Anda di halaman 1dari 90

UNDANG-UNDANG REPUBLIK

INDONESIA
NOMOR 23 TAHUN 2007
TENTANG
PERKERETAAPIAN

Pasal 67 s/d 80
Tentang Kelaikan Prasarana Perkeretaapian
Pasal 67

(1) Prasarana perkeretaapian yang dioperasikan wajib memenuhi persyaratan kelaikan


yang berlaku bagi setiap jenis prasarana perkeretaapian.
(2) Persyaratan kelaikan prasarana perkeretaapian meliputi:
a. persyaratan teknis; dan
b. persyaratan operasional.
(3) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi persyaratan
sistem dan persyaratan komponen.
(4) Persyaratan operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b adalah
persyaratan kemampuan prasarana perkeretaapian sesuai dengan rencana operasi
perkeretaapian.

Pasal 68

(5) Untuk menjamin kelaikan prasarana perkeretaapian, wajib dilakukan pengujian dan
pemeriksaan.
(6) Pengujian prasarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh Pemerintah dan dapat dilimpahkan kepada badan hukum atau lembaga yang
mendapat akreditasi dari Pemerintah.
(7) Pemeriksaan prasarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
dilakukan oleh Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian.
Pasal 69

Pengujian prasarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68


ayat (2) terdiri dari:
a. uji pertama; dan
b. uji berkala.

Pasal 70

(1) Uji pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 huruf a wajib dilakukan untuk
prasarana perkeretaapian baru dan prasarana perkeretaapian yang mengalami
perubahan spesifikasi teknis.
(2) Uji pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 huruf a dilakukan terhadap :
a. rancang bangun prasarana perkeretaapian; dan
b. fungsi prasarana perkeretaapian.
(3) Uji pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh Pemerintah dan
dapat dilimpahkan kepada badan hukum atau lembaga yang mendapat akreditasi dari
Pemerintah.
(4) Prasarana perkeretaapian yang mengalami perubahan spesifikasi teknis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus mendapat izin dari Menteri.
Pasal 71

(1) Prasarana perkeretaapian yang lulus uji pertama diberi sertifikat uji pertama
oleh:
a. Pemerintah;
b. badan hukum yang mendapat akreditasi dari Pemerintah; atau
c. lembaga yang mendapat akreditasi dari Pemerintah.
(2) Sertifikat uji pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk
selamanya, kecuali mengalami perubahan spesifikasi teknis.

Pasal 72

(3) Uji berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 huruf b wajib dilakukan
untuk prasarana perkeretaapian yang telah dioperasikan sesuai dengan
jadwal yang ditetapkan.
(4) Uji berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan terhadap
fungsi prasarana perkeretaapian.
(5) Uji berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh pemerintah
dan dapat dilimpahkan kepada badan hukum atau lembaga yang mendapat
akreditasi dari Pemerintah.
Pasal 71

(1) Prasarana perkeretaapian yang lulus uji pertama diberi sertifikat uji pertama
oleh:
a. Pemerintah;
b. badan hukum yang mendapat akreditasi dari Pemerintah; atau
c. lembaga yang mendapat akreditasi dari Pemerintah.
(2) Sertifikat uji pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk
selamanya, kecuali mengalami perubahan spesifikasi teknis.

Pasal 72

(3) Uji berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 huruf b wajib dilakukan
untuk prasarana perkeretaapian yang telah dioperasikan sesuai dengan
jadwal yang ditetapkan.
(4) Uji berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan terhadap
fungsi prasarana perkeretaapian.
(5) Uji berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh pemerintah
dan dapat dilimpahkan kepada badan hukum atau lembaga yang mendapat
akreditasi dari Pemerintah.
Pasal 71

(1) Prasarana perkeretaapian yang lulus uji pertama diberi sertifikat uji pertama
oleh:
a. Pemerintah;
b. badan hukum yang mendapat akreditasi dari Pemerintah; atau
c. lembaga yang mendapat akreditasi dari Pemerintah.
(2) Sertifikat uji pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk
selamanya, kecuali mengalami perubahan spesifikasi teknis.

Pasal 72

(3) Uji berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 huruf b wajib dilakukan
untuk prasarana perkeretaapian yang telah dioperasikan sesuai dengan
jadwal yang ditetapkan.
(4) Uji berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan terhadap
fungsi prasarana perkeretaapian.
(5) Uji berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh pemerintah
dan dapat dilimpahkan kepada badan hukum atau lembaga yang mendapat
akreditasi dari Pemerintah.
Pasal 75

Pelaksanaan pengujian prasarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 69 wajib menggunakan peralatan pengujian dan sesuai dengan tata cara
pengujian yang ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 76

Setiap badan hukum atau lembaga pengujian prasarana perkeretaapian yang


melakukan pengujian wajib menggunakan tenaga penguji yang memiliki sertifikat
keahlian, menggunakan peralatan pengujian, dan melakukan pengujian sesuai
dengan tata cara pengujian prasarana perkeretaapian yang ditetapkan.

Pasal 77
Setiap badan hukum atau lembaga yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 76 dikenai sanksi administratif berupa teguran tertulis,
pembekuan izin, atau pencabutan izin operasi.

Pasal 78
Setiap tenaga penguji prasarana perkeretaapian wajib melakukan pengujian
prasarana perkeretaapian dengan menggunakan peralatan pengujian dan sesuai
dengan tata cara pengujian yang ditetapkan.
Pasal 79

Tenaga penguji prasarana perkeretaapian yang melanggar ketentuan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 78, dikenai sanksi administratif berupa teguran tertulis,
pembekuan sertifikat keahlian, atau pencabutan sertifikat keahlian.

Pasal 80
(1) Pengoperasian prasarana perkeretaapian wajib dilakukan oleh petugas yang telah
memenuhi syarat dan kualifikasi kecakapan yang dibuktikan dengan sertifikat
kecakapan.
(2) Sertifikat kecakapan pengoperasian prasarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diberikan setelah lulus mengikuti pendidikan dan pelatihan.
(3) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diselenggarakan oleh
Pemerintah dan dapat dilimpahkan kepada badan usaha atau lembaga lain yang
mendapat akreditasi dari Pemerintah.
(4) Sertifikat kecakapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh:
a. Pemerintah;
b. badan hukum yang mendapat akreditasi dari Pemerintah; atau
c. lembaga yang mendapat akreditasi dari Pemerintah.
FASILITAS OPERASI KERETA API

PERALATAN PERALATAN PERALATAN


SINYAL TELEKOMUNIKASI LISTRIK

Persinyalan Mekanik

Persinyalan Elektrik
Peralatan Persinyalan

Peralatan pengamanan persinyalan adalah suatu fasilitas


untuk mengamankan dan mengatur perjalanan kereta
api dengan peragaan kedudukan, atau warna cahayanya
sehingga operasi kereta api dapat berjalan lancar, aman
dan efisien.
Peralatan persinyalan terdiri atas:
Sinyal
Tanda
Marka.
Tanda : Adalah isyarat untuk memberi peringatan atau petunjuk
kepada pengendali pergerakan KA, dapat berupa:
a). suara,
b). Peraga,cahaya.
c). bendera,
d).papan berwarna.

Marka : Adalah gambar atau tulisan sbg peringatan /petunjuk


kondisi tertentu suatu tempat yang terkait dengan
perjalanan KA terdiri atas:
a). Marka batas
b). Marka sinyal
c). Marka masinis berteriak
d). Marka kelandaian
e). Marka lengkung, dan
f). Marka kilometer.
FASILITAS OPERASI KERETA API

PERALATAN SINYAL PERALATAN TELEKOM PERALATAN LISTRIK


1. Peraga sinyal mekanik 1. Tower Radio UHF 1. Gardu LAA /Sub Station
2. Penggerak wesel 2. Radio UHF 2. Jaringan Catenary
3. Pengontrol wesel 3. Traindispatching 3. Jaringan PDL
4. Peralatan Interlocking 4. Telepon TOKA 4. Jaringan Pembumian
5. Peralatan blok 5. Telepon PRT 5. Incoming Power PLN
6. Peralatan hendel 6. Telepon Blok 6. Silicon Rectifier
7. Penghalang sarana 7. Telepon PJL 7. Proteksi petir
8. Induktor 8. Talk back 8. Proteksi tegangan lebih
9. HT / RIGG 9. Proteksi arus lebih
9. Peraga Sinyal cahaya 10. Amplifier 10.
10.Interlocking sistem 11.Radio Lokomotif
11.Blocking sistem 12.Transmisi saluran fisik
12.Panel pelayanan (LCP) 13.Transmisi saluran Fo
13.Catu daya 14.Genta penjaga
14.Data logger 15.Gentanik.
15.Proteksi Dalam 16.Jam PK
16.Penggerak wesel 17.Jam peron
17.Pengontrol wesel 18.Catu daya.
18.Penghalang sarana 19.Proteksi.
19.Pendeteksi sarana
20.Media transmisi
21.Proteksi Luar

Purwanto
PENGUJIAN PERALATAN SINYAL MEKANIK
Uji rancang bangun
Metode pengujian:
I. Mengkoreksi dan mempelajari data-data rancang bangun:
1. Data-data yang diperlukan adalah:
- Peraturan dinas pengamanan setempat ( PDPS ) untuk Stasiun yang akan diuji.
- Asbuilt drawing yang mencakup :
a. Gambar situasi pengamanan emplasemen.
b. Gambar susunan mistar disemua rumah sinyal/Interlocking Table.
c. Gambar montase perkabelan sistem blok
d. Gambar jalan arus / strom loop sistem blok.
e. Gambar jalan kawat tarik sinyal-sinyal dan wesel- wesel.
2. Data-data yang dibutuhkan harus sudah diterima tim penguji 3 hari sebelum
pelaksanaan pengujian agar dapat dikoreksi/ dipelajari.

II. Membandingkan asbuilt drawing dengan standar PM


1. Membandingkan spesifikasi Teknik desain peralatan yang diuji dengan
standart spesifikasi teknik yang ditetapkan dalam PM 10 tahun 2011
Membandingkan kesesuaian PDPS dengan kondisi diemplasemen tentang:
a. Track layout emplasemen dan pengamanan emplasemen.
b. Jumlah dan jenis Jalur-jalur KA dan jalur lainya.
c. Sinyal-sinyal, berlakunya, posisi dan Kilometernya.
d. Pengontrol kedudukan wesel,sekat,kancing,perintang,pelalau
e. Arah perjalanan KA ( masuk,berangkat dan jalan langsung ).
f. Daftar pengucilan perjalanan KA dan kedudukan wesel-wesel.
g. Plat petunjuk pelayanan berbagai perjalanan kereta api
Alat uji dan alat bantu pengujian sinyal
Mekanik
• AVO meter analog atau digital.
• Plat ganjalan lidah wesel 1mm s/d 5mm
• Potongan kawat baja 4mm x 200mm; 5mm x 200mm.
• Toolset, palu ,pahat,kunci inggris, tang kombinasi, obeng +/-
• Takal dan kodokan.
• Mili Ampere meter dengan batas ukur 500 mA.
• Ajustable Resistor 1000 Ohm / 50 Watt
• Rol meter panjang 5m.
• Water pas.
• Handy talky UHF 3 set.
• Camera foto digital.
• Rompi keselamatan dan helm.
• Surat penugasan pengujian.
• Identitas Penguji.
Contoh Gambar situasi pengamanan Emplasemen

Stasiun
Km 000 + 000
A

Ke B dari jalur I/II atau III


Km 000+225
D I/II/III Km 000+260 I Km 000 -150
Km 000 -225
II I
Ke Stasiun B D 3 2
II
Bm B 4 Km 000 -150 1
Km 001+200 Km 000+600 B I/III B II
II

I
III
III Km 000 -250
Km 000 -200
Km 000+250
Ke B dari jalur I/II atau III

Ke B dari jalur I/II atau III

Keterangan
3
Kedudukan biasa bagi wesel terlayan pusat

Sekat wesel
MADIUN ...Mei 2015
Kepala seksi Laboratorium AKPIM
Kancing wesel

Tanda batas berhenti KA

Kontak rel

(...................................................)
Rute perjalanan KA
III.F.22-3

P ER ATUR AN D I NAS
P ENGAM ANAN EM P LASEM EN
LAB OR ATOR I UM AP I

Stasiu n A

AKADEMI PERKERETAAPIAN INDONESIA


MADIUN
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
2015
Pengujian sinyal Mekanik
Jalur ganda tanpa rumah sinyal Z
Dari Y ke jalur II

.
Ke X dari jalur I/II Dari Y ke jalur I
C I/II
Km…+…
A IIA I
C I
2 3 6 7 B Bm
II
X Y
1 4
III 8
Am A 9

A I/IV A III
IV D D I/III/IV
R.5 5
Dari X ke jalur I/IV Km…+… Ke Y dari jalur I/III/IV
Dari X ke jalur III
Keterangan :
Sinyal muka………………dilengkapi nama dan letak Km…+…

Sinyal berangkat………….dilengkapi nama ,letak Km…+…., dan berlakunya lengan sinyal

Sinyal masuk…………… ..dilengkapi nama, letak Km…+…,dan berlakunya masing-masing lengan sinyal

Wesel terlayan pusat........Letak roda wesel dan arah kedudukan normal wesel-wesel sesuai gambar. Wesel ujung dilengkapi Km…+….
O1

Wesel terlayan setempat..Letak roda wesel dan arah kedudukan normal wesel-wesel sesuai gambar. Wesel ujung dilengkapi Km…+….
5
Perintang……………………Kedudukan normal melintang diatas jalur

Sekat wesel……………… ..Digambar sesuai jumlah rodanya, ekor menunjukkan kearah mana wesel tsb disekat.

Kancing wesel…………….Digambar sesuai jumlah rodanya, ekor menunjukkan kearah mana wesel tsb disekat.

II Jalur KA…………………..Digambar garis tebal dengan nomor angka romawi

3 Jalur langsir…………………..Digambar garis tipis dengan nomor angka arab

Perkakas hendel mekanik PPKA Digambar membelakangi jalur KA

PURWANTO DW
1. Metode pengujian pengamanan emplasemen
a. Membandingkan spesifikasi Teknik desain peralatan yang diuji
dengan standar spektek yang ditetapkan dalam PM 10 / 2011.
b. Membandingkan kesesuaian PDPS dengan kondisi emplasemen
tentang:
1). Track layout emplasemen dan pengamananya
2). Jumlah dan jenis Jalur-jalur KA dan jalur lainya.
3). Sinyal-sinyal, berlakunya, posisi dan Kilometernya.
4). Pengontrol kedudukan wesel,sekat,kancing, perintang,
pelalau
5). Arah perjalanan KA ( masuk,berangkat dan jalan langsung ).
6). Daftar pengucilan perjalanan KA dan kedudukan wesel-
wesel.
7). Plat petunjuk pelayanan berbagai perjalanan kereta api
DAFTAR
Daftar PENGUCILANperjalanan
pengucilan PERJALANANKA
KAdan
DAN KEDUDUKAN
kedudukanWESEL
wesel
Dari B Ke B
Nomor dan
Pelayanan Ke Dari Sinyal bebas atau KETERANGAN
Kedudukan
perjalanan KA terkunci
Jalur Jalur wesel
Knc
I II III I II III 1 2 3 W3 4 Bm BI/III B II D Perjalanan KA tidak dapat dilakukan bersamaan

Dari B I Perjalanan KA dapat dilakukan bersamaan

Ke II Kedudukan biasa bagi wesel terlayan pusat.

Jalur III Kedudukan tak biasa bagi wesel terlayan pusat.

Ke B I Sinyal kedudukan terkunci

Dari II Sinyal kedudukan bebas dapat ditarik aman.

Jalur III
Persinyalan mekanik Situasi pengamanan emplasemen
.
C 1 I O2
O B Bm
X II Y
Am A D
Daftar pengucilan perjalanan KA dan kedudukan wesel
Dari ke Dari ke
jl jl Kddk
X X Y Y
ke dari trs ke dari trs wesel Sinyal bebas atau terkunci KETERANGAN
jalur jalur ke jalur jalur ke
I II I II Y I II I II X 1 2 AI AII C D BII BI
Tak mungkin
I - -
Dari X ke jalur
Perjalanan KA tak dapat
II + + dilakukan bersamaan
I - Perjalanan KA dapat
Ke X dari jalur dilakukan bersamaan
II +
Wesel berkedudukan biasa
Jalan terus ke Y + + +
Wesel berkedudukan tak biasa
I - - -
Dari Y ke jalur
Sinyal terkunci dalam kedudukan
II + + Biasa.
I -
Ke Y dari jalur Sinyal bebas dapat ditarik “Aman”
II +
Jalan terus ke X + +
KA2
Tata Cara Pengujian.
1. Berpedoman pada daftar pengucilan / rute table yang tercantum dalam Peraturan dinas pengamanan setempat.
2. Dilakukan dengan cara melayani pembentukan rute berbagai perjalanan KA yang tertulis mendatar dibandingkan
dengan perjalanan KA yang tertulis vertical. Apabila rute perjalanan KA tersebut bertemu pada bidang berarsir
maka rute perjalanan yang kedua harus tidak dapat dilakukan.
3. Contoh :Perjalanan KA dari X masuk ke jalur II tak dapat dilakukan bersamaan dengan Dari Y masuk ke jalur II
Sinyal AII dapat ditarik “Aman” tetapi sinyal AI, C, D, BII dan BI terkunci dalam kedudukan normal.

PURWANTO DW
Pesawat blok TBI St.A kearah St.B

D I/II/III 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

1 2 1 2
SL LC TOL TOL LC SL

St B St A

KR IND SM IND

TWJ IND
TMJ TWJ TWM KL 1

2
BUZZER OKE IND ESL IND
HAPUS

TMA IND
TMA TWA TWA

Stasiun A
Pesawat blok TBI St.A kearah St.B

D I/II/III 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

1 2 1 2
SL LC TOL TOL LC SL

St B St A

KR IND SM IN D

TWJ I ND
TMJ TWJ TWM KL 1

2
BUZZER OK E IND ESL IND
HAPUS

TMA IND
TMA TWA TWA

Stasiun A

Ke Stasiun B dari jalur Dari Stasiun B ke jalur


Sinyal Sinyal Sinyal
Bm B I/III B II
9 10 11 9 10 11 9 10 11
2 at 4 15 at 17 16 9 10 9 10 9 10 19 20 19 20 19 20
2 4 2
1 1 Sinyal D Sinyal D Sinyal D Sinyal B Sinyal B Sinyal B

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

BI/III BII Kw
Bm Sekat
W4+/--
Sekat
W4+ W3+
D 4 3 3 2 1
2. Metode pengujian Interlocking
a. Menguji interlocking berdasarkan daftar pengucilan dan kedudukan
wesel yang tertera pada PDPS Stasiun yang bersangkutan.

b. Contoh pengujian :
1). Kondisi Normal semua sinyal harus terkunci, sedangkan wesel
harus bebas dapat dibalik ( tertuang dalam PDPS).
2). Perjalanan KA “ Dari X ke jalur I , W1(+), W4(+) hendel harus
berkedudukan normal / dibawah.
3). W 2(-), W 3(-), Kw 3 (-) hendel harus dibalik keatas.
4). Sinyal B I/III,Bm dapat ditarik “Aman”, pada posisi demikian maka
5). Lakukan tes wesel & kancing yang terkait harus terkunci.
6). Sinyal B II dan D harus terkunci.
7). Pada kedudukan Normal, bila “Aret “ hendel sinyal ditekan maka
pengunci hendel sinyal tidak boleh bebas sebelum pendorong semat 18
keluar dan rata terhadap roda hendelnya

c. Dengan metode yang sama lakukan


1). Pengujian rute perjalanan KA berikutnya
2.) Lakukan Negative Cek terhadap rute perjalanan KA yang berlawanan
arah, menyilang, searah berdasarkan daftar pengucilan perjalanan KA.
mana yang dapat dilaksanakan bersamaan atau tidak.
3. Metode pengujian plat petunjuk pelayanan
a. Pelayanan sinyal mekanik ditunjukan dengan plat petunjuk pelayanan yang
bertuliskan “angka berwarna”:
1) Warna “Hitam” adalah nomor hendel yang harus berkedudukan dibawah
2) Warna “Merah” adalah nomor hendel yang harus dibalik keatas.
3). Warna “ Kuning” adalah nomor kruk yang menjadi bebas setelah kruk
tersebut dibalik.
4). Warna “Hijau” adalah nomor kruk yang harus dibalik terlebih dulu sebelum
kruk tersebut dapat dibalik.
5). Hendel sinyal ditandai dengan plat nama dasar “Merah tulisan Putih”
jika hendel sinyal digunakan sekaligus untuk menyekat kedudukan wesel
maka dibawah nama hendel ditambah tulisan “ sek W.. +/- “
6). Hendel wesel ditandai dengan plat nama dasar “ Putih tulisan Hitam”
7). Hendel kancing/buka kancing ditandai plat dasar “ Hijau tulisan Putih”
8). Kruk sinyal takiknya diberi warna “Merah”
9). Kruk sepur/jalur takiknya diberi warna “Hitam”.
b. Lakukan pengujian menurut pelayanan perjalanan KA sesuai dalam PDPS.
1). Lakukan negative chek. Bila satu atau lebih syarat pelayanan perjalanan KA
tidak sesuai maka sinyal yang bersangkutan harus tidak dapat ditarik.
2). Pelayanan perjalanan KA yang terkait dengan tingkapan-tingkapan blok
harus diuji sesuai urutan kerjanya yang tertuang dalam PDPS.
SISTEM PERSINYALAN MEKANIK DENGAN PESAWAT BLOK

Pesawat
blok
Induktor Plat petunjuk
pelayanan
Kruk sepur

Kruk sinyal

Peralatan Interlocking

Hendel
wesel

Hendel sinyal

Tongklem

PURWANTO DW
4. Metode pengujian hendel sinyal
a. Tangkai hendel sinyal dibaut menyatu dengan roda hendel ,
b. Kedudukan Normal “aret “ hendel sinyal terkunci oleh semat 18
sehingga semat pengunci hendel sinyal masuk kedalam cowakan
rumah hendel.
c. Dalam kedudukan Normal, lakukan uji aret hendel sinyal ditekan
kemudian periksa pengunci hendel sinyal tidak boleh keluar dari
cowakan rumah hendel sebelum pendorong semat 18 keluar rata
dengan bibir roda hendel. Bila hal ini tidak terpenuhi maka dapat
menyebabkan semat 18 bengkok.
d. Apabila hendel sinyal sekaligus melayani sekat wesel maka
disamping nama sinyal harus ditulis juga sekat wesel...(+) atau (-)
HENDEL-HENDEL SINYAL

PURWANTO DW
HENDEL SINYAL

HENDEL SINYAL

PURWANTO DW
5. Metode pengujian hendel wesel
a. Tangkai hendel wesel tidak dibaut menyatu dengan roda hendel.
tetapi roda wesel terpegang oleh pal kuda-kuda dan 2 buah per.
b. Tangkai hendel wesel diplombir kawat terhadap roda weselnya,
dan dicat warna merah.
c. Kedudukan Normal hendel wesel bebas dapat dibolak-balik.
d. Semat persegi pengunci hendel wesel mempunyai alur untuk
jalan berputarnya roda hendel wesel pada saat terjadi
pelanggaran wesel.
e. Lakukan pengujian dengan tuas pembantu pada saat wesel
terkunci atau tidak terkunci, roda hendel harus dapat terputar
melewati alur semat persegi pengunci hendel wesel.

PURWANTO DW
HENDEL- HENDEL WESEL

Apitan lidah wesel /


Tongklem

PURWANTO DW
HENDEL WESEL

HENDEL WESEL

PURWANTO DW
SEKAT PENEKAN HENDEL MEKANIK

Gambar.1 Gambar.2

Gambar.4
Gambar.3 PURWANTO DW
CARA KERJA SEKAT PENEKAN HENDEL MEKANIK
Gbr 1 : a. Hendel sinyal blok posisi normal, semat kunci listrik posisi mengunci.
sekat penekan (5) bersandar pada semat kunci listrik (1).
b. Sinyal blok belum dapat ditarik,

Gbr 2 : a. Kunci listrik “Blok ke” membingkas ( Terima “Aman” ) sehingga semat kunci
listrik (1) bebas.
b. Sekat penekan (5) mengunci semat kunci listrik(1), sinyal blok dapat ditarik
“Aman”.

Gbr 3 : a. Setelah KA diberangkatkan, sinyal blok dikembalikan kedudukan normal.


( Petak blok tertutup ).
b. Tuas (6) terdorong oleh pen (9) sehingga Sekat penekan (5) menjadi bebas.
c. Kait sekat hendel (10) masuk dalam alur roda hendel sehingga sinyal
berangkat terkunci /tidak dapat ditarik lagi.

Gbr 4, : a. Sinyal blok posisi normal, kunci listrik “Blok ke “ ditekan/ memberi warta
berangkat . Sehingga Kait sekat hendel (10) bebas kembali.

PURWANTO DW
7. Metode pengujian sekat penekan hendel mekanik
a. Sekat penekan hendel mekanik dipasang dibelakang hendel
sinyal
Blok, yang berfungsi mencegah penarikan ulang sinyal berangkat
agar hanya dapat ditarik 1(satu) kali setiap terima pemberian
warta ‘Aman”.
b. Pengujian sekat penekan hendel mekanik :
1). Pengujian harus dilakukan pada waktu window time ( tidak
ada KA )
2). Putihkan tingkapan “blok ke...”
3). Tarik sinyal berangkat hingga mencapai kedudukan 45
4). Kembalikan hendel sinyal berangkat pada kedudukan normal.
kemudian angkat/tarik kembali maka harus tidak bisa.
5). Hal ini untuk memenuhi persyaratan bahwa dalam 1 (satu )
petak blok hanya diijinkan ada 1 ( satu ) KA saja.
PURWANTO DW
8. Metode pengujian sekat penekan kontak rel
a. Komponen pokok sekat penekan kontak rel:
- Kontak rel,tingkapan kecil,battrey,kontak hendel.
b. Pengujian kontak rel :
1). Ukur tegangan battrey kontak rel +/- 6 Volt.
2). Yakinkan tingkapan kontak rel diplombir dengan benang’
3). Tarik sinyal masuk kemudian tekan/injak kontak relnya.
4). Warna tingkapan kontak rel harus membingkas / berubah.
c. Atau amati saat pelayanan KA masuk,kontak rel harus dapat bekerja
bila terinjak oleh KA.
d. Sebelum kontak rel membingkas maka tingkapan “lewat di.....”
Harus tidak dapat ditekan.
e. Gunakan komunikasi dengan HT.

PURWANTO DW
9. Metode pengujian
ALAT PENSYARAT sekatWARTA
PEMBERIAN penekan kontak rel
MASUK

A. KONTAK REL :
1. Kontak rel terhubung dengan “Tingkapan kontak rel “diatas tingkapan “lewat di Kbu”
2. Kontak rel akan bekerja apabila :
- Sinyal masuk telah ditarik “Aman”
- Terinjak oleh roda depan rangkaian KA.

FUNGSI TINGKAPAN KONTAK REL :


Mencegah PPKA / JRS agar supaya tidak dapat memberikan “Warta masuk” sebelum :
- Kontak rel terinjak rangkaian KA yang bersangkutan.
- Sinyal masuk sudah dikembalikan pada kedudukan semboyan“ Berhenti”
- Kruk sinyal masuk sudah dikembalikan “Normal”

PERSYARATAN PEMBERIAN WARTA MASUK:


- Kontak rel telah terinjak rangkaian KA, Tingkapan kontak rel telah membingkas “putih”
- Sinyal masuk sudah dikembalikan pada kedudukan semboyan “ Berhenti”
- Kruk sinyal masuk sudah dikembalikan “Normal”
- KA telah masuk lengkap dengan membawa semboyan 21. ( Diyakinkan oleh PPKA/JRs )

REGULASI :

1. Tingkapan Kontak rel tidak boleh dikutik kecuali jika hanya terjadi gangguan kontak rel.
2. Tingkapan kontak rel diplombir dengan “benang” dan hanya boleh dikutik oleh PPKA / JRs
saat terjadi gangguan kontak rel atas tanggung jawabnya sendiri ( Tertuang dalam PDPS ).
3. Kalau karena tidak adanya / belum terpasangnya Kontakrel Dilarang melegalkan pengutikan
“tingkapan kontak rel” dan menuangkannya dalam PDPS secara permanen.
4. Legalisasi pengutikan tingkapan kontak rel masih memungkinkan dilanggar oleh petugas
( Tidak dapat mencegah kelalaian / Kelupaan petugas ).
5. Sehubungan dengan butir 3 dan 4, harus diusahakan melengkapi kontak rel agar supaya
system persinyalan lengkap dan memenuhi persyaratan laik operasi.

PURWANTO DW
Sirkit kontak rel Tingkapan
Kontak rel

Tingkapan
Roda KA Battrey “Lewat di”

kontak rel
kontak Hendel
sinyal masuk Hendel
sinyal masuk

PURWANTO DW
10. Metode pengujian sekat penekan mekanik
a. Pengujian sekat penekan Mekanik.
1). Layani pemasukan KA ke jalur lurus dan setelah kruk
dibalik, tekan tingkapan “lewat di...” harus tidak
dapat ditekan.
2) Setelah sinyal masuk ditarik,kemudian dikembalikan
normal dan kruk telah dikembalikan barulah
tingkapan “lewat di....” dapat ditekan.
3). Tingkapan “lewatdi...” dapat ditekan, harus didahului
kontak rel harus membingkas.
b. Fungsi dan prinsip kerja sekat penekan mekanik dapat
dilihat slide berikut ini.
PURWANTO DW
11. Metode pengujian sekat penekan mekanik
A. SEKAT PENEKAN MEKANIK
1. Sekat penekan mekanik terpasang dibelakang hendel sinyal masuk B I dan B II.
2. Sekat penekan mekanik sinyal B I terhubung parallel dengan sekat penekan mekanik
sinyal B II melalui plat penghubung yang dibaut.

FUNGSI SEKAT PENEKAN MEKANIK:


1. Mencegah PPKA / JRs agar supaya tidak dapat memberikan “Warta masuk” sebelum :
Ia pernah menarik sinyal masuknya.
2. Sekat penekan mekanik akan bebas setelah sinyal masuknya dikembalikan dalam posisi
normal ( KA telah masuk ).

PRINSIP KERJA SEKAT PENEKAN MEKANIK

Knop tekan terkunci


Knop tekan bebas.

Roda Hendel sinyal masuk Roda Hendel sinyal masuk

1. Tingkapan “lewat di Kbu” membingkas 2. Sinyal masuk ditarik “Aman” tuas 5


“putih” tuas 5 mengunci knop tekan. bergeser kekiri knop tekan Tingkapan
( Warta masuk belum dapat diberikan ) “lewat di Kbu” menjadi “ Bebas”

PURWANTO DW
Roda Hendel sinyal masuk Roda Hendel sinyal masuk

3. Sinyal masuk dikembalikan 4. Warta masuk dapat diberikan,


pada posisi normal knop tekan tingkapan
“lewat di Kbu” dapat ditekan
 

PURWANTO DW
12. Metode pengujian sinyal mekanik
a. Posisi sinyal adalah minimum 2,60m dari as Jalur KA.
b. Lengan sinyal harus mempunyai momen 1 Kgm berat kedepan
agar supaya bila saat ditarik “aman” kawat tariknya putus maka
lengan sinyal harus dapat kembali berkedudukan “tidak aman”.
c. Cara pengujian :
1). Sebelum melakukan pengujian sinyal harus seijin PPKA,dan
tidak ada KA berangkat dari St. Sebelah.
2). Tarik kawat sinyal kemudian di kek dengan potongan kawat,
tarik kawat ulurnya lalu di kek dengan kawat sehingga mata
sambungan rantai dapat dilepas.
2). Tarik kawat sinyalnya sampai lengan sinyal mencapai 45
maka bila kawat tarik tsb dilepas pelan-pelan lengan sinyal
harus kembali berkedudukan “Tidak aman” / Mendatar.

PURWANTO DW
Material persinyalan Mekanik
Tiang sinyal berlengan dua dan berlengan satu

Lengan sinyal dilapis schoot lite

Lampu sinyal

Tiang sinyal 12,5m

Tiang sinyal 11 m

Roda cupit

Kerekan lampu

Tiang dasar

PURWANTO DW
13. Metode pengujian sinyal ulang
a. Sinyal ulang dipasang apabila sinyal utamanya tidak dapat dilihat
dari tempat pelayanan ( PPKA / JRs ).
b. Board semboyannya terhubung pada masing-masing lengan sinyal
utamanya.
c. Pengujian sinyal Ulang:
1). Tempatkan 1 orang pada posisi dapat melihat sinyal masuk.
2). Layani pemasukan KA kejalur lurus, tanyakan kepada orang
yang ditempatkan pada butir 1 kemudian lengan sinyal harus
berkedudukan menyerong 45 , lihat kedudukan sinyal ulang
dari tempat pelayanan harus berkedudukan garis vertikal.
3). Kembalikan sinyal pada kedudukan normal,maka board sinyal
ulang harus terlihat segi empat penuh dari lokasi pelayanan.
4). Lakukan pengujian dengan cara yang sama untuk lengan sinyal
arah belok.
PURWANTO DW
Sinyal ulang
Fungsi : Memberikan indikasi kepada PPKA tentang kedudukan sinyal utamanya
Material persinyalan Mekanik

Digandeng dengan lengan sinyal atas

Digandeng dengan lengan sinyal bawah

Tiang sinyal

Kawat tarik sinyal

Jalur KA lengkung sinyal masuk


tidak tampak dari PPKA

PURWANTO DW
14. Metode pengujian wesel dan sekat.
a. Pengujian wesel R54 dengan penggerak roda wesel ISS dan
penguncian Claw.

1). Ukur jarak lidah buka kiri, kemudian lidah buka kanan =
120mm s/d 130mm.
2). Lakukan uji ganjalan untuk lidah kiri,kemudian lidah kanan
harus diperoleh ganjalan yang masuk = 2mm s/d 4mm.
3). Pada saat uji ganjalan pada butir 2, sekat wesel harus dapat
masuk pada alur peruntukannya.
4). Pada saat pengukuran butir 1, yakinkan bahwa tanda wesel
dapat menunjukan arah yang benar dan sesuai warna
semboyannya.
.

PURWANTO DW
PENGGERAK RODA WESEL ISS EXTERNAL LOCKING
Material persinyalan Mekanik

REL LANTAK TANDA WESEL

SEKAT / KANCING WESEL


LIDAH WESEL
JIDAR
B
RODA WESEL
ISS
KLAW PENGUNCI LIDAH WESEL

PURWANTO DW
15. Metode pengujian kancing wesel
a. Kancing /buka kancing wesel mempunyai hendel tersendiri.
b. Kancing pada posisi normal, bebas wesel dapat dibalik.
c. Buka kancing pada posisi normal weselnya terkunci.
Pengujian kancing wesel :
1). Lakukan uji ganjalan, 2mm s/d 4mm jika uji ganjalan
mencapai 5mm maka roda kancing harus tidak dapat masuk
dalam alurnya.
2). Pada pengujian butir 1, lakukan pemaksaan hendel kancing
keatas harus tidak dapat mencapai posisi akhir.
3). Uji butir 2 dimaksudkan apabila kawat tarik kancing terlalu
kendor akan sangat berbahaya. Kedudukan weselnya salah
tetapi hendel kancing bisa mencapai posisi akhir. Sehingga
persyaratan interlocking dapat terpenuhi.

PURWANTO DW
Material persinyalan Mekanik

RODA KANCING

JIDAR B FRAME KANCING

STANG KANCING

RODA WESEL

STANG WESEL

PURWANTO DW
Penguncian lidah wesel jenis Claw ( kait )
Material persinyalan Mekanik

KLAW PENGUNCI LIDAH WESEL

Stang sekat/kancing

LIDAH BUKA TERBUKA 120 mm LIDAH RAPAT TERKUNCI

Kopel stang wesel

PURWANTO DW
PENGGERAK RODA WESEL NS INTERNAL LOCKING
Material persinyalan Mekanik

TANDA WESEL ( SEMBOYAN BARU )

SEKAT / KANCING

JIDAR B

RODA WESEL NS INTERNAL LOCKING

STANG WESEL

PURWANTO DW
Roda wesel NS dan sekat tegak tunggal
Material persinyalan Mekanik

RODA SEKAT / KANCING

JIDAR / MISTAR B

STANG SEKAT / KANCING

RODA WESEL NS

PENGUNCI LIDAH WESEL

PURWANTO DW
16. Metode pengujian Sekat wesel 2 ganda
a. Sekat wesel 2 ganda terpasang pada wesel ujung yang dapat
digunakan untuk mengontrol kedudukan wesel ke jalur lurus
atau ke jalur belok.
b. Stang sekat 2 ganda dan mistarnya masing-masing terhubung
dengan lidah weselnya.
c. Roda sekat tidak boleh kemungkinan masuk kedalam alur
cowakan yang bukan peruntukannya.

Pengujian sekat wesel 2 ganda :


1). Lakukan pengujian seperti metoda no.14
2). Pada posisi normal cowakan roda sekat harus berada
ditengah- tengah mistarnya.
3). Profil Alur / cowakan mistar harus sama dengan profil
bibir roda sekatnya.
PURWANTO DW
Material persinyalan Mekanik
PENGONTROL KEDUDUKAN LIDAH WESEL

Roda sekat/kancing
salah posisi

Tanda wesel

Cowakan jidar Salah

Jidar B

Frame sekat/kancing

PURWANTO DW
17. Metode pengujian wesel jenis Arrow lock.
Pengujian wesel R54 dengan penggerak roda wesel ISS
dan penguncian jenis Arrow lock:
1). Ukur jarak lidah buka kiri, kemudian lidah buka kanan =
120mm s/d 130mm.
2). Lakukan uji ganjalan untuk lidah kiri,kemudian lidah kanan
harus diperoleh ganjalan yang masuk = 2mm s/d 4mm.
penguncian arrow harus mencapai 30mm s/d 40mm.
3). Pada saat uji ganjalan pada butir 2, sekat wesel harus dapat
masuk pada alur peruntukannya.
4). Pada saat pengukuran butir 1, yakinkan bahwa tanda wesel
dapat menunjukan arah yang benar dan sesuai warna
semboyannya.
.
PURWANTO DW
PENGUNCIAN WESEL JENIS ARROW LOCK
( Buatan westing house )

Material persinyalan Elektrik PURWANTO DW


55
Material persinyalan Elektrik

PENGUNCIAN WESEL JENIS ARROW LOCK


( Buatan westing house )

Pemegang arrow lock

Ekor pengunci
Operating Bar

Box pengunci

PURWANTO DW
56
Box Pengunci lidah wesel
Rel lantak wesel
Permukaan penguncian

Ekor pengunci
Box pengunci

Lebar penguncian

Sliding stang

57 PURWANTO DW
18. Metode pengujian penghalang sarana
a. Penghalang sarana jenis perintang dipasang untuk menghalangi
kemungkinan meluncurnya sarana KA yang disimpan dijalur
simpan kearah jalur KA.
b. Posisi normal daun perintang harus berdiri tegak diatas rel dan
tidak boleh ada bagian yang menonjol masuk kedalam ruang
bebas.
c. Pegas penahan daun perintang harus berada berlawanan arah
dengan arah kemungkinan meluncurnya sarana KA.
d. Daun perintang harus di Cat warna “Merah” dan diberi nama
R......

Pengujian perintang:
Lakukan pengujian menurut spektek butir a,b,c diatas.
PURWANTO DW
PENGHALANG SARANA KA JENIS PERINTANG
Material persinyalan Mekanik

Jembatan roda kawat

Daun perintang

Roda wesel
Frame perintang

PURWANTO DW
PENGHALANG SARANA KA JENIS PELALAU
Material persinyalan Mekanik

PURWANTO DW
Pesawat blok :
Peralatan pesawat blok terdiri :
• Kunci listrik arus bolak-balik
• Kunci listrik arus searah
• Pembangkit arus bolak balik/Induktor.
• Knop panggil
• Lonceng panggil

Persyaratan pesawat blok:


• Memenuhi prinsip FAIL – SAFE pada bingkai tertentu.
• Bekerja dengan prinsip saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya,
berfungsi mengunci dan mendeteksi petak blok, sehingga hanya satu kereta api
yang berada pada satu petak blok.
• Dapat berfungsi sebagai pengganti “warta ka”
• Dapat mengunci sinyal berangkat setasiun tujuan (pada jalur – tunggal)
• Dapat mengunci sinyal berangkat setasiun asal sebelum kereta api masuk di
stasiun tujuan (pada jalur – ganda) 

PURWANTO DW
Pesawat blok TBI ( Toke less block instrument )

D I/II/III 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

1 2 1 2
SL LC TOL TOL LC SL

St B St A

KR IND SM IND

TWJ IND
TMJ TWJ TWM KL 1

2
BUZZER OKE IND ESL IND
HAPUS

TMA IND
TMA TWA TWA

Stasiun A

PURWANTO DW
TINGKAPAN BLOK JALUR TUNGGAL SISTEM BLOK A

Lonceng panggil

Knop panggil
tingkapan kontak rel

Knop tekan

Kunci listrik arus bolak-balik

Nama Tingkapan

Plat petunjuk pelayanan

Induktor

PURWANTO DW
Material persinyalan Mekanik
KUNCI LISTRIK ARUS BOLAK-BALIK

Knop tekan

Bendera tingkapan
Angker tingkapan

Kontak tingkapan

PURWANTO DW
SISTEM BLOK 1
Blok Kedudukan normal

Arester Saluran fisik Arester

2 5 sepur
Terkunci
Blok ke B KETERANGAN Tunggal
a Bebas A
1 a – b terputus 1
2 a – c terhubung 5
b c
a

a – b terhubung
a – c terputus

b c

Stasiun A Stasiun B

PURWANTO DW
SISTEM BLOK 2
Blok Kedudukan normal

Arester Arester Saluran fisik Arester

2 5 sepur
Bebas
Blok ke B Tunggal
Terkunci A
1 1
2 5

Min 10
putaran

Stasiun A Stasiun B

PURWANTO DW
SISTEM BLOK 2
A memberi warta berangkat kepada B

Arester Arester Saluran fisik Arester

2 5 sepur
Terkunci
Blok ke B Tunggal
Bebas A
21 1
5

Min 10
putaran

Stasiun A Stasiun B

PURWANTO DW
Kunci listrik arus bolak balik 3
Garis-garis gaya magnetik

I . . . . . Kutub Selatan Kutub Utara

S U S U
.
(-)

+ + + +
- - - Arus Induktor 220V / 12 Hz

Spul A
Permanen magnit

U S U S U S U Perubahan polaritas kutub Spul A

U t.1 t.2 t.3 t.4 t.5 t.6 t.7 Waktu

Angker
S U S U S U S Perubahan polaritas kutub Spul B

Spul B

+ + +
- - - - Arus Induktor 220V / 12 Hz

PURWANTO DW
14. Metode pengujian pesawat blok
a. Pesawat blok berfungsi untuk mengamankan perjalanan KA di petak Jalan antara
dua Stasiun.
b. Pesawat blok adalah sebagai pengganti “ Warta KA”.
c. Pesawat blok harus dapat menjamin bahwa hanya 1(satu) KA yang boleh berada
dalam 1 (satu) petak blok.
d. Tingkapan blok harus diplombir dengan Kawat.
Pengujian tingkapan Blok:
1). Warna Tingkapan “Sepur tunggal “ posisi normal adalah “Merah”. dan harus
dapat ditekan. Apabila tingkapan berubah “Putih” harus tidak dapat ditekan dan
Apabila tingkapan berwarna merah+Putih maka pal blok penuh harus bekerja
sehingga tingkapan dapat ditekan ulang.
2). Warna Tingkapan “Blok ke “ posisi normal adalah “Merah”. dan harus terkunci.
Apabila tingkapan berubah “Putih” sinyal berangkatnya harus dapat ditarik
“Aman” tingkapan dapat ditekan ulang. dan Apabila tingkapan berwarna
merah+Putih maka pal blok penuh harus bekerja sehingga tingkapan dapat
ditekan ulang.
3). Warna Tingkapan “Lewat di “ posisi normal adalah “Merah”. dan terkunci.
Apabila tingkapan berubah “Putih” ,maka sinyal masuknya harus pernah
ditarik dulu sebelum tingkapan ini dapat ditekan. Dan apabila tingkapan
berwarna merah+Putih maka pal blok penuh harus bekerja sehingga tingkapan
dapat ditekan ulang.
PURWANTO DW
Plat petujuk pelayanan

PURWANTO DW
15. PENGUJIAN PELAYANAN PESAWAT BLOK JALUR TUNGGAL
.B
.A
A Minta blok kepada B
1.
B memberi aman kepada A ( sptg A ) dan ( blok ke B ) putih
2.
Blok Sepr Lwt Lwt Sepr Blok
3. Ke tnggl di A Menarik sinyal berangkatnya di tnggl Ke
B B B A A A
Setelah KA berangkat dan telah melewati wesel ujung,
4. A mengembalikan sinyal berangkatnya,kemudian A memberi
Warta berangkat kepada B ( blok ke B) kembali merah,sptg B
dan (Lwt di A ) Putih.

B menarik sinyal masuknya ,setelah KA masuk lengkap , dan


tingkapan kecil telah membingkas putih, B mengembalikan sinyal
masukya, kemudian B memberi Warta masuk kepada A ( sptg A),
( sptg B) dan (lwt di A) kembali merah/ normal.
5.

NEGATIVE CHECK : Adalah tidakan pengujian terhadap suatu sub sistem dengan fungsi sebaliknya
Contoh melakukan Negative check :
1. A dapat menarik sinyal berangkatnya apabila tingkapan “ Blok ke B” telah Putih.
2. A dapat memberi warta berangkat apabila sinyal berangkat dan kruk sudah dikembalikan normal
3. Setelah sinyal berangkat diturunkan, kemudian apabila ditarik lagi harus tidak bisa karena telah
terkunci oleh sekat hendel mekanik.
4. B dapat memberi warta masuk apabila sinyal masuk dan kruk sudah dikembalikan normal serta
tingkapan arus rata sudah membingkas putih.
PURWANTO DW
TINGKAPAN BLOK JALUR GANDA SISTEM BLOK III
Kunci listrik arus bolak-b

nama Tingkapan blok

Plat petunjuk pelayana

Kruk sinyal

PURWANTO DW
16. PENGUJIAN PELAYANAN PESAWAT BLOK JALUR GANDA
A B

A Minta blok kepada B


1.
B memberi aman kepada A ( lwt di / Bkblk A ), ( blok ke B ) dan
. tingkapan kecil di B menjadi putih.
Lwt di Blok
Blok Lwt di
2. A Menarik sinyal berangkatnya Bk blk ke
ke Bk blk
A A
B B

Setelah KA berangkat dan telah melewati wesel ujung,


3. A mengembalikan sinyal berangkatnya,kemudian A memberi
Warta berangkat kepada B ( blok ke B) dan (Lwt di/Bkbl A)
menjadi merah sedangkan tingkapan kecil di B masih putih.

B menarik sinyal masuknya ,setelah KA masuk lengkap , dan meng


4. injak kontak rel, maka tingkapan kecil menjadi merah dan pesawat
blok normal kembali.

NEGATIVE CHECK : 1. A dapat menarik sinyal berangkatnya apabila tingkapan “ Blok ke B” telah Putih.
2. A dapat memberi warta berangkat apabila sinyal berangkat dan kruk sudah dikembalikan normal
3. Setelah sinyal berangkat diturunkan, kemudian apabila ditarik lagi harus” tidak bisa” karena telah
terkunci oleh sekat hendel mekanik.
4. B dapat memberi “aman” kepada A untuk memberangkatan KA berikutnya apabila tingkapan
arus rata sudah membingkas “ merah” dan sinyal masuk dan kruk telah dikembalikan normal.

PURWANTO DW
17. PENGUJIAN PELAYANAN INTERFACE BLOK JALUR TUNGGAL
.B
.A (I3T)
J14

J12B
J32B
B Minta blok kepada A
1.
A memberi aman kepada B dengan menekan tombol TKB+ TPB. Hingga
2.
indikator arah blok masuk menyala “merah”. Di B tingkapan blok ke A
menjadi putih. Lwt Sepr Blok
di tnggl Ke
A A A
B menarik sinyal berangkat ke A dari jalur II , Setelah KA berangkat dan
3. telah melewati wesel ujung , B mengembalikan sinyal berangkatnya
kemudian B memberi warta berangkat kepada A dengan menekan
tingkapan Blok ke A sehingga tingkapan ini dan trek blok menjadi
merah sedangkan tingkapan ( sptg A ) menjadi putih

4. A membentuk rute masuk ,setelah KA masuk lengkap ,maka trek blok


J14
padam kemudian A memberi warta masuk kepada B dengan menekan
tombol TKB+TBKM sehingga indikator arah blok masuk dan trek blok
5. padam dan di B tingkapan ( Sptg A ) kembali “merah”dan blok normal
kembali.

NEGATIVE CHECK : 1. B dapat menarik sinyal berangkatnya apabila tingkapan “blok ke A” telah membingkas putih
2. B dapat memberi warta berangkat kepada A apabila di B sinyal berangkat dan kruk telah
dikembalikan normal .
3. Setelah sinyal berangkat diturunkan, kemudian apabila ditarik lagi harus tidak bisa karena telah
terkunci oleh sekat hendel mekanik.
4. A dapat memberi warta masuk apabila sinyal masuk telah kembali merah dan trek blok padam
. PURWANTO DW
SEMBOYAN SISTEM PERSINYALAN
SEMBOYAN SISTEM PERSINYALAN MEKANIK :

Yang menjadi semboyan siang hari untuk Kereta api adalah peragaan
“kedudukan”Lengan sinyalnya

Semboyan malam hari adalah warna cahaya lampu sinyal. Apabila cahaya
Lampu sinyal padam, maka pengendali sarana KA ( Masinis ) harus berpe
doman / meyakinkan kedudukan lengannya ( Kembali ke semboyan siang)

3
3 SEMBOYAN SISTEM PERSINYALAN ELEKTRIK :

Yang menjadi semboyan untuk Kereta api adalah “ Warna cahaya “


lampu sinyalnya.
Warna cahaya lampu sinyal Elektrik berlaku untuk semboyan siang dan
Semboyan malam.
J.10

PURWANTO DW
18. PENGUJIAN PENGONTROL KEDUDUKAN WESEL

R1

.
..
3
1 3

o
II
Am A 2o
I

AII
AII
AI
AI

KW3
PENGONTROL KEDUDUKAN WESEL
1, W.1 dilayani setempar dengan bandul wesel
2. W.2,W.3 terlayan pusat dilayani dengan hendel wesel. BKW1
3. W1 kedudukan normal dikontrol dengan buka kancing
hendel dalam kedudukan normal wesel terkancing
4. W.2 kedudukan normal dikontrol dengan sekat. Apabila
hendel sinyal ditarik maka sekaligus menyekat wesel.

5. W.3 kedudukan normal dikontrol dengan kancing.


hendel dalam kedudukan normal wesel tidak terkancing
/ bebas.
PURWANTO DW
JALUR EFEKTIF
 Definisi
•Jalur efektif adalah jalan rel untuk menempatkan rangkaian sarana KA pada batas yang
“aman” dari kemungkinan tertumbur/terserempet oleh pergerakan KA atau langsiran dari
jalur lain.

•Jalur efektif dapat dibatasi oleh : sinyal, patok bebas wesel, bantalan putih, rambu batas
berhenti KA, ataupun trek sirkit/axle counter.

•Panjang jalur efektif ditentukan pada saat pembangunan awal yang disesuaikan dengan
kebutuhan operasi sehingga dapat digunakan untuk persilangan atau penyusulan KA.

•Panjang Jalur efektif tiap-tiap emplasemen harus dicantumkan pada daftar penggunaan
sepur / jalur KA ataupun dalam RPS (Reglemen Pengamanan Setempat), hal ini untuk
mengantisipasi penempatan suatu KA yang akan bersilang/disusul terkait dengan panjang
rangkaian KA yang bersangkutan.
 

PURWANTO DW
SEPUR EFEKTIF PADA SISTEM PERSINYALAN MEKANIK

a = sepur efektif jalur I


b = sepur efektif jalur II
a < b

PURWANTO DW
JALUR EFEKTIF PERSINYALAN MEKANIK
Panjang efektif jalur I

I
1 2
II

Panjang efektif jalur II

1. KA Harus berhenti dijalur efektif apabila jalur lainnya akan digunakan untuk bersilang / penyusulan
Panjang efektif jalur I

1 2

Panjang efektif jalur II

Panjang efektif jalur I

I
1 2 3
II

Panjang efektif jalur II

Panjang efektif jalur I

2
I
1 3 4
II

Panjang efektif jalur II


JALUR EFEKTIF PERSINYALAN MEKANIK

Panjang efektif jalur I

2
I
1 3 4
II

Panjang efektif jalur II

Panjang efektif jalur I

3
I
2 4
II
Panjang efektif jalur II
1 5
III Panjang efektif jalur III

Panjang efektif jalur II

3
3
1 4
II Panjang efektif jalur II

2 5
I
Panjang efektif jalur I

Panjang efektif jalur I dan II

5
I
4 6
II
1 3 7 9
III
2 8
IV
Panjang efektif jalur III dan IV
Sepur efektif pada sistem persinyalan Elektrik

x y

a = sepur efektif jalur I kearah X


b = sepur efektif jalur II kearah Y

PURWANTO DW
JALUR EFEKTIF PERSINYALAN ELEKTRIK

Panjang efektif jalur I arah kekiri

I
11 13
II

Panjang efektif jalur II arah ke kanan

Panjang efektif jalur I arah kekiri

23
I
11 13
II

Panjang efektif jalur II arah ke kanan

Panjang efektif jalur I kearah kanan

23B
I 23A
Panjang efektif jalur I kearah kiri

11 13
II

Panjang efektif jalur II kearah kanan

Panjang efektif jalur I kearah kanan

23B
I Panjang efektif jalur I kearah kiri 23A

11 13
II

Panjang efektif jalur II


JALUR EFEKTIF PERSINYALAN ELEKTRIK
Panjang efektif jalur I kearah kiri

I 23

11A 11B 13A


II
Panjang efektif jalur II ke arah kanan 13B
III
Panjang efektif jalur III ke arah kanan

Panjang efektif jalur I

3
11A 13A
II
11B Panjang efektif jalur II kearah kanan 13B
I
Panjang efektif jalur I kearah kanan

Panjang efektif jalur I ke arah kiri

43
I
21A 21B 23A 23B
II

III
11A 11B 13A 13B
IV
Panjang efektif jalur III dan IV ke arah kanan

Panjang efektif jalur I ke arah kiri

41A 43
41B
I
Panjang efektif jalur II ke arah kiri

21B 21C 23B 23C


21A 21D II 23A

11C 13A
11A 11B III
Panjang efektif jalur III ke arah kanan 13B 13C

11A IV
Panjang efektif jalur IV ke arah kiri
19. PENGUJIAN / PENGUKURAN PATOK BEBAS WESEL

1. Patok bebas wesel adalah suatu tanda atau batas meletakan sarana KA pada
daerah yang aman dari kemungkinan tersenggol/tertumburnya oleh Langsiran
atau KA lain yang sedang masuk/berangkat.
2. Patok bebas wesel adalah menjadi pedoman untuk menentukan pemasangan
Insulated rail joint ( IRJ’S ), atau head Axle counter dan tiang sinyal yang terkait
pekerjaan pemasangan system persinyalan Listrik.
J 12A
11

( 11T ) 3/5m 5m ( 12T )

Motor wesel
.
Wesel < 1: 10 = 49,1 m ( 22T )
Wesel < 1: 12 = 58,1 m
PURWANTO DW
20. MENENTUKAN PATOK BEBAS WESEL
1. MENENTUKAN PATOK BEBAS WESEL SECARA MATEMATIS.

Titik matematis wesel .


A
B
L

1950mm

1. Tarik garis as track A-B


C . Patok bebas wesel

195
0m
2. Tarik garis A-C m

3. Tarik garis BC AB sepanjang 1950mm D

L
4. Tarik garis DC AD sepanjang 1950mm
5. Geser garis BC sehingga BC berpotongan
dengan garis AC dititik C.
6. Geser garis DC sehingga DC berpotongan
dengan garis AC dititik C.
7. Titik C itulah patok bebas wesel.

PURWANTO DW
21. Menentukan jarak pemasangan rel isol / axle counter dan tiang sinyal

(11T) . (12T)

Ujung wesel Patok bebas wesel Rel isol / Axle counter


5m

PT.KERETA API (persero)

Lx 2,5m
Apabila jarak Irj / axle counter ke patok bebas wesel = 3-5m,
3m s/d 5m maka pada saat trek sirkit ( 11T ) Clear, ujung alat perangkai
sarana KA Berada pada jarak Lx dari patok bebas wesel.

KETERANGAN :
1. Pada sistem persinyalan MEKANIK persyaratan Sarana KA berada diluar ruang bebas wesel
adalah dengan meyakinkan ( persyaratan regulasi ) bahwa badan sarana KA telah berada diluar
patok bebas wesel/Free pal ( dilakukan oleh PPKA/Juru langsir ).
2. Pada sistem persinyalan ELEKTRIK Sarana KA telah bebas diluar patok bebas wesel adalah
dengan terdeteksinya RODA Sarana KA oleh trek sirkit / penghitung gandar yang ditampilkan
di Local Control Panel yang ( dijamin oleh sistem persinyalan ).
3. Jarak roda Sarana KA terhadap badan ujung sarana KA / alat perangkai kurang lebih 2,5m
ditambah toleransi keamanan 0,5m S/d 2,5m sahingga jarak patok bebas wesel terhadap Rel
isol = 3m s/d 5m. ( Standart ). PURWANTO DW
Study kasusu PLH Ketapang

Gambar situasi tabrakan KA 3029B dengan Lori kerja dan Lok CC202 90 14
Km...+...

KETAPANG
Km...+...
Dari NRR ke jalur I
Dari NRR ke jalur II
AI
AII

Km 115 + 283
Km...+...

Km...+... D I/III/IV
Km...+... Ke NRR dari jalur I / III / IV
Km...+...
Km...+...
JPL no ... Km ...+.... Km...+...

Km...+... Pos P Lori kerja


Ke CEP dari jalur I / II
Km...+... Km...+...
C I/II Km...+... Lok CC 202 90 14
Km...+... 5
P5
I Km...+...
C
2 4
II

1
III
Au 3

IV
Km...+...
Km...+... Km...+...

AI / IV
AIII Km...+...
Dari CEP ke jalur III
Dari CEP ke jalur I atau IV
KETERANGAN :
Km...+...
Perkakas hendel dalam bangunan rendah.

Perkakas hendel dalam bangunan tinggi.


Sekat wesel
Kancing / buka kancing wesel

Wesel terlayan pusat dilayani dengan hendel.


Km...+... Penghalang sarana jenis pelalau.
Kontak rel /pendeteksi kedatangan KA
Rute perjalanan KA
Sinyal ulang ( Berlaku untuk PPKA / PRs ).

Sinyal ulang ( Berlaku untuk pengendali sarana KA )

Sinyal muka (Board) untuk KA berjalan jalur kiri.

Sinyal masuk (Board) untuk KA berjalan jalur kiri.

Sinyal muka mekanik

Sinyal berangkat / sinyal blok

Sinyal masuk berlengan 2 ( Dua ).


Purwanto DW
Study kasusu PLH Ketapang
1 Peralatan Interlocking di Rs A yang terkait dengan pelayanan KA dari NRR ke jalur II

Mistar No 25

Sentil No 19e Sentil No 19e Sentil No 19f

Mistar No 8 Sentil No 17e Sentil No 101

Mistar No 2 Sentil No 102 Sentil No 101

Sentil No 19f

Sentil No 8
Sentil No 7 Sentil No 7

Kruk No 14 ki Kunci wesel masuk KA masuk


Kedudukan normal Kedudukan normal ( Dari NRR ke jalur II ) dari NRR
hendel W7 bebas hendel kancing W7
kearah jalur lurus. Alur pengunci W7 bebas
Kedudukan normal
dalam kedudukan
hendel sinyal BII terkunci
( + ) Lurus.

Alur pengunci W7
Alur pengunci
dalam kedudukan
kancing W 7
( -- ) Belok
untuk kedudukan
(+/-)

W7 Kw 7 +/- B II

Hendel wesel W7 Kancing W7 +/- Hendel sinyal masuk B II

Kedudukan normal.
Posisi normal kedudukan wesel,kancing wesel dan sinyal masuk BII setelah melayani KA masuk.
sesuai aturan dalam PDPS.
a. Hendel sinyal BII dibawah dan terkunci.
b. Hendel wesel 7 dibawah dan bebas bisa dibalik.
c. Hendel kancing W7 dibawah / W7 tidak terkancing.
d. Kruk No14 / Dari NRR ke jalur II miring kekanan.

Purwanto DW
Study kasusu PLH Ketapang
2 Peralatan Interlocking di Rs A yang terkait dengan pelayanan KA dari NRR ke jalur II

Sentil No 19e Sentil No 19e Mistar No 25 Sentil No 19f

Mistar No 8

Mistar No 2 Sentil No 102 Sentil No 101 Sentil No 19f

langkah ke 3
langkah ke 4
langkah ke 2

Kruk No 14 ki Kunci wesel masuk KA masuk


Hendel W7 terkunci ( Dari NRR ke jalur II ) dari NRR
kearah jalur II lurus. Hendel kancing W7 Pengunci sinyal BII bebas
terkunci dalam dapat ditarik " Aman"
kedudukan ( - ).

langkah ke 1
W7 B II

langkah ke 5

Hendel wesel W7 Kancing W7 +/- Hendel sinyal masuk B II

Proses pelayanan KA 3029 B dari NRR ke jalur II ( Seharusnya ).


1. PRs A menerima perintah dari PPKA untuk melayani KA 3029 B, tingkapan dari NRR ke jalur II membingkas "Putih "
2. PRs A membalik kancing W7 keatas sehingga W7 terkancing dalam kedudukan ( + ) lurus ke jalur II.
3. PRs A membalik kruk No 14 kekiri, sehingga sentil 19f mendorong mistar No 25 kekiri lalu sentil 19e pada poros 8 Ka
dan 9 ki terputar kekiri akibatnya hendel W7 terkunci ( +) dan Kancing W7 terkunci dalam kedudukan diatas ( - ).
4 Bersamaan langkah 3, mistar 8 terdorong kekiri oleh sentil 17e sehingga sentil 101 menjadi bebas.
5. PRs A membalik kruk " Kunci wesel masuk dari NRR" kekiri sehingga sentil 102 menjadi bebas.
6. PRs A menekan aret hendel sinyal BII, sehingga sinyal BII dapat ditarik "Aman" dan sentil 101 mengunci mistar 2.
7. Dengan ditekannya aret hendel sinyal BII maka sentil 19f mendorong mistar 2 kekiri sehingga kruk "kunci wesel masuk
dari NRR menjadi terkunci.
Purwanto DW
Study kasusu PLH Ketapang
3 Peralatan Interlocking di Rs A yang terkait dengan pelayanan KA dari NRR ke jalur II

Problem !
Mistar No 25 Sentil No 19f patah

Sentil No 19e Sentil No 19e

Mistar No 8

Sentil No 102 Sentil No 19f


Mistar No 2

langkah ke 3

langkah ke 2 langkah ke 4
Sentil No 7 Sentil No 7
Pengunci hendel kancing
Alur pengunci W7
W7 mentok pada bibir Kruk No 14 ki Kunci wesel masuk
roda hendel karena
dalam kedudukan
tidak menemui alur ( Dari NRR ke jalur II ) dari NRR Pengunci bebas sinyal BII
( -- ) Belok
pengunci ( -- ) dapat ditarik " Aman"
Pengunci hendel
mentok pada bibir
roda hendel karena
tidak menemui alur
pengunci ( + )

Alur pengunci
kancing W 7
untuk kedudukan
langkah ke 1 (+/-)

Kw 7 +/- B II

langkah ke 5 ( Aret sinyal BII bebas dapat ditekan )

Kancing W7 +/- Hendel sinyal masuk B II

Realisasi pelayanan KA 3029 B.


1. PRs A seharusnya membalik hendel kancing W7 tetapi keliru membalik hendel W7.
2. Kemudian PRs A membalik kruk No 14 ki kekiri tetapi tidak berhasil karena tertahan
oleh 2 bh sentil 19e, sentil 7 semat pengunci hendel W7 (+) dan semat pengunci hendel kancing W7 ( - )
3. Akibat butir 2 terjadi adu kekuatan antara sentil 19f yang tertahan oleh mistar 25 dengan pembalikan kruk
oleh PRs A sehingga sentil 19f PATAH......
4. Bersamaan langkah ke2, mistar 8 terdorong kekiri oleh sentil 17e sehingga sentil 101 menjadi bebas.
5. PRs A membalik kruk " Kunci wesel masuk dari NRR" kekiri sehingga sentil 102 menjadi bebas.
6. PRs A menekan aret hendel sinyal BII, sehingga sinyal BII dapat ditarik "Aman"
7. Dengan ditekannya aret hendel sinyal BII maka sentil 19f mendorong mistar 2 kekiri sehingga kruk
"kunci wesel masuk dari NRR " menjadi terkunci. Purwanto DW

Anda mungkin juga menyukai