Anda di halaman 1dari 25

TUGAS BESAR

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR

KELAS : 4TA01

NAMA ANGGOTA : 1. Inayah Novelia Rizki (13315328)

2. Mei Panita Sari (14315115)

3. Annisa Dievy Nafilah (10315862)

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
Tugas Besar tentang Pengembangan Sumber DayaAir ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Budi
Santosa, ST., MT. selaku Dosen mata kuliah Penegembangan Sumber Daya Air di
Universitas Gunadarma, yang telah memberikan tugas ini kepada kami dan kami
pun juga dapat menyelesaikan tugas besar ini dengan tepat waktu.
Kami sangat berharap tugas besar ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai sumber daya air, dan juga bagaimana
pemanfaatannya untuk mencukupi kehidupan sekarang dan selanjutnya. Kami
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas besar ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga tugas besar ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan
datang.

Depok, Januari 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pengembangan Sumber Daya Air mempunyai pengertian sebagai ilmu
yang mempelajari tentang Teknik Sumber Daya Air yaitu : tentang cara – cara
memahami kuantitas, kualitas, jadwal ketersediaan dan kebutuhan sumber daya
air serta penanggulangan permasalahan yang ada, sehingga dapat dikembangkan
pemanfaatan, kelestarian dan pengelolaan sumber daya air tersebut
untuk kesejahteraan kehidupan manusia beserta alamnya.
Kembali kepada sumber daya air. Hal yang perlu kita ketahui bahwa
PSDA ini tidak bisa terlepas dari sumber daya alam lainnya. Pengembangan
sumber daya air sendiri pada saat ini hanya 20% dari jumlah yang ada. Kita dapat
melihat pengembangannya dari pemanfaatan waduk, irigasi, air baku,
pengendalian banjir dan sebagainya. Ini yang kita anggap sebagai kebutuhan
aliran air.
PSDA juga mempunyai unsur-unsur pokok tersendiri. Kebutuhan manusia
terhadap air telah mengalami perkembangan untuk berbagai jenis keperluan.
Sehingga kebutuhan air meningkat dan berkembang, sedangkan sumber daya air
masih banyak yang tersedia. Namun menyangkut banyak aspek yang masih perlu
dioptimalkan utnuk menangani permasalahan unsure-unsur pokok PSDA yang
ada.
Permasalahan usnur-unsur pokok PSDA, diantaranya :
1. Pengendalian banjir
2. Irigasi dan drainase
3. Sedimnetasi
4. Pengaturan DAS yang menyangkut pencegahan erosi
5. Lalu-lintas air

1
6. Penyediaan air untuk rumah tangga
7. Listrik tenaga air
8. Peikanan dan kesatwaan
9. Pencemaran
10. Pembuatan hujan
11. Penggunaan sumber daya air untuk rekreasi.

Wawasan pengembangan sumber daya air adalah cara pandang atau cara
memahami daripada upaya pendayagunaan sumber-sumber air secara terpadu
melalui kegiatan pengelolaan, pengendalian, dan pelestariannya.

Peningkatan kebutuhan akan air telah menimbulkan eksploitasi sumber


daya air secara berlebihan sehingga mengakibatkan penurunan daya dukung
lingkungan sumber daya air yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
pasokan air. Gejala degradasi fungsi lingkungan sumber daya air ditandai dengan
fluktuasi debit air di musim hujan dan kemarau yang semakin tajam, pencemaran
air, berkurangnya kapasitas waduk dan lainnya.

Disamping tantangan fisik tersebut, pengelolaan sumber daya air juga


mengalami tantangandalam penanganannya seperti tidak tercukupinya dana
operasi dan pemeliharaan, lemahnya kordinasi antar instansi terkait dan masih
kurangnya akuntabilitas, transparansi serta partisipasi para pihak (stakeholders)
yang mencerminkan good governance dalam pengelolaan sumber daya air.

1.2 TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari laporan pengembangan sumber daya air ini dibuat untuk:

1. Pemanfaatan sumber daya air untuk memperoleh hasil maksimal


bagipemenuhan kebutuhan masyarakat.
2. Pemenuhan kebutuhan air irigasi pada pertanian, kebutuhan air
perikanan,kebutuhan air minum di suatu daerah, kebutuhan industry,
dan kebutuhanpembangkit listrik tenaga air (PLTA).
3. Penggunaan pada pengelolaan air sungai.

2
1.3 SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang Latar Belakang, Tujuan Penulisan, dan Sistematika
Penulisan.

BAB II PUSTAKA

Bab ini membahas Definisi umum, Perencanaan proyek pengembangan sumber


daya air, sejarah teknik sumber daya air, masa depan sumber daya air, pengembangan
sumber daya air, dan tahapan pengembangan sumber daya air .

BAB III METODE ANALISIS

Bab ini membahas tentang Metode Isohyet, Thiessen, Polygon, Metode rasional ,
dan metode analisis mock

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang perhitungan Menentukan debit banjir dengan


metoda rasional/hidrograf, Merencanakan potensi ketersediaan air pada DAS,
Merencanakan Kebutuhan air untuk masing masing untuk saat ini dan proyeksi
kedepan dan Perencanaan waduk untuk mengantisipasi kekurangan air di masa
depan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini membahas tentang kesimpulan dari hasil karya tulis dan saran-saran
dalam proses pengerjaannya

3
BAB II
PUSTAKA

2.1 DEFINISI UMUM


Pemanfaatan air harus kita bedakan antara Penyadapan, atau
Pengambilan air kedalam satu system, dan Konsumsi, yaitu air yang diuapkan
atau digabungkan dengan suatu produk dan tidak dapat digunakan lagi bagi
pemanfaatan lainya. Air yang mengalir pada suatu sungai tidak selalu siap untuk
digunakan oleh setiap orang atau kelompok yang menginginkannya. Hak untuk
memanfaatkan air mempunyai nilai yang sangat besar, terutama pada daerah-
daerah dimana air merupakan barang yang langkah. Seperti halnya benda-benda
lain yang beharga, hak atas air juga yang dilindungi oleh undang-undang. Masalah
mutu air dijumpai dalam perencanaan proyek-proyek penyediaan air irigasi serta
dalam pembuangan air limbah,
Sungai-sungai yang tercemar menimbulkan masalah bagi ikan dan satwa
liar, tidak sesuai untuk rekreasi dan sering kali keruh dan kadang kadang berbau.
Pengujian kimiawi serta bakteriologis biasa dilaksanakan untuk menetapkan
jumlah serta sipat-sipat kotoran didalam air. Ahli-ahli ilmu hayat harus menilai
pengaruh kotoran –kotoran ini terhadap tumbuh-tumbuhan dan manusia pemakai
air yang besangkutan dan menetapkan standar mutu yang diijinkan.

2.2 Berbagai Aspek Dalam Sumber Daya Air


1. Aspek Ekonomi Dalam Teknik Sumber Daya Air
Tidak banyak keahlian dibutuhkan untuk mendesain suatu
bangunan untuk berbagai tujuan apabila dana yang tersedia tidak
mencukupi untuk pembangunan tersebut. Kemampuan khusus dari ahli
teknik yang bersangkutan akan tercermin dalam peranan proyek-proyek
yang dapat memenuhi tujuan yang dimaksudkan dengan biaya yang
sepadan dengan keuntungan yang dihasilkan. Suatu analisis ekonomi

4
untuk menentukan rencana yang baik dari beberapa pilihan pada umumnya
dibutuhkan dalam merencanakan proyek. Biasanya harus dibutuhkan biaya
proyek yang bersangkutan cukup rendah dibandingkan terhadap
keuntungan-keuntungan yang diharapkan, demi terjaminnya infestasi yang
diperlukan. Besarnya presipitasi serta aliran sungai berubah dari tahun
ketahun, pada umumnya pembangunan tidak ekonomis untuk
merencanakan proyek bagi pengaman banjir terbesar yang mungkin terjadi
atau untuk memastikan tersedianya air untuk musim kemarau ysang
paling sering yang bisa dibayangkan bisa terjadi. Sebaliknya rencana
proyek diukur dengan skala probalitas, sehingga probalitas gagalnya
proyek yang bersangkutan untuk memenuhi tujuannya akan kecil, tetapi
tetap positif.
2. Aspek Sosial Dalam Teknik Sumber Daya Air
Hampir semua proyek untuk pengolahan air direncanakan dan
dibiayayai oleh badan pemerintah tertentu, dinas penyediaan air atau
pembuangan limbah kotor, dinas jalan raya negara bagian, proyek irigasi
pengendalian banjir dari pemerintah pusat atau oleh badan hukum umum.
Banyak proyek semacam ini menjadi isyu politik yang controversial dan
diperdebatkan secara berkepanjangan oleh orang-orang yang hanya
mempunyai pengetahuan terbatas tentang aspek-aspek teknik dasar dari
permasalahan nya. Hal ini adalah menjadi tanggung jawab yang jelas dari
seorang insinyur yang memiliki fakta-fakta yang lebih lengkap tentang
proyek semacam ini untuk dengan tegas berdiri di atas kepentingan umum,
agar keputusan akhir tidak didasarkan pada alasan-alasan politis dan
emosional. Insiyur yang bersangkutan harus menganalisis fakta-fakta yang
ada dan penyajian uraian yang jelas dengan istilah-istilah yang sederhana
dan harus menghindari terjadinya suatu proyek yang di biayai Negara atau
masyarakat, Seorang insinyur harus berpegang dengan seksama pada kode
etik kelompok propesionol yang mewakili propesi teknik sipil di
negaranya. Kelalaian untuk bersikap demikian akan menimbulkan

5
prasangka terhadap permasalahanya serta terhadap seluruh propesi di
depan umum.

2.3 Perencanaan Proyek Sumber Daya air


Perencanaan adalah suatu langkah penting dalam pengembangan proyek
sumber daya air. Perencanaan suatu proyek pada umumnya bersangkutan pada
suatu insentif politis atau pengakuan suatu proyek. Hal ini diikuti oleh gagasan
tentang alternative pemecahan permasalahan yang layak secara teknis yang akan
memenuhi kebutuhan yang bersangkutan.
Usul-usul alternatif harus di tinjau berdasarkan study ekonomi yang
menganalisis manfaat dan biaya masing-masing proyek tersebut dalam
menetapkan kelayakan ekonominya. Penilaian dampak sosial dan lingkungan juga
merupakan suatu langkah penting dalam perencanaan. Akhirnya, kelayakan
pinansial serta kepraktisan politis masuk pula dalam rantai permasalahan serta
memainkan perencanaan yang penting dalam pemilihan alternatif-alternatif.

2.4 Sejarah Teknik Sumber Daya Air


Proyek pengelolaan air yang pertama ada di dunia telah hilang dalam
kabut prasejarah. Pentingnya air bagi kehidupan umat manusia membenarkan
pengadaian bahwa manusia purba telah memiliki gagasan untuk mengalihkan
aliran sungai dari alur buatan dengan maksud untuk mengalirkan air ketempat-
tempat tertentu di mana di butuhkan untuk tanaman atau manusia. Pekerjaan
drainasi dan irigasi skala besar yang paling awal mempunyai pertalian dengan
menes, pembangunan drainasi mesir yang pertama,kira-kira tahun 200 S.M.
pekerjaan-pekerjaan ini kemudian di usul berbagai proyek mediterania dan timur
dekat, meliputi bendungan-bendungan, saluran-saluran, talang air dan system
pembuangan limbah,. Talang air (aqueducts) yang panjangnya sekitar 381 mil
dibangun untuk mengalirkan air ke dalam kota roma, suatu proyek irigasi di
propinsi Szehuan di Cina yang di buat pada kira-kira 250 S.M,masih di gunakan
hingga sekarang, bahkan di dunia baru (Benua Amerika) proyek-proyek yang
berlinkup besar telah ada sebelum datangnya kulit putih. Reruntuhan proyek

6
irigasi yang rumit dan luas yang di bangun pada tahun 1100 oleh bangsa Indian
Hohokam menunjukan ekonomi irigasi yang telah maju.
Usaha pertama dalam pengetahuan teknik yang terorganisasi adalah
pembentukan Ecole des Ponts et Chaussees di Paris pada tahun 1760. Walaupun
demikian, hingga tahun 1850, desain teknis terutama didasarkan pada aturan-
aturan kasar yang dikembangkan dari pengalaman dan diwarnai dengan faktor-
faktor keamanan yang ditentukan secara bebas. Sejak saat itu, pemanfaatan teori
telah meningkat dengan cepat, sehingga dewasa ini sejumlah besar perhitungan
yang teliti telah menjadi bagian dari sebagian besar desain proyek. Walaupun
demikian , tidaklah dapat dianggap bahwa aturan-aturan kasar telah separuhnya
dihapuskan dalam praktek teknik karena masih banyak segi pengetahuan teknik
yang belum dipahami dengan sempurna, sehingga pemecahan masalah secara
teoritis tidaklah layak. Suatu jarak yang cukup besar tampak terjadi antara riset
dan penerapan. Jawaban atas berbagai masalah profesiolnal terdapat dalam
catatan-catatan laboratorium atau bahkan dalam makalah-makalah yang
diterbitkan, tetapi hal-hal tersebut belum banyak digunakan oleh para insinyur
pratisi

2.5 Masa Depan Teknik Sumber Daya Air


Orang awam, yang tidak terbiasa dengan massalah-masalah teknik, sering
memandang kegiatan-kegiatan yang besar dibidang pengamanan banjir, Irigasi
dan langkah-langkah lain dalam teknik sumber daya air dengan pemikiran bahwa
kemungkinan diperlukan pekerjaan lebih lanjut pastilah sudah dapat diabaikan.
Sebenarnya peradapan modern jauh lebih tergantung pada air daripada peradapan
dahulu kala. Pengetahuan kedokteran modern bersama dengan teknik penyehatan
modern telah menurunkan kematian dan menaikan harapan hidup, sehingga
jumlah penduduk dunia meningkat dengan pesat. Standar modern tentang
kebersihan pribadi membutuhkan air yang jumlahnya jauh lebih banyak daripada
yang digunakan seabad yang lalu. Para insinyur sumber daya air dimasa depan
akan sangat terlibat dengan teknologi serta gagasan-gagasan baru. Reklsamasi air
limbah, modifikasi cuaca, pengelolaan lahan untuk memperbaiki produksi air,

7
serta teknik-teknik baru untuk penyimpanan air disemua bidang pemanfatan air
merupakan topik-topik yang semakin menarik dan semakin dalam diteliti.
Bertumbuhnya penduduk dunia akan mengubah pola-pola ekologis
ditinjau dari berbagai segi, dan karenanya perencanaan pengelolaan air harus
meliputi penilaian cara-cara untuk menekan akibat-akibat ekologis yang tidak
diinginkan. Perhatian terhadap pelestarian lingkungan hidup akan menjadi
semakin penting dalam perencanaan pengelolaan air dimasa yang akan datang.
Pertentangan antara pelestarian ekosistem kita dengan pencapaian “Kebutuhan”
masyrakat didalam pengelolaan air pastilah menuju kepada pendekatan-
pendekatan baru dalam pengelolaan air dan mungkin juga definisi baru dari
perkataan “ Kebutuhan”. Tidaklah akan cukup bila dimasa depan permasalahan air
ditangani secara sederhana dengan meniru metode-metode yang telah
dilaksanakan diwaktu yang lalu.

2.6 Pengembangan Sumber Daya Air


Menurut UUD tahun 1945 Nomor 7 tahun 2004 tentang PSDA,
pengelolaan sumber dayaair merupakan upaya merencanakan, melaksanakan,
memantau, dan mengevaluasipenyelenggaraan konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air, danpengendalian daya rusak air. Selain itu,
menurut UUD tahun 1945 Pasal 33 ayat 3,pendayagunaan sumber daya air harus
ditujukan sebesar-besarnya untuk kemakmuranrakyat. Hal itu menyiratkan bahwa
negara bertanggung jawab terhadap ketersediaandan pendistribusian potensi
sumber daya air bagi seluruh masyarakat indonesia, sertapemanfaatan potensi
sumber daya air harus direncanakan untuk memenuhi prinsip-prinsip
kemanfaatan, keadilan, kemandirian, kelestarian, dan keberlanjutan.Oleh karena
itu, Pengembangan Sumber Daya Air (PSDA dapat diartikan sebagai aktivitasfisik
untuk meningkatkan pemanfaatan air bersih, irigasi penanggulangan banjir,
listriktenaga air, perhubungan, pariwisata, perikanan, dan lain-lain.

Terdapat tiga hal penting dalam PSDA, yaitu sumber air, pendayagunaan
air, dan peningkatan atau pengembangan dari sistem sumber air berdaya guna,
meliputi pengembangan sumber air yang kurang berdaya guna, sehingga sumber

8
tersebut dapat lebih dipergunakan oleh manusia atau makhluk lain. Dalam
Pengembangan Sumber Daya Air (PSDA) terdapat perbedaan pendapat
tergantung dari sudut pandang masyarakat, sehingga kebijakan terkait
Pengembangan Sumber Daya Air (PSDA) disesuaikan dengan keadaan di
lapangan. Sebagai contoh,untuk daerah yang memiliki sumber air yang cukup,
pengembangan sumber daya air disana dapat berupa pengairan, navigasi dan
pengendalian banjir. Lain halnya untukdaerah yang kekurangan air,
pengembangan sumber daya air dapat berupa penyediaanair bersih, irigasi, dan
kesempatan kerja.

Menurut Ditjen Pengairan (1985), tahapan-tahapan Pengembangan


Sumber Daya Air(PSDA) adalah sebagai berikut :

1. Studi inventarisasi potensi pengembangan sumber daya air secara umum.


2. Studi identifikasi nama proyek-proyek pengairan setelah tahap
inventarisasic.
3. Studi rekonesan atau pengenalan data pendahuluan
4. Studi rencana induk atau rencana umum pengembangan terpadu
menyeluruhsumber daya air di suatu wilayah sungai.
5. Studi Kelayakan atau penyelidikan akan kelayakan proyek sumber daya air
secarateknis , non teknis dan ekonomis.
6. Perencanaan teknis sampai dokumen kontrak siap pelaksanaan fisik (detail
desain)
7. Pembebasan Lahan.
8. Konstruksi atau pelaksanaan fisik di lapangan.
9. Operasi dan pemeliharaan infrastruktur yang dibangun (termasuk
manajemendalam sumber daya air dan pemanfaatan sumber air yang
dikembangkan.
10. Pendidikan Masyarakat berupa pencerdasan keadaan msyarakat mengenai
proyeksumber air yang dikembangkan.

9
Tahapan dalam proyek Pengembangan Sumber Daya Air sekarang lebih
dikenal denganistilah SIDELACOM (Survey, Investigation, Design, Education,
Land Acquisition,Construction, Operation and Maintenance)

2.7 Tahapan-Tahapan Pengembangan Sumber Daya Air

Perencanaan dan manajemen sumber daya air mempunyai tujuan untuk


mengubahpola, waktu dan tempat distribus aliran air, baik kuantitas maupun
kualitas, agar dapatmenguntungkan dan memenuhi kebutuhan masyarakat luas.
Untuk memenuhikeperluan tersebut, dilakukan pembangunan suatu sistem
bangunan fisik, berupabangunan air yang dikombinasikan dengan suatu aturan
yang didasarkan pada teori danilmu pengetahuan yang tepat, sehingga tujuan
untuk mengubah pola, waktu dandistribusi air dapat tercapai sesuai dengan yang
diharapkan. Berikut merupakan tahapan-tahapan pengembangan sumber daya air
secara umum :

1. Studi inventarisasi : studi mengenai potensi pengembangan sumber


daya air secara umum.
2. Studi identifikasi : studi mengenai nama proyek-proyek pengairan
setelah tahapinventarisasi.
3. Studi rekonesan : studi mengenai pengenalan data pendahuluan.
4. Studi rencana induk (master plan)
5. studi mengenai pengembangan terpadumenyeluruh sumber daya air di
suatu wilayah sungai.5.
6. Studi kelayakan (feasibility) :
7. studi mengenai telaah kemungkinan masing-masingelemen proyek
sumber air yang dikembangkan.
8. Perencanaan teknis : perencanaan sampai dokumen kontrak siap
pelaksanaan fisik(detail desain).
9. Pembebasan lahan (land acquisition).
10. Konstruksi atau pelaksanaan fisik lapangan.
11. Operasi dan pemeliharaan prasarana yang dibangun. Pendidikan
masyarakat

10
BAB III
METODOLOGI

3.1 METODE PERHITUNGAN CURAH HUJAN RERATA

3.1.1 METODE ARITMATIKA

Metode ini dipakai untuk daerah-daerah datar dengan pos


pengamatan hujan tersebar merata, an masing-masing pos mempunyai
hasil pengamatan yang tidak jauh berbeda dengan hasil rata-ratanya.
Caranya:
• Membagi rata pengukuran pada semua pos hujan terhadap sejumlah
stasiun dalam daerah aliran yang bersangkutan.
Rumus:

Dimana:

Pr = Tinggi ujan rata-rata.


P1, P2, P3, P4, Pn = Tinggi hujan pada tiap stasiun pengamatan.
n = Jumlah stasiun pengamatan.

3.1.2 METODE POLIGON THIESSEN

Metode ini bisa digunakan untuk daerah-daerah dimana distribusi


dari pengamatan hujan tidak tersebar merata. Hasilnya lebih teliti.
Caranya:
• Stasiun pengamatan digambarkan peta, dan ditarik garis hubung masing-
masing stasiun.
• Garis bagi tegak lurus dari garis hubung tersebut membentuk poligon-
poligon mengelilingi tiap-tiapstasiun, hindari bentuk poligon segi tiga

11
tumpul.
• Sisi-sisi tiap poligon merupakan batas-batas daerah pngamatan hujan
yang bersangkutan.
• Hitung luas wilayah tiap poligon yang terdapat di dalam DAS dan luas
DAS seluruhnya. Dengan planimeter atau metode grid, dan luas tiap
poligon dinyatakan sebagai persentase dari luas DAS seluruhnya.
• Faktor bobot dalam menghitung rata-rata daerah di dapat dengan
mengalikan presipitasi tiap stasiun pengamatan dikalikan dengan
persentase luas daerah yang bersangkutan.
Rumus:

Dimana:
Pr = Tinggi hujan rata-rata.

P1, P2, P3, P4, Pn = Tinggi hujan tiap pos hujan.


A1, A2, A3, A4, An = Luas wilayah tiap pos hujan.
A total = Luas wilayah total dari semua pos hujan.

3.1.3 METODE ISOHYET


Metode ini dipakai untuk menentukan hujan rata-rata pada daerah
bargunung dan sebaran stasiun/pos pengamatan yang tidak merata.
Hasilnya lebih teliti dibandingkan dengan metode sebelumnya.
Caranya:

 Lokasi dan stasiun-stasiun pengamatan hujan digambar pada peta


berikut nilai urah hujannya.
 Gambar kontur-kontur untuk presipitasi yang sama (isohyet).
 Cari harga rata-rata presipitasi untuk sub daerah yang terletak
antara dua isohyet berikut luas sub daerah tersebut diatas.

12
 Untuk tiap sub daerah dihitung volume presipitasi sebagai
perkalian presipitasi rata-ratanya terhadap sub daerah (netto).
Rumus:

Dimana:
Pr = Tinggi hujan rata-rata.
P1, P2, P3, Pn = Tinggi hujan antara garis isohye.
A1, A2, A3, An = Luas wilayah antara garis isohyet.
A total = Luas wilayah total pos hujan.

3.2 METODOLOGI PENGUMPULAN DATA


Mengumpulkan data yang menunjang dan digunakan dalam pengerjaan
tugas ini. Data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh
secara tidak langsung. Adapun data tersebut meliputi:

1. Data teknis dari perencanaan yang telah dilakukan


2. Peta topografi, untuk mencari luasan dan volume pada lokasi dimana
bendungan akan ditempatkan agar dapat dilakukan perhitungan flood
routing untuk mencari tinggi air maksimum.
3. Data curah hujan, untuk mendapatkan curah hujan efektif yang kemudian
diolah hingga memperoleh debit banjir rencana.
4. Data tanah, digunakan untuk perhitungan lereng tubuh bendungan.

13
Mulai

Studi Pustaka

Pengumpulan Data

ANALISIS HIDROLOGI Analisis


- Jumlah Penduduk
- Distribusi hujan metode - Proyeksi Penduduk
Thiessen
- Intensitas hujan metode
mononobe
- Debit banjir rencana Kebutuhan Air Kebutuhan energi
metode HSS Nakayasu - Kebutuhan Domestik dengan h=230 m
- Debit andalan metode F.J - Kebutuhan Non - Perhitungan
Mock Domestik debit untuk PLTA
- Kebutuhan irigasi prinsip
agrohidrologi

Perhitungan
Neraca Air

Perhitungan kebutuhan
air selama kemarau

Perhitungan
luas
tampungan
yang
dibutuhkan

Selesai

Gambar 3.1 Bagan Alir Metode Perencanaan

14
3.3 METODE MOCK
Hasil penaksiran atau perkiraan debit limpasan (run off) tidak bisa
menggantikan dokumentasi data aliran sungai. Namun dalam hal dimana sangat
dibutuhkan tersedianya data tersebut, maka diperlukan adanya penaksiran atau
perkiraan. Ada banyak metoda untuk menaksir debit limpasan. Akurasi dari
masing-masing metoda tersebut bergantung pada keseragaman dan keandalan data
yang tersedia. Salah satu metoda tersebut adalah Metoda Mock.

Metoda Mock adalah suatu metoda untuk memperkirakan keberadaan air


berdasarkan konsep water balance. Keberadaan air yang dimaksud di sini adalah
besarnya debit suatu daerah aliran sungai. Data yang digunakan untuk
memperkirakan debit ini berupa data klimatologi dan karakteristik daerah aliran
sungai.

Metoda Mock dikembangkan oleh Dr. F. J. Mock berdasarkan atas daur


hidrologi. Metoda Mock merupakan salah satu dari sekian banyak metoda yang
menjelaskan hubungan rainfall-runoff. Secara garis besar model rainfall-runoff
bisa dilihat pada Gambar 1.3. Metoda Mock dikembangkan untuk menghitung
debit bulanan rata-rata. Data-data yang dibutuhkan dalam perhitungan debit
dengan Metoda Mock ini adalah data klimatologi, luas dan penggunaan lahan dari
catchment area.

15
3.4 ANALISIS PERTUMBUHAN PENDUDUK
Tabel 3.1 merupakan contoh analisis pertumbuhan penduduk kecamatan
Gunem dari tahun 1997-2006. Dari data tersebut kemudian dihitung tingkat
pertumbuhan tiap tahunnya dengan menggunakan metode Geometrik dan
Aritmatik. Ratio pertumbuhan tersebut kemudian dirata-rata untuk dapat
memproyeksikan pertumbuhan penduduk 10 tahun ke depan.

Tabel 3.1 Data Pertumbuhan Penduduk dari Tahun 1997 – 2006

3.4.2 Perhitungan Proyeksi Penduduk


Dari angka pertumbuhan penduduk di atas dalam prosen digunakan
untuk memproyeksikan jumlah penduduk sampai dengan lima puluh tahun
mendatang. Meskipun pada kenyataannya tidak selalu tepat tetapi
perkiraan ini dapat dijadikan sebagai dasar perhitungan volume kebutuhan
air di masa mendatang. Metode yang digunakan untuk memproyeksikan
jumlah penduduk (Soemarto, 1995).

16
a. Metode Geometrik
Rumus dasar metode geometrik, yaitu:
Pn = P0 (1+r)n
Pn = 2179810 (1+0,039)n
b. Metode Aritmatik
Rumus dasar metode aritmatik, yaitu:
(P0  Pt )
r
t
( 2179810  1736565 )
r
2016  2010
r  73874
Maka,
Pn = P0+nr
Pn = P0 +73874n

Keterangan:
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke-n.
Po = jumlah penduduk pada awal tahun.
r = prosentase pertumbuhan geometrikal penduduk tiap tahun .
n = periode waktu yang ditinjau.
(Soemarto, 1999).

3.4.3 Analisis Sektor Domestik


Analisis sektor domestik merupakan aspek penting dalam
menganalisis kebutuhan penyediaan di masa mendatang. Analisis sektor
domestik untuk masa mendatang dilaksanakan dengan dasar analisis
pertumbuhan penduduk pada wilayah yang direncanakan. Kebutuhan air
domestik untuk kota dibagi dalam beberapa kategori, yaitu :
1. Kota kategori I : (Metropolitan)
2. Kota kategori II : (Kota Besar)
3. Kota kategori III : (Kota Sedang)
4. Kota kategori IV : (Kota Kecil)

17
5. Kota kategori V : (Desa)
Untuk mengetahui kriteria perencanaan air bersih pada tiap–tiap
kategori dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut ini :

18
KATEGORI KOTA BERDASARKAN JUMLAH
PENDUDUK
( JIWA )
500.000 100.000 20.000
URAIAN
>1.000.000 s/d s/d s/d <
1.000.000 500.000 100.000 20.000
Kota Kota Kota Kota
Desa
Metropolitan Besar Sedang Kecil
1. Konsumsi Unit Sambungan 80 -
> 150 150 - 120 90 - 120 60 – 80
Rumah (SR) ( liter/org/hari ) 120
2. Konsumsi Unit Hidran (HU)
20 - 40 20 - 40 20 - 40 20- 40 20 – 40
( liter/org/hari )

3. Konsumsi unit non domestik 600 – 600


a.Niaga Kecil (liter/unit/hari) 600 – 900 900 1500
b.Niaga Besar (liter/unit/hari) 1000 – 5000 1000 – 0.2 –
c.Industri Besar (liter/detik/ha) 0.2 – 0.8 5000 0.8
d.Pariwisata (liter/detik/ha) 0.1 – 0.3 0.2 – 0.8 0.1 –
0.1 – 0.3 0.3
4. Kehilangan Air ( % ) 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20 - 30 20 – 30
1.15 – 1.15 –
1.15 – 1.15 –
1.15 – 1.25 1.25 1.25
5. Faktor Hari Maksimum 1.25 1.25
* harian * *
* harian * harian
harian harian
1.75 – 1.75 –
1.75 1.75
1.75 – 2.0 2.0 2.0
6. Faktor Jam Puncak *hari *hari
* hari maks * hari * hari
maks maks
maks maks
7. Jumlah Jiwa Per SR (Jiwa) 5 5 5 5 5
100 -
8. Jumlah Jiwa Per HU (Jiwa) 100 100 100 200
200
9. Sisa Tekan Di penyediaan
Distribusi ( Meter ) 10 10 10 10 10
10. Jam Operasi ( jam ) 24 24 24 24 24
11. Volume Reservoir ( % Max Day
15 - 25 15 - 25 15 - 25 15 - 25 15 – 25
Demand )

19
50 : 50 50 : 50
12. SR : HU s/d s/d
80 : 20 70 : 30 70 : 30
80 : 20 80 : 20
13. Cakupan Pelayanan ( % ) 90 90 90 90 70
Tabel 3.2 Kriteria Perencanaan Air Bersih

20
3.4.4 Analisis Sektor Non Domestik
Analisis sektor non domestik dilaksanakan dengan berpegangan
pada analisis data pertumbuhan terakhir fasilitas sosial ekonomi di
wilayah tersebut. Kebutuhan air non domestik menurut kriteria
perencanaan Dinas PU terdapat pada tabel berikut:
Tabel 3.3 Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kota Kategori I, II, III, IV
SEKTOR NILAI SATUAN
Sekolah 10 liter/murid/hari
Rumah Sakit 200 liter/bed/hari
Puskesmas 2000 liter/unit/hari
Masjid 3000 liter/unit/hari
Kantor 10 liter/pegawai/hari
Pasar 12000 liter/hektar/hari
Hotel 150 liter/bed/hari
Rumah Makan 100 liter/tempat duduk/hari
Komplek Militer 60 liter/orang/hari
Kawasan Industri 0,2 - 0,8liter/detik/hektar
Kawasan Pariwisata0,1 - 0,3liter/detik/hektar
Sumber : Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU, 1996
Tabel 3.4 Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kategori V (Desa)
SEKTOR NILAI SATUAN
Sekolah 5 liter/murid/hari
Rumah Sakit 200 liter/bed/hari
Puskesmas 1200 liter/unit/hari
Masjid 3000 liter/unit/hari
Mushola 2000 liter/unit/hari
Pasar 12000 liter/hektar/hari
Komersial / Industri10 liter/hari
Sumber : Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU, 1996

Tabel 3.5 Kebutuhan Air Non Domestik Untuk Kategori Lain


SEKTOR NILAI SATUAN
Lapangan Terbang10 liter/orang/detik
Pelabuhan 50 liter/orang/detik
Stasiun KA 10 liter/orang/detik
Kawasan Industri 0,75 liter/detik/hektar
Sumber : Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU, 199
3.4.5 Kebutuhan Air untuk PLTA

21
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah suatu bentuk
perubahan tenaga air dengan ketinggian dan debit tertentu menjadi tenaga
listrik, dengan menggunakan turbin air dan generator. Daya (power) yang
dihasilkan dapat dihitung berdasarkan rurmus berikut (Arismunandar dan
kuswara, 1991) :

P = 9,8 ×Heff +Q (kW)


Keterangan :
P = tenaga yang dikeluarkan secara teoritis
H = tinggi air jatuh efektif (m)
Q = debit pembangkit (m3/dtk)

Sebagaimana dapat dipahami dari rumus tersebut di atas, daya


yang dihasilkan adalah hasil kali dari tinggi jatuh dan debit air, oleh karena itu
berhasilnya pembangkit tenaga air tergantung dari pada usaha untuk mendapatkan
tinggi jatuh air dan debit yang besar sevara efektif untuk mendapatkan tinggi jatuh
air dan denit yng besar sevara efektif dan ekonomis. Pada umunynya debit yang
besar membutuhkan fasilitas dengan ukuran yang besar misalnya, bangunan ambil
air (intake), salutan air dan turbin (Arismunandar dan Kuswara, 1991).

3.4.6 Perhitungan Neraca Air


Perhitungan neraca air dilakukan untuk mengecek apakah air
yang tersedia cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan air irigasi atau
tidak. Perhitungan neraca air ini pada akhirnya akan menghasilkan
kesimpulan mengenai:
1. Pola tanam akhir yang akan dipakai untuk jaringan irigasi yang sedang
direncanakan.
2. Penggambaran akhir daerah proyek irigasi. Berikut adalah Tabel 2.13
Perhitungan Neraca Air

22
Tabel 3.6 Perhitungan Neraca Air
Parameter yang
Bidang Neraca Air Kesimpulan
dihitung
Evapotranspirasi
Meteorologi
curah hujan efektif
Kebutuhan Air
Agronomi dan Pola Tanam
Irigasi
Tanah Koefisien Tanam
- Jatah debit/
Jaringan Irigasi Efisiensi Irigasi
kebutuhan
Daerah yang
Topografi Daerah Layanan berpotensi
- Luas Daerah
untuk diairi.
Irigasi
Debit
minimum
- Pola Tanam
mingguan atau
- Pengaturan
persetengah
Hidrologi Debit Andalan Rotasi
bulan periode
5 tahun kering
pada bangunan
utama
Sumber : KP-01 Jaringan Irigasi, 2012

Dari hasil perhitungan neraca air, kebutuhan pengambilan


yang dihasilkannya untuk pola tanam yang dipakai akan dibandingkan
dengan debit andalan untuk tiap setengah bulan dan luas daerah yang
bisa diairi, luas daerah irigasi, jatah debit air dan pola pengaturan rotasi.
Apabila debit sangat melimpah, maka luas daerah irigasi adalah
tetap karena luas maksimum daerah layanan dan proyek yang akan
direncanakan sesuai dengan pola tanam yang dipakai. Jika debit sungai
kurang maka terjadi kekurangan debit, maka perlu dibuat suatu
tampungan yang dapat menampung kelebihan air pada saat musim
penghujan.

23

Anda mungkin juga menyukai