Anda di halaman 1dari 32

TUGAS 3

BANGUNAN AIR

NAMA : TRY SUNANDA FATHANAH

NIM : 2022062014003

KARYA SISWA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM


DAN PERUMAHAN RAKYAT
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
2022
BENDUNG

1. Pengertian dan Klasifikasi Bendung


1.1. Pengertian Bendung
Bendung adalah bangunan air beserta kelengkapannya yang dibangun
melintang sungai untuk meninggikan taraf muka air sehingga dapat dialirkan secara
gravitasi ke tempat yang dibutuhkan. Fungsi utama dari bending adalah untuk
meninggikan elevasi muka air dari sungai yang dibendung sehingga air bisa disadap
dan dialirkan ke saluran lewat bangunan pengambil (intake structure), dan untuk
mengendalikan aliran, angkutan sedimen dan geometri sungai sehingga air dapat
dimanfaatkan secara aman, efisien, dan optimal (Akbar dan Adifitra, 2019).

1.2. Klasifikasi Bendung


1.2.1. Klasifikasi Bendung Berdasarkan Fungsi
Menurut Erman (2002) dalam Anonim, klasifikasi bendung berdasarkan
fungsi dibagi menjadi empat, yaitu:
a. Bendung Pembagi Banjir
Bendung pembagi banjir adalah bendung yang dibangun di percabangan
sungai untuk mengatur muka air sungai, sehingga terjadi pemisahan antara
debit banjir dan debit rendah sesuai dengan kapasitasnya.
b. Bendung Penyadap
Bendung penyadap adalah bending yang digunakan sebagai penyadap aliran
sungai untuk berbagai keperluan seperti untuk irigasi, air baku, dan
sebagainya.
c. Bendung Penahan Pasang
Bendung penahan pasang adalah bending yang dibangun di bagian sungai
yang dipengaruhi pasang surut aor laut untuk mencegah masuknya air asin.
d. Bendung Pelimpah
Bendung pelimpah adalah bangunan bendung yang dibangun melintang
sungai yang akan memberikan elevasi air minum agar air tersebut bisa
dielakkan.

Tugas 3 – Bangunan Air


1.2.2. Klasifikasi Bendung Berdasarkan Konstruksi
Menurut Erman (2002) dalam Anonim, klasifikasi bendung berdasarkan
konstruksi dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Bendung Tetap
Bendung tetap adalah bendung yang terdiri dari ambang tetap, sehingga tinggi
rendah muka air sungai dan debit air sungai tidak dapat diatur elevasinya.
b. Bendung Gerak
Bendung gerak adalah adalah bending yang dipergunakan untuk mengatur
tinggi rendah debit air sungai dengan pembukaan pintu-pintu sesuai dengan
kebutuhan debit air yang dialirkan.
c. Bendung Karet
Bendung karet adalah bending gerak horizontal yang mengatur muka air
dengan mengembangkan dan mengempiskan tubuh bending yang terbuat dari
tabung karet yang berisi udara atau air.

1.2.3. Klasifikasi Bendung Berdasarkan Sifatnya


Akbar dan Adifitra (2019) di dalam penelitiannya mengenai perencanaan
bendung menyebutkan klasifikasi bending berdasarkan sifatnya dibagi menjadi
tiga, yaitu:
a. Bendung Permanen
Bendung permanen adalah bendung yang konstruksinya terbuat dari
pasangan batu, beton, dan kombinasi beton dan pasangan batu.
b. Bendung Semi Permanen
Bendung semi permanen adalah bendung yang konstruksinya terbuat dari
bronjong.
c. Bendung Darurat
Bendung darurat adalah bendung yang dibuat oleh masyarakat masyarakat
pedesaan seperti bendung tumpukan batu dan sebagainya.

Tugas 3 – Bangunan Air


1.2.4. Klasifikasi bendung berdasarkan Tipe Mercu
a. Bendung Mercu Bulat
Bendung dengan mercu bulat memiliki harga koefisien debit yang jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan koefisien bendung ambang lebar. Pada sungai,
ini akan banyak memberikan keuntungan karena bangunan ini akan
mengurangi tinggi muka air hulu selama banjir (Pusdiklat Sumber Daya Air
dan Konstruksi, 2016).

b. Bendung Mercu Ogee


Mercu ogee berbentuk tirai luapan bawah dari bendung ambang tajam aerasi.
Oleh karena itu mercu ini tidak akan memberikan tekanan subatmosfir pada
permukaan mercu sewaktu bendung mengalirkan air pada debit rencana
(Pusdiklat Sumber Daya Air dan Konstruksi, 2016).

2. Tata Letak Bendung


a. Bagian Utama
Bangunan ini diperlukan untuk memungkinkan dibelokkannya air sungai ke
jaringan irigasi, dengan jalan menaikkan muka air di sungai atau dengan
memperlebar pengambilan di dasar sungai seperti pada tipe bendung
saringan bawah (bottom rack weir).
b. Bangunan Pengambilan
Bangunan pengambilan adalah sebuah bangunan berupa pintu air. Air irigasi
dibelokkan dari sungai melalui bangunan ini. Pertimbangan utama dalam
merencanakan sebuah bangunan pengambilan adalah debit rencana
pengelakan sedimen.
c. Bangunan Pembilas
Pada tubuh bendung tepat di hilir pengambilan, dibuat bangunan pembilas
guna mencegah masuknya bahan sedimen kasar ke dalam jaringan saluran
irigasi. Pembilas dapat direncanakan sebagai:
1. Pembilas pada tubuh bendung dekat pengambilan
2. Pembilas bawah (undersluice)

Tugas 3 – Bangunan Air


3. Shunt undersluice
4. Pembilas bawah tipe boks
d. Kantong Lumpur
Kantong lumpur mengendapkan fraksi-fraksi sedimen yang lebih besar dari
fraksi pasir halus tetapi masih termasuk pasir halus dengan diameter butir
berukuran 0,088 mm dan biasanya ditempatkan persis di sebelah hilir
pengambilan. Bahan-bahan yang lebih halus tidak dapat ditangkap dalam
kantong lumpur biasa dan harus diangkut melalui jaringan saluran ke sawah-
sawah. Bahan yang telah mengendap di dalam kantong kemudian dibersihkan
secara berkala. Pembersihan ini biasa dilakukan dengan menggunakan aliran
air yang deras untuk menghanyutkan bahan endapan tersebut kembali ke
sungai. Dalam hal-hal tertentu, pembersihan ini perlu dilakukan dengan cara
lain, yaitu dengan jalan mengeruknya atau dilakukan dengan tangan.

e. Bangunan Perkuatan Sungai


Pembuatan bangunan perkuatan sungai khusus di sekitar bangunan utama
untuk menjaga agar bangunan tetap berfungsi dengan baik, terdiri dari:
1. Bangunan perkuatan sungai guna melindungi bangunan terhadap
kerusakan akibat penggerusan dan sedimentasi. Pekerjaan-pekerjaan ini
umumnya berupa krib, matras batu, pasangan batu kosong, dan/atau
dinding pengarah.
2. Tanggul banjir untuk melindungi lahan yang berdekatan terhadap
genangan akibat banjir.
3. Saringan bongkah untuk melindungi pengambilan atau pembilas, agar
bongkah tidak menyumbat bangunan selama terjadi banjir.
4. Tanggul penutup untuk menutup bagian sungai.

f. Bangunan Peredam energi


Bangunan peredam energi bendung adalah struktur dari bangunan di hilir
tubuh bendung yang terdiri dari beberapa tipe, bentuk dan di kanan kirinya
dibatasi oleh tembok pangkal bendung dilanjutkan dengan tembok sayap hilir

Tugas 3 – Bangunan Air


dengan bentuk tertentu. Fungsi Bangunan adalah untuk meredam energi air
akibat pembendungan, agar air di hilir bendung tidak menimbulkan
penggerusan setempat yang membahayakan struktur.

Prinsip peredam energi pada bangunan peredam energi adalah dengan cara
menimbulkan gesekan air dengan lantai dan dinding struktur, gesekan air
dengan air, membentuk pusaran air berbalik vertikal ke atas dan ke bawah
serta pusaran arah horizontal dan menciptakan benturan aliran ke struktur
serta membuat loncatan air di dalam ruang olakan.

g. Bangunan Pelengkap
Bangunan-bangunan atau perlengkapan yang akan ditambahkan ke bangunan
utama diperlukan untuk keperluan sebagai berikut:
1. Pengukuran debit dan muka air di sungai maupun di saluran
2. Rumah untuk operasi pintu
3. Peralatan komunikasi, tempat teduh serta perumahan untuk tenaga
operasional, gudang dan ruang kerja untuk kegiatan operasional dan
pemeliharaan
4. Jembatan di atas bendung, agar seluruh bagian bangunan utama mudah
di jangkau, atau agar bagian-bagian itu terbuka untuk umum
5. Instalasi tenaga air mikro atau mini, tergantung pada hasil evaluasi
ekonomi serta kemungkinan hidrolik. Instalasi ini bisa dibangun di dalam
bangunan bendung atau di ujung kantong lumpur atau di awal saluran
6. Bangunan tangga ikan (fish ladder) diperlukan pada lokasi yang
senyatanya perlu dijaga keseimbangan lingkungannya sehingga
kehidupan biota tidak terganggu. Pada lokasi di luar pertimbangan
tersebut tidak diperlukan bangunan tangga ikan.
Tata letak bending dapat dilihat pada gambar berikut.

Tugas 3 – Bangunan Air


Gambar 2.1. Tata letak bendung
Sumber: Ditjen SDA, 2013

3. Perencanaan Struktur Bendung


Sebelum pembangunan sebuah konstruksi bendung terlebih dahulu
ditentukan lokasi dimana bendung itu akan dibangun. Selain itu banyak hal-hal
yang harus diperhatikan misalnya konstruksi bendung harus direncanakan
sedemikian rupa agar seluruh daerah dapat dialiri air.

3.1. Lebar Bendung


Lebar bendung adalah jarak antar kedua pangkal bendung (abutment). Lebar
bendung sebaiknya diambil sama dengan lebar rata-rata sungai atau dengan lebar
maksimum hendaknya tidak lebih dari 1,2 kali lebar rata-rata.

Tugas 3 – Bangunan Air


Lebar efektif bendung adalah lebar bendung yang bermanfaat untuk
melewatkan debit. Lebar efektif bendung lebih kecil dari lebar bendung
dikarenakan adanya pilar dan pintu penguras (KP-02, 1986 dalam Rohmah, 2019).
𝐵𝑒 = 𝐵𝑛 − 2(𝑛𝐾𝑝 + 𝐾𝑎 )𝐻1
Dimana:
Be = lebar efektif mercu
Bn = lebar mercu yang sebenarnya
n = jumlah pilar
Kp = koefisien kontraksi pilar
Ka = koefisien kontraksi
H1 = tinggi energy (m)
Nilai Kp dan Ka didapatkan berdasarkan tabel dibawah ini

Tabel 3.1. Nilai koefisien kontraksi

3.2. Mercu Bendung


Mercu bendung adalah bagian dari bendung yang berfungsi untuk mengatur
tinggi air minimum, melewatkan debit banjir dan untuk membatasi tinggi genangan
yang akan terjadi. Di Indonesia umumnya digunakan dua tipe mercu untuk bendung
pelimpah yaitu mercu bulat dan mercu ogee.

3.2.1. Mercu Bulat


Mercu bendung bulat mempunyai koefisien debit yang jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan mercu bendung ambang lebar. Pada sungai, ini akan banyak
memberikan keuntungan karena bangunan ini akan mengurangi tinggi muka air

Tugas 3 – Bangunan Air


hulu selama banjir. Harga koefisien debit menjadi lebih tinggi karena lengkung
streamline dan tekanan negatif pada mercu. Tinggi energi di atas mercu dapat
dihitung dengan persamaan tinggi energi – debit, untuk ambang bulat dan
pengontrol segi empat yaitu:

2 2
𝑄 = 𝐶𝑑 . √ . 𝑔. 𝑏. 𝐻11,5
3 3

Dimana:
Q = debit (m3/dtk)
Cd = koefisien debit (Cd=C0.C1.C2)
g = percepatan gravitasi
b = lebar mercu (m)
H1 = tinggi air di atas mercu (m)
C0 = fungsi r, jari-jari mercu
C1 = fungsi P, tinggi mercu
C2 = fungsi dan kemiringan muka hulu
C0, C1, dan C2 dapat dilihat pada gambar grafik di bawah ini

Gambar 3.1. Koefisien C0

Tugas 3 – Bangunan Air


Gambar 3.2. Koefisien C1

Gambar 3.3. Koefisien C2

Gambar 3.4. Mercu bulat

Tugas 3 – Bangunan Air


3.2.2. Mercu Ogee
Mercu Ogee adalah sebuah mercu bendung yang memiliki bentuk tirai luapan
bawah dari bendung ambang tajam aerasi. Oleh karena itu mercu ini tidak akan
memberikan tekanan sub atmosfir pada permukaan mercu sewaktu bendung
mengalirkan air pada debit rencana.Untuk debit rendah , air akan memberikan
tekanan kebawah pada mercu.

Gambar 3.5. Mercu ogee


Rumus perhitungan untuk mercu tipe ogee adalah sebagai berikut:
𝑌 1 𝑋
= [ ]𝑁
𝐻𝑑 𝑘 𝐻𝑑
Dimana:
X dan Y = koordinat-koordinat permukaan hilir bendung
Hd = tinggi air di atas mercu
k dan N = konstanta dari faktor kemiringan permukaan hulu
Nilai k dan N dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.2. Konstanta dari faktor kemiringan permukaan hulu.

Tugas 3 – Bangunan Air


Untuk jari-jari ujung mercu dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.3. Jari-jari untuk ujung mercu ogee.


Persamaan lengkung bendung:
𝑋1,85 = 2𝐻𝑑 0,85 𝑌

3.3. Bangunan Pengambilan


Perencanaan bangunan pengambilan meliputi debit pengambilan serta
dimensi lebar dan tinggi bukaan pintu pengambilan. Adapun besarnya nilai debit
yang dapat mengalir melalui pintu pengambilan harus memenuhi persamaan berikut
ini (KP-02, 1986 dalam Rohmah, 2019).
𝑄 = 𝜇𝑎𝑏√2𝑔𝑧

𝑣 = √2𝑔𝑧
1 𝑣2
𝑧= ( )
𝜇 2𝑔
Dimana:
a = tinggi bukaan pintu (m)
b = lebar bukaan pintu (m)
µ = koefisien debit dengan nilai 0,8 untuk bukaan di bawah permukaan air
g = percepatan gravitasi (m/dtk2)
z = kehilangan tinggi energy pada bukaan (m)

Elevasi ambang bangunan pengambilan ditentukan dari tinggi dasar sungai. Tinggi
ambang (p) direncanakan diatas dasar sungai dengan ketentuan sebagai berikut:

Tugas 3 – Bangunan Air


a. 0,50 m jika sungai hanya mengangkut lanau
b. 0,50 m – 1,00 m jika sungai juga mengangkut pasir dan kerikil
c. 1,00 m – 1,50 m jika sungai juga mengangkut batu-batu bongkah
Hal tersebut dimaksudkan agar sedimen-sedimen tidak ikut terbawa kedalam
saluran pengambilan.

Gambar 3.6. Pintu pengambilan.


3.4. Bangunan Peredam Energi
Dalam memilih tipe bangunan peredam energy sangat bergantung kepada
berbagai faktor antara lain adalah tinggi pembendungan, keadaan geoteknik tanah
dasar misalnya jenis batuan, lapisan, kekerasan tekan, diameter butir dan
sebagainya, jenis angkutan sedimen yang terbawa aliran sungai, kemungkinan
degradasi dasar sungai yang akan terjadi di hilir bendung, keadaan aliran yang
terjadi di bangunan peredam energi seperti aliran tidak sempurna/tenggelam,
loncatan aliran yang lebih rendah atau lebih tinggi dan sama dengan kedalaman
muka air hilir (tail water).

3.4.1. Kolam Olak


Kolam olak yang sering digunakan di Indonesia ada dua tipe, yaitu kolam
olak tipe Vlughter dan kolam olak tipe Bak tenggelam.
a. Kolam Olak Tipe Vlugter
Bentuk hidrolik kolam olak tipe Vlugter merupakan pertemuan suatu
penampang miring, penampang melengkung dan penampang lurus. Tipe ini
digunakan karena mempunyai dasar aluvial dengan sungai yang tidak banyak

Tugas 3 – Bangunan Air


membawa sedimen yang berdiameter besar. Dalamnya lantai ruang olakan
dari puncak mercu tidak lenih dari 8 meter. Perhitungan dimensi peredam
energi tipe Vlugter menggunakan rumus sebagai berikut (KP-02, 1986 dalam
Rohmah, 2019):
𝑞 = 𝑄/𝐵𝑒

3 𝑞2
ℎ𝑐 = √
𝑔
𝑧
𝑗𝑖𝑘𝑎 0,5 < ≤ 2, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑡 = 2,4ℎ𝑐 + 0,4𝑧
ℎ𝑐
𝑧
𝑗𝑖𝑘𝑎 2 < ≤ 15, 𝑚𝑎𝑘𝑎 𝑡 = 3ℎ𝑐 + 0,1𝑧
ℎ𝑐

ℎ𝑐
𝑎 = 0,28ℎ𝑐 √
𝑧

𝐷 = 𝑅 = 𝐿 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑚
Dimana:
Q = debit banjir rencana (m3/dtk)
q = debit satuan (m3/dtk/m’)
Be = lebar bending (m)
hc = kedalaman kritis (m)
g = percepatan gravitasi (m/dtk2)
a = tinggi ambang akhir (m)
D = kedalaman lantai peredam energi (m)
R = jari-jari kolam olak (m)
L = panjang lantai peredam energi (m)
z = beda tinggi muka air hulu dan hilir (m)
t = kedalam air hilir (m)
Berikut adalah gambar kolam olak tipe vlugter.

Tugas 3 – Bangunan Air


Gambar 3.7. Kolam olak tipe vlugter.

b. Kolam Olak Tipe Bak Tenggelam


Kolam olak tipe Bak Tenggelam telah digunakan sejak lama dengan sangat
berhasil pada bendung-bendung rendah dan untuk bilangan-bilangan Fruode
rendah. Kriteria- kriteria dasar sebagaimana diberikan oleh USBR sulit untuk
diterapkan bagi perencanaan bendung dengan tinggi energi rendah.
Perhitungan dimensi peredam energi menggunakan rumus sebagai berikut
(KP-02, 1986 dalam Rohmah, 2019):

3 𝑞2
ℎ𝑐 = √
𝑔

dimana:
hc = kedalaman kritis (m)
g = percepatan gravitasi (m/dtk2)
q = debit persatuan lebar (m3/dtk/m’)
Berikut adalah gambar kolam olak tipe bak tenggelam.

Tugas 3 – Bangunan Air


Gambar 3.8. Kolam olak tipe bak tenggelam.

4. Soal Dan Jawab


1. Berapakah besarnya debit aliran pada permukaan pelimpah seperti gambar di
bawah ini?

Gambar 4.1. Permukaan hilir dari suatu pelimpah


Jawaban:
Apabila lebar pelimpah (tegak lurus bidang gambar) diambil satu satuan lebar
maka debit tiap satuan lebar dapat dinyatakan sebagai :

Tugas 3 – Bangunan Air


2.

Gambar 4.2. Aliran melalui suatu pelimpah.


Suatu aliran melalui suatu pelimpah seperti pada gamabr 4.2. di atas mempunyai
kecepatan rata-rata hulu sama dengan µ̅1 dan kecepatan rata-rata pada penampang
2 sama dengan µ̅2. Pada penampang 2 elevasi permukaan air adalah + 30,5 m dan
elevasi permukaan hilir pelimpah adalah + 30 m. Permukaan hilir pelimpah
membentuk sudut θ=600 dengan horizontal. Kecepatan aliran dipermukaan air di
penampang 2 adalah 6,1 m/det. Hitung tekanan dan kecepatan aliran pada
permukaan pelimpah pada penampang 2. Apabila dasar saluran ( di hulu bendung )
pada elevasi +29 m, hitung kedalaman dan kecepatan aliran di saluran.

Jawaban:

Tugas 3 – Bangunan Air


3. Suatu aliran air di bawah suatu struktur bangunan seperti tampak pada gambar
4.3 di bawah ini mempunyai lebar 1,20 meter (tegak lurus bidang gambar).
Berapa besar komponen-komponen gaya yang dikerjakan oleh aliran pada
struktur bangunan tersebut? α = 1.

Tugas 3 – Bangunan Air


Gambar 4.3. Suatu aliran air di bawah suatu struktur bangunan.
Jawaban:

Tugas 3 – Bangunan Air


4. Sejumlah air mengalir suatu kolam olak yang berbentuk seperti pada
gambar 4.4 di bawah ini. Di ujung hilir kolam yaitu di penampang B aliran
dianggap berbentuk pancaran bebas. Apabila berat air di antara penampang
A dan penampang B diperkirakan sebesar 2,69 kN maka tentukan besar dan
arah komponen horizontal dan komponen vertikal dari resultante gaya yang
dikerjakan oleh aliran pada permukaan kolam golak AB. α= 1.

Gambar 4.4. Suatu aliran melalui kolam olak.


Jawaban:

Tugas 3 – Bangunan Air


5. Di dalam suatu aliran melalui suatu pintu air bukaan bawah (under sluice)
seperti tampak pada gambar 4.5 di bawah ini, kehilangan energi diabaikan.
Apabila kedalaman air tepat pada vena kontrakta adalah hc=45 cm dan
kedalam air dihilir adalah h2=200 cm, tentukan kedalaman air tepat di hulu
𝑢12
pintu (h1). Pada penerapan hokum energy besarnya dianggap sama dengan
2𝑔

nol untuk memindahkan / menyederhanakan perhitungan . Beri alasan


pengambilan asumsi atau anggapan tersebut.

Tugas 3 – Bangunan Air


Gambar 4.5. Aliran melalui pintu air bukaan bawah.

Jawaban:

Tugas 3 – Bangunan Air


6. Suatu aliran melalui bendung pelimpah (weir) seperti tampak pada Gambar
4.6 mempunyai debit tiap satuan lebar (tegak lurus bidang gambar) sebesar
q=10 m3/det m. Apabila dikehendaki bahwa kehilangan energi di kaki
pelimpah adalah sebesar 2 mN/N, tentukan elevasi lantai dasar saluran
dimana terjadi loncatan air.

Gambar 4.6. Suatu loncatan air di bawah pelimpah.

Tugas 3 – Bangunan Air


Jawaban:

Tugas 3 – Bangunan Air


7.

Gambar 4.7. Ruang olakan tipe vlugter.

8. Diketahui lebar total bendung (Bt) adalah 45 meter dengan jumlah pilar 2
buah. Lebar pilar (t) adalah 1,50 meter. Koefisien kontraksi pilar (Kp) adalah
0,01 dan koefisien kontraksi pangkal bendung (Ka) adalah 0,00 dengan ujung
pangkal tembok bulat bersudut 450. Tentukan lebar efektif bendung (Be).
Jawaban:
B = Bt – t = 45 – 2.1,50 = 42 m
Be = B – 2(n.Kp +Ka)He
Be = 42 – 0,04He
Bila diandaikan tinggi energi (He) adalah 3 meter, maka Be = 41,88 m

9. Diketahui sebuah bendung dengan data berikut:


Debit banjir desain (Qd) = 278 m3/dtk
Lebar efektif bendung (Be) = 27,50 m
Debit persatuan panjang (q) = 10,11 m3/dtk/m
Tinggi air di udik (h) = 2,49 m
Tiggi air di hilir (TW) = +139,60 m
Hitung tinggi air kritis (hc)

Tugas 3 – Bangunan Air


Jawaban:
𝑞2
ℎ𝑐 = √ 𝑔

10,112
ℎ𝑐 = √ = 𝟐, 𝟏𝟖 𝒎
9,81

10. Dari soal nomor 9 di atas, hitunglah lengkungan (Rmin).

Jawaban:
𝑅𝑚𝑖𝑛 ℎ1
= 1,55 𝑚; 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 ≤2
ℎ𝑐 ℎ𝑐
ℎ1 2,49
= = 1,14 𝑚; 1,14 < 2 𝑚𝑎𝑘𝑎
ℎ𝑐 2,18
𝑅𝑚𝑖𝑛 = 1,55 𝑥 2,18 = 3,379 𝑚 ~𝟒, 𝟎𝟎 𝒎

11. Dari soal 9 di atas, hitung kedalaman air minimum (Tmin).

Jawaban:
𝑇𝑚𝑖𝑛 ℎ1
= 1,88 ( ) 10,215 = 𝟒, 𝟐𝟏 𝒎
ℎ𝑐 ℎ𝑐

12. Dari soal nomor 9 di atas, hitunglah dasar cekungan (bucket invert)

Jawaban:
= TW – Tmin
= +136,69 – 4,21 = +135,48

13. Diketahui debit intake adalah 7,7 m3/dtk, tinggi air (h) adalah 1,20 m.
Perbedaan ketinggian muka air udik dan hilir (z) adalah 0,40 m. Hitung
dimensi lubang intake.

Jawaban:
𝑄 = 𝑐. 𝑏. ℎ1/2 ; 𝑐 = 1,7

7,7 = 1,7. 𝑏. 1,21/2


7,7
𝑏= . 1,21/2 = 4𝑚2
1,7

Tugas 3 – Bangunan Air


Lebar lubang intake dibuat dua buah dengan lebar masing-masing 2m2.
14.

15.

Tugas 3 – Bangunan Air


16.

Gambar 4.8. Diagram pembagian kecepatan aliran di dalam saluran terbuka.


Suatu persamaan empiris untuk pembagian aliran di dalam suatu saluran
terbuka horizontal dinyatakan sebagai berikut : u = 10z1/7 dimana u adalah
kecepatan pada jarak z m diatas dasar saluran. Apabila kedalaman aliran 0,9
m berapakah besarnya debit aliran tiap satuan lebar saluran (tegak lurus
bidang gambar).
Jawaban:

17. Suatu aliran dengan kecepatan tinggi melalui suatu bidang miring seperti pada
gambar 4.9 di bawah ini. Apabila semua kehilangan energi diabaikan, hitung
dua kemungkinan kedalaman aliran di penampang B.

Gambar 4.9. Penampang memanjang saluran lebar 2m dengan kemiringan


dasar.

Tugas 3 – Bangunan Air


Jawaban:

18. Apabila saluran pada gambar 4.9 di dalam soal nomor 17 mengalami
perubahan lebar dari BA=2m di penampang A sampai lebar BB=3m di
penampang B, tentukan dua kemungkinan kedalaman air di penampang B
kehilangan ketinggian energi Δh =0,3 m N / N .
Jawaban:

Tugas 3 – Bangunan Air


19. Suatu tanjakan berombak seperti tampak pada gambar 4.10 di bawah
digunakan sebagai peredam energi di dalam suatu aliran saluran terbuka
berpenampang persegi empat. Apabila debit aliran tiap satuan lebar adalah
q=5,40 m3/det/m, hitunglah besarnya kehilangan energi.

Gambar 4.10. Suatu bentuk peredam energi.


Jawaban:

Penerapan persamaan energi antara penampang 1 sampai penampang 2


menghasilkan persamaan :

Tugas 3 – Bangunan Air


20. Dari soal nomor 19 di atas, hitunglah besarnya daya yang dapat di redam.
Jawaban:
𝛾𝑄∆𝐻 9806. 5,4.1,4
𝑝= 𝐻𝑃 = = 𝟗𝟗, 𝟑𝟕 𝑯𝑷/𝒎
746 746

Tugas 3 – Bangunan Air


DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Adifitra, 2019. “Tinjauan Perencanaan Bendung Bajo Provinsi Sulawesi
Selatan”

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan


Perumahan Rakyat, 2013. “Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan
Bagian Bangunan Utama (Head Works) KP-02”

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi, 2016.
“Perencanaan Bangunan Utama (Bendung) Diklat Teknis Perencanaan Irigasi
Tingkat Dasar”

Rohmah, 2019. “ Peninjauan Ulang Perhitungan Stabilitas Bendung PLTM Lambur


2 X 4 MW Kabupaten Pekalongan”

Anonim, “Kinematika Fluida”

Mawardi dan Memed, 2010. “Desain Hidraulik Bendung Tetap Untuk Irigasi”
cetakan ke empat

Tugas 3 – Bangunan Air

Anda mungkin juga menyukai