Disusun Oleh:
Isnaeni Bagaskoro (2140503109)
Rifki Dwi Febrian (2140503126)
M Ulil Abshor Abdhala (2140503138)
Rachmalia Nurhida (2140503164)
Aisyah Nurhaliza (2140503166)
Disusun Oleh:
Isnaeni Bagaskoro (2140503109)
Rifki Dwi Febrian (2140503126)
M Ulil Abshor Abdhala (2140503138)
Rachmalia Nurhida (2140503164)
Aisyah Nurhaliza (2140503166)
Laporan ini dapat diselesaikan atas bimbingan, saran dan motivasi dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada ;
1. Ibu Ria Miftakhul Jannah, S.T., M.T., selaku dosen mata kuliah Jalan Kereta
Api.
2. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan.
3. Rekan satu kelompok yang tidak dapat disebutkan penulis satu per satu.
Penulis juga mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan dalam membuat
laporan ini, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan laporan ini antara lain:
1. Merencanakan jaringan jalan kereta api baru yang berfungsi sebagai angkutan
penumpang, meliputi trase paling ideal menurut penulis, dengan dua buah
tikungan, perancangan drainase, kontruksi, drainase, serta bangunan pelengkap
jalan kereta api
2. Merencanakan perlintasan tidak sebidang seperti overpass atau underpass pada
pertemuan dengan jalan raya.
3. Menghitung kebutuhan analisis material konstruksi jalan rel (kebutuhan rel,
kebutuhan penambat, jumlah bantalan, volume balas dan sub balas).
1. Perjalanan Kereta Api sudah terjadwal dan calon penumpangan bisa memilih
jadwal keberangkatan yang tersedia
2. Barang – barang banyak dapat diangkut
3. Terdiri berbagai kelas kereta api, seperti ekonomi, bisnis, eksekutif
4. Resiko kecelakaan relatif kecil
5. Kereta api memliki fasilitas yang lengkap
6. Memiliki jalur tersendiri, sehingga terhindar dari kemacetan
7. Memberikan pelayanan cepat dan terpercaya
1.5.2 Kekurangan
1. Perjalanan tidak fleksibel, tidak memiliki jalur alternatif
2. Jika terjadi kerusakan pada rel, maka jadwal akan terganggu
3. Mengganggu jenis transportasi lain, seperti jalan raya
4. Biaya operasional tinggi
1.6 JENIS-JENIS KERETA API
Jenis kereta api memiliki beberapa macam yaitu menurut kelas, teknlogi jalur, dan
berdasarkan segi diatas tanah ataupun dibawah permukaan tanah.
1.6.1 Jenis – Jenis Kereta Api Berdasarkan Kelas
1. Kereta Api Kelas Ekonomi
Kelas Ekonomi paling banyak dipilih masyarakat untuk perjalanan
antarkota. Selain karena harganya sangat terjangkau, kereta kelas ini juga
menyediakan pemberhentian ke stasiun-stasiun di kota kecil.
Untuk sekali keberangkatan, kereta api kelas Ekonomi mampu memuat
sampai 160 penumpang di setiap gerbong. Setiap kursi bisa diisi 2-3 orang dan
posisi kursi duduk berhadap-hadapan.
4. Kereta maglev
Kereta maglev adalah jenis kereta yang bergerak pada posisi melayang
atau mengambang.
1.6.3 Jenis – jenis Kereta Api berdasarkan segi di atas/di bawah permukaan tanah
1. Kereta api permukaan (surface)
Kereta api permukaan berjalan di atas tanah. Biaya pembangunannya
untuk kereta permukaan adalah yang termurah dibandingkan yang di
bawah tanah atau yang layang.
Menurut pemenhub No. 11 Tahun 2021, trase adalah rencana tapak jalur kereta
api yang diketahui titik-titk koordinatnya. Tujuan dari penetapan trase jalur kereta api
adalah untuk mewujudka keharmonisan antara jalur kereta api dan perencanaan tata
ruang dan wilayah sesuai tatanannya. Keterpanduan pengendalian pemanfaatan ruang
untuk jaringan jalur kereta api sebagai satu kesatuan sistem jaringan transportasi
nasioal sehingga mempermudah dan memperlancar pelayanan angkutan orang dan
barang serta efisiensi peyelenggaraan perkeretaapiaan. Sasaran penetapan trase jalur
kereta api adalah untuk mewujudkan tersedianya ruang yang memadai untuk rumaja,
rumija, dan ruwasja guna menjamin keselamatan, keamanan dan kelancaran perjalanan
kereta api.
5. Kecepatan rencana
Dalam penentuan trase, kecepatan rencana berpengahur pada kelandaian
dan tikungan-tikungannya. Semakin besar kecepatan rencana maka semakin
kecil sudut luar.
6. Galian (cut) dan Timbunan (fill)
Merupakan hal penting dalam merencanakan trase jalan rel. Volume galian
dan timbunan yang terlalu besar mengakibatkan tingginya biaya pembangunan.
Trase yang baik adalah trase yang tidak memotong peta kontur yang rapat
karena peta kontur yang rapat merupakan daerah perbukitan atau pegunungan.
1. Aspek lingkungan
Lingkungan menjadi perhatian penting dalam pemilihan trase karena trase
melewati daerah-daerah yang merupakan lahan produktif. Oleh karena itu,
sebaiknya pemilihan trase sebijaksana mungkin sehingga tidak menggunakan
daerah produksi.
Selain itu saat memilih trase, pemilihannya tidak terlalu dekat dengan
permukiman penduduk karena dapat menimbulkan konflik sosial dan masalah
lainnya, menghidari hal tersebut dapat meminimalisir beberapa masalah, seperti
adanya kecelakaan lalu lintas (terutama di peintasan kereta api) penggusuran rumah
penduduk, dan penolakan masyarakat. Trase yang jauh dari pemukiman penduduk
diharapkan membuat tingkat keamanan disekitar pelintasan kereta api menjadi baik.
Namun, aksesbilitas masyarakat menuju moda transportasi kereta api masih
diperlukan perhatian, agar tetap mudah dan aman untuk dijangkau.
2. Aspek ekonomi
Pencangan jalan rel yang baik, akan sangat berpengaruh terhadap beratnya
biaya yang akan dikeluarkan. Sehingga diharapkan dalam memilih trase,
pemilihannya harus yang dianggap efektif dan efisien dari segi biaya. Jarak trase
dari awal sampai tujuan bukan termasuk acuan besar kecilnya biaya. Besar kecilnya
biaya dipengaruhi oleh galian, timbunan, daya dukung tanah, kemiringan dan faktor
lainnya. Pemilihan material, serta perancangan dan pelaksanaan yang baik pula akan
menghemat dari segi biaya, dengan tidak mengorbankan faktor-faktor lain seperti
faktor lingkungan, keamanan, dan kenyamanan. Oleh karenaya, diperlukan suatu
perancangan dan pelaksanaan jalan rel yang baik guna menghemat dari segi biaya.
3. Aspek sosial
Dilihat dari segi aspek sosial, pemilihan jalan rel kereta api sebaiya agak jauh
dari pemukiman warga yang padat. Hali ini disebabkan guna megurangi dampak
segi negatif yang terjadi akibat pengadaan dari jalan rek, seperti tingkat kebisingan,
polusi dan getaran yang ditimbulkan. Serta faktor keselamatan juga menjadi poin
penting. Dengan agak menjauhnya jalan rel kereta api dari pemukiman warga, maka
angka kecelakaan dekat pemukiman dapat diminimalisisr. Baik dari korban material
dan korban jiwa.
4. Aspek teknis
Dalam pemilihan trase jalan kereta api harus memperhatikan aspek teknis
dalam pelaksanaanya. Ada beberapa faktor tekniks yang harus diperhatikan dalam
pemilihan trase jalan kereta api seperti topografi, faktor bentuk tanah, daya dukung
tanah tata guna lahan, serta tata kelola wilayah yang menjadi sasaran pemilihan trase
jalan kereta api. Trase yang dipilih sebainya memberi kemudahan akses masyarakat
dalam bidang perdagangan dan bidang lainnya. Harapan dalam pemilihan trase ini
dapat memberi kemudahan akses bagi masyarakat sehari-hari seperti pemukiman
penduduk, perindustrian, pertambangan, maupun pusat perekonomian masyarakat.
Dalam pemilihan trase, yang diperhatikan adalah faktor topografi dan
persimpangan lalu lintas lainnya. Kemudian dalam pemilihan trase jalan kereta api,
sebaiknya dibuat lurus, pendek dan dengan kelandaian yang seminimin mungkin.
Oleh karena itu, dalam pemilihan trase harus memenuhi persyaratan teknik,
sehingga dalam keberlangsungan moda transportasi kereta api memberikan manfaat
maksimal.
DOSEN
DIGAMBAR
JUDUL GAMBAR
SKALA
DIKUMPULKAN
HALAMAN JUMLAH
BAB III
PERENCANAAN ALIYEMEN
HORIZONTAL
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TIDAR
2022
BAB III
PERANCANGAN ALINYEMEN
HORIZONTAL
3.1 Dasar Perancangan
3.1.1 Geometri Jalan Rel
Geometri jalan rel adalah bentuk dan ukuran jalan rel baik pada arah
memanjang maupun arah meleber, yang meliputi lebar sepur, kelandaian,
lengkung horizontal, lengkung vertikal, serta peninggian rel dan pelebaran
sepur. Geometri jalan harus dirancang dengan sebaik mungkin sehingga
dapat mendapatkan hasil yang nyaman, aman, ekonomis, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Ada beberapa yang harus diperhatikan dalam perencanaan jalan rel:
a) Kecepatan dan beban gandar
- Kecepatan dibagi menjadi:
1) Kecepatan rencana
Kecepatan rencana adalah kecepatan yang digunakan untuk
merencanakan kontruksi jalan rel
Untuk perencanaan struktur jalan rel
V rencana = 1,25 x V maks
Untuk perencanaan peninggian
∑ 𝑁𝑖 . 𝑉𝑖
V rencana = C x ∑ 𝑁𝑖
Dimana:
C : 1,25
Ni : Jumlah kereta api yang lewat
Vi : Kecepatan operasi
Untuk perencanaan jari – jari lengkung lingkaran
dan lengkung peralihan
V rencana = V maks
2) Kecepatan maksimum
Kecepatan maksimum adalah kecepatan tertinggi yang
diijinkan untuk beroperasi suatu rangkaian kereta pada lintas
tertentu.
3) Kecepatan operasi
Kecepatan operasi adalah kecepatan rata – rata kereta api
pada suatu petak jalan tertentu
4) Kecepatan komersil
Kecepatan komersil adalah kecepatan rata – rata kereta api
sebagai hasil pembagian dari jarak tempuh dengan waktu
tempuh
- Beban gandar
Beban gandar adalah beban yang diterima oleh jalan rel dari
satu gandar. Untuk seluruh kelas, beban gandar maksimum
adalah 18 ton
b) Standar Jalan Rel
Merupakan segala bentuk ketentuan yang berkaitan dengan daya
angkut lintas, kecepatan maksimum serta ketentuan lain untuk
setiap kelas jalannya.
c) Daya Angkut Lintas
Merupakan jumlah angkutan anggapan yang melewati suatu lintas
dalam jangka waktu satu tahun. Daya angkut lintas ini
mencerminkan jenis, jumlah beban total, dan kecepatan kereta api
yang lewat di lintas yang bersangkutan. Daya angkut
mencerminkan jenis serta jumlah beban total dan kecepatan kereta
yang melewati lintas yang bersangkutan (satuan ton/tahun)
Rumus daya angkut lintas:
T = 360 x S x TE
TE= Tp + (kbxTb) + (kixT1)
Dimana:
TE : tonase ekivalen (ton/hari)
Tp : tonase penumpang dan kereta harian
Tb : tonase barang dan gerbong harian
T1 : tonase lokomotif harian
S : koefisien yang bergantung pada kualitas lintas
S : 1,1 untuk lintas dengan kereta penumpang dengan kecepatan
maksimum 120 km/jam
S : 1,0 untuk lintas tanpa kereta penumpang
K1 : koefisien yang besarnya 1,4
Kb : koefisien yang besarnya tergantung kepada beban gandar
Kb : 1,5 untuk beban gandar < 18 ton
Kb : 1,3 untuk beban gandar > 18 ton
d) Ruang bebas dan ruang bangun
Ruang bebas merupakan ruang di atas sepur yang senantiasa harus
bebas dari segala rintangan dan benda penghalang, disediakan
untuk lalu lintas rangkaian kereta api.
Ruang bangun merupakan ruang di sisi sepur yang senantiasa
bebas dari segala bangunan tetap, seperti tiang semboyan, tiang
listrik, dan tiang pagar. Batas ruang bangun diukur dari sumbu
sepur pada tinggi 1 – 3,55 meter.
Jarak horizontal ruang bangun sebagai berikut.
• Pada lintas bebas adalah 2,35 m – 2,53 m di kiri dan kanan
sumbu sepur
• Pada emplasemen adalah 1,95 m – 2,35 m di kiri dan kanan
sumbu sepur
• Pada jembatan adalah 2,15 m di kiri dan kanan sumbu sepur
3.1.2 Lengkung Horizontal
Lengkung horizontal merupakan proyeksi sumbu jalan rel pada horizontal.
Lengkung horizontal terdiri dari garis lurus dan lengkungan. Lengkungan
ini dimaksud untuk mendapatkan perubahan secara berangsur – angsur arah
horizontal sepur.
Terdapat beberapa jenis lengkung horizontal antara lain:
1) Lengkung Lingkaran
Dua bagian lurus yang perpanjangannya saling membentuk sudut harus
dihubungkan dengan lengkung yang berbentuk lingkaran, dengan atau
tanpa lengkung – lengkung peralihan.
Peninggian Rel
(𝑉𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎)2
h= 5,94 𝑅
nilai h dibulatkan 5 mm ke atas terdekat
8,8 𝑉 2
h min= − 53,5 , ℎ𝑚𝑖𝑛 < ℎ
𝑅
Peninggian Rel pada Lengkung Peralihan
𝐿.𝑋13 𝐿𝑥 𝑋13
X1=40𝑅2 𝐿𝑠 2 (mm) , Y1 = 6𝑅 (mm)
𝐿𝑠
𝐿.𝑋1.ℎ
h1= (mm) , dengan h1= peninggian pada x1
ℎ
Untuk lengkungan tanpa lengkung peralihan peninggian rel dapat
dicapai dengan berangsur – angsur tepat di luar lengkung lingkaran.
Panjang minimum lengkung peralihan ini didapat dengan rumus
Ls= 0,01 hv. Besar jari – jari rel berdasarkan besar jari – jari
tertentu.
3) Lengkung S
Lengkung S terjadi jika dua tikungan pada suatu lintasan yang berbeda
ini harus ada bagian lurus sepanjang paling sedikit 20 m.
Gambar Lengkung S
4) Pelebaran Sepur
Gaya tekan akibat terjepitnya roda kereta api mengakibatkan keausan
roda dan rel, sehingga untuk mengurangi keausan perlu dilakukan
pelebaran sepur. Pelbaran sepur dilakukan agar landasan gandar dapat
melewati tikungan tanpa melewati hambatan.
Faktor yang mempengaruhi pelebaran sepur sebagai berikut
Jari – jari lengkung (R)
Ukuran atau jarak gandar muka belakang yang teguh(d)
Kondisi keausan roda dan rel
𝑋𝑃1−𝑋𝑃2
𝛼𝑃1 = 180° + 𝑎𝑟𝑐 tan | |
𝑌𝑃1−𝑌𝑃2
3500 − 6500
𝛼𝑃1 = 180° + 𝑎𝑟𝑐 tan | |
3700 − 4100
𝛼𝑃1 = 262,41°
𝑋𝑃2 − 𝑋𝐵
𝛼𝑃2 = 180° + 𝑎𝑟𝑐 tan | |
𝑌𝑃2 − 𝑌𝐵
6500 − 8000
𝛼𝑃2 = 180° + 𝑎𝑟𝑐 tan | |
4100 − 2823.226
𝛼𝑃2 = 229,6°
2) Sudut Belok
∆1 = |𝛼𝑃1 − 𝛼𝐴| = |82,41° − 77,91°| =4,5°
∆2 = |𝛼𝑃2 − 𝛼𝑃1| = |49,6° − 82,41°| = 32.81°
1. Tikungan I
a. Rrencana= 780 m
b. Peninggian Rel
5,95(𝑉 2 ) 8,8(𝑉 2 )
Hnormal = hmin = − 53,54
𝑅 780
5,95(1202 ) 8,8(1202 )
= = − 53,54
780 780
= 109.8461 mm = 108.921 mm
hmax = 110 m diambil dari h=109 m
c. Panjang Lengkung peralihan
Ls = 0,01 . h . V
=0,01 . 109 . 120
=130.8 m
d. Panjang Lengkung Lingkaran
Sudut Spiral (𝜃𝑠)
90 𝐿𝑠
𝜃𝑠 = 𝜋 . 𝑅
90 130,8
𝜃𝑠 = 𝜋 . 780
𝜃𝑠 = 4.80403°
Sudut Lingkaran (𝜃𝑐)
𝜃𝑐 = ∆1 − 2 𝜃𝑠
𝜃𝑐 = 4.5° − 2 . 4,80403°
𝜃𝑐 = − 5,108°
𝜃𝑐
Lc = 360 . 2𝜋𝑅
−5,108°
Lc = . 2𝜋. 780
360
Lc = - 69,538 m
e. Panjang Lengkung Total
L1=Lc+2Ls
= - 69,538+2(130.8)
= 192.062 m
𝐿𝑠 2 130.82
𝛾𝑠 = = = 3,655 𝑚
6𝑅 6 . 780
k=Ls – (R sin 𝜃𝑠)
=130.8 – (780 sin 4,80403°)
=65,4766°
Q = 𝛾𝑠 − (𝑅(1 − 𝑐𝑜𝑠 𝜃𝑠)
=3,655 − (780(1 − 𝑐𝑜𝑠 4,80403°))
=0,915 m
Tt1=(R+Q) tan (∆1/2) + 𝑘
=(780+0,915) tan (4,5°/2) + 65,4766°
= 96.1596 m
𝑅+𝑄
Et1= 𝑐𝑜𝑠(∆1/2) − 𝑅
780+0.915
=𝑐𝑜𝑠(4,5°/2) − 780
=1.518 m
2. Tikungan 2
a. Rrencana= 780 mz
b. Peninggian Rel
5,95(𝑉 2 ) 8,8(𝑉 2 )
Hnormal = hmin = − 53,54
𝑅 780
8,8(1202 )
= − 53,54
780
= 108.921 mm
5,95(1202 )
= 780
= 109.8461 mm
hmax = 110 m diambil dari h=109 m
c. Panjang Lengkung peralihan
Ls = 0,01 . h . V
=0,01 . 109 . 120
=130.8 m
d. Panjang Lengkung Lingkaran
Sudut Spiral (𝜃𝑠)
90 𝐿𝑠
𝜃𝑠 = 𝜋 . 𝑅
90 130,8
𝜃𝑠 = 𝜋 . 780
𝜃𝑠 = 4,80403°
Sudut Lingkaran (𝜃𝑐)
𝜃𝑐 = ∆2 − 2 𝜃𝑠
𝜃𝑐 = 32.81° − 2 . 4,80403°
𝜃𝑐 = 23.201°
𝜃𝑐
Lc = 360 . 2𝜋𝑅
23.201°
Lc = 360 . 2𝜋. 780
Lc = 315.8483 m
e. Panjang Lengkung Total
L2=Lc+2Ls
= 315.8483 +2(130.8)
= 577.4483 m
𝐿𝑠 2 130.82
𝛾𝑠 = = = 3,655 𝑚
6𝑅 6.780
k=Ls – (R sin 𝜃𝑠)
=130.8 – (780 sin 4,80403°)
=65,4766°
Q = 𝛾𝑠 − (𝑅(1 − 𝑐𝑜𝑠 𝜃𝑠)
=3,655 − (780(1 − 𝑐𝑜𝑠 4,80403°)
=0,915 m
Tt2=(R+Q) tan (∆2/2) + 𝑘
=(780+0,915) tan (32.81°/2) + 65,4766°
= 295.3864 m
𝑅+𝑄
Et2= 𝑐𝑜𝑠(∆2/2) − 𝑅
780+0.915
= − 780
𝑐𝑜𝑠(32.81°/2)
=34.0557 m
Tabel Pelebaran
Jari –jari tikungan (m) Pelebaran mm
R > 200 0
550 < R ≤ 600 5
400 < R ≤ 550 10
350 < R ≤ 400 15
100 < R ≤ 350 20
Sumber: Peraturan Menteri no 60 tahun 2012
BAB IV
PERENCANAAN ALIYEMEN
VERTIKAL
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TIDAR
2022
BAB IV
PERENCANAAN ALINYEMEN
VERTIKAL
A. Dasar Perancangan
Alinyemen vertikal adalah proyeksi sumbu jalan rel pada bidang vertikal yang
melalui sumbu jalan rel tersebut. Alinyemen vertikal terdiri atas garis lurus
dengan atau tanpa kelandaian dan lengkung vertikal yang berupa busur
lingkaran.
Pengelompokan lintas jalan rel menurut kelandaian yang digunkan di Indonesia
ialah seperti yang ditunjukkan pada table dibawah ini.
1) Jenis Landai
a. Landai Penentu
adalah landau pendakian terbesar yang ada pada lintas lurus, yang berpegaruh
terhadap rangkaian kereta yang dioperasikan.
Tabel Landai Penentu Maksimum
Kelas Landai Penentu
Jalan Rel Maksimum
1 10 0/00
2 10 0/00
3 20 0/00
4 25 0/00
5 25 0/00
b. Landai Curam
adalah kelandaian yang lebih besar dan landai penentu dan digunakan dalam
keadaan tertentu, misalnya di pegunungan.
Rumus panjang maksimum Landai Curam :
𝑉𝑘 2 −𝑉𝑝2
Lc = 2𝑔(𝑆𝑝 −𝑆𝑐 )
Keterangan :
Lc = panjang maksimum landai curam (m)
Vk = kecepatan maksimum dikaki landai curam (m/s)
Vp = kecepatan minimum dipuncak landai curam (m/s)
g = Percepatan gravitasi (m/s2)
Sp = landai penentu (%)
Sc = landai curam (%)
Pada perencanaan alinyemen vertikal ini landai penentu yang dipakai 10%..
karena :
1. Termasuk kelas jalan rel 1
2. Keamanan dan kenyamanan dalam perjalanan
3. Kontur yang dilewati kereta api tidak terlalu curam (relatif landai)
2) Lengkung Vertikal
Lengkung vertikal merupakan lengkung transisi dari suatu kelandaian ke
kelandaian berikutnya sehingga perubahan kelandaiannya berangsur-angsur
dan beraturan. Pada perencanaan lengkung vertical perlu diperhatikan agar
besar pekerjaan galian kurang lebih hampir sama dengan pekerjaan timbunan
dan diusahakan agar lengkung vertikal tidak berhimpitan dengan lengkung
horizontal.
3) Jenis Lengkung
a. Lengkung Cembung
adalah lengkung vertikal yang kecembungan ke atas. Lengkung cembung
biasanya ditemukan pada :
Tanjakan yang bertemu turunan
Gambar 4.2 Tanjakan bertemu dengan tanjakan lain dengan kelandaian lebih
real (kecil)
(Sumber : Buku Utomo, Suryo Hapsoro Tri. 2009. Jalan Rel.)
b. Lengkung Cekung
adalah lengkung vertikal yang kecekungannya kebawah. Biasanya ditemukan
pada:
Turunan yang bertemu tanjakan
Gambar 4.4 Turunan bertemu dengan tanjakan
(Sumber : Buku Utomo, Suryo Hapsoro Tri. 2009. Jalan Rel.)
Turunan bertemu turunan lain dengan kelandaian lebih kecil
Gambar 4.5 Turunan bertemu dengan turunan lain dengan kelandaian lebih
kecil
(Sumber : Buku Utomo, Suryo Hapsoro Tri. 2009. Jalan Rel.)
1) Data Perencanaan
Titik Stasioning Elevasi X Y
A 0+000 265 2100 4000
PPV1 1+712 265 3800 4200
PPV2 4 + 145 237.1 6200 3800
B 6 + 193 237.1 8000 2823.226
2) Perhitungan Landai
265−265
Landai 1 (i1) = (1+712)−(0+000) = 0 0/00
237.1−265
Landai 2 (i2) = (4+145)−(1+712) = − 11.4 0/00
237.1−237.1
Landai 3 (i3) = (6+193)−(4+145) = 0 0/00
3) Beda Landai
Q1 = |𝑖1 − 𝑖2 | = |(0) − (− 11.4 )| = 11.4 0/00
= 1+711.99
= 1+711.94
= 4 + 144.94
= 4 + 144.98
= 4 + 145.025
Titik B = 6 + 193
5) Perhitungan Elevasi
Titik A = + 265
Titik PLV1 = Elevasi PPV1 (Xm1 . i1)
= + 265 ((0.0456. (0))
= + 265
= + 237,1005
= + 237,0994
Titik B = + 237,1
BAB V
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TIDAR
2022
BAB V
DETAIL KONSTRUKSI JALAN REL
Terdapat banyak kelengkapan dalam pembangunan jalan rel kereta api. Kelengkapan
tersebut diperlukan agar keberhasilan konstruksi dan mekanisme jalan rel tercapai. Hal itu
akan membuat keamanan dan kenyamanan penumpng dan seluruh awak semakin terjamin.
5.1 Tipe Rel
Rel berfungsi sebagai pijakan menggelindingnya roda kereta api dan meneruskan
beban dari roda kereta api ke bantalan. Terdapat tiga bentuk macam rel yaitu:
1. Rel berkepala dua
2. Rel Vignola
3. Rel alur
Rel bentuk Vignola adalah bentuk rel yang paling umum yang digunakan di
Indonesia. Rel bentuk ini ditemukan pertama kali oleh Charies Vignoles pada tahun
1836. Beberapa keunggulan bentuk rel Vignola, yaitu:
1. Kaki lebar dan datar, sehingga memudahkan perletakan dan penambakan pada bantalan
stabil.
2. Momen lawan cukup besar, sehingga mudah dibentuk lentur horizontal
3. Kepala rel sesuai dengan bentuk basut roda.
Secara umum potongan melintang rel, dijelaskan sebagai berikut:
A. Kepala Rel
Kepala rel sebagai tempat bertumpunya baut roda kereta api. Dimana
perancangan yang baik akan menghasilan tegangan kontak minimum dan kualitas
perjalanan maksimal.
B. Badan Rel
Badan rel dirancang dengan kuat geser yang cukup. Terdapat lengkung transisi
untuk mengurangi tegangan-tegangan yang timbul akibat kedudukan roda dan rel yang
miring.C. Kaki rel
Kaki rel untuk kestabilan terhadap guling atau overtunning. Maka, permukaan
bawah harus rata agar ditribusi beban ke bantalan merata.
Adapun rel berfungsi untuk pijakan kereta api dan untuk meneruskan beban
kereta api dari rel ke bantalan. Rel ditumpu oleh bantalan. Tegangan dan tahanan tegak
kurus dan roda menyebabkan terjadinya momen.
Gaya yang bekerja pada rel yaitu gaya angin, goyangan kereta api, gaya
sentrifugal (ret sebelah luar). Maka terjadilah momen lentur ke arah horizontal.
Dengan keterangan :
A = luas penampang
W = berat rel per meter
lx = momen inersia terhadap sumbu x
yb = jarak
Sedangkan tipe rel menurut kelas jalannya adalah sebagai berikut:
Pada perancangan tugas besar ini, kami menggunakan tipe rel R.54 dengan pertimbangan kelas
jalan kami masuk pada kelas jalan III. Adapun pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
a. Tipe rel diperkuakan dapat memenuhi kekakuan dan durabilitas yang
diperlukan agar dapat memberikan kedudukan permukaan yang rata dan
memberi tekanan yang mencukupi bagi roda kereta api.
b. Jika terjadi perubahan kelas jalan rel, rel tidak perlu diganti karena rel tipe
R.54 memenuhi untuk kelas rel I, II, III, dan IV.
c. Diperkirakan dapat memenuhi menahan momen lentur dan gaya normal
yang bekerja pada rel.
Rel memiliki kekuatan kekuatan tertentu, beberapa diantaranya yaitu:
1. Tahan aus
2. Tidak mudah retak
3. Bahan dasar Fe dan Mn
4. Di Indonesia menggunakan rel WR-A pada kualifikasi UK
5. Kuat tarik minimum adalah 90 kg/mm²
6. perpanjangan minimum 10%
7. Kekuatan kepala rel mencapai 320-388 rsinell
8. umur rel menjadi 2-3 kali lebih Panjang dengan perlakuan panas.
Selanjutnya untuk menghitung rel panjang, panjang minium rel panjang dihitung berdasarkan
pemuaian rel dan gaya lawan bantalan, sebagai berikkut:
Rumus AL = L x λ x AT
Dengan :
∆L = panjang pertambahan (m)
L = panjang rel (m)
λ = koefisien muai
∆T = pertambahan suhu (C)
Menurut hukum hooke, gaya yang terjadi pada batang rel adalah:
Gaya Pada batang rel
∆L × E ×A
Rumus : F 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹 = 𝐸 × 𝐴 x λ x AT
𝐿
Dengan
F = gaya pada batang rel
E = modulus elastisitas rel
A = luas penampang
∆L = panjang pertambahan (m)
L = panjang rel (m)
λ = koefisien muai
∆T = pertambahan suhu (C)
Untuk mendapatkan panjang minimum rel panjang, digunakan batasan L>2l dimana
𝐸×𝐴×𝜆×𝛥𝑇
𝑙= 𝑟
Dimana
R= tan𝛽 = gaya lawan bantalan tiap satuan panjang
Rel panjang memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:
1. Kerusakan sepur lebih lambat
2. Rel tidak mudah aus
5.2 Bantalan
Bantalan merupakan Struktur yang mengiaat rel Sedemikian hingga kedudukon rel menjadi
kokoh dan kuat. Bantalan juga membentuk sistem pembebanan dari kendaraan rel terdistribusi
secara lebih ringan dan merata kepada struktur Fondasi.
Bantalan meniniki fungsi sebagai berikut ;
1. Mendukung rel dan meneruskan beban dari rel ke balas dengan bidang sebaran beban lebih
luas sehingga memperkecil tekanan yang dipikul balas.
2. mengikat/memegang rel sehinga gerakan rel arah horizontal tegak lurus sunbu Sepur ataupun
arah membujur Searah sumbu sepur dapat ditthan, Sehmga jarak antara rel dan kemiringan
kedudukan rel dapat dipertahankan.
3. Memberiken stabilitas kedudukan sepur didalam balas.
4.Merghndarken kontak langsung antara rel dengan air tanah. Menqnaat Fungsi diatas, maka
bantalan harus kuat menahan beban dan kuat dalam mengikat penambet rel. Terdapat dua
bentuk bantalan, yaitu bantalan melintang dan membuur. Di Indonesia umumnya
mengqunakan bantalan arah Melinteng.
Untuk jensnya, bantalan terbagi sesuai jenis bahanya:
1. Bantalan kayu
2. Bantalan baja
3. Bantalan beton
4. Bantalan stob
Pemilihan jenusi batalan yang digunakan adalah berdasarkan atas kelasjalan rel menurut
peraturan kenstruksi jalan rel yang berlaku. Pada perancangan ini dipilih bantalan beton.
b) Ballast Bawah
Ballast bawah terdiri dari dari kerikil halus, kerikil sedang atau pasir kasar dengan
ketentuan, sebagai berikut:
1) Tidak boleh mengandung butiran-butiran lumpur > 5% berat awal
(lumpur adalah butiran-butiran ayakan 0,063), serta
2) Tidak ada campur tumbuhan atau benda-benda lain yang dapat
membusuk.
c) Daya Dukung tanah
Dalam mendukung lapisan ballast, tanah dasar harus memenuhi syarat dengan
minimal nilai CBR adalah 8% dan memiliki ketebalan minimal 30 cm
(PT.KAI). Lapisan ballast terletak diatas lapisan tanah dasar. Lapisan akan
mengalami tegangan yang besar akibat lalu lintas kereta api sehingga
pembentukannya harus baik dan pilihan.
Catatan: Jalan rel kelas I dan II digunakan ukuran minimal 2,5”-0,75” dan jalan
rel kelas III digunakan ukuran minimal 2”-1”
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TIDAR
2022
BAB VI
A. Kebutuhan Rel
1. Rel pendek
Rel pendek dibuat dari beberapa rel standar yang disambung dengan las dan
dikerjakan di tempat pengerjaan. Panjang maksimal rel pendek adalah 100
meter.
2. Rel Standar
3. Rel Panjang
Rel panjang adalah rel yang dibuat dari beberapa rel pendek. Panjang rel jenis
ini tergantung pada bantalan yang digunakan.
1) A – Ts1 = d1 – Tt1
= 1431,7821 – 96,1596
= 1335,6225 meter.
= 2634,6136 meter.
3) ST2 – B = d3 - Tt2
= 1969,8108 – 295,3864
= 1674,4244 meter.
= 5644,6605 x 2
= 11.289,321 meter
= -69,538 + 2 (130,8)
= 192,068 meter.
= 315,8483 + 2 (130,8)
= 577,4483 meter.
= 192,068 + 577,4483
= 769,5163 x 2
= 1.539,0326 meter.
c. Kebutuhan Rel
Menggunakan rel panjang dengan panjang 250 meter dan dipasang pada suhu
30 ̊ C, sehingga celah muainya 11 mm.
Pada lengkung atau tikungan digunakan rel standar dengan panjang 25 meter
di pasang pada suhu 30 ̊ C dengan celah sambungan 5 mm. Rel panjang
merupakan rel gabungan dari rel standar yang disambung di tempat pengerjaan.
Maka satu rel membutuhkan 10 rel standar yang dilas.
1) Bagian Lurus
5644,6605 − (2 𝑥 0,016)
= 22,5775
250 + 0,011
Dibulatkan menjadi 23 buah rel, sepasang rel membutuhkan 46 buah rel
karena double track dibutuhkan
= 46 x 2
2) Bagian Lengkung
769,5163 − (2 𝑥 0,016)
= 3,0778
250 + 0,005
Dibulatkan menjadi 4 buah rel, sepasang rel membutuhkan 8 buah rel
karena double track dibutuhkan
=8x2
= 16 buah rel standar.
1. Penambat Rel
Penambat rel adalah komponen yang menambatkan rel pada bantalan sehingga
kedudukan rel tetap kokoh dan tidak bergeser.
2. Jenis Penambat Rel
Jenis penambat rel yang direncanakan mengunakan bantalan beton. Bantalan
beton digunakan di jenis lintasan rel. Dalam hal ini, analiasis pehitungan bantalan
sebagai berikut :
Panjang lintasan lurus : 5644,6605 m = 5,6446605 km
Panjang lintasan lengkung : 769,5163 m = 0,7695163 km
Jumlah bantalan beton yang dibutuhkan umumnya tiap 1 km yaitu 1667 buah
bantalan. Maka,
Jumlah bantalan beton= (1667 x 5,6446605) + (1667 x 0,7695163)
= 9409,649054 + 1282,783672
= 10692,43273 = 10693
Maka, jumlah bantalan yang dibutuhkan untuk jalur ganda adalah 21.386 buah
bantalan.
3. Penggunaan Penambat
Penambat elastis ganda dapat digunakan pada semua kelas jalan rel, tetapi tidak
dapat dianjurkan pada kelas jalan V. Penambat kaku tidak boleh dipakai untuk
semua kelas jalan rel. Penambat elastis tunggal hanya boleh untuk kelas jalan IV
dan V. Pada analisis perencanaan, digunakan penambat jenis Ka-clip sebanyak 4
buah tiap bantalan. Maka,
Jumlah penambat = 4 x jumlah bantalan
= 4 x 21386
= 85544
Maka jumlah penambat yang dibutuhkan yaitu 85.544 buah penambat KA-Clip.
4. Model Penambat
Jenis penambat yang tergolong dalam jenis penabat elastis ganda mempunyai
berbagai bentuk dengan hak paten tersendiri. Jumlah bantalan dan penambatan rel
tergantung dari panjang rel. Hal ini dijelaskan pada Peraturan Dinas No. 10
PJKRI/1986 yang menyebut :
1) Baik bantalan beton, baja maupun kayu pada jalur lurus, jumlah bantalan
yang digunakan adalah (66) buah tiap panjang rel.
2) Pada lingkungan jarak diambil untuk beton 60 cm diukur pada rel luar.
Jenis penambat yang digunakan pada perencanaan rel yaitu rer ka-cip dengan
kuat jepit terhadap rel 800-1200 kgf.
Untuk bantalan digunakan bantalan jenis beton. Bantalan beton digunakan
diseluruh bagian lintasan rel kecuali pada jembatan.
Dengan : B = 150 cm
C = 235 cm
T = 20 cm (daerah 1m)
d1 = 30 cm
d2 = 50 cm
2𝐵 + 2𝐶 2(150) + 2(235)
𝐴=( ) × (𝑑1 + 𝑇) = ( ) × (30 + 21) = 19635 𝑐𝑚 2
2 2
= 1,9635 𝑚 2
Volume balas atas termasuk bantalan pada lintasan lurus selainn 1m,
= 1,9635 x 5644,6604
= 11.083,2907 x 2
= 22.166,5814
2𝐵 + 2𝐶 2(150) + 2(235)
𝐴=( ) × (𝑑1 + 𝑇) = ( ) × (30 + 20) = 19250 𝑐𝑚 2
2 2
= 1,925 𝑚 2
Volume balas atas termasuk bantalan pada lintasan lurus di daerah 1m,
𝑑1 + 𝑑2 30 + 50
V=( × 𝑇) × 𝐴 = ( × 20) × 19250 = 15400000 𝑐𝑚3 = 15,4 𝑚3
2 2
untuk double track maka
= 15,4 x 2
=30,8 m3
2. Volume balas atas pada bagian lengkung dengan bantalan
Ket B = 150 cm
C = 235 cm
K1 = 300 cm
K2 = 375 cm
d1 = 30 cm
h = 107 cm
T = 21 cm
L = 200 cm
S = 106,5 cm
m = 40 cm
Mencari nilai E
𝐿 ℎ 200 10
𝐸 = (𝐵 + ) × + 𝑇 = (150 + )× + 21 = 44,47 𝑐𝑚
2 𝑠 2 106,5
Mencari nilai a
𝐶−𝐵 235 − 150
𝑎 = (𝐸 + 𝑑1) − ( ) = (44,47 + 30) − ( ) = 31,97 𝑐𝑚
2 2
Mencari nilai L1
L1 = 2 × a = 2×31,97 = 63,94 cm
Mencari nilai L2
L2 = 2×B = 2×150 = 300 cm
Mencari nilai A1
A1 = ½ a (L1 + L2) = ½ × 31,97 (63,94 + 300) = 5817,58
Mencari nilai A2
A2 = (L1 + L2) × (E + d1 – a) + ½ (E + d1 – a)(C – B – L1)
= (63,94 + 300) × (44,47 + 30 – 31,97) + ½ (44,47 + 30 – 31,97)(235 – 150 – 63,94)
= 15914,975
3. Perhitungan Volume bantalan
Perancanaan ini menggunakan bantalan beton, dimana beton memiliki berat 200 kg
dan tidak menggunakan bantalan jenis lainnya.
𝑀
Bantalan beton = x jumlah bantalan
𝑒
200
= 2800 𝑥 21368
Sub balas merupakan struktur bagian bawah dari jalan rel. Lapisan sub balas ini
berfungsi sebagai lapisan filter antara tanah dasar dan lapisan balas serta harus dapat
mengalirkan air dengan baik. Tebal minimum lapisan bawah balas adalah 15 cm.
Lapisan sub balas terdiri dari kerikil halus, kerikil sedang atau pasir kasar yang
mempengaruhi syarat berikut :
3
55 - 100
4
No. 4 25 – 95
No. 40 5 – 35
No. 200 0 - 10
1. Material sub balas tidak boleh memiliki kandungan organik diatas 5%.
2. Material sub balas dapat berupa campuran kerikil atau kumpulan agregat pecah
dan pasir.
3. Untuk material sub balas yang merupakan kumpulan agregrat pecah dan pasir,
maka harus mengandung sekurang-kurangnya 30% agregrat pecah.
4. Lapisan sub balas harus dipadatkan sampai mencapai 100% menurut percobaan
ASTMD 698.
(2 × 300 + 2 × 375) 1
𝐴=( × (50 + 25) − × 25(2 × 375))
2 2
Dalam pelaksanaan proyek jalan kereta api atau jalan rel, diperlukan pekerjaan galian
dan timbunan
= 5967.77 m3
= 6203.35 m3
DRAINASE
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TIDAR
2022
BAB VII
DRAINASE
A. Dasar Penentuan Perencanaan
1. Drainase permukaan
Drainase permukaan dibuat dengan maksud untuk mengalirkan atau membuang air yang
ada pada permukaan tanah daerah jalan rel.
a. Jenis drainase permukaan ini berdasar pada letak drainase terhadap jalur jalan rel.
Terdapat dua jenis drainase permukaan, yaitu :
1. Drainase memanjang (side – ditch) yaitu drainase permukaan yang letaknya di
samping dan memanjang arah jalur jalan rel.
2. Drainase melintang (cross drainage) yaitu drainase permukaan yang letaknya
memanjang dan arahnya melintang arah jalur rel.
b. Data yang diperlukan untuk perencanaan dan perancangan drainase permukaan yang
efektif dan efisien diperlukan data sebagai berikut :
1. Curah hujan
2. Topografi
3. Tataguna lahan setempat
4. Sifat / karakteristik tanah setempat.
c. Bentuk
Drainase memanjang dapat berupa saluran terbuka maupun saluran tertutup.
Adapun bentuk potongan melintangnya dapat berbentuk sebagai berikut :
1. Trapesium
2. Kotak atau persegi
3. Segitiga
4. Bujur lingkaran
Drainase melintang ( dapat dalam jumlah tunggal atau Multi/banyak ) dapat berupa
1. Gorong-gorong
2. Jembatan pelat
d. Bahan
Agar drainase dapat berfungsi dengan baik selama waktu yang diharapkan pada
dasarnya saluran drainase harus tahan terhadap hal-hal berikut:
1. Karakteristik / kondisi setempat yang dapat merusak saluran
2. Gaya-gaya yang akan bekerja pada saluran.
Untuk memenuhi persyaratan tersebut, maka pada pemilihan bahan yang akan
digunakan pada saluran memanjang harus memperhatikan topografi setempat dan
sifat/karakteristik tanah setempat. Saluran melintang harus terbuat dari bahan yang
kuat misalnya dengan perkuatan susunan batu yang diplester ,beton, dsb., dan harus
menggunakan tutup yang kuat, diantaranya
1. Beton bertulang
2. Baja bergelombang
Sesuai dengan maksud dan tujuannya, pada badan jalan rel berupa permukaan asli dan
galian, ketebalan bagian badan jalan rel setebal minimum 75 dari dasar balas harus selalu
dalam keadaan kering (lihat gambar 6.2)
Konstruksi drainase bawah permukaan biasanya berupa pipa berlubang yang dipasang
di bawah permukaan di pinggir kanan atau kiri badan jalan rel. Pipa berlubang ini diletakkan
di atas lapisan pasir setebal 10 cm, kemudian secara berurutan di atasnya dihamparkan
(dan dipadatkan) kerikil dengan ketebalan lebih dari 15 cm, di atas lapisan kerikil tersebut
dihamparkan bahan kedap air.
Selain itu saluran pipa berlubang harus dilindungi oleh bahan filter yang bahannya dapat
dipilih dan disesuaikan dengan keadaan setempat. Ukuran partikel filter tergantung pada
ukuran partikel bahan badan jalan rel dan ukuran lubang-lubang dinding pipa. Gambar di
bawah dapat digunakan untuk gradasi partikel filter yang digunakan.
Beberapa data yang diperlukan untuk perencanaan dan perancangan drainase bawah
permukaan ialah:
a. Elevasi muka air tanah pada saat musim basah/penghujan.
b. Koefisien permeabilitas tanah setempat
c. Elevasi dan kemiringan lapisan kedap air yang ada.
4. Drainase lereng
Drainase lereng jalan rel dibuat dengan maksud dan tujuan di bawah ini:
a. Sebagai upaya untuk mencegah agar air permukaan yang berasal dari punggung
lerengtidak mengalir secara deras, karena aliran yang deras dapat mengakibatkan
gerusan pada permukaan dan kaki lereng.
b. Mencegah terjadinya rembesan air dari permukaan lereng ke dalam badan jalan
rel, karena rembesan yang terjadi dapat menyebabkan lereng longsor secara
mendadak dan atau memperlemah badan jalan rel.
5. Drainase di Emplasemen
Kondisi spesifik terjadi di emplasemen, yaitu terdapat banyak jalur (track) yang
berdampingan. Contoh kalau stasiun Gambir atau stasiun Kota disana tracknya
berdampingan satu sama lainnya, sehingga untuk mendapatkan pembuangan air yang baik
dapat dibuat saluran dari pipa dengan dinding berlubang-lubang atau saluran yang terbuat
dari batu kosong, seperti dapat dilihat pada gambar 6.6. dan pada Gambar 6.6 (a) dapat
dilihat bahwa pada tiap-tiap track dibawahnya dibuatkan saluran drainase, sedangkan pada
gambar 6.6 (b) diperlihatkan penggunaan satu saluran drainase untuk fasiltas drainase dua
buah track yang berdampingan.
B. Perhitungan Drainase
1. Pada Daerah Bukit
𝑄𝑏𝑢𝑘𝑖𝑡 = 0,35 𝑚3 /𝑠
𝑉𝑟𝑎𝑛𝑐𝑎𝑛𝑔 (Vr) = 2 m/s
𝑄𝑟 0,35
𝐴 = 𝑉𝑟 = = 0,175 𝑚2
2
𝐵 + 2𝑚𝑦 = 2𝑦√𝑚2 + 1
𝐵 + 2.1. 𝑦 = 2𝑦√12 + 1
𝐵 + 2𝑦 = 2𝑦√2
𝐵 = 2𝑦√2 − 2𝑦 .........................(2)
Subtitusi persamaan 2 ke persamaan 1
0,175 = (𝑏 + 𝑦)𝑦
0,175 = (2𝑦√2 − 2𝑦 + 𝑦)𝑦
0,175 = 2𝑦 2 √2 − 𝑦 2
0,175
𝑦2 =
2√2 − 1
0,175
𝑦=√
2√2 − 1
𝑦 = 0,309m ≈ y = 0,31 m
𝐵 = 2𝑦√2 − 2𝑦
= 2(0,31)√2 − 2(0,31)
= 0,256 𝑚 ≈ 0,26 m
𝑇 = 2𝑦√1 + 𝑚2
= 2(0,31)√1 + 12
= 1,07 𝑚 ≈ 1,1 m
ℎ = 𝑦 + 𝑓𝑟𝑒𝑒𝑏𝑜𝑎𝑟𝑑
= 0,31 + 0,3 𝑦
= 0,31 + 0,3(0,31)
= 0,403
Jadi , Lebar saluran drainase (B) = 0,26 m
Lebar muka air (T) = 1,1 m
Tinggi saluran drainase (h) = 0,403 m
1 2 1
𝑉= . 𝑅 ⁄3 . 𝐼 ⁄2
𝑛
1 2 1
2= . 0,15 ⁄3 . 𝐼 ⁄2
0,013
1⁄
2 = 21.716. 𝐼 2
1⁄
𝐼 2 = 0,092
𝐼 = 8,464 × 10−3
𝐼 = 0,8464%
𝐵 + 2𝑚𝑦 = 2𝑦√𝑚2 + 1
𝐵 + 2.1. 𝑦 = 2𝑦√12 + 1
𝐵 + 2𝑦 = 2𝑦√2
𝐵 = 2𝑦√2 − 2𝑦 .........................(2)
0,15
𝑦=√
2√2 − 1
𝑦 = 0,28 m
𝐵 = 2𝑦√2 − 2𝑦
= 2(0,28)√2 − 2(0,28)
= 0,231 𝑚
𝑇 = 2𝑦√1 + 𝑚2
= 2(0,28)√1 + 12
= 0,791 𝑚
ℎ = 𝑦 + 𝑓𝑟𝑒𝑒𝑏𝑜𝑎𝑟𝑑
= 0,28 + 0,3 𝑦
= 0,28 + 0,3(0,28)
= 0,364 𝑚
1 2 1
𝑉= . 𝑅 ⁄3 . 𝐼 ⁄2
𝑛
1 2 1
1= . 0,131 ⁄3 . 𝐼 ⁄2
0,013
1⁄
1 = 19.841. 𝐼 2
1⁄
𝐼 2 = 0.0504
𝐼 = 2.5401 × 10−3
𝐼 = 0.25401 %
Referensi :
1. Hay. W.W ‘Railioad Engineering”, John Wiley and Sons, Second Edition, New
York,1982
2. PJKA, “Perencanaan Konstruksi Jalan Rel ( Peraturan Dinas No.10 )“, PJKA, April 1986
BAB VIII
BANGUNAN PELENGKAP
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TIDAR
2022
BAB VIII
BANGUNAN PELENGKAP
A. WESEL
Wesel merupakan penghubung antara dua jalan rel dan berfungsi untuk
mengalihkan/memindahkan kereta api dari suatu sepur ke sepur lain. Wesel terdiri
dari sepasang rel yang ujungnya diruncingkan sehingga dapat melancarkan
perpindahan kereta api dari jalur yang lain dengan menggeser bagian rel yang
diruncingkan.
Alasan perlu adanya wesel:
1. Karena kerta api menuju arah yang berbeda dengan sepur lurus dimana
kereta api sedang bergerak
2. Karena ada kereta api pada sepur lurus sehingga kereta api yang baru
datang harus ditampung pada sepur lain
3. Karena kereta api akan berhenti untuk naik dan turun penumpang di stasiun
dan tidak pada sepur lurus
4. Karena untuk memenuhi kegiatan langsir
1. Wesel Biasa
a. Wesel biasa kiri
b. Wesel biasa kanan
c. Wesel dalam lengkung
d. Wesel searah lengkung
e. Wesel berlawan arah lengkung
f. Wesel simetris
1. Lidah Wesel
Merupakan bagian yang menentukan arah gerak roda. Sepasang lidah
dihubungkan dengan sebuah batang besi sehingga gerak sepasang lidah
tersebut bersama – sama.
a. Pangkal Lidah disebut akar
Lidah dibedakan atas beberapa jenis:
1) Lidah berputar, yaitu llidah yang mempunyai engsel pada bagian
akarnya
2) Lidah berpegas, adalah lidah yang akarnya dijepit sehingga dapat
melentur
b. Sudut tumpu
Merupakan sudut antara lidah dengan rel lantak. Rel lantak adalah rel
induk yang tetap, berfungsi sebagai sandaran rel lidah.
2. Jarum dan Sayap – sayapnya
Jarum adalah bagian wesel yang memberi kemungkinan pada roda
melalui potongan bidang – bidang jalan yang terputus antara dua rel. Sudut
kelipatan jarum (𝛼) disebut samping arah.
Jenis – jenis jarum:
a. Jarum kaku dibaut
b. Jarum rel pegas
c. Jarum baja mangan cor
d. Jarum keras terpusat
3. Rel Lantak
Rel lantak berfungsi agar kereta api yang melintas pada jalan rel dapat
diarahkan dengan baik, lidah pada wesel harus menempel dan menekan pada
rel tersebut.
4. Rel Paksa
Rel paksa adalah komponen wesel yang berguna untuk memaksa roda kereta
api tidak keluar ke arah mendatar, letaknya berhadapan dengan ujung jarum
tempat terputusnya rel berada.
5. Penggerak wesel
Penggerak wesel adalah komponen untuk menggerakan wesel dengan
menggunakan batang penarik.
B. Emplasemen
Emplasemen merupakan bagian dari kompleks stasiun yang berupa lapangan terbuka
dan terdapat susunan jalan rel kereta api serta kelengkapannya.
Menurut luas dan kecilnya emplasemen dibagi menjadi 3 , yaitu:
1. Emplasemen stasiun kecil
Emplasemen ini jumlah sepurnya dua atau tiga dan sebuah sepur yang mengirim
atau menerima barang dengan panjang sepur lebih dari 150 m
2. Emplasemen stasiun besar
Jumlah susunan sepur maupun banyaknya jenis emplasemen lebih lengkap
sehingga diadakan penimbang batang sebelum dikirim
3. Emplasemen stasiun sedang
Jumlah sepur yang lebih banyak rangka dimaksudkan agar tidak terjadi tabrakan
1. Underpass
Apabila dilakukan penurunan jalan raya atau jalan rel. Dalam membuat
perlintasan tak sebidang, underpass dibangun di bawah permukaan tanah atau di
bawah rel kereta api.
2. Overpass
Apabila dilakukan peninggian jalan raya atau jalan rel. overpass dibangun di atas
permukaan tanah atau di atas rel kereta api dengan bentuk yang hampir serupa
dengan struktur jembatan.
Dalam perencanaan Jalan Kereta Api ini, menggunakan perlintasan tidak sebidang
underpass
D. Bangunan Perlengkapan Lain
1. Stasiun
Stasiun kereta akhir marupakan bangunan terminal akhir atau tempat berhenti sementara bagi
kereta api sebelum melanjutkan perjalanannya. Stasiun dapat befungsi untuk menaik turunkan
penumpang maupun bongkar muat barang. Sementara pemberhentian kereta api yang lebih
kecil disebut halte.
Stasiun juga memberikan beberapa fasilitas untuk menjaga kenyamanan penumpang seperti
kantin, toilet, rung tunggu dan mushola.
1) Stasiun panumpang: yaitu stasiun untuk naik dan turunnya penumpang, serta bongkar
muat barang bawaan penumpang.
2) Stasiun barang yaitu stasiun yang barfungsi untuk bongkar muat barang muatan.
3) Statiun Langsiran yaitu stasiun yang berfungsi untuk menyusun rangkaian kereta api.
Dalam parencanaan ini, kami memilih menggunakan sedang untuk menyesuaikan dengan kelas
jalan rel yang ada, dengan peron rendah.
1) Stasiun Kepala
2) Stasiun Pulau
3) Stasiun Semenanjung
4) Stasiun Sejajar
1) Stasiun Akhir
2) Stasiun Antara
3) Stasiun Pertemuan
4) Stasiun Persilangan
2. Persinyalan
Persinyalan kereta api adalah seperangkat fasilitas yang berfungsi untuk memberikan isyarat
berupa bentuk, warna atau cahaya yang ditempatkan pada suatu tempat tertentu dan
memberikan isyarat dengan arti tertentu untuk mengatur dann mengontrol pengoperasian
kereta api. Sinyal yang akan dibahas dalam perencanaan ini adalah sinyal untuk lintas atau
sinyal geometri.
Sistem pengamanan yang digunakan adalah sistem blok yang pada prinsipnya membagi Iintas
menjadi blok-blok sehingga dalam waktu yang sama hanya boleh terdapat satu kereta api dalam
satu titik pada satu jalur. Untuk itu, setiap block dikuasai oleh satu sinyal geometri sehingga
dapat dihindari dalam satu blok terdapat lebih dari satu kereta.
Jenis-jenis sinyal geometri :
a. Sinyal Muka
Sinyal muka biasa mempunyai lengan yang ujungnya siku-siku untuk tanda pada siang hari
dan dilengkapi lampu yang memberikan sinar berwarna untuk tanda pada malam hari sinyal
ini memberikan tanda untuk mengetahui tanda apa yang ditujukan oleh sinyal utama. Sinyal
ini memberikan dua macam tanda:
Sinyal muka berguna untuk memberitahu masinis, tindakan apa yang harus diambil sesuai
dengan tanda yang ditunjukkan oleh sinyal utama ("aman" atau "tidak aman").
b. Sinyal Utama
Sinyal utama berfungsi mengatur blok-blok agar tiap blok hanya terdapat maksimal satu kereta.
Sinyal ini dapat berupa tiang sinyal maupun lampu sinyal. Sinyal utama sederhana mempunyai
lengan yang ujungnya bundar untuk tanda pada siang hari dan dilengkapi lampu yang
memberikan sinar berwarna untuk tanda pada malam hari. Sinyal ini memberikan dua macam
tanda :
Aman → berarti kereta api dapat berjalan terus
Antara sinyal muka dan sinyal utama harus terdapat jarak minimal 700 m.
Untuk menjaga keamanan dan keselamatan perjalanan kereta api baik untuk pengguna kereta
api maupun pengguna transportasi darat lainnya, maka pada daerah atau titik tertentu
diperlukan pemasangan rambu-rambu pendukung, antara lain :
a. Rambu Heleng
Rambu ini berisikan informasi bahwa lintas tersebut mempunyai geometri tanjakan atau jalan
rel menurun dengan istilah kelandaian.
Gambar Petunjuk Landai Bentuk A (jalan rel menanjak)
Panjang lengkung
Jari-jari lengkung
Sudut lengkung
Panjang lengkung peralihan
Peninggian
Lebar sepur
Pelebaran
c. Semboyan 25
Rambu ini dipasang sebelum perlintasan atau pada saat lintas melewati daerah pemukiman
penduduk. Tujuannya agar masinis membunyikan klakson saat melihat rambu ini, demikian
diharapkan dapat mengamankan perjalanan kereta.
Gambar Semboyan 25
Di selatan atau utara jalan rel terdapat patok-patok yang memberikan informasi tentang km
(kilometer) dan Hm (hektometer). Informasi ini selain untuk menginformasikan panjang track,
juga untuk panduan lokasi pekerjaan atau pada saat inspeksi lintas.
e. Semboyan 8
Semboyan ini dimaksudkan untuk memberikan kejutan kepada masinis jika ketika sedang
mengantuk dan sebagainya saat mengoperasikan kereta api (lalai).
Gambar Semboyan 8
f. Semboyan 2A, 2B, 2C
Semboyan ini dipasang pada lintas tertentu, dengan kondisi jalan rel yang tidak begitu baik,
atau ada perbaikan jalan rel atau jembatan. pemasangan semboyan ini telah diatur dengan
regleman 3.
Gambar Pemasangan Semboyan Pembatas Kecepatan pada Lokasi Kerja
g. Taspat (pembatas kecepatan)
Taspat terdiri dari dua jenis yaitu taspat tetap dan taspat tidak tetap. Taspat tetap dipasang
karena kondisi lalu lintas, Seperti lengkung berjari-jari dibawah jari-jari minimum sehingga
kecepatan kereta api perlu dibatasi.
h. Semboyan 3
Semboyan 3 dipasang bila terjadi rintang jalan yang menyebabkan jalan tersebut tidak dapat
dilewati kereta api, atau jika kondisi material jalan banyak yang tidak baik, atau pada saat
pekerjaan penggantian rel dengan panjang tertentu.
Semboyan ini memberikan informasi bahwa jalan rel aman untuk dilewati dengan kecepatan
tertentu.
Gambar Semboyan 1
j. Semboyan 6
Semboyan ini memberikan informasi bahwa kereta api boleh masuk dengan kecepatan terbatas.
Semboyan ini biasanya terdapat di selatan dan utara stasiun, dan biasa dikenal dengan sinyal
masuk.
k. Semboyan 40 dan 41
Sebelum kereta api berangkat dari stasiun, PPKA akan memberikan ijin kepada kondektur
pemimpin untuk memberangkatkan kereta api.
Rambu stop
Papan Perhatian
m. Semboyan Genta
Semboyan ini dipasang dengan maksud untuk memberitahu kepada petugas jaga bahwa kereta
api akan lewat. Kereta api yang lewat ditandai dengan bunyi satu kali atau dua kali, yang
menunjukkan arah datang kereta yang melintas.
12000
PERKEBUNAN
10000 PERSAWAHAN
BUKIT
8000 JALAN
SUNGAI
TRASE
REL
6000 KERETA
API
TITIK KOORDINAT
TITIK
A (2100,4000)
4000 P2
A P1 (3500,3700)
P1
P2 (6500,4100)
B
B (8000,2823.226)
2000
DIGAMBAR DIPERIKSA :
TRASE 2
1. Isnaeni Bagaskoro
2. Rifki Dwi Febrian
RIA MIFTAKHUL JANNAH, S.T.,M.T
3. M Ulil Abshor Abdhala
SKALA = 1 : 100 4. Rachmalia Nurhida
CATATAN :
5. Aisyah Nurhaliza
DIAGRAM SUPERELEVASI
TS2
TIKUNGAN 2
LS
1:8000
REL DALAM
REL LUAR
LC
A2
θs
CS2
Et2
SC2
θs
h
Tt2
LS
TS2
DIGAMBAR DIPERIKSA :
DIAGRAM SUPERELEVASI
TIKUNGAN 2
1. Isnaeni Bagaskoro
2. Rifki Dwi Febrian
RIA MIFTAKHUL JANNAH, S.T.,M.T
3. M Ulil Abshor Abdhala
SKALA = 1 : 100 4. Rachmalia Nurhida
5. Aisyah Nurhaliza CATATAN :
3150
5850
5850
3150 7200
6750
15750
Sambungan
Rel
Skala
1:10
DIGAMBAR DIPERIKSA
Sambungan Rel
1. Isnaeni Bagaskoro
2. Rifki Dwi Febrian
RIA MIFTAKHUL JANNAH, S.T.,M.T
3. M Ulil Abshor Abdhala
SKALA = 1 : 10 4. Rachmalia Nurhida
CATATAN :
5. Aisyah Nurhaliza
Keterangan
:
a : Jalan rel utama
b : Jalan rel penyimpanan
c : Jalan rel langsiran
Gambar
d : Jalan rel lokomotif
Stasiun
Sedang e : Jalan rel untuk kereta barang
S : Gedung utama stasiun
B : Tempat bongkar-muat barang
d
L L : Tempat penyimpanan lokomotif
b P : Peron
P
a
P
b
P
S e
DIGAMBAR DIPERIKSA
RENCANA EMPLASEMEN
1. Isnaeni Bagaskoro
2. Rifki Dwi Febrian
3. M Ulil Abshor Abdhala
SKALA = 1 : 100 4. Rachmalia Nurhida
CATATAN :
5. Aisyah Nurhaliza
PERSILANGAN DIGAMBAR DIPERIKSA
TIDAK SEBIDANG
(UNDERPASS) 1. Isnaeni Bagaskoro
2. Rifki Dwi Febrian RIA MIFTAKHUL JANNAH, S.T.,M.T
3. M Ulil Abshor Abdhala
SKALA = 1 : 100 4. Rachmalia Nurhida
5. Aisyah Nurhaliza CATATAN :
PERSILANGAN DIGAMBAR DIPERIKSA
SEBIDANG
1. Isnaeni Bagaskoro
2. Rifki Dwi Febrian RIA MIFTAKHUL JANNAH, S.T.,M.T
3. M Ulil Abshor Abdhala
SKALA = 1 : 100 4. Rachmalia Nurhida
5. Aisyah Nurhaliza CATATAN :
REL
KA
-
CLIP
DIGAMBAR DIPERIKSA
PENAMBAT REL
KA-CLIP
1. Isnaeni Bagaskoro
2. Rifki Dwi Febrian
3. M Ulil Abshor Abdhala
4. Rachmalia Nurhida
SKALA = 1 : 100 CATATAN :
5. Aisyah Nurhaliza
127
1620
45
21
Drainase
Bukit
Drainase Bukit
DIGAMBAR DIPERIKSA
1. Isnaeni Bagaskoro
2. Rifki Dwi Febrian RIA MIFTAKHUL JANNAH, S.T.,M.T
3. M Ulil Abshor Abdhala
SKALA = 1 : 100 4. Rachmalia Nurhida
CATATAN
5. Aisyah Nurhaliza :
195
1350,31
4319,69
2025
Drainase
Datar
DIGAMBAR DIPERIKSA
Drainase
Datar
1. Isnaeni Bagaskoro RIA MIFTAKHUL JANNAH, S.T.,M.T
2. Rifki Dwi Febrian
3. M Ulil Abshor Abdhala
SKALA = 1 : 100 4. Rachmalia Nurhida
CATATAN :
5. Aisyah Nurhaliza
DIAGRAM SUPERELEVASI
LS
CS1
TIKUNGAN 1
REL DALAM
REL LUAR
CS1
1:8000
A1
θs
LC
CS1
θc
θs
SC1
Tt1
h
k
LS
SC1
40,40
74,79
30,20
140
DIGAMBAR DIPERIKSA
Detail Rel
1. Isnaeni Bagaskoro
2. Rifki Dwi Febrian
RIA MIFTAKHUL JANNAH, S.T.,M.T
3. M Ulil Abshor Abdhala
SKALA = 1 : 10 4. Rachmalia Nurhida
CATATAN :
5. Aisyah Nurhaliza
DIGAMBAR DIPERIKSA
DETAIL ALINYEMEN HORIZONTAL
JALAN KERETA API
1. Isnaeni Bagaskoro
2. Rifki Dwi Febrian RIA MIFTAKHUL JANNAH, S.T.,M.T
3. M Ulil Abshor Abdhala
SKALA = 1 : 100 4. Rachmalia Nurhida
5. Aisyah Nurhaliza CATATAN :
21000
150 150
210 210
250 250
AA
POTONGAN POTONGAN
AA
Di
ukur
dari
kepala
rel
bagian
dalam
POTONGAN
BB
DIGAMBAR DIPERIKSA
Bantalan Beton
1. Isnaeni Bagaskoro
2. Rifki Dwi Febrian
3. M Ulil Abshor Abdhala
SKALA = 1 : 100 4. Rachmalia Nurhida CATATAN :
5. Aisyah Nurhaliza
Jalan Aman Aman
Tidak
Perlahan Aman
Gambar Gambar
Sinyal STOP Sinyal
Muka AW UR Utama
A
SK EP
ER S
ET
AA
PI
DUA
DIGAMBAR DIPERIKSA
GAMBAR BANGUNAN
PELENGKAP 1. Isnaeni Bagaskoro
2. Rifki Dwi Febrian
3. M Ulil Abshor Abdhala
SKALA = 1 : 100 4. Rachmalia Nurhida
CATATAN :
5. Aisyah Nurhaliza