Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

LISTRIK ALIRAN ATAS DAN PENGGUNAAN SUPPLY 750 VDC MAUPUN 1500 VDC DAN
DIGITALISASI DI BIDANG LISTRIK ALIRAN ATAS

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Konstruksi dan Perawatan Listrik Aliran Atas & Substation

Disusun Oleh :

BAGAS SETIAWAN

NIM: 180512001015

KELAS A

ITL TRISAKTI

REKAYASA INFRASTRUKTUR & LINGKUNGAN

Jl. IPN Kebon Nanas No.2, RT.9/RW.6, Cipinang Besar Sel., Jatinegara, Kota Jakarta Timur, Daerah
Khusus Ibukota Jakarta 13410

2021

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Listrik Aliran Atas dan Penggunaan Supply
750 VDC maupun 1500 VDC dan Digitalisasi di Bidang Listrik Aliran Atas.

Terima kasih saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen Muhammad Fahmi Arsyad ST,MT yang
telah membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-
teman seperjuangan yang telah mendukung saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan
tepat waktu.

Saya menyadari, bahwa makalah yang saya buat ini masih jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan,
bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan
dan peningkatan ilmu pengetahuan.

  Jakarta, 9 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL……………………………………………………………………………………………………i

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………1

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………………1

B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………………2

C. Tujuan Pembahasan………………………………………………………………………….2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………………….3

A. Listrik Aliran Atas………………………………………………………………………….3-4

 Elektrifikasi………………………………………………………………………....4-5
 Peralatan Gardu Listrik…………………………………………………………….5-6
 Hubungan Antar Gardu Listrik………………………………………………..…...6-7
 Jenis Konstruksi LAA pada Kereta Listrik Jabodetabek…………………………7-13
B. Supply 750 VDC maupun 1500 VDC…………………………………………………….13-17
C. Digitalisasi di Bidang Listrik Aliran Atas……………………………………………..…17-18

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………………19

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………...19

B. Saran………………………………………………………………………………………….19

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………….20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi selalu memunculkan hal-hal baru yang
membuat kemudahan dalam kehidupan manusia, termasuk dalam hal transportasi dalam hal ini
khususnya kereta api. Dalam industri perkeretaapian yang mana pada umunya kereta api
menggunakan bahan bakar batu bara atau bahan bakar fosil namun sekarang marak
dikembangkan kereta api yang menggunakan bahan bakar listrik dinamakan kereta rel
listrik(commuter). Sejalan dengan perkembangan zaman sebuah teknologi dituntut untuk selalu
ramah lingkungan, maka digunakan energi listrik sebagai tenaga penggerak motor kereta, dan
dibutuhkan tenaga listrik yang stabil dan kontinu. Melihat semakin meningkatnya penumpang
penumpang kereta api dan semakin besar kebutuhan akan transportasi kereta, maka dibutuhkan
sarana transportasi dengan efesiensi yang tinggi dan cepat. Untuk meningkatkan efesiensi dan
kecepatan kereta maka perlu diperhatikan sistem propulasi kereta terkhusus pada bagian motor
traksi. Dengan adanya kereta dengan efesiensi yang tinggi dan mempuyai kecepatan yang tinggi
maka permasalahan di atas dapat teratasi.
Listrik aliran atas (LAA) sebagaimana pernah kita bahas pada pembahasan sebelumnya
mengenai pengertian tentang elektrifikasi listrik aliran atas yang berada di KRL Jabodetabek.
Listrik aliran atas berfungsi sebagai media pengantar arus listrik (bermuatan positive) yang
digunakan untuk pengoperasian kereta rel listrik (KRL) yang merupakan sebuah sistem jaringan
listrik. Penggunaannya tentu tidak hanya untuk KRL dapat juga digunakan pada pengoperasian
MRT atau Kereta cepat. Oleh karena itu, terdapat berbagai macam jenis sistem jaringan LAA
(catenary system) digunakan berdasarkan dari kebutuhan dan perencanaan pembangunnya.
Dengan beberapa kelebihan ini serta pertumbuhan wilayah Jabodetabek yang sangat
pesat, menyebabkan jumlah penumpang KRL mengalami peningkatan setiap tahunnya, sehingga
jumlah armada KRL yang beroperasi juga harus ditambah. Penambahan jumlah KRL ini harus
diimbangi dengan penambahan kapasitas daya gardu traksi yang berfungsi untuk mensuplai daya
listrik ke KRL. Karena KRL menggunakan motor listrik sebagai penggeraknya dengan
memanfaatkan daya dari listrik aliran atas dengan gardu traksi sebagai salah satu komponen
utamanya. Listrik aliran atas sendiri merupakan jaringan listrik 1500 VDC di wilayah KRL
Jabodetabek.

1
SCADA merupakan singkatan dari Supervisory Control and Data Acquisition. SCADA
merupakan sebuah sistem yang mengumpulkan informasi atau data-data dari lapangan dan
kemudian mengirimkan-nya ke sebuah komputer pusat yang akan mengatur dan mengontrol data-
data tersbut. Sistem SCADA tidak hanya digunakan dalam proses-proses industri, misalnya,
pabrik baja, pembangkit dan pendistribusian tenaga listrik (konvensional maupun nuklir), pabrik
kimia, tetapi juga pada beberapa fasilitas eksperimen seperti fusi nuklir. Dari sudut pandang
SCADA, ukuran pabrik atau sistem proses mulai dar 1.000an hingga 10.000an I/O
(luara/masukan), namun saat ini sistem SCADA sudah bisa menangani hingga ratusan ribu I/O.
Ada banyak bagian dalam sebuah sistem SCADA. Sebuah sistem SCADA biasanya
memiliki perangkat keras sinyal untuk memperoleh dan mengirimkan I/O, kontroler, jaringan,
antarmuka pengguna dalam bentuk HMI (Human Machine Interface), piranti komunikasi dan
beberapa perangkat lunak pendukung. Semua itu menjadi satu sistem, istilah SCADA merujuk
pada sistem pusat keseluruhan. Sistem pusat ini biasanya melakukan pemantauan data-data dari
berbagai macam sensor di lapangan atau bahkan dari tempat2 yang lebih jauh lagi (remote
locations).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan jenis listrik aliran atas pada kereta listrik?
2. Bagaimana penggunaan supply 750 VDC maupun 1500 VDC?
3. Apa peranan digitalisasi di bidang listrik aliran atas?

C. Tujuan Pembahasan
1. Mendeskripsikan pengertian serta jenis listrik aliran atas pada kereta listrik
2. Mendeskripsikan penggunaan supply 750 VDC maupun 1500 VDC
3. Mendeskripsikan digitalisasi di bidang listrik aliran atas
2

BAB II

PEMBAHASAN

1. Listrik Aliran Atas


Listrik Aliran Atas atau yang sering di sebut LAA adalah suatu sistem yang terdiri dari
Gardu Listrik dan jaringan listrik aliran atas yang berfungsi untuk menyalurkan daya listrik dari
sumber ke beban dalam hal ini adalah Kereta Rel Listrik (KRL). Daya pada KRL diperoleh dari
LAA yang kemudian dialirkan melalui pantograph, yang berupa arus DC. Hal ini dikarenakan
arus Dcmemiliki kelebihan yaitu dapat meminimalisir gangguan serta optimalisasi penggunaan
daya dengan jarak stasiun yang dekat. Namun penggunaan arus DC juga memiliki kelemahan
seperti harus terdapat penyuplai daya sebagai pengganti daya yang berkurang akibat tegangan
jatuh. Batas minimal KRL (daya) dapat bergerak adalah 1000 V – 1600 V yang dimana
penggunaan daya tersebut dipengaruhi oleh panjang kabel, hambatan gardu, hambatan kereta,
serta jumlah penggunaannya.
Catu daya listrik arus searah (DC) memiliki fungsi menyediakan listrik arus searah yang
digunakan untuk menggerakan kereta api bertenaga listrik serta peralatan persinyalan,
telekomunikasi, dan peralatan penunjang lainnya. Peralatan catu daya DC meliputi :
a. Bagian Penerima (receiving)
b. Bagian Konversi (konverter)
c. Bagian Penyulang (out going)
d. Bagian Tegangan Rendah (low voltage)
Untuk mengetahui secara umum proses penyaluran dapat dilihat pada gambar berikut:

(Sumber: Studi Evaluasi Analisa Perhitungan Kapasitas Daya Gardu Traksi Terhadap Kebutuhan KRL)
Gambar 1. Sistem Transmisi Daya Ke KRL

Power Plant adalah bagian yang menghasilkan sumber energi listrik. Tenaga listrik ini
akan disalurkan melalui transmisi yaitu power distribution line. Dalam penyaluran ini ada dua
proses perubahan tegangan yaitu pada line distribution line tegangan akan dinaikan menggunakan
trafo step up menjadi (150 kV, 500 kV), setelah di transmisikan dan mendekati beban tegangan di
turunkan dengan trafo step down menjadi (20 kV). Tegangan incomming pada DC substation
adalah 20 kV dan akan di konversi menjadi tegangan DC 1500. Tegangan ini yang digunakan
untuk suplay ke KRL. Kita dapar melihat peta elektrifikasi yang ada di Indonesia sekarang ini
dapat dilihat pada gmbar berikut ini:

(Sumber: Studi Evaluasi Analisa Perhitungan Kapasitas Daya Gardu Traksi Terhadap
Kebutuhan KRL)

Gambar 2. Peta Elektrifikasi Jabodetabek

A. Elektrifikasi
Sistem elektrifikasi pada pengoperasian KRL di Indonesia adalah sistem tegangan DC
(Dirrect Current) 1500 VDC. Salah satu peralatan pada sistem elektrifikasi adalah Gardu
Listrik Aliran Atas, Gardu listrik adalah sebuah Gardu listrik yang dipakai untuk menyuplai
daya ke jaringan catenary sebagai supply ke KRL.
4
Supply utama Gardu listrik ini berasal dari PLN sebagai salah satu perusahaan penyedia
tenaga listrik di Indonesia. Tegangan yang disalurkan dari PLN adalah 20 KV AC kemudian
akan di rubah menjadi tegangan 1500 DC pada keluaran Gardu listrik tersebut untuk di
konsumsi oleh KRL.

B. Peralatan Gardu Listrik


Gardu memiliki beberapa peralatan – peralatan utama yang memiliki fungsi utama.
Bagian peralatan utama yang ada di dalam gardu adalah sebagai berikut:
 Transformator Daya
Transformator Daya adalah alat yang digunakan sebagai penurun atau penaik
tegangan. Trafo yang digunakan pada Gardu ini adalah Trafo penurun tegangan 3
phasa dari tegangan 20 kV menjadi 1245 atau 1200 Vdc.
 HSCB
HSCB (High Speed Circuit Driver) adalah alat pemutus dan penghubung
berkecepatan tinggi yang beroperasi pada tegangan DC 1500 VDC yang
berfungsi sebagai pengaman terhadap arus lebih. HSCB ini merupakan
merupakan bagian dari komponen rangkaian utama untuk menyalurkan beban
listrik ke jaringan catenary sistem. Pada lintas Jakarta - Bogor sebagian besar
sistem elektriikasi yang di pasang adalah sistem jepang (Meidensha). Peralatan
HSCB ini bekerja pada 3 sistem, yaitu:
1. Secara Electrical Control
Secara electrical control yang dimaksud adalah pengoperasian HSCB oleh
komponen kontrol yang terkait dalam HSCB tersebut. Komponen tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Closing Coil (54C), merupakan alat sejenis magnet Coil atau kontaktor
magnet yang bisa menarik operating shaft dari moving contact untuk
mendapatkan posisi on HSCB. Alat ini bisa beroperasi bila mendapatkan
tegangan DC 100 V.
b. Auxiliary Switch (54) Merupakan relay cadangan yang menyediakan
kontak untuk keperluan System Proteksi tambahan dan interlocking
system.
5

c. Tripping Coil (54P), alat yang berfungsi untuk menjatuhkan HSCB bila
ada gangguan dari luar gardu hal ini adalah Reverse current, High
Temperatur, High Preasure, Delta I relay dan proteksi lainnya.
2. Electrical Power
Hal ini terjadi karena adanya beban lebih. Komponen yang berfungsi
sebagai Electrical power adalah sebagai berikut:
a. Fixed contact, merupakan bagian permanen penghantar konduktor untuk
menyalurkan beban pada sisi primer.
b. Holding core sebagai pembatas arus.
c. Impulse armature sebagai pendorong moving kontak bila terjadi
gangguan beban lebih.
d. Moving contact, Penghantar konduktor yang bergerak untuk
menyambung dan memutus beban pada sisi sekunder.
3. Mekanis, pada pengoperasian mekanis ini dilakukan secara manual dengan
memutar handel.
 LBD (Linked Breaking Device)
Linked Breaking Device adalah Peralatan proteksi yang terhubung dengan
peralatan proteksi yang sama di gardu LAA yang berdekatan (pasangan) dan
berfungsi untuk memutuskan peralatan penyulang DC pasangannya. Alat ini
memberi sinyal untuk menggerakkan circuit breaker kecepatan tinggi apabila
terjadi gangguan pada feeder yang terjadi antara dua jalur substation untuk
jaringan listrik kereta api. LBD mempunyai berbagi macam jenisnya berdasarkan
sistem peralatan yang terpakai.

C. Hubungan Antar Gardu Listrik


Hubungan antar gardu yang satu dengan yang lainnya adalah secara parelel. Gambar
rangkaian gardu listrik aliran atas yang bekerja secara paralel dapat dilihat pada gambar
berikut:
6

(Sumber: Studi Evaluasi Analisa Perhitungan Kapasitas Daya Gardu Traksi Terhadap
Kebutuhan KRL)
Gambar 3. Single Line Antar Gardu Listrik

Hal ini dibuat sedemikian rupa sehingga mempunyai beberapa keuntungan antara lain:

 Dalam satu petak jalan disuplai dari dua buah gardu.


 Memudahkan dalam perawatan jaringan aliran listrik.
 Jika terjadi kerusakan di suatu daerah atau di petak jalan tertentu tidak terlalu
berpengaruh terhadap gardu listrik di sekitarnya.

D. Jenis Konstruksi LAA Pada Kereta Listrik Jabodetabek


Jaringan catenary adalah suatu transmisi atau jaringan listrik yang berfungsi menyalurkan
tenaga listrik dari Gardu listrik ke traksi atau KRL. Secara umum gambar jaringan catenary
dapat ditunjukan pada gambar berikut:
(Sumber: Studi Evaluasi Analisa Perhitungan Kapasitas Daya Gardu Traksi Terhadap
Kebutuhan KRL)

Gambar 4. Jaringan Catenary LAA

Komposisi jaringan listrik aliran atas dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok, yaitu:

1. Sistem Penyulangan (Feeder System), terdiri dari:


 Kawat penyulang (feeder wire)
 Cabang Penyulang (Feeding Branch)
2. Kawat kontak aliran Atas (Overhead Contact Wire), terdiri dari:
 Kawat kontak (trolley wire) adalah kawat tembaga yang digantung dengan
ketinggian tertentu di atas permukaan rel dan berguna untuk mengalirkan
daya listrik ke KRL. Jenis material kawat troli adalah tembaga campuran
dengan luas penampang 107 mm2 buatan Jepang dan 110 mm2 buatan
Perancis. Cara penyalurannya adalah melalui pantograph seperti pada
gambar berikut:

(Sumber: https://docplayer.info/35065951-Bab-iii-listrik-aliran-atas.html)
Gambar 4.1 Penyaluran daya ke beban KRL
3. Kelengkapan Pendukung (Supporting Facility)
 Kawat messenger (Messenger wire) adalah kawat baja pilin yang divalganis
berfungsi untuk menggantung kawat troli melalui kawat penggantung atau
hanger.
 Kelengkapan pengokoh (Steady device).
 Pull off arm.
 Tensioning device.
 Kelengkapan Pemisah (Section device).
 Tiang beton (Concrete pole).
 Beam, cross arm, insulator.
 Pemikul (Guy)
4. Kelengkapan Pengaman (Protection Facility)
 Kawat pengetanahan aliran atas (Overhead ground wire).
 Lightning arrester.
 Pembumian (Grounding equipment).

Untuk lebih jelasnya komponen - komponen peralatan pada jaringan catenary


ditunjukan pada gambar berikut:

(Sumber: https://docplayer.info/35065951-Bab-iii-listrik-aliran-atas.html)

Gambar 4.2 Komponen Peralatan LAA

NO LINTAS SEPUR TROLLEY MESSENGER FEEDER KETERANGAN VENDOR


2 2 2
(mm ) (mm ) (mm )

1. Bogor – Hilir Cu 110 ST 90 BC 300x2 Single Trolly Jepang


Depok Hulu Cu 107 x 2 BC 150 BC 150 Double Trolly Belanda
2. Depok – Hilir Cu 110 ST 90 BC 300x2 Single Trolly Jepang
Manggarai Hulu Cu 107 x 2 BC 150 BC Double Trolly Belanda
(150+300)x1
3. Manggarai Hilir Cu 110 ST 90 BC 300x2 Single Trolly Jepang
– Jakarta Hulu Cu 110 ST 90 BC 300x2 Single Trolly Jepang
Kota
Data Kabel yang dipakai adalah sebagai berikut:

Kelebihan dan kekurangan Sistem Catenary JABODETABEK

Trolley Wire Gt 110 mm2 Cu 107 – 110 mm2 Gt 107 mm2


KomponenWire
Messenger Sistem mm2
St. 90Jepang Cu 150
Sistem mm2
Belanda mm2
Bz 116 Prancis
Sistem
Feeder Wire 300 mm2 - Cu262 mm2
Tiang Concrete Pole AF, Q, AR H-Beam
Cantilever Single and double Single Single
Truss V-Truss dan Warrant - Span Wire
Truss
Kuat Tarik 900 kgf 2200 kgf 2200 kgf
Kapasitas Hantar 2840 A 1456 A 1891 A
Perawatan Membutuhkan waktu Membutuhkan waktu yang Membutuhkan waktu
yang lebih sedikit lebih lama yang lebih lama
Bentangan Pendek dan jarak antar Panjang dan jarak antar Panjang dan jarak antar
tiang lebih dekat tiang lebih panjang tiang lebih panjang
Tingkat Korosi Tiang dari beton Tiang dari besi baja Tiang dari besi baja
Tiang sehingga tidak korosi sehingga mudah cepat sehingga mudah cepat
korosi korosi
Tingkat Lendutan Lendutan kawat besar Lebih kecil Lebih kecil
Kawat
Kehandalan Baik Lebih baik Lebih baik

10
Sistem Catenary yang digunakan saat ini pada KRL Jabotabek adalah Simple Catenary
dengan konstruksi Over Head System, yaitu:

1. Konstruksi LAA dengan sistem simple catenary double trolley tanpa feeder (sistem
Belanda), yang merupakan peninggalan Belanda yang saat ini masih terpasang dari
Jakarta Kota sampai dengan Bogor sepur hulu, Jakarta Kota – Pasar Senen –
Jatinegara – Manggarai, Jakarta Kota – Tanjung Priok. Sistem Catenary Belanda ini
juga terdiri dari:
 Feeder Wire BCC 150 mm2.
 Messenger Wire BCC 150 mm2.
 Kawat Trolly Cu 2 x 107 mm2.
 ATD type Bandul dan Senggot.
 Hanger Bar.
 Section Insulator: FRP.

(Sumber: Laporan_PKL_Tingkat_Muda_Listrik_Aliran_Atas_LAA_)
Gambar 5. Simple Catenary Double Trolley tanpa Feeder

(Sumber: HIKKAPI)
Gambar 5.1 Simple Catenary Belanda

11
2. Konstruksi LAA dengan sistem simple catenary single trolley (sistem Jepang), mulai
terpasang di Indonesia sejak 1981, dari Manggarai – Tanah Abang – Kampung
Bandan. Sistem Catenary Jepang terdiri dari:
 Feeder Wire BCC 2 x 300 mm2.
 Messenger Wire Steel 90 mm2.
 Kawat Trolly Cu 110 mm2.
 ATD type Pulley, Spring dan Stitched/Fixed.
 Hanger BCC 16 mm2.
 Section Insulator: tipe kupu-kupu.

(Sumber: Laporan_PKL_Tingkat_Muda_Listrik_Aliran_Atas_LAA_)
Gambar 5.2 Sistem Catenary Single Trolley

(Sumber: HAKKAPI)
Gambar 5.3 Sistem Jepang
3. Kontruksi LAA dengan sistem simple catenary double trolley dengan feeder (sistem
Perancis). Mulai terpasang pada lintas Tanah Abang – Serpong pada single track
yang dimulai pada tahun 1991. Kemudian dilanjutkan pada lintas Duri – Tangerang
pada single track pada tahun 1994. Sistem catenary Perancis terdiri dari:
 Feeder Wire BCC 261,54 mm2.
 Messenger Wire Bz 116,24 mm2.
12
 Kawat Trolly Cu 2 x 107 mm2.
 ATD type Pulley, Spring dan Stitched/Fixed.
 Hanger BCC 16 mm2.
 Section Insulator: FRP.

(Sumber: Laporan_PKL_Tingkat_Muda_Listrik_Aliran_Atas_LAA_)
Gambar 5.4 Sistem Catenary Double Trolley

(Sumber: HAKKAPI)
Gambar 5.5 Sistem Prancis

2. Supply 750 VDC Maupun 1500 VDC


A. Untuk Supply 750 VDC
Kita akan membahas mengenai rel ketiga (third rail) atau sering juga disebut rel
konduktor pada kereta lintas rel terpadu atau Light Rail Transit (LRT) Jakarta. Nah saat kita
melihat jalur LRT Jabodebek, tahukah anda lintasan LRT dibuat tinggi tidak sejajar tanah
atau istilah kerennya, elevated? Salah satu alasannya adalah lahan. Pembebasan lahan adalah
momok bagi berbagai proyek infrastruktur nasional untuk dapat selesai sesuai target. Namun
sebenarnya ada alasan lain yang lebih penting, yakni masalah keamanan karena lintasan rel
LRT mengandung listrik tegangan tinggi, yakni 750 VDC.

13
Karena LRT digerakan secara elektrik, dengan daya yang diambil dari bawah (Listrik
Aliran Bawah) menggunakan Third Rail atau rel ketiga. Third Rail ini ditandai dengan
adanya tambahan rel atau rel konduktor di lintasan rel.

(Sumber: https://www.widodogroho.com/2020/02/mengenal-rel-ketiga-rel-konduktor-
pada.html)
Gambar 6. Rel Ketiga LRT
Rel konduktor biasanya dipasang pada sisi luar jalur kereta seperti foto diatas yang
merupakan rel LRT. Jika kita lihat foto diatas, bagian yang mengaliri listrik disebut rel
konduktor yang dipasang pada sisi jalur yang dialiri listrik. Untuk memberi asupan tenaga
yang kontinu dan stabil dari gardu listrik terdekat. Tenaga traksi dari rel konduktor ke kereta
disalurkan melalui vehicle collector shoe atau bahasa mudahnya sepatu power seperti foto
dibawah ini.

(Sumber: https://www.widodogroho.com/2020/02/mengenal-rel-ketiga-rel-konduktor-
pada.html)
Gambar 6.1 Vehicle Collector Shoe

14
Seperti sudah saya sebutkan diatas, sistem kelistrikan untuk LRT menggunakan metode
Third Rail atau penggunaan traction power substation. Metode Third rail sebagai penyediaan
tenaga listrik untuk kereta, melalui konduktor yang ditempatkan di samping atau di antara rel
dari jalur kereta api, dengan tegangan 750 VDC. Pada umumnya Prinsip kerja sistem
kelistrikan menggunakan tegangan Direct Current (DC) atau arus searah. Kebutuhan
pengoperasian LRT sebesar 20 KVA dengan sistem gardu induk pada setiap stasiun, sebagai
antisipasi untuk mencegah terjadinya shutdown. Untuk menyalurkan listrik dari gardu ke rel
ketiga ini namanya Stinger, fotonya bisa dilihat dibawah ini.

(Sumber: https://www.widodogroho.com/2020/02/mengenal-rel-ketiga-rel-konduktor-
pada.html)
Gambar 6.2 Stringer
Sistem rel ketiga merupakan cara alternatif dari sistem kabel listrik aliran atas yang
mengirimkan kekuatan untuk kereta api lewat pantograf yang berada pada atap kereta. Sistem
kabel listrik aliran atas dapat beroperasi pada 25 kV atau lebih, menggunakan Arus bolak-
balik (AC), sedangkan sistem rel ketiga tidak dapat beroperasi di atas 1500 V, yang mana
menggunakan arus searah (DC). Di beberapa tempat, kedua sistem tersebut digunakan secara
bersamaan.
B. Supply 1500 VDC
Untuk menggerakan KRL, Catu daya / Substation membutuhkan daya yang cukup besar
untuk dapat menggerakan KRL dan penunjang lainnya. Substation menerima arus yang
sangat besar dari PLN sebesar 20 kV AC kemudian di konverter menjadi DC sebesar 1500
VDC. Bagaimana mekanisme kerjanya Substation itu? Saya akan ibaratkan sebuah rangkaian
listrik menggunakan baterai untuk menghidupkan sebuah lampu, contoh gambar dibawah ini.

15
(Sumber: https://keretapedia.com/2020/05/06/mengenal-substation-catu-daya-pada-krl/)
Gambar 6.3 Rangkaian Baterai Melayani Satu buah Lampu
Melihat dari gambar rangkaian baterai diatas, kita dapat menggambarkan bahwa baterai
adalah sebagai sumber daya listrik yang kemudian menyalurkan arus listrik melalui kabel
atau kawat saluran (arus listrik negatif dan arus listrik positif) dan diterima oleh lampu
sehingga lampu tersebut bisa menyala. Lalu bagaimana dengan substation yang notabene nya
untuk menggerakan KRL yang membutuhkan daya yang sangat besar, mari kita perhatikan
gambar dibawah ini.

(Sumber: https://keretapedia.com/2020/05/06/mengenal-substation-catu-daya-pada-krl/)
Gambar 6.4 Rangkaian Substation melayani KRL
Seperti gambar diatas, mekanisme kerjanya Substation seperti rangkaian baterai pada gambar
pertama. Dapat kita lihat bahwa:
 Baterai = Substation
 Kawat Saluran (+) = Jaringan LAA
 Kawat Saluran (-) = Rel kereta
 Lampu = KRL

16
(Sumber: https://keretapedia.com/2020/05/06/mengenal-substation-catu-daya-pada-krl/)
Gambar 6.5 Substation daya ke KRL
Ibarat Baterai adalah Substation sebagai sumber daya listrik. Jaringan LAA (listrik aliran
atas) sebagai media pengantar arus listrik bermuatan positive (+) dan rel sebagai media
pengantar arus listrik bermuatan negative (-) untuk menggerakan KRL.
Seperti pada gambar diatas, Substation menerima daya yang sangat besar dari jaringan
listrik PLN sebesar 20kV AC kemudian diturunkan tegangannya oleh transformator atau trafo
menjadi 1,4kV AC. setelah diturunkan dayanya, kemudian dirubah dari arus AC (bolak-balik)
menjadi arus DC (arus searah) sebesar 1500 kV DC alat ini disebut recifier. Kemudian
dilakukan penyearah untuk disalurkan arus listrik positive (+) melalui jaringan LAA dan arus
listrik negative (-) melalui rel kereta.

3. Digitalisasi di Bidang Listrik Aliran Atas


Supervisory Control and Data Acquisition atau sering kita kenal dengaan SCADA. Scada
adalah sistem kendali industri berbasis komputer yang dipakai untuk monitoring system atau
control system. Sebuah sistem SCADA memiliki empat fungsi dalam bekerja, yaitu:
 Kontrol / Proses
 Komunikasi data jaringan
 Akuisi data, dan
 Penyajian data

Fungsi SCADA tersebut sudah didukung / di support melalui komponen komponen


SCADA berikut ini.

17
1. Sensor (baik yang masih berupa sensor analog maupun yang sudah sensor digital) dan
relai kontrol yang berhubungan langsung bengan bermacam macam aktuator pada sistem
yang dicontrol oleh SCADA tersebut.
2. RTU (Remote Telementry Units). RTU ini merupakan sebuah unit kompiter mini (kecil),
maksudnya RTU adalah sebuah unit yang dilengkapi dengan sistem standalone (sistem
mandiri) seperti halnya sebuah komputer, namun RTU dengan ukuran kecil. RTU
memiliki fungsi sebagai pengumpulan data lokal yang didapatkannya dari sensor – sensor
dan RTU akan langsung mengirimkan perintah tersebut ke perlatan di lapangan.
3. MTU (Master Terminal Unit / Unit Master SCADA). MTU ini merupakan komputer
yang digunakan sebagai pengolahan pusat / center dari seluruh sistem SCADA. MTU ini
menyediakan fasilitas HMI (Human Machine Interface) untuk para pengguna dan akan
secara otomatis mengatur sistem sesuai dengan data masukan – masukan oleh sensor
yang diterima.
4. Jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi merupakan media / perantara yang
menghubungkan Master Terminal Unit dengan RTU – RTU yang ada dilapangan

Kita dapat menggunakan SCADA untuk mengelola berbagai jenis peralatan. Secara
umum, SCADA di pergunakan untuk secara otomatis dalam menjalankan proses industri
yang rumit, hal ini menggantikan pekerjaan manusia (ini dapat dianggap berbahaya atau tidak
praktis -konsekuensi logisnya adalah PHK), dan biasanya proses yang melibatkan lebih
banyak faktor kontrol Faktor, kontrol gerakan yang lebih cepat, dll. Di mana kontrol menjadi
tidak nyaman.

Apa kelebihan SCADA bagi kita sebagai penggunanya? SCADA bukan teknologi
khusus, melainkan sebuah aplikasi. SCADA adalah singkatan dari Supervisory Control and
Data Acquisition. Semua aplikasi yang mendapatkan data dari suatu sistem di lapangan untuk
tujuan mengendalikan sistem adalah aplikasi SCADA. Aplikasi SCADA terdiri dari dua
elemen, yaitu:

1. Proses, sistem, mesin yang akan dipantau dan dikendalikan - mungkin dalam bentuk
pembangkit listrik, sistem irigasi, jaringan komputer, sistem lampu lalu lintas atau lainnya

2. Jaringan peralatan ‘cerdas’ dengan antarmuka sistem melalui sensor dan output

Dengan jaringan ini, yang merupakan sistem SCADA, memungkinkan Anda untuk
memantau dan mengontrol komponen sistem.
18

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Di Indonesia sejauh ini, elektrifikasi perkeretaapian hanya terdapat diJabotabek.
Menggunakan sistem catu daya listrik DC yang dialirkanmenggunakan Listrik Aliran Atas
(LAA).
2. KRL Jabotabek menggunakan 3 macam konstruksi LAA dengan jenis simple catenary, yaitu:
simple catenary double trolley tanpa feeder (sistem Belanda), simple catenary single trolley
(sistem Jepang), simple catenary double trolley dengan feeder (sistem Perancis).
3. Sudah tidak diproduksinya lagi aksesoris dari sistem lama sehinggasecara bertahap
Pemerintah tengah mengganti aksesoris LAA lama dengan yang baru (Jepang).
4. SCADA merupakan sistem praktis yang dapat digunakan di suatu industri.
5. Dapat memudahkan suatu proses pengontrolan dan dapat menganalisa sistem.
6. Dapat dihubungkan ke PLC, PLC dapat digunakan sebagai RTU.
B. SARAN
1. Pemerintah sebaiknya mulai berencana untuk mengganti sistem DCyang digunakan dengan
sistem AC, untuk mengurangi biayapembangunan gardu baru.
2. Pemerintah sebaiknya segera menyelesaikan penggantian aksesoris LAA lama dengan yang
baru agar tidak sulit dalam proses perawatan dan keamanan.
19

DAFTAR PUSTAKA

https://keretapedia.com/2020/05/08/listrik-aliran-atas-laa-dan-jenis-jenisnya/. Diakses pada 10 April 2021

http://repository.unisma.ac.id/bitstream/handle/123456789/1554/S1_FT_21601053023_M.
%20ABDULLLAH%20UMAR.pdf?sequence=1&isAllowed=y. Diakses pada 10 April 2021

https://docplayer.info/35065951-Bab-iii-listrik-aliran-atas.html. Diakses pada 10 April 2021

https://Studi Evaluasi Analisa Perhitungan Kapasitas Daya Gardu Traksi Terhadap Kebutuhan KRL.
Diakses pada 10 April 2021

https://www.academia.edu/35728429/LISTRIK_ALIRAN_ATAS_AVA_RIZKINDA_PUTRI_20152009
_pdf?auto=download. Diakses pada 10 April 2021

https://www.widodogroho.com/2020/02/mengenal-rel-ketiga-rel-konduktor-pada.html. Diakses pada 10


April 2021

https://keretapedia.com/2020/05/06/mengenal-substation-catu-daya-pada-krl/. Diakses pada 10 April


2021

https://jzhipo.wordpress.com/2011/12/02/prinsip-kerja-scada/. Diakses pada 10 April 2021


20

Anda mungkin juga menyukai