Anda di halaman 1dari 45

JOB I PENGUJIAN KAYU

1.1 Pengujian Kadar Air Kayu

1.1.1 Tujuan Percobaan Tujuan dari menentukan kadar air adalah untuk menentukan kadar air yang terkandung dalam kayu pada berbagai keadaan, basah, kering, udara dan pada keseimbangan kadar air, dapat menerangkan cara-cara pelaksanaan penentuan kadar air pada kayu dan didapat mampu menilai karakteristik kayu ditinjau dari kadar airnya.

1.1.2 Dasar Teori Kayu sebagai bahan bangunan dapat mengikat dan juga melepaskan air yang dikandungnya. Keadaan ini tergantung pada suhu udara disekelilingnya, dimana kayu itu berada. Pada dasarnya pengeringan kayu bertujuan untuk mengeluarkan air yang terdapat didalam kayu. Keuntungan dari pengeringan itu adalah untuk menjaga kestabilan dimensi kayu dan menambah kekuatan kayu. Jadi jelaslah bahwa pengujian kadar air diperlukan untuk mengetahui kekuatan dan mutu kayu, karena makin rendah kadar airnya maka makin kuat kayu tersebut. Kadar air adalah perbedaan antara berat kayu sebelum dikeringkan dengan berat kayu sesudah dikeringkan terhadap berat kayu kering, dinyatakan dalam persentase.

1.1.3 Tabel Kelas Kayu Kekuatan Lengkung (kg/cm) > 100 100-725 725-500 500-360 < 360 Kuat Tekan (kg/cm) > 650 600-425 425-300 300-215 < 215

Kelas I II III IV V

Berat jenis > 90 0,90-0,60 0,60-0,40 0,40-0,30 < 0,30

1.1.4 Peralatan dan Bahan Paralatan dan bahan yang digunakan dalam menentukan kadar air adalah sebagai berikut : 1. Peralatan a. Gergaji potong b. Oven listrik c. Timbangan digital ketelitian 0,01 gram 2. Bahan Kayu berukuran 5x 5x 5 cm sebanyak 5 potong.
5

5 5

1.1.5

Keselamatan Kerja Gunakan alat sebagaimana fungsinya masing-masing Simpan alat pada tempatnya Konsentrasi dalam melakukan pekerjaan Mengikuti instruksi dari instruktur Menggunakan seragam praktek Menggunakan perlengkapan keselamatan kerja

1.1.6 Langkah Kerja Penimbangan pertama/awal Setelah kayu dipotong sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan, benda uji tersebut ditimbang beratnya dengan ketelitian + 0,2%. Dengan menggunakan timbangan digital. Setelah ditimbang catat berat benda uji tersebut. 2

Pengeringan didalam oven Setelah benda uji tersebut ditimbang beratnya, kemudian masukkan benda uji tersebut ke dalam oven yang telah disediakan pada suhu tetap 103o + 2o C sampai mencapai berat tetap. Penimbangan akhir Setelah benda uji tersebut dikeluarkan dalam oven dinginkan benda uji tersebut sebelum ditimbang. Setelah didinginkan benda uji tersebut ditimbang kembali, lalu catat hasil dari masing-masing benda uji tersebut.

1.1.7 Data dan Perhitungan Untuk mengetahui berapa kadar air yang terkandung dalam masing-masing benda uji tersebut, hitung dengan rumus dibawah ini.

Kadar Air = Ket :

B B1 B
1

x 100%

(pers. 1)

B = Berat awal B1 = Berat akhir (berat kering oven)

1.1.8 Tabel Perhitungan Kadar Air Hasil Percobaan

No 1 2 3 4 5

Berat 42,06 36,44 39,58 38,31 47,93

Berat kering 37,30 32,60 35,47 34,04 41,99

Kadar air (%) 12,76 % 11,78 % 11,59 % 12,54 % 14,15 % 12,56 %

Rata - rata

1.1.9 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian kadar air rata-rata seluruh Benda Uji = 14,29%

1.2

Berat Jenis Kayu

1.2.1 Tujuan Percobaan Tujuan dari menguji berat jenis kayu adalah untuk dapat menentukan kelas kayu tersebut dengan mencocokkan hasil perhitungan berat jenis dan table kelas kuat kayu yang telah memiliki ketetapan.

1.2.2 Dasar Teori Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara minimum 0.20 (kayu basah) hingga berat jenis 1.28 (kayu nani). Berat jenis kayu pada umumnya berbanding lurus dengan kekuatan dari pada kayu atau sifat-sifat mekanisnya, makin tinggi harga berat jenis kayu, maka kekuatan kayu makin tinggi pula. Berat jenis ditentukan antara lain oleh tebal dinding sel, kecilnya rongga sel yang membentuk pori-pori. Berat jenis diperoleh dari perbandingan antara volume kayu tertentu dengan volume air yang sama pada suhu standart. Umumnya berat jenis kayu ditentukan berdasarkan berat kayu kering oven atau kering udara dan volume kayu pada posisi kadar air tersebut.

1.2.3 Tabel Kelas Kayu Kekuatan Lengkung (kg/cm) > 100 100-725 725-500 500-360 < 360 Kuat Tekan (kg/cm) > 650 600-425 425-300 300-215 < 215

Kelas I II III IV V

Berat jenis > 90 0,90-0,60 0,60-0,40 0,40-0,30 < 0,30

1.2.4

Peralatan dan Bahan Peralatan dan bahan yang digunakan dalam menguji berat jenis kayu adalah sebagai berikut :

Peralatan a. Gergaji potong b. Timbangan digital, dengan ketelitian 0,01 gram c. Alat ukur / caliper

Bahan

Kayu berukuran 5 x 5 x 5 cm sebanyak 5 potong.

1.2.5

Keselamatan Kerja Gunakan alat sebagaimana fungsinya masing-masing Simpan alat pada tempatnya Konsentrasi dalam melakukan pekerjaan Mengikuti instruksi dari instruktur Menggunakan seragam praktek Menggunakan perlengkapan keselamatan kerja

1.2.6

Langkah Kerja Ukur dimensi benda uji, yakni panjang, lebar, dan tinggi dengan menggunakan jangka sorong atau mistar.

Tentukan

volume

masing-masing

benda

uji

tersebut

sebelum

menentukan berat jenis pada masing-masing benda uji.

Timbang masing-masing benda uji tersebut dengan menggunakan timbangan digital.

Tentukan kadar air masing-masing benda uji seperti pengujian sebelumnya.

1.2.7

Data dan Perhitungan Untuk mengetahui berapa berat jenis yang terdapat pada masing-masing benda uji tersebut gunakan rumus :

Berat jenis = Ket : B p l t

B p.l.t ....................................................(pers. 2)

= Berat benda uji pada kadar air asli = Panjang benda uji = Lebar benda uji = Tinggi benda uji

Apabila berat jenis diperhitungkan atas dasar benda uji pada keadaan kering oven, maka dapat dipakai rumus :

Berat jenis =

B M [1 ]. p.l.t 100 ........................................(pers. 3)

Ket : M B p l t = Kadar air kayu, dalam % = Berta benda uji pada kadar ais asli = panjang benda uji = lebar benda uji = tinggi benda uji

1.2.8 Tabel pengujian berat jenis kayu


Berat kering 37,30 32,60 35,47 34,04 41,99 Rata -rata Volume L 5 5 5,1 5 5,2 Kadar air 12,76 % 11,78 % 11,59 % 12,54 % 14,15 % 12,56 % Berat jenis 0,37 0,32 0,34 0,33 0,40 0,35

No 1 2 3 4 5

Berat 42,06 36,44 39,58 38,31 47,93

P 5 5 5 5 5

T 4,5 4,5 4,5 4,6 4,6

1.2.9 Kesimpulan : Berdasarkan hasil Tabel Nilai rata rata pengujian berat jenis kayu adalah Kelas III.

1.3

Keteguhan Tekan Tegak Lurus Serat Kayu

1.3.1 Tujuan Percobaan Tujuan dari pengujian keteguhan tekan tegak lurus serat pada kayu adalah untuk dapat menentukan keteguhan kayu dengan teliti, untuk mengetahui cara menghitung kuat tekan tegak lurus serat dengan teliti dan benar, dapat mengetahui penggunaan alat secara baik dan benar, serta untuk dapat mengetahui kelas kayu.

1.3.2 Dasar Teori Kayu mempunyai sifat dan bentuk yang berbeda-beda, bukan saja karena perbedaan jenis pohon, tetapi juga tergantung pada banyak faktor lain seperti : keadaan musim, keadaan alam sekeliling pohon. Berbeda dengan baja, kayu tidak mempunyai batas kenyal tetapi diagram / untuk suatu arah mempunyai bagian yang lurus sebelum membengkok. Oleh karena itu kayu tidak mempunyai batas kenyal tetapi mempunyai batas proporsional yaitu sebah titik pertemuan diagram pada / antara garis yang lurus dan yang bengkok (P). Kayu lebih kuat mendukung gaya tekan sejajar arah serat daripada tegak lurus serat.

Keteguhan tekan tegak lurus serat dihitung dengan rumus :

P kg/cm ..(pers. 4) A

P = Beban Tekan, kg A =Luas bidang tekan, yaitu 5x5 cm.

1.3.3 Tabel. Daftar Kelas Kayu berdasarkan Kekuatan tekan Kekuatan tekan Absolut (Kg/cm2) 40 25 15 10

Kelas Kayu I II III IV

1.3.4

Peralatan dan Bahan Peralatan dan bahan yang digunakan dalam menentukan keteguhan tekan sejajar serat kayu pada masing-masing benda uji adalah sebagai berikut : Peralatan Gergaji potong Mesin Tekan 1000 kN Alat pengukur panjang Alat pengukur deformasi ketelitian 0,002 mm Oven listrik Bahan Kayu dengan ukuran 4,5 x 5 x 15cm

1.3.5 Keselamatan Kerja 1. 2. 3. 4. 5. 6. Gunakan alat sebagaimana fungsinya masing-masing Simpan alat pada tempatnya Konsentrasi dalam melakukan pekerjaan Mengikuti instruksi dari instruktur Menggunakan seragam praktek Menggunakan perlengkapan keselamatan kerja

10

1.3.6 Langkah Kerja Peletakan benda uji Benda uji diletakkan diatas pelat dudukan tekan mesin tekan, lalu sebuah pelat baja tebal 2-3 mm dan lebar 5 cm, diletakkan diatas permukaan benda uji sedemikian rupa sehingga pelat ini tepat berada pada bagian bidang tekannya. Pemberian beban tekan Mesin tekan dijalankan dan beban diberikan melalui pelat baja secara teratur dengan kecepatan gerakan 0,3 mm/menit, ketelitian 0,002 mm. alat pengukuran deformasi diletakkan sedemikian rupa sehingga deformasi pada bidang tekan dapat diukur. Beban tekan dihentika apabila telah tercapai deformasi sebesar 2,5 mm. Besarnya beban dicatat.

1.3.7 Data dan Perhitungan Untuk dapat mengetahui berapa beban tekan maksimum gunakan rumus seperti dibawah ini : Keteguhan tekan = Ket : P l t = Beban tekan maksimum = Lebar benda uji = Tinggi (tebal) benda uji
P kg / cm2 .l.t

..................................(pers. 5)

11

1.3.8 Tabel Pengujian Keteguhan tekan tegak lurus serat kayu


Beban Dial 30 30 35 35 40 Rata -rata kN 3 3 3,5 3,5 4 Kg 300 300 350 350 400 A 25 25 25 25 25 Ktghan tkn tegak lurus (kg/cm2) 12 12 14 14 16 13,6

No 1 2 3 4 5

Berat awal 124,88 115,68 132,98 124,50 153,09

Berat Oven 112,48 105,13 118,83 110,99 137,67

Kadar air 11,02 % 10,04 % 11,91 % 12,17 % 11,20 % 11,27 %

Ket : Berdasarkan hasil nilai rata-rata pengujian keteguhan tekan I serat kayu adalah Kelas I = 40

12

1.4

Keteguhan Tekan Sejajar Serat Kayu

1.4.1 Tujuan Percobaan Tujuan dari pengujian kuat tekan sejajar serat kayu adalah untuk dapat menentukan keteguhan tekan pada kayu serta dapat menilai kelas kekuatan kayu, dapat menerangkan cara pengujian keteguhan tekan sejajar serat kayu dengan ketelitian yang cukup, dan dapat menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar, serta mampu menentukan karakteristik kayu ditinjau dari kekuatan tekan sejajar seratnya.

1.4.2

Dasar Teori Keteguhan tekan suatu jenis kayu ialah kekuatan kayu untuk menahan muatan jika kayu itu dipergunakan untuk penggunaan tertentu. Keteguhan tekan tegak lurus serat menentukan ketahanan kayu terhadap beban. Seperti halnya berat rel kereta api oleh bantalan dibawahnya. Keteguhan ini mempunyai hubungan juga dengan kekerasan kayu dan keteguhan geser. Keteguhan tekan tegak lurus arah serat pada semua kayu lebih kecil daripada keteguhan tekan sejajar serat kayu.

Untuk menentukan keteguhan tekan // Serat dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
P kg/ cm (pers. 6) l.t

P = beban tekan, kg.

1.4.3

Tabel Daftar Kelas Kayu menurut Kekuatan Tekan Kelas kayu I II II IV V Kekuatan tekan absolute(kg/cm) 650 650 425 425 -300 300 215 < 215

13

1.4.4

Peralatan dan Bahan Peralatan dan bahan yang digunakan dalam menentukan keteguhan tekan sejajar serat kayu adalah sebagai berikut. Peralatan Gergaji potong Mesin tekan 100 kN Alat pengukur panjang Alat pengukur deformasi ketelitian 0,002 mm Timbangan digital Oven listrik Pelat Bahan Kayu dengan ukuran 4,3 x 4,3 x 20cm

1.4.5

Keselamatan Kerja Gunakan alat sebagaimana fungsinya masing-masing Simpan alat pada tempatnya Konsentrasi dalam melakukan pekerjaan Mengikuti instruksi dari instruktur Menggunakan seragam praktek Menggunakan perlengkapan keselamatan kerja

1.4.6

Langkah Kerja Tahap awal Potong masing-masing benda uji yang sesuai dengan kebutuhan. Peletakan benda uji Benda uji diletakkan ditengah-tengah dan diantara dua pelat penekan mesin tekan sedemikian rupa sehingga arah bekerja beban tekan sejajar dengan arah serat kayu.

14

Pemberian beban tekan dan deformasi Mesin tekan dijalankan dan beban diberkan secara teratur dengan kecepatan gerak menekan sebesar 0,008 cm panjang benda uji (disini panjang benda uji 20 cm, maka kecepatan gerak mesin 0,008 x 20 = 0,16 cm setiap menit. Deformasi yang terjadi pada benda uji dicatat pada curva secara teratur. Alat pengukur deformasi i diletakkan ditengahtengah arah panjang benda uji. Alat pengukur deformasi yang standar ialah compressometer. Bila alat ini tidak ada, maka dapat hanya diukur deformasi terbesar pada saat benda uji pecah/patah untuh dapat menyesuaikan kecepatan gerak beban tekan. Pada pengujian tekan, beban diberikan terus secara teratur sampai tercapai deformasi sebesar 15 cm atau sampai benda pecah/retak/belah dan tidak mampu menahan beban lebih besar. Setelah hal ini dicapai beban dihentikan, benda uji dikeluarkan dari mesin tekan lalu diamati retak-retak yang terjadi. Catat beban maksimum, misalnya P kg

Retak-retak setelah pengujian tekan Retak yang timbul dapat berbentuk seperti berikut : Retak mendatar Retak berbentuk baji Retak geser Belah memanjang Retak kompresidan geser Retak ujun

15

1.4.7

Data dan Perhitungan Untuk dapat menentukan keteguahan tekan tegak lurus serat digunakan rumus seperti berikut :

Kuat tekan =

P kg/cm2 ...................................(pers. 7) A

Ket : P A 1.4.8 = Beban tekan = Luas bidang tekan

Table pengujian keteguhan tekan II serat kayu


Berat awal (gr) 199,74 172,46 166,22 191,98 180,35 Berat Oven (gr) 183,35 157,98 150,48 157,01 164,50 Beban Mesin 120 83 700 100 72 Rata -rata kN 12 8,3 70 10 7,2 Kg 1200 830 7000 1000 720 L 5 5 5 5 5 A T 5 5 5 5 5 Kadar air 8,94 % 9,17 % 10,46 % 22,27 % 9,64 % 12,09 % Keteguh an tekan 48,00 33,20 280,00 40,00 28,80 86,00

No 1 2 3 4 5

1.4.9

Kesimpulan Berdasarkan hasil nilai rata-rata pengujian keteguhan tekan I serat kayu adalah Kelas III

16

1.5

Keteguhan Geser Sejajar Serat Kayu

1.5.1

Tujuan Percobaan Tujuan dari pengujian keteguhan geser sejajar serat kayu adalah untuk dapat menentukan keteguhan geser sejajar serat kayu pada masing-masing benda uji, untuk dapat mengetahui cara menghitung kuat geser sejajar serat dengan teliti dan benar, serta tata laksana pengujian kuat tekan geser kayu. Dapat menggunakan alat sesuai dengan fungsinya secara baik dan benar.

1.5.2

Dasar Teori Kayu mempunyai sifat dan bentuk yang berbeda-beda bukan saja karena perbedaan jenis pohon, tetapi juga tergantung pada banyak faktor lain seperti keadaan musim, keadaan sekeliling pohon. Yang dimaksud keteguhan geser adalah suatu ukuran kekuatan kayu dalam hal kemampuannya menahan gaya-gaya yang bekerja membuat suatu bagian kayu tersebut bergeser atau tergelincir dari bagian lain didekatnya. Dalam hal ini dibedakan 3 macam keteguhan yaitu keteguhan geser sejajar arah serat, keteguhan geser tegak lurus arah serat dan keteguhan geser miring. Pada keteguhan geser tegak lurus arah serat lebih besar daripada keteguhan geser sejajar serat kayu.

1.5.3

Peralatan dan Bahan Peralatan dan bahan yang digunakan dalam menentukan keteguhan tekan sejajar serat kayu adalah sebagai berikut. Peralatan a. Gergaji potong b. Mesin tekan 100 kN c. Alat pengukur panjang d. Alat pengukur deformasi ketelitian 0,002 mm e. Timbangan digital f. Oven listrik g. Pelat Bahan a. Kayu dengan ukuran 7x2x5cm

17

1.5.4

Keselamatan Kerja 1. 2. 3. 4. 5. 6. Gunakan alat sebagaimana fungsinya masing-masing Simpan alat pada tempatnya Konsentrasi dalam melakukan pekerjaan Mengikuti instruksi dari instruktur Menggunakan seragam praktek Menggunakan perlengkapan keselamatan kerja

1.5.5

Langkah Kerja 1. Tahap awal Potong kayu sebagai benda uji sesuai dengan ukuran dan gambar yang telah diberikan.

2. Tahap Tekan Tempat benda uji dialat tekan dengan posisi benda uji seperti gambar lalu sisipkan plat dikaki benda uji, lalu putarkan alat benda uji untuk dapat menentukan berapa kuat geser pada masing-masing benda uji tersebut.

3. Tahap akhir Catat hasil yang telah ditemukan pada masing-masing benda uji tersebut.

1.5.6

Data dan Perhitungan Ketegukan geser dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
P p.l

Keteguhan geser =

kg/cm2 (pers. 8)

Ket : P p l = Beban maksimum = panjang bidang geser = Lebar bidang geser

18

1.5.7

Tabel. Daftar Kelas Kayu berdasarkan Kuat Geser Kelas Kayu I II III IV Kekuatan Geser Absolut (Kg/cm2) 20 12 8 5

1.5.8

Table Pengujian Keteguhan geser sejajar serat kayu


Berat awal 32,07 29,93 29,18 30,36 29,37 Berat Kering 28,8 26,98 26,41 27,27 26,57 Kadar Air 11,35% 10,93% 10,49% 11,33% 10,54% Beban Dial 494 310 295 465 450 kN 9,8886 6,2041 5,904 9,3062 9,006 P/A (Kg/cm3) 82,405 51,701 49,200 77,552 75,050 =67,18

Kayu 1 2 3 4 5

Kg 988,86 12 620,41 12 590,4 12 930,62 12 900,6 12 Rata-rata

A=P.L

1.5.8 Kesimpulan Berdasarkan hasil Nilai rata rata pengujian kuat geser kayu adalah Kelas I

19

JOB II PENGUJIAN MORTAL

2.1

Konsistensi mortal dengan flow table

2.1.1

Tujuan pengujian Pengujian mortal dilakukan agar dapat menentukan konsistensi mortal yang dibuat dari semen portland, air dan semen.

2.1.2

Dasar Teori Bahan untuk pembuatan aduk atau mortar terdiri atas bahan perekat hidrolis dan bahan pengisi. Sebagai bahan perekat hidrolis, yang biasa digunakan adalah semen Portland, kapur aduk, atau kapur dan pusolan, bahan pengisinya adalah air. Yang mempengaruhi kuat ikatan pada pasangan batu bata atau plesteran, waktu pengikatan mortal digunakan untuk menentukan berapa lama kekerasan pada campuran mortal sehingga campuran yang telah mengeras pada waktu tertentu dapat digunakan tanpa menunggu waktu terlalu lama untuk menentukan kekerasan mortal tersebut. Mortal yang konsistensi standar mempunyai flow antara 110 120% Konsistensi mortal dinyatakan dalam persen Flow yaitu :

Flow =

D1 - Do x 100% Do ..(pers. 9)

2.1.3

Peralatan dan Bahan Peralatan dan bahan yang digunakan dalam menentukan waktu pengikatan pada mortal adalah sebagai berikut : Peralatan a. b. c. d. e. Alat pengaduk mortar Timbangan dengan ketelitian 1 gram Gelas ukur Spatula Stopwatch 20

f. g. h. i. j. k. l.

Alat vikat Cawan Sendok aduk Alat pemadat Mangkuk Sarung tangan Kaca datar 15 x 15 cm

Bahan a. b. c. Semen Portland Pasir Air

2.1.4

Keselamatan kerja 1. Simpan alat pada tempatnya 2. Pakai seragam praktek 3. Pusatkan perhatian pada pekerjaan 4. Ikutilah petunjuk instruktur

2.1.5

Langkah Kerja Pembuatan mortal a. Timbangan : Semen porland padang Pasir Air sebanyak b. c. d. Letakkan bejana dan pengaduk Masukkan semua air + semen + pasir porland Tambahkan air kedalam dan jalankan mesin pengaduk pada kecepatan rendah selama 30 detik e. Masukan perlahan-lahan pasir kedalam bejana sambil diaduk pada kecepatan rendah ( 140 5 rpm ) slama 30 detik. f. Hentikan mesin pengaduk dan pindahkan kecepatan sedang ( 285 10 rpm ) lalu aduk selama 30 detik. : 500 gr : 1500 gr : 340 ml

21

g.

Hentikan mesin pengaduk, biarkan mortal dalam bejana dan tunggu selama 1.5 menit sambil dorong kebawah mortal yang menempel pada dinding bejana dan spatula.

h.

Aduk kembali dengan kecepatan sedang selama 1 menit, kemudian mortal yang menempel pada dinding didorong kebawah

2.1.6

Penentuan konsistensi a. persiapan flow table, cetakan dan penumbuk pada posisinya. Cetakan diletakkan pada tengah-tengah meja ( plat ) dari flow teble yang sesuai dengan garis-garis yang telah tertera.

b.

Setelah selesai pengadukan, mortal disisikan kedalam cetakan dalam dua lapisan yang kirakira sama tingginya, masing-masing lapisan diratakan dengan alat pemadat/ penumbuk dengan cara ditusuk sebanyak 20 kali. Kemudian permukaan mortal diratakan bidang atasnya dengan bibir atas cetakan.

c.

Cetakan dilepas dari mortal dengan cara diangkat perlahan- lahan.

d.

Gerakan flow table dengan cara dengan memutar tuas penggerak, sehinga terjadi ketukan sebanyak dua kali dalam waktu 15 detik. Oleh katukan ini, mortal diatas meja akan bergarak melebar, mengisi permukaan meja sampai mencapai diameter tertentu.

e.

Konsistensi mortal ditujukan oleh terjadinya aliran ( flow ) setelah di beri ketukan

f.

Pengukuran Flow Dengan Kaliper Khusus , Apabila dipergunakan kaliper yang khusus untuk mengukur persen, maka besarnya flow adalah perjumlahan dari hasil perjumlahan dari hasil pembacaan skala pada 4 posisi pengukur diameter mortal, dinyatakan dalam persen

22

2.1.7

Data dan Perhitungan Tabel perhitungan hasil Pengujian konsistensi Mortal dengan Flow table.
Rata rata 67,0 %

Sampel 1

Air 300 gr

Semen 500 gr

Pasir 1500 gr

250 gr

500 gr

1500 gr

270 gr

500 gr

1500 gr

Ukuran 16,0 % 18,0 % 17,0 % 16,0 % 21,0 % 21,5 % 22,0 % 23,0 % 27,0 % 29,0 % 29,0 % 28,0 %

87,5 %

113,0 %

27 29 30 29 28,75 cm 4 D 0 10 cm

D1

Flow

D1 D0 100 % D0

28,75 10 100 % 10 187 ,5%( memenuhi )

23

2.2

Waktu pengikatan Mortal ( setting time )

2.2.1

Tujuan Pengujian Untuk menentukan waktu pengikatan mortal dengan alat vicat. Mortal dibuat dari bahan perekat hidrolik (semen portland, air dan pasir (agregat harus).

2.2.2

Dasar Teori Waktu pengikatan mortal di pengaruhi oleh waktu dan suhu diatas 30c maka pengikatan akan lebih cepat terjadi dari pada waktu pagi dan suhu di bawah 28c. Uji pengikatan mortal haruslah segara dilakukan setelah dilakukan bahan uji mortal, sebelum terjadi penguapan pada mortal atau sesudah dilakukan uji Flow table .

2.2.3

Peralatan dan bahan Peralatan 1. Alat pengaduk mortal (mixer) 2. Timbangan 3. Alat vicat 4. Kaca datar 5. Alat pemadat 6. Stopwatch 7. Cawan 8. Spatula

Bahan 1. Semen porland padang 2. Air 3. Pasir / agregat halus

24

2.2.4

Keselamatan Kerja - Simpan alat pada tempatnya - Pakai seragam praktek - Pusatkan perhatian pada pekerjaan - Ikutilah petunjuk instruktur

2.2.5

Langkah Kerja 1. pembuatan mortal a. Timbang teliti : semen porland padang : 500 gr Air 0.5 kali berat semen ( 340 ml ) Pasir, yang banyaknya diperoleh disesuaikan sedemikian normal rupa yang

sehingga

dengan

konsistensi

ditentukan sesuai cara butir 2. ( kurang lebih 3 kali berat semen ) b. Letakkan bejana dan pengaduk pada posisinya dalam mesin pengaduk ( mixser ) c. d. Masukkan semua air pengaduk kedalam bejana. Masukkan semen kedalam bejana dan jalankan pengaduk kecepatan rendah ( 140 5 rpm ) selama 30 detik e. Masukkan perlahan-lahan pasir kedalam bejana sambil diaduk kecepatan rendah selama 30 detik f. Hentikan mesin pengaduk dan pindahkan kecepatan sedang ( 285 10 rpm ) lalu aduk lagi selama 30 detik g. Hentikan mesin pengaduk, biarkan mortal dalam bejana dan tunggu selama 1.5 menit sambil dorong kebawah mortal yang menempel pada dinding bejana dengan spatula. h. Aduk kembali pada kecepatan sedang selama 1 menit, kemudian mortal yang menempel pada dinding bejana didorong kebawah dengan spatula.

25

2.

Penentuan waktu pengikatan (time of setting) a. Aduk kembali mortal yang tersisa dalam bejana pengaduk pada kecepatan sedang selama 30 detik, setelah pada penentuan konsistensi yang diinginkan.

b. Segera selesai pengadukan, isikan cetakan dengan mortal dan padatkan dengan cara seperti pada butir 2 diatas

c. Simpan cetakan yang berisi mortal ini dalam ruang lembab dan selama penyimpanan tidak boleh terganggu oleh getaran atau tergoyang.

d. Lakukan penentuan waktu pengikatan dengan jarum diameter 2 mm pada alat vicat, sebagai berikut: Cetakan berisi mortal di bawah jarum sehingga ujung jarum bersinggungan dengan permukaan mortal, stel jarum penunjuk skala pada titik nol atau ambil pembacaan awal pada skala. Lepaskan bebas plunyer dan jarum menembus mortal. Pada saat permulaan, pengujian penembusan jarum mortal dilakukan setiap 15 menit sampai pada saat jarum tidak sampai menyentuh dasar/alas cetakan. Kemudian dilakukan pada setiap 15 menit, sampai pada saat tercapai penembusan sedalam 10 mm atau kurang.

e.

Waktu pengikatan tercapai apabila pada pengujian ini jarum diameter 2 mm hanya menembus mortal sedalam 10 mm dalam waktu 30 detik setelah pelepasan bebas plunyer dan jarum, waktu pengikatan (time of setting) mortal adalah jangka waktu semen air dan pasir dicampur dan diaduk dengan alat pengaduk sampai saat tercapainya penembusan jarum sedalam 10 mm ke dalam mortal dinyatakkan dalam 15 menit. 26

2.2.6

Data Dan Perhitungan

Tabel Penentuan Waktu Pengikatan Mortal


Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3

Waktu Penurunan Waktu Penurunan Waktu Penurunan 15 48 15 49 15 46 30 46 30 49 30 42 45 38 45 46 45 39 60 38 60 42 60 36 75 36 75 36 75 28 90 34 90 34 90 24 105 32 105 33 105 23 120 28 120 31 120 21 135 25 135 28 135 19 150 10 150 21 150 17

Grafik Waktu Pengikatan Mortal


50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 Waktu Penurunan

Penurunan (mm)

27

2.3

Kuat Tekan Mortal Semen Portland ( Compressive Strenght )

2.3.1

Tujuan pengujian Menerangkan pengaruh kekuatan semen terhadap kekuatan adukan. Dan Setelah Akhir trainee di harapkan dapat menguraikan hubungan antara Pemeriksaan Konsistensi dengan pemeriksaan semen secara fisik lainnya.

2.3.2

Dasar Teori Kuat tekan mortal dilakukan yaitu untuk mengetahui karakteristik kuat tekan suatu mortal yang terdiri dari campuran agregat halus maupun kasar. Proses kuat tekan mortal dilakukan dengan alat uji kuat tekan bahan yang bertujuan untuk mengetahui range yang standar untuk campuran suatu mortal yang baik dan benar sesuai dengan ketentuan yang ada.Dalam setiap pengujian ini kita akan menemukan karakteristik yang berbeda sesuai dengan campuran yang telah disiapkan sebelum pengujian dilakukan. Misalnya standar range kuat tekan mortal yaitu : K-225.

28

2.3.3

Peralatan dan Bahan : Peralatan: No Nama alat 1 Keterangan

Alat pengaduk mortal yang dapat mengaduk Kapasitas 5 liter dalam tiga tingkat kecepatan

2 3 4 5

Timbangan ketelitian 1 gr Gelas ukur Stop wacth

Kapasitas min 2000 gr Isi 500 mol atau 1000

Cetakan benda uji berbentuk kubus 50 x 50 x50 Satu set cetakan terdiri mm dari tiga kubus

Alat pemadat/penumbuk ukuran 13 x 25 mm Tebuat dari bahan yang dan panjangnya 100-150 tidak menyerap air. Untuk menentukan

Flow table berikut cetakan padat dan kaliper Mesin uji tekan yang dapat memberi beban tekan secara merata dan terus-menerus,

konsistinsi mortal 8 Dilenkapi dengan plat

dudukan benda uji tebuat dari baja keras

ketelitian pembacaan beban 1.0% Sendok aduk cawan Bahan : 1. Semen porland atau sejenisnya 2. Air ( untuk pengaduk ) 3. Pasir ( agregat halus )

2.3.4

Keselamatan Kerja : 1. 2. 3. 4. 5. Berdoa terlebih dahulu sebelum bekerja emakai seragam praktek Konsentrasi pada pekerjaan jangan bersenda gurau ketika pengujian berlangsung Menggunakan alat sesuai fungsinya, dan simpan alat pada tempat yang telah ditentukan jika tidak digunakan lagi

29

6. Bertanyalah kepada instruktur apabila ada pekerjaan yang kurang dipahami

2.3.5

Langkah Kerja 1. Pembuatan mortal a. Gunakan sisa mortal yang telah melalui pengujian flow table sebelumnya. b. c. Cetaklah benda uji paling lambat 2,5 menit setelah selesai 30 detik setelah pengadukan , cetakan mortal dengan cetakan kubus 5 x 5 x 5 cm.cetakan diisi dalam 2 lapisan, dimana setiap lapisan dipdatkan dengan menumbuk sebanyak 32 kali dalam waktu 10 detik, dengan urutan tumbukan yang telah ditentukan.keseluruhan waktu pencetakan tidak boleh lebih dari 2 menit. d. Ratakan permukaan mortal kemudian simpan cetakan ditempat yang lembab selama 24 jam. e. Bukalah cetakan dan rendamlah mortal dalam air bersih, kemudian periksalah kekuatan mortal dengan unsur yang

biasanya 3 hari. f. Keluarkan mortal yang telah direndam selama 3 hari dan dinginkan sampai kering permukaan. g. Letakkan benda uji diatas dua penumpu dengan titiknya tepat berada dibawah batang pembeban. h. Hidupkan mesin tekan dan beri beban dengan kecepatan 4-5 kg/detik secara merata dan terus menerus sampai benda uji patah. i. Catat beban maksimum sampai benda uji patah.

30

2.3.6

Tabel kuat tekan mortal


Luas bidang tekan (cm2) 25 25 25 Tanggal Buat Uji Umur (hari) 3 3 3 Dial 1050 870 1050 Beban kN Kg Kekuatan Tekan mortal (kg/cm2) 84,43 70,08 84,43 79,65

No 1 2 3

Berat (gram) 261,4 254 265,1

17/10/11 19/10/11 17/10/11 19/10/11 17/10/11 19/10/11 Rata - rata

21,1080 2110,80 17,5203 1752,03 21,1080 2110,80

2.3.7

Keterangan Dari hasil percobaan diatas didapatkan nilai sebagai berikut: kuat tekan mortal maksimum kuat tekan rata rata Rata rata Faktor umur 3 hari Rata-rata Faktor umur 28 hari = 45,38 kg/cm 2 = 38,30 kg/cm 2 = 95,75 kg/cm
2

= 239,391 kg/cm

31

2.4

Kuat Lentur Mortal Semen Portland ( Compressive Strenght )

2.4.1

Tujuan pengujian Menerangkan pengaruh kekuatan semen terhadap kekuatan lentur adukan.

2.4.2

Dasar Teori Kuat lentur mortal dilakukan yaitu untuk mengetahui karakteristik kuat lentur suatu mortal yang terdiri dari campuran agregat halus maupun kasar. Proses kuat lentur mortal dilakukan dengan alat uji kuat lentur bahan yang bertujuan untuk mengetahui range yang standar untuk campuran suatu mortal yang baik dan benar sesuai dengan ketentuan yang ada. Dalam setiap pengujian ini kita akan menemukan karakteristik yang berbeda sesuai dengan campuran yang telah disiapkan sebelum pengujian dilakukan.

2.4.3

Peralatan dan Bahan : 1. Peralatan: No Nama alat 1 Keterangan

Alat pengaduk mortal yang dapat mengaduk Kapasitas 5 liter dalam tiga tingkat kecepatan

2 3 4 5

Timbangan ketelitian 1 gr Gelas ukur Stop wacth

Kapasitas min 2000 gr Isi 500 mol atau 1000

Cetakan benda uji berbentuk persegi panjang Satu set cetakan terdiri Alat pemadat/penumbuk ukuran 13 x 25 mm dari tiga kubus

dan panjangnya 100-150 Flow table berikut cetakan padat dan kaliper

Tebuat dari bahan yang tidak menyerap air. menentukan

Mesin uji tekan yang dapat memberi beban Untuk tekan secara merata dan

terus-menerus, konsistinsi mortal Dilenkapi dengan plat

ketelitian pembacaan beban 1.0% Sendok aduk cawan

dudukan benda uji tebuat dari baja keras

32

2. Bahan : 1.Semen porland atau sejenisnya 2.Air ( untuk pengaduk ) 3.Pasir ( agregat halus )

2.4.4

Keselamatan Kerja : 1. Berdoa terlebih dahulu sebelum bekerja 2. Memakai seragam praktek 3. Konsentrasi pada pekerjaan 4. jangan bersenda gurau ketika pengujian berlangsung 5. Menggunakan alat sesuai fungsinya, dan simpan alat pada tempat yang telah ditentukan jika tidak digunakan lagi 6. Bertanyalah kepada instruktur apabila ada pekerjaan yang kurang dipahami

2.4.5

Langkah Kerja 1.Pembuatan mortal a. Gunakan sisa mortal yang telah melalui pengujian flow table sebelumnya. b. c. Cetaklah benda uji paling lambat 2,5 menit setelah selesai 30 detik setelah pengadukan , cetakan mortal dengan cetakan prisma 25 x 25 x 100 cm.cetakan diisi dalam 2 lapisan, dimana setiap lapisan dipdatkan dengan menumbuk sebanyak 32 kali dalam waktu

10

detik,

dengan

urutan

tumbukan

yang

telah

ditentukan.keseluruhan waktu pencetakan tidak boleh lebih dari 2 menit. d. Ratakan permukaan mortal kemudian simpan cetakan ditempat yang lembab selama 24 jam. e. Bukalah cetakan dan rendamlah mortal dalam air bersih, kemudian periksalah kekuatan mortal dengan unsur yang biasanya 3 hari.

33

f.

Keluarkan mortal yang telah direndam selama 3 hari dan dinginkan sampai kering permukaan.

g.

Letakkan benda uji diatas kedua penumpu dengan titiknya tepat berbeda dibawah batang pembebanan.

h.

Hidupkan mesin lentur dan beri beban dengan kecepatan 4-5 kg/detik secara merata dan terus menerus sampai benda uji patah.

i.

Catat beban maksimum sampai benda uji patah.

2.4.6
No 1 2 3 4

Tabel kuat Lentur mortal


Luas bidang tekan Lebar 2,5 2,5 2,5 2,5 Tinggi 2,5 2,5 2,5 2,5 Jarak tumpuan 7,5 7,5 7,5 7,5 Tanggal Buat 17/10/11 17/10/11 17/10/11 17/10/11 Uji 19/10/11 19/10/11 19/10/11 19/10/11 Umur (hari) 3 3 3 3 Beban Dial 70 75 80 60 kN 1,4009 1,5010 1,6010 1,2007 Kg 140,09 150,10 160,10 120,07 Kuat Lentur (kg/cm2) 100,86 108,07 115,27 86,45 102,66

Rata - rata

2.4.7

Keterangan Dari hasil percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa : kuat tekan mortal maksimum = 3,6020 kg/cm kuat tekan rata rata Faktor umur 3 hari Faktor umur 28 hari = 9,6056 kg/cm = 6,004 kg/cm = 15,009. kg/cm

Standar kuat tekan adalah <75 dan Standar kuat lentur adalah <10 - 25 , Jadi kuat lentur yang didapat masuk kedalam ring standar.

34

JOB III PENGUJIAN BATU BATA MERAH

3.1

Pengujian Batu-Bata

3.1.1

Tujuan pengujian Setelah akhir pelajaran trainee diharapkan dapat menentukan mutu batu bata berdasarkan ukuran dan tapak luar dari batu bata.dan Tujuan dari percobaan sifat fisis batu bata adalah untuk dapat menentukan prosedur bata dan ukuran bata merah dengan benar, dapat menentukan ukuran dan bentuk luar batu bata merah.

3.1.2

Dasar Teori Bata merah adalah unsur bangunan yang digunakan untuk pembuatan konstruksi bangunan, dibuat dari tanah dengan atau tanpa campuran bahanbahan lain, dibakar pada suhu yang cukup tinggi hingga tidak dapat hancur lagi bila disiram dengan air. Bata merah pejal yang berlobang kurang dari pada 15% luas potongan datarnya termasuk lingkup standar 5 x11 x 23cm.

3.2

Pengujian Sifat Fisis Batu Bata Merah Pengujian bata merah meliputi : 1. Pengujian Ukuran o o o o Panjang Lebar Tebal Berat

2.

Pengujian Tampak Luar o o o Bidang-bidangnya Rusuk-rusuknya Warna dan penampang

35

3.2.1

Uji warna dan penampang bata Uji warna dan retak-retak adalah mengambil warna dan permukaan bata keretakan yang terdapat pada penampang potongan bata. Warna dinyatakan dengan warna tua, merah muda, kekuning-kuningan, kemerah-merahan, keabu-abuan dan sebagainya. Warna pada belahan merata atau tidak, mengandung butir-butir kasar atau tidak, serta rongga-rongga didalamnya.

Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data : 1. 2. 3. 4. Warna bata Kehalusan butiran Kekerasan butiran Rongga-rongga pada penampang potongan

3.2.2

Uji bentuk Uji tampak luar dinyatakan dengan bidang-bidangnya rata atau tidak rata,

menunjukkan retak-retak atau tidak, rusuk-rusuknya siku dan tajam atau tidak, rapuh atau tidak. Untuk mengetahui hal tersebut diatas, digunakan alat penyiku yang akhirnya disimpulkan bentuk yang tidak sempurna ada berapa % dari jumlah yang diperiksa. 3.2.3 Uji ukuran Ukuran batu bata merah yang sesuai dengan standar ada 2 macam, yaitu : a. Batu Bata Merah b. Batu Bata Merah : panjang 240 mm, lebar 115 mm, tinggi 52 mm : panjang 230 mm, lebar 110 mm, tinggi 50 mm

Penyimpangan maksimum diperbolehkan sebesar : o o o Panjang maksimum 3 % Lebar maksimum 4 % Tebal maksimum 5 %

Tetapi antara bata ukuran terbesar dan terkecil selisih maksimum yang diperbolehkan ialah untuk panjang 10 mm, lebar 5 mm, tebal 4 mm. Jumlah penyimpangan tiap mutu bata sebesar :

36

a. b. c.

Bata merah tingkat I : tidak ada yang menyimpang Bata merah tingkat II : satu buah dari sepuluh benda uji Bata merah tingkat III : dua buah dari sepuluh benda uji.

3.2.4

Uji Berat Diambil data yang dalam kondisi utuh dari sembarang letak/posisi contoh atau bata yang diserahkan. Masing-masing mempunyai berat dalam keadaan kering udara didalam ruangan pengujian. Dari hasil penimbangan dihitung harga rata-ratanya yang dinyatakan dalam kg.

3.2.5

Peralatan dan bahan Peralatan Jangka sorong/ mistar Timbangan Penyiku Gergaji

Bahan Batu Bata Merah

3.2.6

Keselamatan Kerja - Pakai seragam praktek - Baca petunjuk Job Sheet - Ikutilah petunjuk Instruktur - Perguanakan alat sesuai dengan fungsinya - Gunakan perlengkapan keselamatan kerja.

37

3.2.7

Langkah kerja 1. pemeriksaan ukuran batu bata 1. Ukur panjang, lebar dan yebal batu bata dilakukan paling sedikit 3 kali pada tempat-tempat yang terlihat. 2. Tentukan pula penyimpanan maksimalnya dan dinyatakan dalam mm

3.2.8

Tabel hasil pengukuran batu bata


Ukuran (cm) Panjang 18,7 18,7 19 18,5 18,7 19 18,5 18,5 19,5 19 Lebar 9,3 9,3 9,3 9,4 9,2 9,5 9,4 9,5 9,5 9,5 Tinggi 4 4 4 4,1 4,2 4,2 4 4 4,4 4,1 Berat (gr) 1166,2 1200,4 1174,0 1186,4 1127,7 1227,2 1196,6 1206,1 1285,2 1225,7 Tampak Luar Rata Retak Siku Tajam

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Keterangan: Ukuran bata standar 5 x 11 x 23, ternyata dilapangan ukuran bata 4,1 x 9,4 x 18,8 Jadi, perbandingan ukuran bata standard dan ukuran bata dilapangan ialah: a. Tebal batu bata perbedaannya b. Lebar batu bata perbedaannya c. Panjang batu bata perbedaannya 82,00 % 85,45 % 81,74 %

38

3.2.9

Pemeriksan tampak luar Bentuk : Periksa keadaan permukaan batu bata yaitu: a. b. c. d. Bidang datar Kesikuan rusuk-rusuknya kekuatan rusuk-rusuknya keretakan

hitung persentase batu bata yang tidak sempurna dari jumlah yang diperiksa

Berat : Timbangan berat batu bata utuh dengan ketelitian 10 gr Hitung berat rata-rata batu bata dan nyatakan besar batu bata dalam gram Warna : Ukur sisi panjang batu bata Beri tanda pada 1/2 panjang batu bata potong batu bata tepat pada tanda tersebut (1/2 panjang ) shingga diperoleh 2 potong batu bata yang sama panjang.

39

3.3

Suction rate batu bata

3.3.1

Tujuan pengujian Setelah akhir pelajaran trainee diharapkan dapat mengetahui besar daya serap (suction rate) dari batu bata yang diperiksa.

3.3.2

Dasar Teori Besarnya suction rate (penghisapan batu bata) batu bata di anjurkan 10- 20 gr / dm / menit, jika batu bata mempunyai suction lebih besar dari pada angka ini, maka batu bata perlu di rendam dalam air.

Suction Rate dapat dihitung dengan rumus :

Suction Rate =

B-A ( gr / dm / menit ) F

3.3.3

Peralatan & Bahan : Peralatan - Cawan - Kaki penyangga - Timbangan - Kain lap - Oven - Stopwatch

Bahan - Batu bata merah - Air

40

3.3.4

Keselamatan Kerja Pakai seragam praktek Baca petunjuk Job Sheet Ikutilah petunjuk Instruktur Perguanakan alat sesuai dengan fungsinya Gunakan perlengkapan keselamatan kerja.

3.3.5

Langkah Kerja 1. Keringkan batu bata dalam oven yang suhunya tetap konstan (110 5)
0

C, hingga berat tetap (A gr)

2. Masukkan kaki penyangga dari baja siku ke dalam bak atur jarak as ke as 3/4 panjang batu bata. 3. tuangkan air ke dalam bak, hingga air dalam bak mencapai ketinggian 1 cm di atas permukaan kaki penyangga. 4. Masukkan batu bata ke dalam dengan meletakkannya pada kaki penyangga. 5. Biarkan batu bata terendam selama 1 menit. 6. Angkat bau bata perlahan-lahan. 7. Lap bidang permukaan batu bata dari kelebihan air. 8. Timbang berat batu bata tersebut.

3.3.6

Table Saction Rate


Berat asli (gr) 1166,2 1200,4 1174,0 1186,4 1127,7 Berat oven (gr) 1165,4 1198,4 1172,6 1167,2 1126,6 Berat setelah direndam (gr) 1200,6 1333,2 1277,6 1203,7 1223,4 Rata - rata Luas daya serap P (dm) 1,87 1,87 1,9 1,85 1,87 L (dm) 0,93 0,93 0,93 0,94 0,92 Luas (dm2) 1,7391 1,7391 1,7670 1,7390 1,7204 Daya serap batu bata (gr/dm2/mnt) 20,24 77,51 59,42 20,99 56,27 46,89

No 1 2 3 4 5

Ket . Standar peresapan bata adalah dari 10 25 % . maka dari hasil yang didapat Peresapannya sangat tinggi yaitu 33,104. 41

3.4

Kuat Tekan Batu Bata

3.4.1 Tujuan pengujian Untuk mengetahui klasifikasi kuat tekan batu bata yang telah direndam selama 24 jam.

3.4.2 Dasar Teori Pada dasarnya batu bata mempunyai ukuran bermacam macam. Untuk mendapatkan hasil kerja yang maksimum tentunya bahan bahan bangunan yang didapat bermutu tinggi. Salah satunya batu bata dilakukan dengan pengujian kuat tekan. Dua buah batu bata yang diberi spasi mortal didiamkan selama 1 hari dan kemudian direndam selama 24 jam. Kemudian di uji kuat tekannya dengan mesin penekan. Sekuat mana batu bata tersebut sanggup menahan beban yang diberikan. Dengan adanya pengujian tersebut kita dapat mengetahui kualitas yang baik.

3.4.3

Peralatan dan Bahan Peralatan Cetakan benda uji Spatula Cawan Tangki

Bahan - Pasir - semen Portland - batu bata

3.4.5 Keselamatan Kerja 1) Berdoa terlebih dahulu sebelum bekerja. 2) Memakai seragam praktek. 3) Konsentrasi pada pekerjaan.

42

4) Gunakan alat sesuai dengan fungsinya, dan simpan pada tempatnya jika tidak digunakan lagi. 5) Bertanya jika ada pekerjaan yang tidak dimengerti.

3.4.6 Langkah kerja 1) Potong batu bata menjadi 2 bagian yang sama besar. 2) Letakkan kedua potongan tersebut kedalam cetakan,dan diberi jarak 6 mm. 3) Isilah ruang antara tersebut dengan aduk spesi 1 semen : 3 pasir hingga padat. 4) Diamkam selama 1 hari. 5) Buka Cetakan bata dan keluarkan pasangan mata dari cawan 6) Rendam benda uji dalam air bersih pada tangki pematang selama 24 jam. 7) Angkat benda uji dari tangki pematang. 8) Tekan benda uji dengan mesin penekan hingga tercapai kekuatan maksimumnya.

3.4.7

Data dan Perhitungan


Beban Berat 1227,2 1196,6 1206,1 1285,2 1225,7 Mesin 40 50 40 60 60 kN Kg Alas Panjang Lebar (cm) (cm) 9,5 9,25 9,25 9,75 9,5 9,5 9,4 9,5 9,5 9,5

Kuat tekan (kg/cm2) 4,43 5,75 4,55 6,48 6,65 5,57

4 400 5 500 4 400 6 600 6 600 Rata -rata

Keterangan : Nilai rata-rata yang didapat adalah 52,42.

43

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan Setelah melaksanakan praktek laboratorium pengujian bahan selama sembilan hari ,penulis dapat mengambil kesimpulan antara lain adalah :

1. Dapat mengenal alat-alat dan mesin-mesin yang ada di laboratorium sipil pada khususnya mesin-mesin dalam pengujian bahan I seperti : Mesin Tekan Timbangan Oven Pengering Alat Pemadat (Penumbuk) Tabung Le Chatelier Corong Kaca Mesin Pengaduk Alat Vicat dan Cincin Konik Water Bach ( Mesin Rebus)

2. Dengan Adanya mesin-mesin praktek di laboratorium dapat meningkatkan keterampilan ,mutu,dan kualitas mahasiswa dalam hal pengujian bahan. 3. Dalam pengujian bahan sebaiknya pengujian dilakukan dengan

teliti,cermat,bertanggung jawab dan tepat waktu.

4.2 Saran

Setelah melakukan pengujian bahan ini,ada beberapa hal yang ingin penulis sampaikan berupa saran-saran sebagai masukan yang bersifat membangun yaitu : Dalam pengujian bahan,sebaiknya alat lebih lengkap dan jumlahnya mencukupi ,agar pelaksanaan pengujian lebih efisien. Untuk mencapai hasil pengujian yang standar /maksimal sebaiknya pengujian dilakukan lebih teliti dan diawasi oleh instruktur.

44

DAFTAR PUSTAKA

Ir. M. Tri Rochadi, MSA, dkk, Pengujian Bahan Bangunan 2, Bandung, 1996 Anni Susilowati, dkk, Petunjuk Praktikum Laboratorium Pengujian Bahan, Bandung, 1996 John Stefford, dkk, Teknologi Kerja Kayu, Erlangga, Jakarta, 1986 Ir. Yunief, dkk, Petunjuk Praktikum Bahan Bangunan I, Bandung, 1996

45

Anda mungkin juga menyukai