Anda di halaman 1dari 91

STANDAR OPERASIONAL PERAWATAN PENGGERAK WESEL

ELEKTRIK NSE 120 DI UNIT SINTELIS DAOP 4 SEMARANG

Laporan Kerja Praktek


Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya
Program Studi Diploma III Teknik Elektro

Oleh :
Cholis Martanto Aji
40040318060007
Bidang Teknik Elektro

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK ELEKTRO


DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN

Laporan Praktek Kerja Lapangan di PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasi
4Semarang yang telah dilaksanakan mulai tanggal 22 Februari 2021 sampai dengan
2 April 2021, disusun oleh :

Nama Pelaksana Kerja Praktik : Cholis Martanto


Aji
Nomor Induk Mahasiswa : 40040318060007
Program Studi : Teknik Elektro
Fakultas : Sekolah Vokasi
Judul : STANDAR OPERASIONAL
PERAWATAN PENGGERAK WESEL
ELEKTRIK NSE 120 DI UNIT
SINTELIS DAOP 4 SEMARANG
Dosen Pembimbing : Drs. Eko Ariyanto,
M.T
Telah disetujui untuk diseminarkan sebagi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Ahli Madya pada Program Studi Teknik Elektro Departemen Teknologi
Industri Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro pada :
Hari : Rabu
Tanggal : 5 Mei 2021

Mengetahui, Menyetujui,
KUPT Resor Sintelis 4.1 Tegal Pembimbing Lapangan

Purbo Adi W Eko Supriyanto


NIPP. 64534 NIPP. 69338

Menyetujui, Quality
Controller Sintelis 4A
Pekalongan

Eri Susiyanto
NIPP. 43221

ii
HALAMAN PENGESAHAN UNIVERSITAS

Laporan Praktek Kerja Lapangan di PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasi
4Semarang yang telah dilaksanakan mulai tanggal 22 Februari 2021
sampai dengan 2 April 2021, disusun oleh :

Nama Pelaksana Kerja Praktik : Cholis Martanto Aji


Nomor Induk Mahasiswa : 40040318060007
Program Studi : Teknik Elektro
Fakultas : Sekolah Vokasi
Judul : STANDAR OPERASIONAL
PERAWATAN PENGGERAK WESEL
ELEKTRIK NSE 120 DI UNIT
SINTELIS DAOP 4 SEMARANG
Dosen Pembimbing : Drs. Eko Ariyanto, M.T

Telah disetujui untuk diseminarkan sebagi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar
Ahli Madya pada Program Studi Teknik Elektro Departemen Teknologi Industri
Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro pada :
Hari : Senin
Tanggal : 30 Juni 2021

Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Prodi Teknik Elektro Dept. Dosen
Pembimbing
Teknologi Industri SV Undip

Arkhan Subari, ST, M.Kom Drs. Eko Ariyanto, M.T


NIP. 197710012001121002 NIP. 196004051986021001

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Kerja Praktek di PT. Kereta
Api Indonesia Daerah Operasi 4 Semarang dengan judul “STANDAR
OPERASIONAL PERAWATAN PENGGERAK WESEL ELEKTRIK NSE
120 DI UNIT SINTELIS DAOP 4 SEMARANG” dalam rangka memenuhi
tugas semester enam dan sebagai syarat kelulusan pada Jurusan Teknik Elektro
Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro.
Dalam mengerjakan laporan ini tak henti-hentinya penulis bersyukur
kepada Allah SWT dan penulis juga menyampaikan terimakasih kepada pihak-
pihak yang sudah banyak memberi bantuan serta dukungan, diantaranya :
1. Orang tua yang telah memberi dukungan kepada penulis
dalam melaksanakan Kerja Praktek dan menyelesaikan laporan ini.
2. Prof Dr. Ir.Budiyono, M.Si selaku Dekan Sekolah Vokasi Universitas
Diponegoro.
3. Bapak Arkhan Subari, ST, M.Kom, selaku Ketua Jurusan PSD
III Teknik Elektro Departemen Teknologi Industri Sekolah Vokasi
Universitas Diponegoro Semarang.
4. Bapak Drs. Eko Ariyanto, M.T, selaku dosen pembimbing laporan
Kerja Praktek.
5. Bapak Purbo Adi, selaku Kepala Resor Tegal Unit Sintel PT.
Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 4 Semarang yang telah
memberikan waktu, pelajaran, dan tempat untuk melakukan Kerja
Praktek.
6. Bapak Sugiyarta, selaku Kepala Urusan Unit Sintel Resor Tegal PT.
Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 4 Semarang yang telah
memberikan waktu, pelajaran, dan tempat untuk melakukan Kerja
Praktek.
7. Bapak Eko S, selaku Pembimbing Kerja Praktek di PT. Kereta Api
Indonesia Daerah Operasi IV Semarang yang telah menerima dan
KATA PENGANTAR
iv
membimbing penulis dalam melaksanakan Kerja Praktek
serta membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan Kerja Praktek.
8. Bapak Wijtaksono, Mas Edy, Mas Fajar, Mas Didi, Mas Agus
yang bersedia membimbing, memberikan waktu, dan pelajaran yang
berguna untuk pengalaman di dunia kerja kedepannnya.
9. Seluruh pegawai PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 4
Semarang yang telah bersedia menerima penulis dalam melaksanakan
Kerja Praktek.
10. Muhammad Irfan Fakhar Ramadhan, Andrean Doni Kurnianto,
Qanaindica Putri sebagai rekan penulis dalam melaksanakan Kerja
Praktek di PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 4 Semarang.
11. Rekan-rekan seperjuangan di D3 Teknik Elektro angkatan 2018 yang
telah membantu dan menemani dalam penulisan laporan ini.
12. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan
Laporan Praktek Kerja ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar laporan Kerja
Praktek ini menjadi lebih baik. Akhir kata penulis memohon maaf apabila ada
kekeliruan dalam penulisan laporan ini.

Semarang, 6 Mei 2021


Penulis

Cholis Martanto Aji

v
ABSTRAK

Keandalan sistem tenaga listrik menjadi hal yang utama yang perlu
diperhatikan dalam sistem persinyalan kereta api. Dalam kereta api
sendiri,membutuhkan suatu sistem persinyalan yang andal agar terciptanya suatu
perjalanan yang efektif, efien dan aman. Terciptanya perjalan yang efektif dan
efisien perlu dilakukan suatu pembentukan rute antar kereta, guna menghindar
i resiko tabrakan atau kecelakaan antar kereta. Namun masalah yang
muncul adalah ketika dalam pembentukan rute atau perubahan jalur dimana harus
dilakukan secara manual. Hal ini menyebabkan kurang efektifnya suatu sistem
persinyalan dalam kereta api.
Wesel atau rangkaian kontrol pengubah jalur kereta api merupakan salah
satu aplikasi dari rangkaian konvensional dalam bidang tenaga listrik yang
diaplikasikan pada motor listrik untuk mengubah dan menghubungkan jalur kereta
api. Fungsi dari rangkaian ini adalah untuk mengubah dan menghubungkan dua
jalur rel atau lebih dalam pembentukan sebuah rute perjalanan kereta api. Wesel
sendiri akan bekerja ketika mendapatkan kiriman tegangan dari pusat kendali
wesel. Namun dalam wesel diperlukannya perawatan rutin 2 minggu sekali, tujuan
dilakukannya perawatan agar wesel dapat bekerja secara optimal dan tidak adanya
gangguan saat wesel bekerja.
Jadi agar wesel tersebut aman dan siap beroperasi maka memerlukan suatu
perawatan yang rutin, namun dalam perawatan sendiri mempunyai standar
operasional perawatan dan prosedur yang harus dilakukan sebelum dilakukannya
perawatan tersebut. Dengan dilakukannya perawatan secara rutin diharapkan dapat
meminimalisir terjadinya suatu gangguan dengan begitu perjalanan kereta api
dapat berjalan dengan aman dan lancar.

Kata kunci : Keandalan, Wesel, Perawatan Wesel, Standar Operasional.

vi
ABSTRACT

The reliability of the electric power system is the main thing that needs to
be considered in the railroad signaling system. In the train itself, it requires a
reliable signaling system in order to create an effective, efficient and safe journey.
The creation of an effective and efficient route requires the formation of a route
between trains, in order to avoid the risk of a collision or accident between trains.
However, the problem that arises is when the route formation or route changes
must be done manually. This results in ineffective signaling systems in trains.
Wesel or railroad changer control circuit is one of the applications of
conventional circuits in the field of electric power which is applied to electric
motors for converting and connecting railway lines. The function of this circuit is to
change and connect two or more rail lines in the formation of a train travel route.
The point itself will work when it gets a voltage dispatch from the point
control center. However, in a wesel, routine maintenance is required every 2
weeks, the goal is to do maintenance so that wesel can work optimally and there
are no disturbances when the draft is working.
So that wesel to be safe and ready to operate, it requires routine
maintenance, but in the maintenance itself, it has operational standards of care and
procedures that must be carried out before the maintenance is carried out. By
carrying out routine maintenance, it is hoped that it can minimize the occurrence of
a disturbance and the train journey can run safely and smoothly.

Keywords: Reliability, Wesel, Wesel Maintenance, Operational Standards.

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN UNIVERSITAS ................................................... iii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv

ABSTRAK .......................................................................................................... vi

ABSTRACT ....................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi

DAFTAR TABEL.............................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................

xiv

BAB I
PENDAHULUAN.................................................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ............................................................................... 2
1.2.1 Tujuan Kerja Praktek........................................................................... 2
1.2.2 Manfaat Kerja Praktek.......................................................................... 2
1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ............................................................3
1.4 Batasan Permasalahan ...........................................................................4
1.5 Metode Pengumpulan Data....................................................................4
1.6 Sistematika Penulisan Laporan ..............................................................5
BAB II PROFIL PERUSAHAAN ........................................................................7
2.1 PT Kereta Api Indonesia (Persero) ..........................................................7
2.1.1 Sejarah Berdirinya PT Kereta Api Indonesia (Persero).........................7
2.1.2 Ringkasan Sejarah Perkeretaan Indonesia ..........................................10
2.1.3 Wilayah Operasi PT Kereta Api Indonesia (Persero)..........................12
2.1.4 Dasar Hukum berdirinya PT. Kereta Api Indonesia (Persero) ........... 12
2.1.5 Visi, Misi, dan Tujuan PT Kereta Api Indonesia (Persero) ................ 13
2.1.6 Makna Logo PT Kereta Api Indonesia (Persero)............................... 14
2.1.7 Slogan PT Kereta Api Indonesia (Persero) ........................................ 15
2.1.8 Budaya PT Kereta Api Indonesia (Persero)....................................... 15

2.2 PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 4 Semarang


.................18
2.2.1 Profil PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 4
Semarang
..............................................................................................................19
viii
2.2.2 Wilayah Kerja Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 4
Semarang ..................................................................................................1
9
2.2.3 Bidang Usaha PT Kereta Api Indonesia DAOP 4 Semarang
................21
2.2.4 Struktur Organisasi PT Kereta Api Indonesia DAOP 4 Semarang......22
2.2.5 Struktur Organisasi UPT Resor Sintelis 4.1 Tegal, PT Kereta Api
Indonesia DAOP 4 Semarang ........................................................... 25
2.2.6 Tugas Pokok Unit Sinyal Telekomunikasi ........................................ 25
BAB III DASAR TEORI ....................................................................................29
3.1 Wesel. .....................................................................................................29
3.1.1 Komponen wesel ................................................................................ 31
3.1.1.1 Lidah wesel................................................................................ 31
3.1.1.2 Jarum dan sayap ......................................................................... 33
3.1.1.3 Rel lantak................................................................................... 34
3.1.1.4 Rel paksa ................................................................................... 35
3.1.1.5 Penggerak wesel......................................................................... 36
3.1.1.5.1 Penggerak wesel elektrik .................................................... 36
3.1.2 Jenis wesel......................................................................................... 37
3.1.2.1 Wesel Biasa ............................................................................... 38
3.1.2.2 Wesel Inggris .............................................................................38
3.1.2.3 Wesel Dalam Lengkung .............................................................39
3.1.2.4 Wesel Tiga Jalan ........................................................................ 40
3.2 Perawatan Wesel. .................................................................................... 40
3.2.1 Perawatan Wesel Biasa (Non-Teknis) ................................................. 40
3.2.2 Perawatan Wesel Teknis ..................................................................... 41
3.2.2.1 Proses Perawatan Wesel Teknis .................................................41
3.3 Standar Operasional Perawatan ................................................................41
3.2 Identifikasi Masalah. ............................................................................... 42

BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 43


4.1 Tujuan Perawatan .................................................................................... 43
4.2 Persiapan Perawatan ................................................................................43
4.2.1 Alat Kerja dan Alat Pelindung Diri .....................................................43
4.3 Tinjauan Teknis Motor Wesel.................................................................44
4.3.1 Jenis .................................................................................................... 44
4.3.2 Spesifikasi Teknis ................................................................................
45
4.4 Diagram Alur Perawatan ........................................................................ 46
4.5 Tata Cara Perawatan............................................................................... 46
ix
4.6 Parameter Pemeriksaan dan Pengukuran..................................................48
4.6.1 Pengukuran Umum ............................................................................ 48
4.6.2 Kondisi Wesel ................................................................................... 51
4.6.3 Kondisi Sistem Penguncian................................................................ 52
4.7 Item Pemeriksaan dan Pengukuran ....................................................... 56

BAB V ............................................................................................................ 60
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 60
5.2 Saran.................................................................................................. 60
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 62

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Logo PT Kereta Api Indonesia (Persero) ....................................... 14


Gambar 2. 2 Nilai Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero)............................. 16
Gambar 2. 3 Struktur Organisasi PT Kereta Api Indonesia DAOP 4 Semarang ... 22
Gambar 2. 4 Struktur Organisasi UPT Resor Sintel 4. 1 Tegal ............................ 25
Gambar 3. 1 Wesel Keluar ..................................................................................29
Gambar 3. 2 Wesel Masuk..................................................................................30
Gambar 3. 3 Komponen Wesel .......................................................................... 31
Gambar 3. 4 Jarum dan Sayap Wesel .................................................................. 33
Gambar 3. 5 Jenis-Jenis Jarum............................................................................ 34
Gambar 3. 6 Rel Lantak ...................................................................................... 35
Gambar 3. 7 Rel Paksa........................................................................................ 35
Gambar 3. 8 Balok Gelincir dan Batang Penarik Lidah Wesel............................. 36
Gambar 3. 9 Wesel Motor Listrik ....................................................................... 36
Gambar 3. 10 Macam Wesel Biasa ..................................................................... 38
Gambar 3. 11 Macam Wesel Inggris. ................................................................... 39
Gambar 3. 12 Macam Wesel Dalam Lengkung. .................................................. 39
Gambar 3. 13 Macam Wesel Tiga Jalan ............................................................... 40
Gambar 4. 1 Motor Wesel NSE120..................................................................... 44
Gambar 4. 2 Tipe Motor Wesel Terbaru ..............................................................45
Gambar 4. 3 Diagram Alur Perawatan. ................................................................46
Gambar 4. 4 Profil Wesel.................................................................................... 48
Gambar 4. 5 Tipe Motor Wesel........................................................................... 49
Gambar 4. 6 Jenis Penguncian Arrow. ................................................................ 49
Gambar 4. 7 Jenis Penguncian Claw. .................................................................. 49
Gambar 4. 8 Pengukuran Lidah Buka Wesel. ...................................................... 50
Gambar 4. 9 Tes Ganjalan Lidah Wesel. ............................................................. 50
Gambar 4. 10 Panjang Langkah Wesel. ..............................................................51
Gambar 4. 11 Kondisi Lidah Terhadap Plat Landas ........................................... 51
Gambar 4. 12 Pembersihan Komponen Wesel .................................................... 51
Gambar 4. 13 Stang Penggerak Wesel. ...............................................................52
Gambar 4. 14 Stang Deteksi Wesel..................................................................... 52
Gambar 4. 15 Stang Kopel Penggerak dan Deteksi. ............................................ 52

xi
Gambar 4. 16 Mur Baut Pada Stang Penggerak. ................................................. 53
Gambar 4. 17 Pen gapel Pada Wesel................................................................... 53
Gambar 4. 18 Bantalan Motor Wesel .................................................................. 53
Gambar 4. 19 Terminasi Pada Motor Wesel........................................................54
Gambar 4. 20 Kontak Jari Dalam Motor Wesel. ................................................. 54
Gambar 4. 21 Gear Penggerak Stang Wesel. ...................................................... 54
Gambar 4. 22 Kopling Motor Wesel. .................................................................. 55
Gambar 4. 23 Media Engkol Motor Wesel. ......................................................... 55
Gambar 4. 24 Switch Engkol Motor Wesel. ........................................................ 55

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Ringkasan Sejarah Perkeretaan Indonesia ..........................................10


Tabel 2. 2 Wilayah Kerja PT Kereta Api Indonesia (Persero).............................20
Tabel 4. 1 Spesifikasi Elektrik Motor Wesel. ..................................................... 45
Tabel 4. 2 Kondisi Lingkungan. ..........................................................................45
Tabel 4. 3 Item Pemeriksaan dan Pengukuran. ................................................... 56

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Kerja Praktek.................................................... 63


Lampiran 2 Surat Balasan Kerja Praktik............................................................ 64
Lampiran 3 Surat Keterangan Tugas ................................................................. 65
Lampiran 4 Laporan Kegiatan Harian Kerja Praktik .......................................... 66
Lampiran 5 Daftar Hadir Praktek Kerja............................................................. 71
Lampiran 6 Daftar Penilaian Kerja Praktik. ...................................................... 72
Lampiran 7 Foto Kegiatan… .............................................................................73

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sebagai salah satu lembaga pendidikan, Universitas Diponegoro berupaya
untuk mampu menghasilkan sumber daya manusia yang terampil dan
berkompeten dibidangnya. Oleh karena itu sistem pendidikan di Sekolah
Vokasi Universitas Diponegoro menekankan pada keterampilan dan
kemampuan mahasiswanya untuk menguasai ilmu dan teknologi agar
mampu diterapkan dalam dunia kerja. Salah satu wujud nyata yang ditempuh
untuk merealisasikan sistem pendidikan tersebut yaitu dengan mewajibkan
seluruh mahasiswanya untuk melaksanakan PKL. Pelaksanaan PKL yang
dilakukan oleh mahasiswa, memberikan banyak manfaat diantaranya dapat
menerapkan konsep penerapan teori yang didapat di perkuliahan dengan
kenyataan di dunia kerja sehingga mampu mempraktikkan keterampilan yang
dimiliki.
Di era sekarang ini teknologi berkembang sangat pesat. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang telah terjadi merupakan bukti nyata bahwa
manusia selalu berjuang untuk mencari solusi praktis dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya yang semakin kompleks. Perkembangan
dunia yang mampu memenuhi hal tersebut kini telah menjadi sebuah
tuntutan bagi kalangan intelektual, khususnya elemen pendidikan tinggi
untuk senantiasa berusaha melahirkan sumber daya manusia yang
berkualitas, kompetitif, dan profesional.
Pada kesempatan kali ini, kami berkesempatan PKL di sintelis 4.1 PT. Kereta
Api Indonesia (Persero) DAOP 4 Semarang. Dimana disini, kami
berkesempatan mempelajari sistem persinyalan kereta api yang salah satunya
adalah wesel beserta perawatannya. Wesel sendiri merupakan suatu
rangkaian sistem persinyalan yang berfungsi sebagai pemindah jalur kereta
api yang erat kaitannya dengan bidang elektronika, Namun agar wesel dapat
bekerja secara optimal dan siap beroperasi maka perlu dilakukannya suatu
perawatan secara berkala. Dan untuk wesel sendiri perlu dilakukanya suatu
perawatan dalam 2
(dua) minggu sekali, dikarenakan wesel merupakan komponen
persinyalan
1
2

yang penting dalam pembentukan rute perjalanan dan sering dilewati


oleh kereta api.

1.2 Tujuan dan Manfaat

1.2.1 Tujuan Kerja Praktek


a. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli
Madya dan menyelesaikan studi pada PSD III Teknik Elektro
Univeristas Diponegoro.
b. Memperoleh gambaran tentang keadaan umum suatu
perusahaan meliputi manajemen, aliran instruksi, pengambilan
keputusan dan pembagian tugas serta hal-hal lain yang
berhubungan dengan organisasi perusahaan.
c. Mahasiswa dapat menerapkan dan bahkan dapat
mengembangkan ilmu yang diperoleh dari pendidikan yang telah
di pelajari di bangku kuliah dengan dunia kerja yang sebenarnya.

1.2.2 Manfaat Kerja Praktek


a. Bagi Mahasiswa
1. Memperoleh pengalaman nyata mengenai dunia kerja dan
iklim kerja di PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 4
Semarang.
2. Memperoleh pengalaman nyata dan lebih
mengetahui bagaimana dunia kerja yang sesungguhnya.
3. Mengetahui bagaimana operasi jaringan listrik dengan
baik dan benar.
4. Mengetahui bagaimana sistem kerja sistem persinyalan
dan sistem telekomunikasi di PT. Kereta Api Indonesia
Daerah Operasi 4 Semarang
5. Dapat melakukan riset dan pengembangan
keterampilan sebagai modal awal memasuki dunia
kerja.
b. Bagi Perguruan Tinggi Universitas Diponegoro
1. Memperoleh gambaran tentang perusahaan sebagai
bahan informasi untuk mengembangkan pendidikan.
2. Menyinkronkan ilmu pengetahuan dari universitas untuk
diterapkan dalam dunia kerja.
3. Merupakan salah satu wujud penerapan dari Sekolah Vokasi
Universitas Diponegoro guna membantu mahasiswa agar
lebih mengenal dunia kelistrikan yang sesungguhnya.
c. Bagi PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasi 4 Semarang
Semarang
1. Merupakan perwujudan nyata perusahaan dalam
mendukung dan memajukan dunia pendidikan.
2. Dapat mendidik generasi muda yang nantinya akan
dapat bekerja di PT Kereta Api Indonesia (Persero).
3. Mengenalkan perusahaan kepada masyarakat
melalui kerjasama antara pihak perusahaan dengan perguruan
tinggi.
4. Membantu program pemerintah dalam
menyiapkan Sumber Daya Manusia yang lebih berkualitas
dan berkompeten.

1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Kerja praktek ini dilaksanakan selama dua bulan, dengan rincian :
Tempat : UPT Resor Sintelis 4.1 Tegal, PT Kereta Api
Indonesia
(Persero) Daerah Operasi 4 Semarang
Alamat : Jl. Semeru, Slerok, Tegal Timur, Tegal, Jawa Tengah 52125
Waktu : 1 Maret 2021 – 2 April 2021
1.4 Batasan Permasalahan
Pada penulisan laporan ini mengkaji tentang salah satu sistem persinyalan
yaitu wesel dan standar operasional perawatan penggerak wesel. Pada
keadaan di lapangan, persinyalan dibutuhkan untuk menyampaikan pesan
dari satu tempat ke tempat lainnya. Pengendalian dalam persinyalan tersebut
pun juga diperlukan untuk meminimalsir kesalahan-kesalahan yang terjadi.
Agar sistem persinyalan penggerak wesel dapat bekerja secara optimal dan
siap beroperasi maka harus dilakukan suatu perawatan secara berkala dengan
standar operasional perawatan yang telah ditentukan.

1.5 Metode Pengumpulan Data


Dalam pembuatan laporan, agar mempermudah penulis dalam memperoleh
data yang diinginkan, maka digunakan metode pengumpulan data yang
diperoleh dengan cara sebagai berikut :
a. Metode Interview
Metode interview merupakan salah satu cara dalam mengumpulkan
data dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada pembimbing
lapangan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 4
Semarang Resor Sintelis 4.1 Tegal.
b. Metode Observasi
Metode observasi adalah salah satu cara pengumpulan data dengan
pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan
diteliti. Untuk itu penulis melakukan pengamatan langsung di tempat
pelaksanaan kerja praktek yang berhubungan dengan laporan kerja
praktek baik peralatan maupun fasilitas yang ada untuk mendukung
praktek kerja
c. Metode Studi Literatur
Metode studi literatur merupakan suatu cara pengumpulan data dengan
mempelajari data, sumber-sumber literatur, atau buku dari berbagai
perpustakaan maupun internet sebagai referensi untuk menyusun
laporan.
d. Metode Bimbingan
Metode Bimbingan, adalah melakukan konsultasi dan bimbingan dalam
mendokumentasikan bidang keilmuan yang diperoleh selama kerja
praktek di lapangan. Bimbingan diberikan oleh para pembimbing baik
pembimbing dari UPT Resor Sintelis 4.1 Tegal, PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) Daerah Operasi 4 Semarang dan juga dosen pembimbing dari
PSD III Teknik Elektro.

1.6 Sistematika Penulisan Laporan


Dalam penulisan laporan kerja praktek menggunakan sistematika untuk
memperjelas pemahaman terhadap materi yang diajakin objek pelaksanaan
Kerja Praktek. Adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, tujuan dan manfaat kerja
praktek, tempat dan waktu pelaksanaan kerja praktek,
batasan permasalahan, metode pengumpulan data, serta
sistematika penulisan laporan.
BAB II : TINJAUAN
PERUSAHAAN
Berisi tentang sejarah terbentuknya PT. Kereta Api
Indonesia (Persero), visi, misi, tujuan, makna lambang,
slogan, budaya perusahaan, dan daerah operasi PT. Kereta
Api Indonesia (Persero). Selain itu juga berisi tentang
profil singkat PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah
Operasi
4 Semarang, wilayah kerja, bidang usaha, dan struktur
kepengurusan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah
Operasi 4 Semarang serta struktur UPT Resor Sintelis 4.1
Tegal.

BAB III : DASAR TEORI


Bab ini membahas mengenai dasar teori yang
berhubungan dengan materi kerja praktek dan
landasan teori mengenai laporan kerja praktek,
meliputi teori dasar wesel, pengertian wesel, bagian
utama wesel dan standar operasional perawatan wesel
elektrik NSE 120.
BAB IV : PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang standar operasional perawatan
penggerak wesel elektrik NSE 120 di unit sintelis DAOP
4
Semarang.
BAB V : PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan yang dapat ditarik dari Kerja
Praktek yang telah dilaksanakan dan saran untuk PT.
Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 4 Semarang
Resor Sintelis 4.1 sebagai tempat Kerja Praktek
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 PT Kereta Api Indonesia (Persero)


2.1.1 Sejarah Berdirinya PT Kereta Api Indonesia
(Persero)
Sejarah perkeretaapian di Indonesia dimulai ketika pencangkulan
pertama jalur kereta api Semarang-Vorstenlanden (Solo-Yogyakarta) di
Desa Kemijen oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda Mr. L.A.J Baron Sloet
van de Beele tanggal 17 Juni 1864. Pembangunan dilaksanakan oleh
perusahaan swasta Naamlooze Venootschap Nederlansch Indische
Spoorweg Maatschappij (NV. NISM) menggunakan lebar sepur 1435 mm.
Sementara itu, pemerintah Hindia Belanda membangun jalur
kereta api negara melalui Staatssporwegen (SS) pada tanggal 8 April 1875.
Rute pertama SS meliputi Surabaya-Pasuruan-Malang. Keberhasilan
NISM dan SS mendorong investor swasta membangun jalur kereta api
seperti :
1. Semarang Joana Stoomtram Maatschappij (SJS),
2. Semarang Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS),
3. Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS),
4. Oost Java Stoomtram Maatschappij (OJS),
5. Pasoeroean Stoomtram Maatschappij (Ps.SM),
6. Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM),
7. Probolinggo Stoomtram Maatschappij (Pb.SM),
8. Modjokerto Stoomtram Maatschappij (MSM),
9. Malang Stoomtram Maatschappij (MS),
10. Madoera Stoomtram Maatschappij (Mad.SM),
11. Deli Spoorweg Maatschappij (DSM).

Selain di Jawa, pembangunan jalur kereta api dilaksanakan di Aceh


(1876), Sumatera Utara (1889), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan
(1914), dan Sulawesi (1922). Sementara itu di Kalimantan, Bali, dan
Lombok hanya dilakukan studi mengenai kemungkinan pemasangan jalan

7
8

rel, belum sampai tahap pembangunan. Sampai akhir tahun 1928, panjang
jalan kereta api dan trem di Indonesia mencapai 7.464 km dengan perincian
rel milik pemerintah sepanjang 4.089 km dan swasta sepanjang 3.375 km.
Pada tahun 1942 Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat
kepada Jepang. Semenjak itu, perkeretaapian Indonesia diambil alih Jepang
dan berubah nama menjadi Rikuyu Sokyuku (Dinas Kereta Api). Selama
penguasaan Jepang, operasional kereta api hanya diutamakan untuk
kepentingan perang.
Salah satu pembangunan di era Jepang adalah lintas Saketi-
Bayah dan Muaro-Pekanbaru untuk pengangkutan hasil tambang batu bara
guna menjalankan mesin-mesin perang mereka. Namun, Jepang juga
melakukan pembongkaran rel sepanjang 473 km yang diangkut ke Burma
untuk pembangunan kereta api disana.
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17
Agustus 1945, beberapa hari kemudian dilakukan pengambilalihan stasiun
dan kantor pusat kereta api yang dikuasai Jepang. Puncaknya adalah
pengambil alihan Kantor Pusat Kereta Api Bandung tanggal 28 September
1945 (kini diperingati sebagai Hari Kereta Api
Indonesia).
Hal ini sekaligus menandai berdirinya Djawatan Kereta Api
Indonesia Republik Indonesia (DKARI). Ketika Belanda kembali
ke Indonesia tahun 1946, Belanda membentuk kembali perkeretaapian di
Indonesia bernama Staatssporwegen/Verenigde Spoorwegbedrif (SS/VS),
gabungan SS dan seluruh perusahaan kereta api swasta (kecuali DSM).
Berdasarkan perjanjian damai Konfrensi Meja Bundar (KMB)
Desember 1949, dilaksanakan pengambilalihan aset-aset milik pemerintah
Hindia Belanda. Pengalihan dalam bentuk penggabungan antara DKARI dan
SS/VS menjadi Djawatan Kereta Api (DKA) tahun 1950. Pada tanggal 25
Mei DKA berganti menjadi Perusahaan Negara Kereta Api
(PNKA).
Pada tahun tersebut mulai diperkenalkan juga lambang Wahana
Daya Pertiwi yang mencerminkan transformasi Perkeretaapian Indonesia
sebagai sarana transportasi andalan guna mewujudkan kesejahteraan bangsa
tanah air. Selanjutnya pemerintah mengubah struktur PNKA menjadi
Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) tahun 1971.
Babak baru pengelolaan PT Kereta Api Indonesia (Persero) dimulai
ketika PJKA diubah menjadi Perusahaan Umum Kereta Api Indonesia
(Perumka) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 1990. Dengan
status barunya sebagai perusahaan umum, Perumka berupaya untuk
mendapatkan laba dari jasa yang disediakannya.
Untuk jasa layanan penumpang, Perumka menawarkan tiga kelas
layanan, yaitu kelas eksekutif, bisnis, dan ekonomi. Pada tanggal 31
Juli
1995 Perumka meluncurkan layanan kereta api penumpang kelas eksekutif
dangan merek Kereta Api Argo Bromo JS-950. Merek ini kemudian
dikembangkan menjadi Kereta Api (KA) Argo Anggrek dan dioperasikan
mulai tanggal 24 September 1997.
Pengoperasian KA Argo Bromo Anggrek mengawali pengembangan
KA merek Argo lainnya, seperti KA Argo Lawu, KA Argo Mulia, dan KA
Argo Parahyangan. Untuk mendorong Perumka menjadi perusahaan bisnis
jasa, pada tanggal 3 Februari 1998 pemerintah menetapkan pengalihan
bentuk Perusahaan Umum (Perum) Kereta Api menjadi Perusahaan
Perseroan (Persero) berdasarkan Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 1998.
Dengan status barunya, PT Kereta Api Indonesia (Persero)
beroperasi sebagai lembaga bisnis yang berorientasi laba. Untuk tetap
menjalankan sebagai misinya sebagai organisasi pelayanan publik,
pemerintah menyediakan dana Public Service Organization (PSO).
Saat ini, PT Kereta Api Indonesia (Persero) memiliki tujuh
anak perusahaan/grup usaha yakni :
1. PT Reska Multi Usaha (2003)
2. PT Railink (2006)
3. PT Kereta Commuter Indonesia (2008)
4. PT Kereta Api Pariwisata (2009)
5. PT Kereta Api Logistik (2009)
6. PT Kereta Api Properti Manajemen (2009)
7. PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (2015)

2.1.2 Ringkasan Sejarah Perkeretaan Indonesia

Tabel 2.1 Ringkasan Sejarah Perkeretaan Indonesia

Periode Perusahaan Dasar Hukum


1864 – 1864 Nederlansch Indische Spoorweg -
Maatschappij (NISM)
1864 – 1864 Staatssporwegen (SS) -
1864 – 1864 Semarang Joana Stoomtram -
Maatschappij (SJS)
1864 – 1864 Semarang Cheribon Stoomtram -
Maatschappij (SCS)
1864 – 1864 Madoera Stoomtram Maatschappij -
(Mad.SM)
1864 – 1864 Malang Stoomtram Maatschappij -
(MS)
1864 – 1864 Modjokerto Stoomtram -
Maatschappij (MSM)
1864 – 1864 Modjokerto Stoomtram -
Maatschappij (MSM)
1864 - 1864 Probolinggo Stoomtram -
Maatschappij (Pb.SM)
1864 - 1864 Kediri Stoomtram Maatschappij -
(KSM)
1864 - 1864 Pasoeroean Stoomtram -
Maatschappij (Ps.SM)
1864 - 1864 Oost Java Stoomtram -
Maatschappij (OJS)
1864 - 1864 Serajoedal Stoomtram -
Maatschappij (SDS)
1864 - 1942 Deli Spoorweg Maatschappij -
(DSM)
1942 - 1945 Rikuyu Sokyoku (Dinas Kereta -
Api)
1945 - 1950 Djawatan Kereta Api Republik Maklumat Kementerian
Indonesia (DKARI) Perhubungan No. 1/KA
Tahun 1946
1950 - 1963 Djawatan Kereta Api (DKA) Keputusan Menteri
Perhubungan Tenaga dan
Pekerjaan Umum RI No.
2 Tahun 1950

1963 - 1971 Perusahaan Nasional Kereta Api Peraturan Pemerintah RI


(PNKA) No. 22 Tahun 1963
1971 - 1991 Perusahaan Jawatan Kereta Api Peraturan Pemerintah RI
(PJKA) No. 61 Tahun 1971
1991 - 1998 Perusahaan Umum Kereta Api Peraturan Pemerintah RI
(PERUMKA) No. 57 Tahun 1990
1998 - PT Kereta Api Indonesia (Persero) Peraturan Pemerintah RI
sekarang No. 19 Tahun 1998
2.1.3 Wilayah Operasi PT Kereta Api Indonesia (Persero)
Wilayah operasi Peseroan mencakup pulau Sumatera dan Jawa-Bali.
Wilayah kerja di pulau Jawa dibagi berdasarkan Daerah Operasi (DAOP),
sedangkan wilayah kerja di Sumatera dibagi berdasarkan divisi
Regional (DIVRE), yaitu :
1. Divisi Regional (DIVRE) 1 Medan (Sumatera Utara) Balai Yasa
Pulubrayan.
2. Divisi Regional (DIVRE) 2 Padang (Sumatera Barat)
3. Divisi Regional (DIVRE) 3 Palembang (Sumatera Selatan) Balai
Yasa Lahat.

Sedangkan di Pulau Jawa, Perseroan memiliki sembilan daerah operasi


(DAOP), yaitu:
1. Daerah Operasi (DAOP) 1 Jakarta
2. Daerah Operasi (DAOP) 2 Bandung
3. Daerah Operasi (DAOP) 3 Cirebon
4. Daerah Operasi (DAOP) 4 Semarang
5. Daerah Operasi (DAOP) 5 Purwokerto
6. Daerah Operasi (DAOP) 6 Yogyakarta
7. Daerah Operasi (DAOP) 7 Madiun
8. Daerah Operasi (DAOP) 8 Surabaya
9. Daerah Operasi (DAOP) 9 Jember

2.1.4 Dasar Hukum berdirinya PT. Kereta Api Indonesia (Persero)


Dasar hukum berdirinya PT Kereta Api Indonesia (Persero) adalah:
1. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 52 Tahun
2000 tentang Jalur Kereta Api.
2. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 53 Tahun
2000 tentang Perpotongan dan Persinggungan Antara Jalur
Kereta Api dengan Bangunan Lain.
3. Keputusan Menteri Perhubungan dan Telekomunikasi Nomor
KM 82 Tahun 2000 tentang Penelitian Penyebab Kecelakaan
Kereta Api.
4. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 8 Tahun 2001
tentang Angkutan Kereta Api.
5. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 22 Tahun
2003 tentang Pengoprasian Kereta Api.
6. Keputusan Menteri Perhubungan dan Telekomunikasi Nomor
KM 81 Tahun 2000 tentang Sarana Kereta Api.
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun
1998 tentang Prasarana dan Sarana Kereta Api.
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun
1998 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api.
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1992
tentang Perkereta Apian.

2.1.5 Visi, Misi, dan Tujuan PT Kereta Api Indonesia


(Persero)
1. Visi PT Kereta Api Indonesia (Persero)

Menjadi solusi ekosistem transportasi terbaik untuk


Indonesia.
2. Misi PT Kereta Api Indonesia (Persero)

a. Untuk menyediakan sistem transportasi yang aman,


efisien, berbasis digital, dan berkembang pesat untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan.
b. Untuk mengembangkan solusi transportasi massal yang
terintegrasi melalui investasi dalam sumber daya manusia,
infrastruktur, dan teknologi.
c. Untuk memajukan pembangunan nasional melalui
kemitraan dengan para pemangku kepentingan, termasuk
memprakarsai dan melaksanakan pengembangan
infrastruktur-infrastruktur penting terkait transportasi.
3. Tujuan PT Kereta Api Indonesia (Persero)
Tujuan perushaan adalah untuk turut serta meaksanakan dan
menunjang kebijaksanaan dan program pemerintahan di bidang
ekonomi dan pembangunan nasional khususnya dibidang
transportasi, dengan menyediakan barang dan jasa bermutu tinggi
dan berdaya saing kuat di pasar dalam negri ataupun
internasional di bidang perkeretaapian yang meliputi usaha
pengangkutan orang dan barang dengan kereta api, kegiatan
perawatan prasarana perkeretapian, pengusaha prasarana
perkeretaapian, pengusaha usaha penunjang prasarana dan sarana
Kereta Api dan kemanfaatan umum dengan menetapkan prinsip-
prinsip perseroan terbatas.

2.1.6 Makna Logo PT Kereta Api Indonesia (Persero)


Perubahan identitas perusahaan merupakan upaya PT. Kereta
Api Indonesia (Persero) untuk mengembangkan citra perusahaan
kearah yang lebih baik. Selain itu potret pelayanan dalam
sejarah panjang perekeratapian Indonesia menjadi tonggak semangat
untuk melakukan perubahan dan percepatan transformasi menuju
pelayanan prima.
Logo baru ini terinspirasi dari bentuk rel kereta yang
digambarkan dengan garis menyambung ke atas pada huruf “A”.
Logo tersebut menyimpan pesan bahwa PT. KAI diharapkan terus
maju dan menjadi solusi ekosistem transportasi terbaik yang
terintegrasi, terpercaya, bersinergi, dan kelak dapat menghubungkan
Indonesia dari Sabang sampai Merauke. PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) mempunyai lambang perusahaan yang dapat dilihat
dibawah ini.

Gambar 2.1 Logo PT Kereta Api Indonesia (Persero)


Bentuk

 Huruf “A” menggunakan warna oranye serta italic, yang


menggambarkan karakter perusahaan, yakni progresif, berpikiran
terbuka, dan tepercaya.
 Huruf “K” dan “I” memakai warna biru tua, yang menunjukkan
stabilitas, profesionalisme, amanah, dan kepercayaan diri.

Warna

• Warna oranye pada huruf “A” juga digunakan untuk menunjukkan


antusiasme, kreativitas, tekad, kesuksesan, dan kebahagiaan
• Warna biru tua pada huruf “K” dan “I” menunjukkan stabilitas,
profesionalisme, amanah, dan kepercayaan diri.
• Perbedaan warna huruf mencerminkan hubungan yang harmonis
dan kompeten antara PT.KAI dengan seluruh pemangku
kepentingan.

2.1.7 Slogan PT Kereta Api Indonesia (Persero)


Adapun slogan dari PT Kereta Api Indonesia (Persero)
itu sendiri adalah :
“ Anda adalah Prioritas Kami”.

2.1.8 Budaya PT Kereta Api Indonesia (Persero)


Budaya perusahaan merupakan pola sikap, keyakinan asumsi
dan harapan yang dimiliki bersama dan dipegang secara mendalam
untuk membentuk cara bagaimana karyawan/karyawati bertindak
dan berinteraksi agar sasaran perusahaan tercapai.
E na m nilai utama budaya PT Kereta Api Indo nesia
(Persero), yakni sebagai ber ikut:

Gambar 2.2 Nilai Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero)

1. Amanah

Kami insan PT Kereta Api Indonesia (Persero)


memegang teguh atas kepercayaan yang telah diberikan serta
melakukan yang terbaik dalam memberikan pelayanan beserta
kontribusi .
Panduan Perilaku :
1. Memenuhi janji dan komitmen.
2. Bertanggung jawab atas tugas, keputusan dan
tindakan yang dilakukan.
3. Berpegang teguh kepada nilai moral dan etika.

2. Kompeten

Kami insan PT Kereta Api Indonesia (Persero)


memiliki ke mampuan dan penguasaan dalam bidang
pengetahuan yang terkait dengan pekerjaan, mampu
menguasai untuk menggunakan, mengembangkan,
membagikan pengetahuan yang terkait dengan pekerjaan
kepada orang lain.
Panduan Perilaku :
1. Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab
tantangan yang selalu berubah.
2. Membantu orang lain belajar.
3. Menyelesaikan tugas dengan kualitas terbaik.
17

3. Harmonis

Kami insan PT Kereta Api Indonesia (Persero)


memiliki sifat saling peduli dan saling menghargai perbedaan
antara satu dengan yang lain.
Panduan Perilaku :
1. Menghargai setiap orang apapun latar belakangnya.
2. Suka menolong orang lain.
3. Membangun lingkungan kerja yang kondusif.

4. Loyal

Kami insan PT Kereta Api Indonesia (Persero)


berdedikasi dan selalu mement ingkan kepetingan bangsa
dan negara dengan bersedia member ikan
seluruh kemampuan, keterampilan, pikiran dan waktu.
Panduan Perilaku :
1. Menjaga nama baik sesama karyawan, pimpinan,
BUMN, dan Negara.
2. Rela berkorban untuk mencapai tujuan yang lebih besar.
3. Patuh kepada pimpinan sepanjang tidak
bertentangan dengan hukum dan etika.
5. Adaptif

Kami insan PT Kereta Api Indonesia (Persero) akan terus


berinovasi dan antusias dalam menggerakkan atau mengadapi
suatu perubahan yang akan dating.
Panduan Perilaku :
1. Cepat menyesuiakan diri untuk menjadi lebih baik.
2. Terus menerus melakukan perbaikan
mengikuti perkembangan teknologi.
3. Bertindak positif.
6. Kolaboratif

Kami insan PT Kereta Api Indonesia (Persero) akan terus


membangun kerjasama yang sinergis dalam segala aspek.
Panduan Perilaku :
1. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk
berkontribusi.
2. Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan
nilai tambah.
3. Menggerakan pemanfaat berbagai sumber daya
tujuan bersama.

2.2 PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 4 Semarang


PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 4 Semarang adalah
salah satu daerah operasi perkeretaapian Indonesia di bawah lingkungan
PT. Kereta Api Indonesia (Persero) yang berada dibawah Direksi PT.
Kereta Api Indonesia (Persero) dipimpin oleh Kepala Daerah Operasi
(KaDaop) yang bertanggung jawab kepada Direksi PT. Kereta Api
Indonesia (Persero).
Daerah Operasi 4 Semarang memiliki 5 stasiun besar di
antaranya adalah Stasiun Semarang Tawang, Stasiun Semarang
Poncol, Stasiun Tegal, Stasiun Pekalongan, dan Stasiun Cepu. Dan
stasiun api kelas menengah diantaranya adalah Stasiun Kedungjati,
Stasiun Gambringan, Stasiun Weleri, Stasiun Comal, dan Stasiun
Pemalang. Dipo lokomotif berada tidak jauh dari stasiun Semarang
Tawang.
PT. Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 4 Semarang memiliki
struktur lini dan staff yang dipimpin oleh seorang kepala DAOP 4 yang
bertanggung jawab tentang pelaksanaan tugas yang dibebankan oleh
pemerintah melalui kepala wilayah usaha KA di Jawa Tengah.
2.2.1 Profil PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 4
Semarang
Nama : PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah
Operasi 4 Semarang
Alamat : Jl. MH Thamrin No.3, Sekayu, Kec. Semarang
Tengah, Kota Semarang, Jawa Tengah
50134
Telepon : (024) 3544606
Bisnis Inti : Penyedia jasa perkeretaan Indonesia
Wilayah Usaha : PT Kereta Api Daerah Operasi IV Semarang
memiliki 5 stasiun besar di antaranya adalah
Stasiun Semarang Tawang, Stasiun Semarang
Poncol, Stasiun Tegal, Stasiun Pekalongan, dan
Stasiun Cepu.
Dan stasiun kereta api kelas menengah
diantaranya adalah Stasiun Kedungjati, Stasiun
Gambringan, Stasiun Weleri, Stasiun Comal,
dan Stasiun Pemalang.

2.2.2 Wilayah Kerja Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi


4
Semarang
Adapun wilayah kerja PT. Kereta Api Indonesia Daop IV
Semarang terdiri dari 45 stasiun yang dibagi menjadi tiga wilayah 16
stasiun untuk wilayah barat, 12 stasiun untuk wilayah tengah dan 17
stasiun untuk wilayah timur.
Tabel 2.2 Wilayah Kerja PT Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 4 Semarang

Wilayah Barat Wilayah Tengah Wilayah Timur

1. Tegal 1. Mangkang 1. Tegowanu

2. Larangan 2. Jerakah 2. Gubug

3. Surodadi 3. Sm Poncol 3. Karangjati

4. Pemalang 4. Sm Tawang 4. Sedadi

5. Petarukan 5. Alastua 5. Ngrombo

6. Comal 6. Brumbung 6. Gambringan

7. Sragi 7. Tanggung 7. Jambon

8. Pekalongan 8. Kedungjati 8. Panunggalan

9. Batang 9. Padas 9. Kradenan

10. Ujungnegoro 10. Telawa 10. Sulur

11. Kuripan 11. Karangsono 11. Doplang

12. Plabuan 12. Gundih 12. Randublatung

13. Krengseng 13. Wadu

14. Weleri 14. Kapuan

15. Kalibodri 15. Cepu

16. Kaliwungu 16. Tobo

17. Kalitidu
2.2.3 Bidang Usaha PT Kereta Api Indonesia DAOP 4
Semarang
PT Kereta Api Indonesia (Persero) adalah Badan Usaha Milik
Negara yang menyediakan, mengatur, dan mengurus jasa angkutan
kereta api di Indonesia, baik jasa angkutan barang maupun jasa
angkutan penumpang yang tujuannya memperlancar transportasi
manusia ataupun barang.
Secara umum, bidang usaha PT Kereta Api Indonesia (Persero)
Daerah Operasi 4 Semarang dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Melaksanakan pembinaan teknis dan pengendalian oleh
berbagai kalangan.
b. Melaksanakan program pemeliharaan jalan kereta api,
sepur simpang dan sarana pendukung lainnya.
c. Melakasanakan program pemasaran angkutan penumpang
dan barang.
d. Memanfaaatkan fasilitas yang ada di daerah operasi
untuk kepentingan perusahaan.

Saat ini PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 4


Semarang mengoperasikan banyak armada kereta api
regular untuk melayani penumpang dan barang yang berasal
dari Semarang dan sekitarnya. Kereta api tersebut adalah :
1. Kereta Api Penumpang
a. Kereta api kelas eksekutif
- Argo sindoro
- Argo Muria tujuan Jakarta
b. Kereta api kelas ekonomi
- Menoreh dan Tawang Jaya tujuan Jakarta
- Ambarawa Ekspres tujuan Surabaya
- Kaligung tujuan Tegal
- Kamandaka tujuan Purwokerto
- Blora Jaya tujuan Cepu
- Kedung Sepur tujuan Purwodadi.
c. Kereta api wisata
- Kereta Api Wisata Ambarawa – Tuntang

2. Kereta Api Barang


a. KA Pasir Kwarsa
b. KA Pupuk-Peti Kemas
c. KA BBM
d. KA Pupuk

2.2.4 Struktur Organisasi PT Kereta Api Indonesia DAOP 4 Semarang

Gambar 2.3 Struktur Organisasi PT Kereta Api Indonesia DAOP 4


Semarang

Struktur organisasi PT Kereta Api Indonesia DAOP 4 Semarang


dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
1. EVP DAOP 4 Semarang dan Deputy VP
2. Junior Manager Humasda
3. Junior Manager Hukum
4. Manager SDM & Umum :
a. Asisten Manager SDM
b. Asisten Manager Hiperkes & Lingkungan
c. Asisten Manager Perawatan Bangunan
Dinas
5. Manager Keuangan
a. Asisten Manager Anggaran
b. Asisten Manager Keuangan
c. Asisten Manager Akuntansi
d. Asisten Manager Pajak
e. Asisten Manager Penagihan
6. Manager Pelelangan :
a. Sekretaris
b. Anggota
7. Manager Sarana :
a. Asisten Manager Program Anggaran Perawatan
Sarana b. Asisten Manager Perawatan Lokomotif &
KRD
c. Asisten Manager Perawatan Kereta dan Gerbong
d. Junior Manager Inspektor
e. UPT
8. Manager Jalan dan Jembatan
a. Asisten Manager Program Anggaran PerawatnJalan Rel
dan
Jembatan
b. Asisten Manager Konstruksi Jalan Rel dan
Jembatan
c. Asisten Manager Fasilitas Sarana Pemeliharaan Jalan dan
Evaluasi d. Junior Manager Inspector
e. UPT
9. Manager Sintelis
a. Asisten Manager Program Anggaran Perawatan
Sintelis b. Asisten Manager Perawatan Sinyal
c. Asisten Manager Perawatan Telekomunikasi dan
Listrik
d. Junior Manger Inspector
e. UPT
10. Manager Operasi :
a. Asisten Manager Perkap
b. Asisten Manager Pelayanan
c. Asisten Manager Kantmib
d. Asisten Manager Operasi Sarana
e. Junior Manager Pusdalopka
f. Senior Supervisor Rencana Eva dan TU
g. Senior Supervisor Dal. Opka
h. Senior Supervisor Operator Radio
i. Senior Supervisor Dal. Sarana
j. Junior Manager Inspector
k. UPT 12. UPT & CTC
11. Manager Komersial :
a. Asisten Manager Pemasaran Angkutan Penumpang
b. Asisten Pemasaran Angkutan Barang
c. Asisten Pengusahaan Aset
d. Asisten Manager Customer Care
e. Asisten Manger Sistem Informasi
2.2.5 Struktur Organisasi UPT Resor Sintel 4.1 Tegal, PT Kereta Api
Indonesia DAOP 4 Semarang

KUPT RESOR SINTEL 4.1


TEGAL

Kepala Urusan Kepala Urusan


Perawatan Perawatan
Preventif Perbaikan

PNC PNC PNC PNC


(Petugas Negatif Cek) (Petugas Negatif Cek) (Petugas Negatif Cek) (Petugas Negatif Cek)

PNC PNC
(Petugas Negatif Cek) (Petugas Negatif Cek)

Gambar 2.4 Struktur Organisasi UPT RESOR SINTELIS 4.1 TEGAL

2.2.6 Tugas Pokok Unit Sinyal Telekomunikasi

a. Perawatan wesel elektrik dan e-lock


Perawatan wesel elektrik dilakukan di 4 stasiun yang berada dibawah
naungan resor sintel 4.1 tegal. Stasiun yang dimaksud antara lain
stasiun tegal, stasiun larangan, stasiun surodadi, dan stasiun pemalang.
Untuk perawatan wesel dilakukan dalam 2 kali dalam 1 (satu) bulan.
Perawatannya sendiri dilaksanakan untuk menjamin peralatan
dalam keadaan laik. Perawatan dilaksanakan dalam rangka
pendiagnosaan awal kondisi wesel elektrik. Terdiri dari pemeriksaan
kondisi komponen, pembersihan daerah sekitar wesel, pemeriksaan
perkabelan, serta terminasi.
b. Perawatan perangkat peraga persinyalan
Dalam perawatan perangkat peraga persinyalan dilakukan dalam 1
(satu) kali dalam sebulan, untuk cakupan wilayah perawatan sama
seperti perawatan wesel yakni pada 4 stasiun yang berbeda. Perawatan
ini sendiri merupakan kegiatan pemeriksaan mengenai parameter
tertentu dalam rangka pendiagnosaan kelainan atau kondisi sub
standar peraga persinyalan elektrik setelah beroperasi selama 1 (satu)
bulan serta untuk memastikan kondisi operasional dari peraga
persinyalan elektrik dalam keadaan normal.
c. Perawatan perangkat axle counter
Perawatan perangkat axle counter dilaksanakan melalui kegiatan
pemeriksaan kondisi fisik perangkat indoor dan outdoor, serta daerah
sekitar peralatan, juga untuk mendapatkan data pengukuran parameter
tertentu dalam rangka pendiagnosaan awal setelah peralatan beroperasi
selama 1 (satu) bulan.
d. Perawatan perangkat track circuit (TC)
Perawatan perangkat track circuit (TC) dilaksanakan melalui kegiatan
pemeriksaan kondisi fisik peralatan, serta untuk mendapatkan data
pengukuran parameter tertentu dalam rangka pendiagnosaan awal
setelah peralatan beroperasi selam 1 (satu) bulan. Hal ini dilaksankan
agar peralatan dalam keadaan laik.

e. Perawatan peralatan dalam persinyalan elektrik (PDSE)


Perawatan perlatan dalam persinyalan elektrik ini merupakan kegiatan
pemeriksaan mengenai parameter tertentu dalam rangka
pendiagnosaan kelainan dan kondisi sub standar peralatan dalam
persinyalan elektrik setelah beroperasi selama 1 (satu) bulan serta
untuk memastikan kondisi operasional dari persinyalan elektrik dalam
keadaan normal
f. Perawatan Genset (Generator Set) dan Catu Daya
Genset merupakan mesin penggerak yang berfungsi untuk
menghasilkan tegangan listrik yang nantinya digunakan untuk
suplai aliran listrik, ketika aliran listrik dari PLN (Perusahaan Listrik
Negara) padam. Fungsi genset pada equipment room ( E R ) itu sendiri
ialah sebagai backupservice sistem persinyalan. Oleh karena fungsi
genset yang vital tersebut, perawatan genset di stasiun dilakukan secara
bulanan dan berkala. Pengecekan harian terdiri dari pemeliharaan
pelumas, air radiator, air ACCU, HSD, dan kekencangan baut Accu.
Sedangkan pemeliharaan berkala dinilai dari pelumas, filter pelumas,
filter HSD, filter udara, radiator, vanbelt, dan kekencangan baut
nozzle. Setelah pengecekan semua item dan dalam kondisi baik, maka
langkah perawatan selanjutnya adalah percobaan pengoperasian
genset tanpa beban listrik. Setelah dioperasikan, jika terdapat bunyi
asing maka dilakukan pemeriksaan mendetail mengenai penyebab
bunyi, hingga bunyi tersebut hilang. Kemudian dilakukan pengecekan
pipa injector, fungsinya adalah memastikan pipa tersebut tidak
bocor agar aliran solar lancar.
e. Perawatan telekomunikasi
Kegiatan perawatan telekomunikasi hanya dilakukan khusus oleh
vendor yang memasang perangkat telekomunikasi dan untuk petugas
sintel sendiri hanya melakukan perawatan dan pengecekan sambungan
kabel ke terminal/port yang ada.
f. Perawatan dan perbaikan palang pintu perlintasan
Perawatan dan perbaikan palang pintu perlintasan juga perlu
diperhatikan, mengingat palang pintu perlintasan juga
merupakan suatu komponen persinyalan dan pendukung agar
perjalan kereta api dapat berjalan dengan lancar. Maka
dari itu perlu dilakukannya suatu perawatan, dimana biasanya
dilakukan dalam
1 (satu) bulan sekali. Untuk perawatannya sendiri meliputi
pengecekan terminasi dan sambungan kabel koneksi,
pembersihan box motor dari debu dan kotoran, pengaturan
beban bandul pada palang perlintasan serta pemberian
pelumasan pada gear motor penggerak palang pintu. Untuk
perbaikannya sendiri berbeda dengan perawatan, karena
perbaikan palang pintu sendiri dilakukan ketika sudah mulai
keropos/patahnya palang pintu, tidak berbunyinya sirene serta
lampu pada palang pintu yang mati. Kalau sudah seperti itu
harus dilakukannya suatu perbaikan agar perangkat dapat bekerja
secara normal.
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Wesel

Wesel adalah konstruksi rel kereta api yang bercabang


(bersimpangan) tempat memindahkan jurusan jalan kereta api. Wesel
sendiri terdiri dari sepasang rel yang ujungnya diruncingkan
sehingga dapat melancarkan perpindahan kereta api dari jalur yang
satu ke jalur yang lain dengan menggeser bagian rel yang runcing.
Asal kata Wesel yaitu dari bahasa Belanda “wissel” yang
mempunyai pengertian merupakan konstruksi rel kereta api yang
bercabang/bersimpangan dan tempat memindahkan jurusan jalan
kereta api. Wesel terdiri dari sepasang rel yang ujungnya diruncingkan
sehingga dapat melancarkan perpindahan kereta api dari jalur yang
satu ke jalur lainnya dengan menggeser bagian rel yang runcing.
Wesel sendiri memiliki fungsi sebagai penggabung rel yang banyak
menjadi satu tujuan (biasa disebut wesel keluar).

Gambar 3.1. Wesel Keluar

ataupun sebaliknya yaitu dari rel yang hanya satu jalur


menjadi bercabang banyak (biasa di sebut wesel masuk).

29
30

Gambar 3.2. Wesel Masuk

Ada beberapa alasan kenapa kereta api harus berpindah jurusan jalan
(spur). :
1. Karena kereta api menuju arah yang berbeda dengan jurusan jalan
lurus dimana kereta tersebut bergerak (berbeda arah dengan
jurusan jalan lurus sehingga harus pindah jurusan jalan sesuai
tujuan).
2. Karena ada kereta api pada jurusan jalan lurus sehingga kereta api
yang baru datang harus di tampung pada jurusan jalan lurus yang
lain.
3. Untuk melakukan kegiatan langsir (langsir adalah semboyan yang
diberikan oleh petugas langsir kepada masinis langsiran
berupa isyarat maju, mundur, berhenti, perlahan-lahan, atau
melewati perlintasan sebidang).
4. Menghindari tabrakan, karena ada kereta yang bersilang.

Wesel yang banyak digunakan sekarang, hanya memiliki dua


bagian yang dapat digerakkan. Kedua bagian yang dapat di gerakkan
tersebut diikat menjadi satu dan posisinya bergeser bersama pada saat
di gerakkan. Kedua bagian tersebut adalah lidah wesel kiri dan lidah
wesel kanan yang di pasang di tengah rel utama dan berfungsi
merubah arah roda.
3.1.1. Komponen Wesel
Komponen wesel merupakan susunan peralatan yang
mendukung agar wesel dapat berfungsi seperti dengan
seharusnya. komponen-komponen yang mendukung tersebut
adalah sebagai berikut :
1 Lidah
2 Jarum beserta sayap
3 Rel lantak
4 Rel paksa
5 Penggerak wesel

Gambar 3.3. Komponen Wesel


Perpotongan antara sumbu-sumbu jalan rel (lurus dan belok)
disebut Titik Pusat Wesel.
3.1.1.1. Lidah
Wesel mempunyai komponen yang dapat bergerak yang
disebut dengan lidah. Lidah mempunyai bagian pangkal disebut
Akar Lidah. Terdapat dua jenis lidah, yaitu :
 Lidah berputar. Pada jenis ini lidah mempunyai engsel di
akar lidahnya.
 Lidah berpegas. Pada jenis ini akar lidah dijepit
sehingga dapat melentur.
Lidah berputar dibuat dari rel tudung, termasuk konstruksi
lama tetapi sekarang sudah tidak dibuat lagi. Konstruksi baru
sekarang memakai lidah berpegas. Kalau pada konstruksi lama

lidahnya berputar terhadap sebuah pusat berupa sebuah baut


pada akar lidahnya, lidah berpegas dijepit kuat-kuat pada akarnya.
Supaya tidak terlalu kaku, kaki rel lidah berpegas di muka
akar dihilangkan. Rel lidah bergeser di atas plat-plat geser. Jadi,
jelas bahwa rel lidah itu hanya dijepit pada akarnya dan tidak
ditambat pada pelat gesernya dan mudah bergerak ke arah
horizontal. Untuk menghindari bergeraknya rel itu jika diinjak
kereta api, dipasang besi-besi penahan diantara rel lidah dan rel
lantak. Besi-besi penahan itu juga menjaga agar rel lidah dalam
keadaan terbuka tidak merapat pada rel lantak, sehingga masih
tetap ada alur cukup lebar untuk berjalannya roda kereta api.
Rel lidah baru menahan tekanan roda jika lebarnya sudah 20
sampai 30 mm. Bagian pertama dari ujungnya belum kuat
menahan beban (karena belum cukup lebar) dan hanya bertugas
sebagai pengantar. Bentuknya dibuat sedemikian rupa, sehingga di
mana saja terdapat pembulatan sesuai dengan bentuk roda.
Selanjutnya, untuk menjaga agat tidak ada renggang antara ujung
lidah dan rel lantak dalam keadaan lidah tetutup, yang dapat
menyebabkan keluarnya roda dari rel, ujung lidah diberi alat
penjamin berupa sebuah cakar.
Kedua rel lidah pada ujungnya dihubungkan sesamanya
dengan sebatang besi. Pada batang penghubung itu, dengan
perantara sebuah baut di tengah-tengah batangnya,
digabungkan dengan batang wesel, yang menghubungkan kedua
rel lidah dengan pembalik weselnya.
Baik pada lidah berputar maupun lidah berpegas, ujung lidah
dapat digeser untuk menempel dan menekan pada rel lantak
sehingga dapat mengarahkan jalannya kereta api, yaitu dari rel
lurus
ke rel lurus atau dari rel lurus ke rel bengkok atau dari rel bengkok
ke rel lurus. Ujung lidah membentuk sudut yang kecil terhadap rel
lantak, disebut Sudut.

3.1.1.2. Jarum dan Sayap


Untuk memberikan kemungkinan roda kereta api berjalan
melalui perpotongan rel-dalam wesel dipasang jarum beserta
sayapnya. Jarum disini terbuat dari besi tuang dan dicetak sesuai
bentuk jarum yang dibutuhkan. Akan tetapi, bisa juga dibuat dari
rel biasa yang dilas agar didapat biaya yang lebih murah. Rel sayap
terletak disebelah jarum, yang berfungsi untuk membantu
jarum mendukung roda dan mengarahkan roda pada posisi yang
tepat sehingga kereta api tetap aman bergerak pada arah yang benar.
Konstruksi selengkapnya ialah satu buah jarum dan dua buah sayap.

Gambar 3.4. Jarum dan Sayap


Sudut lancip jarum (α) yang besarnya sama dengan sudut
yang dibentuk oleh jalur kerea api lurus dan jalur kerea api belok
disebut Sudut Simpang Arah. Sambungan antara jarum dengan
kedua rel dalam atau sisi belakang jarum disebut Akhir Wesel.
Agar roda dapat lewat maka rel di depan ujung jarum harus
terputus. Kemungkinan turunnya roda ke arah bawah pada saat roda
berada di atas terputusnya rel tersebut di cegah oleh sayap. Dengan
adanya sayap ini maka roda saat berada di atas celah tempat
terputusnya rel disangga oleh, baru apabila lebar jarum sudah 30
mm roda akan disangga oleh jarum.
Kemungkinan tertabraknya ujung jarum oleh roda kereta
api diatasi dengan:
 Ujung jarum dibuat lebih rendah 8 mm dibandingkan
dengan permukaan rel.
 Menetapkan jarak antara rel paksa dengan jarum.

Jarum mempunyai beberapa jenis diantaranya adalah sebagai berikut:


a.

b.

c.

Gambar 3.5. Jenis-jenis jarum

Keterangan gambar:
a. Jarum kaku dibaut (bolted rigid frogs). Terbuat dari
potongan-potongan rel yang dibaut.
b. Jarum rel pegas (spring rail frogs).
c. Jarum baja mangan dengan rel (rail bound manganese steel
frogs). Dipakai untuk lintas dengan frekuensi beban yang
berat atau lintas yang frekuensi keretanya tinggi.
3.1.1.3. Rel lantak
Rel lantak adalah rel induk yang tetap, yang berfungsi
sabagai sandaran lidah. Agar wesel dapat mengarahkan kereta api
pada jalan rel yang dikehendaki maka lidah harus menempel dan
menekan rel lantak. Kira-kira 100 cm di depan ujung lidah, rel-rel
lantak disambung dengan penyambung sebagai Awal Wesel.
Apabila lidah wesel yang satu menyambung maka yang lain
memperlihatkan suatu lubang sebagai tempat lewatnya roda.
Gambar 3.6. Rel Lantak
3.1.1.4. Rel
paksa
Rel paksa dipasang berhadapan/berseberangan dengan jarum
(dan sayapnya). Pada saat roda berada di ujung jarum, di atas
terputusnya rel, kemungkinan keluarnya roda ke arah mendatar
dicegah dengan rel paksa. Dengan demikian nama “rel paksa” lebih
mengarah pada kemampuan rel dimaksud untuk memaksa roda
kereta api tidak ke arah mendatar. Karena kegunaan rel paksa yang
seperti tersebut di atas maka letak rel paksa ialah berhadapan
dengan ujung jarum tempat terputusnya rel berada. Selain itu fungsi
rel paksa ini untuk melindungi rel jarum.

Gambar 3.7. Rel Paksa


3.1.1.5. Penggerak wesel
Gerakan menggeser lidah dilakukan dengan menggunakan
batang penarik. Kedua lidah bergerak di atas Plat Gelincir atau
Balok Gelincir yang dipasang secara kuat di atas bantalan-
bantalan wesel.

Gambar 3.8. Balok Gelincir dan batang penarik lidah wesel

Membalik / memindahkan posisi lidah wesel pada umumnya


dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu manual, jarak jauh
dan elektrik. Namun untuk sekarang kebanyakan menggunakan
cara elektrik, dimana memanfaatkan motor DC sebagai
penggeraknya / pendorongnya.

3.1.1.5.1. Penggerak Wesel Elektrik

Gambar 3.9. Wesel Motor Listrik


Menggunakan motor listrik dan dioperasikan dari jarak
jauh dengan memanfaatkan hubungan arus listrik. Alat ini dapat
dikendalikan dari stasiun melalui meja pelayanan kereta api
setempat atau dikendalikan secara terpusat melalui meja
pelayanan kereta api terpusat. Ciri khas dari alat pemindah
wesel model elektrik adalah, terdapat kotak (biasanya
berwarna kuning) yang berada pada bagian samping lidah
wesel dan ada stang wesel semacam batang pipa besi yang
berfungsi sebagai penghubung antara alat tersebut dengan lidah
wesel. Dengan menggunakan sistem elektrik ini tentunya akan
lebih menghemat tenaga dan waktu dalam membalik arah
wesel.
Pada mekanisme pembalikan wesel baik dengan
menggunakan kawat atau motor listrik, sebagai pengganti
pemberat perlu ada pengaman sehingga wesel tetap dalam posisi
sempurna walaupun kawat penarik tersebut putus.
Jika suatu saat terjadi hal-hal yang tidak diharapkan dalam
rangka proses pembalikan wesel model elektrik yang
mengakibatkan pergerakan wesel menjadi berjalan tidak
sempurna, misalnya karena motor listrik terendam banjir atau
yang lainnya (biasanya sering disebut dengan istilah Gangguan
Wesel). Maka petugas resor setempat harus siap turun tangan
langsung ke lokasi dimana wesel yang bermasalah tersebut
berada. Hal ini tentunya akan banyak menyita waktu, karena
motor listrik yang terdapat dalam kotak pemindah wesel harus
diputar secara manual dengan menggunakan engkol. Tidak
sampai disitu saja, engkol yang sudah dimasukkan ke dalam
celah kotak wesel harus diputar sebanyak 30 kali putaran atau
lebih.

3.1.2. Jenis Wesel


Wesel penggerak kereta terdaat beberapa jenis,
adapun jenisnya
adalah sebagai berikut :
 Wesel biasa
 Wesel Inggris
 Wesel dalam lengkung
 Wesel tiga jalan

3.1.2.1. Wesel Biasa


Wesel biasa terdiri atas sepur lurus dan jalur kereta api
belok yang membentuk sudut terhadap jalur kereta api lurus.
Menurut arah belok jalur kereta api, terdapat tiga jenis wesel
biasa, yaitu :
1. Wesel Biasa Kiri
2. Wesel Biasa Kanan
3. Wesel Simetris

Gambar 3.10. Macam Wesel Biasa

3.1.2.2. Wesel Inggris


Wesel persilangan ganda atau yang biasa kita disebut
dengan Wesel Inggris, memungkinkan pada dua jalur kereta
api yang berpotongan untuk melakukan perpindahan jalur ke
semua kemungkinan arah. Foto dibawah memperlihatkan
Wesel Inggris. Wesel jenis ini memerlukan biaya
pemeliharaan yang cukup tinggi.
Gambar 3.11. Macam Wesel Inggris

Gambar diatas memperlihatkan alternatif penyusunan


wesel sederhana yang sedemikian rupa dengan fungsi yang
sama seperti pada wesel inggris, tetapi menghindari
penggunaan wesel inggris. Mungkin bisa disebut “Semi
Wesel Inggris”. Dari posisi gambar diambil tampaknya rel
yang terbentuk saat itu hanya dapat dilewati kereta dari rel
yang sebelah kiri, kemudian masuk “Semi Wesel Inggris”
dan langsung berbelok ke kanan (atau sebaliknya). Sehingga
lokomotif di didepannya harus menunggu.
3.1.2.3. Wesel Dalam Lengkung
Wesel dalam lengkung pada dasarnya ialah seperti
wesel biasa, tetapi “jalur kereta api”-nya berbentuk lengkung
(disebut sebagai jalur kereta api lengkung), sehingga dapat
membentuk sebuah wesel dalam lengkung atau jalur kereta
api lengkung dan jalur kereta api belok yang membentuk
sudut terhadap jalur kereta api lengkung. Berdasarkan
pada arah belok jalur kereta api, terdapat dua jenis
wesel dalam lengkung, yaitu :
1. Wesel searah lengkung
2. Wesel berlawanan arah lengkung

Gambar 3.12. Macam Wesel Dalam Lengkung


3.1.2.4. Wesel Tiga Jalan
Wesel Tiga Jalan terdiri atas tiga jalur kereta
api. Berdasarkan arah dan letak jalurnya terdapat empat
jenis wesel tiga jalan, yaitu :
 Wesel tiga jalan searah
 Wesel tiga jalan berlawanan arah
 Wesel tiga jalan searah tergeser
 Wesel tiga jalan berlawanan arah tergeser

Gambar 3.13. Macam Wesel Tiga Jalan

3.2. Perawatan Wesel


Wesel jika hanya digunakan tanpa dirawat, maka semakin lama
akan semakin rusak, oleh karena iu wesel harus dilakukan perawatan
secara berkala.

3.2.1. Perawatan Wesel Biasa (Non Teknis)


Adalah perawatan harian yang dilakukan oleh para pegawai
stasiun terhadap peralatan pengaman (dalam hal ini motor wesel)
yang berada di daerahnya. Perawatan ini meliputi :
a. Membersihkan area di sekitar motor wesel dari sampah-
sampah atau barang-barang lainnya yang dapat menyebabkan
gangguan pada pergerakan lidah wesel.
b. Membersihkan plat landas dari debu dan kotoran lainnya yang
telah bercampur dengan pelumas, dan setelah bersih
dilanjutkan dengan pelumasan lagi.
c. Meyakinkan bahwa drainase di sekitar area wesel berada
dalam kondisi yang baik.
d. Para pegawai SINTEL harus mensosialisasikan jenis
perawatan ini dan melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaannya.

3.2.2. Perawatan Wesel Teknis


Adalah perawatan yang harus dilakukan oleh para
pegawai SINTEL terhadap kondisi fisik dan fungsi dari motor
wesel yang dilakukan sesuai dengan jadwal perawatan yang
telah ditetapkan.
3.2.2.1. Proses Perawatan Wesel Teknis
Seperti dikemukakan diatas perawatan teknis
dilaksanakan berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan.
Jadwal perawatan yang sangat perlu untuk di standarkan
adalah jenis perawatan 2 mingguan (rutin) dan perawatan
tahunan.
1. Perawatan 2 Mingguan

 Perawatan 2 mingguan adalah perawatan rutin yang


dilaksanakan oleh para pegawai SINTEL dengan
pengawasan langsung dari kepala resor terkait.

 Hal-hal yang harus dilakukan serta checklist yang


harus diisi selama proses perawatan dapat dilihat
dalam lampiran.

3.3 Standar Operasional Perawatan


Berdasarkan pada buku pedoman perawatan dan pemeriksaan
persinyalan atau ITCS-MS (Indonesia Train Control System
Maintenance Standard) dimana untuk ruang lingkupnya sendiri
dilaksanakan pada
seluruh wesel elektrik di setiap resor yang bersangkutan, dengan
jenis penggerak elektrik yaitu :
a. Penguncian dalam ( tipe S90, BSG9, dan NSE120
)
b. Penguncian luar ( tipe T84M, M4-ISM-144T )

Terdiri dari kegiatan pemereriksaan dan pengukuran 2 (dua) mingguan


dengan parameter yang telah ditetapkan. Dimana parameter tersebut
dikelommpokkan menjadi :
a. Pengukuran umum
b. Kondisi wesel
c. Kondisi sistem penguncian

3.4 Identifikasi Permasalahan


Proses perawatan 2 mingguan dilakukan sesuai dengan standar
perawatan yang terdapat dalam maintenance manual atau buku ITCS-
MS pedoman perawatan yang ada, hal ini dilatar belakangi:
a. Pegawai perawatan terlibat langsung dalam proses installasi
motor wesel.
b. Alat kerja untuk pelaksanaan perawatan tersedia dengan
baik. c. Suku cadang masih tersedia dengan cukup.
Gangguan yang terjadi umumnya akibat adanya gangguan
pada stang deteksi, namun hal tersebut dapat diatasi dengan
dilakukannya penyetelan terhadap stang deteksi tersebut.
BAB IV
STANDAR OPERASIONAL PERAWATAN PENGGERAK
WESEL ELEKTRIK NSE 120

4.1 Tujuan Perawatan


Kegiatan perawatan 2 (dua) mingguan wesel elektrik
dilaksanakan untuk menjamin peralatan dalam keadaan baik.
Perawatan dilaksanakan dalam rangka pendiagnosaan awal kondisi
wesel elektrik. Terdiri dari pemeriksaan kondisi komponen,
pembersihan daerah sekitar wesel, pemeriksaan perkabelan,
serta terminasi.

4.2 Persiapan Perawatan


Untuk melancarkan dan mendapatkan hasil perawatan yang
optimal, maka proses perawatan setidaknya harus dilaksanakan oleh 2
orang pegawai SINTELIS dengan persiapan antara lain :
4.2.1 Alat Kerja dan Alat Pelindung Diri
a. Alat kerja yang digunakan dalam proses perawatan
penggerak wesel elektrik antara lain:
1) Kunci motor wesel yang akan dipelihara
2) Peralatan untuk mengencangkan dan mengendurkan
Mur, Baud, Semat/split pen, dll, beserta spare partnya.
3) Peralatan untuk mengukur arus dan tegangan (AVO
meter), beserta spare kabel.
4) Sikat
5) Penyedot cairan
6) Pelumas (pelumas cair (oli) dan padat/pasta (grease)).
7) Pelat untuk pengujian kerapatan lidah wesel
8) Peralatan telekomunikasi (HT)
9) Engkol wesel (Hand crank)
b. Alat pelindung diri yang digunakan dalam proses
perawatan penggerak wesel elektrik antara lain:
1) Rompi safety fluorescent
2) Sarung tangan
3) Pluit
4) Sepatu safety

4.3 Tinjauan Teknis Motor Wesel


4.3.1 Jenis
Jenis motor wesel NSE yang digunakan salah satunya
adalah jenis “PM OGA-W120-120-2-2”, dengan
keretangan :
PM = Point Machine

N = Non-Trailable O = Trailable

Z = Heavy Load G = Normal Load

A = Gear Rack B = Cam Disk

L = Left Hand R = Right Hand

120 = Stroke (mm) W = Neutral

120 = Supply Voltage (V)

2 = 2X Operating Connection Bar

2 = 2X Detection Slide

Gambar 4.1. Contoh Motor Wesel NSE120


Gambar 4.2. Motor Wesel Tipe Terbaru
Jenis PM-THGC-120-120-2-2

4.3.2 Spesifikasi Teknis


Tabel 4.1 Spesifikasi Elektrik

SPESIFIKASI ELEKTRIK

Supply Voltage (V DC) 120

Current consumption normal load (A) <5

Current consumption heavy load (A) <6

Insulation Value (M Ohm) 50

Rope swivel PG 16

Rope dimensions 14 – 16 mm

Tabel 4.2 Kondisi Lingkungan

KONDISI LINGKUNGAN YANG DIPERKENANKAN

Operating temperature (0 C) Between –25 and +75

Storage temperature (0 C) Between –30 and +85

Relative humidity Max 95


4.4 Diagram Alur Perawatan
PETUGAS
PETUGAS DATANG
MENGGUNAKAN PETUGAS MENGISI
DI KANTOR TEPAT
PAKAIAN KERJA DAFTAR HADIR
WAKTU
LENGKAP

PETUGAS PULANG PETUGAS


SETELAH MENGISI MENERIMA WO
DAFTAR HADIR DAN SUKU CADANG
DARI KAUR PV

PETUGAS
MENGEMBALIKAN
KARES DAN KAUR
PAKAIAN KERJA
MEMBERIKAN
DENGAN BAIK DAN
BRIEFING
BENAR

PETUGAS MENYERAHKAN
ITCSMobile, SUKU PETUGAS IJIN
CADANG, ALAT KERJA, KS/PPKA SEBELUM
PERAWATAN
DAN CHECKLIST KE KAUR

PETUGAS MENGISI PETUGAS


PETUGAS LAPOR
BUKU PERAWATAN MELAKUKAN
KS/PPKA BAHWA
PERAWATAN
KEGIATAN DENGAN DATA DAN
DENGAN BAIK
SELESAI HASIL PERAWATAN
SESUAI CHEKLIST
DILAKSANAKAN

Gambar 4.3. Diagram Alur Perawatan

4.5 Tata Cara Perawatan


1. PNC melaksanakan kegiatan perawatan 2 (dua) mingguan wesel
elektrik berdasarkan TABLO Bulanan dan Work Order (WO) dari
Kaur Perawatan preventif setempat.
2. Sebelum melakukan perawatan KUPT atau Kaur
memberikan pengarahan yang berhubungan dengan kegiatan
perawatan.
3. Pastikan personil menggunakan Alat Pelindung Diri (APD)
yang sesuai dan lengkap.
4. Kaur perawatan menyiapkan alat kerja dan suku
cadangyang diperlukan untuk pelaksanaan perawatan 2 (dua)
mingguan wesel elektrik.
5. Kaur perawatan preventif melakukan koordinasi dengan KS/PPKA
dan jika diperlukan Kaur Perawatan Preventif membuat nota dinas
berkenaan dengan pelaksanaan perawatan tersebut.
6. Setiba di stasiun bersangkutan, PNC menyerahkan nota dinas
(jika ada), memberikan informasi lisan kepada KS/PPKA, serta
menyerahkan 1 (satu) buah HT untuk koordinasi pelaksanaan
perawatan seperti:
a. Perintah pembalikan arah wesel apabila
diperlukan b. Informasi mengenai perjalanan kereta
api (KA)
c. Petunjuk lain berkenaan dengan keselamatan
7. PNC memberikan informasi pada KS/PPKA sesaat sebelum
perawatan dimulai. Apabila diijinkan oleh KS/PPKA maka perwatan
dapat dimulai.
8. PNC melaksanakan pemeriksaan dan pengukuran serta
memastikan kondisi sekitar wesel elektrik dalam keadaan bersih dari
kotoran/material yang mengganggu.
9. PNC menuangkan hasil pemeriksaan pada form lembar
pemeriksaan dan pemeriksaan berkala wesel elektrik 2 (dua)
mingguan.
10. Apabila ditemukan kondisi peralatan di lar refensi standar, PNC
wajib melakukan perbaikan. Jika perbaikan tidak dapat dilakukan dan
memerlukan rencana tindak lanjut perbaikan maka PNC mencatat
identifikasi masalah pada form Lembar Pemeriksaan.
11. Apabila ditemukan kondisi peralatan yang berpotensi membahayakan
perka, PNC wajib memberitahukan kepada Kaur atau KUPT serta
melakukan perbaikan sesuai dengan manual instruction berdasarkan
petunjuk dari Kaur atau KUPT.
12. Jika pekerjaan perawatan sudah selesai, form lembar pemeriksaan
dan lembar WO disahkan dengan ditanda tangani oleh KS/PPKA dan
PNC mencatat pada buku perawatan stasiun.
13. PNC melaporkan hasil perawatan dan menyerahkan form Lembar
Pemeriksaan dan lembar WO kepada Kaur Perawatan Preventif.
14. Apabila hasil perawatan sudah sesuai dengan WO, KUPT menutup
Wo
(Teco WO) di SAP.
15. Apabila hasil perawatan masih memerlukan tindak lanjut, Kaur
Perawatan Preventif merencanakan tindak lanjut yang
dibutuhkan.
16. Kaur Perawatan Preventif menyampaikan form lembar Pemeriksaan
kepada KUPT ditandatangani dan diberi komentar.

4.6 Parameter Pemeriksaan dan Pengukuran


4.6.1 Pengukuran Umum
a. Profil Wesel

Gambar 4.4. Profil Wesel


b. Tipe Motor Wesel

Gambar 4.5. Type Motor Wesel

c. Jenis Penguncian

Gambar 4.6. Jenis Penguncian Arrow

Gambar 4.7. Jenis Penguncian Claw

d. Lebar Jalur (mm)


e. Jarak lidah buka terhadap rel lantak

Gambar 4.8. Pengukuran Lidah Buka Wesel

f. Tes ganjalan ketika wesel gagal balik

Gambar 4.9. Tes Ganjalan Lidah Wesel

g Panjang penguncian claw/arrow


h. Panjang Langkah

Gambar 4.10. Contoh Panjang Langkah Wesel

4.6.2 Kondisi Wesel


a. Kondisi lidah wesel terhadap plat landas

Gambar 4.11. Kondisi Lidah Terhadap Plat

Landas b. Pelumasan plat landas


c. Kebersihan wesel

Gambar 4.12. Pembersihan Komponen Wesel


4.6.3 Kondisi Sistem Penguncian
a. Tegangan power lurus/belok (V)
b. Tegangan deteksi lurus/belok (V)
c. Arus posisi lurus/belok
d. Kondisi stang penggerak

Gambar 4.13. Stang Penggerak Wesel

e. Kondisi stang deteksi

Gambar 4.14. Stang Deteksi Wesel

f. Kondisi stang kopel

Gambar 4.15. Stang Kopel Penggerak dan Deteksi


g. Kondisi baut, mur, isol

Gambar 4.16. Contoh mur, baut pada stang

penggerak h. Kondisi pen gapel

Gambar 4.17. Pen Gapel pada Wesel

i. Kelengkapan semat belah/lock plate


j. Kondisi bantalan motor wesel

Gambar 4.18. Bantalan Motor Wesel

k. Kedudukan baut penambat motor wesel


l. Terminasi dan perkabelan

Gambar 4.19. Terminasi pada Motor Wesel

m. Kondisi microswitch atau kontak jari

Gambar 4.20. Kontak Jari dalam Motor

Wesel n. Kondisi gear

Gambar 4.21. Gear Penggerak Stang Wesel

o. Kondisi V-belt
p. Kondisi kopling dan kebocoran oli kopling

Gambar 4.22. Kopling Motor Wesel

q. Fungsi pelayanan dengan engkol

Gambar 4.23. Media Engkol Motor Wesel

r. Kondisi pemutus arus

Gambar 4.24. Switch Engkol pada Motor Wesel


4.7 Item Pemeriksaan dan Pengukuran

Tabel 4.3 Item Pemeriksaan dan Pengukuran


No Item Cara Pemeriksaan Referensi Standar
Pemeriksaan
1. Pengukuran a. Catat profil rel sesuai data Sesuai papan
Umun yang terpasang pada papan informasi wesel
informasi wesel
b. Tipe motor wesel Sesuai tipe motor
c. Catat jenis penguncian Claw/Arrow,
wesel elektrik yang Internal
d. terpasang
Lebar Jalur Standar 1067 mm
Ukur lebar jalur di ujung Maksimal 1072
lidah wesel menggunakan rol mm
meteran Minimal 1065 mm
e. Jarak antara ujung lidah 95- 140 mm
terbuka terhadap rel lantak
f. Tes ganjalan ketika wesel Maksimal 3 mm
tidak gagal balik
g. Panjang penguncian claw/arrow Claw = 40-60 mm
Arrow = 45-51 mm
h. Panjang Langkah 110 mm – 180 mm
Tandai titik awal pergerakan
pada stang penggerak,
Tandai titik akhir
pergerakan stang penggerak,
Ukur jarak antara titik awal
dan titik akhir pergerakan
2. Kondisi a. Pastikan kedudukan lidah wesel Lidah rata terhadap
Wesel terhadap plat landas rata dengan plat landas
cara:
Memasukkan plat besi 1 mm
diantara lidah dan plat landas
dan lakukan pada tiap plat
landas, kerenggangan harus
merata
b. Pelumasan plat landas Plat landas
Pastikan plat landas terlumasi secara
terlumasi secara merata merata
c. Kebersihan wesel Wesel bersih dari
Pastikan wesel bersih dari sampah sampah
3. Kondisi a. Tegangan power lurus/belok 110 -140 VDC,
Sistem (V) 220/380 VAC
Penguncian Pastikan tegangan power dengan
multimeter pada saat wesel
bergerak menuju keadaan
lurus/belok
b. Tegangan deteksi lurus/belok 19,2 – 24 VDC
(V)
Pastikan tegangan deteksi
dengan multimeter pada wesel
keadaan lurus maupun belok

c. Arus posisi lurus/belok (A) < 10 A


Pastikan arus motor dengan tang
ampere pada saat wesel bergerak
menuju posisi lurus maupun
belok.
d. Kondisi stang penggerak Tidak retak dan
Pastikan stang penggerak tiada las-lasan pada
tidak boleh ada kerusakan bagian tengan
e. Kodisi stang deteksi Tidak retak dan
Pastikan stang deteksi tidak tiada las-lasan pada
boleh ada kerusakan bagian tengan
f. Kondisi stang kopel Tidak retak dan
Pastikan stang kopel tidak tiada las-lasan pada
boleh ada kerusakan bagian tengan
g. Kondisi baut, mur, isol Lengkap, tidak aus
Pastikan kondisi tampak dan tidak longgar
perlengkapan dan kekencangan
h. Kondisi Pen Gapel Tidak koclak
Pastikan kodisi fisik dan
kelengkapan Pen Gapel
i. Kelengkapan semat belat/lock Lengkap dan
plate mengunci
Pastikan kondisi tampak
dan kelengkapan semat
belah
j. Kondisi bantalan motor wesel Tidak keropos dan
Pastikan kondisi tampak kokoh
bantalan motor wesel, tidak
boleh ada kerusakan
k. Kedudukan baut penambat Tidak ada
motor wesel kelonggaran baut
Pastikan dan kekencangan baut
penambat dengan menggunakan
kunci inggris/pas
l. Terminasi dan perkabelan Bersih, koneksi
Pastikan kondisi koneksi kabel kabel tidak longgar,
ke terdapat label kabel
peralatan, bersihkan debu dan
kotoran pada terminal dengan
kuas, pastikan kondisi
tampak label kabel
m. Kondisi microswitch atau Bersih, tidak aus,
kontak jari baut kencang dan
Pastikan kondisi tampak tidak bad contact
kontak jari, tidak ada
kerusakan.
Pastikan kondisi hubungan setiap
bidang kontak dengan multimeter.
Pastikan kondisi kekencangan
baut koneksi kabel, tidak longgar.

n. Kondisi gear Tidak aus


Pastikan kondisi tampak gear,
tidak boleh ada kerusakan.
Bersihkan gear dari kotoran yang
menempel serta lumasi
permukaan gear dengan grease
o. Kondisi V belt Bersih dan tidak
Pastikan kondisi tampak V ada slip
belt, tidak boleh ada keausan
dan kerusakan
Pastikan kekencangan V belt,
tidak boleh ada slip
p. Kondisi di kopling dan Tidak bising dan
kebocoran oli kopling tidak bocor
Pastikan di kopling dalam
kondisi bagus dan tidak
mengalami kebocoran
q. Fungsi pelayanan dengan engkol Putaran engkol
Pasang engkol pada input manual dapat
motor wesel, putar engkol dilaksanakan
sehingga lidah dapat bergerak dengan ringan
r. Kondisi pemutus arus Tidak dapat
Pasangkan engkol pada input dilayani dari
manual motor, pada saat yang pusat (PPKA)
bersamaan engkol digerakkan dan
wesel dicoba dilayani dari PPKA
Perhatikan bahwa wesel tidak
boleh dapat dilayani oleh PPKA
s. Pelumasan pada motor wesel Merata tidak ada
bagian yang
kering

t. Kebersihan dalam motor Bersih, kering,


Pastikan bagian dalam motor tidak ada material
wesel tidak boleh ada air, kotoran pengganggu
atau material pengganggu lainnya.
u. Wiring diagram Tertempel dengan
jelas
Pastikan kondisi tampak wiring
diagram pada bagian dalam
tutup box motor wesel.
v. Nomor wesel jelas dan bersih Ada, jelas dan
Pastikan kondisi tampak bersih
nomor wesel, bersihkan area
sekitar dan nomor wesel dari
sampah dan material
pengganggu lainnya.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat penulis ambil dari kerja Praktek yang telah
dilaksanakandi PT Kereta Api Indonesia (Persero) DAOP 4 Semarang :
1. Wesel adalah sebuah konstruksi rel yang dapat bergerak dan
memiliki fungsi sebagai penghubung atau pemindah jalur kereta api
antara yang satu dengan yang lain, dimana menggunakan motor DC
sebagai penggeraknya.
2. Prinsip kerja dari Wesel adalah menghubungkan dan memindahkan
jalur kereta api. Dimana ketika motor penggerak wesel diberikan
tegangan maka otomatis kontruksi rel pada wesel akan berubah
dari semula lurus menjadi belok ataupun sebaliknya. Serta stang
deteksi/kabel deteksi akan mengir imkan tegangan yang
memberikan indikator lurus atau belok pada LCP/VDU..
3. Agar terciptanya sistem persinyalan yang optimal, maka
perlu diimbangi dengan perawatan serta pengecekan pada perangkat
persinyalan secara berkala. Dengan dilakukannya perawatan serta
pengecekan sesuai dengan prosedur/standar operasional perawatan,
maka umur pakai dari peralatan akan dicapai sesuai dengan umur
pakai yang telah ditetapkan oleh pihak pabrikan. Dijelskan wesel
merupakan komponen vital di persinyalan, agar perjalanan KA
aman dan lancar

5.2 Saran
Setelah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di PT Kereta Api
Indonesia (Persero) DAOP 4 Semarang, penulis memiliki beberapa saran
yaitu sebagai berikut :
1. Pengecekan dan perawatan alat perlu dilakukan sesuai standar
operasional perawatan (SOP) dimana dilakukan dalam 2
mingguan
s e k a l i agar sistem komponen wesel dapat bekerja secara baik
dan optimal.
2. Untuk memudahkan teknisi dalam melakukan pengecekan,
perbaikan, atau perawatan pada alat perlu adanya arsip
mengenai wiring diagram, prinsip kerja alat, cara mengoperasikan,
dan analisa gangguan atau kerusakan yang pernah terjadi sehingga
bisa dilakukan langkah perbaikan.
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.undip.ac. id/59174/2/06_BAB_II.pdf
http://eprints.undip.ac. id/61365/3/BAB_2.pdf
http://docplayer.info/73285970-Bab-ii-gambaran-umum-pt -kereta-api-
indonesia- persero-daop-4-kota-semarang.ht ml
http://eprints.undip.ac. id/67111/5/BAB_I.pdf
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/106032/permenhub-no-33-tahun-
2011
Anonim. 2017. Pedoman perawatan sintelis 2011 . Bandung: PT Kereta Api
Indonesia (Persero).
Anonim. 2015. Peraturan Dinas 13A Jilid 1, “Ketentuan Umum Persinyalan”,
Bandung: PT Kereta Api Indonesia (Persero)
Anonim. 2016. Prinsip Dasar Persinyalan Kereta Api. Bandung : PT Kereta Api
Indonesia (Persero).
Anonim. 2017. Wesel elektrik. Bandung: PT LEN Industri
(Persero). Anonim. 2017. Wesel tipe NSE-120. Bandung: PT LEN
Industri (Persero)

62
Lampiran 1 Surat Permohonan Magang

64
Lampiran 2 Surat Balasan Kerja Praktik

65
Lampiran 3 Surat Keterangan Tugas

66
LAPORAN KEGIATAN HARIAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Nama : Cholis Martanto Aji
NIM 40040318060007
Tempat KP : UPT RESOR SINTELIS 4.1 TEGAL
Tanggal KP : 22 Februari 2021 s/d 4 April 2021

Lampiran 4 Laporan Kegiatan Harian Kerja Praktik


No. Hari, Tanggal Kegiatan

Minggu ke-1

1. Senin, 1 Maret 2021 Pengenalan dan pemberian materi tentang


peralatan yang ada di Kereta Api.
Pembagian kelompok tentang materi
yang elah diberikan.

2. Selasa, 2 Maret 2021 Melakukan pemeliharan dan perawatan Wesel


Barat di Stasiun Larangan.

3. Rabu, 3 Maret 2021 Melakukan pemeliharan dan perawatan Wesel


Timur di Stasiun Larangan.
Melakukan pemeliharan dan perawatan Jaga
Pos Lintasan (JPL) di Stasiun Larangan.

4. Kamis, 4 Maret 2021 Melakukan pemeliharan dan perawatan


Wesel
Timur dan Wesel Barat di Stasiun Surodadi.
Melakukan pemeliharan dan perawatan Jaga
Pos Lintasan (JPL) di Stasiun Surodadi.

67
5. Jumat, 5 Maret 2021 Melakukan pemeliharan dan perawatan Wesel
Timur di Stasiun Pemalang.
elakukan pemeliharan dan perawatan
peralatan catu daya dan ruang Telkom
di Stasiun Pemalang.

6. Sabtu, 6 Maret 2021 Melakukan pemeliharan dan perawatan Wesel


Timur di Stasiun Tegal.

Minggu ke-2

7. Senin, 8 Maret 2021 Melakukan pemeliharan dan perawatan Sinyal


Timur di Stasiun Pemalang.
Melakukan pemeliharan dan perawatan
AXC Timur di Stasiun Pemalang.

8. Selasa, 9 Maret 2021 Melakukan pemeliharan dan perawatan Sinyal


Barat di Stasiun Surodadi.
Melakukan pemeliharan dan perawatan
AXC Barat di Stasiun Surodadi.

9. Rabu, 10 Maret 2021 Melakukan pemeliharan dan perawatan PDSE


dan FO di Stasiun Tegal.
Melakukan pemeliharan dan perawatan R9
Radio Tegal di Stasiun Tegal.

10. Kamis, 11 Maret 2021 Melakukan pemeliharan dan perawatan TC di


Stasiun Tegal.
elakukan pemeliharan dan perawatan
peralatan catu daya dan ruang Telkom
di Stasiun Tegal.

68
11. Jumat, 12 Maret 2021 Melakukan pemeliharan dan perawatan Sinyal
Langsir di Stasiun Tegal.

12. Sabtu, 13 Maret 2021 Membuat Laporan dan PPT kerja praktik.

Minggu ke-3

13. Senin, 15 Maret 2021 Melakukan pemeliharan dan perawatan Wesel


Barat di Stasiun Tegal.

14. Selasa, 16 Maret 2021 Melakukan pemeliharan dan perawatan Wesel


Timur dan Barat di Stasiun Pemalang.

15. Rabu, 17 Maret 2021 Melakukan pemeliharan dan perawatan PDSE


dan FO di Stasiun Larangan.
elakukan pemeliharan dan perawatan
peralatan catu daya dan ruang Telkom
di Stasiun Larangan.

16. Kamis, 18 Maret 2021 Melakukan pemeliharan dan perawatan Wesel


Timur dan Barat di Stasiun Larangan.

17. Jumat, 19 Maret 2021 Melakukan pemeliharan dan perawatan Wesel


Timur dan Barat di Stasiun Surodadi.

18. Sabtu, 20 Maret 2021 Melakukan pemeliharan dan perawatan Sinyal


Barat di Stasiun Larangan.
Melakukan pemeliharan dan perawatan
AXC Barat di Stasiun Larangan.

69
Minggu ke-4

19. Senin, 22 Maret 2021 Melakukan pemeliharan dan perawatan Sinyal


Barat di Stasiun Tegal.

20. Selasa, 23 Maret 2021 Melakukan pemeliharan dan perawatan


Sinyal
Timur di Stasiun Surodadi.
Melakukan pemeliharan dan perawatan
AXC Timur di Stasiun Surodadi.

21. Rabu, 24 Maret 2021 Melakukan pemeliharan dan perawatan TC


Timur di Stasiun Pemalang.

22. Kamis, 25 Maret 2021 Melakukan pemeliharan dan perawatan TC


Barat di Stasiun Pemalang.

23. Jumat, 26 Maret 2021 Melakukan pemeliharan dan perawatan Sinyal


Timur di Stasiun Larangan.
Melakukan pemeliharan dan perawatan
AXC Timur di Stasiun Larangan.

24. Sabtu, 27 Maret 2021 Melakukan pemeliharan dan perawatan Sinyal


Barat di Stasiun Pemalang.

Minggu ke-5

25. Senin, 29 Maret 2021 Menyelesaikan PPT dan membuat laporan.


Presentasi tentang materi yang telah
dibagi sesuai kelompok.

70
26. Selasa, 30 Maret 2021 Menyelesaikan PPT dan membuat laporan.
Presentasi tentang materi yang telah
dibagi sesuai kelompok.

27. Rabu, 31 Maret 2021 Melakukan pemeliharan dan perawatan Jaga


Pos Lintasan (JPL) di Stasiun Pemalang.

28. Kamis, 1 April 2021 Membuat laporan kerja praktik dan membantu
mengerjakan tugas dari Perusahaan.

71
Lampiran 5 Daftar Hadir Praktek Kerja

72
Lampiran 6 Daftar Penilaian Kerja Praktik

73
Lampiran 7 Foto Kegiatan

74

Anda mungkin juga menyukai