Anda di halaman 1dari 53

SISTEM BLOK 3

Garis-garis gaya magnetik

I . . . . . Kutub Selatan Kutub Utara

S U S U
.
(-)

+ + + +
- - - Arus Induktor 220V / 12 Hz

Spul A
Permanen magnit

U S U S U S U Perubahan polaritas kutub Spul A

U t.1 t.2 t.3 t.4 t.5 t.6 t.7 Waktu

Angker
S U S U S U S Perubahan polaritas kutub Spul B

Spul B

+ + +
- - - - Arus Induktor 220V / 12 Hz
SISTEM BLOK 1
Blok Kedudukan normal

Arester Saluran fisik Arester

2 5 sepur
Terkunci
Blok ke B KETERANGAN Tunggal
a Bebas A
1 a – b terputus 1
2 a – c terhubung 5
b c
a

a – b terhubung
a – c terputus

b c

Stasiun A Stasiun B
SISTEM BLOK 2
Blok Kedudukan normal

Arester Arester Saluran fisik Arester

2 5 sepur
Bebas
Blok ke B Tunggal
Terkunci A
1 1
2 5

Min 10
putaran

Stasiun A Stasiun B
SISTEM BLOK 2
A memberi warta berangkat kepada B

Arester Arester Saluran fisik Arester

2 5 sepur
Terkunci
Blok ke B Tunggal
Bebas A
21 1
5

Min 10
putaran

Stasiun A Stasiun B
SEKAT PENEKAN HENDEL MEKANIK

Gambar.1 Gambar.2

Gambar.4
Gambar.3
TINGKAPAN BLOK JALUR TUNGGAL SISTEM BLOK A

Lonceng panggil

Knop panggil
tingkapan kontak rel

Knop tekan

Kunci listrik arus bolak-balik

Nama Tingkapan

Plat petunjuk pelayanan

Induktor

PURWANTO DW
Plat petujuk pelayanan

28
28
TINGKAPAN BLOK JALUR GANDA SISTEM BLOK III
Kunci listrik arus bolak-b

nama Tingkapan blok

Plat petunjuk pelayana

Kruk sinyal

PURWANTO DW
FILOSOFI BLOK MEKANIK JALUR GANDA
A B

A Minta blok kepada B


1.
B memberi aman kepada A ( lwt di / Bkblk A ), ( blok ke B ) dan
. tingkapan kecil di B menjadi putih.
Lwt di Blok
Blok Lwt di
2. A Menarik sinyal berangkatnya Bk blk ke
ke Bk blk
A A
B B

Setelah KA berangkat dan telah melewati wesel ujung,


3. A mengembalikan sinyal berangkatnya,kemudian A memberi
Warta berangkat kepada B ( blok ke B) dan (Lwt di/Bkbl A)
menjadi merah sedangkan tingkapan kecil di B masih putih.

B menarik sinyal masuknya ,setelah KA masuk lengkap , dan meng


4. injak kontak rel, maka tingkapan kecil menjadi merah dan pesawat
blok normal kembali.

HUBUNGAN BLOK : 1. Pertukaran warta KA terjadi antara PPKA “A” dengan PPKA “B”
2. Warta “Aman “ yang diterima PPKA “A” menyatakan bahwa petak
jalan ( A – B ) yang akan dilalui KA ybs “Aman”.
3. Sinyal berangkat dapat ditarik “Aman” adalah sebagai bukti kepada
Pengendali sarana KA bahwa petak jalan yang akan dilalui “Aman”
PURWANTO DW
Sinyal ulang
Sinyal langsir (dalam posisi boleh melakukan gerakan langsir)
HISTORIS PEMASANGAN DAN FUNGSI SINYAL MUKA MEKANIK
 

I. Pada saat puncak kecepatan KA max 45 Km/jam. 1. Sinyal masuk dipasang tanpa sinyal muka.
2. Masinis mencari-cari lokasi sinyal masuk.

X
. 3. Masinis sering mengerem mendadak,
kadang-kadang melanggar sinyal masuk.
A

II. Pada saat puncak kecepatan KA max 60 Km/jam. `` 1. Didepan sinyal masuk dipasang patok T
yang berfungsi Sebagai tanda bahwa
pada lokasi dipatok T tersebut Sinyal
masuk terlihat jelas.
2. Sebagai rambu bahwa pada jarak
tertentu Kereta api telah mendekati

X
. sinyal masuk.
3. Patok T bersifat statis tidak dapat
T A memberikan indikasi kepada Masinis
tentang kedudukan sinyal masuk
sudah dilayani atau belum.

PURWANTO DW
III. Pada saat puncak kecepatan KA max 80 Km/jam. a. Dipasang sinyal muka yang berfungsi:
- Memberikan Aspek / indikasi kepada
. Masinis bahwa sinyal masuk sudah
dilayani atau belum.
Am A
- Sebagai rambu bahwa pada jarak
tertentu KA akan mendekati sinyal
masuk.
Pelayanan sinyal muka dilayani satu
hendel bersamaan dengan sinyal
masuk. Yang berarti bahwa setiap
pelayanan sinyal masuk maka sinyal
A.I /Am muka ikut tertarik.
b. Pada realisasi pelayanannya
ternyata berat karena satu hendel
menggerakan dua lengan sinyal serta
A.II/Am bertambah panjangnya kawat tarik.
c. Keluhan dari bidang Operasi tersebut
ditindak lanjuti yaitu dengan memisah
kan hendel sinyal muka dengan hendel
sinyal masuk, dan dilayani masing-
masing dengan satu hendel.
PURWANTO DW
 
IV Pada puncak kecepatan KA 90 Km/jam atau lebih 1. Sinyal muka dilayani dengan satu hendel
pelayanann KA masuk ke Sepur belok

X
. sinyal muka sering tidak ditarik,karena
biasanya ditahan ”semboyan 7” dulu
I
Am A II disinyal masuk lalu setelah masinis
membunyikan ” semboyan 35” barulah
600 m 500 m
sinyal masuk ditarik aman.
AI 2. Dampak hal tsb diatas adalah lama-
kelamaan Masinis akan berpersepsi
AI bahwa apabila KA masuk kesepur
AII belok sinyal muka tidak ditarik.
Demikian juga PPKA karena KA nya
AII telah melewati sinyal muka, maka
PPKA berpendapat sinyal muka tidak
Am perlu ditarik. Hal inilah menyebabkan
Am terjadinya kesalahan persepsi yang
berkelanjutan.
1100 m
3. Kesalahan ini bila tidak diluruskan maka
akan berpotensi menyebabkan terjadi
nya kecelakaan.

PURWANTO DW
WESEL

Fungsi :
Jaminan Penguncian lidah wesel :
Petunjuk arah wesel :
wesel
FUNGSI1. Untuk mengarahkan perjalanan KA atau langsiran ke jalur lurus atau
belok
JENIS WESEL : 1. Wesel biasa : Wesel kiri, Wesel kanan
2. Wesel Inggris : Wesel Inggris kiri, Wesel Inggris Kanan.
3. Wesel Symetris
SUDUT WESEL : Dinyatakan dengan “Tangens sudutnya”
< 1: 8 ; < 1: 10 ; < 1: 12 ; < 1; 16 ; < 1: 20 dan seterusnya.

a
TANGENS =
b
< 1 : 10 jika a = 1m dan b = 10m < 1 : 12 jika a = 1m dan b = 12m
Material persinyalan Mekanik
NAMA KOMPONEN WESEL ( Tampak belakang ) 26
JENIS WESEL KIRI

REL LANTAK REL LANTAK

REL PAKSA / DWANG REL

REL PAKSA / DWANG REL

JARUM WESEL
Material persinyalan Mekanik
NAMA KOMPONEN WESEL ( Tampak depan )

Landas luncur Rel lantak


Rel lantak

Lidah wesel
Lidah wesel

Koppel stang

Frame wesel
Penguncian lidah wesel jenis Arrow lock ( lidah rapat )
Penguncian lidah wesel jenis Arrow lock ( lidah buka )
PENGGERAK DAN PENGUNCIAN LIDAH WESEL

I. Jenis Penggerak Wesel Mekanik


a. Penggerak wesel mekanik terlayan
setempat dengan bandul wesel
- Wesel tanpa claw
- Wesel dengan claw
b. Penggerak wesel mekanik terlayan pusat
dengan roda wesel
- Roda wesel NS (internal locking)
- Roda wesel ISS (external locking)

PURWANTO DW
II. Penguncian Lidah Wesel
a. Penguncian lidah wesel dengan kunci jamin/clauss
b. Penguncian lidah wesel dengan claw
c. Penguncian lidah wesel dengan arrow lock
d. Penguncian lidah wesel penguncian dalam.

III.Persyaratan penggerak dan penguncian wesel


Persyaratan penggerak dan penguncian wesel adalah
harus jenis “dapat dilanggar” (traillable), artinya apabila
wesel tersebut dilewati sarana KA dari belakang dengan
arah yang salah, maka tidak boleh terjadi kerusakan pada
penggerak, penguncian wesel, maupun terjadi anjlogan
terhadap Sarana KA yang bersangkutan.

PURWANTO DW
•Wesel disebut terlanggar apabila dilewati Sarana KA dari C ke A.

A B

Penggerak wesel

PURWANTO DW
Bandul penggerak wesel terlayan setempat

PURWANTO DW
PENGONTROL KEDUDUKAN WESEL

R1

.
..
3
1 3

o
II
Am A 2o
I

AII
AII
AI
AI

KW3
PENGONTROL KEDUDUKAN WESEL
1, W.1 dilayani setempar dengan bandul wesel
2. W.2,W.3 terlayan pusat dilayani dengan hendel wesel. BKW1
3. W1 kedudukan normal dikontrol dengan buka kancing
hendel dalam kedudukan normal wesel terkancing
4. W.2 kedudukan normal dikontrol dengan sekat. Apabila
hendel sinyal ditarik maka sekaligus menyekat wesel.

5. W.3 kedudukan normal dikontrol dengan kancing.


hendel dalam kedudukan normal wesel tidak terkancing
/ bebas.
PURWANTO DW
WESEL TERLAYAN PUSAT DENGAN PENGGERAK RODA WESEL ISS EKSTERNAL LOCKING

REL LANTAK TANDA WESEL

SEKAT / KANCING WESEL


LIDAH WESL
JIDAR B

RODA WESEL ISS

KLAW PENGUNCI LIDAH WESEL

PURWANTO DW
WESEL TERLAYAN PUSAT DENGAN PENGGERAK RODA WESEL NS INTERNAL LOCKING

TANDA WESEL ( SEMBOYAN BARU )

SEKAT / KANCING

JIDAR B

RODA WESEL NS INTERNAL LOCKING

STANG WESEL

PURWANTO DW
Roda wesel NS dan sekat tegak tunggal

PURWANTO DW
FLANK PROTECTION / PENJAGA SAMPING

I
.
X

5 6
II Y
D
1. Berupa wesel :
Rute berangkat ke Y dari jalur II, wesel 5 disyaratkan berkedudukan kearah badug.

I
.
X
23
J 22B
II Y
J 12B 13
Rute berangkat ke Y dari jalur II, wesel 23/13 disyaratkan berkedudukan kearah lurus.

I
.
X

J 42B 23A
II Y
J 22B 23B
III Z
J 12B 13
Rute berangkat ke Y dari jalur I, wesel 13,23A,23B disyaratkan berkedudukan
kearah belok.pada kondisi demikian KA juga dapat diberangkatkan dari J22B ke Z

PURWANTO DW
JALUR EFEKTIF
 Definisi
•Jalur efektif adalah jalan rel untuk menempatkan rangkaian sarana KA pada batas yang
“aman” dari kemungkinan tertumbur/terserempet oleh pergerakan KA atau langsiran
dari jalur lain.

•Jalur efektif dapat dibatasi oleh : sinyal, patok bebas wesel, bantalan putih, rambu batas
berhenti KA, ataupun trek sirkit/axle counter.

•Panjang jalur efektif ideal adalah 270 m dengan asumsi (12 kereta x 20m) + (2 lok x 15m)
= 240m + 30m = 270m atau dibulatkan menjadi 300m.

•Panjang Jalur efektif tiap-tiap emplasemen harus dicantumkan pada daftar penggunaan
sepur / jalur KA ataupun dalam RPS (Reglemen Pengamanan Setempat), hal ini untuk
mengantisipasi penempatan suatu KA yang akan bersilang/disusul terkait dengan
panjang rangkaian KA yang bersangkutan.
 
PURWANTO DW
SEPUR EFEKTIF PADA SISTEM PERSINYALAN MEKANIK

a = sepur efektif jalur I


b = sepur efektif jalur II
a < b

PURWANTO DW
Sepur efektif pada sistem persinyalan Elektrik

x y

a = sepur efektif jalur I kearah X


b = sepur efektif jalur II kearah Y

PURWANTO DW
JALUR EFEKTIF PERSINYALAN MEKANIK
Panjang efektif jalur I

I
1 2
II

Panjang efektif jalur II

1. KA Harus berhenti dijalur efektif apabila jalur lainnya akan digunakan untuk bersilang / penyusulan
Panjang efektif jalur I

1 2

Panjang efektif jalur II

2. Rangkaian KA boleh berhenti keluar jalur efektif apabila menunggu "Aman" atau Tunggu KA didepannya
masuk Stasiun Tujuan.
3. Apabila rangkaian KA lebih panjang dari pada jalur Efektifnya, maka Rangkaian belakang boleh berhenti
keluar jalur efektif tetapi Lokomotifnya tidak boleh melewati / melanggar sinyal berangkat.
Panjang efektif jalur I

I
1 2 3
II

Panjang efektif jalur II

4. Apabila wesel 2 menghadap kedalam, maka panjang efektif I lebih pendek dari pada panjang efektif jalur II

Panjang efektif jalur I

2
I
1 3 4
II

Panjang efektif jalur II

5 .Apabila wesel 2 menghadap keluar maka panjang efektif I lebih pendek dari pada panjang efektif jalur II
.
JALUR EFEKTIF PERSINYALAN MEKANIK

Panjang efektif jalur I

2
I
1 3 4
II

Panjang efektif jalur II

6. Apabila ada perlintasan yang memotong jalur efektif maka, panjang jalur efektif menjadi seperti gambar
karena jika ada persilangan / penyusulan maka KA yang bergenti jangan sampai menutup perlintasan

Panjang efektif jalur I

3
I
2 4
II
Panjang efektif jalur II
1 5
III Panjang efektif jalur III

Panjang efektif jalur II

3
3
1 4
II Panjang efektif jalur II

2 5
I
Panjang efektif jalur I

7. Jalur efektif pada jalur ganda


Panjang efektif jalur I dan II

5
I
4 6
II
1 3 7 9
III
2 8
IV
Panjang efektif jalur III dan IV
JALUR EFEKTIF PERSINYALAN ELEKTRIK

Panjang efektif jalur I arah kekiri

I
11 13
II

Panjang efektif jalur II arah ke kanan

Panjang efektif jalur I arah kekiri

23
I
11 13
II

Panjang efektif jalur II arah ke kanan

Panjang efektif jalur I kearah kanan

23B
I 23A
Panjang efektif jalur I kearah kiri

11 13
II

Panjang efektif jalur II kearah kanan

Panjang efektif jalur I kearah kanan

23B
I Panjang efektif jalur I kearah kiri 23A

11 13
II

Panjang efektif jalur II


JALUR EFEKTIF PERSINYALAN ELEKTRIK
Panjang efektif jalur I kearah kiri

I 23

11A 11B 13A


II
Panjang efektif jalur II ke arah kanan 13B
III
Panjang efektif jalur III ke arah kanan

Panjang efektif jalur I

3
11A 13A
II
11B Panjang efektif jalur II kearah kanan 13B
I
Panjang efektif jalur I kearah kanan

Panjang efektif jalur I ke arah kiri

43
I
21A 21B 23A 23B
II

III
11A 11B 13A 13B
IV
Panjang efektif jalur III dan IV ke arah kanan

Panjang efektif jalur I ke arah kiri

41A 43
41B
I
Panjang efektif jalur II ke arah kiri

21B 21C 23B 23C


21A 21D II 23A

11C 13A
11A 11B III
Panjang efektif jalur III ke arah kanan 13B 13C

11A IV
Panjang efektif jalur IV ke arah kiri
MENENTUKAN PATOK BEBAS WESEL
1. MENENTUKAN PATOK BEBAS WESEL SECARA MATEMATIS.

Titik matematis wesel .


A
B
L

1950mm

1. Tarik garis as track A-B


C . Patok bebas wesel

195
0m
2. Tarik garis A-C m

3. Tarik garis BC AB sepanjang 1950mm D

L
4. Tarik garis DC AD sepanjang 1950mm
5. Geser garis BC sehingga BC berpotongan
dengan garis AC dititik C.
6. Geser garis DC sehingga DC berpotongan
dengan garis AC dititik C.
7. Titik C itulah patok bebas wesel.

PURWANTO DW
PENJELASAN DAN FUNGSI, SEPUR LUNCUR, SEPUR TANGKAP, SEPUR SIMPANG, SEPUR SIMPAN,
DAN LUNCURAN

No JENIS PENJELASAN FUNGSI


1 Sepur Luncur - Sepur Luncur ialah jalur rel - Untuk memberikan jaminan
dengan panjang minimum keselamatan apabila
100m dari titik yang pergerakan KA tidak dapat
dilindungi untuk luncuran diberhentikan di tempat
kereta api yang masuk yang ditentukan yaitu di
/berangkat. depan sinyal utama, Patok
- Sepur luncur bukan sepur bebas, rambu batas berhenti
kereta api. KA atau bantalan putih.
- Sepur luncur dapat berupa - Bila terjadi luncuran KA
sepur badug. maka tidak mengarah ke
sepur raya.

2. Sepur Tangkap
- Sepur Tangkap ialah sepur - Sepur tangkap berfungsi
badug yang terpasang untuk menangkap sarana
sebelum masuk suatu KA yang meluncur / larat
emplasemen apabila sepur dari arah tanjakan supaya
tersebut terhubung dengan tidak meluncur kearah
jalan KA dengan tanjakan sepur raya atau sepur KA
8 permil atau lebih. di emplasemen.
- Kedudukan normal jalur
KA harus mengarah ke
sepur tangkap yang
kondisinya harus selalu
kosong (tidak boleh
diduduki sarana KA).

PURWANTO DW
Sepur tangkap r mil
p e
Sepur tangkap > 8
j akan
Tan
II
1 O 3
O 2O

.
I

1. Wesel dalam kedudukan biasa:


a. Hendel wesel 1,2 dan 3 berkedudukan dibawah
b. Posisi wesel seperti dalam gambar situasi emplasemen.
W.1 lurus, W.2 lurus W.3 belok mengarah ke badug.
2. Setiap selesai melayani KA masuk/ berangkat semua hendel
Harus dikembalikan dalam posisi dibawah / normal.
3. Apabila ada sarana KA yang meluncur/larat dari arah tanjakan
maka akan mengarah ke sepur tangkap.
4. Tidak boleh menempatkan sarana KA pada sepur tangkap.
5. Tidak dibenarkan membuat sepur tangkap seperti gambar
dibawah ini.

r mil
8 pe
Sepur tangkap III n>
an jaka
O T
O
II
O
O O
I
. PURWANTO DW
NO JENIS PENJELASAN FUNGSI
3 Sepur Simpang - Sepur Simpang ialah jalur - Untuk bongkar muat
KA yang menyimpang dari barang kebutuhan industri.
sepur raya baik di - Dapat terhubung dengan
emplasemen atau di jalan jalur-jalur rel untuk
bebas yang dilindungi oleh pemeliharaan Sarana
alat pengamanan. /prasarana KA atau jalur-
- Sepur simpang bukan sepur jalur untuk langsiran.
KA
- Sepur simpang dapat
berada di emplasemen
ataupun di jalan bebas.

4. Sepur Simpan - Sepur Simpan ialah jalur - Untuk menyimpan sarana


rel disepur badug, sepur KA/ rangkaian kereta/
terusan atau sepur langsir gerbong /mesin pemelihara
yang dilengkapi alat jalan rel, baik untuk
penghalang dan Pengunci pemeliharaan maupun
wesel untuk menghalangi tunggu waktu operasional.
meluncurnya sarana KA ke
arah sepur KA atau sepur
raya.

PURWANTO DW
No JENIS PENJELASAN FUNGSI
LUNCURAN - Luncuran ialah: Track/ sepur yang - Memberikan jaminan
dipersiapkan untuk mengamankan KA keamanan terhadap KA
yang sedang proses masuk apabila tidak yang sedang proses masuk,
5.a KA . . 2 dapat diberhentikan didepan titik yang apabila tidak dapat
X Y
1
≥100 m disyaratkan. (patok bebas/sinyal sepur diberhentikan pada titik
Luncuran keluar/rambu batas berhenti KA), yang disyaratkan, baik
5.b yang berupa: patok bebas
KA . . 3 4
X
1 2 . . Y - Panjang luncuran minimum100m dihitung yang berfungsi sebagai
dari titik yang disyaratkan dan dianggap batas sepur KA, sinyal
≥100 m
Luncuran
cukup untuk jarak pengereman semenjak sepur keluar ataupun
masinis mulai melakukan pengereman. rambu batas berhenti KA.
5.c I
Y
X
1 2
II 4 .. 5
- Pada gambar 5c, KA masuk dari X ke
III 3 Sep II dapat dilakukan bersamaan dengan
m 100≥ ≥100 m z KA berangkat ke Y. Badug sep III kiri
Luncuran Luncuran
dapat disebut sepur luncur, juga dapat
5.d digunakan sebagai luncuran KA masuk
. ≥100 m
X I L dari Y atau Z.
II Y
≥100 m
L - Pada gambar 5e untuk KA masuk dari X
5.e Long Siding
y ke sep I/II luncuran dapat ditiadakan
L=O karena Track berikutnya adalah tanjakan
X II
Tanjakan ≥ 8 %o
≥100 m I - Pada gambar 5f sepur simpang dapat
5.f .
Luncuran
- digunakan sebagai luncuran dari X masuk
. 3
ke sep II asalkan jarak bantalan putih
. I terhadap perintang R ≥ 100 m dan wesel 2
.
II 2
SSP.PG …. terlayan pusat
R
≥100 m
Bantalan putih
Luncuran

PURWANTO DW
Persyaratan umum sistem persinyalan
 
• Terpenuhinya azas keselamatan ( fail safe ), artinya jika terjadi
suatu kerusakan / gangguan pada system persinyalan, maka
kerusakan tersebut tidak boleh menimbulkan bahaya bagi
perjalanan Kereta api

• Mempunyai kehandalan yang tinggi dan memberikan aspek


yang tegas dan jelas tidak meragukan dilihat dari jarak yang
ditentukan, memberikan arti atau aspek yang baku, mudah
dimengerti dan mudah diingat.

• Susunan penempatan sinyal – sinyal disepanjang jalan rel


harus demikian sehingga memberikan aspek berurutan yang
baku, supaya pengendali sarana Kereta api dapat memahami
kondisi petak jalan yang akan dilalui.
PURWANTO DW
• RANGKAIAN PERAGAAN SINYAL MEKANIK
RANGKAIAN PERAGAAN SINYAL MEKANIK
LANGKAH PELAYANAN KA JALAN LANGSUNG SISTEM PERSINYALAN MEKANIK

1. Kondisi normal .
Am A D

2. Sinyal D ditarik “Aman”


.
Am A D

3. Sinyal A ditarik “Aman” mengunci sinyal D. .


Am A D

3. Sinyal Am ditarik “Aman” mengunci sinyal A. .


D
Am A

CATATAN:
1. KA jalan langsung harus lewat jalur lurus.
2. Peralatan Interlocking dilengkapi “Kruk jalan langsung”
3. Peragaan sinyal A,Am tidak berbeda antara KA masuk berhenti dijalur lurus, dengan KA berjalan langsung.
4. Pada emplasemen besar dengan 3 jurusan atau lebih dan tidak ada jalur lurusnya, maka untuk kebutuhan
kelancaran operasional KA, Interlocking mekanik dapat didesain KA berjalan langsung lewat jalur belok.
contoh : Empl Manggarai, Jatinegara sewaktu masih Mekanik.
PEMASANGAN PATOK T DAN SINYAL PENDAHULU MASUK
PADA PERSINYALAN MEKANIK
. 1. Sinyal masuk tidak terlihat dari sinyal
muka.
A 2. Patok T dipasang pada lokasi dimana
sinyal masuk terlihat dengan jelas.
3. Jarak patok T terhadap sinyal masuk
tidak ditentukan tergantung dilokasi
T dimana sinyal masuk dapat terlihat.

PADA PERSINYALAN LISTRIK


Am

. 1. Sinyal masuk tidak terlihat dari sinyal


muka
J.10 2. Tidak dipasang patok T tetapi dipasang
sinyal pendahulu masuk yang terkait
dengan aspek sinyal masuk. Sehingga
aspek sinyal masuknya sekaligus dapat
diindikasikan kepada Masinis
3. Jarak sinyal pendahulu masuk terhadap
Uj.10 sinyal masuk tidak ditentukan/ situasional

PURWANTO DW
Mj.10

Anda mungkin juga menyukai