BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Sekarang keseimbangan air di alam semakin menurun disebabkan sumber air
tawar yang tersedia jumlahnya terbatas. Sebaliknya kebutuhan air meningkat sejalan pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia. Untuk itu, perlu kebijaksanaan dalam pemanfaatan sumber daya air. Salah satu jenis pemanfaatan sumber air adalah irigasi. Di Indonesia, peran irigasi menduduki posisi penting. Irigasi memerlukan investasi besar untuk pembangunan sarana prasarana, pengoperasian dan pemeliharaan sehingga perlu dilakukan pengelolaan yang baik. Jumlah air yang diperlukan untuk irigasi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor alam, juga tergantung pada macam tumbuhan serta masa perkembangannya. Untuk itu diperlukan sistem pengaturan yang baik agar kebutuhan air bagi tanaman sapat terpenuhi dan efisien dalam pemanfaatan air. Istilah pengairan yang sering pula didengar dapat diartikan sebagai usaha pemanfaatan air pada umumnya, berarti irigasi termasuk pada umumnya. Mengingat air yang tersedia di alam sering tidak sesuai dengan kebutuhan baik lokasi maupun waktunya, maka diperlukan saluran (saluran irigasi dan saluran drainasi) dan bangunan pelengkap (misal : bendungan, bendung, pompa air, siphon, goronggorong / culvert, talang air dan sebagainya) untuk membawa air dari sumbernya ke lokasi yang akan dialiri dan sekaligus untuk mengatur besar kecilnya air yang diambil maupun yang diperlukan. Dari uraian diatas hal menjadi topik adalah perlunya pengaturan air agar dapat maksimal dan efifien dalam pemanfaatannya, dan salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan membangun irigasi.
1.2
Pengertian Irigasi berasal dari istilah Irrigatie dalam bahasa Belanda atau Irrigation
dalam bahasa Inggris. Irigasi dapat diartikan semua atau segala kegiatan yang dilakukan mempunyai hubungan dengan usaha untuk mendapatkan air dari sumbernya guna berbagai kebutuhan seperti pertanian. Usaha yang dilakukan tersebut dapat meliputi : perencanaan, pembuatan, pengelolaan, serta pemeliharaan sarana untuk mengambil air dari sumber air dan membagi air tersebut secara teratur dan apabila terjadi kelebihan air dengan membuangnya melalui saluran drainasi. Secara garis besar, tujuan irigasi dapat digolongkan menjadi 2 (dua) golongan, yaitu : 1. Tujuan Langsung, yaitu irigasi mempunyai tujuan untuk membasahi tanah berkaitan dengan kapasitas kandungan air dan udara dalam tanah sehingga dapat dicapai suatu kondisi yang sesuai dengan kebutuhan untuk pertumbuhan tanaman yang ada di tanah tersebut. 2. Tujuan Tidak Langsung, yaitu irigasi mempunyai tujuan yang meliputi : mengatur suhu dari tanah, mencuci tanah yang mengandung racun, mengangkut bahan pupuk dengan melalui aliran air yang ada, menaikkan muka air tanah, meningkatkan elevasi suatu daerah dengan cara mengalirkan air dan mengendapkan lumpur yang terbawa air, dan lain sebagainya Menurut Standar Tata Cara Perencanaan Umum Bendung, diartikan dengan bendung adalah suatu konstruksi bangunan air dengan kelengkapan strukturnya dibangun melintang sungai atau sudetan sedemikian rupa yang sengaja dibuat untuk menaikan taraf muka air sampai ketinggian tertentu atau untuk meninggikan tinggi terjun, sehingga air dapat dialirkan melalui pintu sadap ke saluran-saluran pembagi kemudian dialirkan secara gravitasi ketempat yang membutuhkanya. Bendung tetap (fixed weir,uncontrolled weir) adalah jenis bendung yang terdiri dari ambang tetap / tidak dapat diubah, sehingga muka air hulu bendung tidak dapat di atur. Pada bendung tetap, elevasi muka air hulu bendung berubah sesuai debit sungai yang mengimpas. Dibangun umumnya di sungai ruas hulu dan tengah. Pada hulu sungai
tebing sungai relative lebih curam daripada hilir. Pada saat banjir, elevasi muka air di bendung tetap yang dibangun tidak meluber kemana-mana karena terkurung oleh tebing yang curam. Bendung juga mempunyai fungsi, yaitu sebagai : a. Meninggikan taraf muka air b. Mengalirkan atau menyalurkan sebagian aliran air sungai yang ada ke arah tepi kanan dan tepi kiri sungai untuk mengalirkannya ke dalam saluran melalui sebuah bangunan pengambilan jaringan irigasi c. Penangkap air dan menyimpannya di musim hujan waktu air sungai mengalir dalam jumlah besar dan yang melebihi kebutuhan d. Untuk mengendalikan aliran, angkutan sedimen dan geometri sungai sehingga air dapat di manfaatkan secara aman,efektif, efesien dan optimal. e. Pengontrol penurunan dasar sungai f. Memantau ketinggian air sebagai peringatan dini kemungkinan terjadinya banjir
2.1
Pengertian Bendung Bendung adalah suatu konstruksi bangunan dengan kelengkapannya yang
dibangun secara melintang di palung sungai atau sodetan yang dibuat untuk menaikan taraf muka air samapi ketinggian tertentu atau untuk mendapatkan tinggi terjun, sehingga air sungai dapat disadap dan dialirkan secara gravitasi atau dengan pompa ke saluran-saluran pembagi tertentu yang membutuhkan seperti irigasi, air minum, pembangkit energi, pengendali banjir , maupun pembilas, pada berbagai kadaan debit sungai, dan biasanya bendung ditempatkan di palung sungai atau di sudetan. Manfaat dari bendung itu sendiri adalah: Untuk keperluan irigasi Meninggikan muka air Sebagai penambah persediaan air saat musim kemarau Sebagai pembangkit tenaga listrik
Mengalirkan sebagian aliran air sungai ke dalam saluran jaringan irigasi
Syarat-syarat konstruksi bendung harus memenuhi beberapa faktor, yaitu : Bendung harus stabil dan mampu menahan tekanan air pada waktu banjir Pembuatan bendung memperhitungkan daya dukung tanah di bawahnya Bendung harus dapat menahan bocoran (seepage) yang disebabkan oleh aliran air sungai dan aliran air yang meresap ke dalam tanah Tinggi ambang bendung harus dapat memenuhi tinggi muka air minimum Bentuk peluap harus diperhitungkan, sehingga air dapat membawa pasir, kerikil dan batu-batu dari sebelah hulu dan tidak menimbulkan kerusakan pada tubuh bendung.
2.2
Klasifikasi Bendung Klasifikasi bendung dibagi atas 3 (tiga), yaitu: Bendung berdasarkan fungsinya, terdiri atas : Bendung pengarah (Diversion Weir) ; berfungsi sebagai penyadap dan membelokkan aliran sungai ke saluran primer, keperluan seperti untuk irigasi, air baku, dan sebagainya. Bendung pembagi banjir ; berfungsi untuk mengatur muka air sungai sehingga tejadi pemisahan antara debit banjir dan debit rendah sesuai dengan kapasitasnya dan dibangun di percabangan sungai. Bendung penahan pasang ; berfungsi untuk mencegah masuknya air asin, dibangun di bagian sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut, menyimpan air banjir atau manahan air banjir pada saat banjir datang sebagai penahan atau pengontrol banjir. Bendung berdasarkan sifatnya, terdiri atas : Bendung darurat, biasanya dibuat oleh masyarakat pedesaan seperti tumpukan batu dan sebagainya. Bendung permanen, seperti bending pasangan batu, beton, kombinasi beton dan pasangan batu. Bendung semi permanen, seperti bendung bronjong, cerucuk kayu dan lain sebagainya. Berdasarkan tipe strukturnya, terdiri atas : Bendung saringan bawah Pada umumnya merupakan bangunan peninggi muka air pada bagian hulu
sungai yang memiliki mercu yang tidak dapat digerakkan (permanen) dan biasanya terbuat dari batu kali atau cor yang memiliki saringan dibagian bawah mercunya arah tegak lurus. Bendung ini dilengkapi dengan pasir terbuka, di atasnya diberi kisi-kisi penyaring dari baja untuk mencegah masuknya batuan ke dalam parit. Berfungsi untuk
TUGAS BENDUNGAN DAN IRIGASI 2013 5
menampung air yang sudah bebas dari bahan organic dan anorganik tertentu untuk diolah menjadi air minum. Bendung gerak Merupakan tipe bendung dengan bentuk mercu dan tubuh bendung yang dapat bergerak naik turun disesuaikan dengan kondisi air banjir, sehingga banjir di hilir bendung dapat dihindarkan. Berfungsi untuk meninggikan muka air sungai, sehingga air sungai dapat dialirkan ke daerah irigasi. Bendung gerak cocok dibangun di sungai bagian hilir, di daerah ini kemiringan sungai datar dan tebing sungai rendah. Pada saat banjir pintu dibuka, sehingga air sungai tidak meluap ke tebing kanan dan kiri. Bendung gerak memiliki 2 (dua) tipe bendung yakni : (1) Tipe Bendung Gerak Pintu Tipe bendung gerak pintu ini juga dibedakan dari bentuk pintu-pintunya antara lain: Pintu geser atau sorong, banyak digunakan untuk lebar dan tinggi bukaan yang kecil dan sedang. Sebaiknya pintu cukup ringan tetapi memiliki kekakuan yang tinggi sehingga bila diangkat tidak mudah bergetar karena gaya dinamis aliran air. Pintu radial, memiliki daun pintu berbentuk lengkung (busur) dengan lengan pintu yang sendinya tertanam pada tembok sayap atau pilar. Konstruksi seperti ini dimaksudkan agar daun pintu lebih ringan (2) Tipe Bendung Gerak Karet ( Bendung Gerak Horizontal ) Bendung karet memiliki 2 bagian pokok, yaitu :
Tubuh bendung yang terbuat dari karet Pondasi beton berbentuk plat beton sebagai dudukan tabung karet, serta dilengkapi satu ruang kontrol dengan beberapa perlengkapan (mesin) untuk mengontrol mengembang dan mengempisnya tabung karet.
Bendung ini berfungsi meninggikan muka air dengan cara mengembungkan tubuh bendung dan menurunkan muka air dengan cara mengempiskannya. Tubuh bendung yang terbuat dari tabung karet dapat diisi dengan udara atau air. Proses pengisian udara atau air dari pompa udara atau air dilengkapi dengan instrumen pengontrol udara atau air (manometer). Bendung kombinasi Merupakan kombinasi antara bendung tetap dan gerak, dan banyak dipakai untuk mengalirkan air berlebih melalui pintu baja yang terletak pada tubuh bendung kombinasi tersebut. Bendung tetap Merupakan bangunan peninggi muka air pada bagian hulu sungai yang memiliki mercu statis, konstruksinya pemanen, biasanya terbuat dari pasangan batu kali atau beton. Bendung tetap ini memiliki tipe yang biasa di pakai dalam dunia konstruksi sipil tipe kurva yaitu bendung dengan mercu kurva dapat memberikan keuntungan dari segi teknis yakni pemakaian bangunan ini akan mengurangi tinggi muka air di bagian hulu selama banjir. Dan dikarenakan adanya lengkung mercu yang streamline dan tekanan yang negatif pada bendung maka akan memberikan koefisien debit 44% lebih tinggi disbanding koefisien bendung ambang lebar. Tipe ini memiliki 2 (dua) bentuk mercu yang kemudian dikelompokkan sebagai berikut :
(1)
Tipe Ogee
(2)
Tipe bulat, yang memiliki 2 (dua) macam radius yakni : 1 (satu) Radius
2 (dua) Radius
Data Perancangan Bendung : 1. Data kebijakan perencanaan dan desain 2. Data pembuatan bendung berdasarkan keperluannya 3. Data morfologi sungai 4. Data geoteknik 5. Data bahan bangunan 6. Data permesinan dan peralatan Tahapan perencanaan bendung tetap : a) Studi pendahuluan (Reconaisance Study) b) Studi kelayakan (Feasibility Study) c) Pembuatan petak-petak pengairan dan jaringan irigasi d) Perhitungan hidrolis lengkap dalam rangka perancangan bendung e) Penyelidikan-penyelidikan hidrolis dan morfologi sungai di lapangan, geologi, mekanika tanah dan penyelidikan hidrolis dengan model Syarat pemilihan lokasi bendung :
Keadaan topografi dari daerah rencana irigasi yang akan mendapat air dari bendung Keadaan topografi lokasi bendung Keadaan hidrolis sungai di lokasi rencana bendung Keadaan tanah pondasi di lokasi rencana bendung Biaya pembangunan Teknik pelaksanaan pembangunan
BAB III PERENCANAAN HIDROLIS BENDUNG TETAP 3.1 Analisis Hidrolis Bendung Analisis hidrolis ini berpengaruh dalam menentukan dimensi dari bagian-bagian pokok bangunan utama dari sebuah perencangan bendung. Data (diketahui)
24 145 1.2 2 61.2 0.2% 59.2
Lebar bendung ( Bef ) Debit (Q) Kedalaman air dihilir bendung (y ) Tinggi Bendung ( p ) Elevasi mercu Kemiringan Elevasi lantai hulu
m m3/det m m m % m
Tinggi Muka Air 1. Tinggi muka air diatas mercu (TMA di hulu) Untuk menentukan TMA di hulu diatas mercu dilakukan perhitungan dengan cara coba-coba menggunakan Software Microsoft Excel 2007. Sehingga dari hasil perhitungan didapatkan nilai h (tinggi air diatas mercu) sesuai dengan Q rencana tahunan sebesar 145 m3/det.
h (m) 0.5 0.75 1 1.25 1.5 1.75 1.7793 2 2.25 2.5 2.75
m 1.15200 1.20200 1.24800 1.29000 1.32800 1.36200 1.36572 1.39200 1.41800 1.44000 1.45800
k (m) 0.00393 0.01194 0.02564 0.04559 0.07198 0.10474 0.10898 0.14353 0.18785 0.23704 0.29028
H (m) 0.50393 0.76194 1.02564 1.29559 1.57198 1.85474 1.88828 2.14353 2.43785 2.73704 3.04028
d (m) 0.33595 0.50796 0.68376 0.86372 1.04799 1.23649 1.25885 1.42902 1.62524 1.82469 2.02686
Bef (m) 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24 24
Q (m3/det) 16.8624 32.7111 53.0413 77.8392 107.0973 140.7698 145 178.7486 220.8495 266.8040 316.2551
10
Contoh perhitungan m =
: ( ( ) )
= = {
= = H = = = d =
H / r = 2,5
= = Bef = Q = = = 24 m (diketahui)
11
Dari hasil perhitungan diatas didapatkan nilai h yang mendekati dengan Q rencana sebesar 1,7793 m dengan nilai Q = 145 m3/det. Dengan didapatkan nilai h (tinggi air diatas mercu) , maka elevasi muka air banjir di hulu dan tinggi energi dihulu dapat dicari dengan cara sebagai berikut. Elevasi muka air banjir di hulu = = = Elevasi muka air banjir di hilir =
= 2. Tinggi muka air di hilir bendung (TMA di hilir) Untuk menentukan TMA di hilir dilakukan perhitungan dengan cara cobacoba menggunakan Software Microsoft Excel 2007. Sehingga dari hasil perhitungan didapatkan nilai h (tinggi air di hilir) sesuai dengan Q rencana sebesar 145 m3/det. Untuk mencari nilai h (tinggi air di hilir) digunakan koefisien kekasaran (Kst) = 67 dan kemiringan sungai (sloope) adalah 0,2%. Persamaan Manning Q = Kst . A . (R)2/3 . (s)1/2 Kst = 67 s = 0,002
12
Contoh perhitungan : A = = = Lu = = = R =
= =
Q =
= =
13
V =
= = Dari hasil perhitungan diatas didapatkan nilai h yang mendekati dengan Q rencana adalah dengan h sebesar 1,57 m dengan nilai Q = 145,007 m3/det. Dengan didapatkan nilai h (tinggi air dihilir) , maka elevasi muka air banjir dan elevasi tinggi energi dihilir dapat dicari dengan cara sebagai berikut. (L = 50 asumsi) Elevasi muka air banjir di hilir = = = Elevasi muka air banjir di hilir = = =
14
Hd =
Ho = = Hd = =
Tipe aliran tidak tenggelam sehingga memerlukan kolam olakan Kolam Peredam Energi (Kolam Olakan) Peredam energi digunakan dalam perancangan bedung tetap ini menggunakan tipe bak tenggelam.
15
= =
hc
=( )
=( =
H / hc = =
Setelah nilai ( H / hc) didapatkan, maka dimasukkan ke dalam grafik USBR untuk mendapatkan nilai (Rmin/hc) . sehingga akan didapatkan nilai jari-jari untuk kolam olakan. Gambar grafik USBR (Rmin/hc)
Dari grafik USBR didapat nilai Rmin/hc = 1,55 Maka, Rmin/hc = 1,55
16
Rmin = = = Digunakan R =
2. Menentukan batas minimum tinggi air di hilir (T min) H / hc = = Nilai ( H / hc) dimasukkan kedalam grafik USBR untuk mendapatkan nilai (Tmin/hc). Sehingga didapatkan nilai Tmin Gambar grafik USBR (Tmin/hc)
17
= = Digunakan R =
3. Menentukan batas kedalaman Local Scouring Depth Local Scouring Depth disini dimaksud untuk mencegah bahaya yang diakibatkan oleh penggerusan pada kaki bendung karena material yang dibawa oleh air dan pola air yang terjadi. Persamaan:
R =
( )
R =
( )
18
= T = = = Maka elevasi dasar pondasi di belakang bendung adalah: (faktor keamanan = 1,5)
S = Px = Hx = = Lx = L = )
19
Px =
= = ( )
(OK!!!)
Lantai Muka (Creep Line) Lantai muka pada bendung sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya tekanan yang terjadi akibat gaya tekan keatas dibawah lantai dan tekanan air diatas lantai muka, yang bisa mengakibatkan erosi dibawah tanah dan kehilangan beda tinggi energy per satuan panjang pada jalur rembesan sehingga dalam perancangan Bendung Sokawati ini harus direncanakan lantai muka yang aman dari rembesan air yang mengalir kearah tubuh bendung. Dalam perancangan lantai muka, penulis memakai 2 teori untuk pemecahan masalah ini, yaitu Toeori Bligh dan Teori lane.
1. Teori Bligh
H =
20
= = = L =
C = 12 (table 2.12)
(OK!!!)
(OK!!!)
21
Back Water Curve Dalam perencanaan bendung harus direncanakan pula akibat dari pengaruh air balik yang terjadi. Sampai sejauh mana pengaruh air balik tersebut mengalir. Perhitungan akibat dari back water curve : L H = = = = L = =
22
23
3.2 Analisis Stabilitas Bendung Analisis stabilitas bendung ini dilakukan untuk mengetahui besarnya tekanan gaya-gaya yang bekerja pada tubuh bendung, seperti gaya berat, gaya gempa, tekanan lumpur, gaya uplift pressure. Gaya Berat Gaya Berat ini dihitung dengan arah vertical kebawah yang garis kerjanya melewati titik berat konstruksi. Agar memudahkan perhitungan maka tubuh bendung dibagi menjadi beberapa bagian.
24
25
NO G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7 G8
Untuk gaya berat yang bekerja pada G1 (berbentuk segitiga) yaitu : G3 = = Lengan Momen = = Maka momen terhadap titik tinjauan adalah dikali lengan momen = =
26
Gaya Gempa (K) Gaya gempa ini dihitung dengan arah horizontal yang garis kerjanya melewati titik berat konstruksi. Agar memudahkan perhitungan maka tubuh bendung dibagi beberapa bagian. Gaya gempa pada bendung ini berada di wilayah gempa zona 4 yaitu pada daerah Jawa Tengah, maka didapatkan nilai z = 1,12 . Jenis tanah yang ada adalah
27
28
NO G1 G2 G3 G4 G5 G6 G7 G8
29
Tekanan Lumpur (Ws) Endapan lumpur yang dibawa aliran air yang kemudian mengendap di muka bendung menimbulkan tekanan lumpur dari arah horizontal dan dari arah vertical ke bawah. Gambar Tekanan Lumpur
30
Ka
= 0,375
= = = Ws1 Ws1 = =
Gaya Hidrostatik (W) Gaya hidrostatik disebabkan oleh gaya tekan air yang mengenangi tubuh bendung sehingga menimbulkan gaya tekan air dari arah horizontal dan dari arah vertikal kebawah.
31
32
23.854
33
Gaya Uplift Pressure (Ux) Arah dari gaya uplift pressure adalah tegak lurus dengan bidang kontaknya. Untuk gaya ini harus dicari tekanan pada tiap-tiap bidang. Secara umum besarnya tekanan pada setiap titik sudut.
34
Gaya ini dibagi dalam dua kondisi muka air, yaitu : 1. Gaya Uplift Pressure pada kondisi air banjir Contoh perhitungan : Ux H = = ( )
= = y = ( ( ) )
= =
35
Titik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Lx (m) 15.347 16.347 17.201 18.201 19.670 20.670 21.740 22.740 23.740 24.740 25.740 26.740
Ux (T) 3.833 4.771 4.718 3.657 3.566 4.504 4.438 5.377 5.315 6.253 6.192 5.130
panjang bidang (m) 1.000 0.854 1.000 1.469 1.000 1.070 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 H V
3.3 Kontrol Stabilitas Kontrol stabilitas adalah syarat yang harus dipenuhi agar kondisi bendung stabil dan aman. Kontrol yang dilakukan adalah dengan cara membandingkan dengan faktor
36
keamanan. Kontrol yang dilakukan adalah kontrol terhadap guling, kontrol terhadap geser, kontrol terhadap eksentrisitas, dan kontrol terhadap daya dukung tanah. Kontrol Terhadap Guling Suatu konstruksi tidak boleh terguling akibat dari gaya-gaya yang bekerja, maka momen tahanan (Mt) harus lebih besar dari momen guling (Mg). Kondisi Muka Air Banjir Dengan Uplift FK = Tanpa Uplift FK =
= = (OK!!!)
= = (OK!!!)
Daya Dukung Tanah Diketahui : C W Gs Zf F Nc Nq = 20o = 0,2 = 23,48% = 2,65 = 6,1m (kedalaman pondasi dari titik TMA hilir) = faktor keamanan (2 s/d 3) diambil 3 = 17,7 = 7,4
37
Sumber : Zainal Nur Arifin Ing. Dipl, Ir. Dri Respati. Pondasi
Sr
38
sat
qu
= c . Nc +
sub
. Zf . Nq + 0,5 . B .
sub .
= (0,2 x 17,7) + (1,02 x 6,1 x 7,4) + (0,5 x 12,76 x 1,02 x 5) = 82,12 t/m2 Q ijin = qu / f = 82,12 / 3 = 27,37 t/m2
Kontrol Terhadap Geser Suatu konstruksi bendung tidak boleh bergeser akibat gaya-gaya yang bekerja, maka jumlah gaya vertical harus lebih besar dibandingkan dengan jumlah gaya horizontal. Kondisi Muka Air Banjir Dengan Uplift FK = Tanpa Uplift FK =
= = (OK!!!)
= = (OK!!!)
39
Kontrol Terhadap Eksentrisitas Pada suatu konstruksi yang menggunakan batu kali, maka tidak boleh adanya tegangan tarik, ini berarti bahwa resultan gaya-gaya yang bekerja harus masuk kern. Kondisi Muka Air Banjir Dengan Uplift e = ( L/2 ) ( M.v ) < ( L/6 ) e=( e= Tanpa Uplift e = ( L/2 ) ( M.v ) < ( L/6 ) e=( e= )( )<( OK!!! ) )( )<( OK!!! )
Kontrol Terhadap Daya Dukung Tanah Tegangan yang terjadi akibat adanya gaya tekan dari bendung tidak boleh melebihi tegangan tanah yang diijinkan. Kondisi Muka Air Banjir = 27, 37 t/m2 tanah Dengan Uplift =
40
= = = OK!!! OK!!!
= = = OK!!! OK!!!
3.4 Kesimpulan Perencanaan Bendung dengan data yang diberikan daapat dilaksanakan dengan rancangan bendung yang telah dibuat OK!!!
41
DAFTAR PUSTAKA
Suripto, S.T., M.Eng. , Perancangan Bendung Tetap , Microsoft Office Power Point. Suripto, S.T., M.Eng. , Hidrolis Bendung , Microsoft Office Power Point. Suripto, S.T., M.Eng. , Kontrol Stabilitas Tubuh Bendung , Microsoft Power Point. Andry, Asep, Faschia dan Lusiana. 2012. Tugas Bendungan dan Irigasi..
42