Anda di halaman 1dari 69

DIKLAT BPTT

2019
TRAINING AND EDUCATION IR. H. DJUANDA (E-LEARNING)
PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO)
Peraturan Perundang-Undangan Terkait Konstruksi Jalan Rel di Indonesia yaitu :
1. Peraturan Dinas No. 10 Th. 2008 Tentang Perencanaan Konstruksi Jalan Rel dan
Penjelasan
2. Peraturan Pemerintah Perhubungan No. PM 60 Tahun 2012
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian
4. Peraturan Pemerintah Nomor 56 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan
Perkeretaapian
5. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 93 Tahun 2010 tentang Tenaga
Pemeriksa Prasarana Perkeretaapian
6. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 95 Tahun 2010 tentang Tenaga
Perawatan Prasarana Perkeretaapian

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Jalan rel adalah satu kesatuan konstruksi yang terbuat dari baja, beton atau konstruksi lain yang
terletak diatas, dibawah,    dipermukaan tanah atau bergantung beserta perangkatnya yang berfungsi
mengarahkan jalannya kereta api

Jalan kereta api beserta semua perlengkapannya harus selalu terpelihara, sehingga tiap-tiap
bagiannya dapat dengan aman dan nyaman dilalui dengan kecepatan yang diijinkan

Penampang Melintang Jalan Rel

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Kelas Jalan Daya Angkut V maks:
I > 20.000.000 ton 120 km/jam
II 10.000.000 – 20.000.000 ton 110 km/jam
III 5.000.000 – 10.000.000 ton 100 km/jam
IV 2,500.000 – 5.000.000 ton 90 km/jam
V < 2.500.000 ton 80 km/jam

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Gambar 1.
Penampang Melintang Jalan
Rel

Kelas Jalan ( PD.10) Kelas Jalan (PM 60/2012)

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Gambar 2.
Penampang Melintang Jalan
Rel Lurus

Gambar 3.
Penampang Melintang Jalan
Rel pada Lengkung

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Gambar 4
Penampang Melintang Jalur Rel pada bagian Lurus Jalur Ganda

Gambar 5
Penampang Melintang Jalur Rel pada Lengkungan Jalur Ganda

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


BERDASARKAN LEBAR JALUR (TRACK GAUGE)

1. Broad gauge/ sepur lebar


dengan lebar sepur > 1.435 mm (4’8.5” ft in).
2. Standard gauge/ sepur standar dengan lebar sepur 1.435 mm (4’8.5” ft in).
3. Medium gauge/ sepur medium dengan lebar sepur antara 1.067 m–1.435 mm.
4. Narrow gauge/ sepur sempit dengan lebar sepur < 1.067 mm (3’6” ft in)

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Lebar Jalur atau dikenal juga dengan Lebar Sepur ;
Merupakan jarak terkecil antara kedua sisi kepala rel, diukur
pada daerah 0-14 mm di bawah permukaan teratas kepala
rel.
Untuk seluruh kelas jalan di PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) lebar sepur adalah 1067 mm.

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


FUNGSI TUBUH JALAN REL ;
1. Menahan beban-beban yang ada di atasnya.
2. Membentuk alinemen vertikal dan alinemen horizontal dari kontruksi jalan rel.
3. Mengalirkan air kesaluran drainase di kanan-kiri tubuh jalan rel.
Tubuh jalan rel bisa berada di tanah dataran, galian atau timbunan

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Susunan material konstruksi jalan rel (track) mengacu pada PD 10, adalah sebagai
berikut :
a. Subsoil (tanah dasar/tanah asli)
b. Subgrade / subground (tanah timbunan)
c. Sub balas (balas bawah, pasir split )
d. Balas (balas atas, batu pecah 2/6 cm)
e. Bantalan (beton, kayu, baja)
f. Rel (railpads, penambat)
Tanah dasar harus mempunyai daya dukung yang cukup. Menurut percobaan CBR
(ASTM D. 1883) kekuatan minimum adalah 8 % untuk tanah dasar.

Tebal tanah dasar yang harus memnuhi harga CBR tersebut minimum 30 cm

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


adalah lapisan tanah paling bawah yang berfungsi sebagai tempat perletakan lapis perkerasan dan
mendukung konstruksi perkerasan jalan di atasnya.

Tanah dasar harus mempunyai daya dukung yang cukup. Menurut percobaan CBR (ASTM D. 1883)
kekuatan minimum adalah 8 % untuk tanah dasar.

Tebal tanah dasar yang harus memnuhi harga CBR tersebut minimum 30 cm

Tanah dasar (sub grade) dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau tanah urugan
yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi (dengan semen, kapur dan lain lain).

Ditinjau dari muka tanah asli, maka tanah dasar dibedakan atas :
a. Tanah dasar, tanah galian.
b. Tanah dasar, tanah urugan.
c. Tanah dasar, tanah asli

Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan daya dukung
tanah dasar.

Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut :


a. Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) akibat beban lalu lintas.
b. Sifat mengembang dan menyusutnya tanah akibat perubahan kadar air.
c. Daya dukung tanah yang tidak merata akibat adanya perbedaan sifat-sifat tanah pada lokasi yang
berdekatan atau akibat kesalahan pelaksanaan yang mengakibatkan kepadatan yang kurang baik.

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Pengertian Drainase
Jalan rel harus dijamin selalu kering, salah satu caranya adalah dengan memasang
drainase yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat mengalirkan air jauh dari jalan rel.
Fungsi Drainase
(1). Menjaga agar tidak terjadi genangan air pada jalan rel
(2). Menjaga konsistensi tanah sehingga badan jalan tetap kokoh
Jenis-jenis Drainase
(1). Drainase permukaan
(2). Drainase bawah permukaan
(3). Drainase lereng.

Drainase Permukaan Drainase bawah Permukaan

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Drainase permukaan
Fungsinya untuk membuang air yang ada dipermukaan tanah daerah jalan rel.
Bentuknya dapat berupa saluran terbuka memanjang jalan rel dan saluran melintang jalan rel. Saluran
melintang dapat berupa gorong-gorong, opendoolat dsb.
Drainase bawah permukaan
Fungsinya untuk menjaga agar elevasi muka air tanah tidak mendekati permukaan tanah tempat badan
jalan rel berada.
Bentuknya dapat berupa pipa berlubang yang dipasang di bawah permukaan di sisi kanan dan kiri badan
jalan rel. Pipa dipasang diatas timbunan pasir tebal 10 cm,kemudian diatasnya dilapisi dengan kerikil
setebal 15-20 cm kemudian ditutup dengan batu bronjol. Sekeliling galian dilapisi dengan lapisan filter
berupa injuk ataupun geosintetis..
Drainase lereng
Fungsinya untuk mencegah air permukaan pada permukaan lereng tidak mengalir ke jalan rel karena
dapat menggerus kaki lereng yang akan berakibat rusaknya badan jalan rel, dan mencegah longsornya
lereng.

Bentuk-bentuk drainase lereng


(1). Saluran terbuka di puncak lereng (Cavalier).
(2). Saluran penangkap berupa saluran terbuka memanjang jalan rel di kaki lereng
(3). Drainase dari batu bronjol dibungkus dengan geosintetis yang bersusun membuat huruf V terbalik di
lereng

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
PANJANG DAN BERAT REL BERDASARKAN TYPE

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Rel adalah batang logam baja landasan jalan yang berfungsi menerima beban dari roda dan
menditribusikan beban ke bantalan dengan bidang yang lebih luas serta sebagai penghantar arus Listrik
bagi sinyal / wesel Elektrik.

Penggunaan Rel secara umum :


a. Rel untuk jalan Rel
b. Rel untuk Crene/ derek
c. Rel untuk evalator

Penggunaan Rel secara umum :


a. Rel untuk jalan Rel
b. Rel untuk Crene/ derek
c. Rel untuk evalator

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


TIpe Rel menunjukkan berat per meter panjang

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Terdapat 3 jenis rel menurut panjangnya
Rel Standar
adalah panjang rel sesuai dengan pengiriman dari pabrik, sekarang panjangnya 25 m
Rel Pendek
Rel pendek terdiri dari beberapa rel standar yang disambung dengan las hingga panjangnya
maksimum 100 m
Rel Panjang
Relnpanjang terdiri dari beberapa rel pendek yang disambung dengan las, dikenal juga
dengan nama Rel Panjang Menerus (RPM).Panjang minimum seperti tabel dibawah
Tabel 5. Panjang minimum rel Panjang

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Sambungan Rel adalah konstruksi yang mengikat dua ujung rel sedemikian rupa sehingga operasi
kereta api tetap aman dan nyaman.
Sambungan mempunyai fungsi:
mempertahankan dua ujung rel yang disambung pada bidang yang sama baik horisontal maupun
vertikal
Harus mampu menahan seluruh gaya yang bekerja pada rel sehingga kedudukan sepur tetap
dipertahankan
Harus mampu mengakomodasi pemuaian rel.
Jenis / macam sambungan
1. Sambungan Melayang/Menggantung/ Suspended Joint
2. Sambungan Menumpu /Supported Joint
Tabel Diameter lubang bout dan jarak antara lubang berdasarkan tipe rel

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Jarak-jarak lubang dan diameter bout untuk masing-masing rel seperti pada tabel 8.
Setiap sambungan menggunakan 2 buah pelat sambung yang mempunyai bentuk dan
panjang yang sama.
Pelat penyambung dipasang pada badan rel sehingga kekokohan pelat sambung didapat dari
bidang singgung antara permukaan bawah kepala rel dan permukaan atas kaki rel dengan
pelat sambung, sehingga disyaratkan agar kemiringan pada tempat-tempat tersebut antara rel
dengan pelat sambung harus sesuai

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Pada sambungan rel harus ada celah untuk menampung timbulnya perubahan panjang rel
akibat perubahan suhu. Besarnya celah rel seperti tabel dibawah ini.
Tabel Tabel Tabel
Untuk semua tipe rel,besar celah Celah untuk sambungan rel
panjang pada bantalan kayu Celah untuk sambungan rel
sambungan untuk rel standar dan rel panjang pada bantalan beton
pendek seperti tabel dibawah ini

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Untuk menjamin agar celah rel sesuai dengan yang diharapkan seperti tabel diatas, harus
diperhatikan batas suhu rel pada waktu pemasangan seperti tabel dibawah ini.
Tabel. Batas suhu pemasangan rel standar dan rel pendek.

Tabel. Batas suhu pemasangan rel panjang pada


bantalan kayu.

Tabel Batas suhu pemasangan rel standar dan rel


pendek.

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Fungsi Bantalan
Meneruskan beban dari rel ke balas dengan bidang sebaran yang lebih luas.
Mempertahankan kedudukan lebar jalur
Sebagai isolator untuk aliran listrik pada sistim persinyalan.
Jenis Bantalan
1. Bantalan Kayu
2. Bantalan Besi
3. Bantalan beton
Jarak standar antar bantalan pada jalur lurus adalah 60 cm, dalam 1 kilometer panjang
sebanyak 1.667 batang

Pada Lengkung jarak bantalan adalah 60 cm diukur dari rel luar

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Ada tiga jenis menurut ukuran dan penggunaannya :
Bantalan biasa ukuran 200 x 22 x 13 cm
Bantalan jembatan ukuran 200 x 22 x 18 cm
Bantalan wesel ukuran bervariasi antara 200 – 400 x 22 x
13 cm
Jenis Kayu yang dipakai :
Kayu yang dipakai dari jenis kayu rimba
Jenis kayu untuk kwalitas I : Ulin, Merbau, Damar, Giam,
Kulim, Pooti, Lara, Gofasa, Bangkirai, Laban, Tembesi.
Jenis kayu untuk kwalitas II : Keruwing, Kempas, Bungur,
Belangeran, Resak, Kapur, Rengas, Bintangur.
.
Keunggulan bantalan kayu:
Elastis mampu meredam getaran
Ringan dan mudah dikerjakan disesuaikan dengan
kebutuhan
Mudah dilakukan penggantian
Kelemahan :
Mudah terbakar
Umur bantalan pendek
Nilai sisa rendah

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Bantalan Beton
Bantalan beton yang digunakan di Indonesia tipe
mono-block atau Bantalan Beton Blok Tunggal.
Dari cara pembuatannya ada dua jenis yaitu
Bantalan beton blok tunggal Pretension dan
Bantalan beton blok tunggal Posttension.
Keunggulan :
a. Karena berat maka kestabilannya baik
Umur konstruksi panjang
b. Cocok untuk sistim persinyalan elektrik
Tahan api (tidak mudah terbakar)
Kelemahan:
a. Lebih kaku dibanding dengan bantalan kayu
b. Berat sehingga pemasangannya secara
manual sulit dan mahal
c. Kemungkinan terjadi kerusakan pada saat
pengiriman/pengangkutan
d. Nilai sisa sangat kecil

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Bantalan Baja
Pada ujung-ujung bantalan baja ditekuk sedemikian rupa
maksudnya untuk mencengkeram balas untuk pertahanan
horisontal.
Bentuk bantalan baja pada irisan melintang menyerupai
hurup U gunanya untuk mencengkeram balas sehingga
mempunyai pertahanan longitudinal
Bentuk seperti itu diperlukan karena berat bantalan besi
yang ringan ± 50 kg dan gesekan antara besi dengan balas
juga kecil.
Keunggulan bantalan baja:
Ringan sehingga mudah diangkut
Tidak terkena pelapukan
Umur konstruksi/pelayanan tahan lama
Nilai sisa cukup tinggi
Kelemahan bantalan baja:
Dapat terkena karat / korosi bila terkena karat berat
bantalan jadi mudah pecah/retak
Dapat menghantarkan listrik jadi tidak sesuai dengan lintas
yang menggunakan sinyal elektrik.
Untuk menghindari karat maka disyaratkan sepur selalu
dalam keadaan kering, untuk itu maka    balas harus selalu
bersih agar mudah meloloskan air.sela

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Penambat rel adalah suatu komponen yang menambatkan rel pada bantalan sedemikian
rupa sehingga kedudukan rel adalah tetap, kokoh dan tidak bergeser

FUNGSI :
1. Menyerap gaya – gaya rel dengan elastis dan menyalurkan ke bantalan. Daya jepit
vertical pada rel harus tetap kuat dalam segala kondisi, walaupun dalam keadaan aus,
dalam tahanan longitudinal untuk membatasi pemuaian pada RPM, dan untuk
menahan rel merayap.
2. Meredam sebanyak mungkin getaran dan pukulan akibat gerakan sarana.
3. Menahan lebar spoor dan kemiringan rel pada batas tertentu.
4. Mengisolasi aliran listrik dari rel ke bantalan terutama pada bantalan beton dan
besi.

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Jenis penambat yang dipergunakan adalah penambat elastic dan penambat kaku.
Pada bantalan beton, tidak diperlukan pelat andas, tetapi dalam hal ini tebal karet alas
(rubber pad) rel harus disesuaikan dengan kecepatan maksimum.

Jenis penambat rel :


1. Penambat rigid / kaku.
contoh: tirepon dan paku rel
2. Penambat elastis ( elastis tunggal dan elastis ganda)
contoh: Pandrol, F type, DE clip, KA clip, Nabla

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


1. penambat rigid / kaku.
contoh: tirepon dan paku rel

2. penambat elastis ( elastis tunggal dan elastis ganda)


contoh: Pandrol, F type, DE clip, KA clip, Nabla

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Fungsi Balas
(1). Meneruskan dan menyebarkan beban yang diterima bantalan ke tanah dasar
(2). Meluluskan air sehingga tidak terjadi genangan air disekitar bantalan dan rel.
(3).    Menahan bergesernya bantalan baik arah melintang akibat gaya horisontal maupun
membujur searah sepur akibat gaya rem, tanjakan/turunan, jejakan roda terhadap rel,
perubahan suhu dll.
Ketebalan lapisan balas
Dapat dilihat pada tabel 3 diatas untuk masing-masing kelas jalan.

Syarat-syarat umum balas.


(1). Mempunyai kekerasan sehingga tidak mudah pecah akibat pembebanan.
(2). Tahan lama tidak cepat aus/pecah oleh beban dan tahan cuaca.
(3). Pecahan besudut dengan ukuran 2/6 cm
(4). Mempunyai gradasi yang cukup sehingga dapat saling mengikat/mengunci dan saling
gesek.
(5). Mempunyai koefisien permeabilitas tinggi sehingga mudah untuk mengalirkan air.

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
GAMBAR TIPIKAL WESEL

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


GAMBAR TIPIKAL WESEL

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Komponen Wesel.
Wesel terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut:
 Lidah
 Jarum beserta sayap-sayapnya
 Rel lantak
 Rel paksa
 Sistem penggerak

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
SEBIDANG (LEVEL CROSSING)

Konstruksi Perlintasan Sebidang

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


SEBIDANG (LEVEL CROSSING)

Sudut perpotongan sebaiknya 90º


Bila tidak memungkinkan harus > 30º
Perlintasan baru harus berjarak minimum 800 m dari perlintasan yang sudah ada

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


• Lebar perlintasan sebidang bagi jalan raya dalam keadaan pintu terbuka atau tanpa
pintu, harus sama dengan lebar perkerasan jalan raya yang bersangkutan.
• Daerah pandangan pada perlintasan merupakan daerah pandangan segitiga di mana j
arak-j araknya ditentukan berdasarkan pada kecepatan rencana kedua belah pihak.
Jarak-jarak minimum untuk berbagai kombinasi kecepatan adalah seperti yang
tercantum dalam table dan dijelaskan dalam gambar
• Daerah pandangan segitiga harus bebas dari benda-benda penghalang setinggi 1,00
meter ke atas.
• Sudut perpotongan perlintasan sebidang diusahakan sebesar 90o dan bila tidak
o
memungkinkan sudut perpotongan harus lebih besar dari pada 30 . Kalau akan
membuat perlintasan baru, jarak antara perlintasan baru dengan yang sudah ada tidak
boleh kurang dari 800 meter

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


JARAK-JARAK MINIMUM UNTUK BERBAGAI KOMBINASI KECEPATAN

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
• Ruang bebas adalah ruang diatas sepur yang senantiasa harus bebas dari
segala rintangan dan benda penghalang; ruang ini disediakan untuk lalu lintas
rangkaian kereta api. Ukuran ruang bebas untuk jalur tunggal dan jalur ganda,
baik pada bagian lintas yang lurus maupun yang melengkung, untuk lintas
elektrifikasi dan non elektrifikasi, adalah seperti yang tertera pada gambar.

• Ukuran-ukuran tersebut telah memperhatikan dipergunakannya gerbong


kontener/ peti kemas ISO (Iso Container Size) tipe “Standard Height”.

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
• Ruang bangun adalah ruang disisi sepur yang senantiasa harus bebas dari
segala bangunan tetap seperti antara lain tiang semboyan, tiang listrik dan
pagar.
• Batas ruang bangun diukur dari sumbu sepur pada tinggi 1 meter sampai
3,55 meter.

Jarak ruang bangun tersebut ditetapkan sebagai berikut :


a. Pada lintas bebas :
2,35 sampai 2,53 m di kiri kanan sumbu sepur.
b. Pada emplasemen :
1,95 m sampai 2,35 di kiri kanan sumbu sepur.
c. Pada jembatan :
2,15 m di kiri kanan sumbu sepur.

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Lengkung adalah : Dua garis lurus yang perpanjangannya saling membentuk
sudut, dihubungkan dengan lengkung yang berbentuk lingkaran dengan atau
tanpa lengkung peralihan.
Lengkung HORISONTAL adalah : Perubahan arah jalan KA    secara beraturan
yaitu dari arah lurusan menuju arah belok / tikungan
Lengkung VERTIKAL adalah Perubahan arah jalan KA secara beraturan dari
jalan datar ke jalan turunan atau sebaliknya

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Lengkung Horisontal adalah : Dua garis lurus yang perpanjangannya saling membentuk
sudut, dihubungkan dengan lengkung yang berbentuk lingkaran dengan atau tanpa
lengkung peralihan..

Untuk berbagai kecepatan rencana besar jari-jari minimum yang diijinkan sebagai
tercantum pada daftar berikut.

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
MB = awal lengkung
AB = akhir lengkung
MBA = awal lengkung peralihan
ABA = akhir lengkung peralihan
La = panjang lengkung peralihan
GB = geseran busur (lengkung) setelah dipasang lengkung peralihan
E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Alinemen vertikal adalah proyeksi sumbu jalan rel pada bidang vertikal yang melalui sumbu
jalan rel tersebut; alinemen vertikal terdiri dari garis lurus, dengan atau tanpa kelandaian,
dan lengkung vertikal yang berupa busur lingkaran

Jari – jari peralihan


Untuk kecepatan > 100 Km/jam -- R = 10.000 m
Variasi Kemiringan 1 mm setiap 10 m

Untuk kecepatan < 100 Km/jam -- R = 5.000 m


Variasi Kemiringan 2 mm setiap 10 m

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


PENINGGIAN REL

o Pada lengkungan elevasi rel luar dibuat lebih tinggi dari pada rel dalam untuk
mengimbangi gaya sentrifugal yang dialami oleh rangkaian kereta.
o Peninggian rel dicapai dengan menempatkan rel dalam pada tinggi semestinya
dan rel luar lebih tinggi.
o Pada lengkung peralihan peninggian diatur berangsur dari 0 s.d. peninggian
yang disyaratkan.
o Peninggian maksimum ditetapkan = 110 mm
o Peninggian normal (hn) ditetapkan dengan rumus sebagai berikut :

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


o Pada lengkungan elevasi rel luar dibuat lebih tinggi dari pada rel dalam untuk
mengimbangi gaya sentrifugal yang dialami oleh rangkaian kereta.
o Peninggian rel dicapai dengan menempatkan rel dalam pada tinggi semestinya dan
rel luar lebih tinggi.
o Pada lengkung peralihan peninggian diatur berangsur dari 0 s.d. peninggian yang
disyaratkan.
o Peninggian maksimum ditetapkan = 110 mm
o Peninggian normal (hn) ditetapkan dengan rumus sebagai berikut :

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


Lengkung S terjadi bila dua lengkung berbeda arah saling bersambungan.
Antara lengkung harus ada bagian lurus minimum sepanjang 20 m di luar lengkung
peralihan

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda


E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda
Referensi dan Daftar Pustaka :
1. Peraturan Dinas No. 10 Th. 2008 Tentang Perencanaan Konstruksi Jalan Rel Dan
Penjelasan
2. Peraturan Pemerintah Perhubungan No. Pm 60 Tahun 2012
3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian
4. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian
5. Peraturan Menteri Perhubungan No. Pm 93 Tahun 2010 Tentang Tenaga Pemeriksa
Prasarana Perkeretaapian
6. Peraturan Menteri Perhubungan No. Pm 95 Tahun 2010 Tentang Tenaga Perawatan
Prasarana Perkeretaapian
7. PD 10
8. Jalan Kereta Api - Ir Iman Subarkah – Idea Dharma Bandung 1981
9. Jalan Rel – Suryo Hapsoro Tri Utomo,ir.,Ph.D.- Beta Offset Ugm.
10. Indian Railway Track – M.M.Agarwal – Prabha & Co. New Delhi India 1988

E-Learning Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ir. H. Djuanda

Anda mungkin juga menyukai