2.1 Definisi
2.1.1.1 Stasiun
KRL Commuter Line adalah sebuah layanan moda transportasi kereta api
penumpang yang menghubungkan antara kota yang menarik sejumlah besar orang
yang melakukan perjalanan setiap hari. PT Kereta Commuter Indonesia adalah
salah satu anak perusahaan di lingkungan PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang
mengelola KA Commuter Jabodetabek dan sekitarnya. KCJ dibentuk sesuai
dengan Inpres No. 5 tahun 2008 dan Surat Menteri Negara BUMN No. S-
653/MBU/2008 tanggal 12 Agustus 2008. Tugas pokok perusahaan ini adalah
menyelenggarakan pengusahaan pelayanan jasa angkutan kereta api komuter
dengan menggunakan sarana Kereta Rel Listrik di wilayah Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) dan sekitarnya serta pengusahaan di bidang
usaha non angkutan penumpang. (sumber: www.krl.co.id, diakses pada 19
Oktober 2020)
2.1.1.4 Depok
2.1.3.1 Definisi
2. Berdasarkan Rel
a. Kereta Api Konvensional, rel yang berupa 2 batang besi dan
diletakkan diatas bantalan.
Dari klasifikasi kereta api diatas, dapat diketahui bahwa pada perancangan
desain Stasiun KRL Commuter Line Universitas Indonesia, jenis kereta api yang
akan diwadahi adalah kereta api listrik, menggunakan rel konvensional, dan
berada pada permukaan.
2.1.3.3 Kelembagaan
Pada perancangan jenis kereta yang diwadahi adalah kereta rel listrik yang
pada kegiatan operasionalnya dilakukan oleh PT Kereta Commuter Indonesia
yang merupakan salah satu anak perusahaan yang dibawahi PT Kereta Api
Indonesia. Perseroan ini resmi menjadi anak perusahaan PT Kereta Api Indonesia
(Persero) sejak tanggal 15 September 2008. PT Kereta Commuter Indonesia
mengatur operasional KA Commuter Jabodetabek dan sekitarnya. KCJ dibentuk
sesuai dengan Inpres No. 5 tahun 2008 dan Surat Menteri Negara BUMN No. S-
653/MBU/2008 tanggal 12 Agustus 2008. Pembentukan ini merupakan
perwujudan dari keinginan para stakeholder untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas pada bidang transportasi di perkotaan yang semakin kompleks.
2.1.4.1 Fungsi
Selain tiga fungsi utama diatas, menurut UU No.13 Tahun 1992, terdapat
2. Berdasarkan bentuknya
4. Berdasarkan ukuran
a. Stasiun kecil, stasiun sederhana yang menjadi tempat pemberhentian
sementara dan terdapat fasiliítas fasilitas yang terbatas seperti loket.
peron dan ruang petugas.
b. Stasiun sedang, stasiun ini lebih besar dari stasiun kecil dan memiliki
beberapa tambahan fasilitas dan ruang administrasi.
c. Stasiun besar, dimana stasiun ini memiliki fasilitas yang lengkap.
Stasiun besar biasanya memiliki hubungan dengan kota lain. Di
stasiun besar, biasanya kuantitas kereta api yang berangkat dari dan
menuju stasiun banyak.
5. Berdasarkan posisi
a. Ground Level Station, gedung stasiun yang terletak sejajar dengan
peron di atas tanah.
b. Over track station, gedung stasiun yang terletak di atas peron.
c. Under track station, gedung stasiun yang terletak di bawah peron.
Stasiun Choa Chu Kang memiliki bentuk linear dengan jumlah bangunan
yang bermassa tiga sebagai stasiun interchange yang memiliki 2 moda
transportasi kereta (lihat gambar 2.11 dan 2.12). Melayani area pusat kota,
termasuk Lot 1 Shoppers 'Mall, fasilitas komunitas terdekat, dan sejumlah besar
pembangunan perumahan. Layanan bus ditawarkan dari Persimpangan Bus Choa
Chu Kang yang menghubungkan ke bagian lain kawasan ini. Fasilitas yang
tersedia dalam stasiun adalah toko eceran (Choa Chu Kang Xchange), toilet umum,
ATM dan Mesin Swalayan, dan rak sepeda di pintu keluar stasiun. Berikut ini
adalah denah dari stasiun Choa Chu Kang.
Stasiun Kereta Api Chengdu East mengoperasikan kereta api yang menuju
China tenggara dan di dalam Provinsi Sichuan, dengan beberapa jalur kereta api
menuju ke utara. Karena stasiun ini jauh dari pusat kota Chengdu, disarankan
penumpang untuk tiba di stasiun setidaknya 2 jam lebih awal dari waktu
keberangkatan Anda (lihat gambar 2.14). Stasiun Kereta Api Chengdu East
memiliki bentuk dasar balok yang dilengkapi Fasade yang memberikan nilai
estetika dan merupakan bangunan bermassa tunggal (lihat gambar 2.15).
Fasilitas yang tersedia di stasiun Chengdu East adalah area komersial dan
restoran, aula keberangkatan, 2 kantor tiket, area pengantaran taksi, aula
kedatangan, pintu keluar, area penjemputan taksi. Berikut ini adalah denah dari
stasiun Chengdu East. Berikut ini adalah denah aksonometri dari Stasiun Chendu
East:
1. Zoning ruang dengan fungsi yang sama terletak berdekatan, tidak tersebar.
Hal ini untuk memudahkan sirkulasi manusia dalam mencari tempat yang
1. Pemilihan lokasi bangunan yang strategis agar mudah dilihat dan dikenali
secara visual oleh Masyarakat sekitarnya.
2. Mampu berdiri tegak dalam waktu yang lama (berumur panjang).
3. Bentuk bangunan yang atraktif, menarik sehingga bentuk dan fungsi
bangunan mudah diingat dan dapat menjadi ikon sebuah daerah.
4. Bangunan berskala megah, berukuran besar sehingga mudah dilihat.
Stasiun ini memiliki kerangka luar kaca, baja dan beton yang menciptakan
atap melengkung dengan panjang 160 meter dan tinggi 32 meter. Stasiun ini
adalah contoh cemerlang dari arsitektur transenden modern - lapang dan
menyenangkan secara estetika dari setiap perspektif (lihat gambar 2.17). Namun,
stasiun Liège saat ini dianggap sebagai bangunan monumental yang terisolasi.
Dalam hal ini dimaksudkan bahwa stasiun ini memiliki konteks yang sangat
berbeda dengan lingkungannya. Selain itu, yang menjadikan bangunan ikonik
adalah bangunan yang terlihat begitu megah dan lebar, juga pendekatannya yang
berupa bangunan modern diantara bangunan sekitarnya yang gayanya seperti
bangunan eropa lama. Stasiun ini diatur dalam tiga tingkat:
Bangunan ini merupakan salah satu ikonik bagi sarana transportasi kota
Chicago. Yang menjadikan bangunan ikonik adalah gaya arsitektur yang diangkat
pada bangunan ini yaitu gaya arsitektur Beaux Arts, yang disukai oleh Burnham
dan dibalut batu kapur Bedford yang digali di Indiana. Meski terletak ditengah-
tengah kota, dengan bentuknya yang balok dan ornamennya, bangunan terlihat
seseuai berada di tengah perkotaan.
Dibangun antara 1980 dan 1984 atap terminal utama menyapu ke arah Abu
Dhabi dari Dubai empat sapuan panjang tentakel muncul dari kedua sisi bangunan
2.3 Lokasi
Ruang lingkup lokasi ini berfokus pada Stasiun KRL Commuter Line
Universitas Indonesia dan area sekitarnya di Kelurahan Pondok Cina, Kecamatan
Beji, Kota Depok, Jawa Barat.
Kelurahan Pondok Cina merupakan salah satu dari 6 kelurahan yang ada di
Kecamatan Beji. Kecamatan Beji merupakan Kecamatan terpadat di Kota Depok,
yaitu sebesar 10.041 orang per kilometer persegi. Berdasarkan PP No. 34 Tahun
1981, Kecamatan Beji memiliki luas sebesar 1.931,91 Ha. Sebagian besar
merupakan wilayah permukiman penduduk dan sebagian lainnya adalah sebagai
daerah komersial.
Berikut ini adalah hasil survey yang diolah dengan Teori Perancangan Kota
Hamid Shirvani.
Ruang lingkup meliputi area stasiun KRL Universitas Indonesia yang juga
mencakup area hutan Kota UI dan parkir FISIP hingga memperhatikan keterkaitan
dengan sekitarnya. Berikut ini adalah data lokasi rencana.
Diantara stasiun dan apartemen taman melati tidak terdapat jalan besar,
hanya jalan kecil bagi para pejalan kaki. Sehingga permasalahan yang terlihat
adalah sulitnya pencapaian kendaraan dari sisi taman melati untuk masuk ke
area stasiun. Pada eksisting, hanya didukung dengan JPO yang menyebrangi
rel. Namun, apartemen ini memiliki potensi sebagai tempat tinggal, sehingga
dapat menjangkau orang yang tinggal untuk berpergian menggunakan KRL.
Potensi pada elemen tata guna lahan adalah berada pada kawasan strategis,
mempertemukan empat zonasi dengan fungsi yang berbeda-beda, sehingga
memungkinkan banyaknya orang yang datang dan menggunakan transportasi
Kereta. Sedangkan masalah pada elemen tata guna lahan adalah pencapaian ke
berbagai titik lokasi yang masih cukup jauh. Seperti ke arah kampus UI yang
cukup jauh dan harus melewati hutan kota dan ke arah Margonda yang belum
terintegrasi dengan stasiun, sehingga memiliki jalan yang memutar. Selain itu,
mobilitas manusia yang cukup banyak tidak didukung dengan lahan yang cukup
luas. Oleh karena itu, respon desain yang dapat dilakukan adalah dengan membuat
jalur sirkulasi dan menatanya untuk masuk pada lokasi stasiun. Sehingga, dapat
menciptakan area sirkulasi dari Margonda ke Lingkungan stasiun.
Di sekitar area tapak stasiun, hanya satu sisi yang memiliki banyak massa
bangunan (sisi timur tapak yang menghadap ke arah Margonda), sedangkan area
1. Arah utara
2. Arah timur
3. Arah barat
4. Arah selatan
Pada gambar 2.34, terlihat 2 jalan besar yang terdapat dalam batas kawasan
Ruang terbuka pada kawasan perencanaan adalah area hutan kota UI. Pada
peta terlihat bahwa luas hutan kota UI termasuk 1/3 dari keseluruhan area
perancangan. Pada rencana induk Kampus Depok UI tahun 2016 – 2026, tertulis
bahwa area hutan kota tersebut berusaha dipertahankan secara konsisten oleh UI
sebagai area resapan air yang berasal dari daerah Jakarta Selatan. Area hutan kota
yang termasuk pada kawasan perencanaan adalah Walace Timur.
Selain memiliki RTH berupa hutan kota, di sekitar jalan UI pun terdapat
ruang terbuka hijau sebagai pembatas antar jalannya.
Potensi pada elemen ruang terbuka adalah area hutan UI akan dilewati bagi
pengguna KRL yang menggunakan fasilitas parkir FISIP, sehingga area Hutan UI
kemungkinan akan sering dilalui. Sedangkan, masalah pada elemen ruang terbuka
adalah pencapaian melewati hutan UI yang saat ini hanya tersedia jalan setapak
dan terkesan suram. Oleh karena itu, respon desain yang dapat diterapkan adalah
penataan Hutan Kota yang dapat menunjang aktivitas terutama pendidikan
sehingga kondisi hutan bukan hanya sebagai area hijau penyerap air.
Melihat kondisi eksisting saat ini, area pedestrian di sekitar stasiun sudah
ada dan memiliki lebar sekitar 1,5 meter, serta sudah terdapat akses masuk ke area
stasiun dari kawasan UI maupun Margonda.
Terlihat bahwa dari arah Margonda memiliki alur jalan yang berputar
dikarenakan menggunakan jembatan penyebrangan orang dan terdapat pintu
khusus (lihat gambar 2.43). Sedangkan jika dari arah UI alur masuk orang adalah
langsung bertemu pintu masuk stasiun (lihat gambar 2.42). Pada jalan Margonda
Raya, sudah terdapat jalur pedestrian yang memiliki batas jelas dengan jalan raya
dengan lebar sekitar 1,5 meter. Dari jalan Margonda untuk dapat ke Stasiun KRL
UI bagi pejalan kaki dapat melewati gang kecil yang bernama Jl. Sawo, namun
Potensi pada elemen jalur pejalan kaki adalah pada area kawasan UI dan
Margonda, sudah terdapat area sebagai pedestrian pejalan kaki dengan lebar yang
cukup untuk minimal 2 orang (2 arah). Sedangkan, masalah pada elemen jalur
pejalan kaki adalah belum ada kelengkapan area pedestrian pada area pedestrian
eksisting dan belum terdapat area pedestrian pada jalan gang dari arah Margonda
ke arah Stasiun UI. Oleh karena itu, respon desain yang dapat diterapkan adalah
memberikan kelengkapan fasilitas pada area pedestrian, seperti menambah yellow
block untuk pendukung bagi pengguna disabilitas.
1. Danau Kenanga UI
Danau yang berjarak 950 meter dari Stasiun KRL UI ini memiliki
lokasi yang strategis karena terletak dekat Gedung Rektorat, Balairung,
dan Masjid UI. Danau ini dibangun tahun 1992 dengan luas 28.000 m².
Kegiatan yang biasa dilakukan disekitar Danau Kenanga ini adalah
berolah-raga di jalan setapak, kumpul keluarga, bersepeda, bersantai,
berbincang, memancing, berjualan, hingga pacaran. Diantara kelima
danau lainnya dalam kawasan UI, Danau Kenanga adalah yang terbersih.
Lapangan futsal yang berjarak sekitar 700 meter dari stasiun KRL
sebagai pendukung kegiatan olahraga terdekat yang dibuka untuk publik.
5. Kawasan Margonda
Kawasan Margonda berjarak sekitar 200 meter dari stasiun KRL UI.
Pada kawasan ini terdapat banyak aktivitas ekonomi yang menyediakan
berbagai keperluan seperti rumah makan, apartemen, dan sebagainya.
Pada kawasan perencanaan, terlihat penanda berada pada sisi-sisi jalan raya,
seperti jalan di depan stasiun KRL UI dan Margonda.
Gambar 2.51 Penanda berupa rambu lalu Lintas sekitar Stasiun KRL UI
Sumber: Google Maps (diakses 16 Oktober 2020)