1. KAJIAN OPERASI :
a. Rencana operasi KA penumpang / barang.
3. PLOTING TOPOGRAFI.
a. Kebutuhan lahan.
b. Kebutuhan profil rel dan sudut wesel
c. Penempatan wesel-wesel
d. Jarak antar track , kebutuhan peron.
e. Kelandaian emplasemen.
f. Pengaman perlintasan sebidang.
4. DESAIN PERSINYALAN ( dasar kajian Operasi & Topografi )
.
X Y
Dari ke jl Dari ke jl
X X Y Y Kddk
ke dari trs ke dari trs wesel Sinyal bebas atau terkunci KETERANGAN
jalur jalur ke jalur jalur ke
I II I II Y I II I II X 1 2 AI AII C D BII BI
I Tak mungkin
Dari X ke jalur
II Perjalanan KA tak dapat
dilakukan bersamaan
I
Ke X dari jalur Perjalanan KA tak dapat
dilakukan bersamaan karena
II tercegah oleh sentil khusus
Jalan terus ke Y Perjalanan KA dapat
dilakukan bersamaan
Dari Y ke jalur I
+ Wesel berkedudukan biasa
II Wesel berkedudukan tak biasa
-
Ke Y dari jalur I
Sinyal terkunci dalam kedudukan
II Biasa.
KA2
PURWANTO DW
TEP II A/B Tgl :13-5-2019 Edit ! Uraikan
1. Gambar situasi Pengamanan Stasiun Z Z
.
C 1 I
O O2
B Y
X II
A D
Dari ke jl Dari ke jl
X X Y Y Kddkn
ke dari trs ke dari trs wesel Sinyal bebas atau terkunci KETERANGAN
jalur jalur ke jalur jalur ke
I II I II Y I II I II X 1 2 AI AII C D BII BI
I - - Tak mungkin
Dari X ke jalur
II + + Perjalanan KA tak dapat
dilakukan bersamaan
I -
Ke X dari jalur Perjalanan KA tak dapat
II + dilakukan bersamaan karena
tercegah oleh sentil khusus
Jalan terus ke Y + + Perjalanan KA dapat
dilakukan bersamaan
Dari Y ke jalur I - -
+ Wesel berkedudukan biasa
II + +
Wesel berkedudukan tak biasa
- -
Ke Y dari jalur I
+ Sinyal terkunci dalam kedudukan
II Biasa.
Jalan terus ke X Sinyal bebas dapat ditarik “Aman”
+ +
KA2
PURWANTO DW
CONTOH INTERLOCKING ANTARA SINYAL MASUK AI-WESEL 1,2- SINYAL MASUK BI
1
Dr X ke jalur Ke X dr jalur Ke Y dr jalur Dr Y ke jalur
I II I II II I II I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
ki ki ki ka ki ki ka ki ka ki ki ka ki ki
19e 19e 19b
3
2
Dr X ke jalur Ke X dr jalur Ke Y dr jalur Dr Y ke jalur
I II I II II I II I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
ki ki ki ka ki ki ki ki ki ka ki ki
4 19e 19e 19b
3
Dr X ke jalur Ke X dr jalur Ke Y dr jalur Dr Y ke jalur
I II I II II I II I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
ki ki ki ka ki ki ki ki ki ka ki ki
2 19b 19e
1 19b 19e
4
Dr X ke jalur Ke X dr jalur Ke Y dr jalur Dr Y ke jalur
I II I II II I II I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
ki ki ki ka ki ki ki ki ki ka ki ki
4 19e 19e 19b
3 19e 19e 19b
2 19f 19e
1 19f 19e
D 19b 14 19e 19e 14
C 19b 14 19e 19e 14
B 8 8 17e 101 17e 7 7 8 8
1. Kondisi normal .
Am A D
CATATAN:
1. KA jalan langsung harus lewat jalur lurus.
2. Peralatan Interlocking dilengkapi “Kruk jalan langsung”
3. Peragaan sinyal A,Am tidak berbeda antara KA masuk berhenti dijalur lurus, dengan KA berjalan langsung.
4. Pada emplasemen besar dengan 3 jurusan atau lebih dan tidak ada jalur lurusnya, maka untuk kebutuhan
kelancaran operasional KA, Interlocking mekanik dapat didesain KA berjalan langsung lewat jalur belok.
contoh : Empl Manggarai, Jatinegara sewaktu masih Mekanik.
PEMASANGAN PATOK T DAN SINYAL PENDAHULU MASUK
PADA PERSINYALAN MEKANIK
. 1. Sinyal masuk tidak terlihat dari sinyal
muka.
A 2. Patok T dipasang pada lokasi dimana
sinyal masuk terlihat dengan jelas.
3. Jarak patok T terhadap sinyal masuk
tidak ditentukan tergantung dilokasi
T dimana sinyal masuk dapat terlihat.
PURWANTO DW
Mj.10
Sinyal ulang
Penjelasan sinyal ulang :
1. Sinyal Ulang : dipasang apabila sinyal utamanya
tidak terlihat dari tempat pelayanan
2. Fungsi : Memberi indikasi kepada PPKA/JRs
tentang kedudukan sinyal utamanya yang
tidak terlihat dari tempat pelayanan.
3. Semboya : Semboyan sinyal ulang ditujukan
kepada PPKA atau Juru Rumah sinyal (JRs)
4. Komponen&pelayanan : Sinyal ulang mempunyai
2 (dua ) komponen yaitu bagian atas
berbentuk yang dihubungkan dengan
kawat tarik sinyal lengan atas. Sedangkan
bagian bawah berbentuk yang dihubung
kan dengan kawat tarik sinyal lengan bawah.