Anda di halaman 1dari 22

Bendung Simongan

Desa
Kecamatan
Kota
Tahun Rehab
Sungai
Areal
Lebar Bendung
Tinggi
Debit Irigasi Max
Debit Irigasi Min
Intake
Penguras
Peilskal
Papan Eksploitasi
AWLR
Bujur
Lintang

<< kembali
: Simongan
: Semarang Barat
: Semarang
: 2012
: Garang

: - (fungsi penggelontoran)
: 67.4 m
: 5.6 m
: 52.6 m3/dt
: 0.2 m3/dt
: Ada (9, kanan 7 bh, kiri 2 bh)
: Ada (2, kanan dan kiri)
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada
: 110.40199
: 06.99319

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hampir di setiap wilayah Indonesia terdapat banyak sungai besar maupun kecil yang
menguasai hampir 80% hajat hidup masyarakat Indonesia, terutama petani sebagai basis
dasar negara Agraris. Kebutuhan akan ketersediaan air pada suatu daerah sangatlah perlu
diperhatikan dikarenakan air merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang tidak bisa
dipisahkan dari kehidupannya. Indonesia merupakan daerah yang memiliki dua musim yakni
musim kemarau dan musim penghujan. Sehingga perlu dikembangkan potensi potensi sungai tersebut guna meningkatkan hasil produksi pertanian,
salah satunya dengan membangun bendung.
Bendung adalah suatu bangunan yang dibuat dari pasangan batu kali, bronjong atau
beton, yang terletak melintang pada sebuah sungai yang tentu saja bangunan ini dapat
digunakan pula untuk kepentingan lain selain irigasi, seperti untuk keperluan air minum,

pembangkit listrik atau untuk penggelontoran suatu kota. Menurut macamnya bendung dibagi
dua, yaitu bendung tetap dan bendung sementara, bendung tetap adalah bangunan yang
sebagian besar konstruksi terdiri dari pintu yang dapat digerakkan untuk mengatur ketinggian
muka air sungai sedangkan bendung tidak tetap adalah bangunan yang dipergunakan untuk
meninggikan muka air di sungai, sampai pada ketinggian yang diperlukan agar air dapat
dialirkan ke saluran irigasi dan petak tersier.
Bendung sebagai salah satu contoh bangunan air mencakup hampir
keseluruhan aspek bidang ketekniksipilan, yaitu struktur, air, tanah,
geoteknik, dan manajemen konstruksi didalam perencanaan teknis
strukturnya. Untuk mendapatkan struktur bendung yang tepat perlu
dilakukan analisis dan perhitungan yang detail dan menyeluruh, hal ini
dikarenakan adanya hubungan saling ketergantungan dari banyak aspek
dalam pelaksanaannya.

1.2 Tujuan Penulisan


Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberi gambaran tentang
bendung serta bagian-bagiannya dan fungsinya di dalam kehidupan
manusia.

1.3 Permasalahan
Adapun permasalahan yang diangkat pada makalah ini yaitu apa itu
bendung, bagian-bagiannya serta fungsinya dalam kehidupan manusia?

1.4 Manfaat Penulisan

Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kalangan akademik (teoritis)
untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai bendung serta syarat-syarat
perencanaannya.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bendung
Bendung adalah bangunan melintang sungai yang berfungsi untuk meninggikan muka
air sungai agar bisa disadap. Bendung merupakan salah satu bagian dari bangunan utama.
Bangunan Utama adalah bangunan air (hydraulic structure) yang terdiri dari bagianbagian: bendung (weir structure), bangunan pengelak (diversion structure), bangunan
pengambilan (intake structure), bangunan pembilas (flushing structure) dan bangunan
kantong lumpur (sediment trap structure).
Fungsi utama dari bangunan utama/bendung adalah untuk meninggikan elevasi muka
air dari sungai yang dibendung sehingga air bisa disadap dan dialirkan ke saluran lewat
bangunan pengambilan (intake structure).
2.2 Jenis-Jenis Bendung
a. Bendung tetap (fixed weir, uncontrolled weir)
Bendung tetap adalah jenis bendung yang tinggi pembendungannya tidak dapat
diubah, sehingga muka air di hulu bendung tidak dapat diatur sesuai yang dikehendaki.

Pada bendung tetap, elevasi muka air di hulu bendung berubah sesuai dengan debit
sungai yang sedang melimpas (muka air tidak bisa diatur naik ataupun turun). Bendung tetap
biasanya dibangun pada daerah hulu sungai. Pada daerah hulu sungai kebanyakan tebingtebing sungai relative lebih curam dari pada di daerah hilir. Pada saat kondisi banjir, maka
elevasi muka air di bendung tetap (fixed weir) yang dibangun di daerah hulu tidak meluber
kemana-mana (tidak membanjiri daerah yang luas) karena terkurung oleh tebing-tebingya
yang curam.
b. Bendung gerak/bendung berpintu (gated weir, barrage)
Bendung gerak adalah jenis bendung yang tinggi pembendungannya dapat diubah
sesuai dengan yang dikehendaki.
Pada bendung gerak, elevasi muka air di hulu bendung dapat dikendalikan naik atau
turun sesuai yang dikehendaki dengan membuka atau menutup pintu air (gate). Bendung
gerak biasanya dibangun pada daerah hilir sungai atau muara. Pada daerah hilir sungai atau
muara sungai kebanyakan tebing-tebing sungai relative lebih landai atau datar dari pada di
daerah hilir. Pada saat kondisi banjir, maka elevasi muka air sisi hulu bendung gerak yang
dibangun di daerah hilir bisa diturunkan dengan membuka pintu-pintu air (gate) sehingga air
tidak meluber kemana-mana (tidak membanjiri daerah yang luas) karena air akan mengalir
lewat pintu yang telah terbuka kea rah hilir (downstream).
2.3 Pemilihan Lokasi Bendung
Dalam

pemilihan

lokasi

bendung

hendaknya

dipilih

lokasi

yang

paling

menguntungkan dari beberapa segi. Misalnya dilihat dari segi perencanaan, pengamanan
bendung, pelksanaan, pengoperasian, dampak pembangunan dan sebagainya. Dari beberapa
pengalaman dalam memilih lokasi bendung, tidak semua persyaratan yang dibutuhkan dapat
terpenuhi. Sehingga lokasi bendung ditetapkan pada persyaratan yang dominan. Pemilihan
lokasi bendung didasarkan pada beberapa faktor, yaitu :

a.

Keadaan Topografi
Dalam hal ini semua rencana daerah irigasi dapat terairi, sehingga harus dilihat elevasi

sawah tertinggi yang akan diari;


Bila elevasi sawah tertinggi yang akan diairi telah diketahui maka elevasi mercu bendung

dapat ditetapkan;
Dari kedua hal di atas, lokasi bendung dilihat dari segi topografi dapat diseleksi.
b. Keadaan Hidrologi

Dalam pembuatan bendung, yang patut diperhitungkan juga adalah faktor faktor
hidrologinya, karena menentukan lebar dan panjang bendung serta tinggi bendung tergantung
pada debit rencana. Faktor faktor yang diperhitungkan, yaitu masalah banjir rencana,
perhitungan debit rencana, curah hujan efektif, distribusi curah hujan, unit hidrograf, dan
banjir di site atau bendung.
c.

KondisiTopografi

Dilihat dari lokasi, bendung harus memperhatikan beberapa aspek, yaitu :


Ketinggian bendung tidak terlalu tinggi; bila bendung dibangun di palung sungai, maka
sebaiknya ketinggian bendung dari dasar sungai tidak lebih dari tujuh meter, sehingga tidak

menyulitkan pelaksanaannya.
Trase saluran induk terletak di tempat yang baik; misalnya penggaliannya tidak terlalu dalam
dan tanggul tidak terlalu tinggi untuk tidak menyulitkan pelaksanaan, penggalian saluran

induk dibatasi sampai dengan kedalaman delapan meter.


Penempatan lokasi intake yang tepat dilihat dari segi hidraulik dan angkutan sedimen;
sehingga aliran ke intake tidak mengalami gangguan dan angkutan sedimen yang akan masuk

ke intake juga dapat dihindari.


d. Kondisi Hidraulik dan Morfologi
Pola aliran sungai meliputi kecepatan dan arahnya pada waktu debit banjir, sedang dan kecil;
Kedalaman dan lebar muka air pada waktu debit banjir, sedang dan kecil;
Tinggi muka air pada debit banjir rencana;
Potensi dan distribusi angkutan sedimen.
e. Kondisi Tanah Pondasi

Bendung harus ditempatkan di lokasi dimana tanah pondasinya cukup baik sehingga
bangunan akan stabil. Faktor lain yang harus dipertimbangkan pula yaitu potensi kegempaan
f.

dan potensi gerusan karena arus dan sebagainya.


Biaya Pelaksanaan

Biaya pelaksanaan pembangunan bendung juga menjadi salah satu faktor penentu pemilihan
lokasi pembangunan bendung. Dari beberapa alternatif lokasi ditinjau pula dari segi biaya
yang paling murah dan pelaksanaan yang tidak terlalu sulit.

2.4 Bagian-Bagian Bendung


a. Tubuh Bendung (Weir)
Tubuh bendung merupakan struktur utama yang berfungsi untuk membendung laju
aliran sungai dan menaikkan tinggi muka air sungai dari elevasi awal. Bagian ini biasanya
terbuat dari urugan tanah, pasangan batu kali, dan bronjong atau beton. Tubuh bendung
umumnya dibuat melintang pada aliran sungai. Tubuh bendung merupakan bagian yang
selalu atau boleh dilewati air baik dalam keadaan normal maupun air banjir. Tubuh bendung
harus aman terhadap tekanan air, tekanan akibat perubahan debit yang mendadak, tekanan
gempa,dan

b. Pintu Air (Gates)

akibat

berat

sendiri.

Pintu air merupakan struktur dari bendung yang berfungsi untuk mengatur, membuka,
dan menutup aliran air di saluran baik yang terbuka maupun tertutup. Bagian yang penting
-

dari pintu air, yaitu:


Daun Pintu (Gate Leaf)
Adalah bagian dari pintu air yang menahan tekanan air dan dapat digerakkan untuk

membuka, mengatur, dan menutup aliran air.


Rangka pengatur arah gerakan (guide frame)
Adalah alur dari baja atau besi yang dipasang masuk ke dalam beton yang digunakan untuk

menjaga agar gerakan dari daun pintu sesuai dengan yang direncanakan.
Angker (anchorage)
Adalah baja atau besi yang ditanam di dalam beton dan digunakan untuk menahan rangka
pengatur arah gerakan agar dapat memindahkan muatan dari pintu air ke dalam konstruksi

beton.
Hoist

Adalah alat untuk menggerakkan daun pintu air agar dapat dibuka dan ditutup dengan mudah.
c. Pintu Pengambilan (Intake)
Pintu pengambilan berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk saluran dan
mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke dalam saluran. Pada bendung, tempat
pengambilan bisa terdiri dari dua buah, yaitu kanan dan kiri, dan bisa juga hanya sebuah,
tergantung dari letak daerah yang akan diairi. Bila tempat pengambilan dua buah, menuntut
adanya bangunan penguras dua buah pula. Kadang-kadang bila salah satu pintu pengambilam
debitnya kecil, maka pengambilannya lewat gorong-gorong yang di buat pada tubuh
bendung. Hal ini akan menyebabkan tidak perlu membuat dua bangunan penguras dan cukup
satu saja.
d. Pintu Penguras
Penguras ini bisanya berada pada sebelah kiri atau sebelah kanan bendung dan
kadang-kadang ada pada kiri dan kanan bendung. Hal ini disebabkan letak daripada pintu
pengambilan. Bila pintu pengambilan terletak pada sebelah kiri bendung, maka penguras pun
terletak pada sebelah kiri pula. Bila pintu pengambilan terletak pada sebelah kanan bendung,

maka penguras pun terletak pada sebelah kanan pula. Sekalipun kadang-kadang pintu
pengambilan ada dua buah, mungkin saja bangunan penguras cukup satu hal ini terjadi bila
salah satu pintu pengambilan lewat tubuh bendung. Pintu penguras ini terletak antara dinding
tegak sebelah kiri atau kanan bendung dengan pilar, atau antara pilar dengan pilar. Lebar pilar
antara 1,00 sampai 2,50 meter tergantung konstruksi apa yang dipakai. Pintu penguras ini
berfungsi untuk menguras bahan-bahan endapan yang ada pada sebelah udik pintu tersebut.
Untuk membilas kandungan sedimen dan agar pintu tidak tersumbat, pintu tersebut akan
dibuka setiap harinya selama kurang lebih 60 menit. Bila ada benda-benda hanyut
mengganggu eksploitasi pintu penguras, sebaiknya dipertimbangkan untuk membuat pintu
menjadi dua bagian, sehingga bagian atas dapat diturunkan dan benda-benda hanyut dapat
lewat diatasnya.

e.

Kolam Peredam Energi


Bila sebuah konstruksi bendung dibangun pada aliran sungai baik pada palung
maupun pada sodetan, maka pada sebelah hilir bendung akan terjadi loncatan air. Kecepatan
pada daerah itu masih tinggi, hal ini akan menimbulkan gerusan setempat (local scauring).
Untuk meredam kecepatan yang tinggi itu, dibuat suatu konstruksi peredam energi. Bentuk
hidrolisnya adalah merupakan suatu bentuk pertemuan antara penampang miring, penampang
lengkung, dan penampang lurus. Secara garis besar konstruksi peredam energi dibagi menjadi

4 (empat) tipe, yaitu :


Ruang Olak Tipe Vlughter

Ruang olak ini dipakai pada tanah aluvial dengan aliran sungai tidak membawa batuan besar.
Bentuk hidrolis kolam ini akan dipengaruhi oleh tinggi energi di hulu di atas mercu dan
-

perbedaan energi di hulu dengan muka air banjir hilir.


Ruang Olak Tipe Schoklitsch
Peredam tipe ini mempunyai bentuk hidrolis yang sama sifatnya dengan peredam energi tipe
Vlughter. Berdasarkan percobaan, bentuk hidrolis kolam peredam energi ini dipengaruhi oleh
faktor-faktor, yaitu tinggi energi di atas mercu dan perbedaan tinggi energi di hulu dengan

muka air banjir di hilir.


Ruang Olak Tipe Bucket
Kolam peredam energi ini terdiri dari tiga tipe, yaitu solid bucket, slotted rooler bucket atau
dentated roller bucket, dan sky jump. Ketiga tipe ini mempunyai bentuk hampir sama dengan
tipe Vlughter, namun perbedaanya sedikit pada ujung ruang olakan. Umumnya peredam ini
digunakan

bilamana

sungai

membawa

batuan

sebesar

kelapa

(boulder).

Untuk

menghindarkan kerusakan lantai belakang maka dibuat lantai yang melengkung sehingga
-

bilamana ada batuan yang terbawa akan melanting ke arah hilirnya.


Ruang Olak Tipe USBR
Tipe ini biasanya dipakai untuk head drop yang lebih tinggi dari 10 meter. Ruang olakan ini
memiliki berbagai variasi dan yang terpenting ada empat tipe yang dibedakan oleh rezim
hidraulik aliran dan konstruksinya. Tipe-tipe tersebut, yaitu ruang olakan tipe USBR I
merupakan ruang olakan datar dimana peredaman terjadi akibat benturan langsung dari aliran
dengan permukaan dasar kolam, ruang olakan tipe USBR II merupakan ruang olakan yang
memiliki blok-blok saluran tajam (gigi pemencar) di ujung hulu dan di dekat ujung hilir (end
sill) dan tipe ini cocok untuk aliran dengan tekanan hidrostatis lebih besar dari 60 m, ruang
olakan tipe USBR III merupakan ruang olakan yang memiliki gigi pemencar di ujung hulu,
pada dasar ruang olak dibuat gigi penghadang aliran, di ujung hilir dibuat perata aliran, dan
tipe ini cocok untuk mengalirkan air dengan tekanan hidrostatis rendah, dan ruang olakan tipe
USBR VI merupakan ruang olakan yang dipasang gigi pemencar di ujung hulu, di ujung hilir

dibuat perata aliran, cocok untuk mengalirkan air dengan tekanan hidrostatis rendah, dan
-

Bilangan Froud antara 2,5 - 4,5.


Ruang Olak Tipe The SAF

Stilling

Basin

(SAF

Saint Anthony Falls)

Ruang olakan tipe ini memiliki bentuk trapesium yang berbeda dengan bentuk ruang olakan
lain dimana ruang olakan lain berbentuk melebar. Bentuk hidrolis tipe ini mensyaratkan Fr
(Bilangan Froude) berkisar antara 1,7 sampai dengan 17. Pada pembuatan kolam ini dapat
diperhatikan bahwa panjang kolam dan tinggi loncatan dapat di reduksi sekitar 80% dari
seluruh perlengkapan. Kolam ini akan lebih pendek dan lebih ekonomis akan tetapi
mempunyai beberapa kelemahan, yaitu faktor keselamatan rendah (Open Channel Hidraulics,
f.

V.T.Chow : 417-420)
Kantong Lumpur
Kantong lumpur berfungsi untuk mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang lebih
besar dari fraksi pasir halus ( 0,06 s/d 0,07mm ) dan biasanya ditempatkan persis disebelah
hilir bangunan pengambilan. Bahan-bahan yang telah mengendap dalam kantung lumpur
kemudian dibersihkan secara berkala melalui saluran pembilas kantong lumpur dengan aliran

yang deras untuk menghanyutkan endapan-endapan itu ke sungai sebelah hilir.


g. Bangunan Pelengkap
Terdiri dari bangunan-bangunan atau pelengkap yang akan ditambahkan ke bangunan
-

utama untuk keperluan :


Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran sungai.
Pengoperasian pintu.
Peralatan komunikasi, tempat berteduh serta perumahan untuk tenaga eksploitasi dan
pemeliharaan.

Jembatan diatas bendung agar seluruh bagian bangunan utama mudah dijangkau atau agar
bagian-bagian itu terbuka untuk umum.

2.5 Tipe-Tipe Mercu Bendung


a. Tipe Mercu Bulat
Untuk bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisien debit yang jauh lebih
tinggi (44%) dibandingkan koefisien bendung ambang lebar. Pada sungai sungai, type ini
banyak memberikan keuntungan karena akan mengurangi tinggi muka air hulu selama banjir.
Harga koefisien debit menjadi lebih tinggi karena lengkung stream line dan tekanan negatif
pada mercu. Untuk bendung dengan 2 jari jari hilir akan digunakan untuk menemukan
harga koefisien debit.
b. Tipe Mercu Ogee
Bentuk mercu type Ogee ini adalah tirai luapan bawah dari bendung ambang tajam
aerasi. Sehingga mercu ini tidak akan memberikan tekanan sub atmosfer pada permukaan
mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada debit rencananya. Untuk bagian hulu mercu
bervariasi sesuai dengan kemiringan permukaan hilir. Salah satu alasan dalam perencanaan

digunakan Tipe Ogee adalah karena tanah disepanjang kolam olak, tanah berada dalam
keadaan baik, maka tipe mercu yang cocok adalah tipe mercu ogee karena memerlukan lantai
muka untuk menahan penggerusan, digunakan tumpukan batu sepanjang kolam olak sehingga
c.

dapat lebih hemat.


Tipe Mercu Vlughter
Tipe ini digunakan pada tanah dasar aluvial dengan kondisi sungai tidak membawa

batuan-batuan besar. Tipe ini banyak dipakai di Indonesia.


d. Tipe Mercu Schoklitsch
Tipe ini merupakan modifikasi dari tipe Vlughter terlalu besar yang mengakibatkan
galian atau koperan yang sangat besar.
2.6 Pemilihan Tipe Bendung
Pemilihan tipe bendung ( bendung tetap ataupun bendung gerak) didasarkan pada
pengaruh air balik akibat pembendungan (back water). Jika pengaruh air balik akibat
pembendungan tersebut berdampak pada daerah yang luas maka bendung gerak (bendung
berpintu) merupakan pilihan yang tepat.
Jika pengaruh air balik akibat pembendungan tersebut berdampak pada daerah yang tidak
terlalu luas (misal di daerah hulu ) maka bendung tetap merupakan pilihan yang tepat.
Jika sungai mengangkut batu-batuan bongkahan pada saat banjir, maka peredam
energi yang sesuai adalah tipe bak tenggelam. Bagian hulu muka pelimpah direncanakan
mempunyai kemiringan untuk mengantisipasi agar batu-batu bongkah dapat terangkut lewat
di atas pelimpah. Jika sungai tidak mengangkut batu-batuan bongkahan pada saat banjir,
maka peredam energi yang sesuai adalah tipe kolam olakan (stilling basin).
2.7 Perencanaan Tubuh Bendung
Bangunan tubuh bendung (weir) terdiri dari: pelimpah (spilway), peredam energi
(energy dissipator), pondasi bendung dan lantai hulu bendung.
a. Pelimpah (spilway).

Pelimpah berfungsi untuk menaikkan elevasi muka air. Elevasi puncak pelimpah
direncanakan berdasarkan banyak hal antara lain : elevasi muka air rencana di bangunan bagi
paling hulu, kehilangan tinggi energi pada alat ukur, kehilangan tinggi energi pada
pengambilan saluran primer, kehilangan tinggi energi pada pengambilan, faktor keamanan
dan kemiringan saluran antara bangunan intake dengan bangunan bagi paling hulu.
Ada beberapa macam profil pelimpah antara lain : pelimpah profil bulat, pelimpah
profil Bazin, pelimpah profil Modified Creager, pelimpah menurut standard WES
(Waterways Experiment Station) serta banyak lagi bentuk profil lainnya.
Rumus debit melalui pelimpah :

Dengan :
Q

= Debit banjir rencana periode ulang 100 tahunan (Q100), diperoleh dari
analisis hidrologi.--> (Q100 = 800 m3/dt)

Cd

Koefisien debit, hasil perkalian antara C1xC2xC3

Be

= Lebar efektif bendung (m)

H1 = Tinggi energi di hulu pelimpah (m)


B

= Jumlah pilar

Kp

= koefisien kontraksi pilar (untuk pilar dengan penampang bulat, kp = 0.01)

Ka =

Lebar pelimpah, tidak termasuk pilar dan bangunan pembilas (m)

koefisien konstraksi abutment/dinding (ka = 0.1)

b. Menentukan Tinggi Muka Air Maksimum Pada Sungai


Dalam menentukan tinggi muka air maksimum pada sungai dipengaruhi oleh:
-

Kemiringan dasar sungai ( I );


Lebar dasar sungai (b);
Debit maksimum (Qd).

c.

Menentukan Tinggi Mercu Bendung


Tinggi mercu bendung dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu

Elevasi sawah bagian hilir tertinggi dan terjauh;


Elevasi kedalaman air di sawah;
Kehilangan tekanan dari saluran tersier ke sawah;
Kehilangan tekanan dari saluran sekunder ke saluran tersier;
Kehilangan tekanan dari saluran primer ke saluran sekunder;
Kehilangan tekanan karena kemiringan saluran;
Kehilangan tekanan di alat alat ukur;
Kehilangan tekanan dari sungai ke saluran primer;
Persediaan tekanan untuk eksploitasi;
Persediaan untuk bangunan lain.
Tinggi mercu bendung, p, yaitu ketinggian antara elevasi lantai udik atau dasar sungai
di udik bendung dan elevasi mercu. Dalam menentukan tinggi mercu bendung maka harus
dipertimbangkan terhadap :

Kebutuhan penyadapan untuk memperoleh debit dan tinggi tekan;


Kebutuhan tinggi energi untuk pembilasan;
Tinggi muka air genangan yang akan terjadi;
Kesempurnaan aliran pada bendung;
Kebutuhan pengendalian angkutan sedimen yang terjadi di bendung;
Tinggi mercu bendung, dianjurkan tidak lebih dari 4,00 meter dan minimum 0,5 H (H =
tinggi energi di atas mercu).
Tinggi mercu bendung (p) dianjurkan tidak lebih dari 4.00 meter dan minimum 0.5 H.

d. Menentukan Tinggi Muka Air di Atas Mercu Bendung


Tinggi muka air di atas mercu bendung dapat dihitung dengan persamaan

tinggi energy debit, yaitu :


Qd = Cd

g b H3/2

Dimana :
Qd = debit desain, m3/det
Cd = koefisien debit = Cd = C0 . C1. C2
g = percepatan gravitasi

b = lebar mercu efektif


H = tinggi energy di atas mercu

e.

Panjang atau Lebar Mercu Bendung


Dalam penentuan panjang mercu bendung, maka harus diperhitungkan terhadap :

Kemampuan melewatkan debit desain dengan tinggi jagaan yang cukup;


Batasan tinggi muka air genangan maksimum yang diijinkan pada debit desain.
Berkaitan dengan itu panjang mercu dapat diperkirakan, yaitu

Sama lebar dengan lebar rata-rata sungai stabil atau pada debit penuh alur (bank full

discharge);
Umunya diambil sebesar 1,2 kali lebar sungai rata-rata, pada ruas sungai yang telah stabil.
Pengambilan lebar mercu tidak boleh terlalu pendek dan tidak pula terlalu lebar. Bila
desain panjang mercu bendung terlalu pendek, akan memberikan tinggi muka air di atas
mercu lebih tinggi. Akibatnya tanggul banjir di udik akan bertambah tinggi pula. Demikian
pula genangan banjir akan bertambah luas. Sebaliknya bila terlalu lebar dapat mengakibatkan
profil sungai bertambah lebar pula sehingga akan terjadi pengendapan sedimen di udik
bendung yang dapat menimbulkan gangguan penyadapan aliran ke intake.

f.

Lebar Efektif Mercu Bendung


Lebar mercu bendung efektif , Be, yaitu panjang mercu bendung bruto, Bb, dikurangi
dengan lebar pilar dan pintu pembilas. Artinya panjang mercu bendung yang efektif
melewatkan debit banjir desain.
Lebar mercu bendung efektif dapat dihitung dengan cara yaitu :

Be = Bb 20% b t
Be = Bb 2 (n . kp + ka)H
Dimana :
Be = lebar mercu efektif (meter)
Bb = lebar mercu bruto (meter)

b = jumlah lebar pembilas


t = jumlah pilar-pilar pembilas
n = jumlah pilar pembilas dan pilar jembatan
kp = koefisien kontraksi pilar
ka = koefisien kontraksi pangkal bendung
H = tinggi energy, yaitu h + k; h = tinggi air; k = v2/2g
Harga koefisien kontraksi pilar dapat dilihat pada Standar Perencanaan Irigasi, KP02.
g. Menentukan Panjang dan Dalam Kolam Olak
Kolam olak adalah suatu konstruksi yang berfungsi sebagai peredam energi yang
terkandung dalam aliran dengan memanfaatkan loncatan hidraulis dari suatu aliran yang
berkecepatan tinggi. Kolam olak sangat ditentukan oleh tinggi loncatan hidraulis, yang terjadi
di dalam aliran.
h. Menentukan Panjang Lantai Muka
Akibat dari pembendungan sungai akan menimbulkan pebedaan tekanan, selanjutnya
akan terjadi pengaliran di bawah bendung. Karena sifat air mencari jalan dengan hambatan
yang paling kecil yang disebut Creep Line, maka untuk memperbesar hambatan, Creep
Line harus diperpanjang dengan memberi lantai muka atau suatu dinding vertical. Untuk
menentukan Creep Line, maka dapat dicari dengan rumus atau teori :
-

Teori Bligh
Menyatakan bahwa besarnya perbedaan tekanan di jalur pengaliran adalah sebanding dengan
panjang jalan Creep Line.
Teori Lane
Teori Lane ini memberikan koreksi terhadap teori Bligh, bahwa energi yang diperlukan oleh
air untuk mengalir ke arah vertical lebih besar daripada arah horizontal dengan perbandingan
3:1.

i.

Menentukan Stabilitas Bendung

Untuk mengetahui kekuatan bendung, sehingga konstruksi bendung sesuai dengan yang
direncanakan dan memenuhi syarat yang telah ditentukan. Stabilitas bendung ditentukan oleh
gaya gaya yang bekerja pada bendung, seperti:
-

Gaya berat
Gaya gempa
Tekanan Lumpur
Gaya hidrostatis
Gaya Uplift Pressure (Gaya Angkat).

j.

Perencanaan Pintu
Perencanaan pintu berfungsi mengatur banyaknya air yang masuk ke saluran dan
mencegah masuknya benda-benda padat dan kasar ke dalam saluran (pintu pengambilan atau
intake gate). Pada bendung tempat pengambilan bisa terdiri dari 2 pintu yaitu kanan dan kiri,
bisa juga hanya satu tergantung letak daerah yang akan dialiri. Tinggi ambang tergantung
pada material yang terbawa oleh sungai. Ambang makin tinggi makin baik, untuk mencegah
masuknya benda padat dan kasar ke saluran, tapi tinggi ini ditentukan atau dibatasi oleh
ukuran pintu. Pada waktu banjir, pintu pengambilan cukup ditutup untuk mencegah
masuknya benda kasar ke saluran. Penutupan pintu tidak berakibat apa apa karena saat banjir
di sungai biaanya tidak lama. Maka yang dianggap air normal pada sungai adalah setinggi
mercu. Ukuran pintu ditentukan dari segi praktis dan estetika. Lebar pintu biasanya maksimal
2 m untuk pintu dari kayu. Jika terdapat ukuran yang lebih besar dari 2 m, harus dibuat lebih
dari satu pintu dengan pilar-pilar diantaranya.

k. Pintu Penguras
Lebar pintu penguras biasanya diambil dari 1/10 lebar bendung (B), sedangkan pada
saat banjir pintu penguras ditutup. Bila banjir lewat di atas pintu, maka tinggi pintu penguras
harus setinggi mercu bendung. Oleh karena itu, tebal pintu juga harus diperhitungkan untuk
tinggi air setinggi air banjir

2.8 Stabilitas Bendung


Stabilitas suatu bendung harus memenuhi syarat syarat konstruksi dari bendung,
antara lain:

Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir
Bendung harus dapat menahan bocoran yang disebabkan oleh aliran sungai dan aliran air

yang meresap di dalam tanah


Bendung harus diperhitungkan terhadap daya dukung tanah di bawahnya
Tinggi ambang bendung atau crest level harus dapat memenuhi tinggi muka air minimum
yang diperlukan untuk seluruh daerah irigasi

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bendung adalah bangunan melintang sungai yang berfungsi untuk meninggikan muka
air sungai agar bisa disadap. Bendung merupakan salah satu bagian dari bangunan utama.
Fungsi utama dari bangunan utama/bendung adalah untuk meninggikan elevasi muka air dari
sungai yang dibendung sehingga air bisa disadap dan dialirkan ke saluran lewat bangunan
pengambilan (intake structure). Bendung terdiri atas dua jenis yaitu, bendung tetap dan
bendung gerak. Dalam penentuan suatu bendung perlu dilihat pemilihan lokasi bendung yang
tepat.

3.2 Saran

Dalam perencanaan suatu bangunan air seperti bendung, perlu memperhatikan


pemilihan lokasi yang tepat berdasarkan faktor-faktor, seperti keadaan topografi, keadaan
hidrologi, kondisi topografi, kondisi hidraulik dan morfologi, kondisi tanah serta biaya
perencanaan. Selain itu, pemilihan tipe bendung yang tepat dan perlu memperhatikan
stabilitas bendung tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Erman Mawardi, Drs. Dipl. AIT. dan Moch. Memed, Ir. Dipl. HE. APU. 2010.
Desain Hidraulik Bendung Tetap. Bandung: CV. Alfabeta.
http//:www.google.com
http//:www.wikipedia.com

Anda mungkin juga menyukai