1.1 PENDAHULUAN
Pemeriksaan berat jenis dan kadar air kayu merupakan hal yang paling
penting untuk mengetahui kelas kuat kayu dan kondisi kayu sudah kering udara
atau belum.
1.2 TUJUAN
Tujuan pemeriksaan ini untuk mengetahui cara memeriksa berat jenis air
kayu.
1.5 PERALATAN
1. Gergaji.
2. Timbangan.
3. Kaliper.
4. Tungku Pengering (Oven).
3. Bobot isi = ( ) B1
V1
= ( 121,285
99,1
)
= 0,817 gr/cm3
= 0,916 %
1.9 PEMBAHASAN
Kayu Bengkirai merupakan salah satu jenis kayu yang paling popular dan
komersil di kawasan Asia Tenggara. Umumnya digunakan sebagai bahan baku
konstruksi bangunan maupun furniture. Kayu Bengkirai juga dikenal sebagai kayu
yang memiliki ketahanan yang prima terhadap cuaca ekstrim sehingga dipakai
juga dalam keperluan konstruksi seperti jembatan, bantalan rel kereta api. Kayu
ini juga merupakan salah satu jenis kayu yang mudah diolah baik secara manual
maupun menggunakan mesin. Kayu ini biasanya di golongkan dalam klas kuat
kayu anatara II – III tergantung dari umur dan kadar air kayu..
Setelah dilakukan pengujian terhadap sampel didapatkan berat Jenis kayu
0,514 gr/cm3 dan kadar air kayunya 0,916 %. Kayu ini sendiri masuk dalam kayu
kelas kuat II yang mana sesuai dengan persyaratan kuat kelas kayu pada table 1.
2.1 PENDAHULUAN
Pasir adalah butiran–butiran mineral lolos ayakan yang berukuran 4,8 mm
dan tertinggal diatas ayakan 0,075 mm. Di dalam pasir juga masih terdapat
kandungan-kandungan mineral yang lain seperti tanah dan silt. Pasir yang
digunakan untuk bahan bangunan harus memenuhi syarat yang telah ditentukan
dalam PUBI-1982. Pasir yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan, jika
kandungan lumpur di dalamnya tidak lebih dari 5%. Dengan cara endapan
ekivalen, kadar lumpur dalam pasir yang dinyatakan dalam persen (%) dapat
diketahui secara cepat.
2.2 TUJUAN
Pemeriksaan pasir dengan cara volume endapan ekivalen bertujuan untuk
mengetahui besarnya kadar lumpur dalam pasir tersebut.
2.5 PERALATAN
1. Gelas ukur tak berwarna (transparan) dengan ukuran 1000 cc.
2. Penutup gelas ukur.
2.6 PELAKSANAAN
1. Mengisi gelas ukur dengan pasir yang telah disediakan terlebih dahulu
sampai 450 cc kemudian tambahkan air sehingga mencapai 900 cc.
2. Menutup gelas sampai benar-benar rapat ukur kemudian mengocoknya
sebanyak kurang lebih 60 kali.
3. Mendiamkan kurang lebih 1 jam.
4. Memeriksa kemudian catat tinggi endapan lumpur yang berada diatas pasir
(berapa cc ketebalanya).
22
= × 100%
450
= 4,889%
2.10 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan hasil lumpur dalam pasir didapatkan hasil
lumpur sebanyak 4,889%, jadi pasir yang dipakai sebagai sampel percobaan ini
baik untuk digunakan dalam pembangunan beton, karena memenuhi
persyaratan PUBI dikatakan bahwa pasir atau agregat tidak boleh megandung
lumpur lebih dari 5% terhadap berat keringnya.
3.1 PENDAHULUAN
Pasir adalah butiran – butiran mineral yang lolos ayakan 4,8 mm dan
tertinggal diatas ayakan 0,075 mm. Di dalam pasir juga masih terdapat
kandungan- kandungan mineral yang lain seperti tanah dan silt. Pasir yang
digunakan untuk bahan bangunan harus memenuhi syarat yang telah ditentukan
dalam PUBI-1982. Pasir yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan, jika
kandungan lumpur di dalamnya tidak lebih dari 5%. Dengan cara endapan
ekivalen, kadar lumpur dalam pasir yang dinyatakan dalam persen (%) dapat
diketahui secara cepat.
3.2 TUJUAN
Pemeriksaan pasir dengan cara ayakan nomor 200 bertujuan untuk
mengetahui besarnya kadar lumpur (tanah liat dan silt) dalam pasir tersebut.
3.6 PELAKSANAAN
1. Mengambil pasir kering tungku yang lewat ayakan 4,8 mm seberat 500
gram (B1).
2. Memasukan pasir tersebut kedalam nampan pencuci dan tambahkan air
secukupnya sampai semua terendam.
3. menggoncang-goncangkan nampan, kemudian menuangkan air cucian
kedalam ayakan nomor 200 (butir-butir besar dijaga jangan sampai masuk
kedalam ayakan supaya tidak merusak ayakan).
4. Mengulangi langkah ke 3 sampai cucian tampak bersih.
5. Memasukan kembali butir-butir pasir yang tersisa di ayakan nomor 200
kedalam nampan, kemudian memasukannya kedalam tungku untuk
dikeringkan kembali.
6. Menimbang kembali pasir setelah kering tungku (B2).
3.10 KESIMPULAN
Dalam pengujian ini maka didapatkan kadar lumpur 4,54 % dimana hasil
ini memenuhi syarat PUBI-1982. Presentase kandungan lumpur dalam pasir tidak
boleh lebih dari 5% dari berat pasir kering. Jadi pada percobaan ini memenuhi
syarat sebagai bahan bangunan.
4.1 PENDAHULUAN
Pemeriksaan ini merupakan cara untuk mengetahui adanya kotoran organis
yang melekat pada pasir alam, yang akan mempengaruhi mutu mortar atau beton
yang dibuat. Warna gelap yang terjadi pada pemeriksaan ini tidak dapat
digunakan sebagai tolak ukur apakah pasir tersebut dapat digunakan dalam
adukan, karena warna gelap tersebut bisa berasal dari arang atau mangan yang
terkandung dalam pasir tersebut.
4.2 TUJUAN
Pada prinsipnya pemeriksaan ini dapat digunakan untuk menentukan
apakah perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut atau tidak, misalnya untuk
pemeriksaan keawetan dan kekuatan beton yang dibuat dengan menggunakan
pasir tersebut.
4.5 PERALATAN
1. Gelas ukur dengan volume 500 ml yang tidak berwarna dan mempunyai
tutup dari karet atau yang lain serta tidak larut dalam larutan NaOH 3%.
2. Warna standar (Tinto meter).
3. Larutan NaOH 3%. Larutan ini dibuat dengan melarutkan 3 bagian berat
NaOH dalam 97 bagian berat air suling.
4.6 PELAKSANAAN
1. Memasukkan benda uji (pasir) kedalam gelas ukur.
2. Menambahkan larutan NaOH 3% sehingga setelah dikocok isi gelas ukur
harus mencapai 200 ml. (kocoklah kuat-kuat sampai betul-betul teraduk
secara merata).
3. Kemudian mendiamkannya selama 24 jam dan setelah itu membandingkan
warna cairan diatas endapan pasir dengan warna standar.
4.8 PEMBAHASAN
Dari hasil pengujian zat oganis dalam pasir setelah didiamkan selama 24
jam, warna air yang bercampur dengan larutan NaOH 3%, menunjukkan
perubahan warna menjadi lebih muda dari warna standar. Hal ini berarti hasil dari
sampel pasir yang di uji memenuhi syarat untuk di gunakan sebagai bahan
bangunan, karena zat organis yang terkandung dalam sampel tidak lebih tinggi.
Zat organis sendiri merupakan senyawa yang dapat menyebabkan korosi pada
besi. Jika di pakai dalam pembuatan beton maka beton akan mengalami korosi.
Menurut PUBI 1982 pasal 11, persyaratan dari pasir yang digunakan
dalam pembuatan beton adalah pasir yang tidak boleh mengandung zat-zat organis
yang dapat mempengaruhi mutu beton itu sendiri. Untuk itu, bila di rendam dalam
larutan
4.9 KESIMPULAN
Dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa warna mengalami
perubahan menjadi lebih muda dari warna standar atau warna pembandingnya.
Hal ini dapat diartikan bahwa tidak terdapat banyak zat organik yang terkandung
di dalam sampel. Berdasarkan hasil praktikum ini maka dinyatakan bahwa
sampel memenuhi syarat (PUBI 1982 pasal 11) dan dapat digunakan sebagai
bahan campuran beton.
5.1 PENDAHULUAN
Pasir merupakan pengisi beton sehingga perlu diperiksa dengan
mengunakan uji SSD. Dengan pemeriksaan SSD ini akan diperoleh pasir yang
sesuai sebagai bahan campuran adukan beton, yang berhubungan dengan sedikit
atau banyaknya air yang dikandung oleh pasir.
5.2 TUJUAN
Mengetahui pasir uji termasuk dalam jenis SSD kering, basah, atau ideal.
3. Daya serap air adalah kemampuan agregat dalam menyerap air sampai
dalam keadan jenuh. Daya serap air agregat merupakan jumlah air yang
terdapat dalam agregat dihitung dari keadaan kering oven sampai dengan
keadaan jenuh dan dinyatakan dalam persen (%). Daya serap air
berhubungan dengan pengontrolan kualitas beton dan jumlah air yang
dibutuhkan pada beton.
5.5 PERALATAN
1. Kaliper (jangka sorong).
2. Corong uji SSD pasir .
3. Tongkat pemadat
5.6 PELAKSANAAN
1. Meletakkan corong cetakan di atas permukaan yang rata dan kering.
2. Mengisi corong cetakan dalam 3 lapis, masing-masing sekitar 1/3 bagian
volume corong.
3. Memasukan 1/3 lapis pertama kedalam corong kemudian menusuknya
dengan mengunakan batang baja diameter 16 mm, panjang 60 cm, dan
berujung bulat. Langkah penusukan dilakukan sebanyak 20 kali.
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KELOMPOK 4C 17
4. Penusukan harus merata selebar permukaan dan tidak boleh masuk
kedalam lapisan sebelumnya.
5. Setelah lapis pasir yang terakhir selesai proses penusukannya kemudian
meratakan sehingga permukaan rata dengan sisi atas cetakan (corong uji
SSD pasir).
6. Menunggu sekitar 30 detik, kemudian menarik corong cetak keatas secara
perlahan – lahan dan hati-hati sehingga benar-benar tegak ke atas.
7. Kriteria benda uji dapat dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Keterangan gambar:
(a) Corong uji SSD pasir.
(b) Pasir basah.
(c) Pasir kering.
(d) Pasir SSD (kondisi ideal)
5.8 PEMBAHASAN
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan
pengisi dalam campuran beton. Agregat sendiri memiliki ±10% dari volume beton
atau mortal, sehingga sifat-sifat dari agregat itu sendri sangat mempengaruhi
beton yang di hasilkan. Sehinggan menurut SK SNI S – 04 – 1989 – F, memiliki
modulus kehalusan 1,5-3,8. Selain itu juga harus memenuhi syarat :
1. Sisa di atas ayakan 4,8 mm, maksimal 2% dari berat.
2. Sisa di atas ayakan 1,2 mm, maksimal 10% dari berat.
3. Sisa di atas ayakan 0,30 mm, maksimal 15% dari berat.
5.9 KESIMPULAN
Dalam pengujian SSD Pasir ini dapat disimpulkan bahwa kondisi pasir
dalam kondisi kering yang mana itu berarti pasir perlu di basahi lagi.