Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN KADAR AIR KAYU

1.1 PENDAHULUAN
Pemeriksaan berat jenis dan kadar air kayu merupakan hal yang paling
penting untuk mengetahui kelas kuat kayu dan kondisi kayu sudah kering udara
atau belum.

1.2 TUJUAN
Tujuan pemeriksaan ini untuk mengetahui cara memeriksa berat jenis air
kayu.

1.3 LANDASAN TEORI


1.3.1 Pengujian Kadar Air Pada Kayu
Menurut PUBI-1982 pasal 37, kayu yang dimaksud disini adalah kayu
yang digunakan sebagai bahan bangunan. Kayu yang digunakan sebagai bahan
bangunan adalah kayu olahan yang diperoleh dengan jalan mengkonversikan kayu
bulat menjadi kayu berbentuk balok, papan atau bentuk-bentuk lain sesuai dengan
penggunaannya.
Kadar air kayu adalah banyaknya air yang terdapat di dalam kayu atau
produk biasanya dinyatakan secara kuantitatif dalam persen (%) terdapat berat
kayu bebas air atau Berat Kering Tanur (BKT), namun dapat juga dipakai satuan
terhadap berat basahnya. Berat kering Tanur dijadikan sebagai dasar karena
merupakan indikasi dari jumlah substansi/bahan solid yang ada (Panshin dan De
Zeeuw,1980).
Tujuan lainnya kayu dikeringkan agar regangan yang terjadi pada kayu
tidak terlalu besar (PPKI, 1961). Menurut PPKI 1961 ada 4 jenis kadar air pada
kayu yaitu :
a. Kadar air kering oven, dimana kadar airnya 0%.
b. Kadar air kayu kering udara < 24%.
c. Kadar air kayu jenuh serat berkisar antara 24-30%.
d. Kadar air kayu basah berkisar antara 20-400%.

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KELOMPOK 4C 1


`
e. Untuk menentukan kadar air kayu dapat digunakan rumus sebagai
berikut:
𝐵1 − 𝐵2
𝜔=
× 100
𝐵2
Dimana :
B1 = Berat awal
(gr)
B2 = Berat oven (gr)

1.3.2 Pengujian Berat Jenis Kayu


Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda, antara 0,2 (kayu balsa)
sampai 1,28 (kayu nani). Berat jenis merupakan petunjuk untuk menentukan sifat
– sifat kayu. Makin berat kayu maka kekuatan kayu makin besar sebaliknya makin
ringan kayu makin kecil pula kekuatannya. Berat jenis tergantung oleh tebal sel,
kecilnya rongga sel yang membentuk pori-pori. (Muhtarom Riyadi dan Amalia,
Teknologi Bahan 1, 2005).
Berat jenis adalah perbandingan antara kerapatan kayu tersebut dengan
kerapatan air pada suhu 4˚C, dimana pada suhu standar tersebut kerapatan air
sebesar 1 gr atau cm3 (Haygreen et al.2003). Dalam penggunaanya kayu harus di
perhatikan kekuatannya, agar sesuai dalam penggunaanya. Kekuatan kayu tersebut
diklasifikasikan agar dapat digunakan secara tepat sesuai dengan kegunaannya
dalam kosntruksi. Kekerasan kayu berbanding lurus dengan kepadatannya. Maka
semakin keras kayu tersebut makin padat pula kayu tersebut. Sehingga kekuatan
kayu tersebut makin besar untuk menopang beban.
Kekuatan kayu dibedakan menjadi 5 kelas, yang mana persyaratan
masing- masing kelas menurut DEN BERGER di turuntukan sebagai berikut :
Tabel 1.1 Kelas Kuat Kayu Berdasarkan Berat Jenis Kering Udara
Kelas Berat jenis kering Kekuatan lentur Kekuatan tekan
Kuat udara mutlak (kg/cm2) mutlak (kg/cm2)
I >0,9 >1100 >650
II 0,9 – 0,60 1100 – 725 650 – 425
III 0,60 – 0,40 725 – 500 425 – 300
IV 0,40 – 0,30 500 – 360 300 – 215
V <0,30 <360 <215
(Sumber: PUBI 1982 Pasal 37 Tabel 37 – 3)

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KELOMPOK 4C 2


`
Kelas kuat kayu di bagi menjadi 5 yaitu :
1. Kayu kelas 1 digunakan untuk keperluan konstruksi berat, tidak
dilindungi dan terkena tanah lembab. Yang termasuk kayu tingkat 1
antara lain adalah kayu jati, merbau, bangkirai belian dan resak.
2. Kayu kelas II digunakan untuk keperluan konstruksi berat, tidak
terlindung dan terkena tanah lembab. Yang termasuk tingkat II antara
lain adalah rasamala, merawan, jati dan lain-lain.
3. Kayu kelas III digunakan untuk keperluan konstruksi berat yang
terlindung. yang termasuk tingkat III antara lain kayu puspa, kamper,
kruing.
4. Kayu kelas IV digunakan untuk konstruksi ringan yang terlindung.
antara lain adalah kayu meranti, suren, dan lain-lain.
5. Kayu kelas V digunakan hanya untuk keperluan pekerjaan sementara.

Rumus berat jenis berdasarkan ukuran dimensi :


B
𝐵𝐽 = (1.1)
V
V =𝑃𝑥𝐿𝑥𝑡 (1.2)
Dimana :
B = berat kering udara (gr)
V = volume kayu semula (cm3)
P = panjang (mm)
L = lebar (mm)
t = tinggi (mm)

1.4 BENDA UJI


Benda uji beberapa balok kayu dengan ukuran tampang 50 x 50 x 50 mm.

1.5 PERALATAN
1. Gergaji.
2. Timbangan.
3. Kaliper.
4. Tungku Pengering (Oven).

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KELOMPOK 4C 3


`
1.6 PELAKSANAAN
1. Menyiapkan jenis dan berat benda uji yang diperiksa.
2. Menimbang benda uji.
3. Mengukur dimensi benda uji.
4. Memasukkan benda uji ke dalam tungku pengering (oven) dengan 105˚C
selama 2-3 hari sampai beratnya tetap.
5. Mengeluarkan benda uji setelah 24 jam proses pengering, kemudian
mendinginkannya terlebih dahulu.
6. Menimbang Kembali benda uji.
7. Mengukur kembai di mensi benda uji (benda uji yang telah melalui proses
pengeringan dalam tungku pengering).

1.7 HASIL PENGAMATAN


1. Benda Uji
a. Jenis kayu = Bengkirai
b. Cacat (bila ada) = Tidak Ada
c. Ukuran kayu :
1) Tebal = 49,3 mm
2) Sisi A = 49,7 mm
3) Sisi B = 49,5 mm
2. Hasil pengujian
a. Berat basah (B1) = 99,1 gr
b. Berat Kering (B2 = 98,2 gr
Tabel 1.2 Pemeriksaan Ukuran Kayu
Ukuran Kayu
Tebal 49,3 mm
Sisi A 49,7 mm
Sisi B 49,5 mm
Berat Kayu Semula 99,1 gr
Berat Kayu Kering Tungku 98,2 gr
(Sumber : Soal Praktikum Kelompok 1C, 2020)

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KELOMPOK 4C 4


`
1.8 ANALISIS PERHITUNGAN
Adapun hasil dari praktikum berat jenis dan kadar air kayu sebagai berikut:
1. Volume kayu semula (V1) = pxlxt = 49,3 x 49,7 x 49,5
= 121,285 cm3

2. Berat jenis kayu = ( ) B2


V1
= ( 121,285
98,2
)
= 0,810 gr/cm3

3. Bobot isi = ( ) B1
V1
= ( 121,285
99,1
)
= 0,817 gr/cm3

4. Kadar air kayu semula = ( B2 )


B 1−B 2
x 100% = ( 99,1−98,2
98,2 )
x 100%

= 0,916 %

1.9 PEMBAHASAN
Kayu Bengkirai merupakan salah satu jenis kayu yang paling popular dan
komersil di kawasan Asia Tenggara. Umumnya digunakan sebagai bahan baku
konstruksi bangunan maupun furniture. Kayu Bengkirai juga dikenal sebagai kayu
yang memiliki ketahanan yang prima terhadap cuaca ekstrim sehingga dipakai
juga dalam keperluan konstruksi seperti jembatan, bantalan rel kereta api. Kayu
ini juga merupakan salah satu jenis kayu yang mudah diolah baik secara manual
maupun menggunakan mesin. Kayu ini biasanya di golongkan dalam klas kuat
kayu anatara II – III tergantung dari umur dan kadar air kayu..
Setelah dilakukan pengujian terhadap sampel didapatkan berat Jenis kayu
0,514 gr/cm3 dan kadar air kayunya 0,916 %. Kayu ini sendiri masuk dalam kayu
kelas kuat II yang mana sesuai dengan persyaratan kuat kelas kayu pada table 1.

Gambar 1.1 Pemeriksaan Berat Jenis Kayu


LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KELOMPOK 4C 5
`
(Sumber: Hasil pemeriksaan praktikum kelompok 4C, 2019)

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KELOMPOK 4C 6


`
1.10 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum pemeriksaan berat jenis dan kadar air dari
sampel kayu yang ada, maka dapat disimpulkan bahwa sampel yang digunakan
adalah Kayu Bengkirai dengan berat jenis 0,810 gr/cm3 dengan kadar air yang
terkandung dalam kayu yaitu 0,916 %. Sehingga berdasarkan table 1.1 sampel
tergolong dalam kelas kuat kayu II.

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KELOMPOK 4C 7


`
BAB 2
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR
(Cara Volume Endapan Ekivalen)

2.1 PENDAHULUAN
Pasir adalah butiran–butiran mineral lolos ayakan yang berukuran 4,8 mm
dan tertinggal diatas ayakan 0,075 mm. Di dalam pasir juga masih terdapat
kandungan-kandungan mineral yang lain seperti tanah dan silt. Pasir yang
digunakan untuk bahan bangunan harus memenuhi syarat yang telah ditentukan
dalam PUBI-1982. Pasir yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan, jika
kandungan lumpur di dalamnya tidak lebih dari 5%. Dengan cara endapan
ekivalen, kadar lumpur dalam pasir yang dinyatakan dalam persen (%) dapat
diketahui secara cepat.

2.2 TUJUAN
Pemeriksaan pasir dengan cara volume endapan ekivalen bertujuan untuk
mengetahui besarnya kadar lumpur dalam pasir tersebut.

2.3 LANDASAN TEORI


Lumpur dan tanah liat adalah jenis agregat dengan kekuatan yang rendah,
semakin banyak kandungan dalam campuran beton maupun dalam campuran
mortar maka kekuatan konstruksi akan semakin kecil. Pasir yang digunakan untuk
bahan bangunan harus memenuhi syarat yang telah ditentukan PUBI-1982. Pasir
dapat digunkan sebagai bahan bangunan, jika kandungan lumpur didalamnya
tidak lebih dari 5%, jika kadar lumpur melebihi 5% maka agregat halus harus
dicuci terlebih dahulu. Dan apabila kandungan lumpur lebih dari atau sama
dengan 5 % maka ikatannya kurang sempurna sehingga akan mengurangi kualitas
adukan beton.
Hal ini karena agregat mengandung lumpur, lapisan agregat yang lunak dan
longgar dapat menghilangkan lumpur dengan cara pencucian, sedangkan yang
berisi zat kimiawi akan merekat kuat tidak berpengaruh pada kualitas campuran

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KELOMPOK 4C 7


beton tersebut. Setelah kami melakukan pengujian didapatkan hasil kandungan
lumpur dalam pasir sebesar 6,6 %. Jadi dapat disimpulkan hasil pengujian kami
tidak memenuhi syarat di karenakan agregat halus yang diuji pada dasarnya
memiliki kandungan lumpur yang tinggi.

2.4 BENDA UJI


1. Pasir sebanyak 450 cc.
2. Air bersih (sesuai dengan kebutuhan).

2.5 PERALATAN
1. Gelas ukur tak berwarna (transparan) dengan ukuran 1000 cc.
2. Penutup gelas ukur.

2.6 PELAKSANAAN
1. Mengisi gelas ukur dengan pasir yang telah disediakan terlebih dahulu
sampai 450 cc kemudian tambahkan air sehingga mencapai 900 cc.
2. Menutup gelas sampai benar-benar rapat ukur kemudian mengocoknya
sebanyak kurang lebih 60 kali.
3. Mendiamkan kurang lebih 1 jam.
4. Memeriksa kemudian catat tinggi endapan lumpur yang berada diatas pasir
(berapa cc ketebalanya).

2.7 HASIL PRAKTIKUM


a. Pasir asal : Merapi
b. Volume pasir semula (Vp) : 450 cc
c. Volume endapan lumpur sekitar (Vl) : 22 cc

2.8 ANALISIS HITUNGAN


Kandungan lumpur dalam pasir = VL × 100%
VP

22
= × 100%
450
= 4,889%

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KELOMPOK 4C 8


2.9 PEMBAHASAN
Pasir yang digunakan dalam percobaan ini tidak mengandung zat-zat
organik yang mengurangi nilai beton dalam PUBI dikatakan bahwa pasir atau
agregat tidak boleh megandung lumpur lebih dari 5% terhadap berat keringnya.
Berdasarkan hasil percobaan hasil lumpur dalam pasir didapatkan hasil
lumpur sebanyak 4,889%, jadi pasir yang digunakan dalam percobaan ini baik
untuk digunakan dalam pembuatan campuran beton karena memenuhi persyaratan
PUBI 1982 pasal 11 .

Gambar 2.1 kandungan lumpur dalam pasir


(Sumber: Hasil Pemeriksaan Praktikum Kelompok 4C, 2019)

2.10 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan hasil lumpur dalam pasir didapatkan hasil
lumpur sebanyak 4,889%, jadi pasir yang dipakai sebagai sampel percobaan ini
baik untuk digunakan dalam pembangunan beton, karena memenuhi
persyaratan PUBI dikatakan bahwa pasir atau agregat tidak boleh megandung
lumpur lebih dari 5% terhadap berat keringnya.

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KELOMPOK 4C 9


BAB 3
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR
(Cara Ayakan Nomor 200)

3.1 PENDAHULUAN
Pasir adalah butiran – butiran mineral yang lolos ayakan 4,8 mm dan
tertinggal diatas ayakan 0,075 mm. Di dalam pasir juga masih terdapat
kandungan- kandungan mineral yang lain seperti tanah dan silt. Pasir yang
digunakan untuk bahan bangunan harus memenuhi syarat yang telah ditentukan
dalam PUBI-1982. Pasir yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan, jika
kandungan lumpur di dalamnya tidak lebih dari 5%. Dengan cara endapan
ekivalen, kadar lumpur dalam pasir yang dinyatakan dalam persen (%) dapat
diketahui secara cepat.

3.2 TUJUAN
Pemeriksaan pasir dengan cara ayakan nomor 200 bertujuan untuk
mengetahui besarnya kadar lumpur (tanah liat dan silt) dalam pasir tersebut.

3.3 LANDASAN TEORI


Untuk menciptakan mutu beton yang baik (kuat tekan tinggi), maka bahan
penyusun beton harus memenuhi syarat teknis. Salah satu syarat teknis adalah
agregat halus (pasir) tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % berat pasir.
Pengaruh kadar lumpur pada agregat halus dalam pembuatan mix design
beton mempengaruhi sifatsifat serta kuat tekan beton. Dalam penelitian ini akan
diketahui sifat–sifat beton akibat pengaruh kadar lumpur yang bervariasi dari yang
kadar lumpurnya bersih, sedang sampai yang kadar lumpurnya kotor (1%, 2%,
4%, 7%, 11%) terhadap workability, berat jenis betonnya, berat betonnya sendiri
serta kuat tekan beton yang dihasilkan. (Purwanto/Yulita Arni Prastiwi, 2012)

3.4 BENDA UJI


1. Pasir lolos ayakan 4,8 mm seberat 500 gram.
2. Air bersih (sesuai dengan kebutuhan).

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KELOMPOK 4C 10


3.5 PERALATAN
1. Ayakan nomor 200
2. Ayakan 4,8 mm
3. Nampan pencuci
4. Tungku pengering (oven)
5. Timbangan dengan ketelitian 0,1%

3.6 PELAKSANAAN
1. Mengambil pasir kering tungku yang lewat ayakan 4,8 mm seberat 500
gram (B1).
2. Memasukan pasir tersebut kedalam nampan pencuci dan tambahkan air
secukupnya sampai semua terendam.
3. menggoncang-goncangkan nampan, kemudian menuangkan air cucian
kedalam ayakan nomor 200 (butir-butir besar dijaga jangan sampai masuk
kedalam ayakan supaya tidak merusak ayakan).
4. Mengulangi langkah ke 3 sampai cucian tampak bersih.
5. Memasukan kembali butir-butir pasir yang tersisa di ayakan nomor 200
kedalam nampan, kemudian memasukannya kedalam tungku untuk
dikeringkan kembali.
6. Menimbang kembali pasir setelah kering tungku (B2).

3.7 HASIL PERCOBAAN


a. Pasir asal : Merapi
b. Berat pasir semula : 500 gr (B1)
c. Berat pasir setelah di cuci (kering tungku) : 477,3 gr (B2)

3.8 ANALISIS HITUNGAN


B 1−B 2
Kandungan Lumpur = ×100 %
B1
500−477,3
= ×100 %
500
= 4,54 %

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KELOMPOK 4C 11


3.9 PEMBAHASAN
Dalam aturan PUBI 1982 pasal 11 menjelaskan bahwa pasir tidak boleh
mengandung lumpur melebihi 5% terhadap kering untuk mutu beton yang lebih
tinggi, kandungan lumpur dalam pasir yang digunakan untuk bahan bangunan
tidak boleh lebih besar dari 5%. Maksud dari lumpur pada percobaan ini adalah
bagian bagian yang lolos ayakan 0,071 mm. Apabila kandungan lumpur lebih dari
5% maka daya ikat yang dihasilkan kurang sempurna sehingaa kekuatan yang
dihasilkan beton kurang, apabila kandungan lumpur lebih dari 5% maka agregat
harus di cuci dahulu. Hal ini dikarenakan pasir yang memiliki kandungan lumpur
lebih dari 5% memiliki daya ikat yang kurang. Dari hasil percobaan pemeriksaan
kandungan lumpur dengan ayakan 200, didapat kandungan lumpur sebesar 4,54%.
Hasil ini memenuhi persyaratan sebesar 5%.

Gambar 3.1 Kandungan Lumpur dalam Pasir (Ayakan 200)


(Sumber: Hasil pemeriksaan praktikum kelompok 4C, 2019)

3.10 KESIMPULAN
Dalam pengujian ini maka didapatkan kadar lumpur 4,54 % dimana hasil
ini memenuhi syarat PUBI-1982. Presentase kandungan lumpur dalam pasir tidak
boleh lebih dari 5% dari berat pasir kering. Jadi pada percobaan ini memenuhi
syarat sebagai bahan bangunan.

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KELOMPOK 4C 12


BAB 4
PEMERIKSAAN ZAT ORGANIS DALAM PASIR

4.1 PENDAHULUAN
Pemeriksaan ini merupakan cara untuk mengetahui adanya kotoran organis
yang melekat pada pasir alam, yang akan mempengaruhi mutu mortar atau beton
yang dibuat. Warna gelap yang terjadi pada pemeriksaan ini tidak dapat
digunakan sebagai tolak ukur apakah pasir tersebut dapat digunakan dalam
adukan, karena warna gelap tersebut bisa berasal dari arang atau mangan yang
terkandung dalam pasir tersebut.

4.2 TUJUAN
Pada prinsipnya pemeriksaan ini dapat digunakan untuk menentukan
apakah perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut atau tidak, misalnya untuk
pemeriksaan keawetan dan kekuatan beton yang dibuat dengan menggunakan
pasir tersebut.

4.3 LANDASAN TEORI


Zat organis adalah golongan besar senyawa kimia yang molekulnya
mengandung karbon, kecuali karbida, karbonat, dan oksida karbon. Dengan
menggunakan tintometer kita bisa menentukan kandungan zat organis yang ada
dalam pasir tersebut dan menentukan pasir tersebut apakah baik atau tidak
digunakan sebagai campuran adukan beton. Syarat yang perlu diperhatikan dalam
pengujian kandungan zat organis dalam pasir adalah dengan cara membandingkan
warna pasir yang di uji dengan warna yang ada pada tintometer, semakin muda
warnanya maka semakin kecil kandungan zat organis yang terkandung dalam
pasir tersebut. Pada umumnya beton tidak tahan terhadap serangan kimia. Bahan-
bahan kimia pada dasarnya bereaksi dengan komponen-komponen tertentu dari
pasta semen yang telah mengeras. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kekuatan
beton dan juga menghambat hidrasi semen sehigga proses pengerasan
berlangsung lambat. (Nalin Sumarlin,2011)

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KELOMPOK 4C 13


4.4 BENDA UJI
Pasir Merapi dengan volume 130 ml.

4.5 PERALATAN
1. Gelas ukur dengan volume 500 ml yang tidak berwarna dan mempunyai
tutup dari karet atau yang lain serta tidak larut dalam larutan NaOH 3%.
2. Warna standar (Tinto meter).
3. Larutan NaOH 3%. Larutan ini dibuat dengan melarutkan 3 bagian berat
NaOH dalam 97 bagian berat air suling.

4.6 PELAKSANAAN
1. Memasukkan benda uji (pasir) kedalam gelas ukur.
2. Menambahkan larutan NaOH 3% sehingga setelah dikocok isi gelas ukur
harus mencapai 200 ml. (kocoklah kuat-kuat sampai betul-betul teraduk
secara merata).
3. Kemudian mendiamkannya selama 24 jam dan setelah itu membandingkan
warna cairan diatas endapan pasir dengan warna standar.

4.7 HASIL PRAKTIKUM


1. Pasir Asal : Merapi
2. Warna larutan NaOH 3 % diatas pasir : Lebih Muda

4.8 PEMBAHASAN
Dari hasil pengujian zat oganis dalam pasir setelah didiamkan selama 24
jam, warna air yang bercampur dengan larutan NaOH 3%, menunjukkan
perubahan warna menjadi lebih muda dari warna standar. Hal ini berarti hasil dari
sampel pasir yang di uji memenuhi syarat untuk di gunakan sebagai bahan
bangunan, karena zat organis yang terkandung dalam sampel tidak lebih tinggi.
Zat organis sendiri merupakan senyawa yang dapat menyebabkan korosi pada
besi. Jika di pakai dalam pembuatan beton maka beton akan mengalami korosi.
Menurut PUBI 1982 pasal 11, persyaratan dari pasir yang digunakan
dalam pembuatan beton adalah pasir yang tidak boleh mengandung zat-zat organis
yang dapat mempengaruhi mutu beton itu sendiri. Untuk itu, bila di rendam dalam
larutan

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KELOMPOK 4C 14


3% NaOH, cairan diatas endapan tidak boleh lebih tua/gelap dari warna standar
pembandingnya.

Gambar 4.1 Pemeriksaan Zat Organis dalam Pasir


(Sumber: Hasil pemeriksaan praktikum kelompok 4C, 2019)

4.9 KESIMPULAN
Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa warna mengalami
perubahan menjadi lebih muda dari warna standar atau warna pembandingnya.
Hal ini dapat diartikan bahwa tidak terdapat banyak zat organik yang terkandung
di dalam sampel. Berdasarkan hasil praktikum ini maka dinyatakan bahwa
sampel memenuhi syarat (PUBI 1982 pasal 11) dan dapat digunakan sebagai
bahan campuran beton.

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KELOMPOK 4C 15


BAB 5
PEMERIKSAAN SSD

5.1 PENDAHULUAN
Pasir merupakan pengisi beton sehingga perlu diperiksa dengan
mengunakan uji SSD. Dengan pemeriksaan SSD ini akan diperoleh pasir yang
sesuai sebagai bahan campuran adukan beton, yang berhubungan dengan sedikit
atau banyaknya air yang dikandung oleh pasir.

5.2 TUJUAN
Mengetahui pasir uji termasuk dalam jenis SSD kering, basah, atau ideal.

5.3 LANDASAN TEORI


Pemeriksaan gradasi agregat halus dilakukan untuk mengetahui variasi
distribusi butiran agregat dan angka modulus halus butiran. Agregat sebaiknya
mempunyai gradasi yang bervariasi, agar volume pori antar agregat yang
terbentuk menjadi kecil. Jika butiran agregat seragam, maka volume pori antar
agregat yang terbentuk menjadi besar. Modulus halus butiran merupakan indeks
yang dipakai untuk ukuran kehalusan atau kekasaran butir -butir agregat. (Aulia
Ziaulhaq, 2017)
Porositas, kadar air dan daya serap adalah jumlah kadar pori-pori yang ada
pada agregat, baik pori-pori yang dapat tembus air maupun tidak yang dinyatakan
dengan persen (%) terhadap volume agregat.
1. Prositas agregat erat hubungannya dengan : BJ agregat, daya serap air,
sifat kedap air dan modulus elastisitas.
2. Kadar air agregat adalah banyaknya air yang terkandung dalam agregat.
Ada 4 jenis kadar air dalam agregat, yaitu :
(1) Kadar air kering tungku, yaitu agregat yang benar-benar kering tanpa
air.
(2) Kadar air kering udara, yaitu kondisi agregat yang permukaannya
kering tetapi mengandung sedikit air dalam porinya sehingga masih
dapat menyerap air.

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KELOMPOK 4C 16


(3) Jenuh Kering Permukaan (saturated surfacedry = SSD), dimana
agregat yang pada permukaannya tidak terdapat air tetapi di dalam
butirannya sudah jenuh air. Pada kondisi ini air yang terdapat dalam
agregat tidak menambah atau mengurangi jumlah air yang terdapat
dalam adukan beton.
(4) Kondisi basah, yaitu kondisi dimana di dalam butiran maupun
permukaan agregat banyak mengandung air sehingga akan
menyebabkan penambahan jumlah air pada adukan beton.

3. Daya serap air adalah kemampuan agregat dalam menyerap air sampai
dalam keadan jenuh. Daya serap air agregat merupakan jumlah air yang
terdapat dalam agregat dihitung dari keadaan kering oven sampai dengan
keadaan jenuh dan dinyatakan dalam persen (%). Daya serap air
berhubungan dengan pengontrolan kualitas beton dan jumlah air yang
dibutuhkan pada beton.

5.4 BENDA UJI


Pasir berdiameter antara 0,15 mm – 5 mm.

5.5 PERALATAN
1. Kaliper (jangka sorong).
2. Corong uji SSD pasir .
3. Tongkat pemadat

5.6 PELAKSANAAN
1. Meletakkan corong cetakan di atas permukaan yang rata dan kering.
2. Mengisi corong cetakan dalam 3 lapis, masing-masing sekitar 1/3 bagian
volume corong.
3. Memasukan 1/3 lapis pertama kedalam corong kemudian menusuknya
dengan mengunakan batang baja diameter 16 mm, panjang 60 cm, dan
berujung bulat. Langkah penusukan dilakukan sebanyak 20 kali.
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KELOMPOK 4C 17
4. Penusukan harus merata selebar permukaan dan tidak boleh masuk
kedalam lapisan sebelumnya.
5. Setelah lapis pasir yang terakhir selesai proses penusukannya kemudian
meratakan sehingga permukaan rata dengan sisi atas cetakan (corong uji
SSD pasir).
6. Menunggu sekitar 30 detik, kemudian menarik corong cetak keatas secara
perlahan – lahan dan hati-hati sehingga benar-benar tegak ke atas.
7. Kriteria benda uji dapat dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Keterangan gambar:
(a) Corong uji SSD pasir.
(b) Pasir basah.
(c) Pasir kering.
(d) Pasir SSD (kondisi ideal)

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KELOMPOK 4C 18


5.7 HASIL PENGAMATAN
1. Pasar Asal : Merapi
2. Corong :
Diameter dasar : 8,97 cm
Diameter atas : 3,72 cm
Tinggi : 7,55 cm
3. Kondisi Pasir : Kering

5.8 PEMBAHASAN
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan
pengisi dalam campuran beton. Agregat sendiri memiliki ±10% dari volume beton
atau mortal, sehingga sifat-sifat dari agregat itu sendri sangat mempengaruhi
beton yang di hasilkan. Sehinggan menurut SK SNI S – 04 – 1989 – F, memiliki
modulus kehalusan 1,5-3,8. Selain itu juga harus memenuhi syarat :
1. Sisa di atas ayakan 4,8 mm, maksimal 2% dari berat.
2. Sisa di atas ayakan 1,2 mm, maksimal 10% dari berat.
3. Sisa di atas ayakan 0,30 mm, maksimal 15% dari berat.

Gambar 5.1 Pemeriksaan SSD Pasir


(Sumber: Hasil Pemeriksaan Praktikum Kelompok 4C, 2019)

5.9 KESIMPULAN
Dalam pengujian SSD Pasir ini dapat disimpulkan bahwa kondisi pasir
dalam kondisi kering yang mana itu berarti pasir perlu di basahi lagi.

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KELOMPOK 4C 19

Anda mungkin juga menyukai