21
22
pembangunan rel yang dapat menghubungkan kota
Semarang - Surakarta (110 Km), pada 10 Februari
1870.Setelah itu, masih jaman penjajah Belanda, minat
investor untuk membangun jalan KA di daerah lainnya
pun bermunculan. Sehingga pertumbuhan panjang
jalan rel antara 1864 - 1900 sangat pesat. Jika tahun
1867 baru 25 km, tahun 1870 sudah 110 km, tahun
1880 mencapai 405 km, tahun 1890 menjadi 1.427 km
dan pada tahun 1900 mencapai 3.338 km. Setelah
sukses di Jawa, pembangunan rel KA merambah ke
Aceh (1874), Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat
(1891), Sumatera Selatan (1914), dan Sulawesi (1922)
sepanjang 47 Km antara Makasar - Takalar, yang
pengoperasiannya dilakukan tanggal 1 Juli 1923.
Bahkan rel Ujungpandang - Maros sudah dimulai
namun belum sempat diselesaikan. Sementara di
Kalimantan, juga belum sempat dibangun, tapi studi
jalan KA Pontianak - Sambas (220 Km) sudah
diselesaikan. Begitu pula di pulau Bali dan Lombok,
telah dilakukan studi pembangunan jalan KA. Jenis jalan
rel KA di Indonesia dibedakan dengan lebar sepur 1.067
mm, 750 mm (di Aceh) dan 600 mm di beberapa lintas
cabang dan tram kota.
Pada masa penjajahan Belanda, tepatnya
sampai 1939, panjang jalan KA di Indonesia telah
mencapai 6.811 km. Tetapi, ironisnya setelah merdeka,
tepatnya pada 1950, panjangnya justru berkurang
menjadi 5.910 km. Sepanjang kurang lebih 901 km
raib, yang diperkirakan karena dibongkar semasa
pendudukan Jepang dan diangkut ke Burma untuk
pembangunan jalan KA di sana. Bahkan saat ini (2006,
data Ditjen Perkeretaapian) jaringan jalan rel yang
beroperasi hanya 4.360 km dan tidak beroperasi
sepanjang 2.122.
23
Semasa pendudukan Jepang (1942-1943), jalan
rel yang dibongkar sepanjang 473 km dan yang
dibangun 83 km antara Bayah-Cikara dan 220 km
antara Muaro - Pekanbaru. Pembangunan jalan KA
Muaro-Pekanba-ru
yang
diprogramkan
pembangunannya harus selesai dalam 15 bulan,
memperkerjakan 27.500 orang, di antaranya 25.000
adalah Romusha. Pembangunan jalan yang melintasi
rawa-rawa, perbukitan, serta sungai yang deras
arusnya ini, banyak menelan korban yang makamnya
bertebaran sepanjang Muaro - Pekan-baru.
Setelah Proklamasi 17 Agustus 1945, karyawan
KA yang tergabung dalam Angkatan Moeda Kereta
Api
(AMKA)
mengambil-alih
penguasaan
perkeretaapian dari pihak Jepang pada tanggal 28
September 1945. Hari itu dibacakan pernyataan sikap
oleh Ismangil dan sejumlah anggota AMKA lainnya,
menegaskan bahwa mulai tanggal 28 September 1945
kekuasaan per-keretaapian berada di tangan bangsa
Indonesia. Sejak hari itu, orang Jepang tidak
diperkenankan lagi campur tangan dengan urusan
perkeretaapian di Indonesia. Bersamaan dengan itu
dibentuklah Djawat-an Kereta Api Republik Indonesia
(DKARI). Peristiwa bersejarah inilah yang melandasi
ditetapkannya 28 September 1945 sebagai Hari Kereta
Api di Indonesia, Kemudian namanya dipersingkat
dengan Djawatan Kereta Api (DKA), hingga tahun 1950.
Institusi tersebut berubah menjadi Perusahaan Negara
Kereta Api (PNKA) pada tahun 1963 dengan PP. No. 22
tahun 1963, kemudian dengan PP. No. 61 tahun 1971
berubah menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA).
Perubahan kembali terjadi pada tahun 1990 dengan PP.
No. 57 tahun 1990 status perusahaan jawatan diubah
menjadi perusahaan umum sehingga PJKA berubah
menjadi Perusahaan Umum Kerata Api (Perumka).
24
Perubahan besar terjadi pada tahun 1998, yaitu
perubahan status dari Perusahaan Umum Kereta Api
menjadi PT Kereta Api (persero), berdasarkan PP. No. 19
tahun 1998.
Dapat dikatakan bahwa secara de-facto
hadirnya kerata api di Indonesia ialah dengan
dibangunnya jalan rel sepanjang 26 km pada lintas
Kemijen-Tanggung
yang
dibangun
oleh
NV.
Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NIS).
Pembangunan jalan rel tersebut dimulai dengan
penyangkulan pertama pembangunan badan jalan rel
oleh Gubernur Jenderal Belanda Mr. L.A.J. Baron Sloet
Van De Beele pada hari Jum at tanggal 17 Juni 1864.
Jalur kereta api lintas Kemijen-Tanggung mulai dibuka
untuk umum pada hari Sabtu, 10 Agustus 1867.
Sedangkan landasan de-jure pembangunan jalan rel di
jawa ialah disetujuinya undang-undang pembangunan
jalan rel oleh pemerintah Hindia Belanda tanggal 6
April 1875.
Dengan
telah
adanya
undang-undang
pembangunan jalan rel yang dikeluarkan oleh
pemerintah Hindia Belanda dan dengan berhasilnya
operasi kereta api lintas Kemijen-Temanggung (yang
kemudian pembangunannya diteruskan hingga ke
Solo), pembangunan jalan rel dilakukan di beberapa
tempat bahkan hingga di luar Jawa, yaitu di Sumatera
dan Sulawesi.
Namun sejarah jalan rel di Indonesia mencatat
adanya masa yang memprihatinkan yaitu pada masa
pendudukan Jepang. Beberapa jalan rel di pulau
Sumatera dan pulau Sulawesi serta sebagian lintas
cabang di pulau Jawa dibongkar untuk diangkut dan
dipasang di Burma (Myanmar). Bahkan pemindahan
jalan rel ini juga disertai dengan dialihkannya sejumlah
tenaga kereta api Indonesia ke Myanmar. Akibat
tindakan Jepang tersebut ialah berkurangnya jaringan
25
jalan rel di Indonesia. Data tahun 1999 memberikan
informasi bahwa panjang jalan rel di Indonesia ialah
4615,918 km, terdiri atas Lintas Raya 4292,322 km dan
Lintas Cabang 323,596.
Status
Dasar Hukum
Th. 1864
1864 s.d
1945
IBW
1945 s.d
1950
DKA
IBW
1950 s.d
1963
DKA RI
IBW
1963 s.d
1971
PNKA
1971
s.d.1991
PJKA
1991 s.d
1998
PERUMKA
1998 s.d.
2010
Instruksi Direks
26
b. Struktur PT Kereta Api Indonesia (Persero)
Struktur oraganisasi perusahaan memiliki peran
yang
penting
dalam
memberiakan
penjelasan
mengenai wewenang, fungsi, tugas, dan tanggung
jawab
anggota
perusahaan
untuk
mencapai
mekanisme yang efektif dan efisien. Adapun struktur
organisasi PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai
berikut:
dapat dijelaskan bahwa struktur organasasi PT.
Kereta Api Indonesia (Persero) dibagi menjadi tiga
bagian, yakni :
1.
Tingkat Pusat
a. PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dipimpin
oleh seorang Direktur Utama (Dirut) yang
dibawahi langsung oleh Dewan Komisaris.
Dalam melaksanakan tugasnya, Dirut bantu
oleh lima anggota direksi, yaitu Direktur
Keuangan, Direktur Teknik, Direktur Operasi,
Direktur Sumber Daya Manusia, dan Direktur
Pengembangan Usaha.
b. Sekertaris Perusahaan.
c. Pusat Perencanaan dan Pengembangan .
d. Satuan Pengawasan Interen (SPI)
e. Divisi : 1. Divisi Properti
2. Divisi Sarana
3. Divisi Pelatihan
2.
Tingkat Daerah Operasi
Tingkat operasi di Jawa ini dipimpin oleh
KepalaDaerah Operasi (Kadaop) yang terdiri dari :
a. Daop (Regional Office) 1 Jakarta
b. Daop (Regional Office) 2 Bandung
c. Daop (Regional Office) 3 Cirebon
d. Daop (Regional Office) 4 Semarang
e. Daop (Regional Office) 5 Purwokerto
f. Daop (Regional Office) 6 Yogyakarta
27
g. Daop (Regional Office) 7 Madiun
h. Daop (Regional Office) 8 Surabaya
i. Daop (Regional Office) 9 Jember
j. Divisi Angkutan Perkotaan Jabotabek
3.
Tingkat Divisi Regional di Sumatera
a.
Divisi Regional I Sumatera Utara
b.
Divisi Regional II Sumatera Barat
c.
Divisi Regional III Sumatera Selata
4.
Unit Fasilitas Perawatan Sarana dan
Prasarana Balai Yasa
a.
Balai Yasa Sarana/Lok Yogyakarta
b.
Balai Yasa Sarana Manggarai
c.
Balai Yasa Sarana Surabaya Gubeng
d.
Balai Yasa Sarana Tegal
e.
Balai Yasa Sarana Divre III Sumatera Selatan
f.
Balai Yasa Sarana Jembatan Kiaracondong
c. Visi, Misi, dan Tujuan PT. Kereta Api
Indonesia(Persero)
Berdasarkan hasil rapat Direksi PT Kereta Api
Indonesia (Persero), merubah visi dan misi yang
lama menjadi visi dan misi yang baru, yakni
Maklumat Direksi Nomor : 06/PR.006/KA-2008
menyebutkan bahwa, sejalannya dengan arah dan
startegi
pengembanganm
(Restrukturisasi)
perusahaan, maka sesuai kesepakatan
pada tanggal 26 Mei 2008 di Bandung, Direksi PT.
Kereta Api Indonesia (Persero) telah menetapkan
VISI dan MISI perusahaan yang baru sebagai
berikut :
1. Visi PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Menjadi penyedia jasa perkeretaapian terbaik
yang fokus pada pelayanan pelanggan dan
memenuhi harapanstakeholders.
2. Misi PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
28
Menyelenggarakan bisnis perkeretaapian dan
bisnis usaha penunjangnya, melalui praktek bisnis
dan model organisasi terbaik untuk memberikan
nilai tambah yang tinggi bagi stakeholders dan
kelestarian lingkungan berdasarkan 4 pilar utama :
keselamatan, ketepatan waktu, pelayanan, dan
kenyamanan.
3. Tujuan PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Tujuan
PT.
Kereta
Api
Indonesia
yaitu
Melaksanakan dan mendukung kebijaksanaan dan
program pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan nasional, khususnya di bidang
transportasi, dengan menyediakan barang-jasa
yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat untuk
dapat melakukan ekspansi baik di pasar domestik
maupun internasional di bidang perkeretaapian,
yang meliputiusaha pengangkutan orang dan
barang dengan KA, kegiatan perawatan &
pengusahaan
prasarana
perkeretaapian,
pengusahaan bisnis properti secaraprofesional,
serta pengusahaan bisnis penunjang prasarana &
sarana KA secara efektif untuk kemanfaatan umum.
d. Slogan dan Budaya PT. Kereta Api Indonesia
(Persero)
Budaya perusahaan merupakan pola sikap,
keyakinanasumsi dan harapan yang dimiliki
bersama dan dipegangsecara mendalam untuk
membentuk cara bagaimana karyawan/karyawati
bertindak
dan
berinterakasi
agar
sasaran
perusahaan tercapai.
Adapun slogan dari PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) itu sendiri adalah :
Anda Adalah Prioritas Kami.
Makna :
29
30
31
e. Logo PT. Kereta Api Indonesia (Persero)
Adapun logo PT. Kereta Api Indonesia (Persero),
yakni sebagai berikut:
32
Provinsi
: Jawa Timur
Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Praktik Industri ini berlangsung
selama 1 bulan, dimulai dari tanggal 8 agustus
sampai dengan 8 september 2016. Adapun waktu
pelaksanaan kegiatan di Resot SINTELIS SBI PT.KAI
DAOP 8 Surabaya adalah sebagai berikut.
Hari kerja
: Sabtu - Kamis
Jam kerja
: Jam 07.30 - 16.00 WIB
c. Kegiatan Praktik Industri
Kegiatan Praktik Industri di Resot SINTELIS SBI
PT.KAI DAOP 8 Surabaya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Kegiatan Praktik Industri
No
Minggu ke-
II
Kegiatan
- Sosialisasi bidang kerja
SINTELIS
- Membantu melakukan Cek
modulasi radio lokomotif
- Membantu melakukan
Perawatan rutin alat
telekomunikasi di stasiun
kalimas
- Membantu melakukan
perawatan axle counter
- Melakukan Cek modulasi radio
lokomotif
33
No
Minggu ke-
III
IV
Kegiatan
-Melakukan pembuatan aplikasi
untuk pelaporan Cek modulasi
radio lokomotif
- Melakukan Cek modulasi radio
lokomotif
-Melanjutkan pembuatan
aplikasi untuk pelaporan Cek
modulasi radio lokomotif
- Melakukan Cek modulasi radio
lokomotif
-Pengaplikasian program
pencarian data dan laporan
lokomotif
-Perpisahan dengan Resot
SINTELIS SBI
Keterlibatan Mahasiswa
Dalam
pelaksanaan
praktik
industri
mahasiswa berperan aktif dalam setiap kegiatan
yang dilaksanakan oleh resot sintelis .baik
kegiatan perawatan rutin maupun perbaikan yang
bersifat insidental.
Kegiatan yang rutin dilakukan adalah berupa
perawatan
rutin
seperti
perawatan
wesel,sinyal,radio lokomotif ,alat telekomunikasi ,
dan lain-lain.kemudian ada juga perbaikan yang
bersifat insidental seperti perbaikan wesel dan
perbaikan lainnya.
Adapun kegiatan yang sering mahasiswa
34
bantu yaitu melakukan perawatan rutin pada wesel
seperti membersihkan wesel hingga membantu
menyetel wesel,kemudian pada pengecekan
modulasi radio lokomotif mahasiswa membantu
pencatatan data hingga malakuakan langsung
pengecekan
modulasi
radio
lokomotif
dan
perawatan lainnya.
Dan selain membantu perawatan pada stasiun
pasarturi mahasiswa juga membantu perawatan
pada stasiun kalimas dan stasiun mesigit.
3. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat
a Faktor pendukung
Selama melaksanakan Praktik Industri di Resot
SINTELIS SBI PT.KAI DAOP 8 Surabaya ini, ada
beberapa faktor pendukung yang membantu
kelancaran dalam melakukan kegiatan praktik, di
antaranya adalah sebagai berikut.
1.
Dukungan maksimal dari Resot SINTELIS SBI
PT.KAI DAOP 8 Surabaya untuk menerima kami
melakukan kerja praktik.
2.
Adanya tenaga pembimbing lapangan yang
berpengalaman dan ramah, sehingga tidak
canggung untuk bertanya.
3.
Adanya kerjasama yang baik antara karyawan
dan rekan kerja.
4.
Dalam suatu forum atau kegiatan selalu diajak
bergabung.
b
Faktor penghambat
Selama melaksanakan Praktik Industri di Resot
SINTELIS SBI PT.KAI DAOP 8 Surabaya ini, ada
beberapa faktor yang menghambat pelaksanaan
praktik industri, diantaranya adalah sebagai
berikut.
1. Keterbatasan waktu yang dipergunakan dalam
35
kegiatan
Praktik
Industri
sehingga
pengetahuan yang diperoleh sedikit dan tidak
maksimal.
2. Terbatasnya
buku
referensi
yang
bisa
digunakan oleh mahasiswa sebagai penambah
ilmu.
B. Pembahasan
1 Sistem Radio Lokomotif
Radio lokomotif adalah radio yang berada di
lokomotif yang digunakan oleh masinis untuk
berkomunikasi dengan waystation dan pusat kendali
(PK). Radio ini juga dapat digunakan untuk
berkomunikasi dengan sesama masinis pada rangkaian
kereta api lain dengan seijin petugas di ruang PK.
Radio lokomotif beroperasi dengan menggunakan
gelombang radio sebagai transmisinya. Karena
lokomotif yang sifatnya selalu bergerak dalam sistem
traindispatching,
maka
sebagai
pemancar
dan
penerima radio lokomotif ini digunakan antena jenis
omni directional.
Radio Lokomotif memiliki tiga buah modul, yakni
satu buah Locomotive Transceiver Unit (LTU) dan dua
buah Locomotive Radio Control Unit (LRCU). Terdapat 2
jenis tipe dari perangkat radio lokomotif yaitu LSE dan
Simoco.
36
37
38
Earpiece dan Loudspeaker dapat bekerja dengan normal.
Alarm
panggilandihasilkan
oleh
Micrcontroller
dan
dicampur dengan sinyal Loudspeaker.
b
39
3. Bagian-bagian Radio Lokomotif
a. Locomotif Tranceiver Unit (LTU)
LTU merupakan modul yang berfungsi untuk
mengontrol keluar dan masuknya sinyal informasi,
dimana terdiri atas 3 bagian rangkaian antara lain
VHF Transceiver, Locomotive Transceiver Control
Printed Circuit Board, dan DC/DC Converter. LTU
memiliki 4 buah konektor yang masing-masing
terhubung ke 2 buah Locomotive Radio Control Unit,
Locomotive Power Supply, danLocomotive VHF
Antenna.
LTU biasanya diletakkan di dalam lokomotif
tempat masinis. Masing-masing LTU memiliki ID yang
berbeda. ID ini digunakan sebagai identitas untuk
pemanggilan, seperti nomor telepon pada perangkat
telepon.
Perbedaan
ID
ini
bertujuan
untuk
memberikan informasi kepada PK untuk melakukan
pemanggilan dan tempat keberadaan dari lokomotif
tersebut.
Bagian-bagian LTU
40
Locomotive Transceiver Unit (LTU) memiliki bagianbagian sebagai berikut :
1) Locomotive Transceiver Control Printed Circuit
Board
Pada Locomotive Transceiver Control Printed
Circuit Board terdapat 3 komponen IC yang
mempengaruhi kinerja dari LTU, yaitu:
a) IC
channel
tipe
NMC27C256
yang
digunakan agar LRCU dapat mengganti
channel yang dituju.
b) IC tone tipe PCB80C552-4 yang berfungsi
sebagai penguat dan sebagai indicator jika
ada panggilan masuk dan melakukan
panggilan keluar maka aka nada nada
tertentu
yang
mengalawali
proses
panggilan.
c) Memori mikro kontroler yang menyimpan
ID dari LTU. ID ini diprogram menggunakan
komputer.
2) Motorola SYNTRX
Perangkat ini adalah transceiver dari LTU
yang digunakan untuk mengirim dan menerima
sinyal radio untuk berkomunikasi.
3) DC/ DC Converter
DC/
DC
converter
digunakan
untuk
mengubah tegangan DC yang masuk menjadi
13,8 volt untuk menjalankan perangkat radio
Motorola SYNTRX dan komponen lain pada
Locomotive Transceiver Control Printed Circuit
Board.
spesifikasi DC/ DC Converter
Input voltage
+74 Volt DC
Input voltage
+48 volt sampai 100 volt DC
range
41
Output voltage
Output voltage
range
Output current
Current limit
Output ripple
Output noise
Frekuensi operasi
+133 Volt DC
+10,5 volt sampai +16volt DC
10 Ampere pada tegangan 133
VDC
10 A
kurang dari 2mV RMS
kurang dari 2mV RMS
100 kHz
Spesifikasi LTU
a) Input voltage: +133 Volt DC
b) Input Voltage Range: +103 Volt DC sampai 143
Volt DC
c) Output Voltage keLRCU:+133 Volt DC
d) Maximum output current ke LRCU: 1 Amp (Fused)
e) Serial data link to SYNTRX untuk channel UP,
DOWN, CTCSS muting
f) Serial data link from SYNTRX untuk channel
display, TX indication emulates SYNTRX display
data
g) Receive audio input level (dari SYNTRX) mengatur
ke 0,9 Volt RMS
h) Transmit audio output level (ke SYNTRX) mengatur
ke 0,7 Volt RMS
42
modem FFSK dimana sinyal digital yang datang
akan dideteksi dan diawasandikan. Sinyal suara
ter-buffer juga diumpankan ke PCM codec yang
kemudian diubah menjadi sinyal ucapan analog
dalam bentuk Pulse Code Modulation (PCM).
Sinyal
ucapan
PCM
kemudian
dikombinasikan dengan control digital dan data
status dalam modem suara PCM dan data untuk
tiap LRCU. Komunikasi antara LTU dan LRCU
adalah full duplex melalui satu pasang kabel.
2) Pemancaran suara
Suara dari mikrofon pada LRCU yang sedang
aktif disalurkan dalam bentuk digital PCM.
Suara tersebut diterima oleh modem suara dan
data dan diteruskan ke digital switch. Kemudian
digital switch mengarahkan PCM voice ke PCM
codec yang kemudian sinyal suara dalam
bentuk PCM tersebut diubah menjadi sinyal
suara analog. Selanjutnya sinyal suara analog
tersebut diteruskan melalui voice mute dan
penguat buffer menuju bagian pemancar dari
Motorola SYNTRX Transceiver.
3) Pemilihan panggilan
Sinyal
suara
dari
radio
transceiver
dihubungkan pada masukan modem FFSK yang
mengawasandikan pilihan panggilan masuk.
Adapun data digital disalurkan ke mikrokontroler
melalui data bus.
Transceiver dalam kondisi normal tidak
difungsikan oleh mikrokontroler. Voice mute
dipakai sehingga tidak ada masukan sinyal
ucapan menuju penguat audio TX. Modem FFSK
mati dan FFSK mute dipakai. Saat masinis
menekan tombol permintaan panggilan (RTS)
pada LRCU, mikrokontroler mengoperasikan
43
keluaran PTT, mematikan FFSK mute dan
menyebabkan modem FFSK menghasilkan
panggilan digital dari jenis yang diminta. Pada
akhir panggilan, FFSK tone dimatikan, FFSK
mute akan dihidupkan, dan PTT line tidak
digunakan.
Ketika panggilan diterima oleh Train
Dispatch System Console, acknowledgement
digital dikirim sehingga mengubah keadaan
indikator status panggilan pada LRCU tetapi
tidak mengubah kontrol transceiver. Ketika Train
Dispatcher siap untukl berbicara dengan
pemanggil, Train Dispatcher akan mengirim
tanggapan
digital
kedua
yang
akan
mengaktifkan
fungsi
kirim
dan
terima
transceiver
sehingga
komunikasi
dapat
dilakukan.
4) Persinyalan Digital
Informasi
status
dan
kontrol
digital
diteruskan menuju dan dari
mikrokontroler
melalui
port
serialRS-232-C
full-duplex
asynchronous dandioperasikan pada 9600 bps.
Untuk transmisi melauidata link, bit mulai dan bit
akhir dihapus danbit data diubah menjadi 8
kbps aliran datasinkron. Sinyal suara PCM
dihasilkan dalam8 bit
cuplikan dengan laju
cuplikan 8 kHz.Dua bit data kontrol dan data
status akan ditambahkan dalam tiap cuplikan
suara untuk menghasilkan 10 bit paket data
untuk transmisi. Pada penerapannya, hanya satu
bit data yang dipancarkan dan bit yang lain tidak
terpakai.
b. Locomotif Radio Control Unit(LRCU)
44
45
3) Circuit board
4) Call and reset push button
5) Status indicator
6) Control volume loud speaker
7) Handset dengan tombol PTT (push to talk)
Berikut ini proses terjadinya komunikasi pada
perangkat LRCU:
1) Penerimaan suara
Suara yang diterima dari modem PCM voice
dan data diubah menjadi sinyal analog oleh PCM
codec. Kemudian sinyal tersebut dilewatkan
melalui mute circuit ke penguat earpiece dan ke
penguat loudspeaker muting difungsikan. Hal ini
membuat earpiece dan loudspeaker dapat
bekerja dengan normal. Alarm panggilan
dihasilkan oleh mikrokontroler dan dicampur
dengan sinyal loudspeaker. Arus sinyal alarm
tidak berpengaruh pada kendali volume. Alarm
akan diam dengan menekan tombol Alarm
Cancel atau dengan menekan tombol PTT.
2) Pemancaran suara
Keluaran dari mikrofon masinis terhubung
dengan masukan dari PCM codec. Selanjutnya
masukan tersebut diubah dalam bentuk PCM.
Cuplikan suara terdigital diteruskan menuju
modem suara dan data. Modem tersebut
nantinya akan memultiplex data dan suara dan
data control serta memodulasi fasa pembawa
dengan paket data komposit.
a. Instruksi dan pengoperasian perangkat LRS
Satu buah LTU hanya dapat terhubung dengan dua
buah LRCU dan satu LRCU hanya digunakan untuk
melakukan satu komunikasi. Apabila satu LRCU sedang
digunakan maka LRCU yang lain akan otomatis menjadi
nonaktif. Berikut ini disajikan tabel indikator dan bagian
frontpanel pada LRCU beserta keterangannya.
46
Tabel 3.3 Indikator pada LRCU
Indikator
BUSY
STATUS
TX
STOP
LED DISPLAY
Keterangan
Apabila
indikator
BUSY
menyala,
artinya channel yang dipilih sedang
dipakai.
Apabila indikator STATUS menyala,
berarti LRS sedang memanggil PK.
Apabila panggilan telah diterima oleh
PK indikator STATUS akan mati.
Indikator TX akan menyala saat LRS
sedang melakukan transmisi.
Indikator STOP akan menyala jika suatu
panggilan diakhiri dengan menekan
tombol RST STOP.
Berfungsi untuk menunjukkan informasi
waktu dari TDC yang terdiri dari jam
dan
menit. Serta menunjukkan channel
yang sedang dipilih.
PC (PriorityCall)
EMERG (EmergencyCall)
ALM.CANCEL(AlarmCancel
Keterangan
Untuk melakukan
panggilan
normal.
Untuk melakukan
panggilan
prioritas.
Untuk melakukan
panggilan
darurat, akibat adanya
bahaya.
Untuk mengakhiri
47
)
RST.STOP (ResetStop)
Volume Control
Channel Selector
Push to Talk button
panggilan
Untuk mengakhiri
panggilan
stop.
Untuk mengubah
intensitas
suara yang keluar dari
loud
speaker.
Untuk memilih channel
yang diinginkan.
Untuk
mengaktifkantransmisi
saat sedangberbicara /
menerima panggilan.
48
4. Komunikasi Radio Lokomotif
Sistem komunikasi Radio adalah sistem
komunikasi yang menggunakan udara sebagai media
komunikasinya. Pada sistem komunikasi radio
dibutuhkan pemancar dan penerima. Pemancar
adalah sumber sinyal atau getaran radio yang
dipancarkan melalui antenna pemancar, sinyal radio
berfrekuensi tinggi dihasilkan oleh suatu alat
didalam peman car yang disebut osilator.
Pada sistem telekomunikasi perkeretaapian
terdapat sebuah perangkat komunikasi yang
terdapat di dalam lokomotif, yaitu locomotive Radio
System,
locomotive
Radio
System
(LRS)
menyediakan fasilitas untuk melakukan komunikasi
antara lokomotif dengan train dispatch centre yang
beroperasi pada frekuensi VHF. Pada lokomotif
terdapat dua unit LRCU dan satu unit LTU. Pada saat
salah satu LRCU digunakan untuk komunikasi maka
LRCU yang lain akan mati secara otomatis. Jika salah
satu LRCU tidak dapat digunakan maka LRCU yang
lain masih bisa digunakan. Sehingga proses
komunikasi dengan pusat kendali tetap terjaga.
Komunikasi dilakukan secara manual yang dikendalikan
operator terpusat di PK dengan cara memanggil masinis
di lokomotif
yang berdinas untuk mendeteksi
keberadaan lokomotif tersebut atau PPKA di stasiun.
Informasi
tersebut
kemudian
digunakan
untuk
memerintahkan masinis untuk berhenti atau langsung di
stasiun tertentu serta memerintahkan PPKA stasiun
untuk memberhentikan atau melangsungkan kereta di
stasiun.
Jenis panggilan pada sistem traindispatching
a. PK waystation
b. PK lokomotif
c. Way station PK
49
d.
e.
f.
g.
h.
Lokomotif PK
Waystation- waystation
Lokomotif lokomotif
Waystation lokomotif
Lokomotif - waystation
50
f.
51
Tabel 3.5 alat kerja dan suku cadang pengeolaan radio
lokomotif
Tool
Power supply 0-72 V 10-50 A
Laptop programmer ID
radiolok
Alatukur radio VHP
Power meter
Swr meter
AVO meter
Dummy load 100 W (1-500
MHz)
EPROM Programmer
Solder gas
Mesin pembuka baud (use
battery)
Antena Radioloco
Tang ampere
LTU
Console
Lokasi
Fungsi
e. SDM Pelaksana
personil yang dibutuhkan tenaga pelaksana untuk
UPT Resor minimal 2 (dua) orang dan Workshop minimal
1 (satu) orang.
f. Tatacara Pengelolaan
1.
Preventive Maintenance
kondisi radio lokomotif yang siap operasi dengan
tingkat kehandalan yang tinggi ditentukan oleh pola
52
kerja perawatan radio lokomotif yang terbagi menjadi 3
(tiga) yaitu:
a) Pemeriksaan Harian
Dilaksanakan pada radio lokomotif terpasang di
lokomotif/KRD/KRDE yang akan didinaskan sebagai
KA.
Instruksi
No.
23/PS,103/KA-2010
yang
menetapkan
bahwa
petugas
terkait
harus
memastikan berfungsinya Go No Go Item (radio
lokomotif) pada saat akan berdinas.Pemeriksaan
dilakukan mengacu pada (Instruksi Kerja) S7E-IKAMPT-8.3.1-15 dan Hasil pemeriksaan dituangkan
pada LP (Lembar Pemeriksaan) harian STE-RECORD8.3.1 -1 S. Dilakukan oleh UPT Resor yang di
wilayahnya terdapat DIPO;
b) Perawatan 3 Bulanan
Perawatan dilakukan pada radio lokomotif
terpasang di lokomotif/KRD/ KRDE. Pemeriksaan
beberapa parameter dilakukan melalui pengukuran
sebagai
indikasi/pendiagnosaan
awal
kondisi
perangkat. Indikasi awal tersebut akan menentukan
perlu tidaknya dilaksanakan ptilkan kondisi.
Perawatan dilakukan mengacu pada Instruksi Kerja
STE-IK-AMPT-8.3.1-16
dan
hasil
perawatan
dituangkan pada LP 3 Bulanan STE-RECORD-8.3.116. Dilakukan oleh UPT Resor yang di wilayahnya
terdapat DIPO;
c) Perawatan Tahunan
Pemeriksaan berkala 1 (satu) tahunan pada
peralatan radio lokomotif di Daop bersarfepcutan.
Perawatan
terdiri
dari
pemeriksaan
lanjut
parameter tertentu serta perbaikan kelainan atau
kondisi substandar. Perawatan dilakukan
2.
Corrective Maintenance
Kerusakan radio lokomotif di luar jadwal preventive
maintenance diperbaiki melalui tindakanmengacu pada
Instruksi
Kerja
STE-IK-AMPT-8.3.1-17
dan
Hasil
53
perawatan dituangkan pada LP Tahunan STE-RECORD8.3.1-17. Dilakukan oleh workshop dibantu dengan UPT
Resor;
Untuk perawatan 3 bulanan dan tahunan dilakukan
bersamaan dengan dilaksanakannya jadwal perawatan
berkala lokomotif.
corrective maintenance, yaitu:
1) Awal dinas lokomotif (keluar DIPO)
Perbaikan atau change unit modul console
/LTU yang rusak;
Penyesuaian ID jika ada penggantian LTU;
Tes fungsi;
Modul yang rusak di kirim ke workshop;
Adapun prasyarat untuk melakukan tindakan
tersebut adalah UPT Resor memiliki peralatan untuk
mengubah ID.
2) Awal dinas lokomotif (keluar SUBDIPO/STASIUN)
- Perbaikan atau change unit modul console/LTU
yang rusak;
- Menggunakan ID cadangan jika ada penggantian
LTU;
-Tes fungsi;
-Modul yang rusak di kirim ke workshop;
-UPT Resor setempat menginformasikan ke UPT
Resor .
tujuan KA/UPT Resor DAOP yang akan dilewati
KA tersebut untuk menyesuaikan ID radiolok;
Adapun prasyarat untuk melakukan tindakan
tersebut adalah UPT Resor memiliki cadangan radio
lokomotif tipe LSE/BYST, Kabel power suppfy, dan
konektor kompatibel untuk tipe radio lokomotif
LSE/BYST.
3) Penggantian crew KA (di pusat DAOP)
Perbaikan atau change unit modul console /LTU
yang rusak;
Penyesuaian ID jika ada penggantian LTU;
Tes fungsi;
Modul yang rusak di kirim ke workshop;
54
Adapun untuk melakukan undakan tersebut
adalah UPT Resor memiliki peralatan
4) Penggantian crew KA (bukan pusat DAOP)
-Perbaikan atau change unit modul console /LTU
yang rusak;
-Menggunakan ID cadangan jika ada penggantian
LTU;
-Tes fungsi;
-Modul yang rusak di kirim ke workshop;
-UPT Resor setempat menginformasikan ke UPT
Resor tujuan KA/UPT resor DAOP yang akan dilewati
KA tersebut untuk menyesuaikan ID Radiolok;
Adapun prasyarat untuk melakukan tindakan
tersebut adalah UPT Resor memiliki cadangan radio
lokomotif tipe LSE/BYST, Kabel power supply, dan
konektor kompatibel untuk tipe radio lokomotif
LSE/BYST.
6. Cek modulasi Radio Lokomotif
Pelaksanaan
uji
fungsi
terhadap
perangkat
Locomotive Radio System (LRS) dilakukan dengan bantuan
Train Dispatch System Console (TDSC). Cek modulasi radio
lokmotif dilakukan oleh petugas Resot SINTELIS dibantu
dengan
PK.Tujuannya
untuk
memastikan
alat
telekomunikasi yang terdapat pada lokomotif (radio
lokomotif) berfungsi dengan baik .Indikator keberhasilan
dari uji fungsi ini, menandakan bahwa perangkat
Locomotive Radio System (LRS) dan kaitannya dengan link
komunikasi telah bekerja / berfungsi dengan baik.
B. Pengujian/Pemeriksaan Panggilan (Outgoing Call) Dari
Arah Lokomotif
Prosedur awal yang harus dilaksanakan untuk
melakukan pengujian/pemeriksaan fungsi dan unjuk-
55
kerja panggilan (outgoing call) dari arah lokomotif,
adalah sebagai berikut:
1)
Yakinkan koneksi power supply, antena, dan
hubungan
antara
perangkat
Locomotive
Locomotive Console Operator Unit (LCU) dengan
Locomotive Microcontroller Unit (IMU) sudah
terhubung dengan benar.
2) Hidupkan perangkat Locomotive Radio System
(LRS) hingga muncul tulisan pada
Locomotive Console Operator Unit (LCU) dan
tunggu beberapa saat (sekitar 10 detik) hingga
sistem siap menerima perintah.
3) Menggunakan salah satu dari perangkat
Locomotive Locomotive Console Operator Unit
(LCU), lakukan pemilihan "section" (nomor seksi)
yang
akan
digunakan
untuk
pengujian
menggunakan selector pemilih section/channel.
Secara default, ketika sistem pertama kali
dinyalakan akan menunjukan "CH 1" yang
artinya section 1.
a. Panggilan RTS (Request To Speak)
Untuk melakukan panggilan RTS (Request To
Speak), tekan tombol berwarna biru yang bertanda RTS
(request to speak) pada salah satu perangkat
Locomotive Console Operator Unit (LCU), Tunggu
beberapa saat, dan perhatikan beberapa indikator
dibawah ini muncul yang menunjukan sistem bekerja
dengan benar:
1) Indikator
"STATUS"
berkedip
cepat
yang
menandakan sistem sedang melakukan panggilan.
2) Setelah itu akan tampil indikator "TX" yang
menandakan Locomotive Radio System (LRS)
56
3)
4)
5)
6)
7)
57
System Console (TDSC). Lalu samakan dengan ID
yang terpasang dan jenis panggilan yang dilakukan.
8) Setelah selesai pembicaraan, komunikasi bisa
diakhiri dengan menekan tombol ALM CANCEL
beberapa saat hingga muncul indikator TX yang
memberi pesan ke TDSC jika IRS ini mengakhiri
panggilan dan diakhiri dengan matinya indikator
STATUS . Selain itu untuk mengakhiri pembicaraan
bisa juga dengan meminta operator Train Dispatch
System Console (TDSC) untuk menutupnya.
b. Panggilan PC (Priority Call)
Untuk melakukan panggilan PC (Priority Call),
tekan tombol berwarna hijau yang bertanda PC
(Priority Call) pada salah satu perangkat Locomotive
Console Operator Unit (ICU). Tunggu beberapa saat,
dan perhatikan beberapa indikator dibawah ini
muncul yang menunjukan sistem bekerja dengan
benar:
1) Indikator 'STATUS' berkedip cepat yang
menandakan sistem sedang melakukan
panggilan.
2) Setelah itu akan tampil indikator 'TX' yang
menandakan Locomotive Radio System (lRS)
sedang mengirim data FFSK ke Train
Dispatch System Console (TDSC).
3) Jika Train Dispatch System Console (TDSC)
menerima data tersebut dan data itu valid
maka Train Dispatch System Console (TDSC)
mengirimkan balik 'acknowledge' ke unit
yang meminta pelayanan tersebut. Pada
Locomotive Console Operator Unit (ICU) bisa
dilihat indikator 'BUSY' akan menyala.
Menunjukan
bahwa
radio
menerima
frekuensi carrier beserta suara atau data
FFSK dari basestation section yang dipilih.
58
4) Jika data yang diterima Locomotive Radio
System
(lRS)
valid
yaitu
berupa
''acknowledge" dari Train Dispatch System
Console (TDSC) untuk unit tersebut maka
indikator 'STATUS' akan berubah berkedip
lebih lambat. Serta pada seven segment
akan tampil waktu saat ini.
5) Tunggu hingga Operator pada Train Dispatch
System Console (TDSC) merespon panggilan,
jika sudah direspon maka Train Dispatch
System
Console
(TDSC)
mengirimkan
perintah kepada locomotive Radio System
(lRS) untuk membuka percakapan yang
ditandai munculnya tone peringatan kepada
masinis bahwa lRS siap untuk berkomunikasi
dengan Dispatch System Console (TDSC)
dan diikuti dengan led "STATUS" akan
menyala. yang membedakan RTS dan PC
yaitu pada tampilan di meja Train Dispatch
System Console(TDSC) jika panggilan RTS
akan tampil di urutan paling bawah
sedangkan panggilan tampildi urutan atas
dibawah panggilan emergency selain itu
nada tone yang berbeda setiap panggilan.
6) Diawal pembicaraan, tanyakan bagaimana
kualitas suara dari Locomotive Radio System
apakah diterima dengan baik pada Train
Dispatch System Console (TDSC) dan
demikian
juga
dengarkan
bagaimana
kualitas suara Train Dispatch System Console
(TDSC) yang diterima pada Locomotive
Radio System (LRS).
7) Selanjutnya tanyakan pula nomor ID
lokomotif dan Jenis panggilan yang tampil di
Train Dispatch System Console (TDSC). Lalu
59
samakan dengan ID yang terpasang dan
jenis panggilan yang dilakukan.
8) Setelah selesai pembicaraan, komunikasi
bisa diakhiri dengan menekan tomboi "ALM
CANCEL" beberapa saat hingga muncul
indikator "TX" yang memberi pesan ke TDSC
jika LRS ini mengakhiri panggilan dan
diakhiri dengan matinya indikator "STATUS".
Selain itu untuk mengakhiri pembicaraan
bisa juga dengan meminta operator Train
Dispatch System Console (TDSC) untuk
menutupnya.
c. Panggilan EMERG (Emergency Call)
Untuk
melakukan
panggilan
EMERG
(Emergency Call), tekan tombol berwarna merah
yang bertanda EMERG (Emergency Call) pada
salah satu perangkat Locomotive Console
Operator Unit (LCU), tombol merah ini terdiri dari
dua buah yang harus ditekan secara bersamaan.
Tunggu beberapa saat, dan perhatikan beberapa
indikator dibawah ini muncul yang menunjukan
sistem bekerja dengan benar:
1) Indikator "STATUS" berkedip cepat yang
menandakan sistem sedang melakukan
panggilan.
2) Setelah itu akan tampil indikator "TX" yang
menandakan Locomotive Radio System (IRS)
sedang mengirim data FFSK ke Train
Dispatch System Console (TDSC).
3) Jika Train Dispatch System Console (TDSC)
menerima data tersebut dan data itu valid
maka Train Dispatch System Console (TDSC)
mengirimkan batik perintah "acknowledge"
dan opf ke unit yang meminta pelayanan
tersebut. Pada Locomotive Console Operator
60
4)
5)
6)
7)
8)
61
indikator
STATUS.
Selain
itu
untuk
mengakhiri pembicaraan bisa juga dengan
meminta operator Train Dispatch System
Console (TDSC) untuk menutupnya.
C. Pengujian/Pemeriksaan Panggilan (Incoming Call)
Ke Arah Lokomotif
Prosedur yang harus dilaksanakan untuk
melakukan pengujian/pemeriksaan fungsi dan
unjuk-kerja panggilan (incoming call) ke arah
lokomotif, adalah sebagai berikut:
1. Minta pada Train Dispatch System Console
(TDSC), untuk melakukan panggilan selective
call ke arah lokomotif dengan ID yang
diinginkan.
Periksa dan yakinkan, apakah ada
tone yang muncul dan indikator
STATUS
berkedip
ketika
Train
Dispatch System Console (TDSC)
memanggil unit tersebut
Setelah itu respon panggilan tersebut
dengan menekan tombol PTT pada
handset dan yakinkan suara yang
dikirim dan diterima apakah dapat
didengar dengan jelas.
2. Minta pada Train Dispatch System Console
(TDSC),
untuk
melakukan
panggilan
"broadcast" ke arah lokomotif.
Periksa dan yakinkan, apakah ada
"tone" yang muncul dan indikator
STATUS
berkedip
ketika
Train
Dispatch System Console (TDSC)
memanggil unit tersebut.
Setelah itu respon panggilan tersebut
dengan menekan tombol PTT pada
handset dan yak infcan suara yang
62
3.
4.
5.
6.
63
7. Gangguan pada Radio Lokomotif
Berbagai macam gangguan pada peralatan
elektronik dapat terjadi. Meskipun peralatan tersebut
sudah canggih pasti terdapat gangguan pada
perangkat. Berikut ini merupakan beberapa gangguan
pada perangkat radio lokomotif:
a. Daya transmit
Proses transmisi sinyal yang dilakukan oleh
Locomotive Radio System untuk berkomunikasi
dengan PK daya sebesar 20 Watt dikeluarkan oleh
perangkat LTU. Toleransi untuk daya transmisi
tersebut adalah 2 Watt. Jika daya transmisi dari
sebuah lokomotif sebesar 18 watt artinya masih
layak digunakan.
Jika daya transmisinya kurang dari 18 watt
atau daya transmisinya tidak ada maka perangkat
LRS tersebut harus diperbaiki atau diganti karena
komunikasi menjadi tidak lancar.
b. IC Amplifier suara
IC Amplifier suara disebut juga IC tone yang
menggunakan IC PCB80C552-4. IC ini berfungsi
sebagai alarm akan melakukan panggilan ke PK
setelah menekan tombol PC atau RTS pada
perangkat LRCU. IC PCB80C552-4 juga berfungsi
sebagai penguat suara pada keluaran speaker
LRCU.
Ketika melakukan panggilan ke PK dan tidak
ada alarm atau suara yang diterima oleh LRS kecil
maka terjadi kerusakan pada IC tone tersebut.
solusi untuk kerusakan ini adalah mengganti IC
yang rusak tersebut dengan yang baik.
c. Unresponse channel
Channel pada LRCU dapat diganti dengan
memutar tombol channel yang tersedia. Setiap
seksi pada daerah operasi memiliki channel yang
64
berbeda. Jadi sangat penting untuk mengganti
channel ketika masuk ke wilayah seksi yang lain.
Kerusakan pada perangkat LRCU ini biasanya terjadi
ketika tidak dapat mengganti channel yang
diinginkan dan komunikasi akan mengalami
gangguan.
Jika kerusakan ini terjadi, maka IC channel
(NMC27C256) yang ada pada LTU harus diganti
dengan IC yang masih baik.
d. Speaker
Speaker adalah komponen penting dalam
komunikasi radio lokomotif. Jika terjadi kerusakan
pada speaker maka tidak ada suara dan alarm dari
komunikasi yang terjalin dengan PK. Speaker ini
terletak pada LRCU.
Jika terjadi kerusakan maka solusinya adalah
masinis berpindah ke LRCU yang lain pada
lokomotif yang sama. Kemudian masinis melapor ke
PK atau stasiun untuk menghubungi pihak resort
agar segera mengganti LRCU yang rusak.
e. Earpeace
Earpiece adalah komponen dari perangkat
LRCU yang memiliki fungsi sebagai microfone juga
self speaker. Kerusakan yang terjadi padakomponen
ini adalah patahnya PTT atau tidak berfungsinya
microfone.
Perbaikan akan dilakukan langsung oleh
petugas jika kerusakannya kecil, jika membutuhkan
pergantian komponen maka LRCU ini akan
dipindahkan dan diganti agar tidak mengganggu
perjalanan kereta api.
f. LTU dan RLCU/Console
Bila dalam perawatan atau di perjalanan di
ketemukan radio lokomotif tidak bisa komunikasi
dengan indikasi sebagai berikut :
65
1. Pada saat melakukan panggilan lampu status
kedip terus
Periksa konektor antena pada LTU
o Pastikan terpasang secara benar dan
rapat
Lakukan pengukuran konektor antenna
o Bila hasil ukur tak terhingga
berarti kabel antenna putus
o Bila hasil ukur menunjukan 0 ohm
berarti short circuit di konektor
antena
o Bila hasil ukur nilai tahanan
antena 1.3 - 5 ohm berarti kondisi
kabel baik
Lakukan change unit LTU
o Dilakukan bila kabel konektor
antenna kondisi baik
2. Channel di console tidak bisa di pindah
Lakukan reset radio dengan cara
mematikan MCB sesaat
Bila tidak bisa di reset berarti ada
kerusakan di LTU
Lakukan change unit LTU
3. Indikasi jam pada 2 console tidak keluar
Lakukan pengukuran tegangan pada
konektor power supply LTU pin A [+] dan
pin B [-] tegangan terukur 72 VDC [Type
LSE dan SIMOCO]
Lakukan pengukuran tegangan pada
konektor console pin A [+] dan pin B [-]
tegangan terukur 12 vdc [type LSE]
Lakukan pengukuran tegangan pada
konektor console pin K [+] dan pin M [-]
tegangan terukur 12 vdc [type SIMOCO]
Bila tegangan tidak keluar berarti fuse
pada modul FFSK putus
66
67