Disusun Oleh :
PENDIDIKAN GEOGRAFI
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat serta karunianya, kami dapat menyusun dan menyelesaikan
Laporan mata kuliah Geografi Transportasi dalam topik Sejarah Perkembangan
Kereta Api di Jakarta dengan baik.
Pada kesempatan ini kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada
banyak pihak yang telah berjasa dalam memberikan pengajaran, bantuan,
pengarahan, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih
penulis ditujukan kepada yang terhormat, antara lain :
Penyusu
BAB I : PENDAHULUAN
a. Untuk Penelitian
b. Untuk Akademisi
Supaya dapat menjadi bahan referensi kepada akademisi tentang Geografi Transportasi.
Makalah ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai Sejarah Kereta Api di Jakarta.
BAB II : PEMBAHASAN
Proyek elektrifikasi terus berlanjut. Jalur lingkar Jakarta selesai dielektrifikasi pada 1
Mei 1927 dan pada 1930, elektrifikasi jalur Jakarta–Bogor sudah mulai dioperasikan. Kereta
yang digunakan ialah lokomotif listrik seri 3000 buatan pabrik SLM–BBC (Swiss
Locomotive and Machine Works–Brown, Boveri, & Cie), lokomotif listrik seri 3100 buatan
pabrik AEG (Allgemaine Electricitat Geselischaft) Jerman, lokomotif listrik seri 3200 buatan
pabrik Werkspoor Belanda serta kereta listrik buatan pabrik Westinghouse dan kereta listrik
buatan pabrik General Electric.
2.1.2 Pasca-kemerdekaan
Jalur kereta yang terelektrifikasi tersebut terus digunakan dan diperluas wilayah
operasionalnya sejak kemerdekaan Indonesia. Pengoperasian jalur kereta api di Indonesia
dilaksanakan oleh Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKA) hingga era PT Kereta
Api Indonesia pada saat ini.
2.1.4 Regenerasi
Baru pada tahun 1972, kereta listrik mulai muncul kembali. Harian Kompas tanggal
16 Mei 1972 memberitakan bahwa PNKA memesan 10 set kereta listrik dari luar negeri
untuk memenuhi kebutuhan Jakarta. Langkah ini untuk meningkatkan penggunaan angkutan
umum dan mengurangi kemacetan yang mulai terasa saat itu.
KRL dan kereta rel diesel (KRD) dari Jepang tiba di Jakarta empat tahun kemudian,
1976. KRL-KRL ini akan menggantikan lokomotif listrik lama peninggalan Belanda yang
sudah dianggap tidak layak. Tiap rangkaian KRL terdiri atas empat kereta dengan kapasitas
angkut 134 penumpang per kereta. KRL generasi pertama ini kemudian dikenal sebagai KRL
Rheostatikdan telah melayani masyarakat Jakarta hingga akhir pengoperasian KRL Ekonomi
pada tahun 2013.
Pada tahun 2008 dibentuk anak perusahaan PT KA, yakni PT KAI Commuter
Jabodetabek (KCJ), yang fokus pada pengoperasian jalur kereta listrik di wilayah Daerah
Operasional (DAOP) 1 Jabotabek, yang saat itu memiliki 37 rute kereta yang melayani
wilayah Jakarta Raya. Anak perusahaan baru ini merupakan suksesor dari Divisi Angkutan
Perkotaan Jabotabek yang telah berdiri sebelumnya. PT KCJ memulai proyek modernisasi
angkutan KRL pada tahun 2011, dengan menyederhanakan rute yang ada menjadi 5 rute
utama, penghapusan KRL ekspres, penerapan gerbong khusus wanita, dan mengubah nama
KRL ekonomi-AC menjadi Kereta Commuter. Proyek ini dilanjutkan dengan renovasi,
penataan ulang, dan sterilisasi sarana dan prasarana termasuk jalur kereta dan stasiun kereta,
serta penempatan satuan keamanan pada tiap gerbong. Saat Stasiun Tanjung Priuk diresmikan
kembali setelah dilakukan renovasi total pada tahun 2009, jalur kereta listrik bertambah
menjadi 6, walaupun belum sepenuhnya beroperasi. Pada Juli 2013, PT KCJ mulai
menerapkan sistem tiket elektronik COMMET (Commuter Electronic Ticketing) dan
perubahan sistem tarif kereta.
Pada tahun 2017, PT KAI Commuter Jabodetabek berganti nama menjadi PT Kereta
Commuter Indonesia (KCI), 3 hari setelah ulang tahun perusahaan tersebut yang ke-
9.[10] Perubahan nama ini juga mewadahi penugasan penyelenggaraan kereta api komuter
yang lebih luas di seluruh Indonesia, sehingga nantinya jalur KRL Commuter Line di wilayah
Jabodetabek dan sekitarnya bukan lagi satu-satunya jalur kereta api perkotaan yang
dioperasikan oleh PT KCI.
2.1.6 Rute
Pada awal perkenalan pola loopline pada tahun 2011, KRL Jabodetabek memiliki 6
jalur dan 8 relasi. Saat ini jumlah tersebut bertambah menjadi 6 jalur dan 13 relasi yang
melayani seluruh wilayah Jabodetabek dan Lebak.
Dioperasikan
Jumlah
Jalur Relasi Jarak Dibuka sebagai
stasiun
jalur Commuter
Line
Perpanjangan elektrifikasi di seluruh wilayah operasional KCI dimulai dari jalur Hijau
pada akhir 2009, dengan koridor Serpong-Parungpanjang. KRL pada akhirnya beroperasi
sampai Parungpanjang pada tahun 2010. Kemudian, perpanjangan elektrifikasi dilanjutkan ke
koridor Parungpanjang-Maja yang mulai beroperasi pada tahun 2013, dan Maja-
Rangkasbitung yang mulai beroperasi pada tahun 2017. Proses elektrifikasi ini juga meliputi
pembangunan jalur ganda Serpong-Rangkasbitung yang sudah beroperasi pada koridor
Serpong-Maja, pembangunan tiang listrik aliran atas dan pembangunan gardu listrik.
2.1.8 Stasiun
Jatinegara–Bogor/Nambo
Jatinegara
Pondok Jati
Kramat
Gang Sentiong
Pasar Senen^
Kemayoran
Rajawali
Kampungbandan
Angke†
Duri
Tanah Abang
Karet
Sudirman
Mampang
Manggarai
Tebet
Cawang
Duren Kalibata
Pasar Minggu Baru
Pasar Minggu
Tanjung Barat
Lenteng Agung
Universitas Pancasila
Universitas Indonesia
Pondok Cina
Depok Baru
Depok†
Citayam
† Beberapa kereta mengakhiri dan memulai perjalanan dari stasiun ini
^ Hanya bagi kereta ke arah utara (menuju Depok/ Bogor). Kereta arah selatan (menuju Jatinegara) tidak berhenti di sini.
Jakarta Kota
Jayakarta Kampungbandan
Mangga Besar Rajawali
Sawah Besar Kemayoran
Juanda Pasar Senen^
Gambir Gang Sentiong
Gondangdia Kramat
Cikini Pondok Jati
Manggarai†
Jatinegara
Cipinang (ℓs)
Klender
Buaran
Klender Baru
Cakung
Kranji
Bekasi†
Bekasi Timur
Tambun
Cibitung
Cikarang
† Beberapa kereta mengakhiri dan memulai perjalanan dari stasiun ini
^ Hanya bagi kereta ke arah utara (menuju Jakarta Kota). Kereta arah selatan (menuju Cikarang) tidak berhenti di sini.
Stasiun utama
Berikut ini adalah daftar stasiun terminus (staiun awal/akhir) utama maupun stasiun besar
yang juga berfungsi sebagai stasiun transit dan stasiun kereta jarak jauh.
Stasiun
Diresmikan KA
Stasiun Jalur Tipe Keterangan
pada Jarak
Jauh
Transit KRL
Commuter
Stasiun
1918 Tidak Line
Manggarai
Transit KA
Jarak Jauh
Transit KRL
Semua kereta api jarak jauh dari
Commuter
Stasiun arah timur berhenti di stasiun ini,
1910 Ya Line
Jatinegara kereta api jarak jauh dari
Transit KA
arah baratberjalan langsung.
Jarak Jauh
Transit KRL
Stasiun Duri Tidak Commuter
Line
Terminus
KRL
Commuter
Stasiun Bekasi 1887 Ya
Line
Transit KA
Jarak Jauh
Terminus
Stasiun ini merupakan stasiun paling
Stasiun KRL
1899 Tidak ujung di Jalur kereta api Tangerang-
Tangerang Commuter
Duri
Line
Terminus
KRL
Stasiun Commuter
1885 Tidak
Tanjung Priuk Line
Terminus KA
Lokal
Purwakarta
Terminus KA
Barang
Transit KRL
Stasiun
Tidak Commuter
Citayam
Line
Terminus
KRL
Commuter
Stasiun Nambo 2015 Tidak
Line
Terminus KA
Barang
Jalur KA Commuter Jabodetabek dilayani oleh beberapa tipe dan jenis kereta.
Sekarang, Jalur ini hanya dilayani oleh KRL AC. KRL Ekonomi non-AC sudah dihentikan
operasionalnya pada tahun 2013.
a. KRL NON AC
KRL Ekonomi adalah unit armada KRL yang ditujukan untuk masyarakat kelas
ekonomi menengah dan bawah. Kelas ini menggunakan armada KRL lama yang tidak
menggunakan fasilitas pendingin udara (AC). Sejumlah rangkaian dibuat oleh Nippon
Sharyo dan Kawasaki, juga Hitachi, Ltd. (Jepang), BN-Holec (Belanda), ABB-
Hyundai(Korea) yang bekerjasama dengan PT INKA. KRL jenis ini sudah tidak dioperasikan
lagi di semua jalur, dan seluruhnya disimpan di Dipo KRL Depok atau Balai Yasa
Manggarai. Beberapa rangkaian KRL non-AC tipe Rheostatik telah dikirim ke
Stasiun Purwakarta untuk dibesituakan (afkir). Kini, seluruh KRL ekonomi dikirim ke
Purwakarta dan Cikaum.
Pada 2009, telah dioperasikan KRL Rheostatik dengan kabin masinis yang telah
dimodifikasi dan diberi nama "Djoko Lelono". KRL ini adalah hasil modifikasi dari sejumlah
unit KRL rheostatik dengan kabin masinis yang menjadi aerodinamis yang konon terinspirasi
dari KA Intercity-Express (ICE). Pintu penumpang juga diaktifkan kembali sehingga dapat
membuka dan menutup seperti sediakala.
Sejak tak lagi dioperasikannya seluruh KRL ekonomi non-AC, KRL Rheostatik
disimpan di Dipo KRL Depok dan Balai Yasa Manggarai. KRL Rheostatik dengan bodi mild
steel sebagian besar dikirim ke Stasiun Purwakarta untuk dibesituakan (afkir). Sementara
KRL Rheostatik Stainless masih ada yang disimpan di Dipo KRL Depok atau Balai Yasa
Manggarai, mengingat tidak menutup kemungkinan untuk direkondisi menjadi KRL AC atau
ikut dirucat ke Purwakarta. Kini, masih ada beberapa rangkaian KRL rheostatik yang
bernasib mujur dibandingkan KRL lainnya. Namun, KRL yang masih aktif ini dioperasikan
untuk logistik antar dipo atau sebagai KRL penolong jika sedang diperlukan.
KRL ini dibuat atas kerjasama antara PT INKA, ABB, dan Hyundai, dirakit di PT
INKA pada tahun 1985-1992 dibuat sebanyak 8 kereta (2 set) berteknologi VVVF-GTO
(Gate Turn Off) dan disebut-sebut merupakan prototype kereta MagLev yang dikembangkan
Hyundai untuk jalur Seoul-Pusan. KRL Hyundai ini sempat mangkrak dalam waktu yang
lama, lalu beroperasi kembali dan kemudian pensiun. Saat ini KRL ABB Hyundai telah
dikonversi menjadi KRDE dan beroperasi di jalur Surabaya-Mojokerto sebagai Arek
Surokerto.
b. KRL AC
KRL AC adalah KRL dengan fasilitas AC, sehingga lebih nyaman dari KRL
Ekonomi. Era peng-AC-an KRL dimulai tahun 1990-an, ketika diluncurkannya KRL Pakuan
Ekspres Utama Jakarta Kota-Bogor. Saat ini, KRL AC di Jabodetabek sudah menjamur, kini
semua KRL sudah dipasangi AC.
Pada mulanya, didatangkan 72 unit kereta dari Jepang dengan masing-masing rangkaian
terdiri dari 8 kereta. Namun, pada akhirnya hanya sebanyak 3 rangkaian yang memiliki 8
kereta (6121F, 6161F, 6171F), sedangkan sisanya dijadikan 6 kereta per rangkaian. Namun
mulai tahun 2012 akhir formasi Tōei 6000 banyak diubah karena rangkaian yang memiliki 6
kereta diperpanjang menjadi 8 kereta. Ada 4 rangkaian (sebelumnya 3 rangkaian)
menggunakan kabin modifikasi, yang dibuat oleh Balai Yasa Manggarai. Rangkaian 6171F
tidak memiliki kereta tengah, hanya 2 kereta berkabin, sejak pengaturan ulang rangkaian Toei
6000 pada akhir 2012.
Karena kecelakaan, kereta 6252 dan 6155 tidak bisa digunakan. Rangkaian 6201F tidak
beroperasi dan disimpan di Balai Yasa Manggarai. KRL seri 6000 juga menjalani normalisasi
AC karena banyaknya keluhan AC panas. Rangkaian 6227F adalah salah satu rangkaian yang
menggunakan AC baru.
Layanan MRT ini diberi nama "Ratangga". Kata ratangga merupakan kata bahasa
Jawa Kuno yang berarti "kendaraan beroda" atau "kereta".[2] Operator layanan ini, PT MRT
Jakarta, merupakan badan usaha milik daerah yang modalnya dimiliki Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta.
Pembangunan MRT di daerah Bundaran HI Jakarta adalah ibu kota Indonesia dengan
penduduk sebanyak 9 juta jiwa. Diperkirakan bahwa lebih dari empat juta penduduk di
daerah sekitar Jabodetabek menempuh perjalanan ke dan dari kota setiap hari kerja. Masalah
transportasi semakin mulai menarik perhatian politik dan telah diprediksikan bahwa tanpa
terobosan transportasi utama, kemacetan akan membanjiri kota dan akan menjadi kemacetan
lalu lintas yang sangat parah sehingga kendaraan tidak bisa bergerak bahkan pada saat baru
keluar dari garasi rumah pada tahun 2020.
Sejak tahun 1980 lebih dari dua puluh lima studi subjek umum dan khusus telah
dilakukan terkait dengan kemungkinan sistem Mass Rapid Transit (MRT) di Jakarta. Salah
satu alasan utama yang menunda penanggulangan masalah ini adalah krisis ekonomi dan
politik 1997-1999. Sebelum krisis, sebuah Build-Operate-Transfer (BOT) yang dianggap
sebagai bagian dari MRT baru melibatan sektor swasta. Setelah krisis, rencana mengandalkan
BOT untuk menyediakan pembiayaan terbukti tidak layak dan proyek MRT kembali
diusulkan sebagai skema yang didanai pemerintah.
Transportasi umum di Jakarta saat ini hanya melayani 56% perjalanan yang dilakukan
oleh komuter sehari-hari.[4] Angka ini perlu ditingkatkan mengingat Jakarta adalah kota
dengan tingkat rata-rata pertumbuhan kendaraan bermotor sebesar 9,5% per tahunnya yang
jauh melebihi panjang jalan dengan kenaikan hanya sebesar 0,01% antara tahun 2005 dan
2010.
Transportasi umum di Jakarta saat ini terdiri dari berbagai jenis bus, mulai dari bemo
yang sangat kecil, mikrolet yang sedikit lebih besar, hingga mikrobus
seperti MetroMini dan Kopaja. Selain bus kota ukuran penuh serta sistem angkutan cepat
bus Transjakarta. Terdapat juga taksi dengan roda dua (ojek) dan empat serta sistem Kereta
Commuter Jabodetabek.
2.2.2 Pendanaan
Tahap 1 (Lebak Bulus–Bundaran HI) didanai pinjaman lunak dari JICA (Japan
Internasional Cooperation Agency)dengan tenor pinjaman 30 tahun dan masa tenggang 10
tahun dimana pembayaran pertama dilakukan 10 tahun setelah penandatanganan perjanjian
pinjaman sampai 30 tahun setelahnya. Tingkat bunga yang dikenakan sebesar 0.25% per
tahun.
Tahap 2 (Bundaran HI–Kampung Bandan) didanai dengan skema serupa namun tenor
40 tahun dan juga dengan masa tenggang 10 tahun. Pencairan pertama pinjaman dikenakan
bunga 0,1% per tahun. Pendanaan tahap 2 ini memuat sebagian kecil dari kekurangan
anggaran tahap 1, yang disebabkan antara lain dengan adanya pemutakhiran peraturan
pemerintah mengenai pencegahan dampak gempa bumi.
2.2.3 Pembangunan
Kemajuan tahap pertama
didanai melalui pinjaman oleh Bank
Jepang untuk Kerjasama
Internasional (Japan Bank for
International Cooperation, JBIC),
sekarang bergabung ke Japan
International Cooperation Agency
(JICA). Jumlah pinjaman IP adalah
536 (ditandatangani November 2006) untuk jasa rekayasa. Pinjaman jasa rekayasa adalah
pinjaman pra-konstruksi untuk mempersiapkan tahap konstruksi. Terdiri dari:
Pada tanggal 1 Juni 2013, 3 kontrak sipil pertama untuk bagian bawah tanah
sepanjang 9,2 km ditandatangani. 3 kontrak dimenangkan oleh 2 konsorsium yang terpisah
dari perusahaan Jepang dan Indonesia.[14] 3 kontrak pekerjaan sipil untuk bagian jalur layang
diharapkan akan ditandatangani pada kuartal ke-3 tahun 2013. Pengerjaan diharapkan akan
dimulai pada Oktober 2013.
2.3.1 Sejarah
Gagasan LRT Jabodebek mulai muncul ketika Proyek Monorel Jakarta yang sempat
diaktifkan kembali pada Oktober 2013 oleh Gubernur DKI saat itu, Joko Widodo tersendat
pengerjaannya. Tersendatnya pekerjaan tersebut karena Pemprov DKI dan Gubernur DKI
penerus Joko Widodo, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tidak akan mengabulkan permintaan
yang diajukan oleh PT Jakarta Monorail untuk membangun depo di atas Waduk
Setiabudi, Jakarta Selatan dan Tanah Abang, Jakarta Pusat.[2] Sebab, hasil
kajian Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyatakan bahwa
jika depo dibangun di atas Waduk Setiabudi, dikhawatirkan peristiwa jebolnya tanggul
Latuharhari terulang kembali.
Ahok, sapaan Basuki, lebih memilih untuk membangun Light Rail Transit (LRT)
dibandingkan monorel. Bahkan, Basuki telah mengungkapkan rencana pembangunan ini
kepada Presiden Joko Widodo. Adhi Karya yang semula berniat membangun jalur
monorel Cibubur-Cawang-Grogol dan Bekasi-Cawang, mendapat perintah dari Presiden Joko
Widodo untuk mengubah konsep monorel menjadi LRT juga. Adapun alasan dibangunnya
LRT karena lebih mudah terintegrasi dengan moda lainnya (MRT dan KRL) daripada
monorel yang populasinya sedikit karena teknologinya tertutup.
Proyek ini akan dilaksanakan oleh PT Adhi Karya (Persero), Tbk. yang terdiri dari enam rute,
yaitu:[5]
Cawang – Harjamukti
Cawang – Kuningan – Dukuh Atas
Cawang – Jatimulya
Dukuh Atas – Palmerah Senayan
Harjamukti – Bogor
Palmerah – Grogol / Bogor
Trase tersebut sudah tercantum di dalam Rencana Umum Jaringan Jalur Kereta Api
pada kawasan Jabodetabek tahun 2014-2030 sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri
Perhubungan RI No. 54 tahun 2013.
Sedangkan Tahap II akan membangun jalur Cibubur – Bogor, dan Dukuh Atas –
Palmerah – Senayan. Sementara tahap III membangun jalur Palmerah - Grogol.
Presiden Joko Widodo menandatangani 2 Perpres untuk melaksanaan pembangunan LRT ini
pada 2 September 2015.
Penunjukan Adhi Karya untuk membangun prasarana (jalur termasuk konstruksi jalur
layang, stasiun dan fasilitas operasi)
Membentuk badan penyelenggara transportasi Jabodebek
Berkaitan dengan penunjukan BUMD DKI yang dikoordinasikan gubernur agar LRT
yang dari luar Jakarta, kemudian masuk ke dalam wilayah Jakarta, dapat dikoordinasikan
dengan Pemda DKI Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Sodikin, Ali, Drs., R.Djajadibrata, Yetty , Dra, dkk. 2011. Buku Kerja Siswa GERAK (
Gemar Rajin & kreatif ). Bandung: Creative.