PENDAHULUAN
1
Anonim. Undang undang perkeretaapian.
http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/13497/node/667/uu-no-13-tahun-1992-
perkeretaapian Diakses pada tanggal 3 Juli 2017
1
Latar belakang penulisan makalah ini adalah untuk menganalisa isu-isu
permasalahan kereta api di Indonesia khususnya masalah pelayanan baik
pelayanan di stasiun itu sendiri dan di dalam kreta apinya
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui pelayanan yang
diberikan oleh PT KAI sebagai pihak yang menaungi perkeretaapian di
Indonesia sudah memenuhi standar kelayakan atau belum.
1.4 Manfaat
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah menambah wawasan
mengenai perkembangan perkeretaapian di Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
1870 dapat menghubungkan kota Semarang - Surakarta (110 Km), akhirnya
mendorong minat investor untuk membangun jalan KA di daerah lainnya.
Tidak mengherankan, kalau pertumbuhan panjang jalan rel antara 1864 -
1900 tumbuh dengan pesat. Kalau tahun 1867 baru 25 km, tahun 1870
menjadi 110 km, tahun 1880 mencapai 405 km, tahun 1890 menjadi 1.427
km dan pada tahun 1900 menjadi 3.338 km. Setelah itu Indonesia memasuki
pendudukan Jepang, kereta api mengalami perkembangan pesat. Sampai
dengan tahun 1939, panjang jalan KA di Indonesia mencapai 6.811 km.
Tetapi, pada tahun 1950 panjangnya berkurang menjadi 5.910 km, kurang
lebih 901 km raib, yang diperkirakan karena dibongkar semasa pendudukan
Jepang dan diangkut ke Burma untuk pembangunan jalan KA di sana.
Jenis jalan rel KA di Indonesia dibedakan dengan lebar sepur 1.067 mm;
750 mm (di Aceh) dan 600 mm di beberapa lintas cabang dan tram kota.
Jalan rel yang dibongkar semasa pendudukan Jepang (1942 - 1943) sepanjang
473 km, sedangkan jalan KA yang dibangun semasa pendudukan Jepang
adalah 83 km antara Bayah - Cikara dan 220 km antara Muaro - Pekanbaru.
Ironisnya, dengan teknologi yang seadanya, jalan KA Muaro - Pekanbaru
diprogramkan selesai pembangunannya selama 15 bulan yang
memperkerjakan 27.500 orang, 25.000 diantaranya adalah Romusha. Jalan
yang melintasi rawa-rawa, perbukitan, serta sungai yang deras arusnya ini,
banyak menelan korban yang makamnya bertebaran sepanjang Muaro -
Pekanbaru.Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17
Agustus 1945, karyawan KA yang tergabung dalam "Angkatan Moeda Kereta
Api" (AMKA) mengambil alih kekuasaan perkeretaapian dari pihak Jepang.
Peristiwa bersejarah yang terjadi pada tanggal 28 September 1945,
pembacaan pernyataan sikap oleh Ismangil dan sejumlah anggota AMKA
lainnya, menegaskan bahwa mulai tanggal 28 September 1945 kekuasaan
perkeretaapian berada ditangan bangsa Indonesia. Orang Jepang tidak
diperkenankan lagi campur tangan dengan urusan perkeretaapian di
Indonesia.
4
Inilah yang melandasi ditetapkannya 28 September 1945 sebagai Hari
Kereta Api di Indonesia, serta dibentuknya "Djawatan Kereta Api Republik
Indonesia" (DKARI). Lalu Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA)
menerima lokomotif baru kelas CC201 dari General Electric Amerika Serikat.
CC201 merupakan keluarga lokomotif diesel tersukses di Indonesia dengan
jumlah lebih dari 140 unit. Seiring perkembangan waktu, kereta api menjadi
pesat hingga pada tahun 1981 industri Kereta Api (INKA) pabrik kereta api
Indonesia didirikan di Madiun. Unit kereta api terus ditambah hingga PJKA
membeli lokomotif CC202 yang merupakan lokomotif terkuat di Indonesia
dari General Motor Diesel Division, Ontario Canada. Lokomotif ini
digunakan di Sumatera Selatan untuk menarik kereta batubara rangkaian
panjang (babaranjang) dari Muara Enim. Selama bertahun-tahun, industri
kereta api telah berkembang pesat. Pada tahun 1999 atau tepatnya 1 Juli 1999
pemerintah melalui BUMN mendirikan PT Kereta Api ( PT KA) resmi
dibentuk menggantikan Perumka sebagai perusahaan industri dan
pengelolaan perkeretaapian Indonesia.
5
2. Kereta Wisata, untuk menunjang kepariwisataan, PT. Kereta Api
(Persero) memberikan pelayanan carter kereta khusus wisata juga
berbagai keperluan seperti : rapat, pesta pernikahan, ulang tahun, dsb di
atas Kereta Api menuju berbagai kota tujuan.
3. Kereta Barang, Kereta api khusus yang disesuaikan dengan spesifikasi
produk, yang mana PT. Kereta Api (Persero) memiliki gerbong yang
digunakan untuk batu bara, pulp, Crude Pal oil, BBM, Peti Kemas, Parcel
BHP, Over Night Service, Semen.
4. Pengusahaan Aset, disamping Angkutan Penumpang dan Angkutan
Barang, PT. Kereta Api (Persero) juga memberdayakan aset non produksi
untuk dikomersialkan ke pihak eksternal. Beberapa produk persewaan
aset non produksi.
Di Jawa terdapat tiga lintas pelayanan utama, yaitu: Jakarta-Bandung,
Jakarta-Semarang-Surabaya (disebut lintas utara), dan Jakarta Yogyakarta
Surabaya (disebut lintas selatan). Sementara di Sumatera terdapat tiga sub
jaringan KA yang terpisah satu sama lain yakni: sub jaringan Sumatera
bagian Utara, sub-jaringan Sumatera bagian Barat, dan sub-jaringan Sumatera
bagian Selatan.
Kondisi Kereta Api Indonesia ini mengalami suatu siklus penurunan.
Walaupun beberapa lokomotif kereta sudah dikatakan modern, tapi sistem
manajerisasi kereta api masih sangat buruk. Ini terlihat dari pengelolaan
kereta api yang tidak maksimal. Ada banyak lokomotiv yang tidak terawat,
gerbong kereta yang begitu kotor dan tidak layak pakai, hingga kondisi rel
yang memprihatinkan. Pelayanan publik juga masih kurang professional, ini
terlihat dari ketidakmampuan PT. KAI mengatasi pembludakan penumpang
yang terjadi setiap harinya. PT. KAI belum mampu menjadi fasilisator bagi
masyarakat dalam transportasi umum. Seharusnya PT. KAI harus
menemukan solusi terhadap pembludakan itu yang bisa berakibat kecelakaan
atau kematian, jika muatan kereta api yang melebihi batas normal hingga
banyaknya penumpang yang naik di atap Kereta Api. Bagaimanapun
perkeretaapian di Indonesia masih harus dikembangkan di masa-masa
6
mendatang, baik untuk angkutan jarak jauh maupun di tingkat lokal. Namun
demikian yang menjadi permasalahan yang cukup mengganggu
perkeretaapian saat ini adalah tingginya tingkat kecelakaan.
Cukup tingginya korban jiwa dan kerugian sosial ekonomi akibat
kecelakaan Kerata Api telah menyebabkan citra pelayanan dan manajemen
perkeretaapian menurun. Kinerja keselamatan semakin menjadi tuntutan dan
perhatian sehingga perlu segera ditingkatkan. Penyebab tingginya kecelakaan
kereta api merupakan akumulasi dari banyak faktor, diantaranya masalah
regulasi, manajemen, kondisi sarana dan prasarana. Sarana kereta api meliputi
lokomotif, kereta, gerbong, KRL, dan KRD. Prasarana jalan rel yang ada saat
ini pada umumnya masih jalur tunggal. Jalur ganda baru tersedia di jalur
Jakarta-Cikampek, Jakarta-Bogor, Padalarang-Bandung, dan Surabaya kota-
Wonokromo. Jalur rel yang ada memiliki beban gandar antara 9 s.d. 18 ton
yang mampu mendukung kecepatan kereta api antara 60-110 km/jam.
Panjang rel di Jawa yang masih dioperasikan sepanjang 3.216 km dan di
Sumatera sepanjang 1.348 km. Sebagian dari jalur tersebut kondisinya sudah
kurang layak operasi sehingga sangat rawan terhadap kecelakaan. Dalam
rangka menekan angka kecelakaan kereta api, masalah faktor keselamatan
KA pada prioritas tertinggi, dengan menetapkan peningkatan keselamatan ada
empat strategi sebagai berikut:
1. Mengurangi frekuensi kecelakaan KA dengan mempertahankan kualitas
prasarana dan sarana, serta kualitas SDM terkait.
2. Penertiban penumpang di atas atap KA melalui law enforcement dan
sterilisasi stasiun.
3. Penerapan No Go Item secara tegas.
4. Sosialisasi budaya keselamatan.
5. Apabila strategi untuk menekan tingkat kecelakaan hanya bersifat
normatif sebagaimana telah dilakukan sebelumnya yang tidak
mencerminkan sense of crisis, maka upaya upaya untuk menekan
tingkat kecelakaan tidak akan efektif.
7
2.4 Pelayanan Kereta Api di Indonesia
Pelayanan adalah hal yang sangat menentukan kenyamanan masyarakat
yang akan memepengaruhi minat masyarakat untuk memilih alat transportasi
umum yang akan digunakan. Apabila pelayan yang diberikan buruk maka
akan memperkecil minat masyarakat untuk menggunakan alat transportasi
tersebut. sementara jika pelayanan yang diberikan bagus, maka akan
meningkatkan minat masyrakat.
Khususnya pada bidang perkeratapian di Indonesia, pelayanan yang
diberikan banyak berhubungan dengan dua aspek, yakni pelayanan
intra(dalam) dan pelayanan ekstra(luar) kereta. Walaupun berbeda, namun
kedua hal ini saling terkait dalam peningkatan kenyamanan untuk pengguna
kereta api. Jika hanya salah satu dari aspek ini yang terlihat baik, maka sudah
dapat dipastikan tingkat kenyamanan dan kepuasan pengguna jasa kereta api
di Indonesia tetap akan rendah.
Setiap periodenya, pengelola jasa layanan kereta api di Indonesia terus
berbenah dan meningkatkan pelayanannya. Salah satu cara yang telah
dilakukan oleh PT. KAI adalah dengan menyediakan jasa pemesanan tiket
menggunakan sistem online. Cara ini digunakan agar masyrakat tidak perlu
lagi menghabiskan waktu untuk mengantri berjam-jam hanya untuk
mendapatkan tiket. Selain itu bentuk pembenahan lain yang dilakukan oleh
PT. KAI adalah dengan membuka kelas baru, yaitu kelas ekonomi AC. Kelas
ini memng salah satu terobosan yang sangat ampuh untuk meningkatkan
minat masayarakat untuk menggunakan jasa PT. KAI.
Walaupun begitu masih banyak hal yang menurut masyarakat harus
diperbaiki. Mulai dari sistem pelayanan tiket. Walaupun sudah menggunakan
sistem pelayanan online, namun masyarakat masih merasa kurang puas.
Karena memang masih minimnya jumlah tiket yang diberikan kepada
masyarakat. Ini dapat dilihat dari fakta di lapangan. Masih banyak
penumpang yang terlantar karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang sistem online ini.
8
Jika pelayanan yang diberikan oleh PT. KAI telah dapat melayani
masyarakat hingga memberikan kepuasan sesuai dengan apa yang
diharapkan, disaat itulah pelayanan yang diberikan bisa dikatakan
memuaskan.
2
Ibid
9
perorangan yang ada di stasiun tersebut. Keamanan yang harus diperhatikan
di dalam stasiun meliputi keamanan terhadap kriminalitas yang mengancam
harta benda. Hal ini mengingat bahwa di dalam keramaian penumpang di
dalam stasiun terdapat para pencuri ulung yang mengancam harta benda
penumpang. Selain faktor kriminalitas, bentuk dan luas peron turut menjadi
faktor penyumbang turunnya tingkat keamanan di stasiun. Luas peron yang
kurang memadai menyebabkan penumpang dan pedagang asongan
berdesakan saat menunggu datangnya kereta.
Semarang, Sabtu (23/2/2013). Berdasarkan pantauan, banjir akibat
hujan deras yang mengguyur Kota Semarang sejak Jumat (22/2/2013) malam,
telah menggenangi Stasiun Tawang dengan ketinggian sekitar 40 sentimeter,
termasuk di ruang tunggu penumpang. Bahkan, kursi di ruang tunggu Stasiun
Tawang Semarang juga tergenang, meski beberapa penumpang tetap terlihat
nekat menerobos genangan banjir menunggu di perlintasan KA stasiun yang
sudah ditinggikan. (TribunJogja.com)3
Contoh berita diatas adalah menurunnya pelayanan akibat dari faktor
alam. Hal ini menyebabkan aktivitas dan kenyamanan penumpang menjadi
terganggu serta mengakibatkan menurunnya kepuasan pelanggan atas situasi
yang ada. Tidak hanya masalah bencana yang menyebabkan pelayanan
perkeretaapian menjadi terpuruk. Berikut adalah ungkapan dari seseorang
yang merasa kurang puas dengan pelayanan kereta di salah satu stasiun di
Indonesia.
Rabu, 2 Januari 2013, saya melakukan cancel tiket kereta Rajawali PP
tujuan Semarang-Surabaya melalui CS di Stasiun Gubeng. Namun sayangnya
pelayanannya sungguh tidak ramah. Petugas yang melayani saya pada waktu
itu berkawat gigi dan masih berumur sekitar 20 tahunan. Sebagai front liner,
petugas dimaksud sungguh tidak ramah. Beberapa pertanyaan yang saya
lontarkan terkait mekanisme pengembalian tiket, dijawab dengan ketus dan
wajah tidak bersahabat. Yang membuat kesalnya lagi, ketika saya hitung
3
Dewi Agustina. Layanan di Stasiun tawang Dialihkan ke Poncol.
http://www.tribunnews.com/regional/2013/02/23/layanan-di-stasiun-tawang-dialihkanke-
poncol Diakses pada tanggal 3 Juli 2017
10
ulang uang retur yang diberikan, jumlahnya ada yang kurang. Saat saya minta
konfirmasi, justru si petugas malah menutup tirai dengan wajah judes.
(Winona Almira, tribunnews.com, 2013).4
Dari pernyataan salah satu penumpang kereta api di atas menunjukan
bahwa pelayanan perkeretaapian di Indonesia memang belum memuaskan.
Sebagai petugas stasiun, bukankah seharusnya dapat memberikan pelayanan
yang baik dan ramah. Karena dengan adanya pelayanan yang menyenangkan,
ramah dan jelas maka dengan sendirinya akan meningkatkan kepuasan
pelanggan atas kinerja petugas di stasiun. Apabila pelanggan telah
beranggapan bahwa pelayanan di suatu stasiun tertentu maka, akan banyak
pelanggan lainnya yang tetap menggunakan kereta api sebagai alat
transportasi mereka. Maka perkeretaapian tidak akan kehilangan pamornya.
Pada intinya, untuk mengembalikaan keadaan perkeretaapian di Indonesia
yang mulai terpuruk, Perusahaan PT KAI hendaknya memperbaiki segala
fasilitas yang menunjang perkeretapian baik fasilitas dalam gerbong kereta
maupun fasilitas luar seperti stasiun, tiketing dan kinerja petugas.
11
Sebab untuk penumpang yang harus melakukan perjalanan jauh fasilitas
seperti ini sangat dibutuhkan. Namun kenyataannya untuk beberapa kelas
kereta seperti kelas Ekonomi dan bisnis masih menerapkan sistem sewa
untuk bantal dan selimutnya. Hanya kereta dengan kelas Eksekutif yang
mendapatkan fasilitas bantal dan selimut secara free.
2. Makanan
Beberapa tahun yang lalu Kereta Api kelas eksekutif masih
menyediakan fasilitas makan bagi para penumpangnya. Kini fasilitas
tersebut sudah tidak berlaku lagi. Para penumpang yang ingin makan mau
tidak mau harus membeli makanan di tempat restorasi yang harganya
cukup mahal. Sangat disayangkan mengingat tarif dari kereta eksekutif itu
sendiri tidak mengalami penurunan (bahkan cenderung naik) tetapi
fasilitasnya mengalami penurunan.
3. Toilet
Jika dibanding kereta api level eksekutif, toilet kereta api level bisnis
dan ekonomi memang cukup miris. Selain karena kebersihannya yang
kurang terjaga terkadang toilet tersebut dijadikan tempat istirahat bagi
orang-orang yang tidak kebagian tempat duduk. Sehingga terkadang sulit
jika ada penumpang lain yang ingin menggunakan toilet tersebut.
12
dalam pengendalian sistem keberangkatan dan kedatangan tanpa harus
menunggu lama. Stasiun yang kurang layak guna juga dapat menjadi masalah
yang penting. Di sisi lain masalah alam yang bisa saja datang secara tiba-tiba
walaupun sudah diprediksi juga menjadi masalah yang sulit untuk ditangani,
hanya saja dapat diantisipasinya.
Pemerintah dengan penganggaran yang lebih, diutamakan untuk
perbaikan sarana dan prasarana kereta api karena kereta api dapat menjadi
salah satu alternative solusi kemacetan di kota-kota besar. Dengan perhatian
yang lebih ke kereta api, akan memunculkan surplus untuk pemerintah, jika
banyak orang-orang yang lebih memilih menggunakan kereta api untuk
mobilitas.Parahnya lagi jika memasuki suasana lebaran yang penumpangnya
lebih banyak memilih menggunakan kereta harusnya kenyamanannya lebih
ditingkatkan.
Permasalahan yang menjadi orang-orang enggan atau kurang minat
menggunakan jasa kereta api adalah fasilitas pendukung dalam kereta api.
Mereka menganggap kalau fasilitas yang mereka dapatkan kurang dapat
membuat nyaman selama perjalanan. Penyedia fasilitas dengan harusnya
lebih menjaga agar tetap baik dan membuat nyaman. Kebersihan merupakan
salah satu alasan ketidaknyamanan dalam kereta. Beda kelas, beda pula
perlakuan fasilitas kebersihannya, seharusnya walaupun beda tetap memenuhi
standar yang ada. Sebagai contoh ada kereta yang benyak sampah yang
berceceran tanpa ada yang membersihkan. Ketertiban dalam kereta api juga
seharusnya dijaga, tidak hanya penjaga kereta, penumpangpun juga begitu.
13
BAB III
PENUTUP
Pelayanan kereta api indonesia masih belum bisa dikatakan baik. Masih
banyak hal yang perlu di benahi oleh PT. KAI sebagai pengelola Kereta Api
Indonesia. Meskipun kereta memiliki kelasnya masing-masing (ekonomi, bisnis,
eksekutif) namun ketiga kelas tersebut haruslah sama-sama memenuhi standar
kenyamanan dan kepuasan dari penumpang. Terutama pada kereta api yang
memiliki jarak tempuh jauh, kenyamanannya harus lebih diperhatikan
dibandingkan dengan kereta api yang berjarak tempuh dekat. Pada intinya, untuk
mengembalikaan keadaan perkeretaapian di Indonesia yang mulai terpuruk,
Perusahaan PT KAI hendaknya memperbaiki segala fasilitas yang menunjang
perkeretapian baik fasilitas dalam gerbong kereta maupun fasilitas luar seperti
stasiun, tiketing dan kinerja petugas.
14
DAFTAR PUSTAKA
15