Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PEMERIKSAAN KADAR AIR, BERAT JENIS,


DAN BERAT ISI KAYU

1.1. Pendahuluan
Pemeriksaan berat jenis, kadar air, dan berat isi kayu merupakan hal yang
penting untuk mengetahui kuat kelas kayu dan kondisi kayu apakah sudah
kering udara atau belum.

1.2. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui cara memeriksa berat
jenis, kadar air, dan berat isi kayu. Pemeriksaan kadar air kayu bertujuan
untuk mengetahui apakah kayu masih basah atau sudah kering udara.

1.3. Dasar teori


a) ASTM D 2395-69
b) SNI
Berdasarkan pengujian yang di laksanakan diperoleh hasil pengujian
kelas kuat kayu PUBI 1982 37-3 dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1 Kelas kayu berdasarkan PUBI-1982 37-3

Kelas kuat Berat Jenis Kuat Lentur Kekuatan tekan


Kering Udara Mutlak (kg/cm2) Mutlak (kg/cm2)
I >90 >1100 >650
II 0,8 – 0,9 725-1100 425 – 650
III 0,4 – 0,8 500-725 300 – 425
IV 0,3 – 0,4 360-500 215 – 300
Sumber : PUBI 1982
Berdasarkan pengujian yang di laksanakan diperoleh hasil pengujian
kelas kuat kayu Menurut PPKI-NI 5-1961 & Kelas kuat Menurut SNI
dapat dilihat pada tabel 2 berikut.

1
Tabel 1.2 Beda kelas Kayu Menurut PPKI-NI 5-1961

Kelas Kuat Kayu Berat Jenis Kayu


I >0,90
II 0,90 – 0,60
III 0,60 – 0,40
IV 0,40 – 0,30
V >0,30
Sumber : PPKI-NI 5-1961
Tabel 1.3 Kelas Kuat Kayu Menurut SNI

Kelas Kuat Kayu Berat Jenis Kayu


Sangat ringan >0,90
Berat 0,79 – 0,9
Berat sedang 0,60 – 0,75
Ringan <0,6
Sumber : SNI 2002

1.4. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Hari/Tanggal : Jum’at, 17 Juli 2020


Waktu : 13.00 WIB – Selesai
Tempat : Laboratorium Struktur Teknik Sipil Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya

1.5. Alat dan Bahan


1. Kayu (Lanan, Benuas, dan Hutan),
2. Gergaji
3. Penggaris
4. Timbangan
5. Tungku pengering (oven)

1.6. Prosedur Pelaksanaan


1.6.1. Pengujian Kadar Air
a. Mempersiapkan peralatan dan bahan yang digunakan.
b. Timbang benda uji dengan ketelitian 0,001 Kg (A).
c. Mengoven benda uji selama 24 jam.

2
d. Setelah 24 jam, benda uji dikeluarkan dari oven dan dibiarkan dingin.
e. Menimbang kembali benda uji setelah dingin (B)
f. Menghitung berdasarkan rumus perhitungan kadar air dengan satuan
persen

1.6.2. Pengujian Berat Jenis dan Berat Isi


a. Menyiapkan peralatan dan bahan yang diperlukan
b. Menimbang benda uji pada keadaan kedap air aslinya (B1)
c. Mengukur dimensi benda uji (panjang, lebar dan tebal)
d. Menghitung Volume (V) sampel kayu yang ada dengan satuan cm3.
e. Oven benda uji selama 24 jam
f. Menimbang berat kayu setelah dioven (B2) dengan satuan gr
g. Tentukan berat jenis kayu dan berat dengan satuan gr/ cm3.

1.7. Rumus Perhitungan


a) Kadar air
B1−B2
kadar air kayu= ×100 %=… %
B2
b) Berat Jenis
B2
berat jenis kayu= =…
V
c) Berat Isi
B1
berat isi kayu= =…
V

Keterangan :
B1 = Berat kayu sebelum dioven
B2 = Berat kayu sesudah dioven
V = Volume kayu

1.8. Hasil dan Pembahasan

3
Berdasarkan hasil Pratikum dilaboratorium diperoleh data dari beberapa jenis
kayu bisa dilihat dari tabel dibawah ini.

a) Kayu Benuas

Tabel 1.4 Sifat Fisik Kayu Benuas

Sampel
Uraian Satuan Rata-Rata
1 2 3
142,8 136,5
Berat Kayu Awal (B1) Gram 8 131,13 8 136,86
Berat Kayu Setelah di Oven
(B2) gram 94,48 86,38 89,7 90,19
129,8
Volume (V) cm3 145 130,05 5 134,97
Luas Penampang (A) cm2 29 25,5 25,97 26,82
51,22 52,26
Kadar Air (W) % 8 51,806 3 51,766
Berat Jenis gr/cm3 0,652 0,664 0,691 0,669
Berat Isi gr/cm3 0,985 1,008 1,052 1,015
Sumber: Hasil pemeriksaan 2020
Contoh Perhitungan
a) Kadar air
142,88−94,48
kadar air kayu= ×100 %=51,228 %
94,48
b) Berat Jenis
94,48
berat jenis kayu= =0,652
145
c) Berat Isi
142,88
berat isi kayu= =0,985
145

Pemeriksaan kadar air, berat jenis, dan berat isi pada kayu benuas
didapati berat jenis rata-rata adalah sebesar 136,86, kemudian setelah
kayu di oven, berat jenis yang didapat ternyata mengalami penurunan
menjadi 90,19, dan mengalami perubahan berat jenis sebesar 46,67 gram
dari berat jenis yang semula.
b) Kayu Meranti

4
Hasil pengujian pada Kayu Meranti dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.5 Sifat Fisik Kayu Meranti

Sampel
Uraian Satuan Rata-Rata
1 2 3
Berat Kayu Awal (B1) gram 98,72 99,88 100,38 99,66
Berat Kayu Setelah di Oven B2 gram 83,96 84,27 85,1 84,44
Volume (V) cm3 112,5 119,6 112,5 114,87
Luas Penampang (A) cm 2 22,5 23,92 22,5 22,97
Kadar Air (W) % 17,580 18,524 17,955 18,020
Berat Jenis gr/cm3 0,746 0,705 0,756 0,736
Berat Isi gr/cm3 0,878 0,835 0,892 0,868
Sumber: Hasil pemeriksaan 2020
Contoh Perhitungan
a) Kadar air
98,72−83,96
kadar air kayu= × 100 %=17,580 %
83,96
b) Berat Jenis
83,96
berat jenis kayu= =0,746
112,5
c) Berat Isi
98,72
berat isi kayu= =0,878
112,5

Pemeriksaan kadar air, berat jenis, dan berat isi pada kayu meranti
didapati berat jenis rata-rata adalah sebesar 99.66, kemudian setelah kayu
di oven, berat jenis yang didapat ternyata mengalami penurunan menjadi
84.44, dan mengalami perubahan berat jenis sebesar 15,22 gram dari
berat jenis yang semula.

5
c) Kayu Hutan
Hasil pengujian pada Kayu Hutan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.6 Hasil Perhitungan Kayu Hutan

Satua Sampel Rata-Rata


Uraian
n 1 2 3
Berat Kayu Awal (B1) gram 62,6 65,25 70,26 66,04
Berat Kayu Setelah di Oven B2 gram 53,66 54,12 58,43 55,40
108,2
Volume (V) cm3 9 97,29 108,1 104,56
Luas Penampang (A) cm2 22,56 20,7 21,62 21,63
16,66 20,56 20,24
Kadar Air (W) % 0 5 6 19,157
Berat Jenis gr/cm3 0,496 0,556 0,541 0,531
Berat Isi gr/cm3 0,578 0,671 0,650 0,633
Sumber: Hasil pemeriksaan Kayu Jenis Hutan

Contoh Perhitungan
a) Kadar air
62,60−53,66
kadar air kayu= ×100 %=16,660 %
53,66
b) Berat Jenis
53,66
berat jenis kayu= =0,496
108,29
c) Berat Isi
62,60
berat isi kayu= =0,578
108,29
Pemeriksaan kadar air, berat jenis, dan berat isi pada kayu hutan
didapati berat jenis rata-rata adalah sebesar 66,04 kemudian setelah kayu di
oven, berat jenis yang didapat ternyata mengalami penurunan menjadi 55,40
dan mengalami perubahan berat jenis sebesar 10,65 gram dari berat jenis
yang semula.

1.9. Penutup
1.9.1. Kesimpulan

6
Berdasarkan hasil pengujian kadar air, berat jenis dan berat isi kayu
dapat diambil kesimpulan bahwa setiap kayu memiliki kadar air, berat jenis
dan berat isi kayu yang berbeda-beda sebagimana data yang di dapat pada
pngujian ini, yaitu sebagai berikut :
a) Kayu Lanan memiliki kadar air, berat jenis dan berat kayu berturut-turut
sebesar 0,23%, 0,66 dan 0,82.
b) Kayu Meranti memiliki kadar air, berat jenis dan berat kayu berturut-
turut sebesar 0,20%, 0,77 dan 0,92
c) Kayu Hutan memiliki kadar air, berat jenis dan berat kayu berturut-turut
sebesar 0,19%, 0,52, 0,61

1.9.2. Saran
Dalam pemeriksaan kadar air, berat jenis, dan bobot isi kayu sangat
diperlukan ketelitian dalam perhitungannya.

BAB II

7
PEMERIKSAAN KUAT TEKAN KAYU

2.1. Pendahuluan
Kuat tekan kayu adalah nilai yang digunakan untuk mengetahui kelas
kuat kayu. Kelas kuat kayu adalah tolak ukur yang akan kita gunakan di
lapangan untuk menentukan dimensi kayu dan harus didasarkan pada
pembebanan yang bekerja.

2.2. Tujuan
Untuk mengetahui cara menguji kuat tekan kayu searah serat.

2.3. Dasar Teori


Tabel 2.1 Kelas kayu berdasarkan PUBI-1928 37-3

Kelas Kuat Berat Jenis Kuat lentur Mutlak Kekuatan Tekan


Kering Udara (kg/cm2) Mutlak (kg/cm)
I >0,9 >1100 >650
II 0,8 – 0,9 725 – 1100 245 – 650
III 0,4 – 0,8 500 – 725 300 – 425
IV 0,3 – 0,4 360 – 500 215 – 300
Sumber : PUBI-1928 37-3
Tabel 2.2 Beda kelas Kayu Menurut PPKI-NI 5-1961

Kelas Kuat Kayu Berat Jenis Kayu


I >0,90
II 0,90 – 0,60
III 0,60 – 0,40
Kelas Kuat Kayu Berat Jenis Kayu
IV 0,40 – 0,30
V >0,30
Sumber : PPKI-NI 5-1961

Tabel 2.3 Kelas Kuat Kayu Menurut SNI

Kelas Kuat Kayu Berat Jenis Kayu


Sangat ringan >0,90
Berat 0,79 – 0,9
Berat sedang 0,60 – 0,75
Ringan <0,6

8
Sumber : SNI 2002
2.4. Tempat dan Waktu Pelaksanaa

Hari/Tanggal : Jum’at, 17 Juli 2020


Waktu : 13.00 WIB – Selesai
Tempat : Laboratorium Struktur Teknik Sipil Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya

2.5. Alat dan Bahan


1. Kayu (meranti, benuas, dan Hutan) ukuran 5 ×5 ×15
2. Mesin uji tekan
3. Mistar ukur
4. Alat tulis dan alat hitung

2.6. Prosedur Pelaksanaan


1. Menyiapkan peralatan dan benda uji
2. Mengukur dimensi penampang kayu yang akan meneerima tekaanan
(panjang dan lebar)
3. Menghitung luas penampang kayu tersebut (A)
4. Menempatkan benda uji kayu pada mesin uji tekan.
5. Memberikan pembebanan dengan perlahan sampai benda uji mengalami
keruntuhan.
6. Mencatat beban maksimum (P)
7. Memeriksa satu benda uji setelah patah
8. Melakukan penghitungan kuat tekan yang dihasilkan dengan satuan kg/cm2
dan mengkonfersikan menjadi kN/cm2.
9. Menggambar pola keruntuhan yang terjadi pada benda uji.

2.7. Rumus Perhitungan


1. Kuat tekan
p×n
kuat tekan=
A

Dimana :

9
P = Hasil kuat tekan (kg)

n = Angka kalibrasi (101,97)

A = Luas Penampang kayu (cm2)

10
2.8. Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan pengujian yang di laksanakan diperoleh hasil pengujian kuat tekan kayu Hutan,Benuas,Mirantidapat dilihat di
table bawah ini
2.8.1 Hasil perhitungan
Tabel 2.4 Hasil Perhitungan Kayu Benuas, Meranti, dan Hutan

Sumber : Pemeriksaan kuat tekan kayu 2020

11
Contoh Perhitungan
Kuat tekan
100 ×101,97
kuat tekan=
23,000 = 443,35
2.8.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan kayu diperoleh bahwa, kuat
tekan dari 3 sampel kayu Lanin berturut-turut adalah 392,19 kg/cm 2,
433,91 kg/cm2 dan 400,83 kg/cm2. Sedangkan kuat tekan dari 3 sampel
kayu Banuas berturut-turut adalah 443,35 kg/cm2, 250,34 kg/cm2, dan
408,53 kg/cm2. Dan untuk kuat tekan dari 3 sampel kayu hutan berturut-
turut adalah 385,70 kg/cm2, 345,83 kg/cm2, dan 323,13 kg/cm2.

12
BAB III

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN BETON

3.1. Pendahuluan
Pengujian beton merupakan bagian dari pengendalian mutu beton.
Pengendalian mutu beton dimaksud agar yang tercetak minimal sama dengan
mutu rencananya, sebagai dalam perhitungan rencana bahan susun. Pengujian
bahan beton dimulai sejak pengujian bahan susunnya, beton segar hingga
telah tercetak. Pengujian bahan susun beton meliputi segala syarat yang telah
ditetapkan. Pengujian beton keras meliputi : uji tarik lentuk, uji tarik belah,
uji desak dan uji hammer test. Semua test tersebut dimaksudkan untuk
mengetahui secara pasti apakah mutu beton yang telah dibuat tersebut sesuai
dengan rencana awal, sehingga dengan demikian akan menjadi jelas apa yang
akan dihasilkan.

3.2. Tujuan
Untuk mengetahui langkah pengujian kuat tekan beton dan mengetahui
besarnya nilai kuat tekan beton uji.

3.3. Dasar Teori


a. ASTM C39-86
b. SNI

13
Tabel 3.1 Mutu beton SNI DT 91-2007

3.4. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Hari/Tanggal : Senin, 20 Mei 2019


Waktu : 13.00 WIB – Selesai
Tempat : Laboratorium Struktur Teknik Sipil Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya

3.5. Alat dan Bahan


3.5.1. Alat
1. Mesin uji kuat tekan
2. Cetakan beton kubus beton 15 x 15 x 15
3. Alat slump test
4. Cangkul dan cetok
5. Mistar ukur
6. Alat tulis dan alat hitung
3.5.2. Bahan
1. Pasir
2. Kerikil
3. Semen
4. Air

3.6. Prosedur Pelaksanaan


a. Menyiapkan bahan material dan perlatan yang dibutuhkan

14
b. Membuat perhitungan perkiraan kebutuhan bahan seperti semen, pasir,
kerikil dan air
c. Melakukan pencampuran material beton sebagaimana komposisi yang
telah ditentukan
d. Setelah bahan campuran beton tercampur, melakukan pengujian dengan
alat Slump Test untuk menentukan jenis fungsi beton yang akan
direncanakan berdasarkan factor air semen yang dihasilkan.
e. Memasukkan campuran beton kedalam cetakan kubus beton dan
mendiamkan selama 24 jam
f. Membuka cetakan beton setelah 24 jam, kemudian menimbang berat beton
serta melakukan pengukuran dimensi beton tersebut (panjang, leebar, dan
tinggi)
g. Melakukan pemeraman beton dengan cara melakukan perendaman beton
dengan waktu yang telah ditentukan
h. Setelah pemeraman dengan perendaman selesai, angkat beton tersebut dan
mendiamkan sampai beton tersebut kering, kemudian melakukan
penimbangan kembali.
i. Menempatkan benda uji pada meesin uji tekan
j. Memberikan pembebanan dengan perlahan sampai benda uji mengalami
keruntuhan.
k. Mencatat beban maksimum (P)
l. Memeriksa satu benda uji setelah patah
m. Melakukan penghitungan kuat tekan yang dihasilkan dengan satuan kg/cm2
dan mengkonfersikan menjadi kN/cm2.
n. Menggambar pola keruntuhan yang terjadi pada benda uji.

3.7. Rumus Perhitungan


1. Kuat tekan
p×n
kuat tekan=
A

15
3.8. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan pengujian yang di laksanakan diperoleh hasil pemeriksaan uji kuat tekan Beton mutu K - 150 dapat dilihat pada
tabel 3.8.1 berikut.

3.8.1. Hasil Perhitungan


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
FTI- LABORATORIUM STRUKTUR
Jl. RTA Milono Km 1,5 Telp. (0536) 3237108 Palangka Raya

Kegiatan : Praktikum Teknologi Bahan Tanggal : 21 Juli 2020


Material : Beton Diperiksa :
Jenis Material : Beton K-150 Angka Kalibrasi : 101,97

Umur Slump Ukuran Luasan Volume Berat Berat Isi Beban Maks. Beban Maks. Kuat Tekan Konversi Kuat Konversi Kuat Keterangan
(Hari) (cm) (cm) (cm2) (cm3) (gr) (gr/cm3) (kN) (kg) (Kg/cm2)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (15) (16) (17)
Beton kl-1 (1) 14-Jul-20 21-Jul-20 7 Hari 5,5 15 x 15 x 15 225,000 3375 7.748 2,296 220 22433,40 99,70 230,77 153,39 Tidak Digetar
Beton kl-1 (2) 14-Jul-20 21-Jul-20 7 Hari 5,5 15 x 15 x 15 225,000 3375 7.783 2,306 230 23453,10 104,24 170,45 355,03 Tidak Digetar

Sumber : Pemeriksaan Kuat Tekan Beton K-150( 2020 )

Contoh Perhitungan
Kuat tekan

16
100 ×101,97
kuat tekan=
26,000 = 392,12 kg/cm .
2

17
3.8.2. Pembahasan
Berdasarkan hasil pembuatan beton yang telah dilakuakan, dari data
ditunjukkan bahwa mutu beton tidak mencapai mutu yang ditargetkan.
Dalam hal ini, awalnya mutu beton yang ditargetkan adalah beton mutu K-
275 dan hasil yang dicapai memenuhi syarat. Berikut beberapa faktor yang
mempengaruhi muutu beton adalah Jumlah semen pada tiap m3beton, faktor
air semen, gradasi aggregat, kekerasan aggregat, kebersihan aggregrat,
jenis dan kualitas semen, cara dan lama pengadukan, cara pemadatan, dan
Temperatur.

Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan beton diperoleh bahwa, disetiap


hari atau minggunya umur sebuah beton akan memiliki kuat tekan yang
meningkat, bahkan pada umur ke-28 hari adalah umur dimana beton
dianggap matang, seperti pada data kuat tekan pada hari ke-3 adalah 124,63
kg/cm2 dan 122,36 kg/cm2, kemudian pada hari ke-28 kuat tekan meningkat
menjadi 270,93 kg/cm2 dan 266,01 kg/cm2.

18
BAB IV

PEMERIKSAAN DIAMETER BESI

4.1. Pendahuluan
Diameter besi yang digunakan dalam struktur bangunan dan dipasarkan
di Indonesia adalah diameter 6mm,8mm, 10 mm, 12 mm, 13 mm,16 mm, 19
mm, 20 mm, 22 mm, 25 mm, 28 mm, 32 mm, 40 mm dan 50 mm

4.2. Tujuan
Untuk mengetahui diameter masing – masing besi.

4.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Hari/Tanggal : Jum’at, 17 Juli 2020


Waktu : 13.00 WIB – Selesai
Tempat : Laboratorium Struktur Teknik Sipil Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya

4.4. Alat dan Bahan


4.4.1. Alat
a. Timbangan dengan ketelitian 0,001 gram
b. Mistar Ukur
c. Alat tulis dan alat hitung
4.4.2. Bahan
a. 3 Macam Besi

4.5. Prosedur Pelaksanaan


a. Menyiapakan bahan material yang diperlukan.
b. Melakukan penimbangan sesuai dengan masing-masing ukuran besi.
c. Menghitung berat besi dengan pendekatan per meter yang dimiliki dngan
menyesuaikan panjang besi/benda uji.
d. Melakukan perhitungan diameter besi.

19
4.6. Rumus Perhitungan
Diameter Besi=12,736 √ m
Dimana : m = berat besi permeter (kg)

4.7. Hasil dan pembahasan


Berdasarkan pengujian yang di laksanakan diperoleh hasil pemeriksaan
diameter besi Ulir 16 mm,Polos 10 mm dan Polos 16 mm
4.7.1. Hasil Perhitungan
Tabel 4.1 Diameter Besi yang digunakan

Sumber: Hasil Pemeriksaan (2020)

Contoh Perhitungan

Diameter Besi=12,736 √1,536 = 15,664

4.7.2. Pembahasan
Berdasarkan pemeriksaan diameter besi diatas diketahui bahwa setiap
besi memiliki diameter yang berbeda dan diameternya dapat dihitung
dengan rumus yang ada. Seperti pada 3 sampel besi ulir masing-masing
memiliki diameter 15,66 mm; 15,61 mm; dan 15,39 mm. Sedangkan pada 3
sampel besi polos (A) masing-masing memiliki diameter 10,72 mm; 10,73
mm; 10,69 mm. Dan pada sampel besi polos (B) masing-masing memiliki
diameter 15,89 mm; 15,83 mm; 15,67 mm

20
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Dari uji kuat tekan kayu yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa setiap jenis kayu tidak memiliki kuat tekan yang sama. Kuat tekan
kayu rata-rata pada kayu benuas, meranti, dan hutan berturut-turut adalah
sebagai berikut 408,08kg/cm2, 367,41 kg/cm2, dan 351,55 kg/cm2.
2. Berdasarkan hasil pengujian diatas dapat disimpulkan bahwa, distap hari
atau minggunya umur sebuah beton akan bertambah dan kuat tekannya
pun akan bertambah. Namun, tidak semua pembuatan beton berhasil
mencapai mutu yang ditargetkan. Hal ini dapat terjadi karena banyaknya
faktor yang mempengaruhi mutu beton seperti yang telah disebutkan
pada pembahasan diatas.
3. Pada hasil uji diatas, dapat disimpulkan bahwa diameter suatu besi dapat
kita ketahui melalu rumus yang ada dengan cara mengukur panjang

5.2 Saran
1. Dalam melakukan pengujian kuat tekan lebih di perhatikan lagi ketelitian
dalam pengujian dan mengkonveksi satuannya.
2. Dalam pembuatan beton haruslah memperhatikan beberapa faktor yang
mungkin saja bisa membuat mutu beton tidak mencapai target, karena itu
sangat diperlukan ketelitian dalam menentukan kualitas material maupun
dalam perhitungan
3. Hati-hati dalam mengkonversi ke angka koreksi dan dalam penghitungan
diameter besi.

21

Anda mungkin juga menyukai