyarakat. (Azwaruddin, 2008).
Drainase perkotaan melayani pembuangan kelebihan air pada suatu kota dengan cara
mengalirkannya melalui peermukaan tanah (surface drainage) atau lewat di bawah permukaan
tanah (sub surface drainage), untuk sibuang ke sungai, laut atau danau. Kelebihan air tersebut dapat
berupa air hujan, air limbah domestik ataupun air limbah industri. Jaringan perkotaan meliputi
seluruh alur air, baik alur alam maupun alur buatan yang hulunya terletak di kota dan bermuara di
sungai yang melewati kota tersebut atau bermuara ke laut di tepi kota tersebut.
Drainase perkotaan bertujuan untuk mengalirkan air lebih dari suatu kawasan yang
berasal dari air hujan maupun air buangan, agar tidak terjadi genangan yang berlebihan pada suatu
kawasan tertentu. Karena suatu kota terbagi-bagi menjadi beberapa kawasan, maka drainase di
masing-masing kawasan merupakan komponen yang saling terkait dalam suatu jaringan drainase
perkotaan dan membentuk satu sistem drainase perkotaan.
Dengan adanya suatu sistem drainase di perkotaan maka akan diperoleh banyak
manfaat pada kawasan perkotaan yang bersangkutan, yaitu akan semakin meningkatnya kesehatan,
kenyamanan dan keasrian daerah pemukiman khususnya dan daerah perkotaan pada umumnya,
dan dengan tidak adanya genangan air, banjir dan pembuangan limbah yang tidak teratur, maka
kualitas hidup penduduk di wilayah bersangkutan akan menjadi lebih baik sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan dan ketentraman seluruh masyarakat.

2.4 Sumber Air Buangan
Secara umum sumber-sumber air buangan kota dibagi dalam kelompok-kelompok yang
disesuaikan dengan perencanaan air minum yang ada diantaranya dari rumah tangga, perdagangan,
industry sedang dan ringan, pendidikan, kesehatan, tempat peribadatan, dan sarana rekreasi. Untuk
menghindari terjadinya pembusukan dalam pengaliran air buangan harus sudah tiba di bangun
pengolahan tidak lebih dari 18 jam untuk daerah tropis.
Dalam perencanaan, estimasi mengenai total air buangan dibagi dalam tiga hal, yaitu:
1. Air buangan domestik, maksimum aliran air buangan domestik untuk daerah yang dilayani pada
periode waktu tertentu.
2. Infiltrasi air permukaan (hujan) dan air tanah (pada daerah pelayanan dan sepanjang pipa).
3. Air buangan industri dan komersial, tambahan aliran maksimum dari daerah-daerah industri dan
komersial.

2.5 Sistem Jaringan Drainase
Sistem penyediaan jaringan drainase terdiri dari empat macam, yaitu :
1. Sistem Drainase Utama, sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan sebagian besar
warga masyarakat kota.
2. Sistem Drainase Lokal, sistem drainase perkotaan yang melayani kepentingan sebagian kecil warga
masyarakat kota.
3. Sistem Drainase Terpisah, sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran pembuangan terpisah
untuk air permukaan atau air limpasan.
4. Sistem Gabungan, sistem drainase yang mempunyai jaringan saluran pembuangan yang sama, baik
untuk air genangan atau air limpasan yang telah diolah.

2.6 Sistem Pengumpulan Air Buangan
Pada sistem pengumpulan air buangan yang diperhatikan ada dua macam air buangan, yaitu
air hujan dan air kotor (bekas). Cara atau sistem buangan ada tiga, yaitu:
1. Sistem terpisah (separate system)
Air kotor dan air hujan dilayani oleh sistem saluran masing-masing secara terpisah.
Pemeliharaan sistem ini atas beberapa pertimbangan antara lain:
a. Periode musim hujan dan kemarau yang terlalu lama.
b. Kuantitas yang jauh berbeda antara air buangan dan air hujan.
c. Air bangunan memerlukan pengolahan terlebih dahulu sedangkan air hujan tidak peril dan harus
secepatnya dibuang ke sungai yang terdapat pada daerah yang ditinjau.
Keuntungan pada sistem terpisah antara lain:
a. Sisitem saluran mempunyai dimensi yang kecil sehingga memudahkan pembuatannya dan
operasinya.
b. Penggunaan sistem terpisah mengurangi bahaya bagi kesehatan masyarakat.
c. Pada instalasi pengolahan air buangan tidak ada tambahan beban kapasitas, karena penambahan air
hujan.
d. Pada sistem ini untuk saluran air buangan bisa direncaakan pembilasan sendiri, baik pada musim
kemarau maupun pada musim hujan.
Selain keuntungan sistem ini juga memiliki kerugian, yaitu harus membuat dua sistem
saluran sehingga memerlukan tempat yang luas dan biaya yang cukup besar.
2. Sistem tercampur (combined system)
Air kotor dan air hujan disalurkan melalui satu saluran yang sama. Saluran ini harus
tertutup. Pemilihan sistem ini didasarkan atas beberapa pertimbangan, antara lain:
a. Debit masing-masing buangan relatif kecil sehingga dapat disalurkan.
b. Kuantitas air buangan dan air hujan tidak jauh berbeda.
c. Fluktuasi curah hujan dari tahun ke tahun relatif kecil.
Keuntungan pada sistem tercampur antara lain:
a. Hanya diperlukan satu sistem penyaluran air sehingga dalam pemilihannya lebih ekonomis.
b. Terjadi pengeceran air buangan oleh air hujan sehingga konsentrasi air buangan menurun.
Selain keuntungan sistem ini juga memiliki kerugian, yaitu diperlukan area yang luas untuk
menempatkan instalasi tambahan untuk penanggulangan di saat-saat tertentu.
3. Sistem Kombinasi (pscudo separate system)
Sistem kombinasi merupakan perpaduan antara saluran air buangan dan saluran air hujan
dimana pada waktu musim hujan air buangan dan air hujan tercampur dalam saluran air buangan.
Sedang air hujan berfungsi sebagai pengecer dan penggelontor. Kedua saluran ini tidak bersat tetapi
dihubungkan dengan sistem perpipaan interseptor. Beberapa faktor yang dapat digunakan dalam
menentukan pemilihan sistem adalah:
a. Perbedaan yang besar antara kuantitas air buangan yang akan disaluran melalui jaringan penyalur
air buangan dan kuantitas curah hujan pada daerah pelayanan.
b. Umumnya di dalam kota dilalui sungai-sungai dimana air hujan secepatnya diuang ke dalam sungai-
sungai tersebut.
c. Periode musim kemarau dan musim hujan yang lama dan fluktuasi air hujan yang tidak tetap.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka secara teknis dan ekonomis sistem
yang memungkinkan untuk diterapkan adalah sistem terpisah antara air buangan rumah tangga
degan air buangan yang berasal dari air hujan. Jadi air buangan yanga akan diolah dalam bangunan
pengolahan air buangan hanya berasal dari aktivitas penduduk dan industri.



2.7 Diskripsi Lingkungan Fisik dalam Sistem Drainase
Diskripsi lingkungan fisik yang dianggap penting diketahui sesuai jenisnya dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Tata guna lahan, merupakan peta yang dapat menggambarkan tentang pola penggunaan lahan
didaerah rencana. Pola penggunaan lahan yang dimaksud harus mencakup tentang kondisi eksisting
maupun rencana pengembangan di masa mendatang. Informasi tersebut diperlukan untuk
enentukan lingkup sistem drainase yang diperlukan dan untuk merencanakan drainase yang
tingkatnya sesuai dengan kategori tata guna tanah dari daerah yang bersangkutan.
2. Prasarana lain, informasi tentang prasarana lain yang dimaksud meliputi jaringan jalan, air minum,
listrik, jaringan telepon dan jaringan lain yang diperkirakan dapat menyebabkan bottle leck. Ini
dimaksudkan sebagai pertimbangan dalam menentukan trase saluran dan untuk mengidentifikasi
jenis bangunan penunjang yang diperlukan.
3. Topografi, informasi yang diperlukan untuk menentukan arah penyaluran dan batas wilayah
tadahnya. Pemetaan kontur di suatu daerah urban perlu dilakukan pada skala 1 : 5.000 atau 1 :
10.000 dengan beda kontur 0,5 meter di daerah datar, dan beda kontur 1 meter pada daerah curam.
Pemetaan tersebut perlu mengacu pada suatu datum survai yang dikenal. Pemetaan kontur dengan
skala 1 : 50.000 atau 100.000 juga munkin diperukan untuk menentukan DAS (Daerah Aliran Sungai)
di hulu kota. Suatu beda kontur 25 meter biasanya cukup bagi keperluan agar efek dari jalan, saluran
dan penghalang aliran banjir lainnya dapat diperkirakan.
4. Pola Aliran Alam, informasi tentang pola aliran alam diperluan untuk mendapatkan gambaran
tentang kecenderungan pola letak dan arah aliran alah yang terjadi sesuai kondisi lahan daerah
rencana. Secara tidak langsung sebenarnya informasi ini dapat diinterprestasikan dari peta topografi
dengan cara mengidentifikasi bagian lembah dan punggung. Di mana pola aliran buangan alam
cenderung mengarah pada bagian lembah.
5. Pola aliran pada daerah pembuangan, daerah pembuangan yang dimaksud adalah tempat
pembuangan kelebihan air dari lahan yang direncanakan (missal: sungai, laut, danau, dan lain-lain).
Informasi ini sangat penting terutama berkaitan dengan penempatan fasilitas outletnya. Elevasi
fasilitas outlet harus dtetapkan di atas maka maksimum daerah pembuangan, sehingga gejala
terjadinya muka air balik pada rencana saluran drainase dapat dihindari.

2.8 Susunan dan Fungsi Saluran dalam Jaringan Drainase
Sesuai dengan fungsi dan sistem kerjanya, jenis saluran dapat dibedakan menjadi:
1. Interceptor drain
Saluran interceptor adalah saluran yang berfungsi sebagai pencegah terjadinya
pembebanan aliran dari suatu daerah terhadap daerah lain dibawahnya. Saluran ini biasa dibangun
dan diletakkan pada bagian yang relative sejajar dengan garis kontur. Outlet dari saluran ini biasanya
terdapat di saluran collector atau conveyor, atau langsung di natural drainage (drainase alam).
2. Collector drain
Saluran collector adalah saluran yang berfungsi sebagai pengumpul debit yang diperoleh
dari saluran drainase yang lebih kecil dan akhirnya akan dibuang ke saluran conveyor (pembawa).
3. Conveyor drain
Saluran conveyor adalah saluran yang berfungsi sebagai pembawa air buangan dari suatu
daerah ke lokasi pembuangan tanpa harus membahayakan daerah yang dilalui. Letak saluran ini di
bagian terendah lembah dari suatu daerah sehingga secara efektif dapat berfungsi sebagai
pengumpul dari anak cabang saluran yang ada.

2.9 Prosedur Perancangan Tata Letak Sistem Jaringan Dranise
Untuk menjamin berfungsinya suatu sistem jaringan drainase perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Pola arah aliran
Dengan melihat peta topografi kita dapat menentukan arah aliran yang merupakan natura
drainage system yang terbentuk secara alamiah, dan dapat mengetahui toleransi lamanya genangan
dari daerah tertentu.
2. Situasi dan kondisi fisik kota
Informasi situasi dan kondisi fisik kota baik yang ada maupun yang sedang direncanakan
perlu diketahui, antara lain:
a. Sistem jaringan yang ada (drainase, irigasi, air minum, dll.)
b. Bottle neck yang mungkin ada
c. Batas-batas daerah pemilikan
d. Letak dan jumlah prasarana yang ada
e. Tingkat kebutuhan drainase yang diperlukan
f. Gambaran prioritas daerah secara garis besar
Semua hal tersebut dimaksudkan agar dalam penyusunan tata letak sistem jaringan
drainase tidak terjadi pertentangan kepentingan. Dan pada akhirnya dalam menentukan tata letak
dar jaringan drainase bertujuan untuk mencapai sasaran sebagai berikut:
a. Sistem jaringan drainase dapat berfungsi sesuai tujuan (sasaran)
b. Menekan dampak lingkungan (negatif) sekecil mungkin
c. Dapat bertahan lama (awet) ditinjau dari segi konstruksi dan fungsinya
d. Biaya pembangunan serendah mungkin

2.9 Bangunan Penunjang
Untuk menjamin berfunsinya saluran drainase secara baik maka diperlukan bangunan-
bangunan pelengkap ditempat-tempat tertentu. Jenis bangunan pelengkap yang dimaksud meliputi:
1. Bangunan silang, seperti gorong-gorong
2. Bangunan pemecah energi, seperti bangunan terjun dan saluran curam
3. Bangunan pengaman erosi, seperti ground sill/leveling structure
4. Bangunan inlet, seperti grill samping/datar
5. Bangunan outlet, seperi kolam loncat air
6. Bangunan pintu air, seperti pintu geser, pinta atomatis
7. Bangunan rumah pompa
8. Bangunan kolam tandum/pengumpul
9. Bangunan lobang control
10. Bangunan instalasi pengolahan limbah
11. Peralatan penunjang, berupa AWLR, ORR, Stasiun meteorologi, detektor kualitas air
12. Dan lain sebagainya.
Semua bangunan tersebut tidak harus ada pada setiap jaringan drainase. Keberadaannya
tergantung pada kebutuha setempat yang biasanya dipengaruhi oleh fungsi saluran, kondisi
lingkungan dan tuntutan akan kesempurnaan jaringannya.









BAB III
PENGARUH OPTIMALISASI SISTEM DRAINASE PERKOTAAN TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS
BANJIR DI KOTA BANDUNG



3.1 Pengelolaan Sistem Drainase di Lembaga Vital di Bandung
Melihat kondisi lingkungan saat ini, banyak terjadi bencana alam yang melanda negeri
Indonesia tercinta ini seperti banjir, gunung meletus, kebakaran, dan lain-lain. Menyoroti salah satu
kondisi yang sering terjadi di bandung yaitu curah dan intensitas hujan yang semakin tinggi
mengakibatkan daerah-daerah tergenang air. Hal ini bukanlah kesalahan curah hujan dan
intensitasnya, akan tetapi banyak sekali tindakan-tindakan manusia yang tidak bertanggung jawab
dalam menyikapi lingkungan.
Salah satu upaya dalam penanganan masalah banjir adalah dengan mengoptimalkan
sistem drainase di setiap daerah. Hal ini dimaksudkan untuk mengatur saluran air agar air tidak
tergenang dan tidak mengakibatkan bencana banjir yang akan berdampak fatal bagi keseimbangan
lingkungan.
Dalam mengkaji bagaimana fungsi dan pengaruh sistem drainase terhadap keseimbangan
lingkungan, penulis telah mengambil beberapa sampel sebagai bahan penelitian, yaitu lembaga-
lembaga vital dan lingkungan yang sering terjadi banjir. Lembaga-lembaga vital tersebut yaitu
sekolah, rumah sakit dan kampus UPI. Alasan penulis mengambil lembaga-lembaga vital adalah
untuk mengetahui seberapa besar keberjalanan sistem drainase yang ada pada tempat tersebut
yang kita ketahui sebagai pusat pelayanan umum dan salah satu pusat pengatur keseimbangan
lingkungan. Selain itu, ini dapat menjadi bahan pembanding sistem drainase yang berada di
lingkungan yang sering terjadi banjir sehingga kita dapat memperoleh kesimpulan secara
menyeluruh.

3.1.1 Drainase di Kampus Universitas Pendidikan Indonesia
Kondisi pengelolaan air di lingkungan UPI sudah tergolong baik, dilihat dari sistem yang
dimiliki yakni water treatment and water supply. Water treatment merupakan cara-cara yang
dilakukan guna mengelola air yang ada di lingkungan kampus, sedangkan water supply merupakan
persediaan air yang disupply oleh pihak PDAM ke lingkungan kampus. Sehingga pengelolaan
drainase dan air termasuk kepada water treatment.
Dalam pengelolaan daerah resapan air, sudah terdapat regulasi dari pemerintah bahwa dari
sekian lahan yang dimiliki, 40% merupakan daerah resapan air. Jadi pembangunan yang dilakukan
pun tetap berpegang pada aturan tersebut. Daerah resapan terdiri dari lahan-lahan hijau dan
selokan yang terdapat di jalan-jalan utama UPI. Selokan dibuat guna menampung air hujan dan
mengalirkannya ke sungai sekitar wilayah kampus.
UPI pun memiliki Instalasi Pengelolaan Air limbah (IPAL) yang terdapat di gedung FPMIPA
dan Poliklinik. Hal tersebut dilakukan agar air limbah yang keluar dari lingkungan UPI yang nantinya
masuk ke saluran air masyarakat benar-benar tidak berbahaya. Dilakukan pengecekan dahulu
selama 2 bulan di laboratorium untuk memastikan hal tersebut. IPAL hanya terdapat di gedung
FPMIPA dan Poliklinik dikarenakan banyaknya bahan kimia yang digunakan untuk eksperimen dan
pengobatan. Sudah dilakukan penghijauan untuk menambah daerah resapan air khususnya di
wilayah utara (sekitar lapangan golf).
Pentingnya drainase sudah dirasakan oleh pihak pengelola kampus. Hal tersebut
dilatarbelakangi UPI merupakan lembaga pendidikan yang sudah selayaknya mengetahui tentang
pengelolaan lingkungan yang baik. Dan bahkan menjadi panutan oleh lembaga-lembaga lainnya.
Drainase dibutuhkan untuk menjaga agar tidak terjadi banjir (yang dapat diakibatkan dari sedikitnya
lahan penyerapan air), mengurangi polusi, dan keasrian lingkungan.

3.1.2 Rumah Sakit advent
Rumah sakit sebagai salah satu tempat vital di suatu perkotaan, hendaknya memiliki
system drainase yang baik, apalagi tempat tersebut erat kaitannya dengan kesehatan. Bagaimana
dengan system drainase di Rumah Sakit Advent?
Sumber air di Rumah Sakit Advent berasal dari PDAM, dua sumur artesis dengan kedalaman
90-150 m dan beberapa sumur pembantu yang kedalamannya sekitar 40 m. Untuk pendistribusian
air dari berbagai sumber tersebut, dapat di gambarkan seperti pada diagram di bawah ini:

Sumur artesis WTP

PDAM Mesin penampungan

Penampungan kecil

Seluruh tempat di RS Advent

Air dari sumur artesis dan PDAM disalurkan ke 4 buah mesin penampungan dengan
kapasitas masing-masing mesin penampungan sekitar 50.000 liter, kemudian air dari mesin
penampungan tersebut, disalurkan kembali ke 20 penampungan-penampungan kecil dengan
kapasitas sekitar 1000 liter per penampungan. Pada akhirnya air tersebut disebarkan ke seluruh
tempat di RS Advent. Banyaknya debit air yang diperlukan untuk berbagai keperluan di RS Advent
mencapai 200.000 liter per hari. Jumlah ini, belum termasuk kebutuhan air di gedung yang baru di
bangun.
Untuk system pembuangan limbahnya sendiri, limbah dari seluruh tempat di RS Advent
ditampung dan diolah di tempat pengolahan limbah yang letaknya berada di belakang RS Advent.
System pengolahan limbahnya menggunakan teknologi modern, sebelum limbah di buang ke sungai,
limbah tersebut melalui beberapa proses seperti proses untuk mennghilangkan kotoran yang besar
dengan menggunakan alat bernama sand filter, setelah itu limbah diolah oleh mesin carbon filter
yang bertujuan untuk menghilangkan bau. Barulah setelah melalui beberapa proses, limbah tersebut
disalurkan ke selokan yang berada di samping RS Advent. Selain itu, untuk menguji kelayakan limbah
yang ramah lingkungan, satu bulan sekali limbah yang akan dibuang ke selokan dites di departemen
kesehatan.
Air hujan yang turun dapat langsung menyerap ke dalam tanah sehingga tidak menyebabkan
genangan. Selain itu, air hujan yang turun berlebih dapat dengan mudah mengalir ke selokan-
selokan kecil yang terdapat di sekitar RS Advent dan kemudian mengalir ke selokan yang lebih besar.
Untuk itu, di RS Advent ini tidak pernah terjadi banjir.
Dengan system drainase seperti yang telah diuraikan diatas, dapat dikatakan bahwa system
drainase di RS Advent ini sudah dikelola dengan baik. Sehingga jarang sekali terjadi masalah-masalah
yang timbul akibat system drainase. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa masih ada faktor-faktor
yang menghambat kelancaran system drainase di RS ini, diantaranya:
1. Masih banyak pengunjung yang membuang sampah sembarangan sehingga saluran air menjadi
macet.
2. Masih banyak pengunjung yang membuang sampah seperti tissue di closet.
3. Rusaknya mesin pengolahan limbah.
Untuk mengantisipasi hal-hal yang mengganggu system drainase tersebut, pihak rumah sakit
melakukan berbagai upaya seperti:
a. Untuk mengatasi saluran air yang mampet akibat sampah, pihak rumah sakit memberi cairan pelarut
supaya sampah yang ada di saluran tersebut larut dalam air. Jika upaya tersebut tidak berhasil, maka
saluran air tersebut terpaksa dibongkar.
b. Untuk saluran drainase yang rusak, langsung dilakukan perbaikan.
c. Untuk mesin pengolahan limbah, dilakukan pemeriksaan secara berkala. Apabila terjadi kerusakan
pada mesin tersebut maka dilakukan penggantian komponen yang rusak.
Pengelolaan system drainase di RS Advent yang sudah cukup baik ternyata memberikan
dampak positif terutama pada aspek:
1. Kesehatan masyarakat
2. Kebersihan lingkungan
3. Nilai estetika
4. Keseimbangan ekosistem

3.1.3 Sekolah Menengah Pertama Negeri 15 Bandung
Sekolah sebagai sarana pendidikan hendaknya memiliki system drainase yang baik
untuk memberikan kenyamanan bagi para siswa dalam menuntut ilmu. Lantas seperti apakah sistem
drainase di Sekolah Menengah Pertama Negeri 15 Bandung?
Sumber air yang tersedia di sekolah tersebut ada 2 yaitu dari sumur serapan yang letaknya di
belakang sekolah dan dari PDAM. Selain itu ada pula beberapa taman sekolah yang letaknya
tersebar, berfungsi sebagai tempat penyerapan air hujan. Selain untuk menghindari genangan air
ketika hujan turun, air yang menyerap pada tanah di taman sekolah dapat meningkatkan jumlah
debit air sehingga sekolah tidak akan kekurangan sumber air.
Untuk system pembuangan limbahnya, sekolah menyediakan 2 septictenk untuk limbah wc
yang berada di samping sekolah. Sedangkan selokan-selokan kecil dibuat untuk tempat pembuangan
selain limbah wc, termasuk sebagai tempat mengalir air hujan yang tidak terserap oleh tanah.
Melihat Kondisi dari sekolah menengah pertama negeri 15 bandung, kondisi sistem
drainasenya sudah berjalan baik. Kondisi ini sangat mendukung bagi kenyamanan di SMP Negeri 15
badung, akan tetapi yang menjadi pertanyaan adalah mengapa daerah di sekitarnya dan daerah-
daerah lain masih sering tergenang banjir.

3.1 Pengelolaan Sistem Drainase di Daerah Rawan Banjir
Jika kita berbicara sistem, kita pasti tahu bahwa sistem yang dibuat telah dirancang
dengan baik. Namun, yang menjadi pertanyaan untuk kita adalah mengapa bencana alam sering
terjadi, padahal sistem telah dibuat sebaik mungkin dalam mengelola lingkungan terutama dalam
penanganan masalah banjir. Lebih jauh lagi akan dijelaskan bagaimana masyarakat menyikapi
masalah banjir yang sering terjadi akhir-akhir ini atau banjir yang selalu terjadi setiap pekan, karena
sikap tanggap masyarakatlah yang menjadi kunci utama dalam menangani atau mencegah masalah
banjir yang terjadi secara berulang-ulang.
Pada bagian ini penulis akan mencoba menguraikan bagaimana sistem drainase yang
ada di daerah rawan banjir dikelola dan faktor-faktor apa saja yang sangat berpengaruh dalam
pengelolaan sistem drainase tersebut.


3.2.1 Pasar Induk Gedebage
Salah satu sampel yang kita ambil dalam mengkaji permasalaha banjir ini adalah Pasar induk
Gedebage yang merupakan daerah rawan banjir. Pernyataan yang menjadi kunci utama dalam
mengkaji maslah ini adalah jika benar pengelolaan sistem drainase telah berjalan dengan baik, maka
bagaimana banjir bisa terjadi secara rutinan.
Dibawah ini akan diuraikan penuturan masyarakat sekitar dalam menilai lingkungan pasar
induk Gedebage. Hal-hal yang menjadi pusat perhatian kita adalah bagaimana saluran air itu
berfungsi, faktor-faktor pendukung dalam pengelolaan sistem drainase, tingkat kepedulian
masyarakat, dan upaya dalam menangani masalah banjir.
Selokan-selokan di Pasar Induk Gedebage banyak yang dipenuhi oleh sampah-sampah yang
berasal dari limbah pasar seperti buah-buahan yang sudah busuk. Air yang menggenangpun
berwarna hitam pekat karena telah tercampur oleh berbagai macam limbah. Menurut pengakuan
pedagang sekitar, jika hujan turun dengan deras, pasar tersebut dilanda banjir. Namun, ketinggian
air pada saat banjir sekarang-sekarang tidak seperti ketinggian air pada saat selokan tersebut tidak
pernah dibersihkan. Lokasi tersebut memang sudah mendapat perbaikan, renovasi jalan yang dibuat
lebih tinggi dan selokan yang dibersihkan secara berkala membuat ketinggian air ketika banjir di
tempat tersebut sedikit berkurang.
Jalanan di sekitar Pasar Induk Gedebage, yaitu jalan Soekarno-Hatta sudah dibuat tinggi dan
lengkap dengan sistem drainase yang cukup baik. Namun, masih di jalan yang sama, terdapat sebuah
sungai yang melintas. Kondisi sungai tersebut begitu kotor dan dipenuhi banyak sampah, airnya juga
keruh dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Aliran air yang melewati sungai tersebut menjadi
terganggu oleh banyaknya sampah. Sehingga tak heran, ketika hujan turun dengan lebat, daerah di
sekitar sungai tersebut terendam banjir tidak terkecuali pabrik Sosro yang berada beberapa meter
dari sungai tersebut.
Menurut salah satu pegawai pabrik tersebut, memang banjir sudah menjadi agenda harian
ketika hujan turun dengan lebat, bahkan tidak hujanpun kadang-kadang terjadi banjir yang katanya
banjir kiriman. Ketinggian air pada saat banjir bisa mencapai setinggi lutut orang dewasa. Itupun
sudah dapat dikatakan lebih baik dari kondisi sebelum sungai itu tidak pernah dibersihkan.
Di ruas jalan yang lain masih disekitar jalan Soekarno Hatta, terlihat selokan yang digenangi
air berwarna hitam pekat, mungkin air tersebut telah tercampur oleh beragam limbah beracun yang
berasal dari pabrik-pabrik disekitar jalan tersebut. Karena memang didaerah tersebut banyak
terdapat pabrik, seperti pabrik tekstil dan pabrik makanan. Kemungkinan besar limbah dari pabrik-
pabrik tersebut tidak diolah dengan baik dan langsung dibuang ke selokan sehingga mencemari
lingkungan sekitar.
Dapat dikatakan bahwa, sistem drainase di Pasar Induk Gedebage dan Jalan Soekarno Hatta
kurang terjaga dengan baik. Hal ini mengakibatkan sering terjadinya banjir di daerah tersebut.
Padahal secara konstruksi sistem drainase di daerah tersebut sudah cukup baik namun sayangnya
kurang kesadaran dari para masyarakat sekitar untuk tetap menjaganya terutama kesadaran untuk
membuang sampah pada tempatnya, bukan di kali atau sungai.

3.2.1 Daerah Sekitar Aliran Sungai Citarum
Sampel kedua yang penulis ambil sebagai daerah rawan banjir adalah kelurahan Andir
kecamatan Baleendah. Daerah ini merupakan daerah yang berada diskitar aliran sungai citarum.
Penulis melakukan observasi di daerah ini berdasarkan hipotesis bahwa daerah ini dinilai memiliki
sistem drainase yang buruk. Terlihat dari seringnya banjir di wilayah ini.
Narasumber yang menjadi pusat penelitian dan pengkajian masalah pengelolaan sistem
drainase perkotaan terhadap intensistas terjadinya banjir yakni warga sekitar, ketua RT 04/07
kelurahan Andir, mantan ketua RW dan tokoh LSM Barudak Baraya Citarum Cisangkuy (B2C2).
Hasil wawancara yang dilakukan kepada warga sekitar yaitu diantaranya Ibu sukaesih dan
Ibu AI adalah pasrah pada keadaan yang ada karena tidak dapat pindah ke daerah lain yang lebih
baik kondisi lingkungannya. Aturan dalam menciptkan kondisi lingkungan yang bersih dan teratur
telah dibuat dan diipublikasikan, akan tetapi kesadaran masyarakat masih jauh dari yang diharapkan,
terlihat dari pembuangan sampah dipinggir jalan dan sungai.
Data yang cukup berkesinambungan kami peroleh dari seorang Ketua RT 04/07 kelurahan
Andir yaitu bapak Aan, beliau sudah 15 tahun tinggal di daerah tersebut. Menurut penuturan beliau
banjir selalu datang ketika hujan lebat. Dan banjir terakhir yang dirasakan paling besar terjadi bulan
Februari dengan ketinggian air sampai 2,5 m.
Faktor-faktor penyebab banjir adalah sungai yang dangkal, sampah yang dibuang ke sungai,
dan pengikisan pasir oleh arus sungai dan daerah tersebut merupakan daerah pertemuan antara
sungai Citarum dan Cisangkuy.
Pada saat banjir ada bantuan dari pemerintah berupa obat-obatan, bahan makanan, tenda.
Adapun usaha yang diakukan oleh pemerintah baru sebatas anjuran tidak membuang sampah ke
sungai. Alasan masyarakat membuang sampah ke sungai adalah tidak adanya truk pengangkut
sampah dan karena mental masyarakat yang ingin serba praktis. Hambatan dalam mengatasi
permasalahan bajir di daerah ini adalah sulitnya menyadarkan masyarakat untuk tidak membuang
sampah sembarangan ke sungai dan ada pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab yang mencuri
besi-besi pintu air. Usaha untuk mengurangi dampak banjir dengan dibuatnya tanggul sehingga
kecepatan air agak terhambat memasuki wilayah pemukiman. Dan rumah-rumah dibuat lebih tinggi
bahkan rencananya daerah ini akan dijadikan danau karena bencana banjir tidak dapat dihindari.
Rencana dari pihak pemerintah adalah melakukan rehabilitasi besar-besaran seperti membuat
gorong-gorong dan saluran irigasi pada tahun 2011.
Selain ini penulis juga mendapatkan informasi yang cukup akurat dari penuturan seorang
mantan ketua RW dan tokoh LSM B2C2 yaitu bapak Ipin. Menurut beliau dalam memperbaiki sistem
drainase di wilayah ini dengan usaha dari berbagai pihak seperti LSM, PNPM, ADPK dan dana
stimulan dari pemerintah. Ketika banjir drainase sudah tidak berfungsi dikarenakan kurangnya
daerah resapan, daerah ini merupakan daerah tercekung di wilayah Bandung, dan pemukiman yang
padat. Pak Ipin telah melakukan berbagai upaya diplomasi dengan pemerintah dengan menjadi
tim susur Citarum, melakukan pertemuan dengan wakil-wakil dari daerah yang sering banjir akibat
sungai Citarum. Sebenarnya masalah banjir di daerah tersebut tidak dapat dihindari tetapi hanya
bisa diminimalisi,r bahkan Gubernur sekalipun tidak tahu solusi dari masalah ini. Selain itu pihak-
pihak yang berhubungan dengan masalah lingkungan seperti LSM, BPLH hubungannya tidak
harmonis karena pihak tersebut memiliki kepentingan masing-masing. Sehingga dapat disebut
masyarakat di daerah tersebut merupakan korban kebijakan. Berdasarkan hasil penelitian dari CNN ,
diprediksikan dalam 10 tahun ke depan jika masalah ini tidak ditanggulangi akan menjadi sungai
paling parah se-dunia.

3.3 Analisis Perbandingan Hasil Observasi Lapangan
Pada dasarnya satu hal dengan hal lainnya saling berkaitan. Tak ada suatu kondisi tanpa
adanya keterkaitan dengan kondisi lainnya yang saling mempengaruhi sehingga tercapai kondisi
yang diinginkan. Oleh karena itu, analisis perbandingan terhadap hasil observasi lapangan ini akan
dijadikan bahan referensi sebagai tindak lanjut yang akan dilakukan selanjutnya agar semua objek
yang terlibat kedalam siklus penciptaan suatu kondisi yang diharapkan dapat memahami peran atau
fungsi keberadaan mereka.
Analisis yang dilakukan difokuskan kedalam beberapa hal, yaitu:
1. Korelasi antara pengelolaan sistem drainase perkotaan yang ada di lembaga vital dengan lingkungan
sekitar.
2. Faktor-faktor penyebab ketidakberjalanan pengelolaan sistem drainase.
3. Kemungkinan yang terjadi di masa yang akan datang jika pengelolaan sistem drainase masih belum
berjalan dengan semestinya.

Lebih jelasnya pengkajian masalah-masalah yang berkaitan dengan sistem drainase
perkotaan serta pengaruhnya terhadap intensitas terjadinya banjir diuraikan sebagai berikut.
1. Korelasi antara pengelolaan sistem drainase perkotaan yang ada di lembaga vital dengan
lingkungan sekitar.
Seperti yang telah dipaparkan pada pembahasan sebelumnya bahwa pengelolaan sistem
drainase yang ada di lembaga vital berjalan dengan baik mulai dari pengaturan air yang masuk
sampai pada sistem pengolahan dan pembuangannya. Hal ini memang berdampak positif bagi
lembaga-lembaga vital tersebut. Akan tetapi, jika kita mau melihat lingkungan sekitarnya, banyak
sekali terjadi penyumbatan saluran air, genangan-genangan air, hingga sampai pada puncak masalah
yaitu banjir yang sangat disayangkan banjir ini terjadi secara rutinan.
Pertanyaanya adalah apakah para pembuat dan pengguna sistem drainase tidak menyadari
masalah ini?.
Jika kita lihat semua masalah banjir yang terjadi diakibatkan oleh tangan-tangan yang tidak
bertanggung jawab dalam mengelola lingkungannya dan kurang atau tidak adanya saling perhatian
satu sama lain. Dapat kita lihat dari pengelolaan sistem drainase perkotaan yang ada, ternyata
kurangnya perhatian lembaga vital ke masyarakat atau lingkungan sekitar mengakibatkan sistem
drainase yang ada di lingkungan sekitar tidak berjalan dengan baik. Mungkin ada pengenalan
terhadap pentingnya sistem drainase akan tetapi itu hanya terjadi beberapa kali saja. Selain itu,
masih kurangnya kesadaran untuk saling mendukung sistem yang telah dibuat, misalnya saja tidak
adanya tindakan tegas dan penanggulangan yang cepat dari pihak yang berwenang dalam melihat
realitas kondisi lingkungan ada, salah satunya adalah papan-papan peraturan tentang pentingnya
kebersihan lingkungan tetap dipasang disetiap pelosok daerah tetapi tangan-tangan yang tidak
bertanggung jawab masih tetap dapat melakukan kejahatannya dengan tidak memperdulikan papan
peringatan tersebut.
Dari sana dapat kita lihat bahwa pembuat dan pengguna sistem drainase sebenarnya
menyadari betapa kurang berjalannya sistem drainase yang ada saat ini, namun mereka sendiri lebih
terfokus pada kepentingan mereka masing-masing demi tercapainya tujuan-tujuan yang ingin
mereka capai. Masyarakat sekitar pun masih kurang memiliki kesadaran dalam memperhatikan
lingkungan yang ada. Mereka masih membuang sampah ke sungai, sehingga sistem drainase yang
ada pun tidak dapat berjalan dengan lancar. Pemerintah yang berusaha untuk menghimbau kepada
masyarakat dan pengguna lembaga vital untuk saling memperhatikan sistem drainase serta
kebersihan lingkungan masih dirasa kurang optimal dalam mewujudkan lingkungan yang bersih dan
sehat dengan penggunaan sistem drainase yang ada. Namun karena masih kurangnya perhatian
yang serius dari semua pihak, maka sistem yang ada hanyalah sebuah sistem dan belum mampu
berjalan dengan semestinya. Bagaimanapun juga, pemerintah harus terus berusaha untuk mampu
menciptakan lingkungan yang baik dan pengguna lembaga vital serta masyarakat sekitar pun harus
mampu bersinergi untuk mewujudkan itu semua.

2. Faktor-faktor penyebab ketidakberjalanan pengelolaan sistem drainase.
Melihat kondisi buruk yang nampak saat ini yaitu banjir rutinan, banyak hal yang menjadi
faktor-faktor penyebab hal tersebut. Jika dikatakan intensitas dan debit air hujan sangat tinggi, hal
ini memang benar. Akan tetapi hal ini bukanlah faktor utama dari sekian banyak faktor yang berasal
dari komponen lingkungan itu sendiri.
Berdasarkan kajian pustaka dan hasil obervasi lapangan yang diperoleh, terdapat beberapa
faktor-faktor penyebab terjadinya banjir rutinan yaitu sebagai berikut.
a. Peningkatan jumlah penduduk disuatu daerah dan tidak adanya pengaturan yang tertata oleh
lembaga pemerintah.
b. Pengambilan air tanah yang berlebihan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
c. Penyempitan dan pendangkalan saluran air.
d. Pembuatan sistem drainase yang belum efektif dalam konteks pengelolaan di lapangan sehingga
masih memungkinkan terjadinya banjir.
e. Oknum masyarakat dan pengguna lembaga vital yang masih kurang memperhatikan lingkungan
sekitar, misalnya masyarakat yang membuang samapah sembarangan dan lembaga vital yang
membuang limbahnya secara berlebihan sehingga mengganagu sistem drainase.
f. Oknum masyarakat yang merusak saluran air, sehingga merusak sistem draianse yang ada.
g. Kurangnya perhatian lembaga vital tentang pentingnya drainase bagi masyarakat sekitar, sehingga
sistem drainase yang ada di lembaga vital tetap berjalan dengan baik namun di lingkungan
masayarakat sekitarnya masih sangat mengkhawatirkan.

3. Kemungkinan yang terjadi di masa yang akan datang jika pengelolaan sistem drainase masih belum
berjalan dengan semestinya.
Manusia pada dasarnya ingin mendapatkan hal yang baik dan lebih baik daripada
sebelumnya. Akan tetapi, realita yang ada menunjukan bahwa sebagian besar manusia menciptakan
jurang yang suatu saat mereka akan terjatuh kedalamnya. Hal ini terlihat dari kondisi masyarakat
yang kurang peduli melihat kondisi lingkungan yang ada dan tidak bertanggung jawab atas tindakan
bodoh yang telah mereka lakukan. Sebagai contoh adalah banyaknya orang yang membuang sampah
tidak pada tempatnya sehingga mengganggu saluran air yang merupakan bagian dari sistem drainase
yang telah dibuat dengan baik. Pada kondisi terburuk faktor seperti ini dapat menyebabkan banjir.
Melihat kondisi seperti ini yang terus berlangsung tanpa adanya penanggulangan yang ,
maka beberapa kemungkinan yang terjadi di masa yang akan datang jika masalah ini tidak secara
optimal diatasi dan bisa menjadi bahan renungan bagi kita semua adalah sebagai berikut.
1. Intensitas banjir rutinan akan sering terjadi dan meluas ke berbagai daerah.
2. Amblasan tanah yang akan mengakibatkan kota tenggelam atau bahkan hilang.
3. Peningkatan jumlah penduduk yang diiringi pemusnahan penduduk secara masal melalui bencana
banjir yang lebih besar.
4. Kiamat kecil sebagai bentuk hancurnya bangsa indonesia ini.

DAFTAR PUSTAKA

Buku: Tata Ruang Air, Oleh: Robert J. Kodoatie & Roestam Sjarief, Penerbit: C.V Andi Offset: 2010
Tanpa nama. 2007. Jenis Drainase dan Permasalahanya. [online]. Tersedia:
http://rathocivil02.wordpress.com/2007/12/23/tugas-drainase/. [9 oktober 2010].
Administrator. 2009. Drainase. [online]. Tersedia: http://one.indoskripsi. com/node/6063. [22 Oktober 2010].
Administrator. 2010. Sejarah Drainase. [online]. Tersedia: http://kmit.faperta.ugm. ac.id/2010/03/25/sejarah-
drainase/. [22 Oktober 2010].
Azwaruddin. 2008. Pemahaman Umum Drainase. [online]. Tersedia:
http://azwaruddin.blogspot.com/2008/05/pemahaman-umum-drainase.html. [22 Oktober 2010].


Drainase Berwawasan Lingkungan http://pustaka.pu.go.id/new/artikel-detail.asp?id=331

Mendengar kata hujan, mungkin yang terbayang di benak kita adalah banjir. Hal ini kerap terjadi karena biasanya
saat hujan turun sebagian besar air akan meluap dan menimbulkan genangan ataupun banjir. Namun
sebaliknya, ketika musim kemarau sumber air banyak yang mengalami kekeringan karena cadangan air tanah
permukaan yang ada habis disedot untuk keperluan rumah tangga dan industri. Inilah permasalahan terkait
sektor air khususnya di perkotaan yang harus diperhatikan. Salah satu solusi konkret untuk masalah tersebut
adalah dengan memperbaiki sistem drainase perkotaan.
Sistem Drainase Berwawasan Lingkungan

Drainase didefinisikan sebagai pembuangan air permukaan, baik secara gravitasi maupun dengan pompa
dengan tujuan untuk mencegah terjadinya genangan, menjaga dan menurunkan permukaan air sehingga
genangan air dapat dihindarkan. Drainase perkotaan berfungsi mengendalikan kelebihan air permukaan
sehingga tidak merugikan masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Kelebihan air
tersebut dapat berupa air hujan, air limbah domestik maupun air limbah industri. Oleh karena itu drainase
perkotaan harus terpadu dengan sanitasi, sampah, pengendali banjir kota dan lainnya.

Sebagaimana tergambar pada bagan fasilitas penahan air hujan di atas, menurut Dr. Ir. Suripin M.Eng dari
Universitas Diponegoro, berdasarkan fungsinya, terdapat dua pola yang dipakai untuk menahan air hujan, yaitu:
Pola detensi (menampung air sementara), yaitu menampung dan menahan air limpasan permukaan
sementara untuk kemudian mengalirkannya ke badan air misalnya dengan membuat kolam penampungan
sementara untuk menjaga keseimbangan tata air.
Pola retensi (meresapkan), yaitu menampung dan menahan air limpasan permukaan sementara sembari
memberikan kesempatan air tersebut untuk dapat meresap ke dalam tanah secara alami antara lain dengan
membuat bidang resapan (lahan resapan) untuk menunjang kegiatan konservasi air.

Pengembangan permukiman di perkotaan yang demikian pesatnya justru makin mengurangi daerah resapan air
hujan karena luas daerah yang ditutupi oleh perkerasan semakin meningkat dan waktu berkumpulnya air (time of
concentration) pun menjadi jauh lebih pendek sehingga pada akhirnya akumulasi air hujan yang terkumpul
melampaui kapasitas drainase yang ada.

Banyak kawasan rendah yang semula berfungsi sebagai tempat parkir air (retarding pond) dan bantaran sungai
kini menjadi tempat hunian. Kondisi ini akhirnya akan meningkatkan volume air permukaan yang masuk ke
saluran drainase dan sungai. Hal ini dapat dilihat dari air yang meluap dari saluran drainase, baik di perkotaan
maupun di permukiman, yang menimbulkan genangan air atau bahkan banjir. Hal itu terjadi karena selama ini
drainase difungsikan untuk mengalirkan air hujan yang berupa limpasan (run-off) secepat-cepatnya ke penerima
air/badan air terdekat.

Untuk mengatasi permasalahan infrastruktur tersebut diperlukan sistem drainase yang berwawasan lingkungan
dengan prinsip dasar mengendalikan kelebihan air permukaan sehingga dapat dialirkan secara terkendali dan
lebih banyak memiliki kesempatan untuk meresap ke dalam tanah. Hal ini dimaksudkan agar konservasi air
tanah dapat berlangsung dengan baik dan dimensi struktur bangunan sarana drainase dapat lebih efisien.

Menurut Dr. Ing. Ir. Agus Maryono dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, pengelolaan drainase secara
terpadu berwawasan lingkungan merupakan rangkaian usaha dari sumber (hulu) sampai muara (hilir) untuk
membuang/mengalirkan hujan kelebihan melalui saluran drainase dan atau sungai ke badan air (pantai/laut,
danau, situ, waduk, dan bozem) dengan waktu seoptimal mungkin sehingga tidak menyebabkan terjadinya
masalah kesehatan dan banjir di dataran banjir yang dilalui oleh saluran dan atau sungai tersebut (akibat
kenaikan debit puncak dan pemendekan waktu mencapai debit puncak). Berbeda dengan prinsip lama, yaitu
mengalirkan limpasan air hujan ke badan air penerima secepatnya, drainase berwawasan lingkungan bekerja
dengan berupaya memperlambat aliran limpasan air hujan.

Prinsipnya, air hujan yang jatuh ditahan dulu agar lebih banyak yang meresap ke dalam tanah melalui bangunan
resapan, baik buatan maupun alamiah seperti kolam tandon, sumur-sumur resapan, biopori, dan lain-lain. Hal ini
dilakukan mengingat semakin minimnya persediaan air tanah dan tingginya tingkat pengambilan air.

Pengembangan prasarana dan sarana drainase berwawasan lingkungan ditujukan untuk mengelola limpasan
permukaan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan sesuai dengan kaidah konservasi
dan keseimbangan lingkungan. Konsep inilah yang ingin mengubah paradigma lama dalam pembangunan
drainase khususnya di perkotaan.

Pelestarian prasarana dan sarana drainase mandiri berbasis masyarakat sangat bergantung pada kemauan dan
kemampuan masyarakat dalam mengoperasikan, memanfaatkan, dan memelihara prasarana dan sarana yang
ada. Secara umum aspek yang perlu diperhatikan dalam pelestarian adalah pengelolaan prasarana dan sarana
serta penyuluhan dan pedoman pemeliharaan yang mengedepankan partisipasi masyarakat. Masyakarat dapat
berperan dan berpartisipasi dalam setiap tahapan perencanaan, pembangunan, operasional dan pemeliharaan
sistem jaringan drainase melalui beberapa tahap, antara lain:
1. Tahap Survei dan Investigasi : masyarakat dapat memberikan informasi calon lokasi yang akan dibangun
dan kondisi setempat seperti kelayakan dari segi teknis dan ekonomi.
2. Tahap Perencanaan : masyarakat dapat ikut serta dalam persetujuan, kesepakatan dan penggunaan dari
perencanaan yang telah dibuat.
3. Tahap Pembebasan Lahan : masyarakat memberi kemudahan dan memperlancar proses pembebasan
lahan apabila lahan masyarakat terkena dampak pembangunan.
4. Tahap Pembangunan : masyarakat dapat ikut serta dalam pengawasan dan terlibat dalam pelaksanaan
sesuai dengan kapasitas dan kemampuan.
5. Tahap Operasi dan Pemeliharaan : masyarakat ikut serta aktif dalam pemeliharan dan pengoperasian,
melaporkan jika ada kerusakan.
6. Tahap Monitoring dan Evaluasi : masyarakat dapat memberikan data yang benar dan nyata sesuai dengan
kondisi eksisting di lapangan terkait segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek serta
dampak yang ditimbulkannya.

Cara paling efektif agar drainase berwawasan lingkungan ini dapat berkelanjutan adalah peran serta masyarakat
untuk ikut aktif di dalam penerapan pelestarian air tanah karena jika persediaan air tanah habis, merekalah yang
paling merasakan akibatnya. Masyarakat dapat berperan aktif untuk ikut menabung air melalui kolam tandon
penampung air hujan, berupa reservoir bawah tanah maupun dengan tangki penampung yang berfungsi
menampung dan mengalirkan air hujan yang jatuh dari permukaan tanah, bangunan, juga atap rumah.

Sumur Resapan, Solusi Termurah
Sumur resapan adalah salah satu solusi murah dan cepat untuk masalah banjir. Umumnya sumur resapan
berbentuk bundar dengan diameter minimal 1 meter. Lubang galian sebelah atas sampai lapisan tanah relatif
keras dan bersemen agar dilindungi dengan bidang penahanan longsoran dinding sumur (bisa dari bambu,
pasangan bata, base beton atau drum). Kedalaman sumur resapan relatif tergantung kondisi formasi batuan dan
muka air tanah. Untuk daerah yang muka air tanahnya dalam, kedalaman sumur resapan dapat dibuat hingga
mencapai 5 meter.

Idealnya dalam perencanaan drainase di suatu wilayah perlu direncanakan adanya sumur resapan sehingga
dimensi saluran drainase dapat lebih diminimalkan. Untuk hasil yang lebih maksimal, penggunaan sumur
resapan dapat divariasikan dengan bangunan drainase lainnya seperti kolam resapan. Upaya ini akan
berdampak besar bila semua masyarakat sadar dan mau menerapkannya.

Peran sumur resapan tentu tidak akan berarti bila hanya beberapa rumah yang menerapkannya. Bayangkan, bila
setiap rumah memiliki sumur resapan yang masing-masing mampu meresapkan air hujan sejumlah satu meter
kubik dan satu kawasan terdapat sepuluh ribu rumah maka akan didapatkan sepuluh ribu meter kubik air yang
dapat meresap ke tanah. Kawasan tersebut dapat mengurangi limpasan permukaan yang akan membebani
saluran drainase di hilir dan mampu mengurangi masalah kekeringan pada musim kemarau karena pada musim
penghujan, mereka telah menabung air.


Permasalahan Drainase Perkotaan

Abstrak
Saat ini begitu banyak permasalahan lingkungan yang terjadi. Mulai dari banjir, polusi udara, longsor,
hingga kurangnya air bersih. Berbagai permasalahan itu terjadi akibat kelalaian kita dalam menjaga
lingkungan. Kini banjir sudah umum terjadi di kawasan perkotaan. Persoalan ini diakibatkan karena
berbagai hal, salah satu penyebabnya adalah kurangnya perhatian dalam mengelola sistem drainase.
Sistem drainase sendiri terdiri dari empat macam, yaitu sistem drainase primer, sistem drainase
sekunder, sistem drainase tersier dan sistem drainase kuarter. Sistem drainase ini memiliki peran dan
fungsinya masing-masing. Sudah seharusnya bahwa fungsi drainase ini tidak dialihfungsikan atau
berfungsi ganda sebagai saluran irigasi, yang kini marak terjadi. Alih fungsi ini tidak hanya
menimbulkan satu permasalahan saja, tetapi nantinya akan timbula kekacauan dalam penanganan
sistem drainase pula. Jenis-jenis drainase dibagi berdasarkan letak salurannya, sejarah terbentuknya,
berdasarkan konstruksi, dan berdasarkan fungsinya. Sepanjang aliran drainase banyak ditemukan
bangunan pendukung serta pelengkapnya. Bangunan-bangunan pendukung drainase dibagi menjadi
dua, yaitu bangunan struktur dan bangunan non struktur. Sedangkan bangunan pelengkap saluran
drainase adalah catch basin, inlet, headwall, shipon, manhole, gorong-gorong, bangunan terjun, dan
bangunan got miring. Pada sistem drainase dan bangunan pelengkap saluran drainase banyak
ditemukan permasalahan yang terjadi. Permasalahan-permasalahan ini terjadi akibat adanya
peningkatan debit pada saluran drainase. Penyebab lainnya adalah karena peningkatan jumlah
penduduk, amblesan tanah, penyempitan dan pendangkalan saluran, serta sampah di saluran
drainase. Oleh karena itu, sudah seharusnya masyaraka dan Pemkot menyadari pentingnya fungsi
saluran drainase, khususnya drainase di perkotaan, serta permasalahan yang terjadi di perkotaan.
Keyword : drainase perkotaan

Pendahuluan
Air adalah sumber kehidupan manusia yang harus dijaga kelestariannya. Namun, permasalahan air
adalah permasalahan yang tidak kunjung usai. Segala bentuk permasalahannya serta sistemnya
patut dijadikan permasalahan utama dalam kehidupan perkotaan, khususnya sistem drainase
perkotaan. Banyak yang menjadi permasalahan dan kendala dalam sistem drainase perkotaan. Mulai
dari sampah, sungai tercemar, pembuangan limbah di saluran drainase, hingga banjir. Selain itu
faktor pertambahan penduduk juga ikut memberikan kontribusi dalam permasalahan sistem drainase
di perkotaan. Pertumbuhan penduduk dan pembangunan yang begitu cepat menyebabkan
perubahan tata guna lahan. Banyak lahan yang awalnya berupa daerah resapan, kini telah berubah
menjadi kawasan pemukiman, industri, perkantoran dan perdagangan. Dampak yang nyata dari
perubahan tata guna lahan tersebut adalah meningkatnya aliran permukaan sekaligus menurunkan
resapan air tanah. Selanjutnya akibat yang timbul adalah distribusi air yang timpang antara musim
penghujan dengan musim kemarau. Debit banjir meningkat dan ancaman kekeringan semakin nyata.
Bencana banjir maupun kekeringan telah menimbulkan kerugian yang sangat besar, bahkan juga
memakan korban. Segala permasalahan lingkungan tersebut merupakan tanggung jawab kita yang
harus diselesaikan bersama.
Berdasarkan siklus air, air hujan turun ke bumi kemudian meresap di dalam tanah. Air yang meresap
ke dalam tanah ini akan mengalir menuju hilir. Sedangkan air hujan yang tidak dapat meresap ke
dalam tanah, melimpas, menjadi genangan di permukaan atau mengalir ke sungai. Air sungai
mengalir menuju hilir atau bermuara di lautan. Siklus ini akan terus berulang hingga air dari
penguapan laut turun kembali sebagai hujan. Siklus air alami ini tidak akan menyebabkan
permasalahan ketika air tidak diganggu alirannya. Gangguan ini dapat berupa pembatasan gerak
air, pencemaran lingkungan atau juga pengurangan jumlah air yang meresap ke tanah. Namun,
permasalahan saat ini adalah keterbatasan dalam penyediaan jumlah air bersih. Hal ini disebabkan
oleh air hujan yang turun ke permukaan tanah, tidak diberi kesempatan untuk meresap ke dalam
tanah sebagai cadangan air tanah. Akibatnya tanah tidak memiliki cadangan air tanah sehingga
mengakibatkan kekeringan. Sementara itu, saat hujan turun jalan-jalan tergenang oleh air hujan atau
bahkan luapan air dari saluran drainase. Hal ini disebabkan karena penyempitan dan pengurangan
saluran drainase akibat meningkatnya jumlah penduduk. Permasalahan drainase ini juga diperparah
oleh banyaknya sedimentasi tanah dan sampah di saluran drainase dan sungai.
Drainase yang berasal dari kata to drain yang berarti mengeringkan atau mengalirkan air drainase. Ini
merupakan suatu sistem pembuangan air bersih dan air limbah dari daerah pemukiman, badan jalan
dan permukaan perkerasan lainnya. Selain itu juga dapat berupa penyaluran kelebihan air, baik air
hujan, air limbah maupun air kotor lainnya. Air kotor ini berasal dari suatu kawasan yang mengalir
menuju bangunan resapan buatan. Sistem drainase juga dapat didefinisikan sebagai pembuangan air
permukaan atau air tanah dari suatu daerah baik secara gravitasi maupun dengan pompa (Sutanto
1992:199). Pemahaman secara umum mengenai drainase perkotaan adalah suatu ilmu dari drainase
yang mengkhususkan pengkajian pada kawasan perkotaan. Ini merupakan suatu sistem pengeringan
dari pengaliran air di wilayah perkotaan yang meliputi pemukiman, kawasan industri dan
perdagangan, rumah sakit, lapangan olahraga, lapangan terbang, instalasi listrik dan telekomunikasi.
Selain itu juga termasuk tempat-tempat lainnya yang merupakan bagian dari sarana kota yang
berfungsi mengendalikan kelebihan air permukaan, sehingga menimbulkan dampak negatif dan
dampak memberikan manfaat bagi kegiatan kehidupan manusia.
Jenis Drainase
A. Menurut Letak Saluran
1. Drainase Permukaan Tanah, yaitu saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah, yang
berfungsi untuk mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa alirannya merupakan analisa open
channel flow.
2. Drainase Bawah Permukaan, yaitu saluran drainase yang bertujuan mengalirkan air limpasan
permukaan melalui media di bawah permukaan tanah karena alasan-alasan tertentu. Alasan tersebut
antara lain karena tuntutan fungsi permukaan tanah yang tidak memperbolehkan adanya saluran di
permukaan tanah, seperti lapangan sepak bola, taman, dan lapangan terbang.

B. Menurut Sejarah Terbentuknya
1. Drainase Alamiah, yaitu sistem drainase yang terbentuk secara alami dan tidak ada unsur campur
tangan manusia. Pada daerah yang belum berkembang, drainase terjadi secara alamiah sebagai
bagian dari siklus hidrologi. Drainase alami ini berlangsung tidak secara statis, melainkan terus
berubah secara konstan menurut keadaan fisik lingkungan sekitar.
2. Drainase Buatan, yaitu saluran drainase yang dibentuk berdasarkan analisis ilmu drainase, untuk
mentukan debit akibat hujan, dan dimensi saluran. Drainase buatan dibagi menjadi 3 berdasarkan
tempatnya, yaitu
a) Drainase jalan raya
Salah satu aspek terpenting dalam perencanaan jalan raya adalah melindungi jalan dari permukaan
air dan air tanah. Genangan air di permukaan jalan memperlambat laju kendaraan dan memberikan
andil terjadinya kecelakaan akibat permukaan jalan yang licin. Berdasarkan fungsinya drainase jalan
dibedakan menjadi drainase permukaan dan drainase bawah permukaan. (Suripin, 2004)
1) Drainase permukaan
Drainase permukaan ditujukan untuk menghilangkan air hujan dari permukaan jalan sehingga lalu
lintas dapat melaju dengan aman dan efisien, serta untuk menampung air tanah dan air permukaan
yang menuju jalan. Fungsi yang lain adalah untuk membawa air menyeberang alinement jalan secara
terkendali. Fungsi drainase ini memerlukan bangunan drainase melintang, seperti gorong-gorong dan
jembatan. Disamping itu juga untuk meminimalkan penetrasi air hujan ke dalam struktur jalan.
2) Drainase bawah permukaan
Drainase bawah permukaan ditujukan untuk mencegah masuknya air kedalam struktur jalan dan
mengeluarkan air dari struktur jalan, sehingga tidak menimbulkan kerusakan pada jalan.
b) Drainase lapangan terbang
Sistem drainase yang memadai untuk membuang air permukaaan dan air dari bawah permukaan
pada lapangan terbang merupakan komponen vital untuk keselamatan pesawat dan umur
peerkerasan. Drainase yang tidak memadai mengakibatkan terbentuknya gelombang pada
perkerasan yang membahayakan pesawat pada saat tinggal landas maupun mendarat. Drainase
yang tidak baik juga dapat mempercepat kerusakan perkerasan. Drainase lapangan terbang
berfungsi untuk membuang air permukaan dan air bawah tanah dari lapangan terbang. Selain itu,
juga berfungsi untuk intersepsi dan mengalirkan air permukaan dan air tanah yang berasal dari
lapangan terbang. (Suripin, 2004)
Berdasarkan fungsinya, drainase lapangan terbang terdiri dari dua bagian, yaitu drainase permukaan
dan drainase bawah permukaan. (Suripin, 2004)
1) Drainase permukaan
Drainase permukaan berfungsi untuk menangani air permukaan, khususnya air yang berasal dari air
hujan.
2) Drainase bawah permukaan
Drainase bawah permukaan berfungsi untuk membuang air dari base course dan air bawah
permukaan, serta menerima dan membuang air dari l lapisan tembus air.
c) Drainase lapangan olahraga
Drainase lapangan olahraga direncanakan berdasarkan infiltrasi atau resapan air hujan pada lapisan
tanah, dan tidak boleh terjadi genangan air. Batas antara keliling lapangan sepakbola dengan jalur
atletik harus memiliki collector drain.

C. Menurut Konstruksi
1. Saluran Terbuka, yaitu sistem saluran yang biasanya direncanakan hanya untuk menampung dan
mengalirkan air hujan, namun pada umumnya sistem saluran ini berfungsi sebagai saluran campuran.
Pada pinggiran kota, saluran terbuka ini biasanya tidak diberi lining (lapisan pelindung). Akan tetapi,
saluran terbuka di dalam kota harus diberi lining dengan beton, mansory (pasangan batu).
2. Saluran Tertutup, yaitu saluran untuk air kotor yang mengganggu kesehatan lingkungan. Sistem
drainase ini baik untuk diterapkan di daerah perkotaan, terutama dengan tingkat penduduk yang
tinggi.

D. Menurut Fungsi
1. Single Purpose, yaitu saluran yang berfungsi untuk mengalirkan satu jenis air buangan saja.
2. Multi Purpose, yaitu saluran yang berfungsi untuk mengalirkan beberapa jenis buangan, baik
secara bercampur maupun bergantian.

Sistem Drainase Perkotaan
Sistem drainase perkotaan diklasifikasikan menjadi empat, yaitu
1. Drainase Primer
Drainase primer adalah saluran drainase yang menghubungkan antara drainase sekunder dengan
sungai
2. Drainase Sekunder
Drainase sekunder adalah saluran drainase yang menghubungkan saluran tersier dengan saluran
primer (dibangun dari beton/plesteran semen)
3. Drainase Tersier
Drainase tersier adalah saluran drainase yang menghubungkan saluran kuarter dengan saluran
sekunder
4. Drainase Kuarter
Drainase kuarter adalah saluran drainase untuk mengalirkan limbah rumah tangga menuju saluran
sekunder, berupa plesteran, pipa dan tanah

Bangunan-bangunan Sistem Drainase dan Pelengkapnya
A. Bangunan-bangunan Sistem Drainase
Menurut Suripin (2004:196), bangunan-bangunan dalam sistem drainase terdiri dari bangunan
struktur dan bangunan non struktur.
1. Bangunan Struktur
Bangunan struktur adalah bangunan bangunan pasangan disertai dengan perhitungan-perhitungan
kekuatan tertentu. Contoh bangunan struktur adalah:
- Bangunan rumah pompa
- Bangunan tembok penahan tanah
- Bangunan terjunan yang cukup tinggi
- Jembatan
2. Bangunan Non Struktur
Bangunan non struktur adalah bangunan pasangan atau tanpa pasangan, tidak disertai dengan
perhitungan-perhitungan kekuatan tertentu yang biasanya berbentuk siap pasang. Contoh bangunan
non struktur adalah:
- Pasangan (saluran Cecil tertutup, tembok talud saluran, manhole/bak control saluran Cecil, street
inlet)
- Tanpa pasangan adalah jenis saluran yang berupa saluran tanah dan saluran tanah berlapis rumput
B. Bangunan Pelengkap Saluran Drainase
Bangunan pelengkap saluran drainase diperlukan untuk melengkapi suatu sistem saluran untuk
fungsi-fungsi tertentu. Bangunan-bangunan pelengkap sistem drainase, yaitu
1. Catch Basin/Watershed
Catch Basin adalah bangunan dimana air masuk ke dalam sistem saluran tertutup dan air mengalir
bebas di permukaan tanah menuju match basin. Catch basin dibuat pada tiap persimpangan jalan,
pada tempat-tempat yang rendah, dan tempat parkir.
2. Inlet
Inlet dibuat bila terdapat saluran terbuka dimana pembuangannya akan dimasukkan ke dalam saluran
tertutup yang lebih besar. Inlet harus diberi saringan agar sampah tidak masuk ke dalam saluran
tertutup.
3. Headwall
Headwall adalah konstruksi khusus pada outlet saluran tertutup dan ujung goronng-gorong yang
berguna untuk melindungi dari longsor dan erosi.
4. Shipon
Shipon dibangun bila ada persilangan dengan sungai. Shipon dibangun dibawah penampang sungai,
karena tertanam di dalam tanah maka pada waktu pembangunannya harus dibuat secara kuat
sehingga tidak terjadi keretakan atau kerusakan konstruksi.
5. Manhole
Untuk pemeliharaan sistem saluran drainase tertutup di setiap saluran diberi manhole pertemuan,
perubahan dimensi, perubahan bentuk selokan tiap 10-25 m. Lubang manhole dibuat sekecil mungkin
supaya ekonomis, cukup, asal dapat dimasuki oleh orang dewasa. Biasanya lubang manhole
berdiameter 60 cm dengan tutup dari besi tulang.
6. Gorong-gorong
7. Bangunan terjun
8. Bangunan got miring
Fungsi Drainase
1. Mengeringkan daerah becek dan genangan air
2. Mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permukaan tanah) dan
bangunan resapan
3. Pengendali kebutuhan air permukaan
4. Mengendalikan akumulasi limpasan air hujan yang berlebihan
5. Mengendalikan erosi akibat air hujan yang berlebih
6. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal
7. Mengurangi kerusakan jalan dan bangunan akibat genangan air pada waktu hujan
8. Memperbaiki kualitas lingkungan masyarakat dan meningkatkan kesehatan masyarakat di
perkotaan

Permasalahan Drainase Perkotaan
1. Peningkatan debit
Perubahan tata guna lahan yang selalu terjadi akibat perkembangan kota dapat mengakibatkan
peningkatan aliran permukaan dan debit banjir. Manajemen sampah yang kurang baik memberi
kontribusi percepatan pendangkalan saluran drainase dan sungai. Kapasitas sungai dan saluran
drainase menjadi berkurang, sehingga tidak mampu menampung debit yang terjadi, air meluap dan
terjadi genangan. (Suripin 2004:226)
2. Peningkatan jumlah penduduk
Meningkatnya jumlah penduduk perkotaan yang sangat cepat, merupakan akibat dari pertumbuhan
maupun urbanisasi. Peningkatan jumlah penduduk selalu diikuti oleh penambahan infrastruktur
perkotaan, disamping itu peningkatan penduduk juga selalu diikuti oleh peningkatan limbah, baik cair
maupun padat. (Suripin 2004:226)
3. Amblesan tanah
Amblesan tanah terjadi akibat pengambilan air tanah yang berlebihan, mengakibatkan beberapa
bagian kota berada di bawah muka air laut pasang. Akibatnya sistem drainase gravitasi terganggu
dan tidak dapat bekerja tanpa pompa. (Suripin 2004:226)
4. Penyempitan dan pandangkalan saluran
Penyempitan saluran drainase dipengaruhi oleh faktor peningkatan jumlah penduduk (Suryokusumo
2008:81). Peningkatan jumlah penduduk yang sangat pesat mengakibatkan berkurangnya lahan
untuk saluran drainase. Banyak pemukiman yang didirikan di atas saluran drainase sehingga aliran
drainase menjadi tersumbat. Sampah penduduk pun juga tidak jarang dijumpai di aliran drainase,
terutama di perkotaan. Hal ini karena kesadaran penduduk yang rendah terhadap kebersihan
lingkungannya
5. Limbah sampah dan pasang surut
Saluran drainase di perkotaan kadang memilliki fungsi ganda, yaitu sebagai saluran drainase itu
sendiri dan sebagai saluran irigasi, yang pada akhirnya akan menimbulkan masalah tersendiri. Hal
lain yang juga sering menjadi permasalahan pengelolaan infrastruktur ini adalah berkaitan dengan
perbedaan sistem, dimensi, dan konstruksi drainase. Beberapa contoh perbedaan terkait
pengelolaaan drainase seperti yang dijelaskan oleh Suryokusumo (2008:81-82) adalah sistem
drainase di wilayah hulu mempunyai sistem tertutup, sedangkan di wilayah hilir dengan sistem
terbuka. Sementara itu, konstruksi drainase bersifat permanen sedangkan saluran irigasi bersifat
teknis. Contoh lain yang lebih ekstrem adalah sistem drainase di wilayah hulu memliki dimensi yang
besar, sedangkan di wilayah hulu dimensinya justu kecil, akibatnya muncul genangan dan luapan air
dari jaringan drainase yang ada. Crossing utilitas atau yang sering disebut tumpang tindih merupakan
permasalahan tersendiri bagi sektor drainase dengan utilitas lain seperti pipa air minum, pipa air
limbah, dan kabel telekomunikasi. Arah saluran yang menuju sungai juga bisa menjadi masalah
tersendiri karena jika tidak terkendali justru akan menjadi masalah baru bagi daerah yang secara
geografis wilayahnya berada di bawah. Penambahan debit air sungai dari drainase akan berakibat
munculnya banjir di wilayah hilir.
Banjir merupakan permasalahan yang paling sering dijumpai di kota-kota besar. Menurut Suripin
(2004:10) akar permasalahan banjir di perkotaan berawal dari pertambahan penduduk yang sangat
cepat. Pertumbuhan penduduk di atas rata-rata pertumbuhan nasional, akibat urbanisasi.
Pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan penyediaan sarana dan prasarana perkotaan
yang memadai, mengakibatkan pemanfaatan lahan perkotaan menjadi acak-acakan. Hal inilah yang
menyebabkan persoalan drainase perkotaan menjadi sangat kompleks. Selain itu permasalahan-
permasalahan tersebut juga disebabkan oleh tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah dan
tidak peduli dengan permasalahan yang dihadapi kota.
Permasalahan lain yang dihadapi dalam pembangunan drainase di perkotaan adalah lemahnya
koordinasi dan sinkronisasi dengan komponen infrastruktur yang lain (Suripin 2004:12). Akibatnya
sering dijumpai tiang listrik di tengah saluran drainase, dan pipa air bersih. Seringkali penggalian
saluran drainase tidak sengaja merusak prasarana yang sudah ada atau yang ditanam dalam tanah.
Biasanya kesalahan ini terjadi karena tidak adanya informasi yang akurat, dokumen yang tidak ada,
atau perencanaan pematokan di lapangan tidak melibatkan instalasi pengendali tata ruang.

Penanganan Drainase Perkotaan
1. Mengadakan penyuluhan akan pentingnya kesadaran membuang sampah
2. Membuat bak kontrol serta saringan agar sampah yang masuk ke saluran drainase dapat dibuang
dengan cepat agar tidak terjadi endapan
3. Pemberian sanksi kepada siapapun yang melanggar aturan, terutama membuang sampah
sembarangan, agar masyarakat mengetahui pentingnya manfaat saluran drainase
4. Peningkatan daya guna air, meminimalkan kerugian serta memperbaiki konservasi lingkungan, dan
5. Mengelola limpasan dengan cara mengembangkan fasilitas untuk menahan air hujan, menyimpan
air hujan maupun pembuatan fasilitas
6. Membuat saluran tambahan untuk mengurangi daerah tangkapan
7. Perbaikan dan normalisasi saluran drainase, serta mengembalikan fungsi drainase yang
sesungguhnya
8. Pembuatan stasiun pompa dan kolam penampungan untuk menampung air hujan yang berlebih
9. Penambahan untuk pengadaan ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai resapan air hujan,
khususnya di perkotaan

Penutup
Dengan adanya suatu sistem drainase di perkotaan maka akan diperoleh banyak manfaat pada
kawasan perkotaan yang bersangkutan, yaitu meningkatnya kualitas kesehatan, kebersihan, dan
kenyamanan daerah pemukiman dan perkotaan. Namun dengan adanya manfaat dari drainase,
terdapat pula beberapa masalah yang timbul. Permasalahan drainase di perkotaan yang tidak
kunjung usai mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan di perkotaan. Banjir pun kini sering
terjadi. Tidak hanya di kota-kota besar saja, tetapi hampir di seluruh kota di Indonesia kini mengalami
permasalahan yang sama. Tersumbatnya saluran drainase oleh sampah penduduk serta
penyempitan saluran drainase merupakan faktor utama penyebab banjir.
Kesadaran masyarakat yang rendah, tidak akan memperbaiki keadaan perkotaan yang semrawut.
Permasalahan drainase membutuhkan penanganan yang serius. Sudah seharusnya Pemkot dan
masyarakat memperhatikan permasalahan ini.











Daftar Pustaka
AASHTO. 1987. Pedoman Drainase Jalan Raya. Terjemahan oleh Sutanto. 1992. Jakarta:UI Press.

Anda mungkin juga menyukai