Anda di halaman 1dari 27

PERENCANAAN PERSINYAL AN

1. KAJIAN OPERASI :
a. Rencana operasi KA penumpang / barang.

b. Head way, Single operation / Multi operation.


c. Kecepatan program / kecepatan Operasi
d. Panjang jalur efektif mengacu panjang rangkaian yang diprogram.
d. Tata letak Stasiun, jumlah jalur KA,jalur langsir,jalur muat bongkar
barang, jalur simpan,peron naik / turun penumpang.
e. Kebutuhan dipo lok / kereta, gudang barang.

2. HASIL KAJIAN OPERASI:


a. Pola operasi KA,jalur pemberangkatan,pemasukan ,langsiran
b. Skema Track layout operasi dan peron.

3. PLOTING TOPOGRAFI.
a. Kebutuhan lahan.
b. Kebutuhan profil rel dan sudut wesel
c. Penempatan wesel-wesel
d. Jarak antar track , kebutuhan peron.
e. Kelandaian emplasemen.
f. Pengaman perlintasan sebidang.
4. DESAIN PERSINYALAN ( dasar kajian Operasi & Topografi )

a. Desain pengamanan emplasemen.


b. Jenis, Jarak pemasangan dan posisi sinyal.
c. Rute pengamanan pelayanan perjalanan KA.
d. Interlocking & kedudukan wesel-wesel
e. Jenis pengunci & pengontrol kedudukan wesel
f. Rencana jalan kawat tarik sinyal & wesel
c. Peraturan Dinas Pengamanan Emplasemen.
d. Negative check & Komisioning Test.
e. Pendinasan
Persyaratan umum sistem persinyalan
 
• Terpenuhinya azas keselamatan ( fail safe ), artinya jika terjadi
suatu kerusakan / gangguan pada system persinyalan, maka
kerusakan tersebut tidak boleh menimbulkan bahaya bagi
perjalanan Kereta api

• Mempunyai kehandalan yang tinggi dan memberikan aspek


yang tegas dan jelas tidak meragukan dilihat dari jarak yang
ditentukan, memberikan arti atau aspek yang baku, mudah
dimengerti dan mudah diingat.

• Susunan penempatan sinyal – sinyal disepanjang jalan rel


harus demikian sehingga memberikan aspek berurutan yang
baku, supaya pengendali sarana Kereta api dapat memahami
kondisi petak jalan yang akan dilalui.
PURWANTO DW
BANGUN MUKA LEMARI INTERLOCKING DAN BLOK
Pengucilan persinyalan mekanik ( Untuk desain Interlocking )

.
X Y

Dari ke jl Dari ke jl
X X Y Y Kddk
ke dari trs ke dari trs wesel Sinyal bebas atau terkunci KETERANGAN
jalur jalur ke jalur jalur ke
I II I II Y I II I II X 1 2 AI AII C D BII BI
I Tak mungkin
Dari X ke jalur
II Perjalanan KA tak dapat
dilakukan bersamaan
I
Ke X dari jalur Perjalanan KA tak dapat
dilakukan bersamaan karena
II tercegah oleh sentil khusus
Jalan terus ke Y Perjalanan KA dapat
dilakukan bersamaan
Dari Y ke jalur I
+ Wesel berkedudukan biasa
II Wesel berkedudukan tak biasa
-
Ke Y dari jalur I
Sinyal terkunci dalam kedudukan
II Biasa.

Jalan terus ke X Sinyal bebas dapat ditarik “Aman”

KA2

PURWANTO DW
TEP II A/B Tgl :13-5-2019 Edit ! Uraikan
1. Gambar situasi Pengamanan Stasiun Z Z
.
C 1 I
O O2
B Y
X II
A D

2. Daftar Interlocking dan kedudukan wesel

Dari ke jl Dari ke jl
X X Y Y Kddkn
ke dari trs ke dari trs wesel Sinyal bebas atau terkunci KETERANGAN
jalur jalur ke jalur jalur ke
I II I II Y I II I II X 1 2 AI AII C D BII BI
I - - Tak mungkin
Dari X ke jalur
II + + Perjalanan KA tak dapat
dilakukan bersamaan
I -
Ke X dari jalur Perjalanan KA tak dapat
II + dilakukan bersamaan karena
tercegah oleh sentil khusus
Jalan terus ke Y + + Perjalanan KA dapat
dilakukan bersamaan
Dari Y ke jalur I - -
+ Wesel berkedudukan biasa
II + +
Wesel berkedudukan tak biasa
- -
Ke Y dari jalur I
+ Sinyal terkunci dalam kedudukan
II Biasa.
Jalan terus ke X Sinyal bebas dapat ditarik “Aman”
+ +

KA2

PURWANTO DW
CONTOH INTERLOCKING ANTARA SINYAL MASUK AI-WESEL 1,2- SINYAL MASUK BI

1
Dr X ke jalur Ke X dr jalur Ke Y dr jalur Dr Y ke jalur
I II I II II I II I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
ki ki ki ka ki ki ka ki ka ki ki ka ki ki
19e 19e 19b
3

C 19b 19e 19e 14


8 8 7 7 8 8
18 18 86 86 18 18

8AI 8AII CI/II 7W1 W2


7 DI/II BII
8 BI
8
1
Uraian pergerakan :
1. Dari X ke jalur I :
a) Balik Kruk 1ki sehingga sentil 19b poros ki lajur
1 ki mendorong mistar 3 tergeser kekiri, maka
sentil 19e pada lajur 5ki dan 6ki terputar kekiri.
sehingga semat 7/86 mengunci hendel wesel 1
dan 2 pada kedudukan hendel diatas ( - ) belok.
b) Bersamaan dengan langkah (a) maka semat
pengunci hendel sinyal A1 lajur 1 ki terangkat
keatas sehingga sinyal A1 dapat ditarik keatas
dan kruk sinyal BI terkunci oleh sentil 14 pada
mistar C lajur 10 Ki.
.
CONTOH INTERLOCKING ANTARA SINYAL MASUK AI,AII - WESEL- SINYAL MASUK BI,BII

2
Dr X ke jalur Ke X dr jalur Ke Y dr jalur Dr Y ke jalur
I II I II II I II I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
ki ki ki ka ki ki ki ki ki ka ki ki
4 19e 19e 19b

3 19e 19e 19b

D 19b 19e 19e 14


C 19b 19e 19e 14
8 8 7 7 8 8
18 18 86 86 18 18

AI AII CI/II W1 W2 DI/II BII BI


2
Uraian pergerakan :
1. Dari X ke jalur II :
a) Balik Kruk 2ki sehingga sentil 19b poros ki lajur
2 ki mendorong mistar D tergeser kekiri, maka
sentil 19e pada lajur 5ka dan 6ka terputar kekiri.
sehingga semat 7/87 mengunci hendel wesel
1 dan 2 pada kedudukan hendel dibawah ( + ).
b) Bersamaan dengan langkah (a) semat pengunci
hendel sinyal AII lajur 2 ki terangkat keatas
sehingga sinyal AII dapat ditarik keatas dan
kruk sinyal BII terkunci oleh sentil 14 pada
mistar D lajur 9 Ki.
.
CONTOH INTERLOCKING ANTARA SINYAL BERANGKAT CI/II DENGAN KRUK JALUR I ATAU JALUR II

3
Dr X ke jalur Ke X dr jalur Ke Y dr jalur Dr Y ke jalur
I II I II II I II I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
ki ki ki ka ki ki ki ki ki ka ki ki

2 19b 19e
1 19b 19e

B 17e 101 17e


8 8 7 7 8 8
18 18 86 86 18 18

AI AII CI/II W1 W2 DI/II BII BI


3
Uraian pergerakan :
1. Ke X Dari jalur I :
a) Balik Kruk 3 ki sehingga sentil 19b poros ki lajur
3 ki mendorong mistar 1 tergeser kekiri, maka
sentil 19e pada lajur 5ka terputar kekiri, hingga
semat 7/87 mengunci hendel wesel 1 pada
kedudukan hendel diatas ( - ) Belok.
b) Bersamaan dengan langkah (a) maka setil 17e
pada mistar B lajur 3ki tergeser kekiri. Akibatnya
sentil 101 menjadi “bebas” dan kruk lajur poros
4 ki terkunci ,maka sinyal CI dapat ditarik “aman”
CONTOH INTERLOCKING ANTARA SINYAL MASUK AI,AII-WESEL- SINYAL BERANGKAT CI/II

4
Dr X ke jalur Ke X dr jalur Ke Y dr jalur Dr Y ke jalur
I II I II II I II I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
ki ki ki ka ki ki ki ki ki ka ki ki
4 19e 19e 19b
3 19e 19e 19b
2 19f 19e
1 19f 19e
D 19b 14 19e 19e 14
C 19b 14 19e 19e 14
B 8 8 17e 101 17e 7 7 8 8

A 18 18 86 86 17e 101 17e 18 18


4
Uraian pergerakan :
1. Dari X ke jalur I >< Ke X dari jalur I :
a) Balik Kruk 1ki sehingga sentil 19b poros ki
lajur 1 ki mendorong mistar 3 tergeser kekiri,
maka sentil 19e pada lajur ki dan 6ki terputar
kekiri,sehingga semat 7/86 mengunci hendel
wesel 1 dan 2 pada kedudukan hendel diatas
( - ) belok.
b) Setelah langkah (a) dilayani , maka kruk lajur
3 ki mistar C telah terkunci oleh sentil 14 mistar
C lajur 3 ki. Sehingga pelayanan Ke X dari jalur I
tidak dapat dilakukan.
CONTOH INTERLOCKING ANTARA SINYAL MASUK BI,BII-WESEL- SINYAL BERANGKAT CI/II

Dr X ke jalur Ke X dr jalur Ke Y dr jalur Dr Y ke jalur


I II I II II I II I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
ki ki ki ka ki ki ki ki ki ka ki ki
4 14 19e 19e 19b
3 14 19e 19e 19b
2 19f 19e
1 19f 19e
D 19b 14 19e 19e 14
C 19b 14 19e 19e 14
B 17e 101 17e
A 8 8 7 7 17e 101 17e 8 8
18 18 86 86 18 18

AI AII CI/II W1 W2 DI/II BII BI


4
Uraian pergerakan :
1. Dri Y ke jalur II >< Ke Y dari jalur II :
a) Balik Kruk 9ki sehingga sentil 19b poros kiri
lajur 9 ki mendorong mistar 4 kekiri, maka
sentil 19e pada lajur 5ka dan 6ka terputar
kekiri, sehingga semat 7/87 mengunci hendel
wesel 1 dan 2 pada kedudukan hendel
dibawah ( +) Lurus.

b) Setelah langkah (a) dilayani , maka kruk lajur


4 ki mistar C telah terkunci oleh sentil 14
mistar C lajur 4 ki, Sehingga pelayanan Ke Y
dari jalur II tidak dapat dilakukan.
SENTIL PENGGERAK DAN PENGUCIL
SENTIL PENGUNCI DAN PEMBEBAS SINYAL
SENTIL PEMBEBAS PENGUNCIAN HENDEL SINYAL
RANGKAIAN SENTIL PENGUNCI HENDEL SINYAL
SENTIL PENGUNCI MISTAR
• RANGKAIAN PERAGAAN SINYAL MEKANIK
RANGKAIAN PERAGAAN SINYAL MEKANIK
LANGKAH PELAYANAN KA JALAN LANGSUNG SISTEM PERSINYALAN MEKANIK

1. Kondisi normal .
Am A D

2. Sinyal D ditarik “Aman”


.
Am A D

3. Sinyal A ditarik “Aman” mengunci sinyal D. .


Am A D

3. Sinyal Am ditarik “Aman” mengunci sinyal A. .


D
Am A

CATATAN:
1. KA jalan langsung harus lewat jalur lurus.
2. Peralatan Interlocking dilengkapi “Kruk jalan langsung”
3. Peragaan sinyal A,Am tidak berbeda antara KA masuk berhenti dijalur lurus, dengan KA berjalan langsung.
4. Pada emplasemen besar dengan 3 jurusan atau lebih dan tidak ada jalur lurusnya, maka untuk kebutuhan
kelancaran operasional KA, Interlocking mekanik dapat didesain KA berjalan langsung lewat jalur belok.
contoh : Empl Manggarai, Jatinegara sewaktu masih Mekanik.
PEMASANGAN PATOK T DAN SINYAL PENDAHULU MASUK
PADA PERSINYALAN MEKANIK
. 1. Sinyal masuk tidak terlihat dari sinyal
muka.
A 2. Patok T dipasang pada lokasi dimana
sinyal masuk terlihat dengan jelas.
3. Jarak patok T terhadap sinyal masuk
tidak ditentukan tergantung dilokasi
T dimana sinyal masuk dapat terlihat.

PADA PERSINYALAN LISTRIK


Am

. 1. Sinyal masuk tidak terlihat dari sinyal


muka
J.10 2. Tidak dipasang patok T tetapi dipasang
sinyal pendahulu masuk yang terkait
dengan aspek sinyal masuk. Sehingga
aspek sinyal masuknya sekaligus dapat
diindikasikan kepada Masinis
3. Jarak sinyal pendahulu masuk terhadap
Uj.10 sinyal masuk tidak ditentukan/ situasional

PURWANTO DW
Mj.10
Sinyal ulang
Penjelasan sinyal ulang :
1. Sinyal Ulang : dipasang apabila sinyal utamanya
tidak terlihat dari tempat pelayanan
2. Fungsi : Memberi indikasi kepada PPKA/JRs
tentang kedudukan sinyal utamanya yang
tidak terlihat dari tempat pelayanan.
3. Semboya : Semboyan sinyal ulang ditujukan
kepada PPKA atau Juru Rumah sinyal (JRs)
4. Komponen&pelayanan : Sinyal ulang mempunyai
2 (dua ) komponen yaitu bagian atas
berbentuk yang dihubungkan dengan
kawat tarik sinyal lengan atas. Sedangkan
bagian bawah berbentuk yang dihubung
kan dengan kawat tarik sinyal lengan bawah.

Anda mungkin juga menyukai