JALAN
DISAMPAIKAN
OLEH
DR. IR. SOFYAN M. SALEH, MSC.ENG
Tapi
ketika seorang “engineer” membuat kesalahan,
Banyak korban!
PERTANYAANNYA ADALAH
Udara
Transfer
Terlalu besarnya
Laut Darat peran moda jalan
mengakibatkan
ekonomi biaya
Kereta tinggi
Api
Pungutan liar di
angkutan jalan
Rendahnya penerapan
sistem transportasi
multimoda
Perkembangan Teknologi Jalan Raya Modern
• Pada awal abad ke-20 saat kendaraan bermotor mulai banyak
dimiliki masyarakat, timbul pemikiran untuk membangun jalan
raya yang lebih nyaman dan aman. Kendaraan dengan mesin
yang dapat melaju lebih kencang memberikan guncangan yang
lebih keras dan ini sangat tidak nyaman bagi para pengendara
saat berjalan pada jalan raya yang ada, hal ini yang kemudian
melahirkan metode perkerasan baru.
• Konstruksi jalan raya telah dikaji secara mendalam dimana
mulai memperhatikan seperti:
1) perhitungan tebal perkerasan;
2) konstruksi perkerasan dan lapisan penutup;
3) perencanaan geometris.
Perkembangan Teknologi Jalan Raya Modern
Keterangan:
A : Lapisan Penutup/Aspalan
A1 : Lapisan Penutup (Surface)
A2 : Lapisan Pengikat (Binder)
B : Perkerasan
B1 : Perkerasan Atas (Base)
B2 : Perkerasan Bawah (Sub-Base)
C : Tanah Dasar (Sub-Grade)
• Tahap ke-1 :
menitikberatkan kepada pengalaman-pengalaman di lapangan,
sehingga rumus/perhitungan yang diperoleh adalah rumus-rumus
empiris;
• Tahap ke-2 :
menitikberatkan kepada teori dan analisis meski hanya merupakan
teori pendekatan yang dilengkapi dengan pengalaman; rumus yang
diperoleh adalah rumus-rumus teoretis yang dilengkapi dengan
koefisien-koefisien hasil pengalaman untuk keperluan praktik disertai
pula dengan grafik atau nomogram;
• Tahap ke-3 :
mengembangkan rumus-rumus teoretis tersebut di atas dengan
percobaan yang intensif di laboratorium sehingga menghasilkan
rumus/persamaan analitis yang dilengkapi dengan rumus empiris
laboratorium.
Perkembangan Teknologi Jalan Raya Modern
• Pada tahun 1980-an diperkenalkan perkerasan jalan dengan aspal emulsi dan
butas, tetapi dalam pelaksanaan atau pemakaian aspal butas terdapat
permasalahan dalam hal variasi kadar aspalnya yang kemudian disempurnakan
pada tahun 1990 dengan teknologi beton mastik.
• Perkembangan konstruksi perkerasan jalan menggunakan aspal panas (hot mix)
mulai berkembang di Indonesia pada tahun 1975, kemudian disusul dengan
jenis yang lain seperti aspal beton (asphalt concrete/AC) dan lain-lain.
• Teknik-teknik tersebut kebanyakan hanya mengembangkan jenis lapisan
penutup tempat dimana muatan/beban langsung bersinggungan.
• Perkembangan dan inovasi tersebut dilakukan demi menjaga keamanan dan
kenyamanan pengguna jalan sekaligus diharapkan dapat mereduksi biaya
pembuatan maupun perawatan (maintenance).
• Jalan aspal modern merupakan hasil karya imigran Belgia Edward de Smedt di
Columbia University, New York. Pada tahun 1872, ia sukses merekayasa aspal
dengan kepadatan maksimum.
• Aspal itu dipakai di Battery Park dan Fifth Avenue, New York, tahun 1872 dan
Pennsylvania Avenue, Washington D.C pada tahun 1877.
Perkembangan Teknologi Jalan Raya Modern
• Konstruksi perkerasan menggunakan semen sebagai bahan pengikat
telah ditemukan pada tahun 1828 di London tetapi konstruksi
perkerasan ini baru mulai berkembang pada awal 1900-an.
• Konstruksi perkerasan menggunakan semen atau concrete pavement
mulai dipergunakan di Indonesia secara besar-besaran pada awal
tahun 1970 yaitu pada pembangunan Jalan Tol Prof. Sediyatmo.
• Metode ini selain menghasilkan jalan yang relatif tahan terhadap air
(musuh utama aspal) juga dapat dikerjakan dalam waktu yang cukup
singkat.
• Secara umum perkembangan konstruksi perkerasan di Indonesia mulai
berkembang pesat sejak tahun 1970 dimana mulai diperkenalkannya
pembangunan perkerasan jalan sesuai dengan fungsinya.
• Sementara perencanaan geometrik jalan seperti sekarang ini baru
dikenal sekitar pertengahan tahun 1960 dan baru berkembang dengan
cukup pesat sejak tahun 1980
INOVASI ANAK NEGERI
KARYA TEKNIK SIPIL
ACPS (adhi concrete pavement system)
• Pemerintah memang sudah menyadari hal ini dan melancarkan
program seperti Infrastructure Summit. Namun, di tengah hiruk-pikuk
politik, belum terdengar lagi terobosan pembangunan infrastruktur.
• ACPS (adhi concrete pavement system) adalah Teknologi Alternatif
Perkerasan Konstruksi Jalan Baru yang merupakan karya inovasi
teknik sipil.
• ACPS telah diterapkan pada pembangunan Jalan Tol Kanci-Pejagan
sepanjang 35 km di Wilayah Cirebon yang diresmikan oleh Presiden
SBY.
• Peresmian pada 26 Januari 2012 itu memang masih menyisakan
satu-dua pertanyaan, seperti mengapa kita memfokuskan diri pada
jalan tol, bukan pada jalan kereta atau jalan raya biasa yang lebih
berpihak pada rakyat lebih banyak.
Bagian dari Ruas jalan TOL Kanci - Pejagan
ACPS (adhi concrete pavement system)
• Namun, di luar wacana yang lebih bersifat ideologis tersebut,
pertimbangan pragmatis memang lebih terasa. Yang lebih penting,
infrastruktur yang dibutuhkan tersebut tersedia dan kalau bisa dibuat
dengan lebih cepat, hasil lebih baik, biaya lebih ringan, dan ongkos
pemeliharaan lebih murah. Untuk menjawab tuntutan di atas,
peranan riset dan inovasi menjadi penting
• Bagi perusahaan konstruksi yang sudah eksis selama 50 tahun,
seperti Adhi Karya yang memperkenalkan ACPS, munculnya
teknologi seperti ACPS juga sebagai jawaban. Dari sisi inovasi,
ACPS merupakan jargon baru setelah pada masa lalu kita
mendengar adanya teknik konstruksi cakar ayam dan teknik arjuna
sasrabahu. Dari sisi teknik pengerasan jalan, orang melihat ACPS
sebagai pengayaan.
• Apabila sebelum tahun 2009 hanya dikenal dua teknik perkerasan
jalan, yakni ”perkerasan lentur” (flexible pavement) dan ”Perkerasan
kaku” (concrete/rigid pavement), setelah 2009 ada perkerasan lentur
dan perkerasan kaku yang bisa dibagi dua.
ACPS (adhi concrete pavement system)
• Yang pertama adalah perkerasan kaku dengan pracetak-pratekan
yang tidak lain adalah ACPS dan, yang kedua, perkerasan kaku
dengan cor di tempat. Penganjur teknik ACPS mengaku bahwa
teknik ini menghasilkan waktu konstruksi lebih cepat, hasil lebih
bermutu dan lebih awet, menggunakan tenaga lebih sedikit, serta
total biaya konstruksi dan pemeliharaan lebih kompetitif.
• Dulu konstruksi cakar ayam dipromosikan untuk menjawab
tantangan pembangunan jalan/landasan di daerah berawa. Teknik
arjuna sasrabahu dibutuhkan untuk membangun jalan layang di atas
jalan yang sibuk. Kini ACPS dimajukan untuk menjawab tantangan
soal pembangunan jalan tol yang efisien. Satu hal yang lebih ingin
digarisbawahi di sini adalah pentingnya budaya litbang dan inovasi
karena dua faktor itulah yang akan menentukan daya saing suatu
bisnis. Tanpa itu, seumur-umur kita hanya akan menjadi konsumen
teknologi dan tak pernah menumbuhkan karya Iptek yang berdasar
pada kondisi dan kearifan lokal.
Redesain dari sistem RPC ke Sistem ACPS
• Desain awal Jalan Tol Kanci-Pejagan, menggunakan perkerasan
kaku cor di tempat (Rigid Pavement Concrete- cast in situ) dengan
ketebebalan 30 cm, sebagai struktur ruas Jalan Tol atau Jalan bebas
hambatan ruas Kanci-Pejagan sepanjang 35 km. Penggunaan
perkerasan kaku merupakan pilihan yang cukup baik, untuk jalan tol
yang dilewati oleh beban cukup berat dan kecepatan cukup tinggi.
Sifatnya yang lebih kuat dan lebih tahan lama, dibandingkan dengan
perkerasan lentur menyebabkan perkerasan kaku menjadi pilihan
yang tepat. Akan tetapi perkerasan kaku yang menggunakan sistem
cor di tempat, mempunyai beberapa kelemahan dan membutuhkan
masa pelaksanaan yang cukup lama.
• “Karena sistem Rigid Pavement Concrete (RPC) mempunyai banyak
kelemahan, kemudian kami mengusulkan kepada investor untuk
menggunakan sistem baru di Indonesia yang sebenarnya sudah
lama digunakan di Amerika Serikat, yaitu Precast Prestress Concrete
Pavement (PPCP).
Redesain dari sistem RPC ke Sistem ACPS
• di Amerika, yaitu di Texas, dan bisa melihat perbedaan jalan tol yang
telah dilaksanakan dengan menggunakan sistem Precast Prestress
Concrete Pavement (PPCP) dengan sistem RPC yang berada
berdampingan di daerah tersebut. Umur jalan tol umumnya
direncanakan 50 tahun, tetapi jalan tol yang menggunakan sistem
PPCP meskipun sudah berumur 30 tahun belum terlihat adanya
kerusakan, karena dengan sistem tersebut dicetak di pabrik
homogenitasnya sangat terkontrol. Berbeda dengan jalan tol yang
menggunakan sistem RPC konvensional, dengan umur yang sama
sudah terlihat adanya bekas retak-retak dan perbaikannya.”
Redesain dari sistem RPC ke Sistem ACPS
• Pada prinsipnya, sambung Dwiyono, beton tidak bisa menahan tarik.
Namun, beton akan mengalami tarik akibat perbedaan suhu. Pada siang hari
suhu udara panas, beton mengalami tarik di permukaan atas dan bagian
bawah lebih dingin sehingga mengalami tekan. Sebaliknya, pada malam hari
di permukaan atas beton mengalami tekan, dan pada bagian bawah
mengalami tarik. Disebabkan masalah suhu tersebut yang terjadi setiap hari
sehingga retak beton RPC merambat dari bawah ke atas atau sebaliknya.
Retakan yang terjadi di RPC biasanya diikuti dengan terjadinya rembesan
air dan diperparah dengan terjadinya pumping. Itu berarti kegagalan struktur.
Hal tersebut sering dialami pada beton untuk pekerjaan jalan dengan sistem
RPC, yang dilaksanakan dengan cor di tempat.
sumber : http://www.sipil.undip.ac.id/
GEOGRID SOLUSI UNTUK JALAN BERLUBANG
• GeoGrid (Enkagrid) merupakan bahan Geosynthetics yang berfungsi
sebagai lapisan perkuatan (reinforcenent) untuk lereng jalan dan
lain2, enkagrid mempunyai kuat tarik yang besar sampai 180 kN,
untuk itu product jenis ini sangat sesuai untuk di pakai pada
konstruksi jalan baru yang lapisan tanah dasarnya ber CBR rendah
dibawah 2 %. GeoGrid sangat baik digunakan pada jalan raya yang
berada pada struktur tanah yang kurang labil, sehingga jalan raya
yang berlubang akan dapat teratasi.
Pemasangan GeoGrid
pada Lereng rawan
longsor
RECYCLING (Teknologi Daur Ulang Perkerasan Jalan)