Dosen Pengampu
Evi Puspitasari, S.T., M.Sc.
Disusun oleh :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TIDAR
2022
TUGAS JALAN KERETA API
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya sehingga proposal dengan judul “Perencanaan Jalan Kereta Api” ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik materi maupun pikirannya.
Magelang,
2022
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Transportasi menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan
masyarakat. Terdapat hubungan erat antara transportasi dengan jangkauan
dan lokasi kegiatan manusia, barang, dan jasa. Untuk mencapai hal
tersebut dibutuhkan sarana transportasi yang cepat dan aman. Kereta api
saat ini menjadi sarana transportasi darat yang sangat diminati masyarakat.
Perkembangan kereta api menggunakan jalan rel mulai mengalami
peningkatan dalam kuantitas pengangkutan, kecepatan perjalanan, dan
keawetan sarana-prasarananya. Oleh karena itu, dalam konstruksi jalan
kereta diperlukan perencanaan yang harus sesuai ketentuan teknis
sehingga dapat dipertanggungjawabkan.
Pengoperasian sarana perkeretaapian perlu dilakukan pengujian,
pemeriksaan, perawatan, dan sertifikasi. Adanya tuntutan dari konsumen
terhadap peningkatan segi kenyamanan dan keselamatan operasional
kereta api membutuhkan perhatian yang lebih dari operator untuk merawat
sarana perkeretaapian yang dioperasikannya dengan bervariasinya
teknologi yang dipergunakan. Pemeriksaan dan perawatan pada prinsipnya
dilaksanakan oleh penyelenggara sarana perkeretaapian, sedangkan
pengujian dan sertifikasi sarana perkeretaapian dilaksanakan oleh
pemerintah dan dapat dilimpahkan kepada Badan Hukum atau Lembaga
yang mendapat akreditasi dari pemerintah.
Menurut Undang – Undang No 23 Tahun 2007 pasal 36, jalur kereta api
sendiri terdiri dari beberapa ruang meliputi ruang manfaat jalur
(RUMAJA) kereta api, ruang milik jalur (RUMIJA) kereta api, dan ruang
pengawasan jalur (RUWASJA) kereta api.
B. Sejarah Kereta Api di Indonesia
Kehadiran kereta api di Indonesia pertama muncul di masa penjajahan
Belanda. Pembangunan jalan rel sepanjang 26 km pada lintas Kemijen –
Tanggung yang dibangun oleh N.V. Nederlandsch Indische Spoorweg
Maatschappij (NIS) dimulai pada hari Jumat, 17 Juni 1864. Jalur kereta
api lintas Kemijen – Tanggung mulai dibuka untuk umum pada hari Sabtu,
10 Agustus 1867. Pada tanggal 6 April 1875, pemerintah Hindia Belanda
menyetujui undang – undang pembangunan jalan rel.
Dengan adanya undang- undang pembangunan jalan rel yang ada,
pembangunan jalan rel dapat dilakukan beberapa tempat hingga di luar
pulau Jawa. Namun sejarah jalan rel di Indonesia mengalami adanya masa
yang memprihatinkan ketika pendudukan Jepang membongkar jalur kereta
api untuk diangkut dan dipasang di Burna (Myanmar). Bahkan
pemindahan jalan rel ini disertai pengalihan tenaga kereta api Indonesia ke
Myanmar. Akibat tindakan pendudukan Jepang ini, menyebabkan
berkurangnya jaringan jalan rel di Indonesia.
Sejarah perjuangan Bangsa Indonesia mencatat pengambilalihan
kekuasaan perkeretaapian oleh pihak Jepang yang terjadi pada 28
September 1945 telah ditangani oleh institusi pengelolaan yang dimulai
dengan Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI) hingga 1950.
Perubahan nama dan sistem pengembangan sering terjadi hingga akhirnya
menjadi PT Kereta Api Indonesia (PT. KAI) yang berdasarkan PP. No. 19
tahun 1998.
C. Jenis – Jenis Kereta Api
Pengelompokan jenis – jenis kereta api dapat dikelompokkan atas jenis
tenaga penggerak ataupun dari penempatan rel yang digunakan.
1) Dari Segi Propulsi (Tenaga Penggerak)
- Kereta Api Uap
Kereta api ini digerakkan dengan uap air dari ketel uap yang
dipanaskan dengan kayu bakar, batu bara, ataupun minyak bakar.
Untuk menggerakkan roda kereta api uap air dari ketel uap
dialirkan ke riang dimana piston diletakkan, uap air masuk akan
menekan piston untuk bergerak dan di sisi lain diruang piston uap
air yang berada diruang tersebut didorong keluar demikian
seterusnya.
- Kereta Api Diesel
Kereta api diesel bisa dibagi atas dua kelompok yaitu:
a) Lokomotif diesel adalah jenis lokomotif yang bermesin diesel
dan umumnya menggunakan bahan bakar mesin dari solar. Ada
dua jenis utama kereta api diesel ini yaitu kereta api diesel
hidraulik dan kereta api diesel elektrik.
b) Kereta rel diesel yaitu kereta yang dilengkapi dengan mesin
diesel yang dipasang dibawah kabin, seperti halnya lokomotif
diesel dapat dijalankan dengan kopling hidraulik ataupun
dengan cara yang sama dengan diesel elektrik.
- Kereta Rel Listrik
Kereta Rel Listrik, disingkat KRL, merupakan kereta rel yang
bergerak dengan sistem propulsi motor listrik. Di Indonesia, kereta
rel listrik terutama ditemukan di kawasan Jabotabek, dan
merupakan kereta yang melayani para komuter (lihat KRL
Jabotabek). Kereta rel listrik berbeda dengan lokomotif listrik.
Pada saat ini kereta rel listrik melayani jalur-jalur Jakarta Kota ke
Bekasi, Depok dan Bogor, Tangerang, dan Serpong, serta trayek
melingkar dari Manggarai, Jatinegara, Pasar Senen, Kampung
Bandan, Tanah Abang, ke Manggarai lagi dan sebaliknya.
- Kereta Api Daya Magnet
Kereta api ini disebut juga sebagai Maglev sebagai singkatan dari
Magnetic Levitation dimana kereta diangkat dengan menggunakan
medan magnit dan didorong dengan medan magnit juga. Karena
kereta terangkat dan bergerak berdasarkan medan magnit sehingga
tidak ada gesekan sama sekali dengan infrastuktur> Kereta maglev
dapat berjalan pada kecepatan yang sangat tinggi. Teknologi ini
sudah diterapkan secara komersil pada lintas antara Bandara
Internasional Pudong dengan kota Shanghai yang dapat berjalan
pada kecepatan sekitar 400 km/jam. Sistem dengan kecepatan lebih
rendah juga sudah diujikan di kota Nagoya menuju pusat pameran
kota Nagoya yang disebut sebagai Linimo yang merupakan
singkatan dari sistem penggeraknya yang disebut sebagai linier
motor.
2) Dari Penempatan Rel
- Kereta Api Bawah Tanah
Kereta api bawah tanah adalah kereta api yang berjalan dalam
terowongan dibawah permukaan tanah, merupakan solusi yang
ditempuh untuk mengatasi persilangan sebidang.
- Kereta Api Layang
Kereta api layang merupakan kereta api yang berjalan diatas
permukaan tanah sehingga tidak menimbulkan gangguan pada
kelancaran lalu lintas kendaraan bermotor.
- Kereta Api Permukaan
Kereta api dari jenis ini merupakan merupakan pilihan yang paling
murah, namun karena banyak persilangan sebidang dengan jalan
raya kereta api ini hanya feasibel untuk lintas-lintas yang tingkat
penggunaannya rendah.
D. Kelebihan dan Kekurangan Moda Transportasi Kereta Api
Kelebihan kereta api terdiri dari berbagai macam hal sebagai berikut.
- Kereta api merupakan moda angkutan massal yang memiliki daya
angkut yang banyak.
- Waktu tempuh yang relatif singkat tanda ada hambatan.
- Kebutuhan jasa kereta api yang baik sehingga meningkatkan
kenyamanan saat perjalanan jarak jauh.
Kekurangan kereta api juga terdiri sebagai berikut.
- Waktu tempuh kereta api ekonomi biasanya cenderung lebih lama
dikarenakan mendahulukan kereta kelas yang lebih tinggi.
- Pemesanan tiket kadang lebih sulit saat lebaran atau hari libur lainnya.
- Pada kasus tertentu, seperti terdapat longsor atau banjir. Jadwal kereta
api menjadi terganggu.
-
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dijabarkan beberapa rumusan
masalah sebagai berikut.
1) Bagaimana perencanaan trase jalan rel?
2) Bagaimana perencanaan alinyemen horizontal?
3) Bagaimana perencanaan alinyemen horizontal?
4) Apa saja detail dalam konstruksinya?
5) Bagaimana analisis kebutuhan material konstruksinya?
6) Bagaimana desain bentuk dranaisenya?
7) Apa saja yang menjadi bangunan pelengkapnya?
F. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, dapat
disimpulkan beberapa tujuan sebagai berikut.
1) Mengetahui perencanaan trase jalan rel.
2) Mengetahui perencanaan alinyemen horizontal.
3) Mengetahui perencanaan alinyemen horizontal.
4) Mengetahui detail dalam konstruksinya.
5) Mengetahui analisis kebutuhan material konstruksinya.
6) Mengetahui desain bentuk dranaisenya.
7) Mengetahui apa saja yang menjadi bangunan pelengkapnya.
BAB II
Dalam merencanakan jalan rel, hal pertama yang perlu dilakukan adalah
pembuatan trase jalan. Trase jalan adalah garis-garis lurus berhubungan yang
terdapat pada peta topografi/kontur suatu muka tanah. Biasanya dibuat beberapa
trase jalan yang dibuat, namun pada akhirnya hanya salah satu trase jalan yang
dipilih sebagai acuan membentuk lengkung jalan yaitu trase yang memenuhi
syarat perencanaan jalan.
Trase tidak bisa dibuat tanpa dasar. Trase yang dibuat harus memenuhi
syarat bahwa suatu jalan rel layak digunakan, terutama jalan yang dibangun pada
area pegunungan. Dasar-dasar pemilihan trase yaitu:
Hal yang diutamakan dalam perencanaan jalan adalah jalan yang ekonomis.
Dengan trase jalan yang pendek biaya yang dikeluarkan akan lebih
terjangkau.
Salah satu syarat perencanaan trase jalan rel adalah kenyamanan pengguna
kereta. Karena sebuah kereta memiliki energi, massa, dan momen yang besar
ada baiknya membuat trase yang memiliki kecuraman tidak lebih dari 10%.
Sudut luar dalam pada trase jalan rel akan berpengaruh ketika jalan sudah
dibangun. Pembuatan tikungan disarankan menggunakan sudut kurang dari 90
derajat agar tikungan tidak terlalu tajam dan aman dilalui kereta.
Salah satu pertimbangan dalam perencanaan trase jalan adalah tata guna
lahan. Adanya tanjakan akan berpengaruh pada jumlah berat rangkaian gerbong
yang dapat ditarik oleh suatu tipe lokomotif tertentu. Untuk mendapatkan trase
yang ekonomis perlu penentuan landai penentu. Landai penentu sendiri adalah
landai terberat (maksimum) pada jumlah jalan lurus yang dapat diatasi suatu tipe
traksi dengan kecepatan tertentu. Dalam lengkung kereta api terdapat gaya
penahan lengkung yang disebabkan oleh penekanan roda kereta api di sisi rel luar
akibat gaya sentrifugal, serta terdapat gaya penahan pada jalan yang menanjak,
Salah satu pertimbangan dalam perencanaan trase jalan adalah tata guna
lahan. Adanya tanjakan akan berpengaruh pada jumlah berat rangkaian gerbong
yang dapat ditarik oleh suatu tipe lokomotif tertentu. Untuk mendapatkan trase
yang ekonomis perlu penentuan landai penentu. Landai penentu sendiri adalah
landai terberat (maksimum) pada jumlah jalan lurus yang dapat diatasi suatu tipe
traksi dengan kecepatan tertentu. Dalam lengkung kereta api terdapat gaya
penahan lengkung yang disebabkan oleh penekanan roda kereta api di sisi rel luar
akibat gaya sentrifugal, serta terdapat gaya penahan pada jalan yang menanjak.
Oleh karena itu kami merencanakan trase jalan seperti Gambar 2.1 sebagai
alternative jalan yang terbaik. Rencana trase jalan kereta api tersebut mempunyai
tikungan yang tidak terlalu tajam dan tidak melewati jalur pemukiman, serta
melewati jalur yang tidak begitu curam.
BAB III
A. Dasar Perencanaan
1. Perencanaan Geometrik Jalan Rel
Geometrik jalan adalah bentuk dan ukuran rel, baik pada arah
memanjang maupun arah melebar yang meliputi lebar sepur, kelandaian,
lengking horizontal dan lengkung vertical, peninggi rel dan pelebaran
sepur.
Ketentuan umum perencanaan geometrik :
a) Standar Jalan Rel
Segala ketentuan yang berkaitan dengan jenis komponen jalan rel
tertuang dalam table klasifikasi jalan rel PD 10 tahun 1986.
Ketentuan tersebut diantaranya yaitu kelas jalan, daya
lintas/angkut, kecepatan maksimum, tipe rel, jenis bantalan dan
jarak, serta jenis penambat dan struktur balasnya.
b) Kecepatan dan Beban Gandar
Dalam ketentuan PD 10 tahun 1986 terdapat tipe kecepatan yang
digunakan untuk merencanakan jalan rel, yaitu :
1) Kecepatan Rencana
Perencanaan Struktur Jalan Rel
Vrencana = 1,25 x Vmaks
Perencanaan Jari-Jari Lengkung Lingkaran dan Peralihan
Vrencana = Vmaks
Perencanaan Penggunaan Rel
Vrencana = C x
∑ ¿ .Vi
∑∋¿ ¿
Keterangan : C = 1,25
Ni = Jumlah kereta api yang lewat
Vi = Kecepatan Operasi
2) Kecepatan Maksimum
Merupakan kecepatan tertinggi yang diizinkan untuk
operasi suatu rangkaian kereta pada lintasan tertentu.
Ketentuan pembagian kecepatan maksimum dalam
perencanaan dapat dilihat pad atabel klasifikasi jalan rel.
3) Kecepatan Operasi
Merupakan kecepatan rata-rata kereta api sebagai hasil
pembagian jarak tempuh dengan waktu tempuh. Beban
gandar maksimum yang dapat diterima oleh struktur jalan
rel di Indonesia untuk semua kelas jalan adalah 18 ton (PD
10 tahun 1986).
c) Daya Angkut Lintas
Daya angkut lintas adalah jumlah angkutan anggapan yang
melewati suatu lintas dalam jangka waktu satu tahun.
T = 360.S.TE
TE = Tp + (Kb + Tb) + (Ki + Ti)
Keterangan :
TE = tonase ekuivalen
Tp = tonase penumpang dan kereta harian
Tb = tonase barang dan gerbong harian
Ti = tonase lokomotif harian
S = koefisien yang besarnya tergantung kualitas lintas
S = 1,1 untuk lintas dengan kereta penumpang V maks 120
km/jam
S = 1,0 untuk lintas tanpa kereta penumpang
Ki = koefisien yang besarnya 1,4
Kb = koefisien yang besarnya tergantung pada beban gandar
1,5 untuk gandar <18 ton
1,3 untuk gandar >18 ton
2. Perencanaan Alinyemen Horizontal
Alinyemen horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang
horizontal yang dikenal juga pada “situasi jalan”. Alinyemen horizontal
terdiri atas garis-garis lurus yang dihubungkan dengan garis-garis
lengkung. Garis lengkung tersebut terdiri dari busur lingkaran ditambah
busur peralihan, busur peralihan saja atau busur lingkaran saja.
Kriteria perencanaan alinyemen horizontal yang baik
mempertimbangkan beberapa faktor berikut ini :
a) Fungsi Jalan Rel
Alinyemen jalan rel harus memenuhi tujuan dari penggunaannya,
secara umum jalan berfungsi untuk pelayanan transportasi/pergerakan
orang maupun barang yang menghubungkan tempat-tempat pusat
kegiatan.
b) Keselamatan
Jalan rel dirancang untuk menghindari adanya kecelakaan, baik
keselamatan pada lalu lintas kereta api dan interaksi terhadap jalan
raya.
c) Ekonomi
Peranan transportasi dalam aspek ini berhubungan dengan proses
produksi, distribusi, dan konsumsi barang dan jasa bagi manusia,
sehingga dapat mengurangi biaya persatuan jarak yang menyebabkan
harga lebih terjangkau. Jalan rel dibangun dengan mempertimbangkan
biaya pembangunan, pemeliharaan dan operasi, manfaat dan
pembangunan jalan rel secara mikro maupun makro.
d) Aspek Lingkungan
Pembangunan jalan rel harus mempertimbangkan juga dampak
lingkungan yang ditimbulkan selain mempertimbangkan nilai estetika.
Dalam perencanaan alinyemen horizontal perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1) Lengkung Lingkaran
Dua bagian lurus yang perpanjangannya saling membentuk sudut harus
dihubungkan dengan lengkung yang membentuk lingkaran dengan
atau tanpa peralihan
2) Lengkung Peralihan
Merupakan suatu lengkung dnegan jari-jari ayng berubah beraturan.
Dipakai sebagai peralihan antara dua jari-jari yang berbeda. Pada
kondisi tertentu dimana tidak ada peninggian yang harus dicapai (h =
0) maka lengkung peralihan tak perlu dipakai.
Rumus-rumus yang digunakan :
Peninggian Rel
2
V
h = 5,95 x
R
Peninggian Minimum
2
V
Hmin = 8,8 – 63,54, jika h = 0 maka R = 0,164
R
Sudut Lengkung Peralihan
28,648
S= . Ls
12
Panjang Lemgkung Peralihan Minimum
Ls = 0,01 hv2
L
P= −R sin α
2
L
= −R cos α
2
Keterangan :
Ls = Panjang minimum lengkung peralihan
h = peninggian realtif antara 2 bagian yang dibutuhkan
v = kecepatan rencana
Peninggian Rel
2
(v rencana)
h = 5 , 94
R
Nilai h dibulatkan 5mm ke atas terdekat
2
8,8.v
hmm = −53 , 5, hmm < h
R
Peninggian Rel Pada Lengkung Peralihan
Lx . x 1 3 Lx . x 1 3
X1 = 2 2 (mm), Y1 =
40 R . Ls 6 R . Ls
Lx . X 1 .h
h1 = (mm), dengan h1 = peninggian pada X1
h
Peninggian rel dicapai dan dihilangkan berangsur- angsur sepanjang
lengkung peralihan. Untuk lengkung tikungan tanpa lengkung peralihan
peninggian rel dapat dicapai secara berangsur-angsur tepat diluar lengkung
lingkaran sepanjang sautu peralihan. Panjang minimum peralihan ini
dihitung dengan rumus Ls = 0,01 hv. Besar peninggian rel berdasarkan
kecepatan dan jari-jari tertentu.
3. Lengkung S
Lengkung S terjadi jika dua tikungan dari suatu lintasan yang berbeda
ini harus ada bagian lurus sepanjang paling sedikit 20m.
4. Pelebaran Sepur
Titik X Y
A 7500 4000
P1 7750 9000
P2 7000 12500
B 7000 15000
2) Kapasitas Angkut
10.106 - 20.106 ton/tahun
3) Kelas Jalan Rel I
4) Kecepatan Maksimum 120 km/jam
C. Perhitungan Jarak Antar Titik
1) Jarak titik A dengan P1
d 1= √ (X A −X P 1)2 +(Y A−Y P 1)2
d 1= √ (7500−7750)2 +(4000−9000)2
d 1=5006 ,25 m
2) Jarak P1 dengan P2
√ 2
d 2= ( X P 1− X P 2 ) + ( Y P 1−Y P 2 )
2
d 2= √ ( 7750−7000 ) + ( 9000−12500 )
2 2
d 2=3579 , 46 m
3) Jarak P2 dengan B
√ 2
d 3= ( X P 2− X B ) + ( Y P 2−Y B )
2
d 3= √( 7000−7000 ) + ( 12500−15000 )
2 2
d 3=2500 m
Total jarak=d 1 +d 2 +d 3=5006 ,25+ 3579 , 46+2500=11085 , 7 m
D. Perhitungan Sudut
1) Azimuth
αA =arc tan|9000−4000
7750−7500
|=2,8624 °+180 °=182,8624 °
αP 1=arc tan|
12500−9000 |
7000−7750
=12,0944 °+ 180°=192,0944 °
αP 2=arc tan|
15000−12500 |
7000−7000
+180 °=180 °
2) Sudut Belok
∆ 1=|αP 1−αA|=|192,0944 °−182,8624 °|=9,232 °
∆ 2=|αP 2−αP 1|=|180 °−192,0944 °|=12,0944 °
3) Tabel Hasil Perhitungan
8 , 8 (v2)
h min= −53 , 54
R
8 , 8 ( 1202 )
h min= −53 , 54=108,921mm
780
h max❑ =110m diambil dari h = 109 m
Sudut Lingkaran
θc = Δ1−2 ( θs )
θc =9,232−2 ( 4,806 )
θc =−0 ,38 ° ≈ 0 , 38°
θc
LC = 0
⋅2 πR
360
−0 , 38 °
LC = ⋅2 π .780
360 °
LC =−5,173 m ≈ 5,173 m
- Panjang Lengkung Total
L1=Lc +2 ( Ls )
L1=−5,173+2 ( 130 , 8 )
L1=256,427 m
2
Ls
ys =
6R
2
130 , 8
ys =
6.780
y s =3,655 m
T t =( R+Q ) tan
1 ( )
Δ1
2
+K
( R+Q )
Et = −R
( )
Δ1
1
cos
2
( 780+ 0,912 )
Et = −780
(
9,232 °
)
1
cos
2
Et =3,45317
1
2) Tikungan 2
Rrencana =780 m
- Peninggi Rel
5 , 95 ( v 2 )
h normal=
R
5 , 95 ( 1202 )
h normal= =109,846 mm
780
8 , 8 (v2)
h min= −53 , 54
R
8 , 8 ( 1202 )
h min= −53 , 54=108,921mm
780
h max❑ =110m diambil dari h = 109 m
Sudut Lingkaran
θc = Δ2−2 ( θs )
θc =12,0944−2 ( 4,806 )
θc =2,4824 °
θc
LC = 0
⋅2 πR
360
2,4824 °
LC = ⋅2 π .780
360 °
LC =33,794 m
- Panjang Lengkung Total
L2=Lc +2 ( Ls )
L2=33,794 +2 (130 , 8 )
L2=295,394 m
2
Ls
ys =
6R
2
130 , 8
ys =
6.780
y s =3,655 m
Q= y s−( R ( 1−cos θ s ) )
T t =( R+ Q ) tan
2 ( Δ2 )+ K
2
( R+Q )
Et = −R
Δ1
( )
2
cos
2
( 780+ 0,912 )
Et = −780
(
12,0944 °
)
2
cos
2
Et =5 , 28
2
SC1=Sta TS 1+ Ls 1
SC1=4884 , 08+130 , 8=5014 , 88 →5+ 014
PP1=Sta A +d 1
PP1=0+5006.25=5006 , 25 →5+006
CS1=Sta SC 1+ Lc 1
CS1=5014 , 88+ (−5,173 )=5009,707 → 5+009
ST 1=Sta CS 1+ Ls 1
ST 1=5009,707 +130 , 8=5140,507 → 5+140
SC2=Sta TS 2+ Ls2
SC2=8201, 5+130 , 8=8332,318 →8+ 332
PP2=Sta PP1+ d 2
PP2=5006 , 25+3579 , 46=8585 , 71→ 8+585
CS2=Sta SC 2+ Lc 2
CS2=8,332,318+33,794=8336,112→ 8+336
ST 2=Sta CS 2+ Ls 2
ST 2=8336,112+130 , 8=8399,906 →8+ 399
B=Sta PP2 +d 3
B=8585 , 71+2500=11085 , 71→ 11+535
A. Dasar Perancangan
Alinyemen vertical adalah proyeksi sumbu jalan rel pada batang vertical yang
melalui sumbu jalan tersebut. Alinyemen vertical terdiri atas garis lurus dengan
atau tanpa kelandaian dan lengkung vertical yang berupa busur lingkaran.
1) Jenis Kelandaian
Klasifikasi kelandaian sebuah medan dapat diamati dari tabel berikut
a. Landai Penentu
Landai penentu adalah kelandaian pendakian terbesar yang ada pada lintas
lurus, yang berpengaruh terhadapap rangkaian kereta yang dioperasikan.
Tabel Landai Penentu Maksimum
3) Jenis Lengkung
a. Lengkung Cembung
1) Data Perencanaan
√ 2
d (A −PPv 1)= ( X A − X PPv 1) + ( Y A−Y PPv 1 )
2
d (A −PPv 1)=2499,997 m
2. Jarak PPv1 dengan PPv2
√ 2
d (PPv 1− PPv 2)= ( X PPv 1−X PPv 2 ) + ( Y PPv 1−Y PPv 2 )
2
√ 2
d (PPv 2− PPv 3) = ( X PPv 2−X PPv 3 ) + ( Y PPv 2 −Y PPv 3 )
2
√ 2
d ( PPv 3 −PPv 4 )= ( X PPv 3−X PPv 4 ) + ( Y PPv 3−Y PPv 4 )
2
√ 2
d ( PPv 4−PPv 5)= ( X PPv 4− X PPv 5 ) + ( Y PPv 4−Y PPv 5 )
2
√ 2
d ( PPv 5 −B)= ( X PPv 5−X B ) + ( Y PPv 5−Y B )
2
d (PPv 5− B)=2134,981 m
C. Perhitungan Stasioning Titik Penting
1) Perhitungan Stasioning
Titik A=0+000
Titik PPv 1=Sta A+ d ( A−P 1 )=0+ 000+2499,997=2+ 499
Titik PPv 2=Sta P 1+d ( P1−P 2 )=2+499+ 2300=4+800
Titik PPv 3=Sta P 2+d ( P 2−P 3 )=4+ 800+774,821=5+574
Titik PPv 4=Sta P 3+d ( P 3−P 4 )=5+574 +3200=8+774
Titik PPv 5=Sta P 4+d ( P 4−P 5 )=8+ 774+591,455=9+366
Titik B=Sta P 5+d ( P5−B )=9+ 366+2134,981=11+501
2) Perhitungan Landai
190−190
Landai 1 ( i 1 )= =0=0 ‰
( 2+499 )−( 0+000 )
210−190
Landai 2 ( i 2 )= =0,009=9 ‰
(4+ 800)−( 2+499 )
210−210
Landai 3 ( i 3 )= =0=0 ‰
(5+574)−(4 +800)
245−210
Landai 4 ( i 4 ) = =0,010=10 ‰
(8+774 )−(5+ 574)
245−245
Landai 5 ( i 5 )= =0=0 ‰
(9+366)−(8+774)
265−245
Landai 6 ( i 6 ) = =0 , 09=9 ‰
(11+501)−(9+366)
3) Beda Landai
Q1=|i 1−i 2|=|0−9|=9 ‰
Q2=|i 2−i 3|=|9−0|=9 ‰
Q3=|i3 −i 4|=|0−10|=10 ‰
Q4 =|i 4 −i5|=|10−0|=10 ‰
Q5=|i5 −i6|=|0−9|=9 ‰
- Tipe Rel
- Bantalan
- Penambat Rel
- Sambungan Rel
- Ballast
- Perlintasan dengan Jalan Raya
A. Tipe Rel
Rel merupakan pijakan roda atau kasut kereta api dan berfungsi untuk
meneruskan beban kereta api ke bantalan rel. Rel memiliki beberapa tipe sesuai
dengan perencanaannya. Adapun beberapa tipe rel dan karakteristik penampang
rel untuk masing-masing kelas jalan sebagai berikut:
Tipe Rel
Geometri Rel
R.42 R.50 R.54 R.60
H (mm) 138,00 153,00 159,00 172,00
B (mm) 110,00 127,00 140,00 150,00
C (mm) 68,50 65,00 70,00 74,30
D (mm) 13,50 15,00 16,00 16,50
E (mm) 40,50 49,00 49,40 51,00
F (mm) 23,50 30,00 30,20 31,50
G (mm) 72,00 76,00 74,79 80,95
R (mm) 320,00 500,00 508,00 120,00
A (c m2) 54,26 64,20 69,34 76,86
L D(mm) 42,59 50,40 54,43 60,34
I x (c m 4 ) 1369 1960 2346 3055
y b (mm) 68,50 71,60 76,20 80,95
Dengan keterangan:
A = Luas enampang
y b = Jarak
a. Kepala rel
Kepala rel merupakan tempat bertumpunya kasut roda kereta api.
Perancangan kepala rel yang baik akan menghasilkan tegangan kontak
yang minimum dan kualitas perjalanan yang maksimal
b. Badan rel
Badan rel dirancang dengan kuat geser yang cukup. Terdapat
lengkung transisi yang berfungsi untuk mengurangi tegangan-tegangan
yang timbul akibat kedudukan roda dan rel yang miring
c. Kaki rel
Kaki rel digunakan untuk menambah kestabilan terhadap guling
atau overstunning. Oleh karena itu, permukaan bawah harus rata agar
beban dapat didistribusikan merata terhadap bantalan.
Beberapa gaya yang bekerja pada rel yaitu gaya angin, goyangan kereta
api, dan gaya sentrifugal pada rel bagian luar. Tegangan dan tahanan tegak lurus
dari roda menyebabkan terjadinya momen. Karena beberapa gaya dan momen
tadi, maka terjadilah momen lentur ke arah horizontal.
Kekuatan Rel
ΔL=L ⋅ λ ⋅ ΔT
λ : Koefisien Muai
ΔT : Pertambahan suhu (° C )
Rumus:
ΔL ⋅ E ⋅ A
F= atau F=E ⋅ A ⋅ λ ⋅ ΔT
L
A : Luas Penampang
Namun, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan rel
panjang:
Kasut roda kereta api dibuat pada kemiringan tertentu dengan beberapa
pertimbangan, yaitu:
Dengan asumsi rel merukapan balok dengan panjang beban terpusat dan
memiliki modulus elastisitas
B. Bantalan
Bantalan memiliki fungsi untuk meneruskan beban kereta api dan berat
konstruksi jalan rel ke balas untuk mempertahankan lebar jalan rel dan stabilitas
ke bagian luar jalan rel. Bantalan umunya terbuat dari kayu, baja, besi, ataupun
beton. Pemilihan jenis bantalan didasarkan pada kelas dan kondisi lapangan serta
ketersediaan bahan. Spesifikasi masing-masing tipe bantalan harus mengacu pada
persyaratn teknis yang berlaku.
Masing-masing jenis bantalan harus memenuhi syarat:
a. Bantalan beton, merupakan struktur prategang:
1. Untuk lebar jalan rel 1067 mm dengan kuat tekan karakteristik
beton tidak kurang dari 500 kg /cm2 dan mutu baja prategang
dengan tegangan putus (tensile strength) minimum sebesar 16.876
2
kg /cm (1,655 MPa). Bantalan harus mampu memikul momen
minimum sebesar + 1500 kg-m pada bagian dudukan rel dan -930
kg-m pada bagian tengah bantalan.
2. Untuk lebar jalan rel 1435 mm dengan kuat tekan karakteristik
beton tidak kurang dari 600 kg /cm3 dan mutu baja prategang
dengan tegangan putus (tensile strength) minimum sebesar 16.876
2
kg /cm (1,655 MPa). Bantalan harus mampu memikul momen
minimum sesuai dengan desain beban gandar dan kecepatan.
3. Dimensi bantalan beton:
- Untuk lebar jalan rel 1067 mm:
Panjang : 2.000 mm
Lebar maksimum : 260 mm
Tinggi maksimum : 220 mm
- Untuk lebar jalan rel 1435 mm:
Panjang : 2.440 mm untuk beban
gandar sampai dengan 22,5 ton, 2.740 mm untuk beban
gandar diatas 22,5 ton.
Lebar max : 330 mm
Tinggi dibawah dudukan rel : 220 mm
b. Bantalan kayu
Harus memenuhi kayu mutu A kelas I dengan modulus
elastisitas (E) minimum 125.000 kg /cm2. Bantalan harus mempu
menahan momen maksimum sebesar 800 kg-m dengan lentur absolute
tidak boleh kurang dari 46 kg /cm2 . Berat kayu minimum = 0,19
dengan kadar air maksimum 15%, tanpa mata kayu, dan panjang retak
tidak boleh lebih dari 230 mm dari ujung kayu.
c. Bantalan besi
Memiliki kandungan carbon manganase steel grade 900 A. Pada
bagian tengah bantalan maupun bagian bawah rel harus mampu
menahan momen maksimum sebesar 650 kg-m serta tegangan tarik 88-
103 kg-m. Elongation >10 % .
C. Penambat Rel
Penambat merupakan alat pengikat rel ke bantalan rel. Ada dua jenis
penambat rel yaitu penambat kaku dan penambat elastis. Umumnya perancangan
jalan kereta api modern menggunakan penambat jenis KA-Klip yang memiliki
beberapa keunggulan seperti:
1. Sederhana
2. Mudah dalam pemasangan
3. Dapat digunakan secara efektif setelah dilakukan penggantian rel
4. Memiliki kuat jepit yang relatif besar
5. Tidak mudah dicuri karena membutuhkan alat khusus untuk
membukanya
6. Dapat menjadi penambat elastis ganda apabila ditambahkan rubberpad
di bawah kaki rel.
Keunggulan utama yang tidak dimiliki oleh penambat jenis lain adalah anti
vandalisasi atau sederhananya tidak mudah dicuri. Dengan kekuatan jepit yang
mencapai 1200 kgF, jenis ini cocok untuk rel yang memiliki kontur rapat.
D. Sambungan Rel
Sambungan rel adalah suatu konstruksi yang mengikat dua ujung rel
sedemikian rupa sehingga operasi kereta api tetap aman dan nyaman. Sambungan
rel biasanya terdiri dari plat sambung, mur, dan baut.
Pada umumnya, ballast dibagi menjadi lapisan ballast atas dan lapisan
ballast bawah. Lapisan ballast atas biasanya memiliki material penyusun yang
lebih baik daripada lapisan ballast bawah. Tujuan dari perbedaan material ini
umumnya untuk menghemat biaya konstruksi
d=
√
1, 35 58⋅G1 −10
Gt
G1 = momen bagian bawah rel
Gt = modulus elastisitas
d = tebal total ballast
d 1 = tebal lapisan ballast atas
d 2 = tebal lapisan ballast bawah
Catatan: Untuk jalan rel kelas I dan II digunakan ukuran minimal 2,5”-0,75”.
Sedangkan untuk jalan rel kelas III digunakan ukuran 2”-1”.
Lapisan ballast bawah
A. Kebutuhan Rel
Rel menurut panjangnya dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Rel Pendek
Rel ini dibuat dari beberapa rel standar yang disambung dengan las.
Panjang maksimum rel pendek adalah 100 m.
2. Rel Standar
Rel ini memiliki panjang 25 m.
3. Rel Panjang
Rel yang dibuat dari beberapa rel pendek. Panjang rel jenis ini tergantung
pada bantalan yang digunakan.
A= ( 2 B+22 C ) X ( d 1+T 2)
¿( ) X ( 30+21)
2(150)+2(235)
2
2 2
¿ 19635 cm ≈ 1,9635 m
Volume balas atas pada lintasan lurus selain lm
V = A x panjanglintasanlurus
2 3
¿ 1,9635 m x ( 10561, 67 m )=20737,839 m
Luas Penampang untuk daerah 1m
A= ( 2 B+22 C ) X ( d 1+T 1)
¿ ( 2(150)+2(235)
2 ) X ( 30+20 )
2 2
¿ 19250 cm ≈ 1,9250 m
V=A x ( d 1+d2 2 x T 1)
¿ 19230 x ( 30+2 50 x 20)=15400000 c m ≈15 , 4 m
3 3
B = 150 cm d1 = 30 cm
C = 235 cm h = 103 cm
K1 = 300 cm L = 200 cm (daerah lm)
K2 = 375 cm T = 21 cm (selain daerah lm)
S = 1063 cm m = 40 cm
Mencari Nilai E
E= B+( L2 ) hS +T
¿ ( 150+
2 ) 1063
200 103
+21=45,223 cm
Mencari Nilai a
a=( E+ d 1 )− ( C−B
2 )
L 2=2 ( B )
1
A 1= (L1+ L 2)
2 (a)
1 2
A 1= ( 32,723 )( 65,446+300 )=5979,244 cm
2
Mencari Nilai A2
1
A 2=( L 1+ L2 ) x ( E +d 1−a )+ (E+d 1−a)(C−B−L1)
2
1
¿ ( 65,446+300 )( 45,223+30−32,723 ) + ( 45,223+30−32,723 ) ( 235−150−65,446 )
2
3
¿ 15946,977 m
Keterengan
K1 = 300 cm d2 = 50 cm
K2 = 375 cm e = 25 cm
C = 235 cm
Perhitungan
Luas Sub Balas
A=¿
2 2
A=109522 cm =10,9522m
Volume Balas
V = A x panjanglintasanlengkung
3
V =10,9522 x 551,821=6043,653 m
B = 150 cm d1 = 30 cm
C = 235 cm h = 103 cm
K1 = 300 cm L = 200 cm (daerah lm)
K2 = 375 cm T = 21 cm (selain daerah lm)
S = 1063 cm m = 40 cm
Dari data di atas maka dapat diambil besar volume dan timbunan tanah
sebagai berikut
1. Volume galian tanah
Galian daerah 1
Sta 3+661
No X Y Xn . Yn+1 Xn . Yn-1
1 -23891.01 -196447.2 0 0
2 -23552.19 -196444.2 4693250347 4626761779
3 -23552.19 -196433.2 4626432049 4626691123
4 -23697.94 -196442.3 4626646374 4655062188
5 -23891.01 -196447.2 4655393959 4693204954
Jumlah 18601722728 18601720043
Luas 1342.128998
Volume 2281.61
Galian daerah 2
Sta 4+000
No X Y Xn . Yn+1 Xn . Yn-1
1 -23552.19 -196433.2 0 0
2 -23552.19 -196444.2 4626691123 4626432049
3 -22752.19 -196437.3 4626528613 4469535763
4 -22552.19 -196437.3 4469378773 4430091313
5 -22552.19 -196386.0 4428934385 4430091313
6 -23037.35 -196406.3 4429392195 4524213017
7 -23277.19 -196416.5 4524915656 4571786762
8 -23552.19 -196433.2 4572412919 4626038727
Jumlah 31678253663 31678188943
Luas 32359.94
Volume 55011.89
Galian Daerah 3
Sta 5+000
No X Y Xn . Yn+1 Xn . Yn-1
1 -22552.19 -196386.0 0 0
2 -22552.19 -196437.3 4430091313 4428934385
3 -21902.19 -196436.7 4430077781 4302407068
4 -21552.19 -196432.9 4302310698 4233641081
5 -21552.67 -196390.3 4232641060 4233653471
6 -21725.98 -196392.3 4232778432 4266771730
7 -22398.31 -196379.8 4266543607 4398855617
8 -22552.19 -196386.0 4398714508 4428794562
Jumlah 30293157399 30293057914
Luas 49742.5805
Volume 84562.38
Galian Daerah 4
Sta 6+000
No X Y Xn . Yn+1 Xn . Yn-1
1 -21552.19 -196390.3 0 0
2 -21551.72 -196432.9 4233559183 4232548756
3 -21077.19 -196427.7 4233354791 4140253556
4 -20552.19 -196422.0 4140023814 4037019412
5 -20552.19 -196384.6 4036133612 4036902264
6 -21052.94 -196386.7 4036176772 4134473201
7 -21299.12 -196387.4 4134532149 4182863890
8 -21552.19 -196390.2 4182938437 4232578558
9 -21552.19 -196390.3 4232641060 4232638905
Jumlah 33229359817 33229278541
Luas 40638.1385
Volume 69084.83
Galian Daerah 5
Sta 7+000
No X Y Xn . Yn+1 Xn . Yn-1
1 -20552.19 -196384.3 0 0
2 -20552.19 -196422.3 4036908430 4036127447
3 -19552.19 -196411.0 4036676190 3840486130
4 -19552.35 -196378.6 3839631699 3840296616
5 -20085.30 -196378.3 3839657254 3944323095
6 -20552.19 -196384.6 3944443606 4036004133
7 -20552.19 -196384.3 4036127447 4036133612
Jumlah 23733444626 23733371033
Luas 36796.714
Volume 62554.41
Galian Daerah 6
Sta 8+000
No X Y Xn . Yn+1 Xn . Yn-1
1 -19552.19 -196378.6 0 0
2 -19551.82 -196411.0 3840265190 3839559039
3 -19160.46 -196406.7 3840108445 3763325109
4 -18777.19 -196402.5 3763162245 3687965923
5 -18552.19 -196402.3 3687883304 3643696496
6 -18552.19 -196357.7 3642865358 3643692786
7 -18885.30 -196372.3 3643136220 3708274072
8 -19345.12 -196377.6 3708649889 3798845708
9 -19552.19 -196378.6 3798967582 3839612147
Jumlah 29925038234 29924971281
Luas 33476.828
Volume 56910.67
Galian Daerah 7
Sta 9+000
No X Y Xn . Yn+1 Xn . Yn-1
1 -18552.19 -196357.7 0 0
2 -18552.13 -196402.3 3643692786 3642853577
3 -17552.19 -196396.7 3643577110 3447290486
4 -17552.89 -196339.1 3446181188 3447329671
5 -17814.22 -196342.3 3446374794 3497627922
6 -17985.30 -196350.3 3497827441 3531275168
7 -18336.26 -196353.4 3531474805 3600330152
8 -18485.53 -196354.8 3600412665 3629696666
9 -18552.19 -196357.7 3629776154 3642811557
Jumlah 28439316943 28439215200
Luas 50871.757
Volume 86481.98
Galian Daerah 8
Sta 10+000
No X Y Xn . Yn+1 Xn . Yn-1
1 -17552.19 -196339.1 0 0
2 -17551.66 -196396.7 3447192194 3446077128
3 -16552.19 -196387.5 3446926628 3250795494
4 -16552.91 -196327.1 3249643461 3250784613
5 -17016.03 -196332.6 3249875858 3340707823
6 -17343.64 -196336.6 3340869476 3405121935
7 -17552.19 -196339.1 3405234668 3446137307
Jumlah 20139742285 20139624300
Luas 58992.8625
Volume 100287.86
Galian Daerah 9
Sta 11+000
No X Y Xn . Yn+1 Xn . Yn-1
1 -16552.19 -196327.1 0 0
2 -16551.63 -196387.5 3250643214 3249533518
3 -15985.30 -196382.3 3250447168 3139313104
4 -15985.30 -196308.3 3138047068 3139229980
5 -16128.76 -196317.3 3138190936 3166209457
6 -16552.19 -196327.1 3166512677 3249481250
Jumlah 15943841063 15943767309
Luas 36877.071
Volume 62691.02
2. Volume Timbunan Tanah
Timbunan daerah 1
Sta 0+000
No X Y Xn . Yn+1 Xn . Yn-1
1 -27552.19 -196477.3 0 0
2 -27552.19 -196508.3 5414234018 5413379900
3 -27502.19 -196516.6 5414462701 5404408603
4 -27394.28 -196524.1 5404843138 5383430765
5 -27116.44 -196542.3 5384134798 5329033966
6 -26897.36 -196542.3 5329527485 5286468998
7 -26552.19 -196506.0 5285492624 5218628493
8 -26552.19 -196469.3 5216690183 5217664648
9 -27552.19 -196477.3 5216902600 5413159483
Jumlah 42666287548 42666174857
Luas 56345.696
Volume 95787.68
Timbunan daerah 2
Sta 1+000
No X Y Xn . Yn+1 Xn . Yn-1
1 -26552.19 -196469.3 0 0
2 -26552.19 -196506.0 5217664648 5216690183
3 -26409.42 -196492.3 5217300883 5189609487
4 -26052.19 -196506.7 5189627973 5119054733
5 -25790.36 -196517.3 5119706038 5067978535
6 -25552.19 -196517.3 5068251913 5021447388
7 -25552.19 -196461.3 5020016465 5021447388
8 -26552.19 -196469.3 5020220883 5216477765
Jumlah 35852788804 35852705479
Luas 41662.3315
Volume 70825.96
Timbunan daerah 3
Sta 2+000
No X Y Xn . Yn+1 Xn . Yn-1
1 -25552.19 -196461.3 0 0
2 -25552.19 -196517.3 5021447388 5020016465
3 -25377.19 -196516.9 5021437167 4987056860
4 -25095.05 -196497.3 4986549317 4931601431
5 -24731.13 -196472.0 4930474664 4859600271
6 -24663.29 -196467.3 4858858337 4845645913
7 -24552.19 -196464.4 4845458472 4823702478
8 -24552.29 -196452.9 4823348927 4823650923
9 -25552.19 -196461.3 4823574811 5019801827
Jumlah 39311149082 39311076170
Luas 36456.358
Volume 61975.8
Timbunan daerah 4
Sta 3+000
No X Y Xn . Yn+1 Xn . Yn-1
1 -24552.29 -196452.6 0 0
2 -24551.99 -196464.4 4823650923 4823302271
3 -24052.19 -196451.4 4823272808 4725399077
4 -23891.01 -196447.3 4724987785 4693422362
5 -24552.19 -196452.9 4693458198 4823211435
6 -24552.29 -196452.6 4823341561 4823368572
Jumlah 23888711276 23888703716
Luas 3779.810001
Volume 6425.67
Dari perhitungan volume galian tanah di atas, maka volume total galian
adalah sebagai berikut
Dari perhitungan volume timbunan tanah di atas, maka volume total timbunan
adalah sebagai berikut
DRANAISE
A. Dasar Perancangan
Drainase jalan rel didefinisikan sebagai sistem pengaliran/pembuangan air
di suatu daerah jalan rel, baik secara gravitasi maupun dengan
menggunakan pompa agar tidak sampai terjadi genangan air.
Dranaise jalan rel dibuat dengan tujuan :
1. Agar tidak terjadi genangan air pada jalan rel sehingga tidak terjadi
pengembangan tanah dan menghindari terjadinya pemompaan butir –
butir halus.
2. Mencegah atau mengurangi pengaruh air terhadap kosistensi tanah
sehingga badan jalan rel tetap kokoh.
3. Lalu lintas kereta api tidak terganggu.
Terdapat tiga jenis dranaise jalan rel :
1. Dranaise permukaan
Drainase ini bertujuan untuk mengalirkan atau membuang air yang ada
di permukaan tanah. Persamaan dan perancangan drainase permukaan
dipengaruhi oleh keadaan topografi.
Data yang diperlukan untuk perancanagan dan perencanaan :
- Curah hujan
- Topografi
- Tata guna lahan setempat
- Sifat karakteristik tanah setempat
Dua jenis dranaise permukaan
a. Dranaise memanjang
Yaitu dranaise permukaan yang letaknya di samping dan
memanjang arah jalan rel.
Bentuk potongan melintang dranaise memanjang :
- Trapezium
- Kotak atau persegi
- Segitiga
- Busur lingkaran
b. Dranaise melintang
Yaitu dranaise permukaan yang letak dan arahnya melintang dari
arah jalur rel
Dranaise selain rel dapat berupa
- Gorong – gorong
- Jembatan pelat
Potongan melintang gorong –gorong dapat berbentuk
- Bulat
- Busur lingkaran
- Kotak / persegi
Saluran melintang harus terbuat dari bahan yang kuat, misalnya
dengan perkuatan susunan batu yang diplester, beton, dll. Serta
harus menggunakan tutup yang kuat, diantaranya beton bertualang
dan baja bergelombang.
Agar dranaise dapat berfungsi dengan baik pada dasarnya saluran
dranaise harus tahan terhadap hal – hal berikut
- Karateristik atau kondisi setempat yang dapat merusak saluran
- Gaya yang akan bekerja pada saluran yang dimaksud
Kemiringan saluran dranasise dan kecepatan aliran pembuangan air
yang terjadi harus sedemikian sehingga tidak menimbulkan kerusan
saliuran dan tidak menyebabkan endapann di saluran dranaise.
B. Perhitungan Drainase
Drainase untuk saluran trapezium tambapang basah paling ekonomis muka
air adalah 2 kali panjang sisi miring dimana T =2 y √ 1+m2
Gambar penampang ekonomis
1) Daerah Datar
Q pada daerah data = 0,15 m3/s
Digunakan bahan beton dengan kemiringan 1 : 2
V rencana =1 ,0 m/ s
Q
A=
Vrencana
0 , 15 2
A= =0 , 15 m
1,0
Luas tampang
A=( B+ my ) y
0 , 15= ( B+2 y ) y …(1)
Syarat tampang ekonomis
B+2 my=2 y √ 1+m2
B=2 y √ 5−4 y … (2)
Substitusi persamaan 2 ke 1
2
A=By + y
A=( B+ y ) y
A=( 2 y √ 5−4 y + y ) y
0 , 15=( 2 √ 5−3 ) y
2
2
y =0,101892
y=0,3192m
Mencari nilai B
B=2 y √ 5−4 y
B=2(0,3192) √ 5−4 ¿)
B=0,1506 m
Mencari nilai T dan h
T =2 y √ 1+m2
T =2 ( 0,3192 ) √1+22
T =1 , 43 m
h= y +freeboard
h=0,3192+0 , 3 y
h=0,3192+0 , 3 ( 0,3192 )
h=0 , 42 m
Mencari nilai I
A
R=
P
( B+my ) y
R=
B+2 y √1+m2
( 0,1506 +2(0,3192) ) 0,3192
R=
0,1506+2(0,3192) √ 1+22
0 , 25
R=
1 , 58
R=0,1599 ≈ 0 ,16
( )
2
V .n
I= 2
3
R
( )
2
1 .0,013
I= 2
3
0 ,16
−3
I =1 , 95 x 10
I =1 , 95 ‰
2) Daerah Bukit
Q pada daerah data = 0,5 m3/s
V rencana =1 ,0 m/ s
Q
A=
Vrencana
0,5 2
A= =0 , 5 m
1,0
Luas tampang
A=( B+ my ) y
0 , 5= ( B+2 y ) y …(1)
Substitusi persamaan 2 ke 1
2
A=By + y
A=( B+ y ) y
A=( 2 y √ 5−4 y + y ) y
0 , 5=( 2 √ 5−3 ) y
2
2
y =0 ,34
y=0 ,58 m
Mencari nilai B
B=2 y √ 5−4 y
B=2(0 ,58) √ 5−4 ¿)
B=0 , 27 m
T =2 y √ 1+m
2
T =2 ( 0 , 58 ) √1+22
T =2 , 59 m
h= y +freeboard
h=0 , 58+0 , 3 y
h=0 , 75 m
Mencari nilai I
A
R=
P
( B+my ) y
R=
B+2 y √1+m2
( 0 , 27+2(0 ,58) ) 0 , 58
R=
0 , 27+2 (0 ,58) √ 1+ 22
0 , 83
R=
2 , 86
R=0 ,29
( )
2
V .n
I= 2
R3
( )
2
1 .0,013
I= 2
0 , 29 3
−4
I =8,804 x 10
I =0 , 88 ‰
BANGUNAN PELENGKAP
DAFTAR PUSTAKA