Anda di halaman 1dari 14

Sejarah Perkeretaapian di Indonesia

K ereta api merupakan salah satu moda transportasi yang


sangat digemari oleh masyarakat di Indonesia, khususnya di
Pulau Jawa, dan mereka yang tinggal di Ibu Kota Jakarta.
Kereta api menjadi alternatif pilihan transportasi rakyat
yang bebas dari kemacetan jalan raya. Di era sekarang,
kereta api menjadi pilihan bagi masyarakat untuk mencari
kepraktisan serta kenyamanan untuk mencapai tempat
tujuan. Akan tetapi masyarakat tidak banyak yang tahu jika
sejarah perkeretaapian memiliki sejarah yang sangat
panjang di Indonesia. Oleh karena itu di artikel ini kita
bahas tentang perjalanan Perkeretaapian Nasional dari awal
sampai sekarang. Kita akan klasifikasikan berdasarkan
sejarah tiap perusahaan yang mengoperasikannya.

Terbentuknya PT KAI
Kali ini kita akan membahas salah satu operator kereta api indonesia yang tak asing bagi kita,
dan selalu menemani penumpang untuk menuju ke tempat yang ingin dikunjungi.
Sejarah perkeretaapian di Indonesia
dimulai ketika pencangkulan pertama jalur
kereta api Semarang-Vorstenlanden (Solo-
Yogyakarta) di Desa Kemijen oleh Gubernur
Jendral Hindia Belanda Mr. L.A.J Baron Sloet
van de Beele tanggal 17 Juni 1864.
Pembangunan dilaksanakan oleh perusahaan
swasta Nederlansch Indische Spoorweg
Maatschappij (NISM) menggunakan lebar
sepur 1435 mm.

Suasana kesibukan pembangunan jaur kereta api


Semarang-Tanggung. (Sumber: Koleksi Album NISM)

Sementara itu, pemerintah Hindia Belanda membangun jalur kereta api negara
melalui Staatssporwegen (SS) pada tanggal 8 April 1875. Rute pertama SS meliputi Surabaya-
Pasuruan-Malang. Keberhasilan NISM dan SS mendorong investor swasta membangun jalur kereta
api seperti Semarang Joana Stoomtram Maatschappij (SJS), Semarang Cheribon Stoomtram
Maatschappij (SCS), Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS), Oost Java Stoomtram
Maatschappij (OJS), Pasoeroean Stoomtram Maatschappij (Ps.SM), Kediri Stoomtram
Maatschappij (KSM), Probolinggo Stoomtram Maatschappij (Pb.SM), Modjokerto Stoomtram
Maatschappij (MSM), Malang Stoomtram Maatschappij (MS), Madoera Stoomtram
Maatschappij (Mad.SM), Deli Spoorweg Maatschappij (DSM)
Jalur kereta api Surabaya-Pasuruan sepanjang 63 km
menjadi jalur kereta api pertama milik perusahaan
Negara Staatssporwegen (SS). (Sumber: media-
kitlv.nl)

Selain di Jawa, pembangunan jalur kereta api dilaksanakan di Aceh (1876), Sumatera Utara
(1889), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), dan Sulawesi (1922). Sementara itu di
Kalimantan, Bali, dan Lombok hanya dilakukan studi mengenai kemungkinan pemasangan jalan rel,
belum sampai tahap pembangunan. Sampai akhir tahun 1928, panjang jalan kereta api dan trem di
Indonesia mencapai 7.464 km dengan perincian rel milik pemerintah sepanjang 4.089 km dan swasta
sepanjang 3.375 km.

Staatssporwegen meresmikan jalur


trem pertama di Sulawesi. Jalur yang
menghubungkan Pasarbutung-
Takalar sejauh 12 km

Pada tahun 1942


Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Semenjak itu, perkeretaapian
Indonesia diambil alih Jepang dan berubah nama menjadi Rikuyu Sokyuku (Dinas Kereta Api).
Selama penguasaan Jepang, operasional kereta api hanya diutamakan untuk kepentingan perang.
Salah satu pembangunan di era Jepang adalah lintas Saketi-Bayah dan Muaro-Pekanbaru untuk
pengangkutan hasil tambang batu bara guna menjalankan mesin-mesin perang mereka. Namun,
Jepang juga melakukan pembongkaran rel sepanjang 473 km yang diangkut ke Burma untuk
pembangunan kereta api disana.

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, beberapa


hari kemudian dilakukan pengambilalihan stasiun dan kantor pusat kereta api yang dikuasai Jepang.
Puncaknya adalah pengambil alihan Kantor Pusat Kereta Api Bandung tanggal 28 September 1945
(kini diperingati sebagai Hari Kereta Api Indonesia). Hal ini sekaligus menandai berdirinya Djawatan
Kereta Api Indonesia Republik Indonesia (DKARI). Ketika Belanda kembali ke Indonesia tahun
1946, Belanda membentuk kembali perkeretaapian di Indonesia
bernama Staatssporwegen/Verenigde Spoorwegbedrif (SS/VS), gabungan SS dan seluruh
perusahaan kereta api swasta (kecuali DSM).

Berdasarkan perjanjian damai Konfrensi Meja Bundar (KMB) Desember 1949, dilaksanakan
pengambilalihan aset-aset milik pemerintah Hindia Belanda. Pengalihan dalam bentuk penggabungan
antara DKARI dan SS/VS menjadi Djawatan Kereta Api (DKA) tahun 1950. Pada tanggal 25 Mei
DKA berganti menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA). Pada tahun tersebut mulai
diperkenalkan juga lambang Wahana Daya Pertiwi yang mencerminkan transformasi Perkeretaapian
Indonesia sebagai sarana transportasi andalan guna mewujudkan kesejahteraan bangsa tanah air.
Selanjutnya pemerintah mengubah struktur PNKA menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA)
tahun 1971. Dalam rangka meningkatkan pelayanan jasa angkutan, PJKA berubah bentuk menjadi
Perusahaan Umum Kereta Api (Perumka) tahun 1991. Perumka berubah menjadi Perseroan Terbatas,
PT. Kereta Api (Persero) tahun 1998. Pada tahun 2011 nama perusahaan PT. Kereta Api (Persero)
berubah menjadi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dengan meluncurkan logo baru.

Logo Perusahaan dari masa ke masa. (Sumber: Lokomotif &


Kereta Rel Diesel, Hartono)

Saat ini, PT Kereta Api Indonesia (Persero) memiliki tujuh anak perusahaan yakni PT Reska
Multi Usaha (2003), PT Railink (2006), PT Kereta Api Indonesia Commuter Jabodetabek (2008)
berubah menjadi PT Kereta Api Commuter Indonesia (2017), PT Kereta Api Pariwisata (2009), PT
Kereta Api Logistik (2009), PT Kereta Api Properti Manajemen (2009),  PT Pilar Sinergi BUMN
Indonesia (2015)
PT KCI
Kali ini kita akan membahas salah satu
operator kereta api rel listrik yang selalu
menemani masyarakat ibukota jakarta dan sekitar
untuk mobilitasnya sehari-hari. Langsung saja kita
ke pembahasan tentang Kerera Commuter
Indonesia.
PT KAI Commuter Jabodetabek
sejak tanggal 19 September 2017 telah berganti
nama menjadi PT Kereta Commuter Indonesia
adalah salah satu anak perusahaan di lingkungan
PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang
mengelola KA Commuter Jabodetabek dan
sekitarnya. KCJ dibentuk sesuai dengan Inpres
No. 5 tahun 2008 dan Surat Menteri Negara
BUMN No. S-653/MBU/2008 tanggal 12 Agustus
2008. Perubahan nama menjadi KCI tertuang
dalam risalah Rapat Umum Pemegang Saham pada tanggal 7 September 2017 yang juga telah
mendapat Persetujuan Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia atas Perubahan Anggaran Dasar
Perseroan Terbatas dengan Nomor Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia No.AHU-0019228.AH.01.02.Tahun 2017 tanggal 19 September 2017.
Pembentukan anak perusahaan ini berawal dari keinginan para stakeholdernya untuk lebih
fokus dalam memberikan pelayanan yang berkualitas dan menjadi bagian dari solusi masalah
transportasi perkotaan yang semakin kompleks. Perseroan ini resmi menjadi anak perusahaan PT
KERETA API INDONESIA (Persero) sejak tanggal 15 September 2008.
Kehadiran KCI dalam industri jasa angkutan KA Commuter bukanlah kehadiran yang tiba-
tiba, tetapi merupakan proses pemikiran dan persiapan yang cukup panjang. Dimulai dengan
pembentukan Divisi Angkutan Perkotaan Jabotabek oleh PT KAI (Persero), yang terpisah dari PT
KAI (Persero) Daop 1 Jakarta.
Setelah pemisahan ini, pelayanan KRL di wilayah Jabotabek berada di bawah PT KAI
(Persero) Divisi Angkutan Perkotaan Jabotabek sementara pelayanan KA jarak jauh yang beroperasi
di wilayah Jabodetabek berada di bawah PT KAI Daop 1 Jakarta. Dan akhirnya PT KAI (Persero)
Divisi Angkutan Perkotaan Jabotabek berubah menjadi sebuah perseroan terbatas, PT KCJ. Setelah
menjadi perseroan terbatas, perusahaan ini mendapatkan izin usaha No. KP 51 Tahun 2009 dan izin
operasi penyelenggara sarana perkeretaapian No. KP 53 Tahun 2009 yang semuanya dikeluarkan oleh
Menteri Perhubungan Republik Indonesia.
Tugas pokok perusahaan yang baru ini adalah menyelenggarakan pengusahaan pelayanan jasa
angkutan kereta api komuter dengan menggunakan sarana Kereta Rel Listrik di wilayah Jakarta,
Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) dan sekitarnya serta pengusahaan di bidang
usaha non angkutan penumpang.
KCI memulai modernisasi angkutan KRL pada tahun 2011 dengan menyederhanakan rute
yang ada menjadi lima rute utama, penghapusan KRL ekspres, penerapan kereta khusus wanita, dan
mengubah nama KRL ekonomi-AC menjadi kereta Commuter Line. Proyek ini dilanjutkan dengan
renovasi, penataan ulang, dan sterilisasi sarana dan prasarana termasuk jalur kereta dan stasiun kereta
yang dilakukan bersama PT KAI (persero) dan Pemerintah.
Pada 1 Juli 2013. KCI mulai menerapkan sistem tiket elektronik (E-Ticketing) dan sistem
tarif progresif. Penerapan dua kebijakan ini menjadi tahap selanjutnya dalam modernisasi KRL
Jabodetabek. Hingga Juni 2018, KCI telah memiliki 900 unit KRL, dan akan terus bertambah.
Sepanjang tahun 2017, KCI telah melakukan penambahan armada sebanyak 60 kereta. Hal ini untuk
memenuhi permintaan penumpang yang terus bertambah dari waktu ke waktu.
Rata-rata jumlah pengguna KRL per hari mencapai 1.001.438 pengguna pada hari kerja,
dengan rekor jumlah pengguna terbanyak yang dilayani dalam satu hari adalah 1.154.080. Sebagai
operator sarana, kereta Commuter Line yang dioperasikan KCI saat ini melayani 79 stasiun di seluruh
Jabodetabek, Banten dan Cikarang dengan jangkauan rute mencapai 418,5 km. Dengan mengusung
semangat dan semboyan Best Choice for Urban Transport , KCI saat ini terus bekerja keras untuk
memenuhi target melayani 1,2 juta penumpang per hari dengan kekuatan armada KRL hingga 1.450
unit pada tahun 2019.

Peta Jaringan KRL Commuter Line (sumber: www.krl.co.id)


Terbentuknya Kereta Bandara
Kita menuju ke salah satu anak perusahaan PT kereta api indonesia yang menjadi mengelola
kereta bandara yaitu PT Raillink, dibangunnya akses kereta bandara untuk mengintegrasikan
transportasi di indonesia. Berikut sedikit gambaran mengenai PT Raillink.
Railink (perseroan terbatas) merupakan perusahaan hasil kerja sama (joint venture) antara dua
BUMN, yaitu PT Kereta Api Indonesiadan PT Angkasa Pura II (kedua-duanya Persero) dengan komposisi
kepemilikan saham 60% PT KAI dan 40% PT AP II. Kegiatan usaha yang dijalaninya yakni
pengoperasian, pengelolaan dan pengusahaan kereta api bandara, pengembangan dan pengelolaan stasiun
kereta api di bandara dan di pusat kota, pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana kereta api,
pembangunan prasarana kereta api, konsultasi dan desain sistem perkeretaapian, dan pengusahaan jasa
lainnya yang menunjang usaha-usaha pokok.

PT Raillink mepersembahkan layanan baru pertama hadir di Indonesia, yakni Kereta Bandara,
bersamaan dengan pengoperasian perdana Bandara Internasional Kuala Namu pada tanggal 25 Juli 2013.
Kereta api bandara ini melayani penumpang dari kota medan ke bandara internasional kualanamu dan
sebaliknya. Layanan kereta api bandara yang dioperasikan oleh Railink diberi nama Airport Railink
Services (Layanan Bandara Railink) yang disingkat ARS. Railink saat ini hanya mengoperasikan kereta
api ARS Kualanamu dan ARS Soekarno-Hatta. Perusahaan yang berkantor pusat di Jakarta ini juga
mengoperasikan kereta api ARS Soekarno-Hatta dari Stasiun Batuceper menuju Bandara Soekarno-Hatta
yang keseluruhannya berada di wilayah Kota Tangerang, yang mulai beroperasi pada 2 Januari 2018 .
Selain di Medan dan Jakarta, Railink juga akan mengoperasikan ARS untuk Bandara Internasional Jawa
Barat di Kertajati dan Bandara Internasional New Yogyakarta di Kulon Progo.

Pertama operasi ARS Medan menggunakan


dua rangkaian kereta rel diesel elektrik (KRDE)
pinjaman dari Kementerian Perhubungan yang pada
awalnya dioperasikan di pulau Jawa sebagai Kereta
api Kaligangsa, kemudian digantikan oleh empat
rangkaian KRDE baru dengan spesifikasi khusus
angkutan bandara buatan Woojin Industries, Korea
Selatan. Kapasitas kereta ini 172 penumpang per
kereta, dan dapat mengangkut 3000-4000 penumpang
per hari atau 1,3 juta penumpang per tahun
Kereta Bandara Internasional Kualanamu
(sumber: www.railink.co.id)

KRL ARS Soekarno-Hatta menggunakan


KRL yang diproduksi secara completely knocked-
down (CKD) oleh Bombardier Transportation dan
dirakit oleh BUMN Industri Kereta Api di Madiun,
Jawa Timur. Sebanyak 60 unit kereta yang diproduksi
dibagi menjadi sepuluh rangkaian KRL dengan
formasi enam kereta per rangkaian, dengan fasilitas-
fasilitas seperti audio-video on demand (AVOD),
toilet dengan kloset duduk dan peturasan, bangku
khusus penyandang disabilitas, dan lain-lain
Kereta Bandara Internasional Soekarno-Hatta
(sumber: www.railink.co.id)

Menanti PT MRT J
Sekarang kita akan berpindah ke salah satu operator kereta api indonesia yang akan
beroperasi di maret 2019, Aamiin. MRT J atau mass rapid transit Jakarta sesuai namanya belokasi di
lingkup jakarta merupakan kereta Jenis EMU (Electrical multiple unit) atau kereta rel listrik.
Langsung saja kita simak penjelasan kali ini.
Rencana pembangunan MRT di
Jakarta sesungguhnya sudah dirintis sejak
tahun 1985. Namun, saat itu proyek MRT
belum dinyatakan sebagai proyek
nasional. Pada tahun 2005, Presiden
Republik Indonesia menegaskan bahwa
proyek MRT Jakarta merupakan proyek
nasional. Berangkat dari kejelasan
tersebut, maka Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mulai
bergerak dan saling berbagi tanggung
jawab. Pencarian dana disambut oleh
Pemerintah Jepang yang bersedia
memberikan pinjaman.
Pada 28 November 2006 penandatanganan persetujuan pembiayaan Proyek MRT Jakarta
dilakukan oleh Gubernur Japan Bank for International Cooperation (JBIC) Kyosuke Shinozawa dan
Duta Besar Indonesia untuk Jepang Yusuf Anwar. JBIC pun mendesain dan memberikan rekomendasi
studi kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Telah disetujui pula kesepakatan antara JBIC dan
Pemerintah Indonesia, untuk menunjuk satu badan menjadi satu pintu pengorganisasian penyelesaian
proyek MRT ini.
PT Mass Rapid Transit Jakarta (PT MRT Jakarta) berdiri pada tanggal 17 Juni 2008,
berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas dengan mayoritas saham dimiliki oleh Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta (struktur kepemilikan: Pemprov DKI Jakarta 99.98%, PD Pasar Jaya 0.02%). PT
MRT Jakarta memiliki ruang lingkup kegiatan di antaranya untuk pengusahaan dan pembangunan
prasarana dan sarana MRT, pengoperasian dan perawatan (operation and maintenance/O&M)
prasarana dan sarana MRT, serta pengembangan dan pengelolaan properti/bisnis di stasiun dan
kawasan sekitarnya, serta Depo dan kawasan sekitarnya.
Dasar hukum pembentukan PT MRT Jakarta adalah Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta
Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Perseroan Terbatas
(PT) MRT Jakarta (sebagaimana diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2013 Tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Pembentukan Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD) Perseroan Terbatas (PT) MRT Jakarta) dan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2008
Tentang Penyertaan Modal Daerah Pada Perseroan Terbatas (PT) MRT Jakarta (sebagaimana diubah
dengan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 4
Tahun 2008 Tentang Penyertaan Modal Daerah Pada Perseroan Terbatas (PT) MRT Jakarta).

JBIC kemudian
melakukan merger dengan Japan International
Cooperation Agency (JICA). JICA bertindak
sebagai tim penilai dari JBIC selaku pemberi
pinjaman. Dalam jadwal yang dibuat JICA
dan MRT Jakarta, desain teknis dan
pengadaan lahan dilakukan pada tahun 2008-
2009, tender konstruksi dan tender peralatan
elektrik serta mekanik pada tahun 2009-2010, sementara pekerjaan konstruksi dimulai pada tahun
2010-2014. Uji coba operasional rencananya dimulai pada tahun 2014. Namun, jadwal tersebut tidak
terpenuhi. Desain proyek pun dilakukan mulai tahun 2008-2009, tahap konstruksi dilakukan mulai
Oktober 2013, dan dicanangkan selesai pada 2018.
Proyek MRT Jakarta dimulai dengan pembangunan jalur MRT Fase I sepanjang ± 16
kilometer dari Terminal Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia yang memiliki 13 stasiun
berikut 1 Depo. Untuk meminimalisir dampak pembangunan fisik Fase I, selain menggandeng
konsultan manajemen lalu lintas, PT MRT Jakarta juga memiliki Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (Amdal). Pengoperasian Fase I akan dimulai pada tahun 2019.
Pembangunan jalur MRT Fase I akan menjadi awal sejarah pengembangan jaringan terpadu
dari sistem MRT yang merupakan bagian dari sistem transportasi massal DKI Jakarta pada masa yang
akan datang. Pengembangan selanjutnya meneruskan jalur Sudirman menuju Ancol (disebut jalur
Utara-Selatan) serta pengembangan jalur Timur-Barat.
 Dalam tahap Engineering Service, PT MRT Jakarta bertanggung jawab terhadap proses
prakualifikasi dan pelelangan kontraktor.
 Dalam tahap Konstruksi, PT MRT Jakarta sebagai atribusi dari Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta menandatangani kontrak dengan kontraktor pelaksana konstruksi, dan konsultan yang
membantu proses pelelangan kontraktor, serta konsultan manajemen dan operasional.

 Dalam tahap operasi dan pemeliharaan, PT MRT Jakarta bertanggung jawab terhadap
pengoperasian dan perawatan, termasuk memastikan agar tercapainya jumlah penumpang yang
cukup untuk memberikan pendapatan yang layak bagi perusahaan.

Pelaksanaan pembangunan MRT melibatkan beberapa instansi, baik pada tingkatan


Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dan PT MRT Jakarta sendiri. Oleh karena itu,
dokumen anggaran yang diperlukan juga melibatkan lembaga-lembaga tersebut dengan nama program
dan kegiatan berbeda namun dengan satu keluaran yang sama, pembangunan MRT Jakarta.
Terbentuknya LRT Palembang
Sekarang kita akan berpindah ke salah satu kereta api kebanggaan orang sumatra, yang telah
berhasil dioperasikan saat pagelaran asian games di Indonesia. Langsung aja kita simak penjelasan
terbentuknya LRT Palembang dibawah ini.
Pembangunan LRT ini difungsikan
sebagai sarana transportasi penunjang warga
Palembang dan sekitarnya, termasuk untuk
menunjang mobilitas penonton dan atlet pada
Pesta Olahraga Asia 2018. Diperkirakan proyek ini
menghabiskan dana sedikitnya Rp9,4 triliun
rupiah. LRT pemilik saham Direktoral jendral
perkeretaapian pemerintah kota palembang dan
LRT ini dioperasikan oleh PT Kereta Api
Indonesia Divisi Regional III Palembang.
Pada awalnya Palembang merencanakan
membangun monorel dari Bandar Udara Sultan
Mahmud Badaruddin II ke Kompleks Olahraga
Jakabaring sebagai alternatif transportasi umum
karena berdasar penelitian yang ada, kota
Palembang akan mengalami macet total pada 2019 mendatang. Dalam rangka menyambut Pesta Olahraga
Asia 2018 di Palembang, rencana pembangunan monorel tersebut kemudian dibatalkan karena kesulitan
mencari investor yang dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu serta proyek dianggap kurang
menguntungkan. Monorel kemudian diganti dengan LRT yang dianggap lebih efektif. Proyek senilai Rp9,4
triliun ini diminta dibiayai oleh Pemerintah Pusat melalui APBN dan penugasan konstruksi pada BUMN.
Presiden Joko Widodo kemudian menandatangani Perpres Nomor 116 Tahun 2015 tentang
percepatan penyelenggaraan kereta api ringan di Sumatera Selatan tanggal 20 Oktober 2015. Menurut
Perpres, pemerintah menugaskan kepada PT Waskita Karya Tbk untuk membangun prasarana LRT
meliputi jalur termasuk konstruksi jalur layang, stasiun dan fasilitas operasi. Pendanaan proyek di 2016
akan dibiayai PT Waskita Karya. Selanjutnya, pemerintah melalui Kementerian Perhubungan akan
mengalokasikan anggaran pembiayaan proyek tersebut pada APBN 2017 dan 2018. Pembangunan
prasarana LRT Palembang selesai pada Februari 2018. Serangkaian uji coba dilaksanakan sejak Mei
hingga Juli 2018, termasuk uji coba terbatas dengan penumpang pada 23-31 Juli 2018. Direncanakan
operasi penuh LRT Palembang dimulai pada 1 Agustus 2018.
Ada 13 stasiun pada jalur LRT ini dan 1 depot.

Tempat
Layanan
Stasiun terdeka Keterangan
penghubung
t

Bandara SMB II Dibuka pada 1 Agustus 2018

Asrama Haji Dibuka pada 7 September 2018

Punti Kayu Dibuka pada 24 September 2018

RSUD Dibuka pada 25 September 2018

Garuda Dempo

Demang

Bumi Sriwijaya Dibuka pada 1 Agustus 2018


Dishub Dibuka pada 20 September 2018

Cinde Dibuka pada 1 Agustus 2018

Ampera Dibuka pada 1 Agustus 2018

Polresta

Jakabaring Dibuka pada 1 Agustus 2018

DJKA Dibuka pada 1 Agustus 2018

Peta JaringanLRT Palembang. (Sumber:wikipedia)


Menanti LRT JABODEBEK (jakarta-bogor-depok-bekasi)
Kemacetan parah yang terjadi di Jakarta, menjadi latar belakang mengapa pemerintah
akhirnya ingin membangun Light Rail Transit (LRT) Jabodebek. Tujuannya adalah untuk mengurangi
kepadatan dan mengurai kemacetan Jalan Tol Jakarta Cikampek, serta Jalan Tol Jagorawi. ADHI pun
mengusulkan untuk membangun jalur LRT dengan trase Cibubur–Cawang, Bekasi Timur–Cawang &
Cawang – Dukuh Atas. Konsep dari pemerintah sendiri
dalam mewujudkan transportasi umum adalah
menawarkan moda transportasi umum yang aman,
nyaman dan terjangkau sehingga dapat memicu
pengendara kendaraan pribadi beralih ke moda
transportasi umum. Karena kebutuhan akan LRT sangat
mendesak maka pemerintah menunjuk ADHI melalui
Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 98 Tahun 2015
untuk membangun prasarana LRT. Pemerintah
menunjuk ADHI karena dinilai paling siap dalam
membangun LRT Jabodebek. Dalam Perpres di
sebutkan bahwa ADHI ditugaskan untuk membangun
prasarana LRT sebanyak 6 Lintas Pelayanan mulai dari
Cibubur, Dukuh Atas, Bekasi Timur, Senayan, Bogor
dan Grogol.

Presiden Joko Widodo menandatangani 2 Perpres untuk


melaksanakan pembangunan LRT ini pada 2 September
2015.

• Perpres 98/2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan / Light Rail Transit
Terintegrasi di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi.
• Perpres 99/2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Perkeretaapian Umum di Wilayah Provinsi
Daerah Ibukota Jakarta

Ada 3 hal yang diatur dalam perpres tersebut :


• Penunjukan Adhi Karya untuk membangun sarana (jalur termasuk konstruksi jalur layang, stasiun
dan fasilitas operasi)
• Membentuk badan penyelenggara transportasi Jabodebek
• Berkaitan dengan penunjukan BUMD DKI yang dikoordinasikan gubernur agar LRT dari luar
Jakarta,

kemudian masuk kedalam wilayah Jakarta, dapat dikoordinasikan dengan Pemda DKI
Jakarta.
Pada 29 Juli 2016, Presiden Jokowi menandatangani Perpres No.65/2016 sebagai perubahan terhadap
Perpres Nomor 98 Tahun 2015. Dalam Perpres terbaru tersebut prasarana yang menjadi kewajiban
Adhi bertambah dengan harus membangun depo, setelah sebelumnya hanya ditugaskan membangun
jalur, termasuk konstruksi jalur layang, stasiun dan fasilitas operasi. Adapun, pelaksanaan tersebut
dilaksanakan melalui pola Design and Built serta menggunakan standar gauge (ukuran rel standar
1.435 mm). Selain itu, Perpres ini langsung menugaskan PT Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai
penyelenggara sarana, meliputi pengadaan sarana, pengoperasian sarana, perawatan sarana dan
pengusahaan sarana, penyelenggaraan sistem tiket otomatis dan menyelenggarakan pengoperasian dan
perawatan prasarana. Dengan pertimbangan untuk percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/
Light Rail Transit (LRT) terintegrasi diwilayah Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi (Jabodebek),
pemerintah memandang perlu memberikan alternative pendanaan untuk pelaksanaan pembangunan
prasarana dan penyelenggaraan sarana Kereta Api Ringan/ Light Rail Transit terintegrasi di wilayah
Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi itu. Atas pertimbangan tersebut, pada 3 Mei 2017, Presiden Joko
Widodo telah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor: 49 Tahun 2017 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor: 98 Tahun 2015 tentang Percepatan
Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/Light Rail Transit (LRT) terintegrasi di wilayah Jakarta, Bogor,
Depok, dan Bekasi.
Kereta Cepat Indonesia China
Kereta Cepat Indonesia China – KCIC adalah perusahaan patungan yang didirikan untuk membangun
kereta cepat yang membentang sejauh 150 kilometer antara Jakarta dan Bandung di Jawa Barat. Perusahaan ini
terdiri dari konsorsium Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bernama PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia
dipimpin oleh perusahaan konstruksi PT Wijaya Karya dan konsursium perusahaan-perusahaan China yang
dipimpin oleh China Railay Corporation. Perusahaan ini 100 persen berorientasi bisnis tanpa bantuan keuangan
apapun dari Anggaran Pembiayaan Belanja Negara atau pinjaman dari Pemerintah Indonesia. 
Di antara wilayah-wilayah baru yang akan dibangun dan diintegrasikan dengan KCIC adalah Walini,
sebuah area pebukitan yang dikenal dengan perkebunan dan produk teh. Dengan total luas wilayah 1.270 hektar,
Walini akan menjadi salah satu lokasi stasiun kereta sekaligus wilayah pemukiman baru yang modern yang
dikembangkan dengan prinsip-prinsip pebangunan berkelanjutan dan ramah lingkungan. Keunggulan utama
kota baru ini antara lain:

 Zona Hijau: Wilayah hijau dan berkelanjutan untuk berekreasi dan bekerja dilengkapi dengan teknologi
hijau untuk melayani warga Walini;
 Blok kompak: Semua bangunan rumah dan industri dibangun di blok-blok yang terhubung dengan
stasiun kereta melalui jalan biasa serta jalur sepeda dan jalur pejalan kaki;
 Koefisien dasar bangunan yang rendah: Konsep ini artinya hanya 45 persen wilayah hijau dialokasikan
untuk bangunan sehingga menghasilkan lingkungan yang lebih hijau dan memberi ruang lebih banyak
bagi pejalan kaki dan pesepeda;
 Bangunan berstandar internasional: Sistem konstruksi berstandar internasional menjadikan Walina area
yanga tahan uji, layak huni dan memanfaatkan sumberdaya alam secara bertanggung jawab sehingga
tercipta konsep gaya hidup hijau yang sesungguhnya.
 Walini akan dibagi menjadi tiga zona yang meyediakan fasilitas khas kehidupan modern, termasuk
stasiun kereta cepat, blok perumahan dan perkantoran bertinggi sedang, lapangan golf, janapada,
universitas dan rumah sakit. 

Daftar Referensi
https://heritage.kai.id/page/sejarah-perkeretapian
www.krl.co.id
www.railink.co.id
https://id.wikipedia.org/wiki/Railink/
https://www.jakartamrt.co.id/mrt-jakarta/sejarah-mrt-jakarta/
https://id.wikipedia.org/wiki/Lintas_Rel_Terpadu_Palembang
http://lrtjabodebek.com/proyek-lrt-jabodebek/sejarah-lrt/
http://kcic.co.id/siapa-kami/

Anda mungkin juga menyukai