INDONESIA
NOMOR 23 TAHUN 2007
TENTANG
PERKERETAAPIAN
Pasal 67 s/d 80
Tentang Kelaikan Prasarana Perkeretaapian
Pasal 67
Pasal 68
(5) Untuk menjamin kelaikan prasarana perkeretaapian, wajib dilakukan pengujian dan
pemeriksaan.
(6) Pengujian prasarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh Pemerintah dan dapat dilimpahkan kepada badan hukum atau lembaga yang
mendapat akreditasi dari Pemerintah.
(7) Pemeriksaan prasarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dilakukan oleh Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian.
Pasal 69
Pasal 70
(1) Uji pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 huruf a wajib dilakukan untuk
prasarana perkeretaapian baru dan prasarana perkeretaapian yang mengalami
perubahan spesifikasi teknis.
(2) Uji pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 huruf a dilakukan terhadap :
a. rancang bangun prasarana perkeretaapian; dan
b. fungsi prasarana perkeretaapian.
(3) Uji pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh Pemerintah dan
dapat dilimpahkan kepada badan hukum atau lembaga yang mendapat akreditasi dari
Pemerintah.
(4) Prasarana perkeretaapian yang mengalami perubahan spesifikasi teknis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus mendapat izin dari Menteri.
Pasal 71
(1) Prasarana perkeretaapian yang lulus uji pertama diberi sertifikat uji pertama
oleh:
a. Pemerintah;
b. badan hukum yang mendapat akreditasi dari Pemerintah; atau
c. lembaga yang mendapat akreditasi dari Pemerintah.
(2) Sertifikat uji pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk
selamanya, kecuali mengalami perubahan spesifikasi teknis.
Pasal 72
(3) Uji berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 huruf b wajib dilakukan
untuk prasarana perkeretaapian yang telah dioperasikan sesuai dengan
jadwal yang ditetapkan.
(4) Uji berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan terhadap
fungsi prasarana perkeretaapian.
(5) Uji berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh pemerintah
dan dapat dilimpahkan kepada badan hukum atau lembaga yang mendapat
akreditasi dari Pemerintah.
Pasal 71
(1) Prasarana perkeretaapian yang lulus uji pertama diberi sertifikat uji pertama
oleh:
a. Pemerintah;
b. badan hukum yang mendapat akreditasi dari Pemerintah; atau
c. lembaga yang mendapat akreditasi dari Pemerintah.
(2) Sertifikat uji pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk
selamanya, kecuali mengalami perubahan spesifikasi teknis.
Pasal 72
(3) Uji berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 huruf b wajib dilakukan
untuk prasarana perkeretaapian yang telah dioperasikan sesuai dengan
jadwal yang ditetapkan.
(4) Uji berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan terhadap
fungsi prasarana perkeretaapian.
(5) Uji berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh pemerintah
dan dapat dilimpahkan kepada badan hukum atau lembaga yang mendapat
akreditasi dari Pemerintah.
Pasal 71
(1) Prasarana perkeretaapian yang lulus uji pertama diberi sertifikat uji pertama
oleh:
a. Pemerintah;
b. badan hukum yang mendapat akreditasi dari Pemerintah; atau
c. lembaga yang mendapat akreditasi dari Pemerintah.
(2) Sertifikat uji pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk
selamanya, kecuali mengalami perubahan spesifikasi teknis.
Pasal 72
(3) Uji berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 huruf b wajib dilakukan
untuk prasarana perkeretaapian yang telah dioperasikan sesuai dengan
jadwal yang ditetapkan.
(4) Uji berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan terhadap
fungsi prasarana perkeretaapian.
(5) Uji berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh pemerintah
dan dapat dilimpahkan kepada badan hukum atau lembaga yang mendapat
akreditasi dari Pemerintah.
Pasal 75
Pasal 76
Pasal 77
Setiap badan hukum atau lembaga yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 76 dikenai sanksi administratif berupa teguran tertulis,
pembekuan izin, atau pencabutan izin operasi.
Pasal 78
Setiap tenaga penguji prasarana perkeretaapian wajib melakukan pengujian
prasarana perkeretaapian dengan menggunakan peralatan pengujian dan sesuai
dengan tata cara pengujian yang ditetapkan.
Pasal 79
Pasal 80
(1) Pengoperasian prasarana perkeretaapian wajib dilakukan oleh petugas yang telah
memenuhi syarat dan kualifikasi kecakapan yang dibuktikan dengan sertifikat
kecakapan.
(2) Sertifikat kecakapan pengoperasian prasarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diberikan setelah lulus mengikuti pendidikan dan pelatihan.
(3) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diselenggarakan oleh
Pemerintah dan dapat dilimpahkan kepada badan usaha atau lembaga lain yang
mendapat akreditasi dari Pemerintah.
(4) Sertifikat kecakapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh:
a. Pemerintah;
b. badan hukum yang mendapat akreditasi dari Pemerintah; atau
c. lembaga yang mendapat akreditasi dari Pemerintah.
FASILITAS OPERASI KERETA API
Persinyalan Mekanik
Persinyalan Elektrik
Peralatan Persinyalan
Purwanto
PENGUJIAN PERALATAN SINYAL MEKANIK
Uji rancang bangun
Metode pengujian:
I. Mengkoreksi dan mempelajari data-data rancang bangun:
1. Data-data yang diperlukan adalah:
- Peraturan dinas pengamanan setempat ( PDPS ) untuk Stasiun yang akan diuji.
- Asbuilt drawing yang mencakup :
a. Gambar situasi pengamanan emplasemen.
b. Gambar susunan mistar disemua rumah sinyal/Interlocking Table.
c. Gambar montase perkabelan sistem blok
d. Gambar jalan arus / strom loop sistem blok.
e. Gambar jalan kawat tarik sinyal-sinyal dan wesel- wesel.
2. Data-data yang dibutuhkan harus sudah diterima tim penguji 3 hari sebelum
pelaksanaan pengujian agar dapat dikoreksi/ dipelajari.
Stasiun
Km 000 + 000
A
I
III
III Km 000 -250
Km 000 -200
Km 000+250
Ke B dari jalur I/II atau III
Keterangan
3
Kedudukan biasa bagi wesel terlayan pusat
Sekat wesel
MADIUN ...Mei 2015
Kepala seksi Laboratorium AKPIM
Kancing wesel
Kontak rel
(...................................................)
Rute perjalanan KA
III.F.22-3
P ER ATUR AN D I NAS
P ENGAM ANAN EM P LASEM EN
LAB OR ATOR I UM AP I
Stasiu n A
.
Ke X dari jalur I/II Dari Y ke jalur I
C I/II
Km…+…
A IIA I
C I
2 3 6 7 B Bm
II
X Y
1 4
III 8
Am A 9
A I/IV A III
IV D D I/III/IV
R.5 5
Dari X ke jalur I/IV Km…+… Ke Y dari jalur I/III/IV
Dari X ke jalur III
Keterangan :
Sinyal muka………………dilengkapi nama dan letak Km…+…
Sinyal masuk…………… ..dilengkapi nama, letak Km…+…,dan berlakunya masing-masing lengan sinyal
Wesel terlayan pusat........Letak roda wesel dan arah kedudukan normal wesel-wesel sesuai gambar. Wesel ujung dilengkapi Km…+….
O1
Wesel terlayan setempat..Letak roda wesel dan arah kedudukan normal wesel-wesel sesuai gambar. Wesel ujung dilengkapi Km…+….
5
Perintang……………………Kedudukan normal melintang diatas jalur
Sekat wesel……………… ..Digambar sesuai jumlah rodanya, ekor menunjukkan kearah mana wesel tsb disekat.
Kancing wesel…………….Digambar sesuai jumlah rodanya, ekor menunjukkan kearah mana wesel tsb disekat.
PURWANTO DW
1. Metode pengujian pengamanan emplasemen
a. Membandingkan spesifikasi Teknik desain peralatan yang diuji
dengan standar spektek yang ditetapkan dalam PM 10 / 2011.
b. Membandingkan kesesuaian PDPS dengan kondisi emplasemen
tentang:
1). Track layout emplasemen dan pengamananya
2). Jumlah dan jenis Jalur-jalur KA dan jalur lainya.
3). Sinyal-sinyal, berlakunya, posisi dan Kilometernya.
4). Pengontrol kedudukan wesel,sekat,kancing, perintang,
pelalau
5). Arah perjalanan KA ( masuk,berangkat dan jalan langsung ).
6). Daftar pengucilan perjalanan KA dan kedudukan wesel-
wesel.
7). Plat petunjuk pelayanan berbagai perjalanan kereta api
DAFTAR
Daftar PENGUCILANperjalanan
pengucilan PERJALANANKA
KAdan
DAN KEDUDUKAN
kedudukanWESEL
wesel
Dari B Ke B
Nomor dan
Pelayanan Ke Dari Sinyal bebas atau KETERANGAN
Kedudukan
perjalanan KA terkunci
Jalur Jalur wesel
Knc
I II III I II III 1 2 3 W3 4 Bm BI/III B II D Perjalanan KA tidak dapat dilakukan bersamaan
Jalur III
Persinyalan mekanik Situasi pengamanan emplasemen
.
C 1 I O2
O B Bm
X II Y
Am A D
Daftar pengucilan perjalanan KA dan kedudukan wesel
Dari ke Dari ke
jl jl Kddk
X X Y Y
ke dari trs ke dari trs wesel Sinyal bebas atau terkunci KETERANGAN
jalur jalur ke jalur jalur ke
I II I II Y I II I II X 1 2 AI AII C D BII BI
Tak mungkin
I - -
Dari X ke jalur
Perjalanan KA tak dapat
II + + dilakukan bersamaan
I - Perjalanan KA dapat
Ke X dari jalur dilakukan bersamaan
II +
Wesel berkedudukan biasa
Jalan terus ke Y + + +
Wesel berkedudukan tak biasa
I - - -
Dari Y ke jalur
Sinyal terkunci dalam kedudukan
II + + Biasa.
I -
Ke Y dari jalur Sinyal bebas dapat ditarik “Aman”
II +
Jalan terus ke X + +
KA2
Tata Cara Pengujian.
1. Berpedoman pada daftar pengucilan / rute table yang tercantum dalam Peraturan dinas pengamanan setempat.
2. Dilakukan dengan cara melayani pembentukan rute berbagai perjalanan KA yang tertulis mendatar dibandingkan
dengan perjalanan KA yang tertulis vertical. Apabila rute perjalanan KA tersebut bertemu pada bidang berarsir
maka rute perjalanan yang kedua harus tidak dapat dilakukan.
3. Contoh :Perjalanan KA dari X masuk ke jalur II tak dapat dilakukan bersamaan dengan Dari Y masuk ke jalur II
Sinyal AII dapat ditarik “Aman” tetapi sinyal AI, C, D, BII dan BI terkunci dalam kedudukan normal.
PURWANTO DW
Pesawat blok TBI St.A kearah St.B
D I/II/III 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 2 1 2
SL LC TOL TOL LC SL
St B St A
KR IND SM IND
TWJ IND
TMJ TWJ TWM KL 1
2
BUZZER OKE IND ESL IND
HAPUS
TMA IND
TMA TWA TWA
Stasiun A
Pesawat blok TBI St.A kearah St.B
D I/II/III 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 2 1 2
SL LC TOL TOL LC SL
St B St A
KR IND SM IN D
TWJ I ND
TMJ TWJ TWM KL 1
2
BUZZER OK E IND ESL IND
HAPUS
TMA IND
TMA TWA TWA
Stasiun A
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
BI/III BII Kw
Bm Sekat
W4+/--
Sekat
W4+ W3+
D 4 3 3 2 1
2. Metode pengujian Interlocking
a. Menguji interlocking berdasarkan daftar pengucilan dan kedudukan
wesel yang tertera pada PDPS Stasiun yang bersangkutan.
b. Contoh pengujian :
1). Kondisi Normal semua sinyal harus terkunci, sedangkan wesel
harus bebas dapat dibalik ( tertuang dalam PDPS).
2). Perjalanan KA “ Dari X ke jalur I , W1(+), W4(+) hendel harus
berkedudukan normal / dibawah.
3). W 2(-), W 3(-), Kw 3 (-) hendel harus dibalik keatas.
4). Sinyal B I/III,Bm dapat ditarik “Aman”, pada posisi demikian maka
5). Lakukan tes wesel & kancing yang terkait harus terkunci.
6). Sinyal B II dan D harus terkunci.
7). Pada kedudukan Normal, bila “Aret “ hendel sinyal ditekan maka
pengunci hendel sinyal tidak boleh bebas sebelum pendorong semat 18
keluar dan rata terhadap roda hendelnya
Pesawat
blok
Induktor Plat petunjuk
pelayanan
Kruk sepur
Kruk sinyal
Peralatan Interlocking
Hendel
wesel
Hendel sinyal
Tongklem
PURWANTO DW
4. Metode pengujian hendel sinyal
a. Tangkai hendel sinyal dibaut menyatu dengan roda hendel ,
b. Kedudukan Normal “aret “ hendel sinyal terkunci oleh semat 18
sehingga semat pengunci hendel sinyal masuk kedalam cowakan
rumah hendel.
c. Dalam kedudukan Normal, lakukan uji aret hendel sinyal ditekan
kemudian periksa pengunci hendel sinyal tidak boleh keluar dari
cowakan rumah hendel sebelum pendorong semat 18 keluar rata
dengan bibir roda hendel. Bila hal ini tidak terpenuhi maka dapat
menyebabkan semat 18 bengkok.
d. Apabila hendel sinyal sekaligus melayani sekat wesel maka
disamping nama sinyal harus ditulis juga sekat wesel...(+) atau (-)
HENDEL-HENDEL SINYAL
PURWANTO DW
HENDEL SINYAL
HENDEL SINYAL
PURWANTO DW
5. Metode pengujian hendel wesel
a. Tangkai hendel wesel tidak dibaut menyatu dengan roda hendel.
tetapi roda wesel terpegang oleh pal kuda-kuda dan 2 buah per.
b. Tangkai hendel wesel diplombir kawat terhadap roda weselnya,
dan dicat warna merah.
c. Kedudukan Normal hendel wesel bebas dapat dibolak-balik.
d. Semat persegi pengunci hendel wesel mempunyai alur untuk
jalan berputarnya roda hendel wesel pada saat terjadi
pelanggaran wesel.
e. Lakukan pengujian dengan tuas pembantu pada saat wesel
terkunci atau tidak terkunci, roda hendel harus dapat terputar
melewati alur semat persegi pengunci hendel wesel.
PURWANTO DW
HENDEL- HENDEL WESEL
PURWANTO DW
HENDEL WESEL
HENDEL WESEL
PURWANTO DW
SEKAT PENEKAN HENDEL MEKANIK
Gambar.1 Gambar.2
Gambar.4
Gambar.3 PURWANTO DW
CARA KERJA SEKAT PENEKAN HENDEL MEKANIK
Gbr 1 : a. Hendel sinyal blok posisi normal, semat kunci listrik posisi mengunci.
sekat penekan (5) bersandar pada semat kunci listrik (1).
b. Sinyal blok belum dapat ditarik,
Gbr 2 : a. Kunci listrik “Blok ke” membingkas ( Terima “Aman” ) sehingga semat kunci
listrik (1) bebas.
b. Sekat penekan (5) mengunci semat kunci listrik(1), sinyal blok dapat ditarik
“Aman”.
Gbr 4, : a. Sinyal blok posisi normal, kunci listrik “Blok ke “ ditekan/ memberi warta
berangkat . Sehingga Kait sekat hendel (10) bebas kembali.
PURWANTO DW
7. Metode pengujian sekat penekan hendel mekanik
a. Sekat penekan hendel mekanik dipasang dibelakang hendel
sinyal
Blok, yang berfungsi mencegah penarikan ulang sinyal berangkat
agar hanya dapat ditarik 1(satu) kali setiap terima pemberian
warta ‘Aman”.
b. Pengujian sekat penekan hendel mekanik :
1). Pengujian harus dilakukan pada waktu window time ( tidak
ada KA )
2). Putihkan tingkapan “blok ke...”
3). Tarik sinyal berangkat hingga mencapai kedudukan 45
4). Kembalikan hendel sinyal berangkat pada kedudukan normal.
kemudian angkat/tarik kembali maka harus tidak bisa.
5). Hal ini untuk memenuhi persyaratan bahwa dalam 1 (satu )
petak blok hanya diijinkan ada 1 ( satu ) KA saja.
PURWANTO DW
8. Metode pengujian sekat penekan kontak rel
a. Komponen pokok sekat penekan kontak rel:
- Kontak rel,tingkapan kecil,battrey,kontak hendel.
b. Pengujian kontak rel :
1). Ukur tegangan battrey kontak rel +/- 6 Volt.
2). Yakinkan tingkapan kontak rel diplombir dengan benang’
3). Tarik sinyal masuk kemudian tekan/injak kontak relnya.
4). Warna tingkapan kontak rel harus membingkas / berubah.
c. Atau amati saat pelayanan KA masuk,kontak rel harus dapat bekerja
bila terinjak oleh KA.
d. Sebelum kontak rel membingkas maka tingkapan “lewat di.....”
Harus tidak dapat ditekan.
e. Gunakan komunikasi dengan HT.
PURWANTO DW
9. Metode pengujian
ALAT PENSYARAT sekatWARTA
PEMBERIAN penekan kontak rel
MASUK
A. KONTAK REL :
1. Kontak rel terhubung dengan “Tingkapan kontak rel “diatas tingkapan “lewat di Kbu”
2. Kontak rel akan bekerja apabila :
- Sinyal masuk telah ditarik “Aman”
- Terinjak oleh roda depan rangkaian KA.
REGULASI :
1. Tingkapan Kontak rel tidak boleh dikutik kecuali jika hanya terjadi gangguan kontak rel.
2. Tingkapan kontak rel diplombir dengan “benang” dan hanya boleh dikutik oleh PPKA / JRs
saat terjadi gangguan kontak rel atas tanggung jawabnya sendiri ( Tertuang dalam PDPS ).
3. Kalau karena tidak adanya / belum terpasangnya Kontakrel Dilarang melegalkan pengutikan
“tingkapan kontak rel” dan menuangkannya dalam PDPS secara permanen.
4. Legalisasi pengutikan tingkapan kontak rel masih memungkinkan dilanggar oleh petugas
( Tidak dapat mencegah kelalaian / Kelupaan petugas ).
5. Sehubungan dengan butir 3 dan 4, harus diusahakan melengkapi kontak rel agar supaya
system persinyalan lengkap dan memenuhi persyaratan laik operasi.
PURWANTO DW
Sirkit kontak rel Tingkapan
Kontak rel
Tingkapan
Roda KA Battrey “Lewat di”
kontak rel
kontak Hendel
sinyal masuk Hendel
sinyal masuk
PURWANTO DW
10. Metode pengujian sekat penekan mekanik
a. Pengujian sekat penekan Mekanik.
1). Layani pemasukan KA ke jalur lurus dan setelah kruk
dibalik, tekan tingkapan “lewat di...” harus tidak
dapat ditekan.
2) Setelah sinyal masuk ditarik,kemudian dikembalikan
normal dan kruk telah dikembalikan barulah
tingkapan “lewat di....” dapat ditekan.
3). Tingkapan “lewatdi...” dapat ditekan, harus didahului
kontak rel harus membingkas.
b. Fungsi dan prinsip kerja sekat penekan mekanik dapat
dilihat slide berikut ini.
PURWANTO DW
11. Metode pengujian sekat penekan mekanik
A. SEKAT PENEKAN MEKANIK
1. Sekat penekan mekanik terpasang dibelakang hendel sinyal masuk B I dan B II.
2. Sekat penekan mekanik sinyal B I terhubung parallel dengan sekat penekan mekanik
sinyal B II melalui plat penghubung yang dibaut.
PURWANTO DW
Roda Hendel sinyal masuk Roda Hendel sinyal masuk
PURWANTO DW
12. Metode pengujian sinyal mekanik
a. Posisi sinyal adalah minimum 2,60m dari as Jalur KA.
b. Lengan sinyal harus mempunyai momen 1 Kgm berat kedepan
agar supaya bila saat ditarik “aman” kawat tariknya putus maka
lengan sinyal harus dapat kembali berkedudukan “tidak aman”.
c. Cara pengujian :
1). Sebelum melakukan pengujian sinyal harus seijin PPKA,dan
tidak ada KA berangkat dari St. Sebelah.
2). Tarik kawat sinyal kemudian di kek dengan potongan kawat,
tarik kawat ulurnya lalu di kek dengan kawat sehingga mata
sambungan rantai dapat dilepas.
2). Tarik kawat sinyalnya sampai lengan sinyal mencapai 45
maka bila kawat tarik tsb dilepas pelan-pelan lengan sinyal
harus kembali berkedudukan “Tidak aman” / Mendatar.
PURWANTO DW
Material persinyalan Mekanik
Tiang sinyal berlengan dua dan berlengan satu
Lampu sinyal
Tiang sinyal 11 m
Roda cupit
Kerekan lampu
Tiang dasar
PURWANTO DW
13. Metode pengujian sinyal ulang
a. Sinyal ulang dipasang apabila sinyal utamanya tidak dapat dilihat
dari tempat pelayanan ( PPKA / JRs ).
b. Board semboyannya terhubung pada masing-masing lengan sinyal
utamanya.
c. Pengujian sinyal Ulang:
1). Tempatkan 1 orang pada posisi dapat melihat sinyal masuk.
2). Layani pemasukan KA kejalur lurus, tanyakan kepada orang
yang ditempatkan pada butir 1 kemudian lengan sinyal harus
berkedudukan menyerong 45 , lihat kedudukan sinyal ulang
dari tempat pelayanan harus berkedudukan garis vertikal.
3). Kembalikan sinyal pada kedudukan normal,maka board sinyal
ulang harus terlihat segi empat penuh dari lokasi pelayanan.
4). Lakukan pengujian dengan cara yang sama untuk lengan sinyal
arah belok.
PURWANTO DW
Sinyal ulang
Fungsi : Memberikan indikasi kepada PPKA tentang kedudukan sinyal utamanya
Material persinyalan Mekanik
Tiang sinyal
PURWANTO DW
14. Metode pengujian wesel dan sekat.
a. Pengujian wesel R54 dengan penggerak roda wesel ISS dan
penguncian Claw.
1). Ukur jarak lidah buka kiri, kemudian lidah buka kanan =
120mm s/d 130mm.
2). Lakukan uji ganjalan untuk lidah kiri,kemudian lidah kanan
harus diperoleh ganjalan yang masuk = 2mm s/d 4mm.
3). Pada saat uji ganjalan pada butir 2, sekat wesel harus dapat
masuk pada alur peruntukannya.
4). Pada saat pengukuran butir 1, yakinkan bahwa tanda wesel
dapat menunjukan arah yang benar dan sesuai warna
semboyannya.
.
PURWANTO DW
PENGGERAK RODA WESEL ISS EXTERNAL LOCKING
Material persinyalan Mekanik
PURWANTO DW
15. Metode pengujian kancing wesel
a. Kancing /buka kancing wesel mempunyai hendel tersendiri.
b. Kancing pada posisi normal, bebas wesel dapat dibalik.
c. Buka kancing pada posisi normal weselnya terkunci.
Pengujian kancing wesel :
1). Lakukan uji ganjalan, 2mm s/d 4mm jika uji ganjalan
mencapai 5mm maka roda kancing harus tidak dapat masuk
dalam alurnya.
2). Pada pengujian butir 1, lakukan pemaksaan hendel kancing
keatas harus tidak dapat mencapai posisi akhir.
3). Uji butir 2 dimaksudkan apabila kawat tarik kancing terlalu
kendor akan sangat berbahaya. Kedudukan weselnya salah
tetapi hendel kancing bisa mencapai posisi akhir. Sehingga
persyaratan interlocking dapat terpenuhi.
PURWANTO DW
Material persinyalan Mekanik
RODA KANCING
STANG KANCING
RODA WESEL
STANG WESEL
PURWANTO DW
Penguncian lidah wesel jenis Claw ( kait )
Material persinyalan Mekanik
Stang sekat/kancing
PURWANTO DW
PENGGERAK RODA WESEL NS INTERNAL LOCKING
Material persinyalan Mekanik
SEKAT / KANCING
JIDAR B
STANG WESEL
PURWANTO DW
Roda wesel NS dan sekat tegak tunggal
Material persinyalan Mekanik
JIDAR / MISTAR B
RODA WESEL NS
PURWANTO DW
16. Metode pengujian Sekat wesel 2 ganda
a. Sekat wesel 2 ganda terpasang pada wesel ujung yang dapat
digunakan untuk mengontrol kedudukan wesel ke jalur lurus
atau ke jalur belok.
b. Stang sekat 2 ganda dan mistarnya masing-masing terhubung
dengan lidah weselnya.
c. Roda sekat tidak boleh kemungkinan masuk kedalam alur
cowakan yang bukan peruntukannya.
Roda sekat/kancing
salah posisi
Tanda wesel
Jidar B
Frame sekat/kancing
PURWANTO DW
17. Metode pengujian wesel jenis Arrow lock.
Pengujian wesel R54 dengan penggerak roda wesel ISS
dan penguncian jenis Arrow lock:
1). Ukur jarak lidah buka kiri, kemudian lidah buka kanan =
120mm s/d 130mm.
2). Lakukan uji ganjalan untuk lidah kiri,kemudian lidah kanan
harus diperoleh ganjalan yang masuk = 2mm s/d 4mm.
penguncian arrow harus mencapai 30mm s/d 40mm.
3). Pada saat uji ganjalan pada butir 2, sekat wesel harus dapat
masuk pada alur peruntukannya.
4). Pada saat pengukuran butir 1, yakinkan bahwa tanda wesel
dapat menunjukan arah yang benar dan sesuai warna
semboyannya.
.
PURWANTO DW
PENGUNCIAN WESEL JENIS ARROW LOCK
( Buatan westing house )
Ekor pengunci
Operating Bar
Box pengunci
PURWANTO DW
56
Box Pengunci lidah wesel
Rel lantak wesel
Permukaan penguncian
Ekor pengunci
Box pengunci
Lebar penguncian
Sliding stang
57 PURWANTO DW
18. Metode pengujian penghalang sarana
a. Penghalang sarana jenis perintang dipasang untuk menghalangi
kemungkinan meluncurnya sarana KA yang disimpan dijalur
simpan kearah jalur KA.
b. Posisi normal daun perintang harus berdiri tegak diatas rel dan
tidak boleh ada bagian yang menonjol masuk kedalam ruang
bebas.
c. Pegas penahan daun perintang harus berada berlawanan arah
dengan arah kemungkinan meluncurnya sarana KA.
d. Daun perintang harus di Cat warna “Merah” dan diberi nama
R......
Pengujian perintang:
Lakukan pengujian menurut spektek butir a,b,c diatas.
PURWANTO DW
PENGHALANG SARANA KA JENIS PERINTANG
Material persinyalan Mekanik
Daun perintang
Roda wesel
Frame perintang
PURWANTO DW
PENGHALANG SARANA KA JENIS PELALAU
Material persinyalan Mekanik
PURWANTO DW
Pesawat blok :
Peralatan pesawat blok terdiri :
• Kunci listrik arus bolak-balik
• Kunci listrik arus searah
• Pembangkit arus bolak balik/Induktor.
• Knop panggil
• Lonceng panggil
PURWANTO DW
Pesawat blok TBI ( Toke less block instrument )
D I/II/III 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 2 1 2
SL LC TOL TOL LC SL
St B St A
KR IND SM IND
TWJ IND
TMJ TWJ TWM KL 1
2
BUZZER OKE IND ESL IND
HAPUS
TMA IND
TMA TWA TWA
Stasiun A
PURWANTO DW
TINGKAPAN BLOK JALUR TUNGGAL SISTEM BLOK A
Lonceng panggil
Knop panggil
tingkapan kontak rel
Knop tekan
Nama Tingkapan
Induktor
PURWANTO DW
Material persinyalan Mekanik
KUNCI LISTRIK ARUS BOLAK-BALIK
Knop tekan
Bendera tingkapan
Angker tingkapan
Kontak tingkapan
PURWANTO DW
SISTEM BLOK 1
Blok Kedudukan normal
2 5 sepur
Terkunci
Blok ke B KETERANGAN Tunggal
a Bebas A
1 a – b terputus 1
2 a – c terhubung 5
b c
a
a – b terhubung
a – c terputus
b c
Stasiun A Stasiun B
PURWANTO DW
SISTEM BLOK 2
Blok Kedudukan normal
2 5 sepur
Bebas
Blok ke B Tunggal
Terkunci A
1 1
2 5
Min 10
putaran
Stasiun A Stasiun B
PURWANTO DW
SISTEM BLOK 2
A memberi warta berangkat kepada B
2 5 sepur
Terkunci
Blok ke B Tunggal
Bebas A
21 1
5
Min 10
putaran
Stasiun A Stasiun B
PURWANTO DW
Kunci listrik arus bolak balik 3
Garis-garis gaya magnetik
S U S U
.
(-)
+ + + +
- - - Arus Induktor 220V / 12 Hz
Spul A
Permanen magnit
Angker
S U S U S U S Perubahan polaritas kutub Spul B
Spul B
+ + +
- - - - Arus Induktor 220V / 12 Hz
PURWANTO DW
14. Metode pengujian pesawat blok
a. Pesawat blok berfungsi untuk mengamankan perjalanan KA di petak Jalan antara
dua Stasiun.
b. Pesawat blok adalah sebagai pengganti “ Warta KA”.
c. Pesawat blok harus dapat menjamin bahwa hanya 1(satu) KA yang boleh berada
dalam 1 (satu) petak blok.
d. Tingkapan blok harus diplombir dengan Kawat.
Pengujian tingkapan Blok:
1). Warna Tingkapan “Sepur tunggal “ posisi normal adalah “Merah”. dan harus
dapat ditekan. Apabila tingkapan berubah “Putih” harus tidak dapat ditekan dan
Apabila tingkapan berwarna merah+Putih maka pal blok penuh harus bekerja
sehingga tingkapan dapat ditekan ulang.
2). Warna Tingkapan “Blok ke “ posisi normal adalah “Merah”. dan harus terkunci.
Apabila tingkapan berubah “Putih” sinyal berangkatnya harus dapat ditarik
“Aman” tingkapan dapat ditekan ulang. dan Apabila tingkapan berwarna
merah+Putih maka pal blok penuh harus bekerja sehingga tingkapan dapat
ditekan ulang.
3). Warna Tingkapan “Lewat di “ posisi normal adalah “Merah”. dan terkunci.
Apabila tingkapan berubah “Putih” ,maka sinyal masuknya harus pernah
ditarik dulu sebelum tingkapan ini dapat ditekan. Dan apabila tingkapan
berwarna merah+Putih maka pal blok penuh harus bekerja sehingga tingkapan
dapat ditekan ulang.
PURWANTO DW
Plat petujuk pelayanan
PURWANTO DW
15. PENGUJIAN PELAYANAN PESAWAT BLOK JALUR TUNGGAL
.B
.A
A Minta blok kepada B
1.
B memberi aman kepada A ( sptg A ) dan ( blok ke B ) putih
2.
Blok Sepr Lwt Lwt Sepr Blok
3. Ke tnggl di A Menarik sinyal berangkatnya di tnggl Ke
B B B A A A
Setelah KA berangkat dan telah melewati wesel ujung,
4. A mengembalikan sinyal berangkatnya,kemudian A memberi
Warta berangkat kepada B ( blok ke B) kembali merah,sptg B
dan (Lwt di A ) Putih.
NEGATIVE CHECK : Adalah tidakan pengujian terhadap suatu sub sistem dengan fungsi sebaliknya
Contoh melakukan Negative check :
1. A dapat menarik sinyal berangkatnya apabila tingkapan “ Blok ke B” telah Putih.
2. A dapat memberi warta berangkat apabila sinyal berangkat dan kruk sudah dikembalikan normal
3. Setelah sinyal berangkat diturunkan, kemudian apabila ditarik lagi harus tidak bisa karena telah
terkunci oleh sekat hendel mekanik.
4. B dapat memberi warta masuk apabila sinyal masuk dan kruk sudah dikembalikan normal serta
tingkapan arus rata sudah membingkas putih.
PURWANTO DW
TINGKAPAN BLOK JALUR GANDA SISTEM BLOK III
Kunci listrik arus bolak-b
Kruk sinyal
PURWANTO DW
16. PENGUJIAN PELAYANAN PESAWAT BLOK JALUR GANDA
A B
NEGATIVE CHECK : 1. A dapat menarik sinyal berangkatnya apabila tingkapan “ Blok ke B” telah Putih.
2. A dapat memberi warta berangkat apabila sinyal berangkat dan kruk sudah dikembalikan normal
3. Setelah sinyal berangkat diturunkan, kemudian apabila ditarik lagi harus” tidak bisa” karena telah
terkunci oleh sekat hendel mekanik.
4. B dapat memberi “aman” kepada A untuk memberangkatan KA berikutnya apabila tingkapan
arus rata sudah membingkas “ merah” dan sinyal masuk dan kruk telah dikembalikan normal.
PURWANTO DW
17. PENGUJIAN PELAYANAN INTERFACE BLOK JALUR TUNGGAL
.B
.A (I3T)
J14
J12B
J32B
B Minta blok kepada A
1.
A memberi aman kepada B dengan menekan tombol TKB+ TPB. Hingga
2.
indikator arah blok masuk menyala “merah”. Di B tingkapan blok ke A
menjadi putih. Lwt Sepr Blok
di tnggl Ke
A A A
B menarik sinyal berangkat ke A dari jalur II , Setelah KA berangkat dan
3. telah melewati wesel ujung , B mengembalikan sinyal berangkatnya
kemudian B memberi warta berangkat kepada A dengan menekan
tingkapan Blok ke A sehingga tingkapan ini dan trek blok menjadi
merah sedangkan tingkapan ( sptg A ) menjadi putih
NEGATIVE CHECK : 1. B dapat menarik sinyal berangkatnya apabila tingkapan “blok ke A” telah membingkas putih
2. B dapat memberi warta berangkat kepada A apabila di B sinyal berangkat dan kruk telah
dikembalikan normal .
3. Setelah sinyal berangkat diturunkan, kemudian apabila ditarik lagi harus tidak bisa karena telah
terkunci oleh sekat hendel mekanik.
4. A dapat memberi warta masuk apabila sinyal masuk telah kembali merah dan trek blok padam
. PURWANTO DW
SEMBOYAN SISTEM PERSINYALAN
SEMBOYAN SISTEM PERSINYALAN MEKANIK :
Yang menjadi semboyan siang hari untuk Kereta api adalah peragaan
“kedudukan”Lengan sinyalnya
Semboyan malam hari adalah warna cahaya lampu sinyal. Apabila cahaya
Lampu sinyal padam, maka pengendali sarana KA ( Masinis ) harus berpe
doman / meyakinkan kedudukan lengannya ( Kembali ke semboyan siang)
3
3 SEMBOYAN SISTEM PERSINYALAN ELEKTRIK :
PURWANTO DW
18. PENGUJIAN PENGONTROL KEDUDUKAN WESEL
R1
.
..
3
1 3
o
II
Am A 2o
I
AII
AII
AI
AI
KW3
PENGONTROL KEDUDUKAN WESEL
1, W.1 dilayani setempar dengan bandul wesel
2. W.2,W.3 terlayan pusat dilayani dengan hendel wesel. BKW1
3. W1 kedudukan normal dikontrol dengan buka kancing
hendel dalam kedudukan normal wesel terkancing
4. W.2 kedudukan normal dikontrol dengan sekat. Apabila
hendel sinyal ditarik maka sekaligus menyekat wesel.
•Jalur efektif dapat dibatasi oleh : sinyal, patok bebas wesel, bantalan putih, rambu batas
berhenti KA, ataupun trek sirkit/axle counter.
•Panjang jalur efektif ditentukan pada saat pembangunan awal yang disesuaikan dengan
kebutuhan operasi sehingga dapat digunakan untuk persilangan atau penyusulan KA.
•Panjang Jalur efektif tiap-tiap emplasemen harus dicantumkan pada daftar penggunaan
sepur / jalur KA ataupun dalam RPS (Reglemen Pengamanan Setempat), hal ini untuk
mengantisipasi penempatan suatu KA yang akan bersilang/disusul terkait dengan panjang
rangkaian KA yang bersangkutan.
PURWANTO DW
SEPUR EFEKTIF PADA SISTEM PERSINYALAN MEKANIK
PURWANTO DW
JALUR EFEKTIF PERSINYALAN MEKANIK
Panjang efektif jalur I
I
1 2
II
1. KA Harus berhenti dijalur efektif apabila jalur lainnya akan digunakan untuk bersilang / penyusulan
Panjang efektif jalur I
1 2
I
1 2 3
II
2
I
1 3 4
II
2
I
1 3 4
II
3
I
2 4
II
Panjang efektif jalur II
1 5
III Panjang efektif jalur III
3
3
1 4
II Panjang efektif jalur II
2 5
I
Panjang efektif jalur I
5
I
4 6
II
1 3 7 9
III
2 8
IV
Panjang efektif jalur III dan IV
Sepur efektif pada sistem persinyalan Elektrik
x y
PURWANTO DW
JALUR EFEKTIF PERSINYALAN ELEKTRIK
I
11 13
II
23
I
11 13
II
23B
I 23A
Panjang efektif jalur I kearah kiri
11 13
II
23B
I Panjang efektif jalur I kearah kiri 23A
11 13
II
I 23
3
11A 13A
II
11B Panjang efektif jalur II kearah kanan 13B
I
Panjang efektif jalur I kearah kanan
43
I
21A 21B 23A 23B
II
III
11A 11B 13A 13B
IV
Panjang efektif jalur III dan IV ke arah kanan
41A 43
41B
I
Panjang efektif jalur II ke arah kiri
11C 13A
11A 11B III
Panjang efektif jalur III ke arah kanan 13B 13C
11A IV
Panjang efektif jalur IV ke arah kiri
19. PENGUJIAN / PENGUKURAN PATOK BEBAS WESEL
1. Patok bebas wesel adalah suatu tanda atau batas meletakan sarana KA pada
daerah yang aman dari kemungkinan tersenggol/tertumburnya oleh Langsiran
atau KA lain yang sedang masuk/berangkat.
2. Patok bebas wesel adalah menjadi pedoman untuk menentukan pemasangan
Insulated rail joint ( IRJ’S ), atau head Axle counter dan tiang sinyal yang terkait
pekerjaan pemasangan system persinyalan Listrik.
J 12A
11
Motor wesel
.
Wesel < 1: 10 = 49,1 m ( 22T )
Wesel < 1: 12 = 58,1 m
PURWANTO DW
20. MENENTUKAN PATOK BEBAS WESEL
1. MENENTUKAN PATOK BEBAS WESEL SECARA MATEMATIS.
1950mm
195
0m
2. Tarik garis A-C m
L
4. Tarik garis DC AD sepanjang 1950mm
5. Geser garis BC sehingga BC berpotongan
dengan garis AC dititik C.
6. Geser garis DC sehingga DC berpotongan
dengan garis AC dititik C.
7. Titik C itulah patok bebas wesel.
PURWANTO DW
21. Menentukan jarak pemasangan rel isol / axle counter dan tiang sinyal
(11T) . (12T)
Lx 2,5m
Apabila jarak Irj / axle counter ke patok bebas wesel = 3-5m,
3m s/d 5m maka pada saat trek sirkit ( 11T ) Clear, ujung alat perangkai
sarana KA Berada pada jarak Lx dari patok bebas wesel.
KETERANGAN :
1. Pada sistem persinyalan MEKANIK persyaratan Sarana KA berada diluar ruang bebas wesel
adalah dengan meyakinkan ( persyaratan regulasi ) bahwa badan sarana KA telah berada diluar
patok bebas wesel/Free pal ( dilakukan oleh PPKA/Juru langsir ).
2. Pada sistem persinyalan ELEKTRIK Sarana KA telah bebas diluar patok bebas wesel adalah
dengan terdeteksinya RODA Sarana KA oleh trek sirkit / penghitung gandar yang ditampilkan
di Local Control Panel yang ( dijamin oleh sistem persinyalan ).
3. Jarak roda Sarana KA terhadap badan ujung sarana KA / alat perangkai kurang lebih 2,5m
ditambah toleransi keamanan 0,5m S/d 2,5m sahingga jarak patok bebas wesel terhadap Rel
isol = 3m s/d 5m. ( Standart ). PURWANTO DW
Study kasusu PLH Ketapang
Gambar situasi tabrakan KA 3029B dengan Lori kerja dan Lok CC202 90 14
Km...+...
KETAPANG
Km...+...
Dari NRR ke jalur I
Dari NRR ke jalur II
AI
AII
Km 115 + 283
Km...+...
Km...+... D I/III/IV
Km...+... Ke NRR dari jalur I / III / IV
Km...+...
Km...+...
JPL no ... Km ...+.... Km...+...
1
III
Au 3
IV
Km...+...
Km...+... Km...+...
AI / IV
AIII Km...+...
Dari CEP ke jalur III
Dari CEP ke jalur I atau IV
KETERANGAN :
Km...+...
Perkakas hendel dalam bangunan rendah.
Mistar No 25
Sentil No 19f
Sentil No 8
Sentil No 7 Sentil No 7
Alur pengunci W7
Alur pengunci
dalam kedudukan
kancing W 7
( -- ) Belok
untuk kedudukan
(+/-)
W7 Kw 7 +/- B II
Kedudukan normal.
Posisi normal kedudukan wesel,kancing wesel dan sinyal masuk BII setelah melayani KA masuk.
sesuai aturan dalam PDPS.
a. Hendel sinyal BII dibawah dan terkunci.
b. Hendel wesel 7 dibawah dan bebas bisa dibalik.
c. Hendel kancing W7 dibawah / W7 tidak terkancing.
d. Kruk No14 / Dari NRR ke jalur II miring kekanan.
Purwanto DW
Study kasusu PLH Ketapang
2 Peralatan Interlocking di Rs A yang terkait dengan pelayanan KA dari NRR ke jalur II
Mistar No 8
langkah ke 3
langkah ke 4
langkah ke 2
langkah ke 1
W7 B II
langkah ke 5
Problem !
Mistar No 25 Sentil No 19f patah
Mistar No 8
langkah ke 3
langkah ke 2 langkah ke 4
Sentil No 7 Sentil No 7
Pengunci hendel kancing
Alur pengunci W7
W7 mentok pada bibir Kruk No 14 ki Kunci wesel masuk
roda hendel karena
dalam kedudukan
tidak menemui alur ( Dari NRR ke jalur II ) dari NRR Pengunci bebas sinyal BII
( -- ) Belok
pengunci ( -- ) dapat ditarik " Aman"
Pengunci hendel
mentok pada bibir
roda hendel karena
tidak menemui alur
pengunci ( + )
Alur pengunci
kancing W 7
untuk kedudukan
langkah ke 1 (+/-)
Kw 7 +/- B II